PENGARUH MODEL PROJECT CITIZEN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL(Studi Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA I Cimahi).

(1)

x DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMAKASIH iv

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR BAGAN dan TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 13

C. Tujuan Penelitian 14

D. Asumsi 16

E. Hipotesis 17

1. Hipotesis Mayor 17

2. Hipotesis Minor 17

F. Metode Penelitian 18

G. Lokasi dan Sampel Penelitian 19

BAB II. LANDASAN TEORETIS A. Model Project Citizen

1. Sejarah dan Hakikat Pembelajaran Project Citizen 20 2. Langkah-langkah Pembelajaran Project Citizen 24

a) Mengidentifikasi Masalah 24

b) Memilih Masalah sebagai bahan kajian kelas 25

c) Mengumpulkan Informasi 25

d) Mengembangkan portofolio kelas 26 e) Menyajikan portofolio kelas 28 f) Merefleksikan Pengalaman belajar 29


(2)

xi

3. Implementasi Pembelajaran Project Citizen dalam

Pendidikan Kewarganegaraan 30

B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 38

1. Definisi Pembelajaran 38

2. Pendidikan Kewarganegaraan 42

3. Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia 44 4. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan 46 5. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 49

6. Pembelajaran PKn di SMA 55

C. Nilai-nilai Anti Korupsi 57

1. Pengertian Nilai 57

2. Pengertian Korupsi 62

3. Penyebab Korupsi 67

4. Dampak Korupsi 70

5. Upaya Pemberantasan Korupsi 73

6. Nilai-nilai Anti Korupsi 77

D. Sistem Hukum dan Peradilan Nasional 81

1. Pengertian Hukum 81

2. Ciri-ciri Hukum 85

3. Asas dan Tujuan Hukum 86

4. Peradilan Nasional 87

E. Hasil Penelitian Yang Relevan 92

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek penelitian 94

1. Lokasi 94

2. Populasi 94

3. Sampel 95

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 96 C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 105


(3)

xii

E. Prosedur Penelitian 110

1. Tahap Persiapan 110

2. Tahap Pelaksanaan di kelas 111 F. Metode dan Desain Penelitian 112

G. Teknik Analisis Data 114

H. Uji Hipotesis 115

I. Langkah-langkah penelitian 115

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi penelitian

1. Identitas Sekolah 116

2. Sejarah Singkat SMA N I Cimahi 116

3. Visi dan Misi SMA N I Cimahi 117

4. Sumber daya manusia 118

B. Deskripsi Hasil Penelitian 119

1. Analisis Data Pre Tes 119

a. Uji Normalitas 119

1) Kelas Eksperimen 119

2) Kelas Kontrol 120

b. Uji Homogenitas Varians Populasi 121 c. Uji Kesamaan Rataan Pre-test 122

2. Analisis Data Post Test 123

a. Uji Normalitas 123

1) Kelas Eksperimen 123

2) Kelas Kontrol 124

b. Uji Homogenitas Varians Populasi 124 c. Uji Kesamaan Rataan Post-test 125

d. Uji Perbedaan Dua Rataan 127

1) Kelas Eksperimen 127


(4)

xiii

3. Uji Hipotesis Pengaruh Model Project Citizen

dalam Pembelajaran PKN 131

a. Uji Normalitas 131

1) Data Penggunaan Model

Project Citizen dalam Pembelajaran PKn 131 2) Data Nilai-nilai Anti Korupsi 132 b. Uji Homogenitas Varians Populasi 132

C. Pembahasan Hasil Penelitian 144

1. Terdapat perbedaan tingkat penanaman nilai-nilai Anti Korupsi Siswa SMA pada Konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional dengan model

Project Citizen dibandingkan model konvensional 144 2. Keterlibatan siswa dalam mengidentifikasi

masalah-masalah korupsi berpengaruh

terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi 151 3. Aktifitas siswa dalam memilih

masalah-masalah korupsi berpengaruh

terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi 154 4. Keterlibatan siswa dalam mengumpulkan

masalah-masalah korupsi berpengaruh

terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi 157 5. Keterlibatan siswa dalam mengembangkan

portofolio kelas berpengaruh terhadap

penanaman nilai-nilai anti korupsi. 160 6. Keterlibatan siswa dalam menyajikan portofolio

kelas berpengaruh terhadap penanaman

nilai-nilai anti korupsi. 163

7. Keterlibatan siswa dalam Refleksi pengalaman belajar portofolio kelas berpengaruh terhadap


(5)

xiv

D. Temuan Hasil Penelitian 175

1. Model Project Citizen dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat menanamkan Nilai-nilai Anti Korupsi Siswa SMA 175 2. Model Project Citizen dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Proses menuju

Education For Citizenship 179

BAB IV. KESIMPULAN dan REKOMENDASI 182

A. Kesimpulan 182

1. Kesimpulan Umum 182

2. Kesimpulan Khusus 183

B. Rekomendasi 184

DAFTAR PUSTAKA 186


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mewujudkan negara bangsa Indonesia sejahtera adalah cita-cita pendiri negeri ini. Kondisi tersebut hanya bisa dicapai jika negeri ini lepas dari berbagai permasalahan sosial, ekonomi dan politik diantaranya adalah semakin maraknya praktik-praktik korupsi (Pimpinan KPK, 2007:1). Untaian kalimat yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945…”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan…”,merupakan amanah para pendiri negeri kepada pemimpin negeri saat ini (KPK,2007:2).Selanjutnya, bahwa kenyataannya setelah lebih dari 65 tahun merdeka, negara bangsa Indonesia yang memiliki tujuan untuk menyejahterakan rakyat masih jauh dari harapan karena penyakit bernama korupsi. Korupsi merupakan penyakit akut yang menyebar ke seluruh tatanan kehidupan masyarakat. Daya rusak yang ditimbulkan akibat korupsi, tidak hanya menggerogoti sendi-sendi ekonomi rakyat, tetapi juga menghancurkan pilar-pilar demokrasi. Theodore M. Smith (1971) dalam Hamzah (2007:7) menyoroti bahwa kasus korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut :

On the whole corruption in Indonesia appears to present more of recurring political problem than an economic one. It undermines the legitimacy of the government in the eye of the young, educated elite and most civil servants... .Corruption reduces support for the government among elites at the province and regency level.


(7)

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan korupsi di Indonesia muncul lebih sering sebagai masalah politik daripada ekonomi. Ia menyentuh keabsahan (legitimasi) pemerintah di mata generasi muda, kaum elit terdidik dan pegawai pada umumnya. Korupsi mengurangi dukungan pada pemerintah dari kelompok elite di tingkat provinsi dan kabupaten. Lebih tegas Gunnar Myrdall (1977:166) dalam Hamzah (2007:7-8) mengemukakan :

The problem is of vital concern to the government of South Asia, because the habitual practice of bribery and dishonesty pavers the way for an authoritarian regime which justifies itself by the disclosures of corruption has regularly been advance as a main justification for military take overs…

Masalah Korupsi merupakan suatu yang penting karena kebiasaan melakukan penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan tindakan-tindakan hukuman terhadap pelanggar. Korupsi yang terjadi saat ini merupakan suatu yang sangat penting diperhatikan untuk diberantas dan harus disesuaikan dengan stabilitas suatu negara. Korupsi berasal dari kata berbahasa latin, corruption, kata ini sendiri punya kata kerja, corrumpere, yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan, atau menyogok. The Lexion Webster Dictionary (1979) menyebutkan bahwa “Corruption {L.corruptio(n-)} the act corrupting, or the the state of being corrupt; putrefactive decomposition, putrid matter;moral perversion;depravity,perversion of integrity;corrupt or dishonest proceedings, bribery;perversion from a state of purity; debasement, as a language; a debased form of a word” arti dari kata korupsi itu adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian serta kata-kata yang dapat menghina dan memfitnah.


(8)

Selanjutnya, Grote Winkler Prins (1977) dalam Hamzah (2007:5) menegaskan bahwa “Corruptio=omkoping, noemt men het verschijnsel dat ambtenaren of andere personen in dienst der openbare zaak (zie echter hieronder voor zogenaamd niet ambtelijk corruptive) zicht laten omkopen” makna di atas berarti bahwa korupsi dipersamakan dengan penyuapan.

Menurut International Transparancy, korupsi adalah perilaku pejabat publik, politikus, atau pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengan dirinya, dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. (Integrito:2009), menurut UU No.31 Tahun 1999 Pasal 2 sebagaimana diubah UU No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menyatakan korupsi adalah perbuatan secara melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat merugikan keuangan/perekonomian negara. Pada mulanya pemahaman korupsi berkembang di negara Barat (permulaan abad ke-19) setelah adanya Inggris 1688, Revolusi Perancis 1789, dan Amerika Serikat 1776 ketika prinsip pemisahan antara keuangan umum/negara dan keuangan pribadi (Maheka,2007:13). Pemikir Jack Bologne mengatakan, akar penyebab korupsi ada empat: Greed, Opportunity, Need, Exposes. Dia menyebutnya GONE theory, yang diambil dari huruf depan tiap kata tadi.

Greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah orang yang tidak puas pada keadaan dirinya. Punya satu gunung emas, berhasrat punya gunung emas yang lain. Punya harta segudang, ingin pulau pribadi.


(9)

Opportunity terkait dengan sistem yang memberi lubang terjadinya korupsi. Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan seseorang bekerja asal-asalan. Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan, sistem pengawasan tak ketat. Orang gampang memanipulasi angka. Bebas berlaku curang. Peluang korupsi menganga lebar.

Need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup, penuh sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai. Exposes berkaitan dengan hukuman pada pelaku korupsi yang rendah. Hukuman yang tidak membuat jera sang pelaku maupun orang lain. Deterrence effect yang minim. (Djabbar, Dikutip dari Harian Media Indonesia,http://www.kpk.go.id)

Pernyataan di atas menegaskan bahwa perilaku korupsi disebabkan oleh faktor manusianya disertai adanya kesempatan yang mendukung perilaku tersebut terjadi. Menurut B.Soedarso dalam Hamzah (2007:13), pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan misalnya kurangnya gaji pejabat-pejabat, buruknya ekonomi, mental pejabat yang kurang baik, administrasi dan manajemen yang kacau yang menghasilkan adanya prosedur yang berliku-liku dan sebagainya, selanjutnya ditegaskan Soedarso bahwa banyak faktor yang bekerja dan saling mempengaruhi satu sama lain sampai menghasilkan keadaan yang kita hadapi. Dilihat dari tinjauan sejarah contoh Negara Indonesia, sebagai Negara bekas jajahan, Indonesia meninggalkan perilaku yang sudah melekat dalam keseharian masyarakatnya, misalnya pemberian upeti sebagai bentuk adat ketimuran, tapi ditinjau dari perilaku korupsi hal ini merupakan bentuk gratifikasi (pemberian hadiah), dalam pandangan Geertz (Soewardi,2004:28) pada zaman penjajahan Indonesia tidak hanya dikuras harta benda, melainkan jiwa dan semangat dengan mana orang Indonesia memetamorfosekan dirinya sebagai masyarakat yang


(10)

dinamis, sehingga sikap permisif terhadap perilaku korupsi sangat kental dalam kehidupan mereka.

Faisal Djabbar (2007:3), yang diwarnai oleh pendapat Sigmund Freud Kaitan korupsi dan perkembangan kepribadian seseorang, Freud membantu kita memahami bahwa perilaku korupsi erat hubungannya dengan hambatan kepribadian seseorang di masa kanak-kanak. Sigmund Freud merupakan pendiri psikoanalisis yaitu aliran yang mendalami jiwa manusia sampai ke alam bawah sadarnya. Dia mencari sebab perilaku manusia pada dinamika jauh di dalam diri manusia. Oleh karena, itu psikoanalisis disebut juga psikologi mendalam. Depth psychology.Teori psikoanalisis fokus pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak. Intinya, masa kanak-kanak memegang peran menentukan dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku manusia ketika dewasa kelak.Ada lima tahap perkembangan kepribadian dalam psikoanalisis. Menurut Freud, manusia, dalam perkembangan kepribadiannya, melalui tahapan oral, anal, phallis, laten, dan genital. Sejalan dengan hal tersebut Huntington (Alatas, 1987:149) terjadinya korupsi yang meluas diakibatkan dari industrialisasi, yang membuka peluang kepada orang untuk memperkaya diri.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah kepribadian terbentuk melalui proses yang bertahap dan dalam jangka waktu relatif panjang, hal ini berhubungan dengan perbaikan manusianya agar tidak melakukan tindakan-tindakan korupsi, misalnya dengan menanamkan kesadaran hukum, serta meningkatkan kesejahteraan (Maheka,2007:32). Lebih lanjut (Maheka, 2007;68) dalam menanggulangi masalah ini perlu ada peran serta masyarakat dengan rumus


(11)

: Pemberantasan korupsi = Pencegahan + Penindakan + Peran serta masyarakat. Peran pemuda dan masyarakat dalam perjuangan memberantas korupsi sudah berlangsung lama (Dikyanmas KPK RI, 2007;2). Langkah-langkah pencegahan perilaku korupsi lainnya adalah dengan menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai luhur diantaranya menanamkan nilai-nilai-nilai-nilai Kejujuran,Kepercayaan diri, Kompetitif, Kebersamaan, Saling berbagi dan menghargai (Dikyanmas KPK RI, 2007;6).

Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah dilaksanakan sejak 1957 dengan Peraturan penguasa Militer No.PRT/PM/06 1957 sampai tahun 2005 dengan Keppres No. 11 Tahun 2005 (Maheka,2007;29).Selain itu upaya tersebut disosialisasikan melalui komisi Pemberantasan korupsi pada Direktorat Dikyanmas (Pendidikan dan pelayanan Masyarakat), sesuai dengan Undang-undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi Pasal 6 huruf d KPK bertugas melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, langkah-langkah pencegahan sudah dilakukan melalui sosialisasi anti korupsi, pendidikan anti korupsi, warung kejujuran, pelajar terpuji, lomba pidato anti korupsi, lomba kartun anti korupsi dan lain-lain. Dengan pemaparan diatas diharapkan tercapai sebuah tujuan Perilaku anti korupsi, yaitu berkembangnya sembilan nilai anti korupsi yaitu : tanggung jawab, disiplin, jujur, sederhana, kerja keras, mandiri, adil, berani dan peduli. (KPK RI,2008). Jika perilaku korupsi ini terus menerus dibiarkan maka yang akan terjadi pada Negara ini adalah sebuah kehancuran dari segi pendidikan,”…Kalau kita bisa menghilangkan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), mutu bangsa kita ini akan


(12)

meningkat dalam segala hal termasuk dalam pendidikan (Anam 2005;111), Sistem pendidikan di Indonesia juga sudah diracuni oleh praktik-praktik KKN yang telah menjadi kanker dalam tubuh pendidikan kita (Tilaar,1998;18) kehancuran juga bisa terjadi pada penegakan hukum dan pelayanan masyarakat yang tidak terkontrol, pembangunan sarana fisik yang terbengkalai, demokrasi tidak berjalan lancar, prestasi tidak berarti dan ekonomi jadi hancur (Tim KPK RI,2007;29).

Pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan penting dalam upaya menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Secara kurikuler PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia yang berakhlak mulia, secara teoretik dirancang memuat dimensi Kognitif, Afektif dan Psikomotor terintegrasi konsep ide, nilai, moral Pancasila dan secara programatik mengusung nilai-nilai dan pengalaman belajar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Winataputra dan Budimansyah, 2007:86). Selanjutnya (Winataputra dan Budimansyah, 2007:97), di SD PKn bertujuan menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dan memberi bekal kemampuan untuk melanjutkan ke tingkat SMP , di SMP PKn bertujuan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan memahami nilai-nilai Pancasila sedangkan di SMA PKn bertujuan meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan memahami dan menghayati serta meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Dari paparan tersebut jelaslah bahwa PKn sangat penting diterapkan dalam pembelajaran untuk mencegah perilaku korupsi khususnya karena memuat nilai-nilai Pancasila yang terintegrasi dalam muatan kurikulum di persekolahan, hal ini


(13)

sesuai dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan nama mata pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi (Pasal 37).

Masalah korupsi adalah masalah warga negara yang harus dicegah dan ditanggulangi mulai dari hal-hal terkecil dalam keseharian kita, penanggulangan dan pencegahan perilaku korupsi bukan hanya tugas KPK, atau pemerintah tapi merupakan masalah bersama, salah satunya dengan menerapkan sebuah model pembelajaran di persekolahan yang diharapkan mampu membantu masyarakat khususnya para siswa SMA dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Winataputra (2008) memaparkan sampai saat ini proses pembelajaran di sekolah-sekolah masih jauh dari sifat mendidik dan mencerdaskan. Pendekatan pembelajaran ekspositoris dan naratif yang mementingkan penguasaan fakta dan konsep-konsep yang steril, merupakan hal yang semakin memfosil. Peserta didik sudah terkondisi untuk belajar sekedar lulus ujian, yang juga menekankan pada penguasaan pengetahuan yang tidak fungsional. Karena itu bimbingan tes berkembang menjadi bisnis pendidikan yang sangat laku karena terkesan lebih dihargai masyarakat dari pada pembelajaran di sekolah. Ditegaskan Winataputra (2008) bahwa kondisi tersebut merupakan akibat dari tidak terjaminnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dan tidak adanya standar nasional proses pembelajaran. Proses pembelajaran saat ini tidak lebih dari ritual pedagogis yang berisi diskursus yang tidak menarik, dan tidak memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinya , termasuk potensi untuk menjadi pebelajar


(14)

sepanjang hayat. Untuk menghasilkan lulusan yang cerdas dan baik, sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional, perlu segera dikembangkan standar nasional proses pembelajaran dan standar tenaga kependidikan. Sistem pengadaan, pengangkatan, penugasan, dan pembinaan tenaga kependidikan mendesak untuk dibenahi. Proses pembelajaran yang mendidik dan mencerdaskan hanya akan tumbuh apabila guru dan tenaga kependidikan lainnya benar-benar terdidik dengan baik, terlatih dengan baik, dan terjamin kesejahteraannya. Bersamaaan dengan itu, akses sekolah, guru dan peserta didik terhadap berbagai sumber belajar perlu diperluas dengan cara mengembangkan perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah, serta pemanfaatan sarana teknologi informasi dan komunikasi secara memadai. Dengan cara itu proses pembelajaran akan menjadi sarana pengembangan budaya belajar (membaca, menulis, dan berhitung) yang powerfull, yang pada gilirannya akan mendukung tumbuhnya masyarakat berbasis pengetahuan (knowledged society), sebagaimana hal itu juga menjadi prinsip pendidikan nasional menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003.

Saat ini para siswa harus dibekali materi dengan pembelajaran yang aktif kreatif dan terstruktur seperti yang dikemukakan oleh Somantri, N 2001 : 300 yang mengenalkan metode pembelajaran PKn yang bisa juga diadaptasi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan menumbuhkan dialog kreatif sebagai latihan melakukan praktek komunikasi yang sopan, cerdas dan bertanggung jawab. Guru akan menjadi insiator, inovator, fasilitator dan mediator yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran dan disesuaikan dengan kebutuhan dasar peserta didik. PKn secara paradigmatik sarat dengan muatan


(15)

afektif masih dianggap keliru karena dilakukan secara kognitif sebagai satu-satunya obat mujarab (panacea) untuk mengatasi persoalan kehidupan siswa khususnya menyangkut perilaku dan moral (Winataputra,2001).

Model Pembelajaran yang dapat diterapkan supaya siswa dapat berpartisipasi secara aktif dan kreatif adalah dengan Project Citizen, dengan model ini siswa berusaha membentuk identitas mereka sendiri dan membina hubungan dengan masyarakat, sebagian besar pada masa remaja, siswa mulai bergeser pemikirannya dari berpikir konkret menuju berpikir abstrak, para siswa berusaha menggali nilai-nilai yang menurut mereka baik atau buruk, sah atau tidak sah. Budimansyah (2008:183). Jadi tujuan Project Citizen adalah untuk memotivasi dan memberdayakan para siswa dalam menggunakan hak dan tanggungjawab kewarganegaraan yang demokratis melalui penelitian yang intensif mengenai masalah kebijakan publik di sekolah atau di masyarakat tempat mereka berinteraksi (Budimansyah,2009:2). Dengan demikian diharapkan model Project Citizen dalam pembelajaran PKn pada Konsep Sistem hukum dan Peradilan Nasional Indonesia berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi dengan baik bagi para siswa SMA dalam memahami korupsi, sehingga cita-cita nasional yang tertuang dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dapat tercapai.

Menurut pandangan Budimansyah (2008:179), dalam standar isi dinyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada dua tujuan utama. Pertama, pembentukan warganegara Indonesia yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya.


(16)

Kedua, pengembangan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan (UUD NRI Tahun 1945), sejalan dengan hal tersebut menurut Cogan (1998:115) dalam Arif (2008) menjelaskan bahwa warga negara harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. The ability to look at and approach problems as a member of a global society (kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global);

2. The ability to work with others in a cooperative way and to take responsibility for one’s roles/duties within society (kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat);

3. The ability to understand, accept, appreciate and tolerate cultural differences (kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya);

4. The capacity to think in a critical and systemic way (kemampuan berpikir kritis dan sistematis);

5. The willingness to resolve conflict and in a non-violent manner (kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan); 6. The willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to

protect the environment (kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna melindungi lingkungan);

7. The ability to be sensitive towards and to defend human rights (eg, rights of women, ethnic minorities, etc), and (memiliki kepekaan terhadap dan


(17)

mempertahankan hak asasi manusia (seperti hak kaum wanita, minoritas etnis, dsb);

8. The willingness and ability to participate in politics at local, national and international levels (kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional);

Dari pandangan Cogan tersebut diharapkan setiap warga negara memiliki karakteristik untuk kehidupannya, dengan bertanggungjawab, menghormati hak orang lain dan melakukan kewajiban sebagai warga negara, hal yang sama diungkapkan oleh Sapriya (2008:200) bahwa setiap bangsa dan negara mengakui pentingnya pembangunan karakter bangsa (National Character building) dalam rangka memelihara dan mempertahankan eksistensi sebagai negara-bangsa. Hal ini berkaitan dengan kompetensi kewarganegaraan yang dijelaskan oleh Branson (1998:16), yang memuat tiga komponen penting yaitu: 1) Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), berkaitan dengan apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara; 2) Civic skill (keterampilan kewarganegaraan), adalah kecakapan intelektual dan partisipatoris warga negara yang relevan; dan 3) Civic disposition (watak kewarganegaraan) yang mengisyaratkan pada karakter publik ataupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Karakter dan kompetensi kewarganegaraan yang diharapkan sesuai penjelasan di atas salah satunya adalah dengan dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini, sehingga tujuan dari cita-cita nasional Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945 akan tercapai.


(18)

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasikan masalah penelitian yaitu Apakah Model Project Citizen dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi Siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Indonesia dibandingkan model pembelajaran konvensional ?. Sesuai latar belakang masalah penelitian di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan penanaman nilai-nilai anti korupsi Siswa SMA pada Konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Indonesia dengan model Project Citizen dibandingkan model pembelajaran konvensional ?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam mengidentifikasi masalah korupsi untuk dikaji kelas terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam memilih suatu masalah korupsi untuk dikaji kelas terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional ? 4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam

mengumpulkan informasi tentang korupsi terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional ?


(19)

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam mengembangkan portofolio kelas terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional ?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam menyajikan portofolio kelas terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional ?

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam melakukan refleksi pengalaman belajar terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai Rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu mengetahui Apakah Model Project Citizen berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi Siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Indonesia dibandingkan model konvensional. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat penanaman nilai-nilai anti korupsi Siswa SMA pada Konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Indonesia dengan model Project Citizen dibandingkan model pembelajaran konvensional

2. Untuk mengetahui Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam mengidentifikasi masalah korupsi terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional.


(20)

3. Untuk mengetahui Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam memilih suatu masalah korupsi untuk dikaji kelas terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional.

4. Untuk mengetahui Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam mengumpulkan informasi tentang korupsi terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

5. Untuk mengetahui Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam mengembangkan portofolio kelas terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional.

6. Untuk mengetahui Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan siswa dalam menyajikan portofolio terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional 7. Untuk mengetahui Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keterlibatan

siswa dalam melakukan refleksi pengalaman belajar terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional.


(21)

D. Asumsi

1. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memiliki-nilai-nilai yang baik jika para siswa ikut ambil bagian secara aktif dalam kehidupan politik dan berwarga negara,pendidikan kewarganegaraan itu adalah pendidikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Oleh karena itu dengan cara berpikir konsistensi dan koherensi, pendidikan kewarganegaraan untuk Indonesia adalah pendidikan Pancasila, dapat ditegaskan bahwa core dari pendidikan kewarganegaraan untuk Indonesia adalah Pancasila. Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa pendidikan kewarganegaraan untuk Indonesia secara filosofik dan substantif-pedagogis/andragogis, merupakan pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan pribadi peserta didik agar menjadi warga negara Indonesia yang religius, berkeadaban, berjiwa persatuan Indonesia, demokratis dan bertanggung jawab, dan berkeadilan. (Winataputra, 2008).

2. Model Project Citizen merupakan pembelajaran sebagai proses Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) yang berintikan pada aktivitas belajar siswa kadar tinggi dan multi domain serta multi dimensional, proses ajar utuh terpadu, interdisipliner, akan memberdayakan kesempatan pelatihan pelakonan berbagai kegiatan dan kemahiran siswa menjadi warga masyarakat serta anak bangsa yang baik, demokratis, cerdas,berbudaya Indonesia.(Budimansyah:2008).


(22)

E. Hipotesis

1. Hipotesis Mayor

Semakin tinggi keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar dengan menggunakan model Project Citizen pada Konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Indonesia maka semakin berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsinya dibandingkan model konvensional.

2. Hipotesis Minor

a) Terdapat perbedaan tingkat penanaman nilai-nilai anti korupsi Siswa SMA pada Konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Indonesia dengan model Project Citizen dibandingkan model pembelajaran konvensional

b) Semakin aktif siswa dalam mengidentifikasi masalah korupsi maka berpengaruh signifikan terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional c) Semakin pandai para siswa dalam memilih suatu masalah korupsi untuk

dikaji kelas maka berpengaruh signifikan terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

d) Semakin efektif dan efisien siswa dalam mengumpulkan informasi yang terkait masalah korupsi maka berpengaruh signifikan terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional


(23)

e) Semakin kreatif siswa dalam mengembangkan portofolio kelas maka berpengaruh signifikan terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

f) Semakin Kritis siswa dalam menyajikan portofolio maka berpengaruh signifikan terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional.

g) Semakin menghayati siswa dalam melakukan refleksi pengalaman belajar maka berpengaruh signifikan terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan quasi eksperimen, yang merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit untuk dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain kuasi eksperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. (Sugiyono,2009:114).

Dalam penggunaannya peneliti mengambil salah satu bentuk quasi eksperimen yaitu nonequivalent control group design. Dalam Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih tidak secara random, kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan


(24)

kelompok kontrol. (Sugiyono, 2009:116). Hal itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Millan (2000), juga Creswell (1994) bahwa dalam membuat desain kuasi eksperimen harus membentuk kelompok kontrol dan dan kelompok eksperimen yang dilakukan tanpa acak atau random. Hal tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.1. Kuasi eksperimen

O1 X O2

O3 O4

Sumber : Sugiyono (2009:116).

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

Sebagai Kelas Eksperimen dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Cimahi sebanyak sembilan kelas dan yang dijadikan sampel adalah satu kelas yang ditentukan sebagai kelompok eksperimen yang akan diberikan perlakuan dengan model Project Citizen setelah diberikan pre-test terlebih dahulu yang akan dibandingkan dengan satu kelas lain sebagai kelompok kontrol pada Sekolah yang sama. Dalam membuat perbandingan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan dilakukan tes hasil belajar yang dilakukan melalui pre-test dan post-test dan hasilnya akan dibandingkan antara kelompok yang mendapat perlakuan dengan yang tidak untuk dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah di Kota Cimahi provinsi Jawa Barat yaitu di SMA N I Cimahi. Alasan dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan berbagai hal diantaranya SMA N I Cimahi termasuk dalam sekolah unggulan di Kota Cimahi (Cluster I), selanjutnya di SMA N I Cimahi akan dikembangkan model pembelajaran Project Citizen untuk meningkatkan kompetensi Siswa yang berkualitas sesuai dengan Visi dan misi sekolah bersangkutan yaitu : Unggul dalam Prestasi, Arif dalam berpikir, Samapta dalam bertindak dan Sinergi dalam mengabdi yang berlandaskan Imtaq dan Iptek.

2. Populasi

Populasi adalah suatu kesatuan manusia, obyek, gejala, nilai-nilai, ukuran-ukuran ataupun kesatuan lainnya yang ada dalam ruang lingkup yang lebih luas dan memiliki karakteristik umum yang dapat diobservasi. (Heriati,2005:2) . Sedangkan menurut Sugiyono (2005:55) populasi bukan hanya orang tetapi juga benda-benda yang lain populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari tetapi meliputi keseluruhan karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh suatu subjek atau objek. Secara Umum Rochman N (1973:19) dalam Ristina (2009) mengemukakan bahwa Populasi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah riset, yang berupa manusia ialah suatu ruang


(26)

lingkup yang akan dikenai kesimpulan dalam riset yang bersangkutan. Sedangkan sampel diartikan sebagai satu kesatuan yang langsung dijadikan sumber data. Sejalan dengan pengertian populasi diatas, maka yang akan peneliti jadikan populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi SMA N I Cimahi.

3. Sampel

Berdasarkan gambaran populasi diatas, maka subjek penelitian ini sangat besar jumlahnya, oleh karena itu perlu dilakukan pengambilan sampel. Supaya penelitian ini tidak meluas lebih terfokus pada objek penelitian maka diperlukan sampel adapun pengertian sampel adalah sebagai berikut. Sampel adalah satu kesatuan sebagai bagian dari populasi yang mewakili karakteristik populasi dan dijadikan sumber data untuk analisis statistik (Heriati,2005 : 2).Menurut Sugiyono (2005 : 56), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dialami oleh populasi tersebut.

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi, yang dilakukan peneliti dengan cara melakukan pre-test, untuk menentukan kesetaraan atau kesejajaran untuk dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam membuat perbandingan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan dilakukan tes hasil belajar yang dilakukan melalui pre-test dan post-test dan hasilnya akan dibandingkan antara kelompok yang mendapat perlakuan (treatment) dengan yang tidak untuk dicari perbedaan atau daya beda antara kedua kelompok tersebut sampel yang dapat ditentukan setelah dilakukan pre-test maka sampel yang


(27)

diambil adalah X-5 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 42 orang dan X-9 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 41 0rang.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian.

Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda. Oleh sebab itu, untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti sehingga tidak mengundang tafsir yang berbeda, maka dirumuskan definisi operasional atas variabel penelitian sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Project Citizen (Variabel X)

Model Project Citizen merupakan pembelajaran sebagai proses Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) yang berintikan pada aktivitas belajar siswa kadar tinggi dan multi domain serta multi dimensional, proses ajar utuh terpadu, interdisipliner, akan memberdayakan kesempatan pelatihan pelakonan berbagai kegiatan dan kemahiran siswa menjadi warga masyarakat serta anak bangsa yang baik, demokratis, cerdas,berbudaya Indonesia.(Budimansyah:2009).

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Winataputra dan Budimansyah (2007:126) Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut :


(28)

a. PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif dan bertanggungjawab.

b. PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersifat konfluen dan saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara.

c. Secara Programatik dirancang secara subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warganegara dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara

3. Nilai-nilai Anti Korupsi (Variabel Y)

Menurut Franz Magnis Suseno (Djabbar,2008:1) ada tiga sikap moral fundamental yang akan membuat orang menjadi kebal terhadap godaan korupsi: kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab.


(29)

a. Jujur berarti berani menyatakan keyakinan pribadi. Menunjukkan siapa dirinya. Kejujuran adalah modal dasar dalam kehidupan bersama. Ketidakjujuran jelas akan menghancurkan komunitas bersama. Siswa perlu belajar bahwa berlaku tidak jujur adalah sesuatu yang amat buruk.

b. Adil berarti memenuhi hak orang lain dan mematuhi segala kewajiban yang mengikat diri sendiri. Magnis mengatakan, bersikap baik tetapi melanggar keadilan, tidak pernah baik. Keadilan adalah tiket menuju kebaikan.

c. Tanggung jawab berarti teguh hingga terlaksananya tugas. Tekun melaksanakan kewajiban sampai tuntas. Misalnya, siswa diberi tanggung jawab mengelola dana kegiatan olahraga di sekolahnya. Rasa tanggung jawab siswa terlihat ketika dana dipakai seoptimal mungkin menyukseskan kegiatan olahraga. Menurut Magnis, pengembangan rasa tanggung jawab adalah bagian terpenting dalam pendidikan anak menuju kedewasaan menjadi orang yang bermutu sebagai manusia.

Yang dimaksud Nilai Anti Korupsi dalam penelitian ini adalah nilai-nilai tanggungjawab;disiplin;jujur;sederhana;kerja keras;mandiri;adil;berani dan peduli(KPK RI,2008).

Adapun Nilai-nilai yang diharapkan tertanam pada diri para siswa adalah sebagai berikut :


(30)

a) Tanggungjawab

Berarti siswa memiliki sikap melaksanakan kewajiban, siap menanggung resiko, amanah, berani menghadapi tantangan, tidak mengelak dari kesalahan, menyadari adanya konsekuensi dari setiap perbuatan dan selalu berbuat yang terbaik (KPK RI, 2008:2).

b) Disiplin

Bermakna bahwa setiap siswa diharapkan memiliki karakter tekun, taat, tepat waktu, memiliki komitmen dan konsisten, memiliki prioritas, selalu fokus dan segala sesuatu direncanakan dengan baik. (KPK RI, 2008:23).

c) Jujur

Bermakna bahwa setiap siswa diharapkan dapat berkata benar, bertindak benar, terbuka, dan menghargai diri sendiri. (KPK RI, 2008:42).

d) Sederhana

Bermakna bahwa setiap siswa diharapkan memiliki karakter bersahaja, tidak berlebihan, berpenampilan dan belanja secukupnya, merencanakan sesuatu sesuai kebutuhan, apa adanya dan rendah hati (KPK RI, 2008:2).

e) Kerja keras

Bermakna bahwa setiap siswa diharapkan memiliki karakter kuat, gigih, selalu berusaha, memiliki obsesi, selalu tabah, memiliki impian, pendirian yang keras, pantang menyerah, terus berharap dan sungguh-sungguh. (KPK RI, 2008:19).


(31)

f) Mandiri

Bermakna bahwa setiap siswa diharapkan memiliki karakter percaya diri, tidak bergantung pada orang lain, tegar dan berani (KPK RI, 2008:36).

g) Adil

Setiap siswa diharapkan memiliki karakter penuh pertimbangan, proporsional, tidak memihak, objektif dan selalu sesuai (KPK RI, 2008:2).

h) Berani

Memiliki arti bahwa setiap siswa diharapkan memiliki karakter pantang mundur, percaya diri, apapun dihadapi, tegar, mantap, tak gentar, tidak takut (KPK RI, 2008:23).

i) Peduli

Setiap siswa diharapkan memiliki karakter senasib sepenanggungan, satu rasa, membela rasa persaudaraan, tolerasi, empati, setia kawan (KPK RI, 2008:2).

Rincian indikator setiap dimensi/variabel dapat dilihat pada tabel 3.1. sebagai berikut:

TABEL 3.1.

Operasionalisasi Variabel Penelitian.

No Variabel Dimensi Indikator Alat Ukur

1. Pembelajar an

Pendidikan Kewargan egaraan

a) Mengidentifi kasi masalah

a) Guru membagi kelas kedalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang),

b) Setiap kelompok

Semantic Differensial Osgood


(32)

Berbasis Project Citizens

diminta untuk mencari satu masalah sesuai dengan kompetensi dasar,topik dan tema materi pelajaran. c) Lalu mendiskusikan

dengan kelompok kecil tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam format identifikasi masalah serta

d) Alasan memilih masalah tersebut b) Memilih

masalah sebagai bahan kajian kelas

a. Membuat daftar masalah yakni setiap kelompok kecil yang telah selesai mengidentifikasi masalah dengan dukungan informasi yang telah memadai b. Menetapkan satu

masalah dan

menuliskannya dalam daftar masalah di papan tulis diikuti oleh kelompok kecil lainnya sehingga terdapat sejumlah masalah,

c. Kemudian dilakukan voting tahap pertama memilih 2 atau 3 masalah, dan

d. Tahap kedua memilih satu masalah untuk kajian kelas.

c) Mengumpulka n Informasi

a. Kegiatan kelas mengidentifikasi sumber-sumber informasi (contohnya perpustakaan, tokoh masyarakat, guru, orang tua, intansi


(33)

pemerintah, LSM, kepolisian dll)

b. Kemudian siwa melakukan kunjungan ke sumber informasi untuk mendapatkan informasi sesuai kajian kelas dan c. Melaporkan hasil

pengumpulan sumber informasi tersebut. d. selanjutnya siswa

dibagi dalam 4 kelompok

d) Mengembang kan Portofolio kelas

a. Spesifikasi portofolio yakni meliputi dua seksi , yaitu portofolio seksi penayangan dan seksi dokumentasi. b. Portofolio seksi

penayangan sebagai bahan presentasi kelas pada gelar kasus, c. sedangkan portofolio

dokumentasi disimpan pada map jepit (binder) yang berisi data dan informasi lengkap setiap kelompok portofolio. d. Kelompok portofolio

satu menjelaskan masalah, kelompok kedua mengkaji kebijakan alternatif, kelompok ketiga mengusulkan satu kebijakan publik untuk mengatasi masalah dan kelompok empat membuat rencana tindakan.


(34)

e) Menyajikan Portofolio kelas

a. Semua karya ditayangkan, baik portofolio tayangan maupun portofolio dokumentasi

b. Dewan Juri

mengamati dan menilai kualitas isi, kelengkapan

dokumen, tatanan tayangan, dsb

f) Merefleksikan Pengalaman Belajar

a. Penyampaian

pertanyaan kepada siswa setelah mengikuti kegiatan portofolio

b. Refleksi pengalaman belajar

2. Nilai-nilai anti korupsi

a) Tanggung jawab

memiliki sikap : a. melaksanakan

kewajiban

b. siap menanggung resiko

c. Amanah

d. berani menghadapi tantangan

e. Tidak mengelak dari kesalahan

f. Menyadari adanya konsekuensi dari setiap perbuatan g. Selalu berbuat yang

terbaik

Skala Likert

b) Disiplin memiliki karakter : a. Tekun

b. Taat

c. Tepat waktu,

d. Memiliki komitmen dan konsisten,

e. Memiliki prioritas, f. Selalu fokus

g. segala sesuatu direncanakan dengan baik


(35)

a. dapat berkata benar, b. bertindak benar, c. terbuka

d. menghargai diri sendiri

d) Sederhana Memiliki karakter : a. bersahaja, b. tidak berlebihan c. berpenampilan d. belanja secukupnyaa e. merencanakan

sesuatu sesuai kebutuhan,

f. apa adanya dan g. rendah hati

e) Kerja keras memiliki karakter a. kuat

b. Gigih,

c. selalu berusaha, d. memiliki obsesi, e. selalu tabah, f. memiliki impian, g. pendirian yang keras, h. pantang menyerah,

terus berharap i. sungguh-sungguh f) Mandiri memiliki karakter

a. percaya diri

b. tidak bergantung pada orang lain, c. tegar dan berani g) Adil memiliki karakter

a. penuh pertimbangan, b. proporsional,

c. tidak memihak, d. objektif

e. selalu sesuai h) Berani dan memiliki karakter

a. pantang mundur, b. percaya diri, c. apapun dihadapi, d. tegar,

e. mantap, f. tak gentar, g. tidak takut


(36)

i) Peduli. Setiap siswa diharapkan memiliki karakter a. senasib

sepenanggungan, b. satu rasa,

c. membela rasa persaudaraan, d. tolerasi, e. empati, f. setia kawan

C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini data diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai nilai-nilai anti korupsi. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba ‘trial’ lapangan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 1998:160).

Menurut Sugiyono, validitas instrument diuji dengan menggunakan korelasi skor butir dengan skor total “Product Moment (Pearson)” Analisis dilakukan terhadap semua butir instrument. Rumus Product Moment dari Karl’s Pearson menurut Arikunto (1998:160) :

2 2 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( Y Y n X X n Y X XY n rxy ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ =


(37)

Dengan : soal nilai al jumlah tot soal butir tiap nilai jumlah (subyek) testi banyaknya korelasi koefisien = ∑ = ∑ = = Y X n rxy

Nilai r yang diperoleh dengan menggunakan rumus Product Moment dari Karl’s Pearson, harus diuji keberartiannya. Uji keberartian nilai r dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t, sebagai berikut :

r n r t − − = 1 2 Dengan, hitung t harga subyek banyak korelasi koefisien = = = t n r

Menurut Sudjana (1986:377), jika t-hitung > t-tabel, maka item dianggap berarti atau dalam hal ini soal tersebut dapat dikatakan valid. Dan sebaliknya apabila hitung < tabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid. Dimana t-tabel, adalah nilai peluang distribusi t dengan taraf signifikansi 1-α dan dk = n-2.

Nilai t-tabel dengan derajat kebebasan 41-2 = 39 dan taraf signifikan 5% adalah t-tabel = 1,685

Validitas butir soal variabel Y ( nilai-nilai anti korupsi ) dari 45 butir soal terdapat 10 butir yang tidak valid. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 3.2


(38)

No. Butir Koefisien

Nilai t-hitung

Nilai t-tabel

Keterangan

1 0,353 2,356275 1,685 Valid

2 0,064 0,400512 1,685 Tidak Valid

3 0,589 4,551792 1,685 Valid

4 -0,020 -0,12492 1,685 Tidak Valid

5 0,354 2,363658 1,685 Valid

6 0,233 1,496326 1,685 Tidak Valid

7 0,311 2,043581 1,685 Valid

8 0,252 1,626156 1,685 Tidak Valid

9 0,499 3,595794 1,685 Valid

10 0,369 2,30994 1,685 Valid

11 0,693 6,002766 1,685 Valid

12 0,518 3,781918 1,685 Valid

13 0,209 1,334674 1,685 Tidak Valid

14 0,503 3,634678 1,685 Valid

15 0,589 4,551792 1,685 Valid

16 0,386 2,61322 1,685 Valid

17 0,341 2,265263 1,685 Valid

18 0,299 1,909414 1,685 Valid

19 0,408 2,79072 1,685 Valid


(39)

21 0,345 2,156595 1,685 Valid

22 0,465 3,28011 1,685 Valid

23 0,348 2,318028 1,685 Valid

24 -0,016 -0,099936 1,685 Tidak Valid

25 0,361 2,417617 1,685 Valid

26 0,600 4,6836 1,685 Valid

27 0,394 2,67723 1,685 Valid

28 0,202 1,288154 1,685 Tidak Valid

29 0,338 2,242968 1,685 Valid

30 0,396 2,693196 1,685 Valid

31 0,172 1,090308 1,685 Tidak Valid

32 -0,109 -0,684738 1,685 Tidak Valid

33 0,385 2,605295 1,685 Valid

34 0,526 3,862418 1,685 Valid

35 0,331 2,190558 1,685 Valid

36 0,484 3,454308 1,685 Valid

37 0,571 4,343597 1,685 Valid

38 0,326 2,153556 1,685 Valid

39 -0,118 -0,742102 1,685 Tidak Valid

40 0,367 2,463671 1,685 Valid

41 0,277 1,800223 1,685 Valid


(40)

43 0,263 1,702399 1,685 Valid

44 0,482 3,435696 1,685 Valid

45 0,297 1,863675 1,685 Valid

Dari tabel di atas untuk keperluan penelitian dipakai sebanyak 35 butir soal, sedangkan 10 yang tidak valid tidak dipakai.

D. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 1999:170). Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus Alpha.

Untuk mempermudah perhitungan penulis menggunakan software SPSS versi 14. Hasil perhitungan tersebut terlihat dari tabel berikut :

Tabel 3.3

Tabel Uji Reliabilitas Instumen Reliability Statistiks Cronbach's

Alpha N of Items

,785 45

Dari hasil perhitungan, nilai r11 diperoleh 0,785. Nilai tersebut menurut tabel


(41)

dengan menggunakan criteria yang dibuat oleh Guilford (dalam Ruseffendi, 1994, h.144) dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Nilai r Interpretasi 0,00 – 0,20

0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 – 1,00

Kecil Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas tes sebesar 0,785 tergolong pada reliabilitas yang tinggi.

E. Prosedur Penelitian

Berdasarkan kebutuhan data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap utama, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan di kelas dan tahap analisis data dengan uraian sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini melakukan beberapa kegiatan, yaitu : (1) pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran, penyusunan angket mengenai nilai-nilai anti korupsi dan angket mengenai Project Citizen; (2) melaksanakan uji coba intrumen untuk angket nilai-nilai anti korupsi sedangkan


(42)

angket mengenai Project Citizen validasinya dilakukan dengan cara dikonsultasikan kepada pembimbing.; (3) merevisi perangkat pembelajaran dan menguji validitas instrumen (4) memperbanyak perangkat pembelajaran dan instrument sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan di Kelas

a. Pemberian tes awal dengan angket nilai-nilai anti korupsi untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Setelah tes diujicobakan dan diseleksi, selanjutnya soal terpilih tersebut diberikan kepada siswa sebagai tes awal. Soal tes awal terdiri dari 35 butir pertanyaan mengenai nilai-nilai anti korupsi.. Waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal adalah 60 menit. Jumlah siswa pada kelompok kontrol 42 orang dan kelompok eksperimen sebanyak 41 orang. Tes awal ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui sikap awal siswa mengenai nilai-nilai anti korupsi.

b. Melaksanakan pembelajaran di kelas kontrol dan kelas eksperimen

Kegiatan selanjutnya adalah pemberian materi dengan model Project Citizen untuk kelompok eksperimen dan dengan pembelajaran biasa untuk kelompok kontrol. Dalam penelitian ini penulis berperan sebagai guru pengajar, dengan pertimbangan untuk mengurangi bias karena perbedaan perlakuan pada masing-masing kelompok.

Materi yang disampaikan pada penelitian ini adalah sama baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol yaitu mengenai Sistem Hukum


(43)

dan peradilan Nasional Indonesia Kelas X SMA N I Cimahi dengan sub bab Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia dengan jumlah 2 Jam pelajaran untuk 2 kali pertemuan. Perlakuan dengan menggunakan Project Citizen di kelas eksperimen dilakukan sesuai langkah pembelajaran yaitu 6 kali pertemuan sedangkan untuk kelas kontrol hanya dengan 2 kali pertemuan.

c. Memberikan tes akhir dengan angket nilai-nilai anti korupsi

Tes akhir ini diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan angket yang sama dengan angket pada tes awal. Tujuan pemberian tes akhir untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya. Selain angket mengenai nilai-nilai anti korupsi, kelas eksperimen diberi angket mengenai pembelajaran Project Citizen diberikan pada hari yang sama dengan pelaksanaan tes akhir.

F. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan metode eksperimen dengan rancangan quasi eksperimen, yang merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit untuk dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain quasi eksperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. (Sugiyono,2009:77).


(44)

Dalam penggunaannya peneliti mengambil salah satu bentuk quasi eksperimen yaitu nonequivalent control group design. Dalam Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih tidak secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dengan maksud adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. (Sugiyono, 2008: 77-78). Selanjutnya Creswell (1994 : 132) menegaskan bahwa Nonequivalent control group design :

In this design, a popular approach to quasi-experiments, the experimental Group A and the control Group B are selected without random assignment. Both groups take a pretest and a posttest, and only the experimental group received the treatment.

Hal itu sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Creswell (1994:130) :

In quasi-experimental designs, control and experimental groups are used in the study, but subject design are not randomly assigned to the groups. A single subject design or N of 1 design involves observing the behavior of a single individual (or individuals) over time. In a pure experiment the subjects are assigned randomly to the treatment groups.

bahwa dalam membuat desain quasi eksperimen harus membentuk kelompok kontrol dan dan kelompok eksperimen yang dilakukan tanpa acak atau random. Hal tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.5

Tabel Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

O1

X

O2

O3

O4


(45)

G. Teknik Analisis Data

1. Menyeleksi data

Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan.

2. Menentukan bobot nilai

Penentuan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan kemudian menentukan skornya.

3. Melakukan analisis secara deskriptif

Untuk mengetahui kecenderungan data. Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata median, standar deviasi dan varians dari masing-masing variabel.

4. Pemeriksaan distribusi populasi data sampel

Pengujian distribusi dari data sampel bertujuan untuk mengetahui sebaran dari populasi data sampel yang diperoleh, apakah sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Ini berpengaruh terhadap pemilihan uji statistik yang digunakan apakah parametric atau nonparametric. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnop melalui bantuan software SPSS versi 14 for windows.


(46)

H. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan uji korelasi sederhana (zero order, bivariat) dengan teknik Pearson Correlations. Interpretasi terhadap hubungan antar variabel dilakukan dengan mengkaji hubungan antar variabel serta di telaah kuat atau lemahnya korelasi. Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik yang digunakan untuk menentukan derajat hubungan antar variabel.

I. Langkah-langkah Penelitian

No. Agenda D E S J A N F E B M A R A P R M E I J U N J U L A G S 1 Pemantapan

Proposal 2 Pengajuan

Nama Pembimbing 3 Seminar

Proposal 4 Ujian

Komprehensif 5 Pemantapan

Instrumen 6 Penelitian Lapangan

7 Sidang Tahap I 8 Sidang Tahap


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan yang didapat, secara umum dapat disimpulkan bahwa penggunaan model project citizen berpengaruh signifikan terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa pada konsep Sistem hukum dan peradilan nasional di kelas X SMA Negeri 1 Cimahi.

Model Project Citizen dalam pembelajaran PKn dipandang mampu meningkatkan penanaman nilai-nilai anti korupsi terhadap siswa karena dengan metode ini siswa dapat terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat diterima dan dirasakan langsung oleh siswa, baik di kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan model ini siswa merasa senang dan tertantang untuk mengungkap berbagai masalah yang dikaji, model ini juga memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga sebagai modal siswa dalam kehidupannya.

Pembelajaran PKn dengan model Project Citizen dilaksanakan dengan beberapa langkah, yaitu : mengidentifikasi masalah, memilih masalah, mengumpulkan informasi, mengembangkan portofolio, menyajikan portofolio kelas, dan merefleksikan pengalaman belajar, model ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan model konvensional yang selama ini sering


(48)

digunakan dalam proses pembelajaran seperti ceramah, ceramah bervariasi, diskusi siswa dengan guru, yang lebih menitikberatkan pada aspek kognitif dan tekstual saja, akan tetapi dalam pembelajaran PKn dengan model Project Citizen semua aspek yang ada dalam diri siswa dapat tergali, yaitu aspek kognitif seperti mengetahui tentang masalah-masalah korupsi, afektif seperti menghayati dan turut merasakan bahwa korupsi adalah perbuatan yang salah dan merugikan banyak orang, dan psikomotor seperti para siswa memiliki keterampilan untuk mencegah dan menanggulangi perilaku korupsi.

2. Kesimpulan Khusus

Berdasarkan analisis data dan temuan yang diperoleh dari lapangan tentang pengaruh model Project Citizen terhadap penanaman nilai-nilai Anti Korupsi Siswa SMA Pada konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Terdapat perbedaan tingkat penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada Konsep Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Indonesiadengan model Project Citizen dalam Pembelajaran PKn dibandingkan model konvensional.

b. Keterlibatan siswa dalam mengidentifikasi masalah-masalah korupsi (X1) berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi (Y).

c. Keterlibatan siswa dalam memilih masalah-masalah korupsi (X2) berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi (Y).

d. Keterlibatan siswa dalam mengumpulkan masalah-masalah korupsi (X3) berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi (Y).


(49)

e. Keterlibatan siswa dalam mengembangkan portofolio kelas (X4) berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi (Y).

f. Keterlibatan siswa dalam menyajikan portofolio kelas (X5) berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi (Y).

g. Keterlibatan siswa dalam Refleksi pengalaman belajar portofolio kelas (X6) berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi (Y).

B. Rekomendasi 1. Untuk guru

Project Citizen dapat dijadikan alternatif dalam mengembangkan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif, kreatif dan percaya diri.

2. Untuk siswa

Project Citizen sebagai inovasi pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi dan kebutuhan belajar mereka, melatih keberanian berbicara, kepercayaan diri, sosialisasi dengan banyak orang khusus bagi para pejabat yang mungkin jarang dapat ditemui, serta melatih kreatifitas. Selain itu siswa dapat berpartisipasi aktif untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Project Citizen sebagai inovasi pembelajaran, harus terus dilaksanakan untuk mengembangkan pola pembelajaran yang bermakna (meaningfull), mengandung unsur nilai. Dari segi nilai-nilai anti korupsi agar diteliti lebih lanjut bahwa korupsi bukanlah hanya terjadi pada sektor pemerintahan saja, akan tetapi juga sudah memasuki ranah sipil.


(50)

4. Untuk sekolah

Project Citizen dapat dikembangkan sebagai suatu model pembelajaran, tidak hanya untuk guru PKn tapi juga guru-guru lain yang berkaitan dengan pengembangan potensi siswa.

5. Untuk Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Project Citizen dapat dikembangkan sebagai suatu model pembelajaran, tidak hanya untuk guru PKn tapi juga guru-guru lain yang berkaitan dengan pengembangan potensi siswa, selain itu dapat pula Project Citizen dijadikan ciri khas pembelajaran di kota Cimahi dengan sosialisasi lebih intensif kepada guru dan pejabat publik lainnya.

6. Untuk Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia

Project Citizen dapat dikembangkan sebagai suatu model Sosialisasi, kampanye dan Pendidikan Anti korupsi Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas) KPK dalam rangka pencegahan perilaku korupsi mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, (1987). Korupsi, sifat, sebab dan fungsi.LP3ES :Jakarta

Anam, S. (2005). INDRA DJATI SIDI Dari ITB Untuk Pembaruan Pendidikan. Jakarta: Teraju.

Arif, D. B. (2009). Kompetensi Kewarganegaraan untuk Pengembangan

Masyarakat Multikultural Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://baehaqiarif.wordpress.com/2009/10/08/kompetensi-kewarganegaraan- untuk-

pengembangan-masyarakat-multikultural-indonesia/ [15 November 2009]

Arif, D.B. (2009), “Kompetensi Kewarganegaraan Untuk Pengembangan

Masyarakat Multikultural Indonesia”, Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 2 (1), 98-112.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Atmasasmita, R. 2002. Korupsi, Good Governance dan Komisi Anti Korupsi di Indonesia.Jakarta; Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan HAM RI.

Branson, M.S. (1998). The Role of Civic Education. Calabasas: CCE.

Budimansyah, D (2001). “Apa dan Mengapa Model Pembelajaran Berbasis Portofolio?”. Makalah disampaikan pada Diklat Guru-guru PKN SLTP Jawa Barat di Lembang.

Budimansyah, D dan Suryadi, K. (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan-Sekolah Pascasarjana-Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah, D. (2008). “Revitalisasi Pembelajaran PKn melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen”, Acta civicus, Vol 1 No. 2, April 2008, 179-198.

Budimansyah, D. (2009). “Inovasi Pembelajaran Project Citizen”, Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

Chaniago, J (2010). Titik Persentasi Distribusi t dan Tabel r tersedia di http.//junaidichaniago.wordpress.com.


(52)

Cholisin, dkk. (2007). Ilmu Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Creswell, J.W.(1994).Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Thousand Oaks,London, New Delhi :Sage Publications.

Cogan, J.J. dan Derricot, R. (1998). Citizenship for the 21st Century: An International Perspective on Education. London: Kogan Page. Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah Bandung : Laboratorium

Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Djabbar,F. Fungsional Deputi Pencegahan KPK Dikutip dari Harian Media Indonesia, 11 September 2007, 2 halaman. Tersedia: http://www.kpk.go.id. (29 Oktober 2008).

Djahiri, K. (2002). Hakekat Pembelajaran AJEL (Active, Joyfull Efektive

Learning) Model Portofolio terpadu multi dimensional. Bandung : Lab. PKn –FPIPS UPI.

Djahiri, K (2003). Pemilihan Strategi dan Media Pembelajaran dan Portofolio Learning and Evaluation Based. Jakarta: Depdiknas.

DIKYANMAS KPK RI (2007).Pendidikan Anti korupsi untuk Pelajar. Jakarta : KPK RI.

DIKYANMAS KPK RI (2007). Warung Kejujuran sebuah upaya fasilitasi. Jakarta :KPK

RI.

Dimyati dan Mudjiono (2009) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Dornan, dan Maxwell (1996) Strategy to Success. Network TwentyOne.

Faisal, S. (1992). Format-format Penelitian Sosial (Dasar-dasar dan Aplikasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(53)

Hamzah,A(2007) Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional.Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Hart- NH (2001) Anti-Corruption Strategies In Indonesia, Bulletin of

Indonesian Economic Studies, Vol. 37, No. 1, 2001: 65–82(Online) tersedia di : Anticorruption.org

Heriati, T. (2005) Statistika Deskriptif. Bandung : Prisma Press

Huijbers, Theo (1982). Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah.Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Kalidjernih, F (2010) Penulisan Akademik (Esai, Makalah, Artikel Jurnal ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi).Bandung : Widya Aksara Press.

Kartono, K. 2002. Patologi Sosial, Jilid I, Divisi Buku Perguruan Tinggi. Jakarta; PT Raja Gravindo Persada.

Komalasari, K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn

Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP. Disertasi Doktor pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Komalasari, K. (2009), “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP ”, Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 2 (1), 76-97.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2007).Laporan Tahunan 2006 Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2007).Optimalisasi Pelayanan Publik Laporan Tahunan 2008 Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2007).Pahami Dulu Baru Lawan Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2008). Buku Panduan Guru, Modul Pendidikan Anti Korupsi tingkat SLTA/MA. Jakarta : KPK RI. Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2008).Pendidikan Anti


(54)

Korupsi: Aku Calon Pemimpin Bertanggungjawab, Disiplin, Jujur. Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2008).Pendidikan Anti Korupsi: Aku Calon Pemimpin Sederhana, Kerja keras, Mandiri. Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2008).Pendidikan Anti Korupsi: Aku Calon Pemimpin Adil, Berani, Peduli. Jakarta : KPK RI. Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage

Publications.

Maheka, Arya(2007).Mengenali dan Memberantas Korupsi. Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.

Moeljatno, (1959). Kitab Undang-undang Hukum Pidana (edisi baru).Yogyakarta :Bumi Aksara.

Noor, Idris HM.. (2007). Sebuah Tinjauan Teoritis Tentang Inovasi Pendidikan di Indonesia. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id. Html [27 November 2007]

Patrick, J.J. (2002). Improving civic education in school. New York: ERIC Digest.

Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta; Kerjasama antara Transparency Internastional Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.

Quigley, C.N. Buchanan, Jr. J.H., Bahmuellerf, C.F (1991). Civitas: A Framework for Civic Education. Calabasa:CCE.

Risbiyantoro, M (2005) Peranan Mahasiswa Dalam Memerangi Korupsi, Jakarta : Pembekalan Mahasiswa Anti Korupsi (Makalah).

Ristina. (2009). Pengaruh Project Citizen (Pembelajaran Berbasis Portofolio) Dalam PKn Terhadap Pengetahuan Warga Negara (Civic Knowledge). Tesis Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.


(55)

Riyanto, Astim (2003). Filsafat Hukum, Bandung

Sagala S (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Samsuri (2009), “objektivitas pancasila sebagai modal sosial warga negara

demokratis dalam pendidikan kewarganegaraan”, Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 2 (2), 169-180.

Sapriya dan Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Lab PKn UPI Bandung.

Sapriya. (2006). “Warganegara dan Teori Kewarganegaraan”. Dalam

Budimansyah, Dasim dan Syaifullah Syam (Ed). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan: Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri. Bandung: Lab. PKn FPIPS UPI

Sapriya. (2008). “Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan

Kewarganegaraan dalam pembangunan Karakter Bangsa (Sebuah Kajian Konseptual Filosofis PKn dalam konteks Pendidikan IPS), Acta civicus, Vol 1 No. 2, April 2008, 199-214).

Soebhan, S.R.(2000).Model Reformasi Birokrasi Indonesia.Jakarta : PPW LIPI Soewardi, H. (2004).Roda berputar Dunia bergulir.Bandung : Bakti Mandiri Solihatin, E dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning: Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, Numan, M ( 2001 ), Menggagas pembaharuan Pendidikan IPS, Remaja Rosdakarya- SPS UPI, Bandung

Sopiah, P. (2009). Pengaruh Aplikasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Portofolio Terhadap Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture). Acta Civicus, Vol. 2, No. 2, April 2009, 198-199.

Subandy, I. dan Iriantara, Y.(2003). Melawan Korupsi di Sektor publk. Bandung : SPI Press.


(56)

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Sudjana, D. (2005). Dasar-dasar Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan,

Handout;Program Pascasarjana UPI, Bandung. Sudjana N (1986) Dasar-dasar Statisika, Bandung : Tarsito

Suharno. (2004). “Membangun Birokrasi Yang berpihak kepada rakyat, Jurnal Civics Media Kajian Kewarganegaraan, Vol 1 No. 1, Juni 2004,70-76). Sumantri, E (2008).Globalisasi, reformasi dan Pendidikan Demokrasi, UNSUR

Cianjur(Makalah).

Sumantri, E (2008). An Outline Citizenship And Moral Education In Major Countries Of Southeast Asia. Bandung : CV. Bintang Warli Artika. Makmun SA (2009) Psikologi Kependidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya Tilaar, H.A.R.(1999).Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam

perspektif Abad 21. Magelang : Penerbit Tera Indonesia.

UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

UN Global Compact (2005) Tranparency And Anti Corruption (Online) tersedia di :

http://www.unglobalcompact.org/aboutthegc/thetenprinciples/anti-corruption.html

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Universitas Pendidikan Indonesia.(2008).Pedoman penulisan Karya Ilmiah.

Vontz, Metcalf dan Patrick (2000). Project Citizen And The Civic Development Of Adolescent Students In Indiana, Latvia And Lithuania. US Development:ERIC Indiana University.


(1)

Hamzah,A(2007) Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional.Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Hart- NH (2001) Anti-Corruption Strategies In Indonesia, Bulletin of

Indonesian Economic Studies, Vol. 37, No. 1, 2001: 65–82(Online) tersedia di : Anticorruption.org

Heriati, T. (2005) Statistika Deskriptif. Bandung : Prisma Press

Huijbers, Theo (1982). Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah.Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Kalidjernih, F (2010) Penulisan Akademik (Esai, Makalah, Artikel Jurnal ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi).Bandung : Widya Aksara Press.

Kartono, K. 2002. Patologi Sosial, Jilid I, Divisi Buku Perguruan Tinggi. Jakarta; PT Raja Gravindo Persada.

Komalasari, K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn

Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP. Disertasi Doktor pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Komalasari, K. (2009), “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP ”, Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 2 (1), 76-97.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2007).Laporan Tahunan 2006 Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2007).Optimalisasi Pelayanan Publik Laporan Tahunan 2008 Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2007).Pahami Dulu Baru Lawan Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2008). Buku Panduan Guru, Modul Pendidikan Anti Korupsi tingkat SLTA/MA. Jakarta : KPK RI. Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2008).Pendidikan Anti


(2)

Korupsi: Aku Calon Pemimpin Bertanggungjawab, Disiplin, Jujur. Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2008).Pendidikan Anti Korupsi: Aku Calon Pemimpin Sederhana, Kerja keras, Mandiri. Jakarta : KPK RI.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (2008).Pendidikan Anti Korupsi: Aku Calon Pemimpin Adil, Berani, Peduli. Jakarta : KPK RI. Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage

Publications.

Maheka, Arya(2007).Mengenali dan Memberantas Korupsi. Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.

Moeljatno, (1959). Kitab Undang-undang Hukum Pidana (edisi baru).Yogyakarta :Bumi Aksara.

Noor, Idris HM.. (2007). Sebuah Tinjauan Teoritis Tentang Inovasi Pendidikan di Indonesia. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id. Html [27 November 2007]

Patrick, J.J. (2002). Improving civic education in school. New York: ERIC Digest.

Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta; Kerjasama antara Transparency Internastional Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.

Quigley, C.N. Buchanan, Jr. J.H., Bahmuellerf, C.F (1991). Civitas: A Framework for Civic Education. Calabasa:CCE.

Risbiyantoro, M (2005) Peranan Mahasiswa Dalam Memerangi Korupsi, Jakarta : Pembekalan Mahasiswa Anti Korupsi (Makalah).

Ristina. (2009). Pengaruh Project Citizen (Pembelajaran Berbasis Portofolio) Dalam PKn Terhadap Pengetahuan Warga Negara (Civic Knowledge). Tesis Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.


(3)

Riyanto, Astim (2003). Filsafat Hukum, Bandung

Sagala S (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Samsuri (2009), “objektivitas pancasila sebagai modal sosial warga negara

demokratis dalam pendidikan kewarganegaraan”, Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 2 (2), 169-180.

Sapriya dan Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Lab PKn UPI Bandung.

Sapriya. (2006). “Warganegara dan Teori Kewarganegaraan”. Dalam

Budimansyah, Dasim dan Syaifullah Syam (Ed). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan: Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri. Bandung: Lab. PKn FPIPS UPI

Sapriya. (2008). “Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan

Kewarganegaraan dalam pembangunan Karakter Bangsa (Sebuah Kajian Konseptual Filosofis PKn dalam konteks Pendidikan IPS), Acta civicus, Vol 1 No. 2, April 2008, 199-214).

Soebhan, S.R.(2000).Model Reformasi Birokrasi Indonesia.Jakarta : PPW LIPI Soewardi, H. (2004).Roda berputar Dunia bergulir.Bandung : Bakti Mandiri Solihatin, E dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning: Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, Numan, M ( 2001 ), Menggagas pembaharuan Pendidikan IPS, Remaja Rosdakarya- SPS UPI, Bandung

Sopiah, P. (2009). Pengaruh Aplikasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Portofolio Terhadap Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture). Acta Civicus, Vol. 2, No. 2, April 2009, 198-199.

Subandy, I. dan Iriantara, Y.(2003). Melawan Korupsi di Sektor publk. Bandung : SPI Press.


(4)

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Sudjana, D. (2005). Dasar-dasar Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan,

Handout;Program Pascasarjana UPI, Bandung. Sudjana N (1986) Dasar-dasar Statisika, Bandung : Tarsito

Suharno. (2004). “Membangun Birokrasi Yang berpihak kepada rakyat, Jurnal Civics Media Kajian Kewarganegaraan, Vol 1 No. 1, Juni 2004,70-76). Sumantri, E (2008).Globalisasi, reformasi dan Pendidikan Demokrasi, UNSUR

Cianjur(Makalah).

Sumantri, E (2008). An Outline Citizenship And Moral Education In Major Countries Of Southeast Asia. Bandung : CV. Bintang Warli Artika. Makmun SA (2009) Psikologi Kependidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya Tilaar, H.A.R.(1999).Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam

perspektif Abad 21. Magelang : Penerbit Tera Indonesia.

UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

UN Global Compact (2005) Tranparency And Anti Corruption (Online) tersedia di :

http://www.unglobalcompact.org/aboutthegc/thetenprinciples/anti-corruption.html

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Universitas Pendidikan Indonesia.(2008).Pedoman penulisan Karya Ilmiah.

Vontz, Metcalf dan Patrick (2000). Project Citizen And The Civic Development Of Adolescent Students In Indiana, Latvia And Lithuania. US Development:ERIC Indiana University.


(5)

Wahab, AA (2007). Metode dan Model-model Mengajar IPS. Alfabeta : Bandung. Wahab AA dan Sapriya (2005) Teori dan Landasan Pendidikan

Kewarganegaraan. UPI Press Bandung

Wahyudin, (2009).Metodologi Penelitian Pendidikan.Bahan ajar mata kuliah SPs UPI.

Wiley, Jennifer. Multimedia Learning of History,

http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.aspBerita=Opini&id=126704 Winataputra, U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai

Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan.

Winataputra, U.S. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Pencerdasan Kehidupan Bangsa. Disampaikan pada Temu Sambut Guru Besar FKIP UT. Jakarta: FKIP UT.

Winataputra, U.S (2005). “Pengembangan Civic Culture dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar dan Menengah”. Jakarta: PPs Universitas Terbuka.

Winataputra, U.S. (2005) Landasan filosofis dan pedagogis pendidikan

Kewarganegaraan sebagai wahanapendidikkan demokrasi konstitusional Republik Indonesia, Semarang : Panitia SEMILOKA Nasional PKn, Makalah.

Winataputra, U.S 2007). “Inovasi dalam Pendidikan Kewarganegaraan:

Menjawab Problema Realitas, dan Tantangan Instrumental serta Praksis PKn di Sekolah dan Luar Sekolah”. Jakarta: PPs Universitas Terbuka. Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education: Konteks,

Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

Wragg, Ec. (1997). Keterampilan Mengajar Di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Grasindo


(6)

Wuryan, Sri dan Syaifullah, 2006. Ilmu Kewarganegaraan (Civics), Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Zamroni (2001) “Civic Education di Perguruan Tinggi: Urgensi dan

Metodologi”,Makalah seminar Nasional Pendidikan Kewargaan (Civic Education) di perguruan tinggi, Jakarta, 28-29 Mei.

Zamroni (2001) Pendidikan untuk demokrasi: Tantangan menuju Civil Society, Penerbit: Bigraf Publishing, Yogyakarta.

Zamroni (2002) Demokrasi dan Pendidikan Dalam Transisi: Perlunya Reorientasi Pengajaran Ilmu-Ilmu Sosial Di Sekolah Menengah. Pidato Pengukuhan Guru Besar Pada FIS UNY Yogyakarta: tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENANAMAN NILAI‐NILAI MORAL PADA SISWA STUDI KASUS DI SMA NEGERI I SUKOHARJO Penanaman Nilai –nilai Moral Pada Siswa Studi Kasus di SMA N ISukoharjo.

0 0 18

PENANAMAN NILAI‐NILAI MORAL PADA SISWA STUDI KASUS DI SMA NEGERI I SUKOHARJO Penanaman Nilai –nilai Moral Pada Siswa Studi Kasus di SMA N ISukoharjo.

0 0 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROYEK DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI TOLERANSI PADA KONSEP KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT : Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

0 0 39

PENDEKATAN KLARIFIKASI NILAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SEBAGAI POLA PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bandung.

1 6 323

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROJECT CITIZEN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN SISWA : Studi Eksperimen Kuasi di SMPN 2 Manggar Belitung Timur).

0 1 49

PENGARUH PROJECT CITIZEN TERHADAP KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN SISWA SMP: Studi Eksperimen Kuasi Pada Kelas VII SMP Kahuripan Lembang Bandung.

0 0 65

PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL PROJECT CITIZEN TERHADAP PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN SISWA SMA DALAMMATERI PEMAHAMAN PERSAMAAN GENDER (Studi Quasi-Experiment tentang Pembelajaran Model Project Citizen Dalam Mengembangkan Kompetensi Kewarganegaraan

1 2 73

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL-BUDAYA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI MULTIKULTURAL(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMA Yos Sudarso di Jeruklegi Kabupaten Cilacap).

0 2 54

PENGARUH MODEL PROJECT CITIZEN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL ipi325613

0 1 20

PENGUATAN NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 2 Karanganyar)

0 0 13