Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan Komitmen Organisasi, Internal Locus of Control dan Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Variabel Moderasi (Studi pada SKPD di Pemerintah Provinsi Bali).
TESIS
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF
PADA
BUDGETARY SLACK
DENGAN KOMITMEN
ORGANISASI,
INTERNAL LOCUS OF CONTROL
DAN
KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(STUDI PADA SKPD PEMERINTAH PROVINSI BALI)
I GUSTI AYU ASTI PRATINI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(2)
TESIS
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF
PADA
BUDGETARY SLACK
DENGAN KOMITMEN
ORGANISASI,
INTERNAL LOCUS OF CONTROL
DAN
KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(STUDI PADA SKPD PEMERINTAH PROVINSI BALI)
I GUSTI AYU ASTI PRATINI NIM 1391662031
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(3)
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF
PADA
BUDGETARY SLACK
DENGAN KOMITMEN
ORGANISASI,
INTERNAL LOCUS OF CONTROL
DAN
KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(STUDI PADA SKPD PEMERINTAH PROVINSI BALI)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GUSTI AYU ASTI PRATINI NIM 1391662031
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(4)
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 26 JANUARI 2016
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak.,CPA. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, MSi.,Ak. NIP. 19591202 198702 1 001 NIP. 19580718 198601 1 001
Mengetahui
Ketua Direktur
Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana
Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 19591202 198702 1 001 NIP 19590215 198510 2 001
(5)
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 26 Januari 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
Nomor : 0565/UN14.4/HK/2016
Ketua : Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak., CPA. Sekretaris : Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, MSi., Ak.
Anggota :
1. Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak.
2. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak.
(6)
PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA ILMIAH MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : I Gusti Ayu Asti Pratini
NIM : 1391662031
Program Studi : Magister Akuntansi
Judul Tesis : Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slackdengan Komitmen Organisasi, Internal Locus of Control dan Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Variabel Moderasi (Studi
Pada SKPD Pemerintah Provinsi Bali)
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya
sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat
plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 Tahun
2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 18 April 2016
Mahasiswa,
I Gusti Ayu Asti Pratini
(7)
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas Asung Wara
Nugraha-Nya tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi., Ak.,CPA selaku pembimbing
utama yang dengan sabar memberikan motivasi, bimbingan dan saran selama
persiapan dan pelaksanaan penelitian serta penyelesaian penyusunan tesis. Terima
kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr.Ida Bagus Putra Astika,
SE, MSi., Ak, selaku pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan
kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan
terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas
Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga
(8)
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis Prof.
Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak., Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi. Ak.,
dan Dr. A.A.G.P Widanaputra SE, MSi. Ak., yang telah memberikan masukan,
saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus disertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis
selama mengikuti perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan kuliah serta rekan-rekan mahasiswa Magister Akuntansi
Angkatan XIII atas kebersamaan, kekeluargaan serta dukungannya selama
perkuliahan. Kedua orang tua Bapak I Gusti Bagus Jana dan Ibu Ni Nyoman
Rasmin, kakak-adik tercinta I Gusti Ayu Asri Pramesti, I Gusti Ngurah Surya Tria
Utama dan I Gusti Ngurah Yudhiana yang selalu memberikan dukungan morilnya
kepada penulis. Sahabat tersayang I Gusti Ngurah Bararuna, Ni Luh Putu Ratna
Wahyu Lestari dan Ni Nyoman Kristiana Dewi yang dengan segala kesabaran,
pengorbanan dan ketulusan serta dukungan sepenuh hati sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
Denpasar, Januari 2016
(9)
ABSTRAK
PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADABUDGETARY
SLACKDENGAN KOMITMEN ORGANISASI,INTERNAL LOCUS OF CONTROLDAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(STUDI PADA SKPD PEMERINTAH PROVINSI BALI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh bukti secara empiris moderasi komitmen organisasi, internal locus of control dan ketidakpastian lingkungan terhadap pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten terkait dengan pengaruh penganggaran pasrtisipatif pada budgetary slack. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi (contingency approach) dan variabel komitmen organisasi, internal locus of control dan ketidakpastian lingkungan diduga sebagai variabel pemoderasi pengaruh penganggaran partisipatif padabudgetary slack.
Pengumpulan data menggunakan data primer yang dikumpulkan menggunakan teknik kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 232 pejabat eselon SKPD di Pemerintah Provinsi Bali yang dipilih berdasarkan metodeproportionate stratified random samping. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi moderasi (MRA). Sebelum melakukan analisis regresi moderasi, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala heteroskedastisitas serta model regresi memiliki distribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji ketepatan model (goodness of fit) dengan melihat nilai koefisien determinasi (adjustedR2), hasil uji kelayakan model (uji-F) dan hasil uji hipotesis (uji-t).
Hasil yang diperoleh adalah hasil uji komitmen organisasi (H1) menunjukan bahwa nilai koefisien beta adalah -0,043 dengan angka probabilitas dan signifikansi sebesar 0,012 < 0,05; maka H1diterima, berarti terdapat moderasi komitmen organisasi dan memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil uji internal locus of control (H2) menunjukan bahwa nilai koefisien beta adalah -0,237 dengan angka probabilitas dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05; maka H2 diterima, berarti terdapat moderasi internal locus of control dan memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil uji hipotesis ketidakpastian lingkungan (H3) menunjukan bahwa nilai koefisien adalah 0,105 dengan angka probabilitas dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05; maka H3 diterima, berarti terdapat moderasi ketidakpastian lingkungan dan memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif padabudgetary slack.
Kata kunci: budgetary slack, penganggaran partisipatif, komitmen organisasi, internal locus of control,ketidakpastian lingkungan.
(10)
ABSTRACT
THE EFFECT OF PARTICIPATORY BUDGETING OF BUDGETARY SLACK WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT, INTERNAL LOCUS OF CONTROL AND ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY AS
MODERATING VARIABLE
( A STUDY ON THE PROVINCIAL GOVERNMENT OF BALI)
This research aimed to know and get the empirical prove of empirical moderation of organization commitment, internal locus of control and the environment uncertainty to the participative budgeting on budgetary slack. Several previous researches show inconsistent result regarding the influence of participative budgeting on budgetary slack. The difference between those results can be resolved through contingency approach and organization variable commitment, internal locus of control and the environment uncertainty is considered as the moderating variable of the influence of participative budgeting on budgetary slack.
Data gathering uses primary data which are collected using questioner technique. The amount of sample are 232 eselon SKPD officials in Balinese Province Government which are selected based on proportionate stratified random samping method.The data analyzing technique used is Moderate Regression Analysis (MRA).Before conducting the Moderate Regression Analysis, the classic assumption testing is done to find out the estimated regression result done is free of heterokedasticity and also the regression model has normal distribution. Next the goodness of fit test is done by setting the determination coefficient level (adjusted R2), the goodness of fit model (uji-F) and the hypothesis test result (uji-t).
The result recovered is the first hypothesis result shows that the coefficient grade is -0,043 with the probability number and significant number is 0,012 < 0,05; then H1is accepted, it means that there are organization moderation commitment and
weakens the participative budgeting influence on budgetary slack. The second hypothesis test result shows that the beta coefficient grade is -0,237 with probability value and significance number is 0,000 < 0,05; then H2is accepted, which means that
there is internal locus of control moderation and weakens the influence of participative budgeting on budgetary slack. The result of the third budgetary slack. Hypothesis test shows that the coefficient value is 0,105 with the probability number and significant number is 0,000 < 0,05; then H3is accepted, which means that there is
evident uncertainty moderation and streng then the participative budgeting influence on budgetary slack.
Keywords: budgetary slack, participative budgeting, organization commitment, internal locus of control, environment uncertainty.
(11)
RINGKASAN
Pengaruh Penganggaran Partisipatif PadaBudgetary Slackdengan Komitmen Organisasi,Internal Locus of Controldan Ketidakpastian
Lingkungan Sebagai Variabel Moderasi (Studi Pada SKPD Pemerintah Provinsi Bali)
Anggaran merupakan perkiraan pendapatan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan pemerintah dibutuhkan penetapan anggaran. Penetapan anggaran ini melibatkan banyak pihak dan setiap unit kerja pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar setiap unit bisa memberikan aspirasinya dalam menyusun anggaran sehingga tercipta pembangunan yang sesuai sasaran. Anggaran di pemerintahan sangat penting, karena menyangkut dana publik dan harus dipertanggungjawabkan atas pemakaiannya. Proses penyusunan anggaran yang mengikutsertakan bawahan disebut dengan penganggaran partisipatif. Penganggaran partisipatif memiliki beberapa dampak negatif antara lain memberikan kesempatan yang lebih besar kepada bawahan untuk melakukanbudgetary slack.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh bukti secara empiris moderasi komitmen organisasi, internal locus of control, dan ketidakpastian lingkungan terhadap pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner dan metode penentuan sampel adalah proportionate stratified random sampling. Jumlah kuesioner yang digunakan dalam penelitian adalah 232 kuisioner. Adapun variabel penelitian terdiri dari penganggaran partisipatif (PA) sebagai variabel independen, budgetary slack (BS) sebagai variabel dependen, sedangkan komitmen organisasi (KO), internal locus of control (ILC), dan ketidakpastian lingkungan (KL) sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) dengan model Y = α + β1PA + β2KO + β3ILC + β4KL + β5PAxKO + β6PAxILC +
β7PAxKL+ e. Sebelum melakukan analisis regresi moderasi, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala heteroskedastisitas serta model regresi memiliki distribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji ketepatan model (goodness of fit) dengan melihat nilai koefisien determinasi (adjustedR2), hasil uji F dan uji t. Uji asumsi klasik menyatakan bahwa model regresi yang digunakan berdistribusi normal, tidak terjadi multikolinearitas dan heteroskedastisitas.
Hasil pengujian goodness of fit menunjukkan bahwa model sudah fit, dapat dilihat dari nilai adjusted R2 sebesar 0,536 yang berarti bahwa 53,6% variasi interaksi pengaruh penganggaran partisipatif dengan komitmen organisasi, internal locus of control dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh pada budgetary slack, sedangkan sisanya sebesar 46,4% persen dipengaruhi oleh variasi faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam model persamaan regresi. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = -36,017 + 1,931PA + 1,225KO + 5,255ILC - 2,280KL–0,043 PAxKO–0,237 PAxILC
(12)
+ 0,105 PAxKL + e. Berdasarkan koefisien persamaan yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi penganggaran partisipatif dengan komitmen organisasi (PA*KO), partisipasi penganggaran dengan internal locus of control (PA*ILC), mempunyai pengaruh negatif dan memoderasi (memperlemah) pada budgetary slack (Y), sedangkan interaksi penganggaran partisipatif dengan ketidakpastian lingkungan (PA*KL) berpengaruh positif dan memoderasi (memperkuat) padabudgetary slack.
Hasil uji F memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05, yang
berarti variabel bebas secara bersama-sama mampu memprediksi atau menjelaskan variabel terikat, serta uji t memiliki nilai signifikansi dibawah α
0,05. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b5) adalah -0,043 dengan angka probabilitas dan signifikansi sebesar 0,012 < 0,05; maka H1 diterima, berarti bahwa komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi dan memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil uji hipotesis kedua yang menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b6) adalah -0,237 dengan angka probabilitas dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05; maka H2 diterima, berarti bahwa internal locus of control sebagai variabel pemoderasi dan memperlemah pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack. Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan bahwa nilai koefisien beta (b7) adalah 0,105 dengan angka probabilitas dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05; maka H3 diterima, berarti ketidakpastian lingkungan sebagai variabel pemoderasi dan memperkuat pengaruh penganggaran partisipatif padabudgetary slack.
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM... i
PRASYARAT GELAR... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH MAHASISWA ... v
UCAPAN TERIMAKASIH... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
RINGKASAN ... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan ... 10
2.2 Pendekatan Teori Kontijensi ... 12
2.3 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 13
2.3.1 Proses Penyusunan APBD ... 15
2.4 Penganggaran Partisipatif... 17
2.5 Budgetary Slack... 18
2.6 Komitmen Organsiasi... 19
2.7 Locus of Control... 20
2.8 Ketidakpastian Lingkungan ... 21
2.9 Penelitian Terdahulu ... 22
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 27
3.2 Konsep Penelitian... 29
(14)
3.3.1 Moderasi Komitmen Organisasi terhadap Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada
Budgetary Slack………... 31
3.3.2 Moderasi Internal Locus of Control terhadap Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack………. 32
3.3.3 Moderasi Ketidakpastian Lingkungan terhadap Pengaruh Penganggaran Partisipatif pada Budgetary Slack………... 33
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 35
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
4.3 Ruang Lingkup Penelitian... 37
4.4 Data Penelitian ... 37
4.4.1 Sumber Data ... 37
4.4.2 Jenis Data ... 37
4.3.3 Populasi dan Metode Penentuan Sampel ... 38
4.5 Variabel Penelitian ... 40
4.5.1 Identifikasi Variabel ... 40
4.5.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
4.6 Metode Pengumpulan Data ... 43
4.7 Instrumen Penelitian... 44
4.7.1 Skala Pengukuran ... 44
4.7.2 Uji Reliabilitas dan Validitas ... 44
4.8 Teknis Analisis Data ... 45
4.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 46
4.8.2 Uji Kelayakan Model……….. 48 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Responden... 50
5.2 Karakteristik Responden ... 51
5.3 Hasil Analisis Data... 53
5.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian... 53
5.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 55
5.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik... 57
5.3.4 Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis ... 59
5.4 Pembahasan... 64
5.4.1 Moderasi Komitmen Organisasi terhadap Pengaruh Penganggaran Partisipatif padaBudgetary Slack………….. 64
5.4.2 ModerasiInternal Locus of Controlterhadap Pengaruh Penganggaran Partisipatif padaBudgetary Slack... 66
5.4.3 Moderasi Ketidakpastian lingkungan terhadap Pengaruh Penganggaran Partisipatif padaBudgetary Slack... 67
(15)
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ... 68
6.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 72
(16)
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 APBD Pemerintah Provinsi Bali Tahun Anggaram 2008-2014... 3
4.2 Prosedur Pengambilan Sampel... 40
4.3 Indikator Penilaian Variabel... 43
5.1 Ringkasan Penyebaran dan Pengambilan Kuisioner ... 50
5.2 Profil Responden ... 51
5.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 53
5.4 Hasil Uji Validitas ... 56
5.5 Hasil Uji Realibiltas ... 57
5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 58
(17)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Kerangka Berpikir ... 28 3.2 Konsep Penelitian... 29 4.1 Rancangan Penelitian ... 36
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya... 77
Lampiran 2 Nama-Nama SKPD di Pemerintah Provinsi Bali... 85
Lampiran 3 Kuisioner ... 87
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 93
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas... 94
Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas ... 99
Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas ... 100
Lampiran 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas……….. 101 Lampiran 9 Hasil Uji Analisis Regresi Moderasi... 102
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Operasional disetiap organisasi akan berpedoman pada program kerja dan
anggaran yang sudah disepakati termasuk organisasi sektor publik, seperti
Pemerintah Daerah (Pemda). Pemerintah daerah bersama dengan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) merumuskan berbagai program dan kebijakan yang
dituangkan dalam bentuk anggaran. Anggaran merupakan unsur yang sangat
penting dalam perencanaan, koordinasi dan pengendalian perusahaan yang
berisikan rencana kegiatan di masa mendatang dan mengindikasikan kegiatan
untuk mencapai tujuan perusahaan (Hansen dan Mowen, 1997).
Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan
uang publik. Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah
menjadi instrumen kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik penting karena anggaran
merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan sosial - ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, anggaran
diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya sedangkan keinginan
masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, anggaran juga diperlukan
(20)
2
Pemerintah Provinsi Bali telah mengalami reformasi penganggaran sejak
diberlakukannya otonomi daerah yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah. Reformasi penganggaran merupakan perubahan dari
sistem anggaran tradisional (traditional budget system) ke sistem anggaran berbasis kinerja (performance budget system). Sistem anggaran berbasis kinerja merupakan proses pembangunan yang efisien dan partisipatif dengan harapan
dapat meningkatkan kinerja agen. Anggaran daerah disusun eksekutif sebagai
agen dan disahkan oleh legislatif sebagai prinsipal. Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran
dengan pendekatan berdasarkan target anggaran yang akan dicapai.
Penganggaran partisipatif adalah proses yang menggambarkan
individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap
target anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran
tersebut. Adanya proses penyusunan anggaran secara partisipatif, diharapkan
tercipta anggaran yang sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi yang diharapkan di
masa yang akan datang, sebab bawahan lebih mengetahui kondisi langsung
bagiannya. Masalah yang sering muncul dari adanya keterlibatan manajer tingkat
bawah/menengah dalam penyusunan anggaran adalah timbulnyabudgetary slack. Budgetary slackadalah perbedaan antara jumlah anggaran yang dilaporkan oleh agen dengan jumlah estimasi yang terbaik dari perusahaan (Anthony dan
Govindaradjan, 2007). Agen cenderung mengajukan anggaran dengan
merendahkan pendapatan dan menaikkan biaya dibandingkan dengan estimasi
(21)
3
alasan utama agen melakukan budgetary slack, yaitu; 1) orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat bagus di mata atasan jika
mereka mencapai anggarannya; 2) budgetary slack selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian, jika tidak ada kejadian yang tidak terduga,
maka agen tersebut dapat melampaui/mencapai anggarannya; 3) rencana anggaran
selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber daya (Falikhatun, 2007).
Pemerintah Provinsi Bali dalam usaha mencapai atau merealisasi tujuan
yang diturunkan dari visi dan misi menggunakan anggaran yang dikenal dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Perkembangan APBD tahun
anggaran 2008-2014 Pemerintah Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Dearah Pemerintah Provinsi Bali
Tahun Anggaran 2008-2014 (dalam jutaan)
Tahun Anggaran Pendapatan Asli Daerah (Rp) Realisasi Pendapatan Daerah (Rp) Persen tase (%) Anggaran Belanja Daerah (Rp) Realisasi Belanja Daerah (Rp) Persen tase (%)
2008 1.388.534.527 1.667.388.444 120 1.663.141.617 1.465.983.087 88
2009 1.661.108.445 1.905.128.257 114 2.011.270.070 1.810.946.336 90
2010 1.938.657.385 2.237.707.339 115 2.386.056.543 1.985.850.056 83
2011 2.395.242.073 2.662.219.521 111 2.973.589.154 2.537.727.689 85
2012 3.398.346.627 3.633.133.585 106 4.102.658.268 3.562.732.996 86
2013 3.763.503.621 4.109.377.804 109 4.562.576.195 3.868.740.441 84
2014 4.231.297.026 4.577.678.390 108 5.051.066.963 4.491.645.550 89
Sumber: Pemerintah Provinsi Bali (data diolah 2015)
Berdasarkan Tabel 1.1 terdapat tanda-tanda atau gejala terjadinya
budgetary slack. Angka realisasi pendapatan daerah cenderung lebih tinggi dibandingkan angka anggaran pendapatan daerah yang ditetapkan dan angka
realisasi belanja daerah yang lebih rendah dibanding dengan anggaran belanja
(22)
4
publik yaitu terjadi kesalahan alokasi sumber daya dan bias dalam evaluasi kinerja
agen terhadap unit pertanggungjawabannya.
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah menguji pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack menyatakan hasil yang tidak konsisten, antara lain Lowe dan Shaw (1968), Young (1985), Lukka (1988), Dunk dan Perera
(1996), Falikhatun (2007), Sudarba (2010), Andriyani dan Hidayati (2010), Reysa
(2011), Sandrya (2013), dan Novia (2015) menunjukkan bahwa partisipasi
penganggaran memiliki pengaruh positif dan dapat meningkatkan terjadinya
budgetary slack, karena individu-individu berpartisipasi dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan mencari kemudahan
dalam pencapaian anggaran yang ditetapkan dan menginginkan penghargaan atas
pencapaian target anggaran tersebut. Namun, beberapa penelitian sebelumnya
menunjukkan hasil yang tidak konsisten, dimana penelitian yang dilakukan oleh
Schift dan Lewin (1970), Onsi (1973), Baiman (1982),Common (1976), Dunk
(1993), Fitri (2007), Supanto (2010), Desmiyati (2009), dan Sinaga (2013)
mengungkapkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mengurangi
budgetary slack, karena agen membantu memberikan informasi kepada prinsipal tentang prospek masa depan sehingga anggaran yang disusun menjadi lebih
akurat. Adanya partisipasi dalam penganggaran ini diharapkan mampu membantu
jalannya penganggaran agar mencapai hasil yang baik.
Hasil penelitian yang berlawanan ini mungkin disebabkan karena ada
faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap penganggaran partisipatif pada
(23)
5
diselesaikan melalui pendekatan kontinjensi (contingency approach). Hal ini dilakukan dengan memasukkan variabel lain yang mungkin berpengaruh pada
hubungan penganggaran partisipatif dengan budgetary slack (Govindarajan ,1986). Penelitian ini memasukkan variabel komitmen organisasi,internal locus of control dan ketidakpastian ligkungan sebagai variabel pemoderasi pengaruh penganggaran partisipatif padabudgetary slack.
Budgetary slackdapat dihindari jika anggota organisasi yang berpartisipasi dalam penganggaran memiliki komitmen organisasi yang tinggi. Komitmen
organisasi didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan dan penerimaan tentang
kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada dalam
organisasi tersebut (Mathis,2001). Komitmen organisasi adalah suatu sikap
tentang kesehatan karyawan kepada organisasi mereka dan suatu proses
berkelanjutan dimana anggota organisasi menyatakan perhatian mereka kepada
kesejahteraan dan kesuksesan organisasi selanjutnya. Tinggi rendahnyabudgetary slack tergantung pada apakah individu memilih untuk mengejar kepentingan pribadi atau justru bekerja untuk kepentingan organisasi. Menurut Nouri dan
Parker (1996), komitmen yang tinggi menjadikan individu peduli dengan nasib
organisasi dan berusaha menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik.
Perilaku seorang manajer dalam penyusunan anggaran akan dipengaruhi
oleh karakteristik locus of control. Locus of control merupakan suatu variabel kepribadian tentang keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol
nasib (destiny) dirinya sendiri (Rotter, 1990). Internal locus of control adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan
(24)
6
akan selalu mengambil peran dan tanggungjawab dalam penentuan benar atau
salah, sedangkan orang dengan eksternallocus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada diluar kontrolnya dan percaya hidupnya dipengaruhi oleh
takdir, keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan diluar
dirinya. Seseorang yang tidak memiliki internal locus of control yang baik akan gagal menjalankan tugasnya dalam melakukan penyusunan anggaran, sehingga
berakibat timbulnyabudgetary slack( Sinaga, 2013).
Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa
ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi di
lingkungannya secara akurat (Milliken, 1987). Di dalam lingkungan relatif stabil
(ketidakpastian rendah), individu dapat memprediksi keadaan di masa yang akan
datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat membantu
organisasi menyusun rencana dengan lebih akurat (Duncan, 1972). Kemampuan
memprediksi keadaan di masa datang pada kondisi ketidakpastian lingkungan
yang rendah dapat terjadi pada individu yang berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran. Informasi pribadi (private information) yang dimiliki bawahan dapat digunakan untuk membantu penyusunan anggaran agar lebih akurat karena
bawahan mampu mengatasi ketidakpastian dan dapat digunakan untuk
memprediksi kejadian di masa datang.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu, penelitian ini
memfokuskan pada pengaruh karakteristik individu dan peran organisasi.
Karakteristik individu yang digunakan yaitu variabel internal locus of control yang berpartisipasi pada penyusunan anggaran sehubungan dengan sistem
(25)
7
anggaran berbasis kinerja dan pengaruh peran organisasi menggunakan variabel
komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan. Penelitian ini dilakukan di
sektor publik, yaitu di Pemerintah Provinsi Bali.
Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian-penelitian terdahulu serta
didukung dengan data APBD Pemerintah Provinsi Bali yang diduga adanya
gejala-gejala terjadinya budgetary slack,maka peneliti termotivasi untuk menguji pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slackdengan faktor kontijensi yaitu komitmen organisasi, internal locus of control, dan ketidakpastian lingkungan sebagai variabel pemoderasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di Pemerintah Provinsi Bali.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dan uraian latar belakang masalah, maka terdapat
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah terdapat moderasi komitmen organisasi terhadap pengaruh
penganggaran partisipatif padabudgetary slack?
2) Apakah terdapat moderasi internal locus of control terhadap pengaruh penganggaran partisipatif padabudgetary slack?
3) Apakah terdapat moderasi ketidakpastian lingkungan terhadap pengaruh
(26)
8
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan memperoleh bukti secara empiris:
1) Moderasi komitmen organisasi terhadap pengaruh penganggaran
partisipatif padabudgetary slack.
2) Moderasi internal locus of control terhadap pengaruh penganggaran partisipatif padabudgetary slack.
3) Moderasi ketidakpastian lingkungan terhadap pengaruh penganggaran
partisipatif padabudgetary slack.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris mengenai
ada tidaknya pengaruh antara penganggaran partisipatif pada
budgetary slack dengan komitmen organisasi, internal locus of control dan ketidakpastian lingkungan sebagai variabel moderasi.
b. Memberikan kontribusi praktis bagi pembaca khususnya organisasi
SKPD di Pemerintah Provinsi Bali terkait dengan permasalahan
budgetary slackyang terjadi dalam proses penganggaran daerah. 2) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi,
wawasan, dan pengetahuan bagi pembaca tesis ini dalam arti hasil
(27)
9
sudah ada dan teori-teori dalam akuntansi yang mendukung, seperti teori
keagenan dan teori kontijensi, serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti
yang akan melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan
masalah budgetary slack dengan komitmen organisasi, internal locus of controldan ketidakpastian lingkungan sebagai variabel moderasi.
(28)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian ini menggunakan teori keagenan (agency theory) sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori kontijensi (contingency theory) sebagai teori pendukung (supporting theory). Disamping itu, bab ini juga menjelaskan pemahaman tentang anggaran dan slack serta penjelasan lainnya yang saling berhubungan.
2.1 Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara prinsipal dan agen. Pihak prinsipal adalah pihak yang
memberikan mandat kepada agen untuk melakukan semua kegiatan atas nama
prinsipal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Hubungan keagenan
ini akan menciptakan dua masalah yaitu; 1) terjadinya asimetri informasi, dan 2)
konflik kepentingan, yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara agen dan
prinsipal sehingga agen tidak selalu bertindak sesuai kepentingan pemilik
(Wendy, 2010).
Menurut Eisenhardt (1989), teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi,
yaitu; 1) asumsi tentang sifat manusia, mengemukakan bahwa manusia memiliki
kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan menghindari risiko (risk aversion); 2) asumsi tentang keorganisasian, mengemukakan adanya konflik antar anggota organisasi, efisien sebagai kriteria produktivitas dan adanya
(29)
11
asimetris informasi antara pemilik perusahaan dan manajemen; 3) asumsi tentang
informasi, menerangkan bahwa informasi dipandang sebagai komoditas yang
dapat diperjual-belikan.
Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal akan terus meningkat,
karena prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari, sedangkan agen
memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan
kerja dan organisasinya secara keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan
asimetri informasi, yaitu ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen.
Hal ini dapat terjadi misalnya, jika dalam melakukan kebijakan pemberian
rewards perusahaan kepada bawahan didasarkan pada pencapaian anggaran. Bawahan cenderung memberikan informasi yang bias agar anggaran mudah
dicapai dan mendapatkan rewards berdasarkan pencapaian anggaran tersebut, kondisi ini akan menyebabkan terjadinyabudgetary slack(Darlis, 2002).
Berdasarkan penjelasan teori keagenan tersebut, maka dalam penelitian ini
yang bertindak sebagai prinsipal adalah pejabat Eselon II (Kepala Dinas, Kepala
Inspektorat, Kepala Badan Daerah dan Kepala Biro), sedangkan yang bertindak
sebagai agen adalah pejabat Eselon III (Kepala Bidang pada Badan Daerah, Dinas
Daerah dan Inspektorat, Sekretaris pada Badan Daerah, Dinas Daerah dan Kepala
Bagian di Lingkungan Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Bali), dan pejabat
Eselon IV (Kepala Seksi dan Kepala Sub.Bagian) yang ikut berpartisipasi dalam
(30)
12
2.2 Pendekatan Teori Kontijensi
Pendekatan kontijensi merupakan sebuah aplikasi konsep yang
menyatakan bahwa tidak ada suatu sistem kontrol terbaik yang dapat diterapkan
untuk semua organisasi dan penerapan sistem yang tepat harus memandang
adanya keterlibatan variabel konstektual dimana organisasi tersebut berada. Teori
kontinjensi dapat digunakan untuk menganalisis desain dan sistem akuntansi
manajemen untuk memberikan informasi yang dapat digunakan perusahaan untuk
berbagai macam tujuan dan untuk menghadapi persaingan ( Otley, 1980 ).
Hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya
ketidakonsistenan antara penelitian satu dengan penelitian lainnya, kemungkinan
adanya variabel lain yang mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran
denganbudgetary slack. Ghozali (2007) mengatakan kemungkinan belum adanya kesatuan hasil penelitian mengenai anggaran dan implikasinya, disebabkan
adanya faktor-faktor tertentu (situational factors)atau yang lebih dikenal dengan variabel kontijensi (contingency variables). Selain itu, Govindarajan (1986) menyatakan bahwa perbedaan hasil penelitian tersebut dapat diselesaikan melalui
pendekatan kontinjensi (contingency approach). Hal ini dilakukan dengan memasukkan variabel lain yang mungkin mempengaruhi partisipasi anggaran
dengan budgetary slack. Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan variabel-variabel moderating untuk penelitian partisipasi penganggaran dan budgetary slack. Desmiyati (2009) menyatakan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dan komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan pada
(31)
13
budgetary slack. Sudarba (2010) menguji interaksi budgetary slack, anggaran partisipatif, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan. Hasil
menunjukkan bahwa anggaran partisipatif yang tinggi akan meningkatkan
budgetary slack, komitmen organisasi berpengaruh signifikan pada budgetary slack. Hasil penelitian menunjukkan ketidakonsistenan antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lainnya, sehingga para peneliti berkesimpulan terdapat
variabel lain yang mempengaruhi antara partisipasi anggaran dengan budgetary slack.
Dalam penelitian ini, pendekatan kontijensi akan diadopsi untuk
mengevaluasi keefektifan antara partisipasi terhadap budgetary slack . Faktor kontijensi yang dipilih dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi, internal
locus of control dan ketidakpastian lingkungan. Faktor tersebut akan berperan sebagai variable moderasi dalam hubungan antara penganggaran partisipatif pada
budgetary slack.
2.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrumen hukum untuk
mendukung reformasi penganggaran daerah. Kementerian Dalam Negeri telah
mengeluarkan UU No.32/2004 tentang pemerintah daerah, Permendagri
No.13/2006, Peraturan Pemerintah No.58/2005, dan Permendagri No.37/2012
sebagai pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Lembaga-lembaga yang berperan penting dalam perencanaan dan
penganggaran daerah berdasarkan UU.No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan
(32)
14
adalah Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD), Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), Kepala daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan praktek-praktek penyimpangan
pengelolaan keuangan negara. Salah satu penanggulangan yang dilakukan
pemerintah pusat adalah memperbaiki sistem keuangan negara dengan
menerapkan sistem penganggaran yang disebut dengan anggaran berbasis kinerja.
Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) merupakan proses penyusunan APBD di
organisasi sektor publik untuk tata kelola pemerintahan, yakni proses
pembangunan yang efisien dan partisipatif, serta terjadi reformasi anggaran, yaitu
penggunaan sistem anggaran berbasis kinerja (performance budget system) untuk menggantikan sistem anggaran tradisional (traditional budget system). Proses pembangunan ini melibatkan pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan
kegiatan pemerintahan, dan dalam tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai
penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik. Salah satu kunci utama
penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah penentuan kinerja, adanya ukuran
kinerja yang jelas dan dapat diverifikasi terhadap outcome, output maupun kewajaran dana yang dikeluarkan dengan output yang dicapai (Mahsun,
(33)
15
2.3.1 Proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) No.59
Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan
APBD adalah sebagai berikut.
1. Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas
pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
2. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
Berdasarkan RKPD, pemerintah daerah kemudian menyusun KUA, yang
memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program yang
akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan
daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan, alokasi belanja daerah,
sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang
mendasari. Rancangan KUA disampaikan kepada DPRD paling lambat
pertengahan bulan Juni sebelum tahun anggaran dan disepakati bersama oleh
(34)
16
3. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA)
Berdasarkan KUA yang telah disepakati, Pemda dan DPRD menyusun PPA,
yang disepakati paling lambat bulan Juli sebelum tahun anggaran. KUA dan
PPA yang telah disepakati kemudian dituangkan kedalam nota kesepakatan
yang ditandatangani bersama oleh pihak kepala daerah dan pimpinan DPRD.
Berdasarkan nota kesepakatan tersebut pemerintah daerah menerbitkan surat
edaran tentang pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat daerah (RKA-SKPD). Surat edaran tersebut diterbitkan
paling lambat awal bulan Agustus sebelum tahun anggaran dimulai.
4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
Berdasarkan surat edaran yang diterbitkan oleh pemerintah daerah,
masing-masing SKPD kemudian menyusun RKA-SKPD. Surat edaran tersebut
memuat arah dan kebijakan umum APBD, strategi dan prioritas APBD,
standar biaya, standar pelayanan minimal, dan formulir RKA-SKPD. Formulir
RKA-SKPD merupakan dokumen yang memuat rancangan anggaran unit
kerja yang disampaikan oleh setiap unit kerja. RKA-SKPD memuat
pernyataan mengenai:
a. Visi dan misi unit kerja.
b. Deskripsi Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) unit kerja.
c. Rencana program dan kegiatan unit kerja beserta tolak ukur dan target
(35)
17
RKA-SKPD kemudian disampaikan kepada tim anggaran pemerintah daerah
untuk dievaluasi. Tim anggaran pemerintah daerah mengevaluasi dan
menganalisis:
1) Kesesuaian antara rancangan anggaran unit kerja dengan program dan
kegiatan berdasarkan yang direncanakan unit kerja.
2) Kesesuaian program dan kegiatan berdasarkan tugas pokok dan fungsi unit
kerja.
3) Kewajaran antara anggaran dengan target kinerja berdasarkan Standar
Analisa Biaya (SAB) yang telah diperhitungkan.
5. Penyusunan RAPBD
Rencana kerja dan anggaran masing-masing SKPD yang telah dievaluasi oleh
tim anggaran pemerintah daerah selanjutnya dirangkum menjadi Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).
6. Penetapan APBD
Pemerintah daerah menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (RAPBD) kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama
bulan Oktober sebelum tahun anggaran untuk dibahas. RABPD ditetapkan
menjadi APBD setelah mendapatkan persetujuan bersama dari pemerintah
daerah dan DPRD paling lambat satu bulan sebelum tahun anggaran dimulai.
2.4 Penganggaran Partisipatif
Penganggaran partisipatif adalah tingkat seberapa besar keterlibatan dan
(36)
18
menyusun anggaran yang ada dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah, baik secara
periodik maupun tahunan.
Partisipasi penganggaran diperlukan karena bawahan yang lebih
mengetahui kondisi langsung bagiannya (Suprasto, 2006). Dengan demikian,
tujuan perusahaan akan lebih dapat diterima jika seluruh anggota organisasi dapat
bersama-sama dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat dan
informasi mengenai tujuan perusahaan dan terlibat dalam menentukan
langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Murray (1990) menyatakan bahwa
partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran mempunyai konsekuensi
terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi yang selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja dari anggota organisasi tersebut.
2.5Budgetary slack
Anthony dan Govindarajan (2007) mendefinisikan budgetary slack sebagai perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai
dengan estimasi yang sesungguhnya, tujuannya agar target dapat lebih mudah
dicapai oleh bawahan, karena itu dapat disimpulkan bahwa budgetary slack, yaitu suatu tindakan bagian dalam menyusun anggaran cenderung menurunkan tingkat
penjualan dari biaya yang seharusnya dicapai, sehingga anggaran yang dihasilkan
lebih mudah dicapai. Menurut Ikhsan (2007), slack adalah selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk efisien menyelesaikan suatu tugas dan
(37)
19
Budgetary slack juga digambarkan sebagai dysfunctional behaviorkarena manajer berusaha untuk memuaskan kepentingannya yang nantinya akan
merugikan organisasi. Merchant (1985), Lukka (1988), dan Young (1985)
mempunyai pengertian yang sama mengenai slack anggaran, yaitu sebagai pengungkapan yang dimasukkan dalam anggaran yang memungkinkan mudah
dicapai. Jika anggaran lebih mudah dicapai karena adanya slackatau faktor-faktor lain sebagai akibat adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran, yang terjadi
adalah menurunnya atau menghilangnya keuntungan motivator yang
sesungguhnya.
Budgetary slack disebabkan oleh empat kondisi, yaitu; 1) terdapat informasi asimetri antara manajer (bawahan) dengan atasan mereka; 2) kinerja
manajer tidak pasti, jika terdapat kepastian dalam kinerja, maka atasan dapat
menduga usaha manajer melaluioutputmereka sehingga senjangan anggaran sulit untuk dilakukan; 3) manajer mempunyai kepentingan pribadi; 4) adanya konflik
tujuan antara manajer dengan atasan mereka (Fitri, 2007).
2.6 Komitmen Organisasi
Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai
suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan
dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
Sopiah (2008) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai derajat dimana
karyawan percaya dan mau menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap
(38)
20
tinggi maupun rendah akan berdampak pada; 1) karyawan itu sendiri, misalnya
terhadap pengembangan karir karyawan itu di organisasi atau perusahaan; 2)
organisasi, karyawan yang berkomitmen tinggi pada organisasi akan
menimbulkan kinerja organisasi yang tinggi, tingkat obsensi berkurang, loyalitas
karyawan dan lain-lain (Sopiah, 2008). Pada konteks pemerintahan daerah, aparat
yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi, akan menggunakan informasi
yang dimilki untuk membuat anggaran menjadi relatif lebih tepat. Adanya
komitmen organisasi yang tinggi budgetary slackdapat dihindari.
2.7Locus of Control
Rotter (1990) mendefinisikan locus of control sebagai suatu variabel kepribadian tentang keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol
nasib (destiny) dirinya sendiri. Konsep Locus of control didasarkan pada teori pembelajaran sosial (theory social learning). Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa pilihan dibuat oleh individu dari berbagai macam perilaku
potensial yang tersedia untuk mereka (Reiss dan Mitra, 1998). Locus of control didefinisikan Tsui dan Gul (1996) sebagai sejauh mana seseorang merasakan
hubungan kontijensi antara tindakan dan hasil yang mereka peroleh. Seseorang
yang percaya bahwa mereka memiliki pengendalian atas takdir mereka disebut
internal. Dalam hal ini, mereka mempercayai bahwa pengendalian itu terletak
dalam diri mereka sendiri. Pihak, eksternal adalah orang yang percaya bahwa hasil
(39)
21
contoh, oleh takdir, keberuntungan, kekuatan yang lain atau sesuatu yang tidak
dapat diprediksi.
Berdasarkan pada teori locus of control, bahwa perilaku seorang manajer dalam penyusunan anggaran akan dipengaruhi oleh karakteristik locus of control-nya. Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran
dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sebaliknya, orang dengan
eksternallocus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan,
dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Penelitian
Singer (2001) mencoba untuk mengungkapkan eskalasi komitmen yang
berbeda-beda pada individu yangsensitizerdanrepressordan individu yang internallocus of control dan eksternal locus of control. Hasil mengungkapkan bahwa individu yang repressor cenderung mengalami eskalasi lebih besar daripada individu yang
sensitizer, demikian juga dengan individu yang cenderung internal locus of control mengalami eskalasi lebih besar daripada individu yang cenderung eksternallocus of control.
2.8 Ketidakpastian Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering
menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi
(40)
22
Seseorang mengalami ketidakpastian karena dia merasa tidak memiliki informasi
yang cukup untuk meprediksi masa depan secara akurat.
Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal dari
lingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator,dan teknologi
yang dibutuhkan (Govindarajan,1986). Individu akan mengalami ketidakpastian
lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak
dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah, sedangkan
dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah (lingkungan relatif stabil), individu
dapat memprediksi keadaan di masa datang sehingga langkah-langkah yang akan
dilakukannya dapat direncanakan dengan lebih akurat ( Darlis, 2002). Kondisi
yang relatif stabil ini dapat dimanfaatkan oleh anggota organisasi untuk
membantu organisasi membuat perencanaan yang akurat.
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah menguji pengaruh penganggaran
partisipatif pada budgetary slack menyatakan hasil yang tidak konsisten antara lain, Schift dan Lewin (1970) meneliti pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack, objek penelitiannya adalah tiga divisi dari 100 perusahaan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Hasil dari penelitian
ini menyatakan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack.
Onsi (1973) meneliti pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack, objek penelitiannya adalah 7 perusahaan manufaktur dengan 107 responden.
(41)
23
Teknik analisis yang digunakan regresi linier sederhana. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack. Common (1976) meneliti pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack yang menyatakan bahwa anggaran partisipatif dapat mengurangi terjadinya budgetary slack. Penelitian ini didukung oleh penelitian Baiman (1982) yang meneliti pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian
menunjukan bahwa anggaran partisipatif cenderung mengurangibudgetary slack. Fitri (2007) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, asimetri informasi dan komitmen organisasi, dengan menggunakan teknik path analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh negatif tetapi signifikan pada budgetary slack melalui asimetri informasi dan komitmen organisasi. Anggaran partisipatif berpengaruh positif dan signifikan
pada komitmen organisasi. Asimetri informasi, anggaran partisipatif dan
komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. Asimetri informasi berpengaruh tidak signifikan terhadap budgetary slack. Asimetri informasi berpengaruh negatif dan signifikan pada anggaran partisipatif
dan komitmen organisasi. Komitmen organisasi melalui asimetri informasi dan
anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan padabudgetary slack. Desmiyati (2009) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, komitmen organisasi. Responden penelitian ini adalah pejabat Eselon III dan
Eselon IV di Pemda Kabupaten Indargiri Hulu, dengan menggunakan teknik
(42)
24
partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dan komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan
padabudgetary slack.
Supanto (2010) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, asimetri informasi, motivasi dan budaya organisasi. Teknik analisis menggunakan
analisis regresi moderasi. Objek pada penelitian ini adalah Politeknik Negeri
Semarang. Penelitian ini menunjukkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh
negatif dan signifikan padabudgetary slack, asimetri informasi dapat memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack, motivasi dan budaya organisasi tidak dapat memoderasi pengaruh anggaran partisipatif padabudgetary slack.
Falikhatun (2007) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, asimetri informasi, budaya organisasi, dan grup cohesiveness dengan menggunakan analisis regresi moderasi, menunjukkan bahwa anggaran partisipatif
berpengaruh positif signifikan pada budgetary slack, asimetri informasi dan grup cohesiveness memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack budaya organisasi (employee oriented) tidak memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack. Penelitian ini ddukung oleh Lowe dan Shaw (1968), Young (1985), Lukka (1988), Dunk dan Perera (1997) menunjukkan
bahwa anggaran partisipatif berpengaruh positif padabudgetary slack.
Sudarba (2010) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan dengan menggunakan teknik
(43)
25
partisipatif yang tinggi akan meningkatkanbudgetary slack, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan padabudgetary slack.
Andriyani dan Hidayati (2010) anggaran partisipatif berpengaruh positif
pada budgetary slack, komitmen organisasi berpengaruh positif pada budgetary slack, kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada budgetary salck. Penelitian Reysa (2011) menunjukkan hasil bahwa anggaran partisipatif
berpengaruh positif pada budgetary slack, asimetri informasi merupakan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack, budaya organisasi merupakan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif
pada budgetary slack, grup cohesiveness merupakan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif padabudgetary slack.
Sandrya (2013) meneliti tentang pengaruh anggaran partisipatif pada
budgetary slack dengan asimetri informasi, komitmen organisasi, budaya organisasi dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi. Teknik analisis
menggunakan analisis regresi moderasi. Hasil menunjukkan bahwa anggaran
partisipatif berpengaruh positif terhadap budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dengan asimetri informasi berpengaruh positif pada budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dengan komitmen organisasi berpengaruh negatif
pada budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dengan budaya organisasi berpengaruh negatif pada budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dengan kapasitas individu berpengaruh positif pada budgetary slack. Penelitian ini didukung oleh Novia (2015) yang menunjukkan bahwa anggaran partisipatif
(44)
26
informasi, locus of control, self esteem dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi. asimetri informasi merupakan variabel yang memoderasi
(memperlemah) pengaruh anggaran partisipatif padabudgetary slack, variabelself esteem mampu memoderasi (memperlemah) pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, variabel locus of control mampu memoderasi (memperlemah) pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, variabel kapasitas individu mampu memoderasi (memperkuat) pengaruh
penganggaran partisipatif padabudgetary slack.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong
peneliti untuk menggunakan variabel kontijensi yang memoderasi hubungan
antara anggaran partisipatif dan budgetary slack. Variabel kontijensi yang digunakan adalah komitmen organisasi, internal locus of control dan ketidakpastian lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh variabel
(1)
contoh, oleh takdir, keberuntungan, kekuatan yang lain atau sesuatu yang tidak dapat diprediksi.
Berdasarkan pada teori locus of control, bahwa perilaku seorang manajer dalam penyusunan anggaran akan dipengaruhi oleh karakteristik locus of control-nya. Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sebaliknya, orang dengan eksternallocus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Penelitian Singer (2001) mencoba untuk mengungkapkan eskalasi komitmen yang berbeda-beda pada individu yangsensitizerdanrepressordan individu yang internallocus of control dan eksternal locus of control. Hasil mengungkapkan bahwa individu yang repressor cenderung mengalami eskalasi lebih besar daripada individu yang sensitizer, demikian juga dengan individu yang cenderung internal locus of control mengalami eskalasi lebih besar daripada individu yang cenderung eksternallocus of control.
2.8 Ketidakpastian Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan lingkungan. Ketidakpastian merupakan persepsi dari anggota organisasi.
(2)
Seseorang mengalami ketidakpastian karena dia merasa tidak memiliki informasi yang cukup untuk meprediksi masa depan secara akurat.
Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal dari lingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator,dan teknologi yang dibutuhkan (Govindarajan,1986). Individu akan mengalami ketidakpastian lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah, sedangkan dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah (lingkungan relatif stabil), individu dapat memprediksi keadaan di masa datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat direncanakan dengan lebih akurat ( Darlis, 2002). Kondisi yang relatif stabil ini dapat dimanfaatkan oleh anggota organisasi untuk membantu organisasi membuat perencanaan yang akurat.
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah menguji pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack menyatakan hasil yang tidak konsisten antara lain, Schift dan Lewin (1970) meneliti pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack, objek penelitiannya adalah tiga divisi dari 100 perusahaan dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack.
Onsi (1973) meneliti pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack, objek penelitiannya adalah 7 perusahaan manufaktur dengan 107 responden.
(3)
Teknik analisis yang digunakan regresi linier sederhana. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh negatif pada budgetary slack. Common (1976) meneliti pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack yang menyatakan bahwa anggaran partisipatif dapat mengurangi terjadinya budgetary slack. Penelitian ini didukung oleh penelitian Baiman (1982) yang meneliti pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa anggaran partisipatif cenderung mengurangibudgetary slack.
Fitri (2007) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, asimetri informasi dan komitmen organisasi, dengan menggunakan teknik path analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh negatif tetapi signifikan pada budgetary slack melalui asimetri informasi dan komitmen organisasi. Anggaran partisipatif berpengaruh positif dan signifikan pada komitmen organisasi. Asimetri informasi, anggaran partisipatif dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap budgetary slack. Asimetri informasi berpengaruh tidak signifikan terhadap budgetary slack. Asimetri informasi berpengaruh negatif dan signifikan pada anggaran partisipatif dan komitmen organisasi. Komitmen organisasi melalui asimetri informasi dan anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan padabudgetary slack.
Desmiyati (2009) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, komitmen organisasi. Responden penelitian ini adalah pejabat Eselon III dan Eselon IV di Pemda Kabupaten Indargiri Hulu, dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa anggaran
(4)
partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan pada budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dan komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan padabudgetary slack.
Supanto (2010) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, asimetri informasi, motivasi dan budaya organisasi. Teknik analisis menggunakan analisis regresi moderasi. Objek pada penelitian ini adalah Politeknik Negeri Semarang. Penelitian ini menunjukkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh negatif dan signifikan padabudgetary slack, asimetri informasi dapat memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack, motivasi dan budaya organisasi tidak dapat memoderasi pengaruh anggaran partisipatif padabudgetary slack.
Falikhatun (2007) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, asimetri informasi, budaya organisasi, dan grup cohesiveness dengan menggunakan analisis regresi moderasi, menunjukkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh positif signifikan pada budgetary slack, asimetri informasi dan grup cohesiveness memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack budaya organisasi (employee oriented) tidak memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack. Penelitian ini ddukung oleh Lowe dan Shaw (1968), Young (1985), Lukka (1988), Dunk dan Perera (1997) menunjukkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh positif padabudgetary slack.
Sudarba (2010) meneliti tentang budgetary slack, anggaran partisipatif, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggaran
(5)
partisipatif yang tinggi akan meningkatkanbudgetary slack, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan padabudgetary slack.
Andriyani dan Hidayati (2010) anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack, komitmen organisasi berpengaruh positif pada budgetary slack, kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada budgetary salck. Penelitian Reysa (2011) menunjukkan hasil bahwa anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack, asimetri informasi merupakan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack, budaya organisasi merupakan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack, grup cohesiveness merupakan variabel yang memoderasi pengaruh anggaran partisipatif padabudgetary slack.
Sandrya (2013) meneliti tentang pengaruh anggaran partisipatif pada budgetary slack dengan asimetri informasi, komitmen organisasi, budaya organisasi dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi. Teknik analisis menggunakan analisis regresi moderasi. Hasil menunjukkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh positif terhadap budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dengan asimetri informasi berpengaruh positif pada budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dengan komitmen organisasi berpengaruh negatif pada budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dengan budaya organisasi berpengaruh negatif pada budgetary slack, interaksi anggaran partisipatif dengan kapasitas individu berpengaruh positif pada budgetary slack. Penelitian ini didukung oleh Novia (2015) yang menunjukkan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh positif pada budgetary slack, dengan menggunakan asimetri
(6)
informasi, locus of control, self esteem dan kapasitas individu sebagai variabel moderasi. asimetri informasi merupakan variabel yang memoderasi (memperlemah) pengaruh anggaran partisipatif padabudgetary slack, variabelself esteem mampu memoderasi (memperlemah) pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, variabel locus of control mampu memoderasi (memperlemah) pengaruh penganggaran partisipatif pada budgetary slack, variabel kapasitas individu mampu memoderasi (memperkuat) pengaruh penganggaran partisipatif padabudgetary slack.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk menggunakan variabel kontijensi yang memoderasi hubungan antara anggaran partisipatif dan budgetary slack. Variabel kontijensi yang digunakan adalah komitmen organisasi, internal locus of control dan ketidakpastian lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh variabel kontijensi dapat memperkuat atau memperlemah hubungan tersebut.