HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP ASPEK SOSIAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA): Studi Korelasi Terhadap Penderita HIV/AIDS di Rumah Cemara Bandung.
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP ASPEK SOSIAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA)
(Studi Korelasi Terhadap Penderita HIV/AIDS di Rumah Cemara Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
Oleh : Selvia Widyarsono
0906860
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP ASPEK SOSIAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA)
Oleh Selvia Widyarono
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
© Selvia Widyarsono 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto copy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
(4)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
(5)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Selvia Widyarsono (0906860). Hubungan Antara Depresi dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Cemara Bandung. Skripsi Jurusan Psikologi UPI (2013).
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human lmmunodeficiency Virus) yang dapat menular dan mematikan. Virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit HIV/AIDS telah menimbulkan masalah yang cukup luas pada individu yang terinfeksi yakni meliputi masalah fisik, sosial, dan emosional. Salah satu masalah emosional yang dihadapi oleh ODHA adalah depresi. Tekanan social dan kehidupan tertentu, seperti stigma dan diskriminasi yang mempengaruhi seseorang menjadi depresi sehingga mengakibatkan kualitas hidup ODHA menjadi rendah khususnya aspek sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan kualitas hidup aspek sosial pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Cemara Bandung. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling dengan karakteristik sebagai berikut : Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) terinfeksi selama kurang lebih 3 tahun yang berkisar antara umur 18-35 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Beck Depression Inventory (BDI) dan instrumen kualitas hidup aspek sosial. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan metode statistik non-parametrik yaitu Spearman’s Rho. Berdasarkan perhitungan uji korelasi Spearman’s Rho dibantu
dengan program SPSS 18.00 untuk Program Windows diperoleh hasil ,
terdapat hubungan yang signifikan antara depresi dengan kualitas hidup pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan hasil sebesar -0,432, artinya hubungan antara kualitas hidup dengan tingkat depresi termasuk kategori sedang (0,400-0,600) dan berbanding terbalik yaitu semakin rendah tingkat depresi akan meningkatkan kualitas hidup aspek sosial. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dari 50 orang penderita HIV/AIDS terdapat 42 orang yang memiliki tingkat depresi yang rendah dan kualitas hidup aspek sosial yang tinggi.
(6)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Selvia Widyarsono (0906860). Correlation Between The Depression With Quality Of Life Aspect Social among People Living With HIV/AIDS (PLWHA) at Rumah Cemara Bandung. Skripsi Jurusan Psikologi UPI (2013).
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) is a collection of symptoms caused by the virus HIV (Human lmmunodeficiency Virus) which can be contagious and deadly. The virus attacks the human immune system. HIV / AIDS has caused a problem that is wide enough to cover the infected individual physical problems, social, and emotional. One of the emotional problems faced by people living with HIV is depression. Social pressure and certain life, such as stigma and discrimination that affects a person becomes depressed, resulting in low quality of life of people living with HIV to be particularly social aspect. The purpose of this study was to determine the relationship between depression and social aspects of quality of life in people living with HIV / AIDS (PLWHA) in the Rumah Cemara Bandung. Determination of sample using purposive sampling with the following characteristic: People with HIV / AIDS (PLWHA) were infected for about 3 years between the age of 18-35 years. The data was collected using the Beck Depression Inventory (BDI) and the social aspects of quality of life instrument. Testing this hypothesis by using a non-parametric statistical method that Spearman's Rho. Based on the calculation of Spearman correlation test;'s Rho assisted with SPSS 18.00 for Windows Program results obtained ρ > 0.05, there is a significant relationship between depression and quality of life in people living with HIV / AIDS with a yield of -0.432, which means that the relationship between quality of life with a moderate level of depression include category (.400 to .600) and inversely the higher the quality of life will be lower levels of depression. Based on the research that has been done can be concluded that of the 50 people with HIV/AIDS there are 42 people who have low levels of depression and social aspects of quality of life is high.
(7)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ...i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR BAGAN ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Sistematika Penelitian ... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA TENTANG HIV/AIDS, DEPRESI DAN KUALITAS HIDUP A. HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) ... 11
B. Depresi ... 23
(8)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Profil Rumah Cemara Bandung ... 47
E. Kerangka Pemikiran ... 56
F. Hipotesis Penelitian ... 60
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 61
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 61
C. Populasi dan Sample Penelitian ... 63
D. Pengembangan Instrumen Penelitian... 65
E. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 70
F. Teknik Pengumpulan Data ... 77
G. Teknik Analisis Data ... 77
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 80
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 100
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 111
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 114 LAMPIRAN
(9)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia ... 1
Tabel 1.2 Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia ... 1
Tabel 3.1. Blue Print Instrumen Depresi ... 66
Tabel 3.2. Blue Print Instrumen Kualitas Hidup Aspek Sosial ... 68
Tabel 3.3. Sistem Penilaian Alternatif Jawaban Berdasarkan Skala Likert .... 70
Tabel 3.4. Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach... 72
Tabel 3.5. Nilai Reliabilitas Beck Depression Inventory (BDI) ... 73
Tabel 3.6. Nilai Reliabilitas Kualitas Hidup Aspek Sosial ... 73
Tabel 3.7. Hasil Pengenbangan Beck Depression Inventory (BDI) ... 74
Tabel 3.8. Hasil Pengembangan Intrumen Kualitas Hidup Aspek Sosial ... 75
Tabel 3.9. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 79
Tabel 3.10. Kriteria Signifikansi Variabel ... 79
Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden ... 81
Tabel 4.2. Hasil uji Normalitas Data ... 82
Tabel 4.3. Hasil Uji Linearitas Data ... 83
Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Data ... 84
Tabel 4.5 Gambaran Sub-Dimensi Tingkat Depresi ... 85
Tabel 4.6 Gambaran Umum Tingkat Depresi ... 87
Tabel 4.7 Kontingensi Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) ... 88
Tabel 4.8 Perbandingan Mean Hipotetik & Mean Empiris Kualitas Hidup Aspek Sosial Indikator Kontak Sosial ... 89
(10)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.9 Kategorisasi Skor Kualitas Hidup Aspek Sosial Indikator Kontak
Sosial ... 90
Tabel 4.10 Perbandingan Mean Hipotetik & Mean Empiris Kualitas Hidup
Aspek Sosial Indikator Komunikasi ... 90
Tabel 4.11 Kategorisasi Skor Kualitas Hidup Aspek Sosial Indikator
Komunikasi ... 91
Tabel 4.12 Perbandingan Mean Hipotetik & Mean Empiris Kualitas Hidup
Aspek Sosial Indikator Emotional support ... 92
Tabel 4.13 Kategorisasi Skor Kualitas Hidup Aspek Sosial Indikator Emotinal
Support ... 92
Tabel 4.14 Perbandingan Mean Hipotetik & Mean Empiris Kualitas Hidup
Aspek Sosial Indikator Esteen Support ... 93
Tabel 4.15 Kategorisasi Skor Kualitas Hidup Aspek Sosial Indikator Esteem
Support ... 94
Tabel 4.16 Perbandingan Mean Hipotetik & Mean Empiris Kualitas Hidup
Aspek Sosial Indikator Instrumental Support ... 94
Tabel 4.17 Kategorisasi Skor Kualitas Hidup Aspek Sosial Indikator
Instrumental Support ... 95
Tabel 4.18 Perbandingan Mean Hipotetik & Mean Empiris Kualitas Hidup
Aspek Sosial Indikator Informational Support ... 96
Tabel 4.19 Kategorisasi Skor Kualitas Hidup Aspek Sosial Indikator
(11)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.20 Perbandingan Mean Hipotetik & Mean Empiris Kualitas Hidup
Aspek Sosial Indikator Companionship Support ... 97
Tabel 4.21 Kategorisasi Skor Kualitas Hidup Aspek Sosial Indikator
Companionship Support ... 98
Tabel 4.22 Perbandingan Mean Hipotetik & Mean Empiris Kualitas Hidup
Aspek Sosial ... 99
Tabel 4.23 Kategorisasi Skor Kualitas Hidup Aspek Sosial ... 99
(12)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN
Tabel 2.1 Struktur Organisasi Berbasis Komunitas bagi Pengguna Napza dan
Orang dengan HIV/AIDS di Rumah Cemara ... 47 Tabel 2.2 Kerangka Berpikir ... 59
DAFTAR GRAFIK
Tabel 4.1 Gambaran Umum Sub-Dimensi Depresi ... 86
Tabel 4.2 Gambaran Umum Sub-Dimensi Kualitas Hidup Aspek Sosial ... 98
(13)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Permohonan Justifikasi Instrument
Lampiran 4 Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Beck Depression Inventory (BDI) Sebelum
Uji Coba (Try Out)
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian Kualitas Hidup Aspek Sosial Sebelum Uji
Coba (Try Out)
Lampiran 7 Kuesioner Penelitian Beck Depression Inventory (BDI)
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian Kualitas Hidup Aspek Sosial
Lampiran 9 Data Penelitian Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
Lampiran 10 Data Penelitian Kuesioner Kualitas Hidup Aspek Sosial
Lampiran 11 Data Perolehan dan Kategoro Tingkat Depresi dan Kualita Hidup Aspek Sosial
Lampiran 12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
Lampiran 13 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kualitas Hidup Aspek Sosial
Lampiran 14 Hasil Perhitungan Sub-Dimensi Depresi
Lampiran 15 Hasil Perhitungan Sub-Dimensi Kualitas Hidup Aspek Sosial Lampiran 16 Hasil Perhitungan Gambaran Umum Kualitas Hidup Aspek Sosial
(14)
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas Data
Lampiran 18 Hasil Uji Linearitas Data
Lampiran 19 Hasil Uji Korelasi dan Signifikansi Data Lampiran 20 Lampiran Verbatim Hasil Wawancara
(15)
1
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human lmmunodeficiency Virus) yang dapat menular dan mematikan. Virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Akibatnya, individu yang terinfeksi akan mengalami penurunan daya tahan tubuh yang ekstrim sehingga mudah terjangkit penyakit-penyakit infeksi dan keganasan yang dapat menyebabkan kematian (Sunaryati, 2011:28).
Berdasarkan hasil Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan oleh Ditjen PPM & PL Depkes RI (2010) yaitu sebagai berikut:
Tahun HIV AIDS Meninggal
2009 9.793 5.483 998
2010 21.591 6.845 1.268
2011 21.031 7.004 1.021
2012 21.511 5.686 1.146
Jumlah/Total dari Tahun 1987-2012
98.390 orang 45.499 orang 8.235 orang
Dari data tersebut, provinsi Jawa Barat menempati rangking keempat di Indonesia, dengan rincian sebagai berikut (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2013):
Provinsi HIV AIDS
Papua 10.113 7.795
Jawa Timur 12.862 6.900
DKI Jakarta 22.925 6.299
Jawa Barat 7.157 4.098
Bali 6.380 3.344
Jawa Tengah 4.641 2.815
Kalimantan Barat 3.610 1.699
Sulawesi Selatan 2.972 1.446
(16)
2
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tingginya pertumbuhan HIV/AIDS di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tiga hal yaitu meningkatnya pengguna narkoba dengan jarum suntik, maraknya seks bebas dan kelahiran bayi oleh ibu yang terinfeksi (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2013). Jumlah pengidap AIDS selalu meningkat bahkan banyak diantara mereka yang kemudian meninggal. Banyaknya korban jiwa akibat HIV/AIDS disebabkan karena HIV sebagai virus menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh penderitanya. Virus-virus tersebut memanfaatkan kesempatan (opportunity) yang diberikan sistem kekebalan tubuh yang rusak, sehingga menyebabkan infeksi oportunistik yaitu infeksi yang diakibatkan oleh organisme penginfeksi yang biasanya tidak merusak individu dengan sistem imunitas yang utuh (Arriza et.al, 2011). Infeksi oportunistik masih tetap merupakan komplikasi penting dari infeksi HIV dan merupakan penyebab kematian utama bagi Orang Dengan HIV/AIDS. Ketika infeksi yang terjadi semakin parah, maka mereka dikategorikan sebagai pengidap. Mereka yang terinfeksi HIV atau mengidap AIDS tersebut biasa disebut dengan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) (Gunung, et.al).
Penyakit HIV/AIDS telah menimbulkan masalah yang cukup luas pada individu yang terinfeksi yakni meliputi masalah fisik, sosial, dan emosional. Masalah secara fisik terjadi akibat penurunan daya tahan tubuh progresif yang mengakibatkan ODHA rentan terhadap berbagai penyakit terutama penyakit infeksi dan keganasan seperti TB paru, pneumonia, herpes simpleks/zoster, diare kronik, hepatitis, sarkoma kaposi, limpoma, dan infeksi/kelainan neurologik. Bahkan, serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal (Hutapea, 2011).
Selain masalah fisik tersebut, pasien HIV/AIDS juga menghadapi masalah sosial yang cukup memprihatinkan sebagai dampak dari adanya stigma terhadap penyakit ini. Hal ini disebabkan oleh karena penyakit ini identik dengan akibat dari perilaku-perilaku tidak bermoral seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan seks sesama jenis (homoseksual) sehingga pasien dianggap pantas untuk mendapat hukuman akibat perbuatannya tersebut. Selain itu, stigma juga muncul karena pemahaman masyarakat yang kurang terhadap penyakit ini. HIV/AIDS
(17)
3
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dianggap sebagai penyakit mematikan yang mudah sekali menular melalui kontak sosial biasa seperti halnya bersalaman dan lain sebagainya. Hal tersebut menyebabkan pasien seringkali dikucilkan dan mendapatkan perilaku diskriminatif dari masyarakat (Ignatavicius & Bayne, 1998).
Kondisi fisik yang memburuk, ancaman kematian, serta adanya tekanan sosial yang begitu hebat menyebabkan ODHA cenderung untuk mengalami masalah emosional atau psikososial. Salah satu masalah emosional terbesar yang dihadapi ODHA adalah depresi. Secara umum telah terbukti bahwa penyakit HIV berhubungan dengan tekanan sosial dan kehidupan tertentu, seperti stigma dan diskriminasi yang mempengaruhi seseorang menjadi depresi. Menurut Vanable,et.al (Ni Made Jendri, 2011) depresi bisa membuat HIV/AIDS dan kondisi kesehatan lain yang lebih buruk dikarenakan ketidakpatuhan minum obat, lewati dosis obat, makan tidak teratur, makan makanan yang tidak sehat, penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol atau menarik hubungan dan kegiatan sosial.
Depresi dapat berkontribusi pada penurunan kesehatan fisik dan mental yang menyebabkan seseorang malas untuk melakukan aktivitas self care harian secara rutin. Pada pasien HIV/AIDS, hal ini berpengaruh pada ketidakpatuhan pasien terhadap regimen terapi antiretroviral dan obat-obatan profilaksis (obat pencegahan) serta hal lainnya yang diperlukan untuk menjaga kesehatannya. Antiretroviral (ARV) adalah pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV. Pengobatan dengan kombinasi obat-obat antiretroviral dapat mencegah berkembangnya infeksi HIV menjadi AIDS. Tujuan pengobatan ARV adalah untuk mengurangi laju penularan HIV di masyarakat, menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV, memperbaiki kualitas hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan serta menekan replikasi virus secara maksimal dan terus menerus (Soedarto, 2009).
Sesuai dengan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa depresi akan semakin memperburuk kondisi kesehatan pasien. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2009) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
(18)
4
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
depresi dengan kualitas hidup responden, dimana responden yang depresi beresiko 10,35 kali untuk memiliki kualitas hidup kurang baik dibanding dengan responden yang tidak depresi setelah dikontrol oleh jenis kelamin, status marital, dan stadium penyakit. Hasil ini dapat dilihat dari jumlah responden depresi yang sebagian besar memiliki kualitas hidup kurang baik yakni sebanyak 40 orang (86,3%), sedangkan yang memiliki kualitas hidup baik hanya 16 orang (33,3%). Hasil tersebut sesuai pula dengan hasil penelitian oleh Douaihy (2001) dan Cichocki (2009) bahwa pasien HIV/AIDS sangat rentan mengalami depresi, dan depresi menjadi masalah psikososial terbesar yang dihadapi ODHA. Secara konsep, pasien HIV/AIDS menghadapi multi stressor yaitu dengan kondisi fisik yang semakin menurun seiring dengan perjalanan penyakit, tekanan sosial yang dihadapi terkait stigma, ketakutan akan kematian karena penyakit, serta masalah keluarga dan ekonomi. Dengan stressor yang kompleks tersebut seringkali pasien tidak dapat mengembangkan koping yang adaptif sehingga jatuh pada kondisi depresi.
Pada ODHA dengan tahap infeksi HIV positif, kondisi fisik yang tidak stabil dan cenderung menurun diikuti dengan munculnya gejala-gejala fisik seiring dengan perjalanan penyakit serta tekanan sosial yang begitu hebat yang didapatkan dari lingkungan dapat menjadi sumber stress yang dapat menyebabkan ODHA mengalami depresi. Selanjutnya bagi ODHA yang telah memasuki tahap AIDS, semakin rentan untuk mengalami depresi dikarenakan kondisi kesehatan yang semakin memburuk dan mengancam kehidupan yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan tergantung dengan orang lain sehingga seringkali mengharuskan menjalani perawatan khusus di rumah sakit yang menyebabkan mereka kehilangan kualitas hidup dalam berbagai aspek (Gunung, et, al).
Polonsky (2000) mengatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup seseorang maka dapat diukur dengan mempertimbangkan penilaian akan kepuasan seseorang terhadap status fisik, psikologis, sosial, lingkungan, dan spiritual. Perubahan-perubahan yang terjadi terkait kondisi kesehatan seseorang akan sangat berpengaruh pada kualitas hidupnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nojomi, Anbary, dan Ranjbar (2008) didapatkan bahwa mayoritas
(19)
5
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari pasien dengan HIV baik yang simptomatik maupun yang non-simptomatik serta pasien AIDS masih memiliki nilai kualitas hidup yang rendah.
Kualitas hidup aspek sosial merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi ODHA dan sangat berkaitan dengan kualitas hidup. Kurangnya pemahaman keluarga dan masyarakat mengenai HIV/AIDS menambah buruk situasi yang dialami penderita. HIV/AIDS masih dianggap sebagai momok menyeramkan, karena saat divonis sebagai ODHA, yang terbayang adalah kematian. Di masyarakat penderita sering menerima perlakuan yang tidak adil atau bahkan mendapatkan diskriminasi dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Diskriminasi yang dialami ODHA membuat mereka menarik diri dari lingkungan sekitar, serta stigmatisasi yang berkembang dalam masyarakat mengenai HIV/AIDS merupakan suatu vonis mati bagi mereka sehingga membatasi ruang gerak dalam menjalankan aktivitas mereka sebelumnya. Dukungan sosial bagi ODHA sangat dibutuhkan baik sumber dukungan ODHA yang berasal dari kelompok sesama penderita, keluarga, anak dan teman dekat mereka maupun sumber dukungan dari luar diperoleh melalui kegiatan dari komunitas sosial.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnama dkk (2006) dikutip dari hasil wawancara peneliti dengan penderita HIV/AIDS, menyebutkan bahwa stigma yang diberikan masyarakat membuat penderita HIV/AIDS menjadi tertutup atau tidak terbuka. Bagi ODHA salah satu masalah sosial terbesar yang dialaminya adalah isolasi sosial dari keluarga maupun masyarakat. Menurut Agung (Suparyanto, 2012) stigma yang berkembang di masyarakat terhadap ODHA membuat masyarakat cenderung bersikap mengucilkan ODHA. Masyarakat dan lembaga terkadang memberikan opini negatif serta memperlakukan ODHA sebagai warga masyarakat kelus dua atau inferior, yang dapat menyebabkan melemahkan kualitas hidup ODHA. Banyak dari masyarakat yang menganggap siapapun yang sudah terkena HIV/AIDS harus dijauhi dan kehadirannya pun dalam lingkungan tidak diinginkan. Akibatnya ODHA tidak dapat berinteraksi sosial dengan baik.
Tetapi di sisi lain, banyak orang yang bersimpati dan mendukung penderita HIV/AIDS, contohnya dengan banyaknya yayasan yang didirikan oleh
(20)
orang-6
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
orang yang tidak terinfeksi HIV/AIDS. Salah satu yayasan tersebut adalah Rumah Cemara Bandung. Rumah Cemara adalah sebuah lembaga non-profit yang bertujuan membantu masyarakat, khususnya Jawa Barat, dalam menghadapi masalah-masalah pemakaian obat. Rumah Cemara merupakan pusat rehabilitasi yang dikembangkan dengan tujuan mencoba membantu menyembuhkan para pecandu narkoba menggunakan metode kekeluargaan dimana memperlakukan pasien seperti keluarga sendiri dan juga memberikan penyuluhan kepada mereka agar tidak kembali lagi ke dalam lingkaran nerkoba ketika sembuh nanti. Rumah Cemara memberikan pendampingan terapi ARV (antiretroviral), konseling maupun program-program lainnya yang dibutuhkan oleh para ODHA. Indonesia adalah negara dengan masyarakat kolektivitas, kolektivitas disini yaitu individu-individu dalam tatanan masyarakat Indonesia diharapkan untuk patuh dengan idealism dari masyarakat atau kelompok lain dimana individu tersebut menjadi bagiannya. Kelompok memegang peranan penting dalam kolektivitas. Salah satu kelompok yang menandakan masyarakat Indonesia adalah masyarakat kolektivitas yaitu Rumah Cemara, sebuah kelompok sosial atau social group yang merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara sesama anggotanya. Sesuai dengan budaya Indonesia dan tujuan didirikannya Rumah Cemara, aspek sosial merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup para ODHA.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Kusuma (2009) dengan beberapa pasien ODHA yang dirawat di ruang rawat inap penyakit dalam RSCM diketahui bahwa sebagian besar dari mereka sejak ditetapkan menderita HIV seringkali merasakan ketakutan terhadap penyakit, pesimis dengan masa depan, dan merasa apa yang akan dilakukan sia-sia. Hal ini memperlihatkan pasien sudah mengalami gejala depresi mulai dari sebelum ia dirawat inap. Selain itu beberapa dari pasien tersebut juga mengatakan bahwa setelah mereka diketahui terinfeksi HIV, keluarga justru menunjukkan sikap penolakan dan tidak peduli dengan kondisi mereka. Ini menunjukkan sikap keluarga yang tidak memberikan dukungan supportif pada pasien. Akibatnya pasien akan semakin menilai dirinya negative dan tidak optimal dalam penanganan penyakit sehingga dapat
(21)
7
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperburuk derajat kesehatannya. Selanjutnya,hal-hal tersebut dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien.
Dalam penelitian Douaihy (2001) diketahui bahwa depresi secara signifikan berhubungan dengan penurunan kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS. Hal ini disebabkan oleh karena depresi memberikan dampak buruk pada kepuasan hidup baik dalam domain fisik (rentan terhadap infeksi akibat semakin turunnya CD4, nyeri yang selalu dirasakan berlebihan, kelemahan fisik, & tidur yang terganggu), emosional (harga diri rendah, penilaian yang buruk terhadap diri, ketidakmampuan dalam berkonsentrasi, dan perasaan negatif), sosial (pasien cenderung mengisolasi diri, tidak mau melakukan aktivitas sosial, dan terus berlarut- larut pada kesedihan tanpa memikirkan masa depan), dan spiritual (pasien cenderung menyalahkan diri sendiri dan merasa dihukum oleh Tuhan).
Dari beberapa kajian riset sebelumnya, belum ada penelitian yang mengkaji secara khusus mengenai hubungan antara depresi dengan kualitas hidup aspek sosial pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) khususnya di Kota Bandung yang berada di Rumah Cemara. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti fenomena masalah ini.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran tingkat depresi pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
yang berada di Komunitas Rumah Cemara Bandung?
2. Bagaimana gambaran kualitas hidup khususnya aspek social pada Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berada di Komunitas Rumah Cemara Bandung?
3. Apakah terdapat hubungan antara depresi dengan kualitas hidup aspek sosial
pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berada di Komunitas Rumah Cemara Bandung?
(22)
8
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan kualitas hidup aspek social pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berada di dalam komunitas Rumah Cemara Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat depresi yang dihadapi oleh Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA) yang berada di Komunitas Rumah Cemara Bandung.
b. Untuk mengetahui kualitas hidup khususnya aspek sosial pada Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berada di Komunitas Rumah Cemara Bandung.
c. Untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan kualitas hidup
aspek social pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berada di dalam komunitas Rumah Cemara Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Psikologi Klinis, dengan menggali lebih dalam lagi mengenai gambaran hubungan antara depresi dengan kualitas hidup terutama pada Orang Dengan HIV/AIDS yang berada di dalam komunitas Rumah Cemara Bandung. Selain itu juga dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut yaitu bagi yang ingin meneliti mengenai depresi dan kualitas hidup pada Orang Dengan HIV/AIDS.
(23)
9
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kalangan profesi dan Pihak yang Terkait
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan dalam penanganan permasalahan yang dihadapi oleh penderita, tidak hanya berfokus pada penanganan masalah fisik saja tetapi masalah psikososial juga khususnya depresi yang dapat menurunkan kualitas hidup penderita HIV/AIDS.
b. Bagi Penderita HIV/AIDS
Hasil penelitian ini penderita HIV/AIDS dapat mengetahui dan memahami tingkat depresi dan kualitas hidup yang dialaminya sehingga dalam penanganannya dapat bekerjasama dengan pihak luar yang dapat membantu para ODHA.
c. Bagi Lembaga Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat membantu permasalahan penderita HIV/AIDS yang berkaitan dengan depresi dan kualitas hidup aspek social yakni interaksi social dan dukungan sScial.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat berguna bagi pihak lain yang tertarik untuk mendalami dan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik permasalahan yang sama dan untuk tujuan lain sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika isi dan penulisan skripsi ini antara lain :
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Dari Penelitian Sistematika Skripsi
Bab II Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian
(24)
10
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab III Metodologi Penelitian
Desain Penelitian
Operasionalisasi Variable Definisi Operasional
Populasi Dan Sampel Penelitian Instrumen Penelitian
Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Instrumen Metode Analisis Data.
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Gambaran Objek Penelitian Deskripsi Hasil Penelitian
Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian
Bab V Kesimpilan Dan Saran
Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran
(25)
61
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, mulai dari pengumpulan data, penafsiran sampai penyajian hasilnya (Arikunto, 2010). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif korelasional, yaitu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji, menjelaskan, memperkirakan, dan menguji suatu hubungan antara variabel berdasarkan teori yang ada tanpa adanya suatu intervensi dari peneliti (Arikunto, 2010). Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi suatu fenomena (variabel X) dihubungkan dengan (variabel Y).
Metode korelasional diharapkan hasil penelitian ini dapat menggambarkan secara sistematis dan empiris mengenai hubungan antara depresi dengan kualitas hidup aspek sosial pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Cemara Kota Bandung.
B. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009) variable penelitian merupakan “suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu :
Variabel I (X) : Depresi
(26)
62
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Definisi Operasional
Dalam rangka memperoleh data yang relevan dengan hipotesis penelitian, maka perlu dilakukan pengukuran terhadap variable-variabel yang telah didefinisikan secara konseptual. Pengukuran tersebut dapat dilaksanakan setelah terlebih dahulu dibuat definisi operasionalnya.
a. Depresi
Depresi dalam penelitian ini adalah mengukur tingkat depresi dan mengungkap tingakt depresi yang dialami individu dengan menggunakan skala BDI (Beck Depression Inventory). BDI terdiri dari 21 kelompok pernyataan, masing-masing menggambarkan manifestasi depresi yang spesifik dari 4 pernyataan yang menggambarkan tingkat intensitas gejala. Gejala-gejala depresi dikelompokkan dalam empat manifestasi, yaitu:
1) Manifestasi Emosional
Manifestasi emosional dari depresi yaitu adanya gejala-gejala seperti keadaan sedih, menagis, mudah tersinggung, adanya perasaan pesimis, tidak puas, dan perasaan bersalah.
2) Manifestasi Kognitif
Menggambarkan adanya gejala-gejala seperti perasaan gagal, kebencian pada diri sendiri, adanya perasaan menyalahkan diri sendiri, bimbang, dan adanya penyimpangan citra tubuh.
3) Manifestasi Motivasional
Menggambarkan adanya keinginan untuk bunuh diri, menarik diri dari lingkungan sosial, tidak mampu untuk mengambil keputusan, dan kemunduran dalam pekerjaan.
4) Manifestasi Vegetatif dan Fisik
Menggambarkan adanya gangguan tidur, merasa lelah, kehilangan selera makan, penurunan berat badan, gejala psikosomatis dan kehilangan libido.
(27)
63
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Kualitas Hidup aspek sosial
Skor total yang dicapai subjek penelitian pada dimensi-dimensi relasi personal dan dukungan sosial dalam alat ukur kualitas hidup aspek sosial, yang diukur melalui kuesioner dengan cara menjumlahkan skor tiap dimensinya. Skor tiap dimensi diperoleh dengan menjumlahkan skor item-item yang mewakili dimensi tertentu berdasarkan hasil jawaban subjek penelitian. Dimensi yang terdapat pada kualitas hidup aspek sosial yaitu
1) Interaksi sosial merupakan skor total yang diperoleh dari responden terhadap
skala interaksi sosial yang diambil dari teori Soekanto (2004), bentuk ini disesuaikan dengan penderita HIV/AIDS. Bentuk-bentuk tersebut diantaranya bentuk kontak sosial dan komunikasi.
2) Dukungan sosial yaitu seberapa tingginya ketersediaan bantuan yang
dirasakan penderita HIV/AIDS yang diambil dari teori Sarafino meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrument, dukungan informasi, dan dukungan jaringan sosial. Semakin tinggi nilai skor total yang diperoleh responden maka semakin tinggi tingkat ketersediaan dukungan sosial yang dirasakan penderita HIV/AIDS. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai skor total yang diperoleh responden dari item-item skala dukungan sosial, maka semakin rendah tingkat ketersediaan dukungan sosial yang dirasakan penderita HIV/AIDS.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang akan menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah para penderita HIV (ODHA) yang merupakan anggota dari Rumah Cemara yang berjumlah kurang lebih sebanyak 500
(28)
64
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
orang. Rumah Cemara adalah sebuah lembaga non-profit yang bertujuan membantu masyarakat, khususnya Jawa Barat, dalam menghadapi masalah-masalah pemakaian obat dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang akan diteliti yang dapat ditentukan melalui metode sampling. Sedangkan, metode sampling adalah cara menyeleksi porsi dari populasi penelitian untuk menentukan sampel penelitian untuk menentukan sampel penelitan yang dapat mewakili populasi yang ada (Azwar, 2009). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non probability sampling melalui purposive sampling, yaitu dengan cara memilih sampel diantara populasi berdasarkan kriteria yang dikehendaki peneliti sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya (Sugiyono, 2009). Mengenai jumlah sampel penelitian, Hadi (2002) mengungkapkan lebih jauh tentang tidak adanya ketetapan mutlak tentang berapa persen suatu sampel harus diambil dari populasi. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka sampel pada penelitian ini adalah 50 ODHA yang tergabung dalam program pendampingan Rumah Cemara Bandung.
Adapun kriteria yang dimaksud untuk penelitian ini sebagai berikut:
- Didiagnosa HIV positif dan telah berkembang menjadi AIDS dalam waktu kurang
lebih 3 tahun setelah melewati fase tanpa gejala dan mengalami infeksi oportunistik.
- Berusia > 18 tahun (kelompok usia dewasa). Hal ini dikarenakan penderita
HIV/AIDS lebih banyak pada rentang usia ini. Dan pada usia tersebut merupakan usia yang produktif. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Radloff dan Rutter pada remaja-remaja di antara ras-ras yang berbeda (Damayanti) menemukan bahwa simtom depresi meningkat mulai dari masa kanak-kanak ke
(29)
65
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masa remaja, dan tanda meningkatnya depresi muncul antara usia 13-15 tahun, mencapai puncaknya sekitar usia 17-18 tahun, dan kemudian stabil pada usia dewasa. Menurut Karmala, Humas Rumah Cemara (RRI, 2012) usia produktif, mayoritas penderita ODHA adalah berusia 20-35 tahun, yaitu pengguna narkoba melalui jarum suntik, ada juga yang tertular oleh suaminya yang sering “jajan”.
- Memiliki tingkat pendidikan minimal SMP. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah responden di dalam memahami pertanyaan yang diajukan sesuai dengan wawasan yang dimilikinya.
- Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan kooperatif.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Yayasan Insan hamdani Rumah Cemara Bandung yang beralamatkan di Jl. Gegerkalong Girang no.52 Bandung 40152. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2010.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu depresi dan kualitas hidup aspek sosial. Menurut Arikunto (2010), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau tentang hal-hal yang ia ketahui. Bentuk kuesioner bervariasi sesuai dengan tujuan dan apa yang digali melalui kuesioner tersebut. Untuk mendapatkan data yang diperlukan bagi tercapainya tujuan penelitian ini, digunakan dua bentuk alat ukur yang ditujukan untuk mengukur masing-masing variabel. Alat ukur yang digunakan antara lain :
1. Instrumen Depresi
Alat ukur depresi diadaptasi dan diterjemahkan dari Beck Depression Inventory (BDI) yang terdiri dari 21 pernyataan masing-masing menggambarkan manifestasi depresi yang spesifik dari 4 pernyataan yang menggambarkan tingkat intensitas gejala. Kriteria yang dipakai adalah diagnosa psikiatrik. Adapun uraian mengenai kisi-kisi instrument depresi adalah sebagai berikut :
(30)
66
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 Blue Print Instrumen Depresi
No. Dimensi Indikator Jumlah
1. Emosi Keadan sedih 1
Menangis 1
Mudah tersinggung 1
Perasaan pesimis 1
Perasaan tidak puas 1
Perasaan bersalah 1
2. Kognitif Gagal 1
Kebencian terhadap diri
sendiri
1
Menyalahkan diri sendiri 1
Bimbang 1
Penyimpangan citra tubuh 1
3. Motivasi Keinginan untuk bunuh diri 1
Menarik diri dari lingkungan social
1
Tidak mampu mengambil kesimpulan
1
Kemunduran dalam
pekerjaan
1
4. Vegetatif dan Fisik Gangguan tidur 1
Kelelahan 1
Kehilangan selera makan 1
Penurunan berat badan 1
Gejala psikosomatis 1
(31)
67
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cara pengisian alat ukur ini yaitu dengan meminta kesediaan responden untuk menjawab semua item pertanyaan yang diajukan dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia di setiap item pernyataan yang sesuai dengan individu tersebut. Masing-masing gejala memiliki tingkat intensitas sebagai berikut :
a = 0 : tidak ada gejala b = 1 : ada gejala ringan c = 2 : ada gejala sedang d = 3 : ada gejala berat
Penilaian atau penskoran jawaban dari responden dilakukan dengan menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh oleh responden. Total jumlah nilai yang diperoleh oleh responden akan menunjukkan tingkat depresi yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan. Nilai total berkisar dari 0-63. Indikasinya adalah:
a. Jumlah nilai 0-13 : Minimal/Normal
b. Jumlah nilai 14-19: Depresi ringan
c. Jumlah nilai 20-28: Depresi sedang
d. Jumlah nilai 29-63: Depresi berat
2. Instrumen Kualitas Hidup Aspek Sosial Dimensi Interaksi Sosial dan
Dukungan Sosial
Dalam menyusun skala interaksi sosial yang disusun berdasarkan teori Soekanto (2004) yaitu bentuk-bentuk interaksi social meliputi aspek kontak sosial dan kominikasi. Kuesioner ini terdiri atas 20 pernyataan. Pada kuesioner ini semua item tergolong favorable.
Sedangkan dalam menyusun skala dukungan sosial yang disusun berdasarkan teori dukungan social dari Sarafino (1998). Alat ukur ini disusun berdasarkan lima dimensi yang tercakup dalam dukungan sosial dari Sarafino yakni: emotional
(32)
68
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
support, esteem support, instrumental support, informational support, companionship support. Berikut ini adalah blue print dimensi interaksi social dan dukungan sosial:
Tabel 3.2 Blue Print Instrumen Kualitas Hidup Aspek Sosial
Dimensi Aspek Indikator No.Item
Interaksi Sosial
Kontak sosial Terjadinya suatu kontak primer
(hubungan langsung)
1, 2, 3, 4, 5
Terjadinya suatu kontak sekunder (hubungan tidak langsung)
6, 7
Komunikasi a. Penyampaian pesan dari
masing-masing pihak
8, 9, 10, 11, 12, 13
b. Tanggapan terhadap pesan yang
disampaikan
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
Dukunga n Sosial
Emotional support
1. ada yang selalu mendampingi,
mengibur dalam masa sulit
21, 22
Menghibur dalam masa sulit 23
2. adanya sikap perhatian yang
akan membuat individu memiliki perasaan nyaman
24, 25, 26
3. ada yang mendengarkan
keluhan dan menentramkan hati
27, 28
Esteem support 1. Dapat menghargai dirinya sendiri
29, 30, 31, 32
2. Merasa percaya diri dan merasa
bernilai
(33)
69
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Mendapatkan reward dalam
bentuk ucapan semangat dan dorongan
36, 37
Instrumental support
1. adanya bantuan secara
langsung, seperti bantuan finansial seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan.
38, 39
2. adanya bantuan berupa jasa
seperti pelayanan tugas sehari-hari
40,41
Informational support
1. adanya pemberian informasi
dan pengetahuan tentang situasi dan kondisi individu
42, 43, 44, 45
2. membantu mengambil
keputusan akan pengobatan HIV/AIDS
46
Companionship support
1. Adanya bentuk kebersamaan
sehingga individu merasa sebagai bagian dari kelompok
47, 48, 49, 50, 51
2. Adanya teman yang bersedia
menghabiskan waktu bersama
52
Instrumen ini disusun dengan menggunakan Skala Likert. Dari setiap pernyataan, responden harus memilih satu dari empat alternative jawaban yang ada, sesuai dengan keadaan dirinya pada saat itu. Penentuan jawaban dilakukan dengan mengisi salah satu kolom padakolom yang tersedia dengan memberi tanda ceklis (√). Pilihan jawaban terdiri dari 4 kategori yaitu :
(34)
70
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Penilaian atau penskoran jawaban dari responden dilakukan dengan menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh oleh responden. Total jumlah nilai yang diperoleh oleh responden akan menunjukkan derajat atau taraf interaksi social dan dukungan sosial yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan. Skala penilaian disusun berdasarkan skala frekuensi atau skala kuantitas. Setiap pernyataan tersebut disertai alternative jawaban, yang terdiri dari 4 kategori yang harus dipilih responden. Jawaban setiap pernyataan yang menggunakan Skala Likert diberi bobot skor dalam rentang 0-3 dan terdapat pernyataan yang bernilai favorable (+).
Tabel 3.3 Sistem Penilaian Alternatif Jawaban Berdasarkan Skala Likert
Bentuk Item Pola Skor
SS S TS STS
Favorable (+) 3 2 1 0
E. Uji Coba Alat Ukur Penelitian
Sebelum instrument penelitian digunakan menjadi alat ukur, diperlukan uji coba instrument penelitian terlebih dahulu. Para ahli psikometri telah menetapkan kriteria bagi setiap alat ukur psikologis untuk dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik, yaitu mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya. Kriteria tersebut diantaranya adalah reliable, valid, standar, ekonomis, dan praktis. Sifat reliable dan valid diperlihatkan oleh tingginya reliabilitas dan validitas hasil ukur suatu tes. Suatu alat ukur yang tidak reliable dan tidak valid akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Disinilah
(35)
71
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pentingnya masalah reliabilitas dan validitas pengukuran (Azwar, 2009). Untuk uji coba sendiri dilakukan terhadap 20 orang penderita HIV/AIDS yang berada di Rumah Cemara Bandung. Data tersebut kemudian diolah untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Adapun uji coba instrument dalam penelitian ini bersifat uji coba terpakai. Hal ini berarti pengambilan data dilakukan satu kali, setelah data terkumpul dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument. Setelah itu data yang diperoleh pada uji coba akan kembali digunakan dalam tahap pengolahan data selanjutnya dengan menghilangkan item-item yang tidak valid ataupun reliable. Hal ini dilakukan mengingat populasi penelitian dan waktu yang terbatas. Uji validitas dan reliabilitas instrumen ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Uji Validitas
a. Uji Validitas Isi
Pengujian validitas instrument penting untuk dilakukan. Instrumen yang valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009). Peneliti menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi menggambarkan sejauhmana item-utem alat ukur mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauhmana item-item tersebut mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi) (Azwar, 2010). Pengujian validitas ini dilakukan dengan cara meminta pendapat dari para ahli (judgement experts), yaitu setelah instrument depresi dan kualitas hidup aspek social disusun, kemudian dikonsultasikan dengan para ahli. Dalam hal ini, instrument depresi yaitu dengan menggunakan skala BDI (Beck Depression Inventory) diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia lalu dikonsultasikan kepada ahli psikologi. Peneliti meminta bantuan kepada dua orang ahli di bidang Psikologi Klinis yaitu dr. Nur Faizah R, M.Kes dan Linda Handayani, M.Psi serta seorang ahli di bidang Bahasa Inggris yaitu Judika Sinaga. Hasil dari judgement adalah perbaikan dalam penulisan pernyataan. Setelah instrument direvisi dan dinyatakan layak untuk
(36)
72
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan dalam penelitian oleh para ahli, selanjutnya dilakukan uji coba kepada 20 orang sampel penelitian.
Dari kedua instrument yang telah dianalisis oleh expert judgment terdapat perbaikan beberapa item pada instrument depresi. Perbaikan tersebut hanya perbaikan dalam penulisan pernyataan, jumlah item instrument tidak ada perubahan. Sementara instrument kualitas hidup aspek social tidak mengharuskan adanya perbaikan pada item-itemnya.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas diterjemahkan dari kata Reliability yaitu sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relative sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2009). Rentang koefisien reliabilitas berada 0-1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, jika koefisien reliabilitas semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas (Azwar, 2009). Berikut merupakan kriteria koefisien reliabilitas Alpha Cronbach Guildford.
Tabel 3.4 Koefisien Reliablitas Alpha Cronbach
Nilai Kriteria
>0,900 Sangat Reliable
0,700 – 0,900 Reliable
0,400 – 0,700 Cukup Reliable
0,200 – 0,400 Kurang Reliable
(37)
73
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan mengacu pada kategorisasi koefisien reliabilitas alpha cronbach di atas, diperoleh kesimpulan bahwa kedua instrument yang diuji cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Adapun hasil pengujian reliabilitas kedua instrument penelitian ditampilkan dalam table-tabel berikut ini.
Tabel 3.5 Nilai Reliablitas Beck Depression Inventory (BDI) Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.923 21
Koefisien reliabilitas alpha cronbach instrument Beck Depression Inventory (BDI) untuk menggali variabel depresi bernilai 0,923. Hal ini berarti alat ukur Beck Depression Inventory (BDI) sangat reliable.
Tabel 3.6 Nilai Reliablitas Kualitas Hidup Aspek Sosial Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.972 52
Koefisien Reliabilitas alpha cronbach instrument kualitas hidup aspek sosial bernilai sebesar 0,972. Hal ini berarti alat ukur kualitas hidup aspek social sangat reliable.
Selain itu setiap item akan dilihat corrected item totel correlationnya untuk menentukan item-item mana saja yang patut dipertahankan untuk kemudian diikutsertakan dalam pengolahan data berikutnya. Azwar (2010) menyatakan bahwa batas minimal corrected item-total correlation untuk menentukan item tersebut dipertahankan atau dibuang adalah sebesar 0.30, namun jika sebuah item tidak mencapai nilai corrected item-total correlation sebesar 0.30 dan jika
(38)
74
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dihapus akan ada indicator yang terbuang maka kriterianya dapat diturunkan menjadi 0.20. Sesuai dengan kriteria tersebut, didapatkan hasil skor validitas paling tinggi pada instrument Beck Depression Inventory (BDI) yaitu sebesar 0.902 dan yang paling rendah sebesar 0.364. sedangkan skor validitas paling tinggi pada instrument kualitas hidup aspek sosial sebesar 0.892 dan yang paling rendah sebesar 0.420.
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian, diketahui bahwa tidak ada item yang layak ataupun terbuang. Item-item tersebut semuanya dapat diikutsertakan dalam proses pengolahan data berikutnya. Berikut ini tabel yang menunjukkan hasil pengembangan instrument penelitian.
Tabel 3.7 Hasil Revisi Instrument Beck Depression Inventory (BDI)
No. Dimensi Indikator No.Item
1. Emosi Keadan sedih 1
Menangis 10
Mudah tersinggung 11
Perasaan pesimis 2
Perasaan tidak puas 4
Perasaan bersalah 5
2. Kognitif Gagal 3
Kebencian terhadap diri sendiri 7
Menyalahkan diri sendiri 8
Bimbang 6
Penyimpangan citra tubuh 14
3. Motivasi Keinginan untuk bunuh diri 9
Menarik diri dari lingkungan social 12
Tidak mampu mengambil kesimpulan 13
(39)
75
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Vegetatif dan
Fisik
Gangguan tidur 16
Kelelahan 17
Kehilangan selera makan 18
Penurunan berat badan 19
Gejala psikosomatis 20
Kehilangan libido 21
Tabel 3.8 Hasil Revisi Instrument Kualitas Hidup Aspek Sosial
Dimensi Aspek Indikator No.Item
Interaksi Sosial
Kontak social Terjadinya suatu kontak
primer (hubungan langsung)
1, 2, 3, 4, 5
Terjadinya suatu kontak sekunder (hubungan tidak langsung)
6, 7
Komunikasi c. Penyampaian pesan dari
masing-masing pihak
8, 9, 10, 11, 12, 13
d. Tanggapan terhadap pesan
yang disampaikan
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
Dukungan Sosial
Emotional support
4. ada yang selalu mendampingi,
mengibur dalam masa sulit
21, 22
Menghibur dalam masa sulit 23
5. adanya sikap perhatian yang
akan membuat individu memiliki perasaan nyaman
24, 25, 26
6. ada yang mendengarkan
keluhan dan menentramkan hati
(40)
76
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Esteem support 4. Dapat menghargai dirinya sendiri
29, 30, 31, 32
5. Merasa percaya diri dan
merasa bernilai
33, 34, 35
6. Mendapatkan reward dalam
bentuk ucapan semangat dan dorongan
36, 37
Instrumental support
3. adanya bantuan secara
langsung, seperti bantuan finansial seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan.
38, 39
4. adanya bantuan berupa jasa
seperti pelayanan tugas sehari-hari
40,41
Informational support
3. adanya pemberian informasi
dan pengetahuan tentang situasi dan kondisi individu
42, 43, 44, 45
4. membantu mengambil
keputusan akan pengobatan HIV/AIDS
46
Companionship support
3. Adanya bentuk kebersamaan
sehingga individu merasa sebagai bagian dari kelompok
47, 48, 49, 50, 51
4. Adanya teman yang bersedia
menghabiskan waktu bersama 52
(41)
77
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara dengan apa data yang diperlukan itu diperoleh. Teknik pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data yang diinginkan dan selanjutnya data tersebut dioleh dan hasilnya berguna untuk menguji hipotesis atau mengambil kesimpulan. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik sebagai penguml data yaitu :
1. Angket atau kuesioner
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui penyebaran serangkaian pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden. Angket atau kuesioner ini dirancang sendiri disesuaikan dengan kebutuhan. Metode kuesioner ini mengacu pada self report atau laporan mengenai diri responden sendiri.
2. Studi Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data melalui pengkajian dokumen-dokumen, brosur serta laporan yang ada kaitannya dengan masalah dan variabel yang diteliti.
G. Analisis Data
1. Uji Asusmsi
a. Uji Normalitas
Untuk menentukan teknik statistik yang digunakan dalam analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap data yang akan dianalisis. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis membentuk distribusi normal atau tidak. Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui dan menentuka teknik statistik apa yang digunakan pada pengolahan data selanjutnya. Apabila penyebaran datanya normal, maka akan digunakan statistik parametrik. Akan tetapi apabila penyebaran datanya tidak normal, maka akan digunakan teknik statistic non parametrik, yang berarti hasil perhitungan hanya berlaku untuk sampel penelitian saja.
(42)
78
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aturan dari pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sebaliknya jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka sampel bukan berasal dari populasi yang normal.
Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS version 18.0 dengan metode uji One Sample Kolgomorov Smirnov.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk melihat adakah hubungan secara linear antara variable depresi dengan kualitas hidup aspek social. Hubungan yang linear menggambarkan bahwa perubahan pada satu variable akan cenderung diikuti oleh perubahan variable lainnya dengan membentuk garis linear. Suatu hubungan dikatakan linear apabila adanya kesamaan variable, baik penurunan maupun kenaikan yang terjadi pada kedua variabel tersebut.
Pada penelitian ini uji linearitas dilakukan dengan bantuan SPSS version 18.0 for windows. Sepasang data dapat dikatakan memiliki hubungan yang linear apabila nilai Sig. linearity < 0,05.
3. Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk melihat seberapa erat hubungan antara variable pertama dan variabel kedua dan dalam penelitian ini adalah untuk melihat seberapa erat hubungan antara variabel pertama yaitu depresi dan variabel kedua
yaitu kualitas hidup aspek social. Teknik analisis korelasi Spearman’s Rho
termasuk teknik statistic non-parametric yang menggunakan data interval dan ordinal dengan persyaratan tertentu dengan bantuan software SPSS version 18.0. setelah diperoleh besarnya koefisien korelasi, maka untuk menginterpretasikannya digunakan pedoman sebagai berikut
(43)
79
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
0,600 – 0,799 Kuat
0,400 – 0,599 Sedang
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat Rendah
4. Uji Signifikansi
Uji signifikansi dgunakan untuk melihat apakah terdapat korelasi yang signifikan antara variabel satu (X) dan variabel dua (Y). Uji signifikansi dilakukan untuk menguji apakah hubungan yang ditemukan tersebut berlaku untuk seluruh populasi atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS version 18.0 dengan mengacu pada kriteria signifikansi sebagai berikut :
Tabel 3.10 Kriteria Signifikansi Variabel Kriteria
Probabilitas > 0,05 HO diterima
(44)
111
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti akan memberikan saran-saran metodologis dan praktis bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang mirip dengan penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulannya sebagai berikut.
1. Berdasarkan kategorisasi depresi bahwa subjek yang memiliki tingkat depresi yang
berat sebanyak sebanyak 1 orang (2%), yang memiliki tingkat depresi sedang sebanyak 6 orang (12%) dan yang memiliki tingkat normal sebanyak 43 orang (86%).
2. Berdasarkan kategorisasi kualitas hidup aspek social bahwa subjek memiliki kualitas
hidup aspek social tergolong tinggi sebanyak 47 orang (94,0%), kualitas hidup aspek sosialdapat dikatakan dalam kriteria sedang 3 orang (6,0%).
3. Terdapat hubungan (korelasi) antara depresi dengan kualitas hidup pada Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Cemara Bandung dengan hasil sebesar 0,432 (negatif), ini artinya sesuai dengan pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi menurut Sugiyono (2009:250) maka hubungan antara kualitas hidup dengan tingkat depresi termasuk kategori sedang (0,400-0,600) dan berbanding terbalik yaitu semakin tinggi kualitas hidup akan menurunkan tingkat depresi.
4. Hubungan antara depresi dengan kualitas hidup pada Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Rumah Cemara Bandung diperoleh hasil yaitu pada tingkat depresi rendah terdapat 42 orang yang memiliki kualitas hidup aspek social yang tinggi dan 1 orang dengan kualitas hidup aspek social sedang, pada tingkat depresi sedang terdapat 4 orang yang memiliki kualitas hidup aspek social tinggi dan 2 orang dengan
(45)
112
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kualitas hidup aspek social yang sedang, pada tingkat depresi tinggi terdapat 1 orang yang memiliki kualitas hidup aspek social yang tinggi.
B. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan studi ilmiah mengenai depresi dan kualitas hidup aspek social serta berguna bagi mahasiswa. Saran-saran tersebut meliputi :
1. Bagi Penderita HIV/AIDS
Para penderita HIV/AIDS diharapkan untuk aktif di dalam mengikuti program-program yang diperlukan penderita seperti program pendampingan terapi ARV (antiretroviral) maupun konseling yang akan memperpanjang kualitas hidup dalam berbagai aspek-aspek kehidupan baik aspek fisik, psikologis maupun sosial dan terhindar dari infeksi opportunistic dan menurunkan tingkat depresi.
2. Bagi keluarga dan teman-teman penderita
Keluarga dan teman sangat berperan di dalam memberikan motivasi bagi para penderita HIV/AIDS dalam menghadapi situasi dan kondisi yang dialami oleh para ODHA. Keluarga diharapkan lebih memberikan dukungan-dukungan baik dukungan secara materi maupun non materi agar penderita tidak terlalu terganggu dengan penyakit yang dialaminya.
3. Bagi individu yang tidak terinfeksi HIV/AIDS
Bagi individu yang tidak terinfeksi HIV/AIDS diharapkan dapat melakukan pencegahan terhadap penyebab terinfeksinya HIV/AIDS, salah satunya yaitu tidak menggunakan narkoba dengan menggunakan jarum suntik, hindari penggunaan jarum secara bergantian dan tidak disterilkan serta hindari perilaku seks bebas. Dengan menghindari hal-hal tersebut dapat terhindar dari terinfeksinya penyakit HIV/AIDS.
(46)
113
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan penelitian tentang depresi dengan kualitas hidup aspek social pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) disarankan untuk melakukan studi populasi dengan menggunakan sampel yang lebih banyak yang disertai dengan observasi dan interview. Selain itu peneliti juga harus memperhatikan kuesioner yang digunakan pada penelitian, kuesioner pada penelitian ini dimodifikasi oleh peneliti (kuesioner depresi) dan kuesioner dukungan social dikembangkan sendiri oleh peneliti, oleh karena itu jika ingin digunakan untuk penelitian selanjutnya kuesioner perlu diuji kembali validitas dan reliabilitasnya.
5. Bagi psikolog, para konselor dan tenaga medis lainnya,
Bagi psikolog, konselor dan tenaga medis lainnya diharapkan untuk lebih memperhatikan permasalahan psikologis yang muncul seperti depresi selama penderita menjalani pengobatan ARV agar tidak mengganggu jalannya proses pengobatan.
(47)
114
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka
Abiodun, O. A., Bola, A. O., Olorunfemi, A. O., Adeola, O. A., Bamidele F. O., & Ibiyemi, F. (2010). Relationship between Depression and Quality of Life in Persons with HIV Infection in Nigeria. [Online]. Tersedia: http://baywood.metapress.com. [21 November 2012]
Arriza, B.K., Dewi, E.K., dan Sakti, V.D. (2011). Memahami Rekonstruksi Kebahagiaan pada Orang dengan HIV/AIDS. Jurnal Psikologi UNDIP Vol.10, No. 2.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek . Edisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (1993). Kelompok Subjek Ini Memiliki Harga Diri Rendah, Kok Tahu?. Buletin Psikologi No.2 hal 13-17.
Azwar, S. (2007). Asumsi-Asumsi dalam Inferensi Statistika. Buletin Psikologi Tahun XI Nomor 1, Juni 2007.
Beck, A.T. (1967). Depression : Clinical, Experimental, and Theoritical Aspects. Hoeber Medica Devision USA, Herper and Row Published Incorporated. Cichocki, M. (2009). Dealing with HIV & Depression when Sadness Takes Over.
[Online]. Tersedia: http://aids.about.com/es/condition/a/depression.htm. [21 November 2012]
David, F.R., & Brian, S. (2000). HIV & Psychiatry. [Online]. Tersedia: http://spiritia.or.id. [21 November 2012]
(48)
115
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Direktorat Jendral PP & PL Kementrian Kesehatan RI. (2012). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia.
Douaihy, A. (2001). Factors Affecting Quality of Life in Patient with HIV
Infection. [Online]. Tersedia:
http://www.nedscape.com/view_articles.html. [21 November 2012]
Friedman, M. M., Bowden, O., & Jones, M. (2003). Family Nursing: Theory and Practice. Ed. 3rd. Philadelphia: Appleton & Lange.
Fox-Spencer, R. dan Young, A. (2005). Mengenali, Mengatasi, dan Mengantisipasi Depresi. Jakarta : Kompas Gramedia.
Gunung, I.K. dan Made, I.G. (2005). Buku Pegangan KonselorHIV/AIDS Edisi 2/ HIV/AIDS Counsellor Handbook 2nd Edition. MacFarlane Burnet Centre For Medical Research, Limited, 2005.
Greeff, M., Uys, L. R., Wantland, D., Makoae, L., Chirwa, M., Dlamini, P., et al. (2009). Perceived HIV Stigma and Life Satisfaction among Persons Living with HIV Infection in Five African Countries: A longitudinal Study. International Journal Nursing Studies. Article In Press. [Online]. Tersedia: http://www.elsevier.com/ijns/pdf. [21 November 2012]
Hadi, S. (2002). Statistika Jilid 2. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Hawari, D. (2006). Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Holmes, W. C., Bilker, W. B., Wang, H., Chapman, J., & Gross, R. (2007). HIV/AIDS- Specific Quality of Life and Adherence to Antiretroviral Therapy Over Time. Journal of Acquir Immune Deficiency Syndrome. Volume 46 (3): 323-328.
Hutapea, Ronald. (2011). AIDS, PMS dan Pemerkosaan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
(49)
116
Selvia Widyarsono, 2013
Hubungan Antara Depresi Dengan Kualitas Hidup Aspek Sosial Pada Orang Dengan HIV/Aids (ODHA)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ignatavicius, D., & Bayne, M. V. (1998). Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach. Philadelphia : W. B. Saunders Company.
Jendri, N.M. (2011). Efektivitas Support Group untuk Mengurangi Gejala Depresi pada ODHA di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Skripsi Fakultas Psikologi UI. Tidak diterbitkan.
Jiwo, Tirto. (2011). Depresi : Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan Teman Dekat. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa Desa Kalinongko, Jawa Tengah, Indonesia.
Karmala. (2012). “Sehatkan Jiwa ODHA”. RRI. ( 1 Agustus 2013).
Komisi Penanggulangan AIDS. (2010). Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2007-2010. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com. [21 November 2012]
Komisi Penanggulangan AIDS. (2012). ODHA dan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar. UNAIDS : [Online]. Tersedia: www.unaids.org. [21 November 2012]
Kusuma, Henny. (2011). Hubungan Antara Depresi Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Yang Menjalani Perawatan Di Rsupn Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia.
Lutgendorf, S., et.al ( 1995). Psychososial Interventions and Quality of Life Changes Across the HIV Spectrum. Quality of Life in Behavioral Medicine Research.
Mc Dowell, J., & Nowell, D. K. (2001). Dimensions of the event that influence psychological distress; An evaluation & synthesis of the literature. In H. B. Kaplan .(Ed). Psychosocial Stress: Trends in Theory &
(1)
Direktorat Jendral PP & PL Kementrian Kesehatan RI. (2012). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia.
Douaihy, A. (2001). Factors Affecting Quality of Life in Patient with HIV
Infection. [Online]. Tersedia:
http://www.nedscape.com/view_articles.html. [21 November 2012]
Friedman, M. M., Bowden, O., & Jones, M. (2003). Family Nursing: Theory and Practice. Ed. 3rd. Philadelphia: Appleton & Lange.
Fox-Spencer, R. dan Young, A. (2005). Mengenali, Mengatasi, dan Mengantisipasi Depresi. Jakarta : Kompas Gramedia.
Gunung, I.K. dan Made, I.G. (2005). Buku Pegangan KonselorHIV/AIDS Edisi 2/ HIV/AIDS Counsellor Handbook 2nd Edition. MacFarlane Burnet Centre For Medical Research, Limited, 2005.
Greeff, M., Uys, L. R., Wantland, D., Makoae, L., Chirwa, M., Dlamini, P., et al. (2009). Perceived HIV Stigma and Life Satisfaction among Persons Living with HIV Infection in Five African Countries: A longitudinal Study. International Journal Nursing Studies. Article In Press. [Online]. Tersedia: http://www.elsevier.com/ijns/pdf. [21 November 2012]
Hadi, S. (2002). Statistika Jilid 2. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Hawari, D. (2006). Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Holmes, W. C., Bilker, W. B., Wang, H., Chapman, J., & Gross, R. (2007). HIV/AIDS- Specific Quality of Life and Adherence to Antiretroviral Therapy Over Time. Journal of Acquir Immune Deficiency Syndrome. Volume 46 (3): 323-328.
Hutapea, Ronald. (2011). AIDS, PMS dan Pemerkosaan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
(2)
Ignatavicius, D., & Bayne, M. V. (1998). Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach. Philadelphia : W. B. Saunders Company.
Jendri, N.M. (2011). Efektivitas Support Group untuk Mengurangi Gejala Depresi pada ODHA di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Skripsi Fakultas Psikologi UI. Tidak diterbitkan.
Jiwo, Tirto. (2011). Depresi : Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan Teman Dekat. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa Desa Kalinongko, Jawa Tengah, Indonesia.
Karmala. (2012). “Sehatkan Jiwa ODHA”. RRI. ( 1 Agustus 2013).
Komisi Penanggulangan AIDS. (2010). Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2007-2010. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com. [21 November 2012]
Komisi Penanggulangan AIDS. (2012). ODHA dan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar. UNAIDS : [Online]. Tersedia: www.unaids.org. [21 November 2012]
Kusuma, Henny. (2011). Hubungan Antara Depresi Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Yang Menjalani Perawatan Di Rsupn Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia.
Lutgendorf, S., et.al ( 1995). Psychososial Interventions and Quality of Life Changes Across the HIV Spectrum. Quality of Life in Behavioral Medicine Research.
Mc Dowell, J., & Nowell, D. K. (2001). Dimensions of the event that influence psychological distress; An evaluation & synthesis of the literature. In H. B. Kaplan .(Ed). Psychosocial Stress: Trends in Theory &
(3)
Research, h. 33-103. New York: Academic Press.
Nazir, K. A. (2006). Penilaian Kualitas Hidup Pasien Pasca Bedah Pintas Koroner yang Menjalani Rehabilitasi Fase III dengan Menggunakan SF-36. Jakarta: UI.
Nugrahawati, E.N. dan Nugraha, G. (2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan “Self Esteem” pada ODHA di YAyasan Aksen Indonesia Tasikmalaya. Volume 2. No.1 Tahun 2011.
Nurbani, F. (---). Dukungan Sosial pada ODHA. Jakarta : Universitas Gunadarma. Nojomi, M., Anbary, K., Ranjbar, M. (2008). Health-Related Quality of Life in Patients with HIV/AIDS. Archives of Iranian Medicine. Vol.11. Number. 6.
Orford, Jim. (1992). Community Psychology: Theory and Practice. New York: Wiley
Paminto, S. I. Z. (2007). Mekanisme Koping Wanita yang Terinfeksi HIV dari Suaminya; Studi Kualitatif di Yayasan Pelita Ilmu, Jakarta. Tesis. Fakultas Psikologi UI. Tidak diterbitkan.
Payuk, I., Arsin, A.A., dan Abdullah. Z. (2012). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Orang Dengan Hiv/ Aids Di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar Tahun 2012. Makassar : Universitas Hasanudin.
Purnama, A., & Haryanti, E. (2006). Stigma & Diskriminasi terhadap ODHA. [Online]. Tersedia: http://www.rahima.or.id. [21 November 2012]
Putri, Asri Mutiara. (2009). Kebahagiaan dan Kualitas Hidup Penduduk Jabodetabek (Studi pada Dewasa Muda Bekerja dan Tidak Bekerja). Skripsi Fakultas Psikologi UI. Tidak diterbitkan.
(4)
Polonsky, A. (2007). Understanding & Assesing Diabetes Spesific Quality of Life. [Online]. Tersedia: http://www.journal.diabetes.org. [4 Oktober 2012] Rangkuti, Rahmi Putri. (2011). Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Depresi pada
Remaja Awal Korban Bullying. [Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29645?mode=full. [4 Oktober 2012]
Sarafino, E.P. (2005) Health psychology: Biopsychosocial interactions. 4rd edition. New York: Wiley.
Schulte, R. (2000). Depression among Patient with HIV/AIDS in US. [Online]. Tersedia: http://web.ebscohocst.com. [4 Oktober 2012]
Sharp & Lipsky. (2002). Screening for Depression. [Online]. Tersedia: http://www.musc.edu. [4 Oktober 2012]
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Soekanto, Soerjiono. (2004). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Soedarto. (2009). Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta : Sagung Seto. Subowo. (2010). Imunologi Klinik Edisi ke-2. Jakarta : Sagung Seto.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., & Setiati, S. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitan. Bandung : Penerbit Alfabeta
Sunaryati, Septi Shinta. (2011). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Yogyakarta : Flashbooks.
(5)
Suparyanto. (2012). Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). [Online]. Tersedia: http//odha-orang-dengan-hiv-aids.html. [4 Oktober 2012]
Taylor, S. E. (2006). Health Psychology. (6th. Ed), Singapore: Mc. Graw Hill Book Company.
Tjokeonegoro, Arjatmo. (1992). Seluk Beluk AIDS yang Perlu Anda Ketahui. Fakultas Kedokteran UI.
Weber, Jonathan & Annabel Ferriman. (1986). AIDS & Anda Apa yang Perlu Anda Ketahui. Jakarta : Arcan.
Wahyuni, D. (2010). Depresi. Magistra No.74 Tahun XXII. Desember 2010. WHO. (2002). The World Health Organization’s WHOQOL-BREF quality of life
assessment: Psychometric properties and results of the international field trial A Report from the WHOQOL Group. Quality of Life Research. 13 :299-301.
WHO. (1993). Quality of Life-BREF. [Online]. Tersedia: http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/whoqolbref/en. [4 Oktober 2012]
WHOQOL-BREF. (1996). Introduction, Administration, Scoring and Generic Version of The Asessment.
WHOQOL-HIV BREF. (2002). Quality of Life-HIV-BREF. [Online]. Tersedia: http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/whoqolbref/en. [4 Oktober 2012]
Yatim, D.I. (2006). Dialog Seputar AIDS. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Zainuddin, I. (2011). Hubungan antara Optimisme & Kualitas Hidup pada Orang dengan HIV/AIDS. Skripsi Fakultas Psikologi UI. Tidak diterbitkan.
(6)