PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL-BUDAYA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI MULTIKULTURAL(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMA Yos Sudarso di Jeruklegi Kabupaten Cilacap).

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 11

F. Keterkaitan Variabel Bebas dan Terikat ... 14

G. Definisi Operasional ... 15

H. Paradigma Penelitian ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

2. Perkembangan Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

3. Strategi Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan ... 28

4. Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 35

5. Kompetensi yang Dibentuk Melalui Pendidikan Kewarganegaraan . 46 B. Perspektif Sosial-Budaya ………. ... 50

1. Peradaban dan Perubahan Sosial ... 50

2. Makna Status Sosial ... 54

3. Memahami Perbedaan Budaya ... 58

4. Peranan Manusia Antar Budaya ... 63


(2)

C. Nilai Multikultural ... 73

1. Pengertian Multikultural ... 73

2. Perkembangan Multikultural ... 76

3. Multikultural Sebagai Keniscayaan ... 85

4. Indonesia Dalam Bhinneka Tunggal Ika ... 91

BAB III METODE PENELITIAN ... 96

A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 96

B. Populasi, Sampel dan Lokasi Penelitian ... 100

C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 102

D. Uji Coba Instrumen ... 103

E. Hasil Uji Coba Instrumen ... 105

F. Teknik Analisis Data ... 107

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 114

A. Profil Sekolah SMA Yos Sudarso ... 114

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 120

C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 133

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 192

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 212

A. Kesimpulan ... 212

B. Rekomendasi ... 215

DAFTAR PUSTAKA ... 218 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.01 Kisi-kisi instrument penelitian ... 102

Tabel 3.02 Aspek-aspek kuesioner penelitian ... 106

Tabel 3.03 Interpretasi koefisien korelasi ... 109

Tabel 3.04 Interpretasi pencapaian variabel penelitian ... 109

Tabel 4.01 Hasil rata-rata nilai tes awal dan akhir ... 121

Tabel 4.02 Rata-rata nilai perkembangan multikultural ... 122

Tabel 4.03 Jenis kelamin responden ... 124

Tabel 4.04 Agama responden ... 126

Tabel 4.05 Pendidikan orang tua siswa ... 127

Tabel 4.06 Pekerjaan orang tua siswa ... 129

Tabel 4.07 Penghasilan orang tua siswa ... 130

Tabel 4.08 Etnik orang tua siswa ... 132

Tabel 4.09 Gambaran umum perolehan data hasil penelitian ... 133

Tabel 4.10 Pengujian non parametrik nilai multikultural ... 136

Tabel 4.11 Pengujian non parametrik evaluasi pembelajaran PKn ... 137

Tabel 4.12 Pengujian non parametrik kegiatan belajar mengajar PKn ... 139

Tabel 4.13 Pengujian non parametrik materi pembelajaran PKn ... 140

Tabel 4.14 Besar koefisien jalur dan signifikasinya ... 168

Tabel 4.15 Matrik korelasi variabel X1, X2, X3 dan Y ... 170

Tabel 4.16 Pengaruh kausalitas tiap variabel langsung dan tidak langsung ... 174

Tabel 4.17 Koefisien korelasi, diterminasi dan koefisien jalur variabel kontrol jenis kelamin siswa ... 177

Tabel 4.18 Koefisien korelasi, diterminasi dan koefisien jalur variabel kontrol pendidikan orang tua siswa ... 186


(4)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.01 Hubungan struktur dan sub struktur tiap variabel ... 14

Bagan 1.02 Tinjauan variabel kontrol melalui variabel utama ... 14

Bagan 1.03 Paradigma penelitian ... 18

Bagan 4.01 Hubungan variabel X1 dan X2 ... 146

Bagan 4.02 Hubungan variabel X1, X2 dan X3 ... 153

Bagan 4.03 Hubungan variabel X1, X2, X3 dan Y ... 162


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.01 Hasil rata-rata nilai tes awal dan tes akhir ... 121 Grafik 4.02 Rata-rata nilai perkembangan multikultural ... 123 Grafik 4.03 Persamaan garis linier ... 152


(6)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.01 Jenis kelamin responden ... 125

Diagram 4.02 Agama responden ... 126

Diagram 4.03 Pendidikan orang tua siswa ... 128

Diagram 4.04 Pekerjaan orang tua siswa ... 129

Diagram 4.05 Penghasilan orang tua siswa ... 131

Diagram 4.06 Etnis orang tua siswa ... 132

Diagram 4.07 Pancar variabel nilai multikultural ... 135

Diagram 4.08 Pancar variabel evaluasi pembelajaran PKn ... 137

Diagram 4.09 Pancar variabel kegiatan belajar mengajar PKn ... 138


(7)

DAFTAR GAMBAR


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sebagai mahluk sosial, fitrah manusia menghajatkan hidup rukun berdampingan tanpa adanya permusuhan yang terjalin dan terjamin dari rasa kekeluargaan, persahabatan, tenggang rasa hormat-menghormati satu sama lainnya. Disisi lain, sebagai mahluk yang memiliki banyak kekurangan manusia tidak lepas dari sikap rakus, iri, dengki, ingin menang sendiri, ingin dihormati dan mau menang sendiri. John Lock (Djahiri, 2006:5) mengemukakan :

Terdapat lima sifat natural manusia yakni suka dihormati, cinta kekuasaan, merasa pintar, ingin selamat dan hidup abadi. Kelima hal ini ditampilkan setiap diri manusia yang normal dalam kehidupanya dan jika tidak dapat dikendalikan maka berwujud menjadi gila hormat, gila kekuasaan, sok pintar, cari selamat/aman (anti resiko) dan takut mati.

Sekarang ini gejolak ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian ganas melalui multi media elektronik berikut tuntutan materiilnya yang cukup tinggi melahirkan pola kehidupan (life style) yang pada akhirnya membawa kearah rasionalisme, sukulerisme, dan egoistik. Perilaku pergaulan siswa di masyarakat seringkali dijadikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pendidikan, baik formal maupun non formal. Disisi lain pergaulan siswa sudah tidak mengedepankan nilai-nilai moral dalam masyarakat. Tidak adanya sikap solidaritas dan toleransi diantara sesama mengakibatkan perselisihan dalam pergaulan. Sebagai contoh terbentuknya kelompok-kelompok dalam pergaulan siswa di sekolah yang didasarkan pada kesamaan etnis-budaya dan agama


(9)

mengakibatkan siswa yang tidak masuk dalam kelompok merasa dikucilkan. Adanya siswa muslim yang tidak memperoleh pendidikan agama Islam di sekolah menunjukan ketidak adilan dalam memperoleh pendidikan.

Banyaknya penyimpangan perilaku siswa di sekolah maupun masyarakat disebabkan demi menjaga gengsi atau kehormatan masing-masing, maka persahabatan, toleran dan norma-norma menjadi sirna yang terjadi malah sebaliknya ingin menang sendiri dan pahamnyalah yang harus dianggap benar. Masing-masing kelompok dengan latar belakang suku, budaya dan agama yang sama berusaha melakukan indoktrinasi untuk memperkuat fanatik golongan. Berkurangnya tokoh teladan di sekolah maupun di masyarakat juga mengakibatkan siswa kehilangan seorang figur teladan bagi hidupnya. Sekarang banyak guru yang bukan mendidik melainkan hanya sekedar mengajar. Sebagaimana diingatkan oleh pedagoog klasik kenamaan Langeveld (Suparman, Wardani, Winataputra, 2002:18) mengatakan :

Seseorang tidak bisa mendidik karena ia sekedar mau, juga orang tidak bisa mendidik karena ia sekedar tahu, tetapi seseorang hanya bisa mendidik dengan baik apabila ia mampu menampilkan dirinya secara utuh sebagai pendidik yang tahu dan mau dan berdedikasi secara nyata.

Disisi lain, di masyarakat banyak orang yang semula ditokohkan ternyata terbongkar kedoknya sebagai koruptor sehingga kepercayaan siswa kepada tokoh masyarakatpun mulai pudar, tidak ada lagi yang bisa dijadikan panutan dalam kehidupan bermasyarakat.

Manusia merupakan mahluk sosial sehingga harus dapat hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, manusia dengan akal pikiran dan budayanya


(10)

senantiasa mengalami perkembangan dan kemajuan. Drijarkara (Sumaatmadja, 1998:16) mengatakan :

Manusia adalah suatu dinamika. Dinamika ini tidak pernah berhenti, melainkan tetap aktif. Dinamika manusia inilah yang memadukan manusia dengan sesamanya dan dengan dunia lingkungannya. Dinamika ini akan tetap tumbuh dan berkembang selama masa hidupnya.

Bila solidaritas sesama manusia sudah tidak dimiliki maka yang akan terjadi adalah timbulnya sikap ego pada setiap individu. Manusia sudah tidak menyadari bahwa dirinya lahir memiliki pembawaan yang berbeda baik fisik maupun akal pikiran sehingga mereka saling membutuhkan bantuan. Akan tetapi bila yang diminta bantuan ternyata tidak mau meringankan maka akibatnya adalah pembentukan kelompok sesuai dengan tingkat kelas sosialnya. Akibat terus-menerus dari keadaan ini adalah terjadilah jurang yang amat lebar antara kaum melarat dengan orang kaya, jurang antara kaum majikan dengan kaum pekerja, jurang antara yang kuat dengan yang lemah dan jurang antara anak yang pintar dengan anak yang bodoh (Munawwir, 1984:40).

Sikap saling menghargai dalam masyarakat multietnik sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya konfik yang terjadi dalam pergaulan. Pasalnya fanatisme etnik akan menyulut konflik secara potensial memang selalu ada dan inhern dalam masyarakat yang multietnik baik yang disebabkan oleh stereotipe maupun prasangka-prasangka lainnya. Keanekaragaman etnik dan budaya Indonesia hendaknya bukan faktor penentu pemecah belahan kerukunan antar sesama, melainkan diharapkan mampu menjadi ”bumbu kehidupan” bagi perekat dalam pergaulan di masyarakat untuk saling melengkapi.


(11)

Temuan di lapangan pada penelitian tesis oleh Dikdik Baehaqi tentang Pengembangan warganegara multikultural implikasinya terhadap kompetensi kewarganegaraan diungkapkan bahwa dalam masyarakat Indonesia yang heterogen terdapat dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu tersimpan kekauatan yang sangat besar sebagai modal sosial dan budaya berupa keanekaragaman adat istiadat, agama dan bahasa yang menjadi pengikat kelompok masyarakat untuk hidup bersatu. Dampak negatifnya bahwa keanekaragaman tersebut justru sering memicu terjadinya konflik antar kelompok dalam masayrakat yang pada akhirnya konflik antar kelompok tersebut akan mengakibatkan ketidak stabilan keamanan dan ketidak harmonisan sosial. Oleh sebab itu pemahaman atas kebudayaan seseorang dari pendukung kebudayaan lain akan menjadi sumbangan yang berarti bagi individu dan masyarakat tertentu tentang kebudayaan mana yang merupakan bagian dari padanya, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur multikultural.

Bertolak dari suatu pengertian sederhana (Blum, 2001:16) mengemukakan bahwa pada hakekatnya multikultural merupakan:

.... pemahaman, penghargaan, dan penilaian atas budaya seseorang dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia meliputi penilaian terhadap kebudayaan-kebudayaan orang lain, bukan berarti menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan tersebut melainkan mencoba melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri.

Elemen-elemen multikulturalnya (Blum, 2001:19) mencakup tiga sub nilai sebagai berikut; Pertama, menegaskan identitas kultural seseorang; Kedua, menghormati dan berkeinginan untuk memahami dan belajar tentang etrnik/kebudayaan-kebudayaan selain kebudayaannya; Ketiga, menilai dan merasa


(12)

senang dengan perbedaan kebudayaan itu sendiri, yaitu memandang perbedaan dari kelompok-kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat seseorang sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai dan dipelihara.

Kata kunci dalam multikultural yakni pengakuan terhadap adanya perbedaan dan penghargaan. Pendekatan multikultural berlandasan pada kesadaran untuk menghargai dan menghormati yang mampu bernegosiasi tentang rumusan-rumusan realitas yang ada. Dalam multikultural setiap orang tidak hanya ditutut untuk respon terhadap diferensiasi tetapi meyakini bahwa diferensiasi tersebut diperlukan untuk pembentukan masyarakat yang sehat. Selanjutnya (Tilaar, 2004:94) mengemukakan multikultural menuntut kehidupan bersama yang penuh toleransi, tetapi saling pengertian antar budaya, antar bangsa dalam membina suatu dunia yang baru. Pemahaman tersebut dimaksudkan tidak sekedar suatu yang bisa di tolerir atau dibenarkan melainkan diperlukan suatu tanggapan yang kritis dari pihak-pihak eksternal untuk berperan serta dalam memberikan dukungan, alasan-alasan pengakuan, penghargaan, pengetahuan dan empati dalam kebersamaan hidup sebagai bagian bangsa secara integral. Pemerintahan yang bijak dalam menghadapi masyarakat yang majemuk dapat melakukan berbagai kebijakan baik pemberian kesamaan kesempatan maupun hasil bahkan sekalipun bersifat protektif terutama kepada kelompok etnis yang belum setara. Selama ini peran pemerintah dalam memberikan program untuk mewujudkan perdamain belumlah maksimal terlihat masih banyaknya konflik yang terjadi akibat dilatarbelakangi maslah perbedaan etnik, budaya dan agama. Menurut (Bachtiar, 2001:51) seorang sosiolog Universitas Indonesia menyatakan bahwa:


(13)

Dalam upaya memperkuat kerukunan dan integrasi bangsa ini kiranya belum ada rencana ataupun program yang besar sebagaimana rencana pembangunan ekonomi. Program integrasi bangsa yang hendak mengusahakan persatuan dan kesatuan bangsa ini, pada dasarnya bukan tugas perseorangan atau golongan-golongan tertentu saja melainkan tugas semua pihak yang menyatukan diri dalam ikatan nasional Indonesia atau bangsa Indonesia.

Di negara demokrasi yang sehat itu, harus toleran terhadap keragaman seluas mungkin dan tidak ada sesuatu yang tidak bisa atau sangat menakutkan mengenai eksistensi kelompok-kelompok kecil (Toffler, 1992:13-16). Jika dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki basis multikultural setidaknya dapat mereduksi konflik-konflik sosial-budaya.

Pada dasarnya program Pendidikan Kewarganegaraan berupaya membina dan menggali potensi siswa yang berhubungan dengan pengembangan sikap afektif. Menurut (Djahiri, 1995:27) dalam buku VCT mengatakan bahwa guru di sekolah memiliki peranan penting dalam membina sikap efektif peserta didik. Oleh karena itu program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sangatlah tepat mengarahkan siswa untuk membina dan mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa. Kementrian pendidikan nasisonal (2003:2) menyatakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadikan warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Hal ini senada amanat dari UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa:


(14)

Kurikulum seluruh jenjang, jalur dan jenis pendidikan (pendidikan dasar, menengah dan tinggi) wajib memuat Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, secara keseluruhan mata pelajaran tersebut mengarah pada pembentukan kepribadian wujudnya terlihat dalam perilaku keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, perilaku, etika, moral dan rasa tanggung jawab kebangsaan dan kenegaraan dari peserta didik.

Dari pengertian diatas maka Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan untuk mencapai dua sasaran pokok yang seimbang yaitu pertama meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik tentang etika, moral dan azas-azas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Kedua membentuk sikap perilaku dan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi dan misi serta struktur keilmuan. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2003:3) visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (motion and character building) dan pemberdayaan warganegara. Sedangkan misinya adalah menjadikan warganegara yang baik yakni warganegara yang memiliki kesadaran politik dan kesadaran moral. Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka Pendidikan Kewarganegaraan tampil dengan paradigma baru struktur keilmuan mencakup dimensi pengetahuan (Civic Knowledge), keterampilan kewarganegaraan (Civic Skill) dan watak atau karakter kewarganegaraan (Civic Disposition). Cakupan dimensi dalam struktur keilmuan yang lain meliputi politik, hukum dan moral. Dalam konteks itu maka Pendidikan Kewarganegaraan harus diwujudkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, bukan hanya pembelajaran mata pelajaran. Satuan pendidikan seyogyanya dikembangkan sebagai satuan


(15)

sosiokultural-edukatif yang memujudkan nilai-nilai Pancasila dalam praktis kehidupan satuan pendidikan yang membudayakan dan mencerdaskan. Perlu dikembangkan budaya kewarganegaraan Indonesia yang multikultikultural, yang berintikan ”civic virtue” atau kebajikan atau akhlak kewarganegaraan. Kebajikan itu sepenuhnya harus terpancar dari nilai-nilai Pancasila yang secara substantif mencakup keterlibatan aktif warganegara, hubungan kesejajaran, saling percaya, solidaritas dan toleran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah penelitian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan (X1) terhadap pengembangan nilai multikultural (Y) ?

2. Seberapa besar pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (X2) terhadap pengembangan nilai multikultural (Y) ? 3. Seberapa besar pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (X3) terhadap pengembangan nilai multikultural (Y) ? 4. Seberapa besar pengaruh materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X1, X2, dan X3) terhadap pengembangan nilai multikultural (Y) ?

5. Seberapa besar pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan (X1) ditinjau dari jenis kelamin siswa (Z1) terhadap pengembangan nilai multikultural ?


(16)

6. Seberapa besar pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan (X1) ditinjau dari pendidikan orang tua siswa (Z2) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

7. Seberapa besar pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (X2) ditinjau dari jenis kelamin siswa (Z1) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

8. Seberapa besar pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (X2) ditinjau dari pendidikan orang tua siswa (Z2) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

9. Seberapa besar pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X3) ditinjau dari jenis kelamin siswa (Z1) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

10. Seberapa besar pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X3) ditinjau dari pendidikan orang tua siswa (Z2) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam perspektif sosial-budaya terhadap penegembangan nilai multikultural. Secara Khusus, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural.


(17)

2. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural.

3. Untuk mengetahui pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural.

4. Untuk mengetahui pengaruh materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural.

5. Untuk mengetahui pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari jenis kelamin siswa.

6. Untuk mengetahui pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari pendidikan orang tua siswa. 7. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari jenis kelamin siswa.

8. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari pendidikan orang tua siswa.

9. Untuk mengetahui pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari jenis kelamin siswa.

10. Untuk mengetahui pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari pendidikan orang tua siswa.


(18)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

Panduan siswa untuk memperkaya diri tentang perbedaan, bahwa sesuatu

yang berbeda bukan sesuatu yang harus dimusuhi atau ditakuti sehingga mesti

dihilangkan eksistensi perbedaan itu melinkan harus dihormati dan dihargai untuk

kematangan dalam berinteraksi. Dengan demikian, sikap toleran akan dimiliki

oleh setiap siswa sehingga yang bersangkutan tidak akan mudah terpengaruh oleh

hal-hal negatif dalam pergaulannya.

2. Bagi Sekolah

Para akademisi atau komunitas akademik khususnya dalam bidang

Pendidikan Kewarganegaraan dapat memunculkan kreatifitas model pembelajaran

di sekolah yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Selain itu, penelitian

ini diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada seluruh pengajar mengenai

tugasnya sebagai seorang pendidik bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran

di dalam kelas saja namun tetap bertanggung jawab terhadap perkembangan

kepribadian siswanya.

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Penelitian

Penelitian ini di dasarkan pada asumsi bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kebutuhan bagi bangsa Indonesia yang ditandai oleh kemajemukan (pluralitas) dan keanekaragaman (heterogenetas) sehingga pembelajaran tersebut dapat mengusung semangat untuk hidup berdampingan


(19)

secara damai (peaceful coexistence) dalam perbedaan kultur baik secara individual maupun kelompok (Azra, 2006:154). Multikultural meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian terhadap budaya orang dan penghormatan keingintahuan terhadap budaya dan etnis orang lain oleh Blum (Supardan, 2004:50). Kaitan dengan hal tersebut seseorang dapat terjadi konflik, untuk itu setiap orang perlu mendapat perwujudan untuk memperkaya wawasan dalam rangka pemeliharaan kerukunan yang dilandasi saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dan pengamalan ajaran agamanya.

2. Hipotesis penelitian

Berdasarkan asumsi di atas dan mengacu pada pertanyaan penelitian maka dikemukakan sebuah hipotesis mayor penelitian secara umum adalah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam perspektif sosial-budaya mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural di SMA Yos Sudarso di Jeruklegi. Untuk lebih spesifik dan jelasnya hipotesis tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa hipotesis minor yang lebih khusus dan rinci sebagai berikut:

1. Semakin baik materi Pendidikan Kewarganegaraan, maka akan berpengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural.

2. Semakin baik kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan, maka akan berpengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural. 3. Semakin baik evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka


(20)

4. Semakin baik materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka akan berpengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural.

5. Semakin baik materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari jenis kelamin siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

6. Semakin baik materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari pendidikan orang tua siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

7. Semakin baik mutu kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari jenis kelamin siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

8. Semakin baik kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari pendidikan orang tua siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

9. Semakin baik evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari jenis kelamin siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

10. Semakin baik evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari pendidikan orang tua siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.


(21)

F. Keterkaitan Variabel Bebas dan Terikat 1. Variabel Utama

Bagan 1.01

Hubungan struktur dan sub struktur tiap variabel Keterangan:

X1 = Materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan X2 = Kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan X3 = Evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Y = Nilai multikultural

2. Variabel Kontrol

Bagan 1.02

Tinjauan variabel kontrol melalui variebel utama Y

X1, Z1 X1, Z2

X1

X2

X3

Y

X2, Z1 X2, Z2

X3, Z1 X3, Z2


(22)

Keterangan:

Z1 = Jenis kelamin siswa

Z2 = Pendidikan orang tua siswa Y = Nilai multikultural

G. Definisi Operasional

Dalam judul penelitian ini, ada tiga konsep utama yakni pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sosial-budaya dan nilai multikultural.

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X)

Pendidikan Kewarganegaraan dalam penelitian ini pada dasarnya digunakan dalam pengertian sebagai Citizenship Education is a proces comprising all the positive influences which are intended to shape a citizen’s view to his role in society it comes partly from learning autside the classromm and the home. Trough citizenship education our youth are helped to gain an understanding of our national ideales the cumon good and the process of self government NCSS (Sumantri, Numan, 2001:284).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan yang didalamnya dioperasikan komponen pembelajaran yang meliputi materi, metode, media, sumber belajar dan evaluasi pembelajaran.

Adapun pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam penelitian ini mencakup:


(23)

2. Kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan . 3. Evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan . 2. Sosial-budaya

Perubahan sosial adalah variasi atau modifikasi dari suatu kemajuan, pola atau bentuk sosial. Peubahan sosial itu bersifat umum meliputi berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, sampai pada pergeseran persebaran umur, tingkat pendidikan, hubungan antar warga baik warga dalam masyarakat pada umumnya maupun pada lingkungan kerja (Sumaatmadja, 1998:64). Budaya adalah tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana dan Rahmat, 1998:18).

Adapun perspektif sosial-budaya dalam penelitian ini mencakup: 1. Jenis kelamin siswa.

2. Pendidikan orang tua siswa 3. Pengembangan nilai multikultural (Y)

Menurut (Blum, 2001:16) bahwa multikultural meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang etnis dan budaya orang lain. Ia meliputi sebuah penilain terhadap budaya orang lain bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari budaya tersebut melainkan mencoba melihat bagaimana budaya yang asli dapat mengekspresikan nilai bagi anggotanya sendiri. Selanjutnya (Tilaar, 2004:94) mengemukakan multikultural menuntut kehidupan bersama yang penuh


(24)

toleransi, tetapi saling pengertian antar budaya, antar bangsa dalam membina suatu dunia yang baru.

Adapun pengembangan nilai multikultural dalam penelitian ini mencakup: 1. Sikap menghargai orang lain

2. Mengenal identitas budaya orang lain 3. Rasa bangga dengan budaya yang berbeda

H. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang alur yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma penelitian ini juga akan memberikan penjelasan tentang komponen-kompenen yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan menunjukan sasaran dari hasil belajar siswa yang akan dicapai. Dengan demikian, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan dan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait untuk perbaikan kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma penelitian dapat dilihat dalam bagan 1.03.


(25)

Bagan 1.03 Paradigma penelitian INPUT Keragaman Etnik dan Budaya Hambatan dalam Pengembangan Nilai Multikultural di Sekolah Kurangnya Sikap Menghargai Perbedaan Etnik dan Budaya dalam Pergaulan Siswa PROSES Pembinaan dan Pengembangan Nilai Multikultural Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan OUTPUT Siswa lebih memahami Arti keanekaraga man etnik dan budaya Menghargai dan bangga dengan etnik dan budaya yang berbeda KESIMPULAN REKOMENDASI


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Menurut jenis pendekatan, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Ada beberapa istilah tentang pendekatan kuantitatif, Borg and Gall (Sugiyono, 2006:7-8) menyatakan sebagai berikut:

Many labels have been used to distinguish between traditional research methods and these new methods: positivistik versus postpostivistic researc;, scientivic versus artistic research; confirmatory versus discovery-oriented research;, quantitative versus interpretive researc;, quntitative versus qualitativ research. The quantitative-qualitative distinction seem most widely used. Both quantitative researchers and qualitative researcher go about inquiry in different ways.

Dari urian diatas dapat digambarkan bahwa pendekatan kuantitatif sering dinamakan pendekatan transisi antara pendekatan tradisional dan baru (modern), positivistic, scientific dan metode discovery. Pendekatan kuantitatif dinamakan pendekatan transisi karena pendekatan ini merupakan peralihan dari metode tradisional menuju metoode modern. Pendekatan ini disebut metode positivistic karena berlandasan pada filsafat positivisme. Pendekatan ini sebagai metode ilmiah atau scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Pendekatan ini juga disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Ciri pendekatan


(27)

kuantitatif lainnya yang mendukung penelitian ini adalah memiliki asumsi bahwa dunia yang diukur dengan menggunakan instrumen. Tujuan penelitiannya adalah mengembangkan hubungan antara variabel terukur dan proses penelitiannya berurut dikembangkan sebelum studi dimulai (Schumacher dan Millan, 2001:22).

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Gall dan Borg (Sugiyono, 2003: 402, 634) menegaskan bahwa penelitian kuasi eksperimen merupakan: A type of experiment in which research participants are not randomly assigned to the experimental and control groups. Individu tidak secara sembarang atau acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok uji cobanya maupun dalam kelompok kontrolnya. Selanjutnya (Creswell, 1994:132) mengataakan In this design, a popular approach to quasi-experiments, the experimental group A and the control B are selected without random assignment. Both groups take a pretest and posttest, and only the experimental group received the treatment. Pendapat tersebut sejalan pula dengan pendapat Gall dan Borg (Sugiyono, 2003:402, 634) yang menyatakan:

The most commonly used quasi-experimental design in educational research is the non-equivalent control-group design. In this design, research participants are not randomly assigned to the experimental and control groups, and both groups take a pretest and a posttest. Except for random assignment, the steps involved in this design are the same as for the pretest-posttest experimental control group design …

Penggunaan metode eksperimen tersebut dicirikan dengan memisahkan kelompok perlakuan (treatment) dan kontrol untuk kemudian diuji melalui pretest maupun posttest. Peneliti selanjutnya membandingkan skor perbedaan rata-rata antara kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan (Gall dan Borg, 2003: 402-403; Creswell, 1994: 132-133).


(28)

Disain kuasi eksperimen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah disain Nonequivalent Control-Group Design. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara rondom (Sugiyono, 2009:79). Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.01

Disain Kuasi Eksperimen Penelitian Keterangan:

Group A= Kelompok atau kelas eksperimen Group B= Kelompok atau kelas kontrol

X = Kelompok atau kelas atas sebagai kelompok eksperimen yang diberi treatment (perlakuan). Sedangkan kelompok bawah tidak diberi treatment sebagai kelompok atau kelas kontrol.

O1 & O3 = Ke dua kelompok atau kelas tersebut diobservasi dengan pretest untuk mengetahui kemampuan pemahan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

O2 = Kelompok atau kelas tersebut diobservasi dengan Posttest setelah mendapat treatment (perlakuan).

O4 = Kelompok atau kelas tersebut diobservasi dengan Posttest tanpa mendapat treatment (perlakuan).

Group A O1 X O2 ………. Group B O3  O4


(29)

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Tes Awal dan Tes Akhir (Pretest and Posttest)

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran maka dapat dijadikan acuan oleh peneliti untuk membuat kesimpulan dan rekomendasi.

b. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:142). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk menggali dan mengungkapkan hal-hal atau informasi sehingga terkumpul data yang lebih lengkap, akurat dan konsisten.

c. Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran langsung tentang proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Setelah data observasi diperoleh maka data tersebut dianalisis. Hadi (Sugiyono, 2009:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan


(30)

observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. d. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data melalui hasil laporan tulisan yang resmi. Dokumen dapat berbentuk tulisan maupun gambar, peta maupun karya-karya monumental dari seseorang atau instansi tertentu. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data dari pihak sekolah dan pengambilan gambar ketika proses pembelajaran.

Pertimbangan penulis dalam menggunakan teknik pengumpulan data di atas adalah:

1) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

2) Dengan alat pengumpul data tersebut sangat memungkinkan memperoleh data yang obyektif.

3) Penelitian dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.

B. Populasi, Sampel dan Lokasi Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:80). Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran


(31)

kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap (Handari, 1995:14). Dengan demikian populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, baik berupa benda, tempat, maupun symbol-simbol yang dapat dijadikan sebagai sumber data.

Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Yos Sudarso di Jeruklegi Kabupaten Cilacap. SMA Yos Sudarso merupakan sekolah unggulan yang dikelola oleh Yayasan Kristen, dan memiliki siswa yang berasal dari berbagai latar belakang etnik budaya dan Agama yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai masalah yang dimaksud di atas.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alasan pertimbangnnya bahwa dalam penelitian multikultural, yang diperlukan informasi bagi peneliti adalah karakteristik kemajemukan etnis dan budaya di sekolah itu. Dalam penelitian ini, peniliti mengambil 120 sampel, kelas X SMU Yos Sudarso di Jeruklegi.

3. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi tempat penelitian adalah SMA Yos Sudarso di Jeruklegi, yang berada di kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Alasan yang menjadi dipilihnya tempat tersebut adalah adanya keanekaragaman latar belakang agama, etnis dan budaya dari siswa di sekolah tersebut yang seringkali menjadi faktor tejadinya konflik.


(32)

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data penelitian di lapangan. Dengan instrumen penelitian ini maka pengumpulan data dilapangan dapat dilakukan dengan cara yang tepat sehingga akan menghindari kesalahan dalam cara pengambilan data penelitian. Dalam penelitian ini digunakan satu jenis instrumen pengumpul data yaitu angket. Penyusunan instrumen berdasarkan indikator masing-masing variabel dengan berpedoman pada cara penyusunan butir angket yang baik. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen penelitian pada tabel 3.01.

Tabel 3.01

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Parameter No

Pembelajaran pendidikan Kewarganega raan (Variabel Bebas/Inti)

a. Materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegar aan.

b. Kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegar aan.

c. Evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegar aan. Skala Semantic Defferential Scale dari Osgood. Skor Jawaban; Nilai 5 = Sangat Positif

Niai 3 = Netral Nilai 1 = Sangat negatif

1 s.d 30

Perspektif Sosial-budaya (Variabel Kontrol)

a. Jenis kelamin siswa

b. Pendidikan orang tua

Data bersumber dari data siswa dan orang tua siswa.


(33)

siswa Pengembanga n nilai multikultural (Variabel Terikat)

a. Sikap menghargai orang orang yang berbeda agama, etnis dan budaya. b. Mengenal

identitas budaya orang lain.

c. Rasa bangga dengan budaya yang berbeda.

Skala Sikap dari Likert;

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak

setuju Skor jawaban 5 = Sangat

setuju 4 = Setuju 3 = Ragu-Ragu 2 = Tidak setuju 1 = Sangat tidak

setuju

1 s.d 30

D. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas setiap item kuisioner. Tujuan dari pelaksanaan uji coba instrumen penelitian adalah untuk menguji validitas dan reabilitas instrumen tersebut.

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas instrmen penelitian digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor soal. Untuk mengetahui validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada dalam butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan sekor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk


(34)

mendapatkan validitas suatu butir soal menggunakan rumus korelasi. Perhitungan digunakan dengan menggunakan rumus :

r

xy = ∑ ∑ . ∑

∑ . .∑ ∑

Keterangan:

r

xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah siswa

X = Skor setiap butir soal

Y = Skor total (Arikunto, 2003)

Kriteria:

a. Antara 0,80 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi b. Antara 0,60 sampai dengan 0,80 = tinggi c. Antara 0,40 sampai dengan 0,60 = cukup tinggi d. Antara 0,20 sampai dengan 0,40 = rendah e. Antara 0,00 sampai dengan 0,20 = sangat rendah 2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat evaluasi dalam pengukur ketetapan siswa menjawab soal yang diajukan satu kali. Sebagaimana dijelaskan oleh (Arikunto, 2003: 64) Untuk memperoleh indeks reliabilitas soal menggunakan rumus:


(35)

11

r =

      + 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 r r Keterangan:

r

11 =Koefisien realibilitas yang sudah disesuaikan

r

2 1 2 1

= Indeks korelasi antara dua belahan

Kriteria tingkat realibilitas adalah:

a. Kurang dari 0,20 = tidak ada korelasi

b. 0,20 – 0,30 = korelasi rendah

c. 0,30 – 0,69 = korelasi sedang

d. 0,70 – 0,89 = korelasi tinggi

E. Hasil Uji Coba Instrumen

Hasil uji coba instrumen digunakan untuk mengetahuai butir soal yang

valid dan reliabel. Setelah peneliti mengetahui butir soal yang valid dan reliable

maka butir soal tersebut dimasukan dalam instrumen yang dipakai sebagai alat

pengumpul data di lapangan. Kegiatan utama dalam tahapan pengolahan data uji

coba instrumen adalah dilakukannya uji/tes terhadap butir-butir pada kuesioner

yang disebut uji validitas dan uji reliabilitas. Peneliti pada tahapan ini

menggunakan rumus korelasi. Sedangkan rumus Koefisien Alpha Cronbach


(36)

bantuan komputer dengan memakai program Microsoft Office Excel. Aspek-aspek kuesioner yang peneliti susun dapat dilihat pada tabel 3.02.

Tabel 3.02

Aspek-Aspek Kuesioner Penelitian

Kuesioner Varibel / Aspek Butir Pertanyaan Kuesioner 01

Kuesioner 02 Kuesioner 03 Kuesioner 04 Kuesioner 05 Kuesioner 06

Materi pembelajaran PKn Kegiatan belajar mengajar PKn Evalusi pembelajaran PKn Sikap menghargai orang yang berbeda agama, etnis dan budaya Mengenal identitas budaya orang lain

Rasa bangga dengan budaya yang berbeda

10 Butir Pertanyaan 10 Butir Pertanyaan 10 Butir Pertanyaan 10 Butir Pertanyaan 10 Butir Pertanyaan 10 Butir Pertanyaan

Total butir pertanyaan 60 Butir Pertanyaan

Pedoman untuk menentukan validitas item kuesioner tersebut, peneliti menggunakan Koefisien Korelasi Pearson dengan ketentuan semua item yang memiliki korelasi di atas 0,40 dapat dikatakan valid. Pada variabel pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (X), jumlah soal yang valid pada aspek materi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah 4 soal. Jumlah soal yang valid pada aspek matode, media dan sumber belajar pendidikan kewarganegaraan adalah 9 soal. Jumlah soal yang valid pada aspek evaluasi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah 6 soal. Sedangkan pada variabel nilai


(37)

multikultural (Y), jumlah soal yang valid pada aspek sikap menghargai adalah 8 soal. Jumlah soal yang valid pada aspek mengenal identitas budaya orang lain adalah 8 soal. Jumlah soal yang valid pada aspek rasa bangga pada budaya yang berbeda adalah 7 soal. Dengan demikan, dari jumlah 60 item pada instrurumen penelitian yang valid berjumlah 42 soal dan yang tidak valid berjumlah 18 soal.

Sedangkan untuk penghitungan reliabilitas yang digunakan di sini adalah dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach dengan kriteria Guilford. Berdasarkan hasil pengolahan data perhituang realibilitas maka didapat koefisien realibilitasnya 0,36 (r11= 0,36) yang artinya kriteria tingkat korelasi sedang.

Hasil pengolahan data print out validitas maupun reliabilitas, secara lengkap dapat dilihat pada lampiran penelitian ini. Tindak lanjut dari uji coba kuesioner yang peneliti lakukan, maka item-item yang dinyatakan tidak valid tersebut tidak digunakan lagi dan diganti dengan soal yang baru untuk digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.

F. Teknik Analisis Data

Setelah instrumen dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian, kemudian disebar kepada responden, maka hasil penelitian berupa data harus diolah. Langkah-langkah atau prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.


(38)

b. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban setiap item variable penelitian dengan menggunakan sekala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya.

c. Melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data. Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians data dari masing-masing variable.

d. Melakukan uji korelasi, regresi dilanjutkan analisis jalur.

Adapun rumus yang digunakan dalam menguji data yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut:

1. Menguji dengan analisis korelasi sederhana dan ganda.

Digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel X1 dengan Y, X2 dengan Y, dan X3 dengan Y dan pada variabel control digunakan untuk mengetahui hubungan Z1 dengan Y, dan Z2 dengan Y, digunanakan teknik korelasi. Analisis korelasi yang digunakan adalah pearson product moment (PPM) dengan rumus:

r

xy = ∑ ∑ . ∑

∑ . .∑ ∑

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ + 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negative sempurna, jika r = 0 artinya tidak ada korelasi dan jika r = 1 artinya korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r. Interpretasi koefisien korelasi nilai korelasi dapat dilihat dalam tabel 3.03.


(39)

Tabel 3.03

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkatan Hubungan 0,80 – 1,000

0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199

Sangat Kuat Kuat

Cukup kuat Rendah Sangat rendah Sumber : Riduwan (2005:138)

Tabel 3.04

Interpretasi Pencapaian Variabel Penelitian

Interval Pencapaian (%)

Variabel X1, X2, X3

Variabel Y

Kategori

80 – 100 60 – 79,9 40 – 59,9 20 – 39,9 0 – 19,9

42 – 50 34 – 41,9 26 – 33,9 18 – 25,9 10 – 17,9

126 – 150 102 – 125,9

78 – 101,9 54 – 77,9 30 – 53,9

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Sumber : Kurva normal


(40)

Uji regresi digunakan untuk mencari pengaruh antar variabel. Dalam uji ini digunakan regresi linier dan regresi ganda dengan rumus sebagai berikut: Persamaan regresi dirumuskan : Ŷ= a + bX

Dimana Ŷ = subjek variabel terikat yang diproyeksikan.

X = variable bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan. a = nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau nilai pengurangan (-) variable Y.

∑ .∑

b = . ∑ . ∑ . ∑ .∑ ∑ Persamaan regresi ganda dirumuskan

Ŷ= a+b1 X1 + b2 X2

3. Menguji dengan analisis jalur.

Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya konstribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan klausal antar variable X1, X2 dan X3 melalui Z1 dan Z2 pada variabel kontrol terhadap Y. Untuk mengetahui hubungan antara variable pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, perspektif social-budaya dan pengembangan nilai multicultural dilakukan penyebaran angket dan analisis digunakan teknik korelasi yang merupakan dasar dari perhitungan koefisien jalur. Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa computer berupa softwere dengan program Microsoft Office Excel /SPSS. Kerangka hubungan klausal empiris antara jalur X1 terhadap Y, X2


(41)

terhadap Y dan X3 terhadap Y setelah melalui Z1 dan Z2 pada variabel kontrol dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai berikut:

Y = ρyX1Z1Z2 + ρyX2Z1Z2 + ρyX3Z1Z2 + ρy€1 Struktur hubungan klausal X1, X2, X3 terhadap Y.

Langkah-langkah menguji koefisien jalur (path) analisis sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesisi dan persamaan struktural.

Struktural Y = ρyX1Z1Z2 + ρyX2Z1Z2 + ρyX3Z1Z2 + ρy€1

b. Menghitung koefisien yang didasarkan pada koefisien regresi sebagai berikut: 1. Gambaran diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan rumus

persamaan strukturnya yang sesuai hipotesis yang diajukan.

Hipotesis: naik turun variable endogen (Y) dipengaruhi secara signifikan oleh variabel eksogen X1, X2 dan X3.

2. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan. Persamaan regresi ganda: Ŷ= a+b1 X1 + b2 X2

Keterangan :

Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset dalam angka baku atau Z score (data yang diset dengan nilai rata-rata = 0 dan standar deviasi = 1). Koefisien jalur yang distandarkan (standardized path coefficient) ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh bukan memprediksi variabel bebas (eksogen) terhadap variebel lain yang diberlakukan sebagai variable terikat (endogen). Khusus untuk program SPSS menu analisis regresi, koefisien path ditujukan oleh output


(42)

yang dinamakan coefficient yang dinyatakan sebagai standarzed coefficient atau dikenal dengan nilai β. Jika ada diagram jalur sederhana mengandung satu unsur hubungan antara variabel eksogen dengan variebel endogen maka koefisien pathnya adalah sama dengan koefisien korelasi r sederhana. 3. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan).

Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ha = ρyx = ρyx2 = α = ρyxk ≠ 0

Ho = ρyx = ρyx2 = α = ρyxk = 0

a. Kaidah pengujian signifikan secara manual. Menggunakan table F.

F = ²

Keterangan: n = Jumlah sampel

k = Jumlah variable eksogen R²YXk = R Square

Jika F hitung ≥ F table, Ho artinya signifikan dan F hitung ≤ F tabel, Ho artinya tidak signifikan. Dengan taraf signifikan α = 0,05 carilah nilai F table menggunakan table F dengan rumus:

Ftabel = F {(1 – α) (dk = n – k - 1)} atau F {(1 – α) (V1 = k) (V2 = n - k - 1)}

Cara merncari Ftabel = nilai (dk = n ) atau V1 disebut nilai pembilang. nilai (dk = n – k – 1) atau V2 disebut nilai penyebut.


(43)

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan.

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikan.

4. Menghitung koefisien jalur secara individu.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut:

Ha = ρyX1 > 0 Ho = ρyX1 = 0

Secara individual uji statistic yang digunakan adalah uji t yang dihitung dengan rumus (Schumacker dan Lamax, 1996:44, Kusnedi, 2005:12). tk = ; (dk = n – k – 1)

Keterangan:

Se ρX1 diperoleh dari hasil dari hasil komputasi pada SPSS untuk analisis regresi setelah data ordinal ditransformasi ke internal. Selanjutnya untuk mengetahui signifikan analisis jalur bandingkan antara nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan.


(44)

2

2

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 1. Kesimpulan umum

Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan secara umum dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam perspektif sosial-budaya mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural. 2. Kesimpulan khusus

Secara khusus, kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Materi Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh secara signifikan sebesar β= 0,394 terhadap pengembangan nilai multikultural. Tingginya pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural tersebut, dapat dipahami karena melalui materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selain dikembangkan identitas diri yang menyangkut keunikan ciri-ciri khasnya maupun rasa ingin tahu siswa terhadap budaya yang berbeda-beda, juga menekankan pentingnya menghargai budaya lain, serta menerima komunitas budaya tersebut sebagai kebaikan yang positif untuk dikembangkan. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan pendekatan pemecahan masalah, menjadi lebih


(45)

2

2

menarik karena memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang menyentuh akar sosial-budaya di lingkungannya.

b. Pengaruh kegiatan balajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan menunjukan pengaruh signifikan sebesar β= 0,222 terhadap pengembangan nilai multikultural,2 Kegiatan belajar mengajar yang didalamnya memuat penggunaan metode, media dan sumber belajar yang tepat membuat siswa termotivasi dalam belajar dan mudah memahami materi pelajaran.

c. Pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural menunjukan perolehan yang relatif kecil yaitu sebesar β= 0,075. Hasil yang kecil ini dapat ditafsirkan bahwa evaluasi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan oleh guru belum mengarah kepada pengembangan nilai multikultural. Guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hanya berpusat pada peserta didiknya saja.

d. Pengaruh materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural menunjukan pengaruh yang signifikan sebesar r= 0,584. Secara prosedural target sasaran pembelajarannya ialah menyampaikan bahan ajar pilihan, fungsional kearah membina, membentuk dan mengembangkan potensi diri anak didik secara utuh dalam kehidupan siswa dan lingkungan masyarakatnya. e. Pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari kelompok siswa

laki-laki dan perempuan menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural. Pengembangan nilai multikultural pada


(46)

2

2

anak perempuan lebih tinggi sebesar r= 0,77 jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena sikap dan perilaku perempuan lebih peka perasaannya sehingga mudah memahami nilai-nilai sosial-budaya dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan.2

f. Pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari siswa yang pendidikan orang tuanya tidak tamat SD, Setingkat SD, Setingkat SMP, Setingkat SMA, dan Perguruan Tinggi menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural. Siswa dari latar belakang pendidikan orang tuannya perguruan tinggi memperoleh tingkatan lebih tinggi yaitu sebesar r= 0,925 bila dibandingkan dengan siswa yang orang tuanya tidak berpendidikan tinggi. Hal ini terjadi karena anak akan mencontoh prestasi yang telah diraih oleh orang tuanya sebagai motivasi dalam belajar bagi dirinya.2

g. Pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari kelompok siswa laki-laki dan perempuan menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.2 Pengembangan nilai multikultural pada anak perempuan lebih tinggi yaitu sebesar r= 0,80, jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Dalam hal ini, sikap rajin belajar pada anak perempuan dapat menjadi pengaruh anak tersebut berprestasi. 2

h. Pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari siswa yang pendidikan orang tuanya Tidak tamat SD, Setingkat SD, Setingkat SMP, Setingkat SMA, dan Perguruan Tinggi menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural. Siswa dari latar


(47)

2

2

belakang pendidikan orang tuanya perguruan tinggi pengaruhnya lebih tinggi yaitu sebesar r= 0,988. Hal itu dapat terjadi karena siswa tersebut dapat terbantu dalam masalah sarana belajar di rumah dan siswa tersebut dapat termotivasi dengan mencontoh kesuksesan orang tuanya.2

i. Pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari siswa laki-laki dan perempuan menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.2Pengembangan nilai multikultural pada anak perempuan lebih tinggi yaitu sebesar r= 0,75 jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan lebih rajin, disiplin dalam belajarnya sehingga akan menunjang prestasinya.2

j. Pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari siswa yang pendidikan orang tuanya Tidak tamat SD, Setingkat SD, Setingkat SMP, Setingkat SMA, dan Perguruan Tinggi menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.2Siswa dari latar belakang pendidikan orang tuanya perguruan tinggi berpengaruh sebesar r= 0,991. Hal ini dapat terjadi karena siswa tersebut bersungguh-sungguh dalam belajar guna menunjukan hasil belajar yang memuaskan seperti prestasi yang telah diraih orang tuanya.2

B. Rekomendasi

Merujuk pada kesimpulan penelitian, maka rekomendasi ini dirumuskan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki kepentingan dengan hasil penelitian ini. Rekomendasi ini peneliti sampaikan dengan harapan


(48)

2

2

mereka dapat melaksanakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang pada akhirnya dapat mengembangkan nilai multikultural siswa.

1. Kepada Sekolah, rekomendasi yang diajukan adalah agar kebijakan di lingkungan SMA khususnya, dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat mengakomodasi pengembangan nilai-nilai pluralitas etnis dan budaya yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keseriusan yang kuat untuk melaksanakan program multikulturalisme itu, jangan sampai mematikan budaya lokal secara sosial, dengan tetap memandang pentingnya pencapaian integrasi bangsa yang optimal. Sarana dan prasana penunjang pembelajaran di sekolah perlu diperhatikan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Program pelatihan peningkatan mutu kompetensi guru perlu dilakukan agar tenaga pendidik memiliki kemampuan yang profesional dibidang pengajaran.

2. Kepada guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan khususnya sebagai ujung tombak yang terdepan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA. Guru Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya dalam menunaikan tugas-tugas profesinya untuk tidak bosan-bosannya meningkatkan pengetahuan melalui belajar. Keterampilan dalam mengajar harus dimiliki oleh semua guru agar penyampaian materi pembelajaan dapat dikemas dengan menarik sehingga siswa tidak merasa bosan dengan pelajaran pendidikan kewarganegaran. Guru harus memiliki kemampuan dalam penggunaan metode, media dan sumber belajar yang relefan agar siswa dapat


(49)

2

2

memahami setiap materi yang disampaikan oleh guru dengan mudah dan siswa dapat memiliki pengetahuan yang luas. Guru harus melakukan evaluasi pembelajaran secara menyeluruh, bukan siswa saja yang menjadi sumber evaluasi, tetapi kegiatan guru dalam mengajar dan komponen penunjang pembelajaran juga perlu dievaluasi keberadaannya.

3. Kepada lembaga UPI, suatu lembaga akademik yang berfungsi membina kepribadian calon guru Pendidikan Kewarganegaraan khususnya, harus tetap memiliki komitmen yang kokoh dan memiliki kepekaan sosial dalam melihat realita sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat mempersiapkan tenaga pengajar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan penyesuaian dengan tuntutan perkembangan zaman. Para akademisi khususnya staf pengajar Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dituntut untuk benar-benar peduli dan memiliki kemampuan memberikan pencerahan alternatif-alternatif pemikiran baru sebagai bagian integral solusi pemecahannya kepada mahasiswanya sebagai bekal pengetahuan dan keterampilan bagi calon guru.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Azra, A. (2004) Demokrasi Multikultural. Harian Republika, 12 Agustus 2004. Azra, A. (2006) Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia Perspektif

Multikulturalisme; Dalam Restorasi Pancasila, Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Bogor: Brigten Press.

Apple, M.W. (1982) Education and Power. NewYork: Routledge, edisi ke-2 diperbaiki 1995; edisi 1 diperbaiki, Boston 1992.

Al Muchtar, S. (2001) Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Blum, L.A. (2001) Antirasisme, Multikultural dan komunitas antar ras ; tiga nilai yang bersifat mendidik bagi sebuah masyarakat multicultural. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Banks, James A. (1997) Educating Citizen in a Multikultural Society. Teachers College Columbia University New York and London.

Banks, J.A. (2001) An Introduction to Multicultural Education. Boston: Allyn and Bacon.

Budimansyah, D. dan Karim Suryadi. (2008) Pkn dan masyarakat multikultural. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Budimansyah, D. dan Syaifullah Syam. (2006) Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pkn FPIPS-UPI.

Budimansyah, D. (2004) Membangkitkan Karsa Umat. Bandung: PT Ganesindo. Branson, M.S. (1999) Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: LKIS. Bandura, A. (1977) Social Learning Theory. Amerika: Psychological Association. CICED. (1999) Democratic Citizens In a Civil Society; Report of the Corference


(51)

Cogan, J.J. and Ray Derricot (eds). (1998) Citizenship For The 21 Century An International Perspective on Educatio. London: Cogan Page.

Cogan, J.J. (1999) Depeloping the Civic Society, the Role of Civic Education. Bandung: CICED.

Creswell, J.W. (1994) Research Desigen Qualitative and Quantitative Approach. London: Sage Publications.

Capra. F. (1998) Titik Balik Peradaban; Sains Masyarakat dan kebangkitan kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Collins, Randall. (1977) Some comperative Principls of Educational Stratification. Harvard Educational Review.

Coppel, Charles, A. (1983) Indonesian Chinnese in Crisis. Kualalumpur: Okford University Press.

CCE. (2004) Kami Bangsa Indonesia. California: Center for Civic Education. Djamarah, S.B dan Zain, A. (2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Darmodiharjo, D. (1985) Pancasila dalam Berbagai Perspektif. Jakarta: Aries Lima.

Dryden, Gordon dan Vos, J. (2003) Revolusi cara belajar. Bandung: Kaifa.

Giroux, M. (1981) Ideology, Culture and The Process of Schooling. London: Falmer Pres.

Ibrahim, M. Shaleh. (2005) Problematika Komunikasi Antar Budaya. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Kusumohamidjojo, B. (2000) Kebhinekaan Masyarakat Indonesia Suatu Problematik Filsafat Kebudayaan. Jakarta: Grasido.

Kymlicka, Will. (2002) Kewargaan Multikultural. Terjemahan Edlina Hafmini Eddin. Jakarta: LP3ES.

Koncoroningrat. (1980) Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Gramedia. Lickona, Thomas (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility”, New York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.


(52)

Liliweri, Alo. (2003) Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKIS.

Mahfud, Choirul. (2008) Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyana, Deddy (1998) Komunikasi Antar Budaya; Panduan Berkomunikasi

Dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasikun. (2007) Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prabawati, Ari. (2010) Mengolah data Statistik Hasil Penelitian dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Offset.

Ridwan. (2005) Skala Pengukuran Fariabel-Fariabel Penelitian. Bandung: Al-Fabeta.

Riduwan, dkk (2008) Analisis Jalur. Bandung: Alfa Beta.

Roestiyah. (2001) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Spradley, J. (1997) Metode Etnografi. Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Suparlan, Parsudi. (2008) Suku Bangsa dan Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.

Surya M. (2004) Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Supardan, Dadang (2008) Peluang Pendidikan dan Hubungan Antar Etnik Perspektif Pendidikan Kritis Poskolonialis. Laporan Kegiatan Dialog Multikultural Untuk Membina Kerukunan Antar Umat Beragama. Bandung: Program Studi PKn Pascasarjana UPI.

Supardan, Dadang. (2008) Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Soekanto. (1983) Pribadi dan Masyarakat; Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja. (1998) Manusia; Dalam Konteks Sosial-Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: IKKPI Jawa Barat.


(53)

Sugiyono. (2009) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta. Sanjaya W. (2007) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sarwono, Jonathan. (2007) Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.

Sugiyono (2007) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.

Supriadi, Dedi (2001) Konseling Lintas Budaya: Isu-isu dan Relevansinya di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Bimbingan dan Konseling UPI Bandung.

Tillaar, H.A.R. (2004) Multikultural; Tantangan-tantangan GlobalMasa Drepan Dalam Reformasi Pendidikan Nasional. Jakarta Grasindo.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional”. Jakarta: Depdiknas.

Winataputra dan Dasim Budimansyah. (2007) Civic Education; Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Wollstonecraft, Mary. (1792) "Mempertahankan Hak-hak Wanita" (Vindication of the Right of Woman). USA : Westview Press.

Jurnal

Azra A. (2004) Identitas dan Krisis Budaya; membangun Multikultural di Indonesia.

Budimansyah, D. (2007) Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civics Education di Negara Berkembang, (Acta Civicus Vol) 1 No 1 Oktober 2008.

Chua Beng Huat. (2002) Multikulturalism In Island South East Asia. A Keynote Addres at the 3 International syimposium of the jurnal Antropologi Indonesia 16-19 July, Denpasar-Bali Indonesia.

Kymlicka,W. (2003) Multikultural States and Interkultural Citizen. Theory and Reserch in Education.

Suparlan. (2001) Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti dalam Masyarakat Majemuk Indonesia. Jurnal Antropologi Indonesia.


(54)

Suparlan, Parsudi. (2002) Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jurnal Antropologi Indonesia, Tahun XXVI, No 69, UI dan Yayasan Obor Indonesia.

Supardan, Dadang (2002) Keberhasilan Kebijakan Multikultural Kanada dan Tetangganya: Studi Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Global. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial (JPIS). Edisi Juli-Desember 2002.

Sudjana, Djudju. (1997) Pendidikan Budaya Ragam. Dalam mimbar pendidikan No 1.

_____ . (2007) Warganegara Multidimensional dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan. PKn Progresif : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pkn; Vol 2 No 2 Desember 2007.

_____ . (2008) Revitalisasi Pembelajaran PKn Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen, Acta Civicus), Vol 1 No 2 April 2008. _____. (2008) Pendidikan Multikultural; Konsep Dan Strategi Implementasi Di

Sekolahan. (Acta Civicus; Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan), Volume 2 No 1 Oktober 2008.

Tesis dan Disertasi Tesis

Baehaqi, D. (2008) Pengembangan Warganegara Multikultural Implikasinya Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan, Tesis. Bandung: Pascasarjana UPI.

Hemafitria. (2009) Pengembangan Wawasan Multikultural dalam Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama, Tesis. Bandung: Pascasarjana UPI. Disertasi

Komalasari, K. (2008) Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap kompetensi kewarganegaraan siswa SMP, Disertasi . Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Supardan, D. (2004) Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, Global untuk Integrasi Bangsa (Studi Kuasi Eksperimental terhadap siswa sekolah menengah umum di Kota Bandung) Disertasi: Sekolah Pascasarjana UPI.

Winataputra, U. (2001) Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana sistemik pendidikan demokrasi (suatu kajian konseptual dalam konteks pendidikan IPS). Disertasi: Sekolah Pascasarjana UPI.


(1)

2 2

memahami setiap materi yang disampaikan oleh guru dengan mudah dan siswa dapat memiliki pengetahuan yang luas. Guru harus melakukan evaluasi pembelajaran secara menyeluruh, bukan siswa saja yang menjadi sumber evaluasi, tetapi kegiatan guru dalam mengajar dan komponen penunjang pembelajaran juga perlu dievaluasi keberadaannya.

3. Kepada lembaga UPI, suatu lembaga akademik yang berfungsi membina kepribadian calon guru Pendidikan Kewarganegaraan khususnya, harus tetap memiliki komitmen yang kokoh dan memiliki kepekaan sosial dalam melihat realita sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat mempersiapkan tenaga pengajar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan penyesuaian dengan tuntutan perkembangan zaman. Para akademisi khususnya staf pengajar Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dituntut untuk benar-benar peduli dan memiliki kemampuan memberikan pencerahan alternatif-alternatif pemikiran baru sebagai bagian integral solusi pemecahannya kepada mahasiswanya sebagai bekal pengetahuan dan keterampilan bagi calon guru.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Azra, A. (2004) Demokrasi Multikultural. Harian Republika, 12 Agustus 2004. Azra, A. (2006) Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia Perspektif

Multikulturalisme; Dalam Restorasi Pancasila, Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Bogor: Brigten Press.

Apple, M.W. (1982) Education and Power. NewYork: Routledge, edisi ke-2 diperbaiki 1995; edisi 1 diperbaiki, Boston 1992.

Al Muchtar, S. (2001) Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Blum, L.A. (2001) Antirasisme, Multikultural dan komunitas antar ras ; tiga nilai yang bersifat mendidik bagi sebuah masyarakat multicultural. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Banks, James A. (1997) Educating Citizen in a Multikultural Society. Teachers College Columbia University New York and London.

Banks, J.A. (2001) An Introduction to Multicultural Education. Boston: Allyn and Bacon.

Budimansyah, D. dan Karim Suryadi. (2008) Pkn dan masyarakat multikultural. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Budimansyah, D. dan Syaifullah Syam. (2006) Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pkn FPIPS-UPI.

Budimansyah, D. (2004) Membangkitkan Karsa Umat. Bandung: PT Ganesindo. Branson, M.S. (1999) Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: LKIS. Bandura, A. (1977) Social Learning Theory. Amerika: Psychological Association. CICED. (1999) Democratic Citizens In a Civil Society; Report of the Corference


(3)

Cogan, J.J. and Ray Derricot (eds). (1998) Citizenship For The 21 Century An International Perspective on Educatio. London: Cogan Page.

Cogan, J.J. (1999) Depeloping the Civic Society, the Role of Civic Education. Bandung: CICED.

Creswell, J.W. (1994) Research Desigen Qualitative and Quantitative Approach. London: Sage Publications.

Capra. F. (1998) Titik Balik Peradaban; Sains Masyarakat dan kebangkitan kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Collins, Randall. (1977) Some comperative Principls of Educational Stratification. Harvard Educational Review.

Coppel, Charles, A. (1983) Indonesian Chinnese in Crisis. Kualalumpur: Okford University Press.

CCE. (2004) Kami Bangsa Indonesia. California: Center for Civic Education. Djamarah, S.B dan Zain, A. (2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Darmodiharjo, D. (1985) Pancasila dalam Berbagai Perspektif. Jakarta: Aries Lima.

Dryden, Gordon dan Vos, J. (2003) Revolusi cara belajar. Bandung: Kaifa.

Giroux, M. (1981) Ideology, Culture and The Process of Schooling. London: Falmer Pres.

Ibrahim, M. Shaleh. (2005) Problematika Komunikasi Antar Budaya. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Kusumohamidjojo, B. (2000) Kebhinekaan Masyarakat Indonesia Suatu Problematik Filsafat Kebudayaan. Jakarta: Grasido.

Kymlicka, Will. (2002) Kewargaan Multikultural. Terjemahan Edlina Hafmini Eddin. Jakarta: LP3ES.

Koncoroningrat. (1980) Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Gramedia. Lickona, Thomas (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility”, New York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.


(4)

Liliweri, Alo. (2003) Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKIS.

Mahfud, Choirul. (2008) Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyana, Deddy (1998) Komunikasi Antar Budaya; Panduan Berkomunikasi

Dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasikun. (2007) Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prabawati, Ari. (2010) Mengolah data Statistik Hasil Penelitian dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Offset.

Ridwan. (2005) Skala Pengukuran Fariabel-Fariabel Penelitian. Bandung: Al-Fabeta.

Riduwan, dkk (2008) Analisis Jalur. Bandung: Alfa Beta.

Roestiyah. (2001) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Spradley, J. (1997) Metode Etnografi. Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Suparlan, Parsudi. (2008) Suku Bangsa dan Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.

Surya M. (2004) Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Supardan, Dadang (2008) Peluang Pendidikan dan Hubungan Antar Etnik Perspektif Pendidikan Kritis Poskolonialis. Laporan Kegiatan Dialog Multikultural Untuk Membina Kerukunan Antar Umat Beragama. Bandung: Program Studi PKn Pascasarjana UPI.

Supardan, Dadang. (2008) Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Soekanto. (1983) Pribadi dan Masyarakat; Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja. (1998) Manusia; Dalam Konteks Sosial-Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: IKKPI Jawa Barat.


(5)

Sugiyono. (2009) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta. Sanjaya W. (2007) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sarwono, Jonathan. (2007) Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.

Sugiyono (2007) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.

Supriadi, Dedi (2001) Konseling Lintas Budaya: Isu-isu dan Relevansinya di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Bimbingan dan Konseling UPI Bandung.

Tillaar, H.A.R. (2004) Multikultural; Tantangan-tantangan GlobalMasa Drepan Dalam Reformasi Pendidikan Nasional. Jakarta Grasindo.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional”. Jakarta: Depdiknas.

Winataputra dan Dasim Budimansyah. (2007) Civic Education; Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Wollstonecraft, Mary. (1792) "Mempertahankan Hak-hak Wanita" (Vindication of the Right of Woman). USA : Westview Press.

Jurnal

Azra A. (2004) Identitas dan Krisis Budaya; membangun Multikultural di Indonesia.

Budimansyah, D. (2007) Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civics Education di Negara Berkembang, (Acta Civicus Vol) 1 No 1 Oktober 2008.

Chua Beng Huat. (2002) Multikulturalism In Island South East Asia. A Keynote Addres at the 3 International syimposium of the jurnal Antropologi Indonesia 16-19 July, Denpasar-Bali Indonesia.

Kymlicka,W. (2003) Multikultural States and Interkultural Citizen. Theory and Reserch in Education.

Suparlan. (2001) Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti dalam Masyarakat Majemuk Indonesia. Jurnal Antropologi Indonesia.


(6)

Suparlan, Parsudi. (2002) Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jurnal Antropologi Indonesia, Tahun XXVI, No 69, UI dan Yayasan Obor Indonesia.

Supardan, Dadang (2002) Keberhasilan Kebijakan Multikultural Kanada dan Tetangganya: Studi Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Global. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial (JPIS). Edisi Juli-Desember 2002.

Sudjana, Djudju. (1997) Pendidikan Budaya Ragam. Dalam mimbar pendidikan No 1.

_____ . (2007) Warganegara Multidimensional dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan. PKn Progresif : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pkn; Vol 2 No 2 Desember 2007.

_____ . (2008) Revitalisasi Pembelajaran PKn Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen, Acta Civicus), Vol 1 No 2 April 2008. _____. (2008) Pendidikan Multikultural; Konsep Dan Strategi Implementasi Di

Sekolahan. (Acta Civicus; Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan), Volume 2 No 1 Oktober 2008.

Tesis dan Disertasi Tesis

Baehaqi, D. (2008) Pengembangan Warganegara Multikultural Implikasinya Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan, Tesis. Bandung: Pascasarjana UPI.

Hemafitria. (2009) Pengembangan Wawasan Multikultural dalam Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama, Tesis. Bandung: Pascasarjana UPI. Disertasi

Komalasari, K. (2008) Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap kompetensi kewarganegaraan siswa SMP, Disertasi . Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Supardan, D. (2004) Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, Global untuk Integrasi Bangsa (Studi Kuasi Eksperimental terhadap siswa sekolah menengah umum di Kota Bandung) Disertasi: Sekolah Pascasarjana UPI.

Winataputra, U. (2001) Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana sistemik pendidikan demokrasi (suatu kajian konseptual dalam konteks pendidikan IPS). Disertasi: Sekolah Pascasarjana UPI.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Kuasi Eksperimen di MTs Mathlabussa’adah).

4 60 151

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILL) (Studi Deskriptif di SMP Yos Sudarso Purwakrata).

1 8 49

PENDEKATAN KLARIFIKASI NILAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SEBAGAI POLA PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bandung.

1 6 323

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA TARUNA BAKTI :Studi Deskriptif di SMA Taruna Bakti Bandung.

1 16 37

PENGARUH MODEL PROJECT CITIZEN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL(Studi Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA I Cimahi).

0 0 58

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEMUPUK NASIONALISME SISWA :Studi Kasus di SMA Santo Aloysius Bandung.

1 5 84

Penguatan Nilai-Nilai Multikultural dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016).

0 0 17

Diskriminasi berdasar Identitas Sosial-Budaya dan Pendidikan HAM di Indonesia dalam Perspektif Psikologi Sosial

0 0 10

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILL) (Studi Deskriptif di SMP Yos Sudarso Purwakrata) - repository UPI S PKN 1001478 Title

0 0 4

PENGUATAN NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 2 Karanganyar)

0 0 13