PENGARUH STRATEGI MEANS-ENDS ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI,PEMECAHAN MASALAH,DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP.
PENGARUH STRATEGI MEANS-ENDS ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI,
PEMECAHAN MASALAH,
DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH: RAHMAWATI
1101239
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN
BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN
SEKOLAH DENGAN MINAT BELAJAR
SISWA
(Studi Deskriptif Korelasional terhadap
Siswa SMA Negeri 1 Bandung)
Oleh
Priyanka Permata Putri
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
(3)
© Priyanka Permata Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(4)
(5)
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Strategi Means-Ends Analysis dalam Meningkatkan Kemampuan Koneksi, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP” ini beserta seluruh
isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.
Bandung, Mei 2013 Yang membuat pernyataan
(6)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh Strategi Means-Ends Analysis terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP. Penelitian Kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen ini melibatkan 85 siswa kelas VIII salah satu SMPN di Kota Serang. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis, angket disposisi matematis, serta lembar observasi. Analisis statitistik yang digunakan adalah uji t dan uji nonparametrik Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional; (2) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional; (3) Tidak terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
Kata kunci : Means-Ends Analysis, koneksi matematis, pemecahan masalah
(7)
DAFTAR ISI
Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Pernyataan ... iii
Abstrak ... iv
Kata Pengantar ... v
Lembar Persembahan ... vi
Ucapan Terima Kasih ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
Daftar Grafik ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Koneksi Matematis ... 9
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 10
C. Disposisi Matematis ... 14
D. Strategi Means-Ends Analysis ... 16
E. Teori Belajar yang Mendukung ... 17
F. Penelitian Terdahulu ... 20
G. Hipotesis ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
C. Instrumen Penelitian ... 25
D. Teknik Analisis Instrumen ... 26
E. Perangkat Pembelajaran dan Bahan Ajar ... 32
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 32
G. Alur Penelitian ... 34
H. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40
(8)
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 53
3. Disposisi Matematis ... 64
4. Lembar Observasi ... 68
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76
1. Kemampuan Koneksi Matematis ... 77
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 78
3. Disposisi Matematis ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi Aktivitas Siswa ... 26
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 28
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 30
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 31
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen ... 32
Tabel 3.6 Klasifikasi Gain ... 36
Tabel 3.7 Klasifikasi Effect Size (d) ... 39
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Korelasi Skor Dua Pengoreksi ... 41
Tabel 4.2 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Dua Pengoreksi (Kelas Eksperimen) ... 42
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Dua Pengoreksi (Kelas Kontrol)... 43
Tabel 4.4 Data Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Koneksi Matematis .. 44
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Koneksi Matematis ... 45
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Koneksi Matematis ... 47
Tabel 4.7 Data Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Koneksi Matematis ... 48
Tabel 4.8 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Postes Kemampuan Koneksi Matematis ... 49
Tabel 4.9 Data Hasil Uji Normalitas Skor Gain Kemampuan Koneksi Matematis ... 50
Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan Koneksi Matematis... 51
Tabel 4.11 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Gain Kemampuan Koneksi Matematis ... 52
Tabel 4.12 Data Hasil Perhitungan Effect Size Uji-t Kemampuan Koneksi Matematis ... 53
Tabel 4.13 Data Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 54
Tabel 4.14 Data Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 55
Tabel 4.15 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 57
Tabel 4.16 Data Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 58
Tabel 4.17 Data Hasil Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 59
Tabel 4.18 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 60
Tabel 4.19 Data Hasil Uji Normalitas Skor Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 61
(10)
Tabel 4.20 Data Hasil Uji Homogenitas Skor Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 62 Tabel 4.21 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis ... 63 Tabel 4.22 Data Hasil Perhitungan Effect Size Uji-t Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis ... 64 Tabel 4.23 Rerata Disposisi Matematis... 64 Tabel 4.24 Data Hasil Uji Normalitas Gain Disposisi Matematis ... 65 Tabel 4.25 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Gain Disposisi Matematis 67 Tabel 4.26 Persentase Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 68 Tabel 4.27 Persentase Aktivitas Guru pada Kelas Eksperimen ... 75
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil Pekerjaan Kelompok pada LKS4 ... 79
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen... 82
Gambar 4.3 Aktivitas Siswa Saat Diskusi Kelompok ... 83
Gambar 4.4 Aktivitas Presentasi Siswa Kelas Eksperimen ... 84
elajaran ... 109
Lampiran A.3 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis ... 127
Lampiran A.4 Naskah Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis ... 128
Lampiran A.5 Alternatif Jawaban ... 130
Lampiran A.6 Lembar Judgment ... 133
Lampiran A.7 Angket untuk Siswa ... 136
Lampiran A.8 Pedoman Observasi ... 137
Lampiran B Analisis Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis ... 139
Lampiran C.1 Kelompok Kemampuan Matematis Siswa Kelas Eksperimen 140 Lampiran C.2 Kelompok Kemampuan Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 141
Lampiran C.3 Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 142
Lampiran C.4 Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 145
Lampiran C.5 Data Sikap Siswa terhadap P endekatan Pembelajaran Visual Thinking ... 148
Lampiran C.6 Data Hasil Observasi terhadap Kegiatan Guru ... 150
Lampiran C.7 Data Hasil Observasi terhadap Kegiatan Siswa ... 151 Lampiran D.1 Hasil Penelitian mengenai Kemampu
(12)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Persentase Aktivitas Pertama ... 69
Grafik 4.2 Persentase Aktivitas Kedua ... 70
Grafik 4.3 Persentase Aktivitas Ketiga ... 71
Grafik 4.4 Persentase Aktivitas Keempat ... 72
Grafik 4.5 Persentase Aktivitas Kelima ... 73
Grafik 4.6 Persentase Aktivitas Keenam ... 73
Grafik 4.7 Rerata Persentase Aktivitas Siswa Tiap Pertemuan ... 74
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 92
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 118
Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa ... 137
Lampiran B.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 156
Lampiran B.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis .. 157
Lampiran B.3 Soal Ujicoba Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 158
Lampiran B.4 Soal Ujicoba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 160
Lampiran B.5 Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis ... 162
Lampiran B.6 Pedoman Penskoran ... 164
Lampiran B.7 Kisi-kisi Disposisi Matematis ... 166
Lampiran B.8 Angket Disposisi Matematis ... 167
Lampiran B.9 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 169
Lampiran B.10 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 170
Lampiran C Hasil Ujicoba Instrumen ... 171
Lampiran D.1 Data Hasil Pemeriksaan Dua Orang Pengoreksi ... 179
Lampiran D.2 Uji Statistik Data Pemeriksaan Dua Orang (Kemampuan Koneksi Matematis) ... 182
Lampiran D.3 Uji Statistik Data Pemeriksaan Dua Orang (Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis) ... 186
Lampiran D.4 Proses Transformasi Skor Butir Pernyataan Disposisi ... 190
Lampiran D.5 Data N-Gain Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis ... 193
Lampiran D.6 Data N-Gain Disposisi Matematis ... 196
Lampiran D.7 Uji Statistik Data Kemampuan Koneksi Matematis ... 199
Lampiran D.8 Uji Statistik Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 204
Lampiran D.9 Uji Statistik Data Disposisi Matematis ... 209 Lampiran E Surat Keterangan ...
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Matematika mempunyai andil dalam mengembangkan bidang ilmu lain, seperti bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta bidang ilmu lainnya. Karenanya, matematika mulai diajarkan sejak tingkat dasar hingga tingkat menengah.
Pemberian mata pelajaran matematika pada jenjang dasar hingga menengah dimaksudkan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, sistematis, analitis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kemampuan-kemampuan tersebut yang akan membantu siswa memperoleh, mengolah, dan menggunakan informasi untuk kelangsungan hidup.
Tujuan mempelajari matematika itu sendiri (BSNP, 2006) adalah agar siswa memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Terkait dengan tujuan pembelajaran matematika pada point 1 dan 3, salah satu kemampuan yang hendaknya dimiliki siswa adalah kemampuan koneksi dan
(15)
2
pemecahan masalah. Hal tersebut juga tertuang dalam NCTM (2000) bahwa siswa diharapkan memiliki diantaranya kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis. Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan dalam mengaitkan antar ide matematis, ide matematis dengan bidang ilmu lain, serta ide dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan menyelesaikan soal-soal atau masalah terkait dengan matematika dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Kedua kemampuan tersebut tergolong ke dalam kemampuan tingkat tinggi, karena proses berpikir yang dilakukan membutuhkan kemampuan intelektual yang cukup tinggi.
Menurut Wahyudin (2008), kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis bukan hanya sebagai kemampuan yang diajarkan dan digunakan dalam matematika, tetapi lebih dari itu, kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis merupakan keterampilan yang dapat digunakan dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini jelas karena matematika banyak digunakan dalam bidang ilmu lain terkait dalam kehidupan sehari-hari, seperti bidang perdagangan, bisnis, dan sebagainya.
Menurut Bell, Ebbut dan Staker (Sugiatno, 2007) pembelajaran matematika pada semua jenjang meliputi fakta, konsep, keterampilan penalaran, keterampilan algoritma, dan keterampilan pemecahan masalah. Hendaknya dalam pembelajaran matematika siswa dibiasakan untuk memecahkan suatu masalah. Pembelajaran matematika bukan merupakan proses mentransfer pengetahuan oleh guru kepada siswa, melainkan proses menggali, mengelola suatu ide sehingga pada akhirnya siswa akan menemukan ide baru.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian (BSNP, 2006). Masalah yang dimaksud adalah ketika siswa dihadapkan pada suatu persoalan di mana siswa tidak mengetahui secara langsung cara penyelesaiannya, sehingga siswa dituntut untuk bernalar, mengaitkan berbagai konsep demi tercapainya penyelesaian yang diharapkan. Jika siswa terbiasa dihadapkan dengan masalah non-rutin, masalah yang tidak sekedar
(16)
3
mengandalkan pada kemampuan mengingat, tetapi memungkinkan siswa mengaitkan antar konsep, konsep dengan bidang lain, maupun konsep dengan kehidupan sehari-hari, maka diharapkan kemampuan pemecahan masalah siswa akan meningkat.
Kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Sumarmo (2003) salah satunya dapat terlihat pada kemampuan siswa menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal serta memeriksa kebenaran hasil jawaban. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan refleksi siswa terhadap hasil pekerjaannya. Menurut Hiebert (Jarrett, 2000), “Students who reflect on what they do and communicate with others about it are in the best position to build useful connections in mathematics”. Siswa yang melakukan refleksi terhadap apa yang mereka kerjakan dan mengkomunikasikannya kepada yang lain dapat membangun kemampuan koneksi matematis yang berguna. Kegiatan refleksi di sini diantaranya adalah memeriksa hasil dari masalah yang diberikan, menelusuri proses berpikir mereka sendiri, meninjau strategi yang digunakan, serta menentukan strategi yang dapat digunakan dan yang tidak dapat digunakan.
Tujuan pembelajaran matematika tidak hanya terfokus pada pengembangan kemampuan kognitif, melainkan juga pada peningkatan kemampuan afektif siswa, yakni disposisi matematis siswa. Sebagaimana tercantum dalam tujuan pembelajaran matematika menurut BSNP (2006), disposisi matematis merupakan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Peran disposisi matematis amat penting bagi kelangsungan proses belajar. Anku (Mahmudi, 2010: 5) menyatakan bahwa “salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar matematika siswa adalah disposisi mereka terhadap matematika”. Siswa dengan tingkat disposisi matematis tinggi diduga akan memiliki kemampuan yang lebih dibanding siswa dengan tingkat disposisi rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa dengan disposisi tinggi akan lebih
(17)
4
gigih, percaya diri, dan berusaha mencari alternatif jawaban atas suatu masalah sehingga memperoleh lebih banyak pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan tersebut yang menjadikan siswa memiliki kemampuan tertentu.
Ketika siswa dihadapkan dengan suatu masalah, kemudian dengan rasa percaya diri menggunakan pengetahuan matematikanya untuk menyelesaikan masalah, serta mencoba berbagai alternatif penyelesaian, siswa tersebut akan sampai kepada penyelesaian masalah. Kepuasan yang diperoleh siswa akibat dari keberhasilannya menyelesaikan masalah dapat membuat siswa tersebut semakin percaya diri menghadapi masalah, sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa berkembang.
Uraian di atas telah mengemukakan pentingnya kemampuan koneksi, pemecahan masalah, serta disposisi matematis. Namun, pada kenyataannya kemampuan koneksi, pemecahan masalah, serta disposisi matematis siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu guru matematika di sekolah yang bersangkutan, siswa jarang memperoleh soal koneksi dan pemecahan masalah matematis. Ketika siswa dihadapkan dengan soal kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut, siswa masih perlu memperoleh bimbingan dalam menyelesaikannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa belum maksimal. Prestasi belajar yang rendah tersebut juga mengindikasikan bahwa disposisi matematis siswa masih rendah.
Upaya untuk mengatasi permasalahan di atas, guru hendaknya menyusun pembelajaran dengan baik sedemikian sehingga dapat mengembangkan kemampuan koneksi, pemecahan masalah, serta disposisi matematis siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan pembelajaran yang memaksimalkan proses dan hasil, pembelajaran yang bukan sekedar mentransfer pengetahuan, melainkan yang mendorong siswa memanfaatkan kemampuan yang dimiliki, termasuk kemampuan koneksi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
KTSP menganjurkan agar pembelajaran matematika dalam setiap kesempatan dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi
(18)
5
(Contextual Problem). Sesuai dengan anjuran tersebut, pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis merupakan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya diawali dengan pemberian suatu masalah. Melalui masalah yang diberikan, siswa mengidentifikasi current state dan goal state, menyusun sub-sub masalah, selanjutnya secara bertahap siswa mencari penyelesaian dari submasalah yang telah mereka susun sehingga akhirnya mereka akan sampai pada tujuan atau maksud dari masalah tersebut. Proses pembelajaran seperti itu mampu melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Bruner (Ruseffendi, 1991) mengemukakan bahwa agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan, baik antara dalil dan dalil, antara teori dan teori, antara topik dan topik, maupun antar cabang matematika. Kegiatan tersebut terdapat pada pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis. Masalah yang diberikan dalam pembelajaran ini disusun menjadi beberapa submasalah yang diselesaikan secara bertahap. Submasalah tertentu diselesaikan dengan menggabungkan hasil penyelesaian dari dua atau lebih submasalah sebelumnya. Ketika menyelesaikaan sub-sub masalah yang telah disusun, siswa juga dimungkinkan untuk menggunakan kemampuan mengaitkan antar konsep matematis, maupun konsep matematis dengan situasi sehari-hari.
Pembelajaran Means-Ends Analysis mengantarkan siswa pada suatu konsep baru yang mereka temukan dari hasil memecahkan masalah. Proses memecahkan masalah menggunakan kemampuan yang dimiliki berpengaruh terhadap disposisi matematis siswa. Siswa yang terbiasa dihadapkan dengan masalah dan mampu menyelesaikannya akan menjadi lebih percaya diri dan tidak mudah menyerah menghadapi tantangan. Selain itu, proses pemecahan masalah menggunakan strategi Means-Ends Analysis dilakukan secara bertahap, artinya dari masalah yang diberikan, dibuat sub-sub masalah yang kemudian akan diselesaikan oleh siswa satu persatu, sehingga tidak membebani siswa.
Uraian di atas mengemukakan bahwa tahapan dalam pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis diduga memiliki pengaruh terhadap kemampuan koneksi, pemecahan masalah, serta disposisi matematis siswa.
(19)
6
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin meneliti apakah strategi Means-Ends
Analysis dapat meningkatkan kemampuan koneksi, pemecahan masalah, dan
disposisi matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah strategi Means-Ends Analysis dapat meningkatkan kemampuan koneksi, pemecahan masalah, dan disposisi matematis?”
Selanjutnya rumusan masalah tersebut dapat diuraikan menjadi:
1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional?
3. Apakah peningkatan disposisi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan peningkatan:
1. Kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis dan yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis dan yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
(20)
7
3. Disposisi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi
Means-Ends Analysis dan yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
konvensional.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru, Means-Ends Analysis dapat menjadi salah satu alternatif strategi pemecahan masalah yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis, kemampuan pemecahan masalah matematis, serta disposisi matematis siswa.
2. Bagi siswa, pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis memberikan suasana belajar yang menantang. Siswa dihadapkan pada masalah non rutin, terlatih dalam menyelesaikannya sehingga siswa diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi pembaca, agar dapat dijadikan sebagai kajian yang menarik yang perlu
diteliti lebih lanjut.
4. Bagi dunia pendidikan, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih mengembangkan kualitas pendidikan.
E. Definisi Operasional
1. Strategi Means-Ends Analysis merupakan strategi pemecahan masalah dengan langkah: mengidentifikasi perbedaan antara current state dan goal state dari suatu masalah, membentuk subtujuan yang akan mengurangi perbedaan antara current state dan goal state, dan menentukan serta mengaplikasikan strategi yang dapat mencapai subtujuan.
2. Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan siswa dalam: (1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; (2) Memahami hubungan antar topik matematis; (3) Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari; (4) Memahami representasi ekuivalen sebuah konsep; (5) Mencari hubungan suatu prosedur dengan prosedur lain
(21)
8
dalam representasi yang ekuivalen; (6) Menerapkan hubungan antar topik matematis dan antara topik matematis dengan topik di luar matematika. 3. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa
dalam: (1) mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, (2) merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari, (3) memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika atau di luar matematika, (4) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal serta memeriksa kebenaran hasil jawaban, (5) menerapkan matematika secara bermakna.
4. Disposisi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: (1) Percaya diri dalam menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan ide-ide matematis, dan memberikan argumentasi; (2) Berpikir fleksibel dalam mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba metode alternatif dalam menyelesaikan masalah; (3) Gigih dalam mengerjakan tugas matematika; (4) Berminat, memiliki keingintahuan (curiosity), dan memiliki daya cipta (inventiveness) dalam aktivitas bermatematika; (5) Memonitor dan merefleksi pemikiran dan kinerja; (6) Menghargai aplikasi matematika pada disiplin ilmu lain atau dalam kehidupan sehari-hari; (7) Mengapresiasi peran matematika sebagai alat dan sebagai bahasa.kecenderungan untuk berpikir dan bersikap secara positif terhadap matematika.
(22)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen, dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005: 52) yang digambarkan sebagai berikut:
O X O
---
O O
Keterangan:
O = soal pretes = soal postes
X = pembelajaran dengan strategi Means-Ends Analysis
Pada desain di atas, kedua kelompok diberi pretes terlebih dahulu sebelum diberikan perlakuan. Setelah diberi perlakuan, kedua kelompok diukur kembali dengan postes. Tujuan diberikannya pretes adalah untuk melihat kesetaraan kemampuan awal kedua kelompok.
Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat. Yang merupakan variabel bebas adalah pembelajaran dengan menggunakan strategi
Means-Ends Analysis, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan koneksi
matematis, kemampuan pemecahan masalah matematis, dan disposisi matematis.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII salah satu SMPN di Kota Serang. Pertimbangan pemilihan kelas VIII dikarenakan ketersediaan materi
(23)
25
yang akan diujikan yaitu bab kubus dan balok, serta prisma dan limas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling berdasarkan pertimbangan dari guru matematika di sekolah yang bersangkutan. Satu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis, dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Instrumen tes berupa seperangkat soal yang mengukur kemampuan koneksi matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Instrumen non tes berupa angket yang mengukur disposisi matematis siswa, dan lembar observasi.
1. Tes Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis
Tujuan penyusunan tes koneksi dan pemecahan masalah matematis adalah untuk mengetahui kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa. Tes tersebut berupa soal uraian, disusun berdasarkan indikator koneksi dan pemecahan masalah matematis yang hendak diukur. Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi, kemudian menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun disertai dengan kunci jawaban, dan dilengkapi dengan pedoman pemberian skor soal.
Pedoman pemberian skor tes kemampuan koneksi diadaptasi dari
Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin
(Delima, 2011). Kemudian pedoman pemberian skor tes kemampuan pemecahan masalah matematis diadaptasi dari pedoman penskoran yang dibuat oleh Schoen dan Ochmke (Hutagalung, 2009). Kedua pedoman penskoran tersebut dapat dilihat pada lampiran B.
Sebelum instrumen tes diberikan kepada seluruh siswa pada kedua kelompok yang diteliti, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang baik. Kriteria tersebut di antaranya adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
(24)
26
2. Angket
Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket yang mengukur disposisi matematis siswa. Angket tersebut terdiri dari 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket ini diberikan kepada kedua kelompok sebelum dan sesudah kegiatan penelitian.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh gambaran tentang suasana pembelajaran terkait dengan aktifitas siswa, aktifitas guru, interaksi antara siswa dan guru serta antar siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil pada lembar observasi tidak dianalisis secara statistik, tetapi hanya dijadikan sebagai bahan masukan untuk pembahasan hasil secara deskriptif.
Data yang dihasilkan dari lembar observasi adalah berupa persentase. Persentase aktivitas siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi
Means-Ends Analysis dapat diklasifikasikan menggunakan aturan klasifikasi
aktivitas siswa sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Klasifikasi Aktivitas Siswa
Persentase Klasifikasi
0% < x ≤ 20% Sangat Rendah
20% < x ≤ 40% Rendah
40% < x ≤ 60% Sedang
60% < x ≤ 80% Tinggi
80% < x ≤ 100% Sangat Tinggi Sumber: Mulyana (2005)
D. Teknik Analisis Instrumen 1. Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu alat ukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi, validitas muka dan validitas butir. Yang dimaksud dengan validitas isi adalah kesesuaian soal dengan materi ajar, kesesuaian antara indikator dengan butir soal,
(25)
27
kebenaran materi atau konsep yang diujikan. Validitas muka adalah keabsahan susunan kalimat dalam soal sehingga jelas pengertiannya. Sementara validitas butir diuji dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sundayana, 2010):
a. Menghitung harga korelasi setiap butir menggunakan rumus Product
Moment Pearson sebagai berikut:
Keterangan:
xy
r : koefisien korelasi
n : banyaknya siswa
X : skor item Y : skor total
XY : hasil perkalian skor item dan skor total X2 : hasil kuadrat dari skor item
Y2 : hasil kuadrat dari skor total (∑X)2
: hasil kuadrat dari total jumlah skor item (∑Y)2
: hasil kuadrat dari total jumlah skor total b. Melakukan perhitungan uji t dengan rumus:
c. Mencari ttabel dengan ttabel = �(dk = n-2).
d. Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika ℎ� � > , butir soal valid, atau
Jika ℎ� � ≤ , butir soal tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas (lampiran), dari 6 butir soal yang mengukur kemampuan koneksi matematis, sebanyak 5 soal valid dan 1
2 2
2
2
Y Y n X X n Y X XY n rxyℎ� � = −
2
(26)
28
soal lainnya tidak valid. Sedangkan soal yang mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis, 5 butir soal valid dan 1 lainnya tidak valid.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula (Suherman, 2003: 131). Reliabilitas instrumen ditentukan dengan menggunakan rumus Alpha (Ruseffendi, 2005: 172):
Keterangan: 11
r = reliabilitas instrumen
k = banyak butir soal 2
b
= jumlah variansi butir soal 2
t
= varians total
Tingkat reliabilitas diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.2
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Reliabilitas Klasifikasi
0,00 ≤ r < 0,20 11 Kecil
0,20 ≤ r < 0,40 11 Rendah
0,40 ≤ r < 0,70 11 Sedang
0,70 ≤ r < 0,90 11 Tinggi
0,90 ≤ r11≤ 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: Ruseffendi (2005)
2211
1
1
t bk
k
r
(27)
29
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen (lampiran), diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes kemampuan koneksi matematis adalah 0,42 yang menunjukkan tingkat reliabilitas sedang. Kemudian koefisien reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis adalah 0,45 yang menunjukkan tingkat reliabilitas sedang. Dengan demikian, instrumen penelitian tersebut memenuhi tingkat keajegan suatu instrumen.
3. Daya Pembeda
Penghitungan daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Subana, 2005: 134):
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
A
J = banyaknya peserta pada kelompok atas
B
J = banyaknya peserta pada kelompok bawah
A
B = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
B
B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
B B A A
J
B
J
B
D
(28)
30
Tabel 3.3
Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Keterangan
D < 0 Sangat Jelek 0,00 ≤ D ≤ 0,19 Jelek 0,20 ≤ D ≤ 0,39 Cukup 0,40 ≤ D ≤ 0,69 Baik 0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali Sumber: Suherman (2003: 161)
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal (lampiran), untuk soal yang mengukur kemampuan koneksi matematis, terdapat 3 soal berada pada kategori cukup, dan 3 soal lainnya berada pada kategori jelek. Kemudian untuk soal yang mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis, 3 soal berada pada kategori cukup, dan 3 soal lainnya berada pada kategori jelek.
4. Indeks Kesukaran
Penghitungan taraf kesukaran soal ditujukan untuk mengetahui apakah soal termasuk ke dalam kategori sukar, sedang, atau mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index).
Menghitung indeks kesukaran soal dapat menggunakan rumus (Subana, 2005: 133):
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
P =
JS B
(29)
31
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.4
Klasifikasi Indeks Kesukaran
P Keterangan
P = 0,00 Terlalu Sukar 0,00 < P ≤ 0,30 Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
P > 1,00 Terlalu Mudah Sumber: Suherman (2003: 170)
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran soal instrumen (lampiran), untuk tes kemampuan koneksi matematis, diperoleh 1 soal dengan kategori sukar, 3 soal dengan kategori sedang, dan 2 soal dengan kategori mudah. Kemudian untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis, diperoleh 2 soal dengan kategori sukar, 3 soal dengan kategori sedang, dan 1 soal lainnya dengan kategori mudah.
Adapun rekapitulasi hasil perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran soal disajikan dalam tabel berikut ini:
(30)
32
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
Kemam puan
No.
Soal Validitas
Reliabili tas
Daya Pembeda Indeks
Kesukaran Keterangan DP Kriteria IK Kriteria
Koneksi Matema tis
1 Valid
11
r = 0,42 Kriteria:
sedang
0,23 Cukup 0,55 Sedang Digunakan 2 Valid 0,18 Jelek 0,61 Sedang Dibuang 3 Valid 0,25 Cukup 0,18 Sukar Digunakan 4 Tidak Valid 0,12 Jelek 0,71 Mudah Dibuang 5 Valid 0,22 Cukup 0,86 Mudah Digunakan 6 Valid 0,17 Jelek 0,33 Sedang Dibuang Pemeca
han Masalah Matema tis
1 Valid
11
r = 0,45 Kriteria:
sedang
0,24 Cukup 0,14 Sukar Digunakan 2 Valid 0,25 Cukup 0,63 Sedang Digunakan 3 Valid 0,12 Jelek 0,42 Sedang Dibuang 4 Tidak Valid 0,07 Jelek 0,60 Sedang Dibuang 5 Valid 0,11 Jelek 0,13 Sukar Dibuang 6 Valid 0,28 Cukup 0,72 Mudah Digunakan
E. Perangkat Pembelajaran dan Bahan Ajar
Demi kelancaran penelitian ini, disusun perangkat pembelajaran dan bahan ajar berdasarkan karakteristik strategi Means-Ends Analysis. Perangkat pembelajaran pada penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan kepada pembimbing.
Bahan ajar yang dikembangkan mengacu pada materi kubus dan balok, serta prisma dan limas. Bahan ajar dikembangkan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa yang telah dimodifikasi dari karya ilmiah Fitriani (2009). Lembar Kerja Siswa tersebut berisi permasalahan yang dapat mengembangkan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis yang harus diselesaikan oleh siswa.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan di antaranya adalah: (1) Melakukan kajian teoritis mengenai strategi Means-Ends Analysis, kemampuan koneksi dan pemecahan masalah, serta disposisi matematis, (2) Mengembangkan bahan ajar untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (3) Menyusun instrumen tes yang mengukur kemampuan koneksi
(31)
33
dan pemecahan masalah matematis, (4) Menyusun angket disposisi matematis.
Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan ujicoba instrumen kepada siswa yang tidak termasuk ke dalam sampel penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah: (1) Pelaksanaan pretes kemampuan koneksi matematis, pemecahan masalah matematis, serta pengisian angket disposisi matematis untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, (2) Pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis pada kelas eksperimen dan pengisian lembar observasi pada kelas eksperimen oleh observer, serta pelaksanaan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, (3) Pelaksanaan postes kemampuan koneksi matematis, pemecahan masalah matematis, serta pengisian angket disposisi matematis untuk kedua kelompok.
3. Tahap Pembuatan Laporan
Tahap ini merupakan tahap terakhir, di mana peneliti mengolah dan menganalisis data, serta menulis laporan hasil penelitian.
(32)
34
G. Alur Penelitian
Berikut disajikan diagram alur penelitian:
Diagram Alur Penelitian
H. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menghasilkan dua jenis data, yaitu data interval berasal dari tes kemampuan koneksi serta pemecahan masalah matematis, dan data ordinal berasal dari angket disposisi matematis. Hasil pekerjaan siswa dalam tes awal dan tes akhir kemampuan koneksi serta pemecahan masalah matematis diperiksa oleh dua orang yang berbeda, yakni peneliti sendiri dan mahasiswi Pascasarjana UPI untuk menjamin kesesuaian pemberian skor dan menghindari terjadinya
(33)
35
manipulasi data. Hasil pengoreksian tersebut kemudian diuji menggunakan uji-t dan dilihat korelasinya menggunakan rumus Product Moment Pearson.
Rumusan hipotesis untuk menguji korelasi adalah: Ho : �= 0
Ha : � ≠0
Keterangan:
� = 0 :Tidak terdapat hubungan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2
� ≠0 :Terdapat hubungan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. lebih besar dari � = 0,05 maka Ho diterima, untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
Rumusan hipotesis statistik yang diuji untuk menguji perbedaan rerata data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2 adalah sebagai berikut:
2 1 :
o H
(Tidak terdapat perbedaan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2) 2
1 :
a H
(Terdapat perbedaan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2) Keterangan:
1
: Rerata data pengoreksi 1 2
: Rerata data pengoreksi 2
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima; untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
Setelah dilakukan uji korelasi dan uji-t, jika diperoleh hasil terdapat korelasi antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2, serta tidak terdapat perbedaan antara data pengoreksi 1 dan data pengoreksi 2, maka data pengoreksi 1 yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis, dan pemecahan masalah matematis kedua kelompok.
Karena penelitian ini menggunakan uji statistik dengan data interval, untuk data hasil angket yang berupa data ordinal, perlu diubah ke bentuk interval
(34)
36
dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Langkah-langkah yang digunakan menurut Sundayana (2010) adalah:
1. Menentukan frekuensi responden
2. Membuat proporsi dari setiap jumlah frekuensi 3. Menentukan nilai proporsi kumulatif
4. Menentukan nilai z tabel
5. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai z
6. Menentukan nilai skala (scale value) dengan menggunakan rumus:
� = � � � �� � − � � �� �
�� � − � �� �
7. Menentukan nilai transformasi menggunakan rumus:
� =� + � � + 1
Setelah data hasil angket diubah ke dalam interval, selanjutnya dihitung besar peningkatan kemampuan koneksi, pemecahan masalah, dan disposisi matematis siswa. Besar peningkatan tersebut dapat dihitung menggunakan rumus gain ternormalisasi, yaitu:
g = −
� � − (Meltzer, 2002)
Hasil perhitungan gain diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (2002), yaitu:
Tabel 3.6 Klasifikasi Gain (g)
Besar g Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g 0,7 Sedang
(35)
37
1. Uji Prasyarat
Persyaratan atau asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan uji hipotesis menggunakan statistik parametrik adalah normalitas data dan homogenitas varians.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pada dua kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-smirnov dengan menggunakan program SPSS 16 pada taraf signifikansi 5%.
Hipotesis yang diuji adalah:
Ho : data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. lebih besar dari � = 0,05 maka Ho diterima, untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua varians populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Levene menggunakan program SPSS 16 pada taraf signifikansi 5%.
Hipotesis yang diuji adalah: Ho :
2 1
= 22 Ha : 12
2 2
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. lebih besar dari � = 0,05 maka Ho diterima, untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
2. Uji Hipotesis
Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian perbedaan dua rerata adalah uji-t sampel independen.
(36)
38
Rumusan hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut: 2
1 :
o H
2 1 :
a H
Keterangan: 1
: nilai rerata kemampuan matematis siswa kelas eksperimen 2
: nilai rerata kemampuan matematis siswa kelas kontrol
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika sig. (1-pihak) lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima; untuk kondisi lainnya Ho ditolak.
Berikut disajikan diagram alur uji statistik:
Kemudian jika diperoleh hasil bahwa pembelajaran Means-Ends
Analysis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
kemampuan koneksi, pemecahan masalah, dan disposisi matematis siswa, maka selanjutnya akan dicari ukuran pengaruhnya (effect size). Menurut Olejnik dan Algina (Santoso, 2010), effect size adalah “ukuran mengenai
(37)
39
besarnya efek suatu variabel pada variabel lain, besarnya perbedaan maupun hubungan, yang bebas dari pengaruh besarnya sampel”.
Menghitung effect size uji-t menggunakan rumus Cohen’s d sebagai berikut:
Sumber: Thalheimer (2002) dengan
Keterangan:
1
: rerata kelompok eksperimen
2
: rerata kelompok kontrol
n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 : jumlah sampel kelompok kontrol
2 1
S : varians kelompok eksperimen 2
2
S : varians kelompok kontrol
Hasil perhitungan effect size diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi menurut Cohen (Becker, 2000), yaitu:
Tabel 3.7
Klasifikasi Effect Size (d)
Besar d Interpretasi
0,8 ≤ d ≤ 2,0 Besar
0,5 ≤ d < 0,8 Sedang
0,2 ≤ d < 0,5 Kecil
2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 n n S n S n Sgab= −1 2
(38)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis, dan pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional, meskipun berada pada kategori sedang. Pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends
Analysis memberikan pengaruh yang kecil terhadap peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional, meskipun berada pada kategori sedang. Pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
3. Tidak Terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berikut ini disajikan beberapa saran, di antaranya:
1. Karena proses pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok, maka perlu dibuat strategi yang dapat menstimulus seluruh siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi.
(39)
87
2. Lebih ditekankan pada langkah pembelajaran Means-Ends Analysis yang ketiga, yakni menentukan dan mengaplikasikan prosedur yang dapat mencapai subtujuan, agar kemampuan koneksi matematis siswa menjadi lebih baik.
3. Perlu adanya perbaikan konten permasalahan yang disajikan dalam LKS. Petunjuk dalam permasalahan dibuat lebih jelas agar mempermudah siswa menyusun sub-sub masalah, sehingga siswa lebih mampu mengeksplorasi ide-ide matematis, percaya diri, dan gigih dalam menyelesaikan permasalahan.
(40)
88
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. ke-5.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/content/Buku%20Standar%20Isi%20SMP(1) .pdf.
Becker, L. (2000). Effect Size (ES). [Online]. Tersedia: http://www.bwgriffin.com/gsu/courses/edur9131/content/EffectSizeBecker. pdf.[29 Mei 2013].
Beyers, J. (2011). Development and Evaluation of an Instrument to Assess
Prospective Teachers’ Dispositions with Respect to Mathematics. International Journal of Business and Social Science. [Online]. Tersedia:
http://www.ijbssnet.com/journals/Vol_2_No_16_September_2011/3.pdf. [13 April 13].
Carson, J. (2007). A Problem with Problem Solving: Teaching Thinking without Teaching Knowledge. The Mathematics Educator. Vol. 17 No. 2. [Online]. Tersedia: http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v17n2/v17n2_Carson.pdf. [29 Januari 2013].
Dean, S. & Eustis, NE. (2008). Using Non-Traditional Activities to Enhance
Mathematical Connections. [Online]. Tersedia:
http://scimath.unl.edu/MIM/files/research/DeanS.pdf. [26 Januari 2013]. Delima, N. (2011). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi (Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang). Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Eeden, K. V. (2003). Problem Solving: Method: Means-ends Analysis: What is
The ‘Means-ends Analysis’ Method? [Online]. Tersedia:
http://www.faqts.com/knowledge_base/view.phtml/aid/25270/fid/1242. Eysenck, M. W. (1993). Principles of Cognitive Psychology. Hilldale (USA):
Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Fitriani, A. D. (2009). Peningkatan Kemampuan Komuunikasi dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Bandung). Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
(41)
89
Gordah, E. K. (2009). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan
Masalah Matematis Melalui Pendekatan Open Ended (Studi Eksperimen pada SMU X di Bandung). Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan. Graven, M. (2012). Accessing and Assessing Young Learner’s Mathematical
Dispositions. South African Journal of Childhood Education. [Online]. Tersedia:
http://www.ru.ac.za/media/rhodesuniversity/content/sanc/documents/wGrav
en%20-%202012%20-%20Accessing%20and%20assessing%20young%20learners%20mathematic al%20dispositions.pdf. [13 April 2013].
Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Area-D-American Educational
Research Association’s Division D, Measurement and Research Methology. [Online]. Tersedia: www.physics.indiana.edu/-sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 Januari 2013].
Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA.
Hutagalung, J. B. (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Jarrett, D. (2000). Open-ended Problem Solving Weaving a Web of Ideas.
Northwest Teacher. Vol. 1 No. 1. Portland: Northwest Regional Educational
Laboratory.
Kurniawan, Y. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation di SMP Manba’ul Ulum Kota Tangerang. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Laterell, C. M. What Is Problem-solving Ability. [Online]. Tersedia: http://www.lamath.org/journal/Vol1/What_IS_P_S_Ability.pdf. [29 januari 2013].
Mahmudi, A. (2010). Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Disposisi Matematis. Disampaikan pada Seminar Nasional
Pendidikan Matematika di FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Maxwell, K. (2001). Positive Learning Dispositions in Mathematics. ACE Papers.
[Online]. Tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=journal%20of%20disposition%2 0mathematics&source=web&cd=12&cad=rja&ved=0CDcQFjABOAo&url=
http%3A%2F%2Fe-journal.stkipsiliwangi.ac.id%2Findex.php%2Finfinity%2Farticle%2Fdownl oad%2F48%2F23&ei=JtRoUcjSL87NrQfY0IHQDA&usg=AFQjCNEvYK
(42)
90
kV2AWhVoU_0rK13BnAlldJDA&bvm=bv.45175338,d.bmk. [13 April 2013].
Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gain in Physics; “Hidden Variabel” in Diagnostics
Pretes Scores. American Journal of Physics. [Online]. Tersedia: www.physiceducation.net/does/Addendum_on_normalized_gain.pdf.
Mulyana, T. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa SMA Jurusan IPA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif-Deduktif. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Mwakapenda, W. (2008). Understanding Connections in The School Mathematics Curriculum. South African Journal of Education. Vol. 28. [Online]. Tersedia: http://www.ajol.info/index.php/saje/article/download/25153/4352. [26 Januari 2013].
NCTM. (2000). Principles and Standards for Schools Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Nuharini, D. dkk. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya: untuk SMP/MTS
Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Polya, G. (1973). How To Solve It. New Jersey: Princeton University Press. Second Edition.
Ramdhani, S. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem
Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Roshendi, U. (2012). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetisinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Santoso, A. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian. Vol. 14 No. 1.
[Online]. Tersedia:
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Penelitian/vol14no1nov 2010/2010%20November_01%20Agung%20Santoso.pdf. [21 Mei 2013]. Subana. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.
(43)
91
Sugiyatno. (2007). Obyek Belajar Matematika. Pontianak: FKIP Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Suherman, E. (2008). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Tersedia: http://educare.e-fkipunla.net/index2.php.pdf.
Suherman, E. dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Individual Textbook. Bandung: Jurusan FPMIPA UPI Bandung.
Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada
Siswa Sekolah Menengah. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
MIPA di FPMIPA Bandung.
Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.
Thalheimer, A. & Samantha, C. (2002). How to Calculate Effect Sizes from Published Research: A Simplified Methodology. Work-Learning Research.
[Online]. Tersedia:
http://www.bwgriffin.com/gsu/courses/edur9131/content/Effect_Sizes_pdf5. pdf.[21 Mei 2013].
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Vollmeyer, R. dkk. (1996). The Impact of Goal Specificity on Strategy Use and the Acquisition of Problem Structure. Cognitive Science. Vol. 20. [Online]. Tersedia:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1207/s15516709cog2001_3/pdf. [26 Januari 2013].
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran: Pelengkap
untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogis Para Guru dan Calon Guru Profesional. Diktat Perkuliahan UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
(1)
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis, dan pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional, meskipun berada pada kategori sedang. Pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends
Analysis memberikan pengaruh yang kecil terhadap peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional, meskipun berada pada kategori sedang. Pembelajaran menggunakan strategi Means-Ends Analysis memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
3. Tidak Terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi Means-Ends Analysis dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berikut ini disajikan beberapa saran, di antaranya:
1. Karena proses pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok, maka perlu dibuat strategi yang dapat menstimulus seluruh siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi.
(2)
87
2. Lebih ditekankan pada langkah pembelajaran Means-Ends Analysis yang ketiga, yakni menentukan dan mengaplikasikan prosedur yang dapat mencapai subtujuan, agar kemampuan koneksi matematis siswa menjadi lebih baik.
3. Perlu adanya perbaikan konten permasalahan yang disajikan dalam LKS. Petunjuk dalam permasalahan dibuat lebih jelas agar mempermudah siswa menyusun sub-sub masalah, sehingga siswa lebih mampu mengeksplorasi ide-ide matematis, percaya diri, dan gigih dalam menyelesaikan permasalahan.
(3)
88
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. ke-5.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/content/Buku%20Standar%20Isi%20SMP(1) .pdf.
Becker, L. (2000). Effect Size (ES). [Online]. Tersedia: http://www.bwgriffin.com/gsu/courses/edur9131/content/EffectSizeBecker. pdf.[29 Mei 2013].
Beyers, J. (2011). Development and Evaluation of an Instrument to Assess Prospective Teachers’ Dispositions with Respect to Mathematics.
International Journal of Business and Social Science. [Online]. Tersedia:
http://www.ijbssnet.com/journals/Vol_2_No_16_September_2011/3.pdf. [13 April 13].
Carson, J. (2007). A Problem with Problem Solving: Teaching Thinking without Teaching Knowledge. The Mathematics Educator. Vol. 17 No. 2. [Online]. Tersedia: http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v17n2/v17n2_Carson.pdf. [29 Januari 2013].
Dean, S. & Eustis, NE. (2008). Using Non-Traditional Activities to Enhance Mathematical Connections. [Online]. Tersedia: http://scimath.unl.edu/MIM/files/research/DeanS.pdf. [26 Januari 2013]. Delima, N. (2011). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi (Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Subang). Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Eeden, K. V. (2003). Problem Solving: Method: Means-ends Analysis: What is
The ‘Means-ends Analysis’ Method? [Online]. Tersedia:
http://www.faqts.com/knowledge_base/view.phtml/aid/25270/fid/1242. Eysenck, M. W. (1993). Principles of Cognitive Psychology. Hilldale (USA):
Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Fitriani, A. D. (2009). Peningkatan Kemampuan Komuunikasi dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Bandung). Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
(4)
89
Gordah, E. K. (2009). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan
Masalah Matematis Melalui Pendekatan Open Ended (Studi Eksperimen pada SMU X di Bandung). Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Graven, M. (2012). Accessing and Assessing Young Learner’s Mathematical Dispositions. South African Journal of Childhood Education. [Online]. Tersedia:
http://www.ru.ac.za/media/rhodesuniversity/content/sanc/documents/wGrav
en%20-%202012%20-%20Accessing%20and%20assessing%20young%20learners%20mathematic al%20dispositions.pdf. [13 April 2013].
Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Area-D-American Educational
Research Association’s Division D, Measurement and Research Methology.
[Online]. Tersedia: www.physics.indiana.edu/-sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 Januari 2013].
Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA.
Hutagalung, J. B. (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Jarrett, D. (2000). Open-ended Problem Solving Weaving a Web of Ideas.
Northwest Teacher. Vol. 1 No. 1. Portland: Northwest Regional Educational
Laboratory.
Kurniawan, Y. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation di SMP Manba’ul Ulum Kota Tangerang. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Laterell, C. M. What Is Problem-solving Ability. [Online]. Tersedia: http://www.lamath.org/journal/Vol1/What_IS_P_S_Ability.pdf. [29 januari 2013].
Mahmudi, A. (2010). Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Disposisi Matematis. Disampaikan pada Seminar Nasional
Pendidikan Matematika di FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Maxwell, K. (2001). Positive Learning Dispositions in Mathematics. ACE Papers.
[Online]. Tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=journal%20of%20disposition%2 0mathematics&source=web&cd=12&cad=rja&ved=0CDcQFjABOAo&url=
(5)
http%3A%2F%2Fe-kV2AWhVoU_0rK13BnAlldJDA&bvm=bv.45175338,d.bmk. [13 April 2013].
Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics; “Hidden Variabel” in Diagnostics Pretes Scores. American Journal of Physics. [Online]. Tersedia: www.physiceducation.net/does/Addendum_on_normalized_gain.pdf.
Mulyana, T. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa SMA Jurusan IPA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif-Deduktif. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Mwakapenda, W. (2008). Understanding Connections in The School Mathematics Curriculum. South African Journal of Education. Vol. 28. [Online]. Tersedia: http://www.ajol.info/index.php/saje/article/download/25153/4352. [26 Januari 2013].
NCTM. (2000). Principles and Standards for Schools Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Nuharini, D. dkk. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya: untuk SMP/MTS
Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Polya, G. (1973). How To Solve It. New Jersey: Princeton University Press. Second Edition.
Ramdhani, S. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem
Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Roshendi, U. (2012). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetisinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Santoso, A. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian. Vol. 14 No. 1.
[Online]. Tersedia:
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Penelitian/vol14no1nov 2010/2010%20November_01%20Agung%20Santoso.pdf. [21 Mei 2013]. Subana. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.
(6)
91
Sugiyatno. (2007). Obyek Belajar Matematika. Pontianak: FKIP Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Suherman, E. (2008). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa. Tersedia: http://educare.e-fkipunla.net/index2.php.pdf.
Suherman, E. dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Individual Textbook. Bandung: Jurusan FPMIPA UPI Bandung.
Sumarmo, U. (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada
Siswa Sekolah Menengah. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
MIPA di FPMIPA Bandung.
Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.
Thalheimer, A. & Samantha, C. (2002). How to Calculate Effect Sizes from Published Research: A Simplified Methodology. Work-Learning Research.
[Online]. Tersedia:
http://www.bwgriffin.com/gsu/courses/edur9131/content/Effect_Sizes_pdf5. pdf.[21 Mei 2013].
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Vollmeyer, R. dkk. (1996). The Impact of Goal Specificity on Strategy Use and the Acquisition of Problem Structure. Cognitive Science. Vol. 20. [Online]. Tersedia:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1207/s15516709cog2001_3/pdf. [26 Januari 2013].
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran: Pelengkap
untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogis Para Guru dan Calon Guru Profesional. Diktat Perkuliahan UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.