PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN KOSMETIKA KECANTIKAN KELAS XI TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR.

(1)

Terhadap Hasil Belajar Kosmetika Kecantikan Kelas XI

Tata Kecantikan SMK NEGERI 3

Pematangsiantar

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

SISKA SEMBIRING

509344028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Siska Sembiring, NIM: 509344028, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Kosmetika Kecantikan Kelas XI Tata kecantikan SMK Negeri 3 Pematangsiantar” Skripsi, Medan: Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan, Jurusan PKK, Prodi Tata Rias, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana hasil belajar kosmetika kecantikan siswa kelas XI-1 SMK Negeri 3 Pematangsiantar dengan model Pembelajaran Konvensional, (2) bagaimana hasil belajar kosmetika kecantikan siswa kelas XI-2 SMK Negeri 3 Pematangsiantar menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, (3) apakah terdapat perbedaan antara model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan model Pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar kosmetika kecantikan siswa kelas XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI Kecantikan SMK Negeri 3 Pematangsiantar. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI Kecantikan SMK Negeri 3 Pematangsiantar yang terdiri dari 2 kelas yang berjumlah 50 orang siswa. Kedua Kelas digunakan sebagai sampel, sehingga kelas XI-1dilaksanakan model Pembelajaran Konvensional sedangkan XI-2 dilaksanakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembelajaran, dimana setiap kelas terdiri dari 25 orang siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian quasi eksperimen.

Berdasarkan hasil analisis data untuk kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw diperoleh skor rata-rata pretest = 24,33 dengan standar deviasi sebesar 3,023 sedangkan skor rata-rata postest = 26,88 dengan standar deviasi sebesar 2,712. Untuk kelas kontrol yang diberikan pembelajaran konvensional diperoleh skor rata-rata pretest = 23,2 dengan standar deviasi sebesar 3,415 sedangkan skor rata-rata postest = 24,75 dengan standar deviasi 3,506. Kedua sampel penelitian ini berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Hasil uji thitung = 2,412, sedangkan ttabel = 1,676 pada α = 0,05 dimana thitung > ttabel = 2,412 >

1,676 sehingga diperoleh adanya pengaruh yang signifikan dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada materi kosmetika kecantikan di kelas XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

Kosmetika Kecantikan Kelas XI Tata kecantikan SMK Negeri 3

Pematangsiantar”.

Penulisan skripsi ini ditunjukkan untuk melengkapi persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan. Meskipun penyusunan skripsi ini telah diupayakan seoptimal mungkin, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan baik dari moril dan materil yang tak ternilai harganya. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Abdul Hamid K, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Lely Fridiarty, M.Pd selaku ketua Jurusan PKK Fakultas

Teknik Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dr. Dina Ampera, M.Si selaku Sekertaris Jurusan PKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Dra. Siti Wahidah, M.Si selaku ketua Program Studi Tata Rias Universitas Negeri Medan.


(7)

iii

5. Ibu Dra. Nurhayati Tanjung, M.Pd dan Ibu Dr. Dina Ampera, M.Si

selaku Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Alm Dra. Haslinda Agustina, M.Si selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

7. Ibu Dra. Marnala Tobing, M.Pd dan Ibu Dra. Siti Wahidah selaku

Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknik khususnya Jurusan PKK

Program Studi Tata Rias yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Kampus tercinta ini.

9. Seluruh pegawai Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

10.Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Pematang Siantar Bapak Drs.

Saffrudin, Ibu Rosmayatur Selaku Ketua Jurusan Tata Kecantikan , Ibu Doni Pardede Selaku Wali Kelas dan semua guru/staff di SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

11.Teristimewa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua

orangtua tercinta Ayahanda K. Sembiring, Ibunda M. Br Sebayang

yang telah memberikan bantuan moral maupun material serta do’a

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Medan dengan baik.


(8)

iv

12.Kakak ( Sri Dewi Sembiring dan Destiani Ermaluita Sembiring, S.Pd).

Abang (Oriza Kamadita Sembiring, Amd, Patar Simbolon, S.Pd, Jumpa Ginting dan Lusianus Kacaribu). Kepada keponakanku ( Aryanti Anna Putri dan Chaska Andraya Devana Simbolon) serta kepada sanak keluarga yang telah membantu penulis dan memberikan motivasi dari awal perkuliahan hingga memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan.

13.Penulis Juga berterima kasih kepada sahabat-sahabat penulis

“NiQiWiTiSie’ (Yuni Mahrani Lubis, Asrah Rezki Fauzani, S.Pd,

Wida Maria Pasaribu, Titi Pratitis, S.Pd), Sri Seza Manik, Lise Indriani Lubis, Resti Sipahutar, Erdina Hutagalung, Desi Febrina, Toman Hutasoit, Iin Tata, Eka Rina, Gita Misisasi, Tiwi, Siska Purba dan teristimewa buat abangnda Riko Ardianta serta rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Tata Rias Angkatan 2009.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2014

Siska Sembiring 509344028


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 7

C. Pembatasan Masalah 8

D. Perumusan Masalah 8

E. Tujuan Penelitian 9

F. Manfaat Penelitian 10

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR

DAN RUMUSAN HIPOTESIS 11

A. Kerangka Teoritis 11

1. Pengertian Belajar 11

2. Pengertian Hasil Belajar 12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 13

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 16

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 17

6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw 20

7. Model Pembelajaran Konvensional 23

8. Karakteristik Model Konvensional 25

9. Langkah-langkah Model Konvensional 26

10. Keunggulan dan Kelemahan Model Konvensional 27

11. Hakekat Kosmetika Kecantikan Tradisional 29

1. Konsep Kosmetikologi 29

2. Kosmetika Tradisional 31

a. Pemanfaatan Akar Untuk Kosmetika Tradisional 31

b. Pemanfaatan Umbi Untuk Kosmetika Tradisional 35

c. Pemanfaatan Batang Untuk Kosmetika Tradisional 40

d. Pemanfaatan Daun Untuk Kosmetika Tradisional 43

e. Pemanfaatan Bunga Untuk Kosmetika Tradisional 46

f. Pemanfaatan Buah Untuk Kosmetika Tradisional 49

g. Pemanfaatan Biji Untuk Kosmetika Tradisional 52

B. Kerangka Konseptual 54

C. Pengajuan Hipotesis 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 57


(10)

B. Populasi dan Sampel 57

C. Jenis Penelitian 58

D. Variabel dan Devenisi Operasional Variabel Penelitian 58

E. Teknik Pengumpulan Data 60

F. Prosedur/ Langkah Penelitian 60

G. Instrumen Penelitian 62

H. Uji Coba Instrumen 63

I. Teknik Analisis Data 67

1. Deskripsi Data 67

2. Uji Persyaratan Analisis Data 68

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 72

A. Hasil Penelitian 72

1. Deskripsi Data Penelitian 72

2. Uji Persyaratan Data 77

a. Uji Homogenitas Data 77

b. Uji Homogenitas Data 77

c. Hasil Pengujian Hipotesis 79

B. Temuan Peneliti 79

C. Pembahasan Penelitian 80

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN 82

A. Kesimpulan 82

B. Implikasi 82

C. Saran 83

DAFTAR PUSTAKA 84


(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Akar Bunga Tasbih (Canna indica L.) 31

2 Akar Ginseng (Pannax) 32

3 Kunyit (Curcuma Domesticaerhizoma) 34

4 Wortel (Daucus Carotta. L) 36

5 Umbi Batang Pisang 37

6 Bengkuang 38

7 Kayu Manis 39

8 Batang Pisang 41

9 Seledri 42

10 Mangkokan 43

11 Urang-aring (Eclipta prostarata L.) 44

12 Bunga Kenanga 45

13 Bunga Mawar 46

14 Bunga kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) 47

15 Pisang (Musa Paradisiaca L.) 48

16 Tomat 49

17 Kelapa 49

18 Kacang Hijau 51

19 Kemiri 52

20 Diagram Batang Skor Pretest Kelas Eksperimen 71

21 Diagram Batang Skor Postest Kelas Eksperimen 72

22 Diagram Batang Skor Pretest Kelas Kontrol 73


(12)

82

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Friska. 2012. Skripsi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Pemberian Tugas Pada Mata Pelajaran Kosmetika Kecantikan Siswa Kelas XI SMK Pembangunan Daerah Lubuk Pakam T.P 2012/2013

Afyanty, Desy. 2010. Diktat Kosmetika Tradisional. Universitas Negeri Medan. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta E. Slavin Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.

Bandung:Nusa Media

Hakim, Nelly. 2008. Tata Kecantikan Kulit Tingkat Terampil. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Hariana, Arief. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Metode. Jakarta: Rineka Cipta Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Kustanti, Herni,dkk. 2009. Tata Kecantikan Kulit Jilid 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Mumpuni,Y.dr. 2010. Cara Jitu Mengatasi Jerawat. Yogyakarta: andi Modul Tata Kecantikan SMK Pembangunan Daerah Lubuk Pakam. 2010

Retno Iswari T, Fatma Latifah, (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahua Kosmetik, Gramedia Pusatka Utama, Jakarta, Indonesia

Rostamailis,dkk.2009. Tata Kecantinan Rambut Jilid 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Cet, IV, Jakarta: Rineka Cipta.

Sembiring, Destiani. Skripsi. Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Hasil belajar Pada Materi Pokok Besaran dan Pengukuran di Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 3 Binjai T.A 2007/2008.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta : Kharisma Putra Utama.


(13)

83

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung

http://www.scribd.com/doc/87914090/51282702-Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ahli, Diakses Tanggal 26 Mei 2013

http://penyuburrambut.org/penyubur-rambut-tradisional/. Diakses Tanggal 25 Juli 2013.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang dilalui, oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola baik secara kualitas maupun kuantitas. Pendidikan juga merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah dilaksanakan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi misalnya : (1) pemahaman siswa dalam menguasai pokok bahasan yang diberikan, (2) guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengajar seperti pendekatan atau model-model pembelajaran yang diberikan. Dengan demikian siswa diharapkan dapat meningkatkan keterlibatannya dalam kegiatan belajar mengajar dan tentunya dapat meningkatkan pemahamannya sendiri terhadap pokok bahasan. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yaitu untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan pintar.

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah yang berada pada Tingkat Pendidikan Menengah Atas. Pendidikan Menengah Atas diselenggarakan untuk melanjutkan dan meneruskan Pendidikan Dasar serta


(15)

2

menyiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memilliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja.

Demikian halnya Sekolah SMK Negeri 3 Pematangsiantar sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bergerak di bidang kejuruan berupaya untuk mencapai pendekatan antara pendidikan dengan dunia kerja. SMK Negeri 3 Pematangsiantar memiliki lima (5)Program Keahlian yaitu: Tata Busana, Tata Kecantikan, Tata Boga, Perhotelan dan Rancangan Perangkat Lunak. Program keahlian Tata Kecantikan memiliki kompetensi yang harus dapat dicapai oleh setiap siswa, salah satu diantaranya adalah memahami kosmetika, dan di dalamnya terdapat beberapa sub kompetensi diantaranya yaitu mendeksripsikan produk kosmetik kecantikan kulit dan membedakan fungsi berbagai produk kecantikan kulit. Melalui sub kompetensi ini diharapkan agar siswa mampu dan terampil dalam memahami kosmetika tradisional yang dapat digunakan untuk perawatan wajah dan rambut. Kosmetika Tradisional adalah kosmetika yang terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam dan diolah secara tradisional (Kustanti, 2008).

Salah satu unsur yang paling penting dalam mempelajari kosmetika tradisional ini adalah agar siswa mengetahui bahwa banyak sekali bahan-bahan yang berasal dari alam baik itu buah, biji, daun, dan bunga yang dapat diolah menjadi kosmetik yang dapat digunakan untuk berbagai perawatan. Perawatan yang dimaksud adalah perawatan wajah, rambut, tubuh dan kuku. Karena kosmetik tradisional ini sudah ada sejak zaman dahulu dan sudah menjadi resep


(16)

3

turun temurun dari nenek moyang misalnya; minyak kelapa dan minyak kemiri yang berguna untuk melebatkan dan menghitamkan rambut. Selain itu kosmetik tradisional tidak mempunyai efek yang negative untuk kulit kepala dan rambut serta wajah, karena bahan yang digunakan tidak ada campuran kimiawi.

Proses pembelajaran merupakan salah satu proses perubahan yang terjadi di dalam diri manusia yang melibatkan seluruh aspek baik secara fisik maupun

psikis. Sebagai perancang pengajaran (manager of instruction), seorang guru akan

berperan mengelola seluruh proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap anak dapat belajar secara efektif dan efisien (Surya, 2008). Sering sekali guru hanya sebagai pemberi informasi dan pembelajaran diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami dan menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari anak didik sehingga anak didik kurang memahami pembelajaran bahkan siswa sering lupa dengan apa yang mereka pelajari. Menurut Djamarah (2010) faktor yang mempengaruhi lemahnya proses pembelajaran adalah model pembelajaran.

Model pembelajaran dalam kegiatan proses pembelajaran merupakan hal yang penting dalam mencapai keefektifan pembelajaran siswa, pemakaian model pembelajaran harus dilandaskan pada pertimbangan untuk menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang tidak hanya menerima apa saja yang disampaikan guru tetapi guru harus menempatkan siswa sebagai insan yang memiliki pengalaman pengetahuan, keinginan dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk belajar dalam kehidupan sehari-hari siswa. Oleh sebab itu peneliti menyadari


(17)

4

bahwa model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 06 Mei 2013 dengan ibu Doni Pardede selaku guru bidang studi mata pelajaran Kosmetika Kecantikan di SMK Negeri 3 Pematangsiantar menyatakan bahwa sebagian besar guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada umumnya proses model pembelajaran di sekolah yang berlangsung hanya berorientasi pada pemahaman bahan-bahan pelajaran dan interaksi belajar mengajar yang berjalan secara searah. Dilain pihak siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan guru. Ini menjadikan kondisi yang tidak proporsional. Guru sangat aktif, tetapi sebaliknya siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Selama ini siswa hanya diperlakukan sebagai obyek sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensinya.

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam mengajar di kelas adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa ini diukur selama proses belajar mengajar berlangsung di kelas. Ujian semester, tugas dan tingkat kehadiran merupakan cara untuk menentukan nilai yang telah disepakati oleh guru dan pihak sekolah melalui rapat dewan guru. Masalah utama dalam pembelajaran kosmetika kecantikan adalah tugas yang diberikan kepada siswa sering kali tidak selesai tepat pada waktunya dan kurang memahami kosmetika kecantikan yang diakibatkan kurang telitinya siswa dalam teori sehingga pokok bahasan dalam satu semester tidak dapat tercapai yang bermuara pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Faktor-faktor yang menyebabkan tugas siswa tidak tepat pada


(18)

5

waktunya adalah cara belajar siswa yang kurang baik. Adapun penyebab cara belajar siswa yang kurang baik karena model belajar, minat dan interaksi antara guru dan siswa masih kurang baik. Standart penilaian di SMK Negeri 3 Pematangsiantar dapat dikatakan lulus/tuntas apabila mencapai nila >70. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar yang diperoleh dari lembar penilaian khususnya mata pelajaran kosmetika kecantikan pada tahun 2010/2011 siswa yang memperoleh nilai 9,00-10 (sangat baik) tidak ada, nilai 8,00-8,90 (baik) sebanyak 7 orang, nilai 7,1 – 7,90 (cukup) sebanyak 5 orang dan nilai <70 (rendah) sebanyak 23 orang. Pada tahun 2011/2013 siswa yang memperoleh nilai 9,00-10 (sangat baik) tidak ada, nilai 8,00-8,90 (baik) sebanyak 5 orang, nilai 7,1 – 7,90 (cukup) sebanyak 8 orang dan nilai <70 (rendah) sebanyak 24 orang, sedangkan pada tahun 2012/2013 siswa yang memperoleh nilai 9,00-10 (sangat baik) sebanyak 2 orang, nilai 8,00-8,90 (baik) sebanyak 10 orang, nilai 7,1 – 7,90 (cukup) sebanyak 6 orang dan nilai <70 (rendah) sebanyak 17 orang.

Dari data di atas, dapat disimpulkan nilai yang diperoleh siswa belum mencapai standart yang telah ditentukan. Menurut Mulyasa (2004) Bahwa berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang siswa dipandang tuntas belajar jika mampu menyelesaikan menguasai kompetensi atau mencapai tujuan minimal 65% dari seluruh tujuan. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai nilai minimal 7,20 dan sekurang-sekurangnya 85% siswa dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Salah satu usaha untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran


(19)

6

kosmetika tradisional yaitu diperlukannya pembaharuan dalam model pembelajaran yang bervariasi yaitu dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie (1993), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelolah informasi yang di dapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman, 2008).

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mendorong dan

mengembangkan kerjasama antara siswa dan membangun rasa hormat antara siswa yang pintar dengan yang lemah, menekankan pentingnya belajar kolektif, meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa, menukar ide dan melihat bahwa mereka dapat belajar dari yang satu dengan yang lain dan saling membantu serta meningkatkan percaya diri siswa dan meningkatkan penerimaan mereka terhadap perbedaan individual. (Ansari,2008)


(20)

7

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Kosmetika Kecantikan Kelas XI Tata kecantikan SMK Negeri 3 Pematangsiantar”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah tingkat pendidikan mulai dari yang tertinggi hingga yang

terendah saat ini ?

2. Bagaimana proses pembelajaran Kosmetika Tradisional siswa Kelas XI

Tata Kecantikan di SMK Negeri 3 Pematang Siantar?

3. Bagaimana upaya yang telah dilakukan guru untuk meningkatkan hasil

belajar siswa Kelas XI Tata Kecantikan di SMK Negeri 3 Pematang Siantar?

4. Apakah guru sudah menggunakan metode yang bervariasi pada proses

pembelajaran ?

5. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan hasil belajar siswa kelas XI

Tata Kecantikan rendah di SMK Negeri 3 Pematang Siantar ?

6. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat berpengaruh


(21)

8

7. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kosmetika kecantikan ?

C. Pembatasan Masalah

Mengatasi keterbatasan penulis, maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut :

a. Tingkat Kecenderungan hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan

menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

b. Tingkat kecenderungan hasil belajar kosmetika kecantikan dengan

menggunakan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

c. Pengaruh hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan menggunakan

model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dengan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

d. Pemahaman siswa tingkat XI terhadap Kosmetika tradisional yang

berasal dari tumbuhan dari akar, batang, daun, bunga, buah, biji dan umbi di SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(22)

9

1. Bagaimana tingkat Kecenderungan hasil belajar Kosmetika Kecantikan

dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

2. Bagaimana tingkat kecenderungan hasil belajar kosmetika kecantikan

dengan menggunakan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

3. Sejauhmana pengaruh hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan

menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dengan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

E.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat Kecenderungan hasil belajar Kosmetika

Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematang Siantar.

2. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan hasil belajar kosmetika

kecantikan dengan menggunakan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematang Siantar.

3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh hasil belajar Kosmetika

Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematang Siantar.


(23)

10 F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa

dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan, selain itu dapat melatih siswa untuk lebih aktif dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran, serta tanggap terhadap informasi situasi yang terjadi.

b. Dengan dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, guru

lebih dapat mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.

c. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru kosmetika

kecantikan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat dijadikan alternatif lain yang dapat meningkatkan hasil belajar kosmetika kecantikan siswa.

d. Bagi sekolah yang bersangkutan agar dapat dijadikan perhatian bahwa

seorang guru hendaknya mampu mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran yang variatif dan berkreasi, agar tidak monoton dalam proses pembelajaran.


(24)

82

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Kesimpulan

1. Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

pada Kosmetika Kecantikan dari perubahan rata-rata skor, standar deviasi dan varians masing-masing kelas penelitian sesudah diberi perlakuan, dimana kelas model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw memperoleh rata-rata 26,88 dengan standar deviasi sebesar 2,712.

2. Hasil belajar pada kelas konvensional setelah diberi perlakuan yaitu rata-rata skor 24,75 dengan standar deviasi sebesar 3,506.

3. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh thitung 2,412 > ttabel 1,676,

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar kosmetika tradisional antara siswa yang dibelajarkan dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Konvensional.

B. Implikasi

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada kegiatan belajar mengajar yang ada di SMK Negeri 3 Pematang Siantar ini sangat efektif karena dapat membangkitkan dan menggali potensi siswa didalam meningkatkan kompetensi yang akan dicapai. Kondisi belajar yang digunakan di SMK Negeri 3 Pematang Siantar masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yang menyebabkan suasana belajar menjadi pasif dan monoton. Proses belajar akan


(25)

83

lebih baik jika para guru melibatkan siswa dalam kegiatan belajarnya. Guru tidak lagi bertindak sebagai informan tetapi sebagai fasilisator yang membantu siswa untuk menemukan pengetahuan mereka sendiri.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa saran yang diajukan:

1. Dalam kegiatan pembelajaran diharapkan guru mengaplikasikan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif yang digunakan di dalam mata pelajaran kosmetika kecantikan untuk meningkatkan motivasi, aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar siswa. 2. Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan

pada materi pelajaran yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran.

3. Pada kelas konvensional bukanlah hal yang buruk untuk dilaksanakan, tetapi guru lebih mau memperhatikan siswanya agar pembelajaran berjalan dengan maksimal.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan

kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk lebih mencapai peningkatan dalam proses belajar mengajar.


(1)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Kosmetika Kecantikan Kelas XI Tata kecantikan SMK Negeri 3 Pematangsiantar”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah tingkat pendidikan mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah saat ini ?

2. Bagaimana proses pembelajaran Kosmetika Tradisional siswa Kelas XI Tata Kecantikan di SMK Negeri 3 Pematang Siantar?

3. Bagaimana upaya yang telah dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI Tata Kecantikan di SMK Negeri 3 Pematang Siantar?

4. Apakah guru sudah menggunakan metode yang bervariasi pada proses pembelajaran ?

5. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan hasil belajar siswa kelas XI Tata Kecantikan rendah di SMK Negeri 3 Pematang Siantar ?

6. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran kosmetika kecantikan ?


(2)

7. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kosmetika kecantikan ?

C. Pembatasan Masalah

Mengatasi keterbatasan penulis, maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut :

a. Tingkat Kecenderungan hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

b. Tingkat kecenderungan hasil belajar kosmetika kecantikan dengan menggunakan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

c. Pengaruh hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dengan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

d. Pemahaman siswa tingkat XI terhadap Kosmetika tradisional yang berasal dari tumbuhan dari akar, batang, daun, bunga, buah, biji dan umbi di SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(3)

1. Bagaimana tingkat Kecenderungan hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

2. Bagaimana tingkat kecenderungan hasil belajar kosmetika kecantikan dengan menggunakan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

3. Sejauhmana pengaruh hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dengan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.

E.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat Kecenderungan hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematang Siantar.

2. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan hasil belajar kosmetika kecantikan dengan menggunakan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematang Siantar.

3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematang Siantar.


(4)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan, selain itu dapat melatih siswa untuk lebih aktif dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran, serta tanggap terhadap informasi situasi yang terjadi. b. Dengan dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, guru

lebih dapat mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas. c. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru kosmetika

kecantikan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat dijadikan alternatif lain yang dapat meningkatkan hasil belajar kosmetika kecantikan siswa.

d. Bagi sekolah yang bersangkutan agar dapat dijadikan perhatian bahwa seorang guru hendaknya mampu mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran yang variatif dan berkreasi, agar tidak monoton dalam proses pembelajaran.


(5)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Kesimpulan

1. Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Kosmetika Kecantikan dari perubahan rata-rata skor, standar deviasi dan varians masing-masing kelas penelitian sesudah diberi perlakuan, dimana kelas model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw memperoleh rata-rata 26,88 dengan standar deviasi sebesar 2,712.

2. Hasil belajar pada kelas konvensional setelah diberi perlakuan yaitu rata-rata skor 24,75 dengan standar deviasi sebesar 3,506.

3. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh thitung 2,412 > ttabel 1,676, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar kosmetika tradisional antara siswa yang dibelajarkan dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Konvensional.

B. Implikasi

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada kegiatan belajar mengajar yang ada di SMK Negeri 3 Pematang Siantar ini sangat efektif karena dapat membangkitkan dan menggali potensi siswa didalam meningkatkan kompetensi yang akan dicapai. Kondisi belajar yang digunakan di SMK Negeri 3 Pematang Siantar masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yang


(6)

lebih baik jika para guru melibatkan siswa dalam kegiatan belajarnya. Guru tidak lagi bertindak sebagai informan tetapi sebagai fasilisator yang membantu siswa untuk menemukan pengetahuan mereka sendiri.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa saran yang diajukan:

1. Dalam kegiatan pembelajaran diharapkan guru mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif yang digunakan di dalam mata pelajaran kosmetika kecantikan untuk meningkatkan motivasi, aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar siswa. 2. Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan

pada materi pelajaran yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran.

3. Pada kelas konvensional bukanlah hal yang buruk untuk dilaksanakan, tetapi guru lebih mau memperhatikan siswanya agar pembelajaran berjalan dengan maksimal.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk lebih mencapai peningkatan dalam proses belajar mengajar.


Dokumen yang terkait

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP HASIL BELAJAR HIGIENE DAN SANITASI SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 1 BERINGIN.

0 3 24

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR DASAR KECANTIKAN KULIT SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 8 MEDAN.

4 7 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING AND EXTENDING) TERHADAP HASIL BELAJAR KOSMETIKA SISWA TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 10 MEDAN.

1 5 24

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP HASIL BELAJAR KOSMETIKA PADA SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 8 MEDAN.

0 2 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN DASAR KECANTIKAN KULIT SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 8 MEDAN.

0 2 20

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KOSMETIKA SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 8 MEDAN.

0 1 24

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KOSMETIKA KELAS X TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR.

0 4 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR DASAR KECANTIKAN KULIT SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN SMK NEGERI 8 MEDAN.

0 3 26

PENGARUH PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR MELALUI MODUL TERHADAP HASIL BELAJAR CREAMBATH SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR.

0 2 22