Analisis Perbandingan Konsep Keesaan Tuhan Dalam Al-Qur'an Menurut Quraish Shihab Dan Konsep Keesaan Tuhan Dalam Alkitab Menurut Saksi-Saksi Yehuwa.
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN KONSEP KEESAAN TUHAN DALAM AL-QUR'AN MENURUT QURAISH SHIHAB DAN KONSEP KEESAAN TUHAN
DALAM ALKITAB MENURUT SAKSI-SAKSI YEHUWA Oleh :
Restu Nur Karimah
Penelitian ini mengungkap komparasi antara konsep keesaan Tuhan yang terdapat dalam al-Qur'an dengan konsep keesaan Tuhan yang terdapat dalam Alkitab, sesuai dengan penafsiran dan pendapat ahlinya masing-masing. Dalam hal ini konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an didasarkan pada penafsiran Quraish Shihab, sedangkan konsep keesaan Tuhan yang terdapat dalam Alkitab didasarkan kepada pendapat tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. Penelitian ini menganalisis perbandingan dari konsep-konsep yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, yaitu mengenai pandangan terhadap Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan kedudukan roh kudus, melalui sudut pandang al-Qur'an dan Alkitab. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan memberikan cara pandang yang berbeda terhadap konsep keesaan Tuhan dalam kitab suci selain al-Qur'an sehingga menimbulkan sikap arif dan bijak dalam menyikapi berbagai perbedaan yang timbul kemudian. Dari latar belakang penelitian, kemudian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif, dan menggunakan pendekatan kualitatif yang dimaksudkan untuk memberikan eksplanasi dan pemaparan mendetail mengenai jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian. Data-data yang diperoleh dalam penelitian berasal dari studi literatur terhadap Tafsir Al-Miṣbāh dan referensi-referensi khusus dari Saksi-Saksi Yehuwa, serta wawancara langsung terhadap Muhammad Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam dan Alkitab sebagai kitab suci Saksi-Saksi Yehuwa ternyata memiliki keterkaitan atau benang merah mengenai konsep-konsep keesaan Tuhannya, meskipun tidak sepenuhnya sama, namun esensinya berkaitan dan mirip. Al-Qur'an menguak secara tegas dan jelas mengenai keesaan Allāh, begitu juga dengan Alkitab yang menandaskan tentang keesaan Allah Yehuwa. Al-Qur'an dan Alkitab menolak adanya pribadi lain yang dapat disejajarkan atau menyamai Tuhan. Baik dalam al-Qur'an maupun Alkitab sama-sama tidak mengakui kebenaran konsep Tritunggal, dan menolak Isa as. atau Yesus Kristus beserta roh kudus sebagai bagian dari Ketuhanan.
Kata kunci : Monoteisme, Quraish Shihab, Saksi-Saksi Yehuwa, Tritunggal, Isa, Yesus, Roh Kudus
(2)
ABSTRACT
COMPARATIVE ANALYSIS OF THE CONCEPT OF GOD’S SINGULARITY IN AL-QUR'AN ACCORDING TO QURAISH SHIHAB
AND THE CONCEPT OF GOD’S SINGULARITY IN THE BIBLE OF JEHOVAH’S WITNESSES
By :
Restu Nur Karimah
The research reveals the comparison between the concept of God’s singularity in al-Qur'an and the one in the Bible, according to the interpretation and opinion of different experts. In this regard, the concept of God’s singularity in al-Qur'an is based on the interpretation of Quraish Shihab, whereas the concept of God’s singularity in the Bible is based on the opinion of Jehovah’s Witnesses. The research analyzes the comparison of concepts pertaining to God’s singularity, particularly in terms of the view of Trinity, the position of Isa as. (‘alaihissalām) or Jesus Christ, and the position of the Holy Spirit, from the perspectives of al-Qur'an and the Bible. It is expected that this research will provide different perspectives of the concept of God’s Singularity in the holy books other than al-Qur'an, in order to evoke wisdom and sagacity in addressing various differences resulting from this concept. Departing from this background, the researcher formulated three research questions. Meanwhile, the research adopted descriptive comparative method using qualitative approach, aimed at providing explanations and detail accounts of the answers to the research questions. The data for this research were obtained from literature review of Tafsir Al-Miṣbāh and references from Jehovah’s Witnesses, as well as direct interviews with Muhammad Quraish Shihab and figures of Jehovah’s Witnesses. It is found that there is interconnection or a red thread between al-Qur'an as the holy book of Muslim people and the holy bible of Jehovah Witnesses on the concept of God’s singularity. Although the two do not share an exactly similar concept, essentially there are many interrelations and similarities. Al-Qur'an asserts and explains the singularity of God, and the same concept of God’s singularity is emphasized in the bible of Jehovah’s Witnesses. In addition, both Al -Qur'an and the Bible reject any being paralleled to or equated with God. Both al-Qur'an and the Bible also do not acknowledge the concept of Trinity and reject Isa as. or Jesus Christ as well as the Holy Spirit as a part of the Divinity.
Keywords : Monotheism, Quraish Shihab, Jehovah Witnesses, Trinity, Isa, Jesus, The Holy Spirit
(3)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui watak dan nilai agama tersebut serta dampaknya bagi kehidupan. Sebab, ketuhanan merupakan titik sentral yang menjadi landasan dan sumber pemikiran serta tindakan, dan menjadi tujuan tempat kembali bagi pemeluk agama yang bersangkutan (Ali, 2008, hal. 3).
Dalam perjalanan sejarah agama, konsep ketuhanan telah memenuhi benak manusia dari generasi pertama sampai generasi-generasi sesudahnya, dan generasi kita dewasa ini. Banyak penggambaran manusia akan Tuhan. Ada yg menggambarkan sebagai dewa-dewa yang hampir setara dengan manusia, tetapi pada tempat yang lain Tuhan sebagai penguasa otoriter yang merendahkan manusia dengan membebaninya dosa warisan, sehingga ia tidak dapat bangkit dengan usahanya sendiri untuk menebus kesalahannya tanpa bantuan Tuhan. Demikian beragam konsep ketuhanan yang berkembang dalam pemikiran manusia sepanjang sejarahnya (Ali, 2008, hal. 4).
Konsep keesaan Tuhan merupakan suatu titik sentral. Kita bisa menyebut konsep ini merupakan ‘aqīdaħ, dan ini yang menyatukan pribadi-pribadi dalam satu ikatan yang dianggap benar, yaitu agama. Dimana semua agama yang mengakui bahwa mereka benar, dengan penuh kesadaran moral hanya mempercayai satu Tuhan yang patut untuk disembah (Ali, 2008, hal. 26). Keesaan diperlukan untuk menjamin kesederhanaan dan kebulatan pengabdian manusia. Tidak boleh ada kompromi tentang ajaran keesaan Ilahi (Smith, 1999, hal. 391). Konsepsi keesaan memang beraneka ragam dan berbeda-beda. Keesaan itu bukan hanya tujuan, melainkan titik berangkat menuju kebenaran. Keesaan yang demikian disebut keesaan dialektis estologis, artinya keesaan tersebut sudah ada dan akan hadir. Keesaan bukanlah sesuatu yang statis yang dituju, akan tetapi bersifat dinamis (Wijaya, 1996, hal. 36).
(4)
Namun banyak kesimpangsiuran yang terjadi dalam prakteknya pada masa kini. Konsep monoteisme (ajaran agama yang mempercayai adanya satu Tuhan; Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, hal. 928), mulai mengalami berbagai perubahan yang disebabkan oleh berbagai macam interpretasi pemikiran manusia.
Sebagai contoh, yaitu konsep keesaan Tuhan yang diajarkan Alkitab mulai
mengalami pergeseran makna karena ―sebagaimana yang ditunjukkan sejarah―
munculnya doktrin-doktrin pemikiran gereja yang memaksa paham Kekristenan mempercayai bahwa ada tiga pribadi Tuhan dalam satu. Itulah yang kemudian melahirkan konsep Kekristenan yang sekarang dianut oleh orang-orang Kristen (Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 1989, hal. 3).
Dalam agama Islam, konsep keesaan Tuhan sudah tergambar sangat jelas dalam kitab suci, yaitu al-Qur'an. Golongan manapun yang mengakui dirinya
beragama Islam ―baik Sunni ataupun Syī’ah, baik dia menganut ma hab
apapun― akan sependapat dalam mengatakan bahwa tiada Tuhan selain Allāh.
Tidak ada keraguan atau kontradiksi pada konsep keesaan Tuhan dalam agama Islam (Mubarok, 1985, hal. ix). Seluruh cendekiawan agama dan penafsir al-Qur'an setuju bahwa konsep keesaan Tuhan dalam Islam adalah satu, yang dikenal dengan sebutan tauḥīd. Tauḥīd berasal dari bahasa Arab waḥḥada - yuwaḥḥidu - tauḥīd yang artinya meng-esakan. Jadi tauḥīd berarti mengesakan Tuhan pencipta alam semesta, yang tidak ada sekutu baginya dengan keyakinan yang bulat. Akar terpenting dalam agama Islam yang ditunjuk al-Qur'an adalah tauḥīd, pengakuan
keesaan Allāh sebagai satu-satunya Tuhan yang at-Nya tidak terbagi dan segala sifat-sifatnya. Tauḥīd merupakan inti dari agama dan merupakan fundamen bagi tegaknya agama Islam (Amir, 1984, hal. 11). Oleh sebab itu, maka Tuhan itu Esa di dalam at-Nya (tidak ada benda di dunia ini yang menyamai at Tuhan), Tuhan Esa di dalam sifatnya (tidak ada makhluk di dunia ini yang mempunyai sifat-sifat ketuhanan seperti Allāh), Tuhan Esa di dalam namanya (Allāh hanya ditujukan kepada Tuhan itu sendiri), Tuhan Esa di dalam perbuatannya (tidak ada perbuatan makhluk yang bisa menyamai perbuatan Tuhan, Esa dalam hak menerima peribadatan dari makhluk. Artinya Allāh itu tidak terbilang lebih dari satu (Amir, 1984, hal. 29-30).
(5)
Begitu pentingnya mengkaji konsep keesaan Tuhan (tauḥīd) ini dalam Islam, sehingga semua umat muslim diwajibkan bukan hanya mengetahui kulit luarnya saja, tetapi wajib mempelajari hakikat dan substansinya lebih detail agar diperoleh pemahaman yang menyeluruh. Berbagai buku-buku, tafsir, buletin, majalah, artikel, telah dibuat untuk mengkaji dan membahas tauḥīd. Semuanya bersumber dari satu sumber, yaitu al-Qur'an. Oleh karena itu, konsep keesaan Tuhan dalam Islam, sebaiknya dipelajari dari dari ulama-ulama yang memiliki pemikiran terbuka dalam menafsirkan konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an itu sendiri, contohnya Quraish Shihab. Beliau merupakan tokoh penafsir al-Qur'an yang memiliki pandangan luas dan terbuka dalam melakukan penafsiran. Quraish Shihab merupakan cendekiawan muslim yang sangat aktif dalam mengembangkan berbagai pemahaman tentang al-Qur'an, tanpa melibatkan nilai-nilai skeptisisme, subjektivitas, dan ego keagamaan.
Sementara itu, kenyataan sejarah menunjukkan bahwa meskipun gereja didirikan atas dasar iman pada Tuhan sebagaimana disaksikan dalam Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru), namun telah tumbuh berbagai aliran-gereja-gereja yang mempunyai ajaran teologis atau doktrin (dogma) gereja yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tafsiran atau interpretasi terhadap Alkitab. Meskipun Alkitab hanya satu, namun berbagai penafsiran Alkitab dilakukan oleh gereja-gereja dalam konteks sejarah dan budaya yang berbeda-beda (Wijaya, 1996, hal. 37-38). Kemudian, perbedaan pemahaman konsep keesaan Tuhan ini melahirkan berbagai sekte, dan hal ini sangat mendasar. Perbedaan ini salah satunya disebabkan beragamnya versi terjemahan dari Alkitab itu sendiri. Sebagai contoh, Alkitab Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia yang digunakan oleh masyarakat Kristen secara umum dan Alkitab Terjemahan Dunia Baru yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Ini merupakan dua contoh versi dari terjemahan Alkitab. Hal ini menyebabkan muncul satu golongan menganggap golongan lain sesat dengan adanya perbedaan mengenai ini. Misalnya gereja Kristen yang memandang sesat Saksi-Saksi Yehuwa. Hal ini jelas membuktikan salah satu ciri dari sebuah fanatisme yang tumbuh menjadi ego keagamaan (Mubarok, 1985, hal. ix).
(6)
Pada masa Yesus masih hidup, masalah ketuhanan tidak pernah menjadi persoalan, karena Yesus jelas mengajarkan monoteisme sebagaimana ajaran yang diajarkan oleh Taurat Musa. Orang tidak tertarik untuk menghubungkan ajaran ketuhanan dengan agama-agama Hellenisme, karena sudah sangat jelas perbedaannya. Timbulnya perbedaan paham ketuhanan disebabkan oleh pikiran-pikiran dalam mengkompromikan ajaran monoteisme Injil dengan filsafat Yunani dan Romawi yang sedang tumbuh subur saat itu. Pemikiran ini dicetuskan oleh Paulus, seorang terpelajar yang menguasai dengan baik Perjanjian Lama dan filsafat Yunani sekaligus (Mubarok, 1985, hal. 6-7).
Saksi-Saksi Yehuwa merupakan sebuah sekte atau aliran agama Kristen yang sepenuhnya menerapkan konsep bahwa Allah Yehuwa itu Esa, tidak ada pribadi Ketuhanan lain yang setara dengan Yehuwa. Hal tersebut sangat menarik untuk ditelaah, sebab konsep yang mereka yakini cukup kontradiktif dengan konsep Tritunggal yang dianut oleh masyarakat Kristen pada umumnya. Mereka menyembah Yehuwa sebagai satu-satunya Allah yang benar, mereka percaya bahwa Alkitab hanya mengajarkan paham monoteis. Mereka tidak mempercayai adanya doktrin Tritunggal, karena Tritunggal sendiri bukanlah ajaran yang diajarkan oleh Alkitab (Saksi-Saksi Yehuwa, 2003, hal. 403).
Perbedaan konsep keesaan Tuhan dalam satu agama dengan agama lainnya, terkadang dapat menimbulkan sikap sinis atau skeptisisme terhadap agama lain, yang menimbulkan perdebatan tak berujung dan lebih lanjut mengakibatkan fanatisme agama yang berlebihan. Semua agama menganggap bahwa agama mereka benar. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang baik mengenai perbedaan konsep kebenaran tersebut sehingga kita mampu menilai dengan tepat pemikiran atau tingkah laku kegamaan tertentu. Bahkan ketika kita berpegang teguh terhadap suatu kebenaran itu tunggal, maka masih mungkin untuk melakukan toleransi atau menunjukkan sikap terbuka terhadap pemikiran agama lain mengenai kebenaran (Wach, 1994, hal. 12-13). Semua agama akan menganggap dirinya benar secara mutlak, dan menganggap pandangan agama lain tidak benar. Untuk mengetahui hakikat suatu kebenaran, maka manusia harus mengetahui apa yang dianggap tidak benar, sehingga bisa mengukur kebenaran
(7)
dari sesuatu, secara berdasar dan tidak sewenang-wenang mempersalahkan sesuatu tanpa dasar yang jelas.
Kita sebagai manusia beragama, dengan mempelajari berbagai pandangan beragama, dapat menentukan sikap dan lebih arif dalam menyikapi berbagai perbedaan ini, sehingga akan menghasilkan suatu perspektif yang sempurna tentang apa arti pengalaman keagamaan. Karena tidak benar jika ingin menguji kepercayaan kita sendiri, kita harus membenci dan menghina orang-orang yang memiliki kepercayaan lain. Karena pada dasarnya, kebenaran tidak bersifat tunggal, tetapi berarti sejumlah sifat, yang melalui kebijaksanaan pemikiran manusia menjadi berdimensi banyak dan memungkinkan semua ragam orang dapat menemukan pemahaman yang layak (Wach, 1994, hal. XL).
Karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengeksplorasi mengenai konsep di atas serta menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul Analisis Perbandingan Konsep Keesaan Tuhan dalam Al-Qur'an Menurut Quraish Shihab dan Konsep Keesaan Tuhan dalam Alkitab Menurut Saksi-Saksi Yehuwa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi satu langkah awal untuk menciptakan pemahaman yang baik dan objektif mengenai permasalahan yang muncul pada keragaman dalam kehidupan beragama.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan sebuah permasalahan pokok yaitu mengenai bagaimana analisis perbandingan atau komparasi dari konsep keesaan Tuhan dalam Islam berdasarkan al-Qur'an menurut pendapat Qurasih Shihab dan konsep keesaan Tuhan menurut Saksi-Saksi Yehuwa berdasarkan Alkitab, serta perbandingan aspek-aspek yang berkaitan dengannya, yaitu tentang Tritunggal, kedudukan Nabi Isa as. atau Yesus Kristus, dan Roh Kudus, baik dalam al-Qur'an maupun dalam Alkitab.
Pemaparan mengenai konsep keesaan Tuhan, penjelasan konsep Tritunggal, kedudukan Isa as. dan roh kudus menurut al-Qur'an akan diwakili oleh penafsiran dan pendapat Quraish Shihab, seorang mufassir (ahli tafsīr) yang sangat produktif, mumpuni, dan menghasilkan karya-karya tafsir yang dapat dengan mudah
(8)
dipahami oleh semua kalangan, baik yang sudah lama belajar Islam maupun yang baru akan mempelajari Islam. Sedangkan pemaparan mengenai konsep keesaan Tuhan, penjelasan konsep Tritunggal, kedudukan Yesus Kristus, dan Roh Kudus akan diwakili oleh penafsiran terhadap Alkitab Terjemahan Dunia Baru yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa, yang dimana meskipun mereka adalah salah satu dari sekian banyak sekte dalam agama Kristen, namun konsep keesaan Tuhannya cukup kontradiktif dengan Kristen yang menganut Tritunggal pada umumnya yang disebabkan oleh perbedaan dari terjemahan Alkitab yang mereka gunakan dengan Alkitab yang digunakan oleh penganut Kristen pada umumnya. Kemudian konsep keesaan Tuhan menurut kedua pendapat ini akan dibandingkan untuk diketahui persamaan maupun perbedaannya.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka dirumuskan satu rumusan masalah umum, yaitu : bagaimanakah gambaran analisis perbandingan konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab sebagai ulama tafsir dan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, serta perbandingan pandangan tentang Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan kedudukan roh kudus di dalamnya?
Adapun rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab?
2. Bagaimanakah konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa?
3. Bagaimanakah perbandingan antara konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dengan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) mengenai analisis perbandingan konsep keesaan Tuhan menurut Quraish Shihab sebagai ulama tafsir
(9)
dan menurut Saksi-Saksi Yehuwa yang didasarkan pada Alkitab. Serta memberikan perbandingan mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengannya, yaitu tentang Tritunggal, kedudukan Nabi Isa as. atau Yesus Kristus, dan roh kudus, baik dalam al-Qur'an menurut penafsiran Quraish Shihab, maupun dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa. Sehingga penelitian ini akan memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan dan perbandingan (komparasi) antara konsep-konsep tersebut. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah : 1. Mengetahui konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish
Shihab.
2. Mengetahui konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa.
3. Mengetahui perbandingan antara konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dengan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa.
E. Manfaat dan Signifikansi Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi kepada dua, yaitu : 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif, berupa pemaparan mengenai analisis perbandingan pandangan konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, serta mengetahui pembahasan mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengannya, yaitu tentang Tritunggal, posisi Nabi Isa as. atau Yesus Kristus, dan Roh Kudus, baik dalam al-Qur'an, maupun dalam Alkitab. Dengan adanya pengetahuan mengenai konsep ini, diharapkan bisa mengubah pandangan skeptis mengenai agama-agama di luar agama yang dianut, dan menjadikan kita menjadi lebih terbuka dalam menerima berbagai perbedaan yang muncul dalam kehidupan beragama. Penelitian ini diharapkan bisa mendekatkan hubungan antar manusia yang berlainan agama, sehingga lebih mudah terjadi pertemuan ide atau alam pikiran antar agama. Dengan
(10)
memahami agama lain, maka orang Islam dapat mempelajari Islam dengan cara yang lebih mudah dipahami dan sederhana.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berhubungan dengan pendidikan, penelitian kegamaan atau penelitian mengenai perbandingan agama, seperti : a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan temuan mengenai analisis perbandingan (komparasi) konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an dengan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab. Dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi khazanah ilmu keagamaan yang belum pernah dibahas sebelumnya. b. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam, diharapkan bisa
menambah informasi keilmuan tentang studi agama yang saat ini belum terlalu diminati untuk dibahas secara lebih mendalam oleh mahasiswa, sehingga bisa diterapkan dalam perkuliahan dan menjadi acuan dasar yang bermanfaat, dan menjadikan mahasiswa lain tertarik untuk membahas permasalahan yang serupa dan mengembangkannya menjadi lebih baik. Penelitian ini juga diharapkan bisa merubah pandangan menghakimi terhadap agama di luar Islam, sehingga terciptalah sebuah pemikiran yang moderat dan adil.
c. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini bisa mengubah cara pandang diri sendiri terhadap kebenaran dan menunjukkan bahwa agama-agama lain yang datang, baik sebelum maupun sesudah Islam, merupakan pengantar terhadap kebenaran tentang agama Islam yang lebih luas dan lebih penting, untuk kemudian memahami Islam dengan baik sebagai satu-satunya agama yang sempurna.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi penyusunan atau sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
(11)
latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
BAB II : Merupakan bab kajian pustaka. Pada bab ini dipaparkan mengenai teori-teori yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti oleh penulis.
BAB III : Merupakan bab metode penelitian. Pada bab ini dijelaskan mengenai desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, jenis dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, dan analisis data penelitian.
BAB IV : Merupakan bab temuan dan pembahasan. Dalam bab ini dipaparkan mengenai hasil temuan dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis.
BAB V : Merupakan bab simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Dalam bab ini penulis memberikan simpulan dari hasil temuan dan pembahasan, implikasi penelitian ini bagi dunia pendidikan, rekomendasi bagi pihak-pihak yang bersangkutan, serta penutup dari hasil temuan dan pembahasan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.
(12)
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan perencanaan untuk memilih sumber-sumber daya dan data yang akan dipakai untuk diolah dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (Umar, 2004, hal. 6). Secara umum, desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagan Desain Penelitian
Masalah Penelitian
Kerangka Konseptual Tujuan Penelitian
Pertanyaan Penelitian
Metode Penelitian
Memilih Tempat dan Partisipan Penelitian
Menghimpun dan Menganalisis Data
Menafsirkan Data
Kesimpulan
1. Reduksi Data 2. Display Data
(13)
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas, sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran manusia, baik secara individual maupun kelompok (Sutopo & Arief, 2010, hal. 1). Menurut Krik dan Miller sebagaimana dikutip oleh Sastradipoera (2005, hal. 314), bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan yang secara fundamental tergantung pada pengamatan terhadap manusia dan kawasannya sendiri dan berkaitan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya, ini mengandung arti bahwa penelitian kualitatif bekerja dengan tetap mempertahankan isi dan bentuk perilaku manusia dan menganalisis kualitasnya.
Adapun Sugiyono (2011, hal. 15) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivism yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti menjadi instrumen kuncinya. Penelitian kualitatif bersifat induktif, artinya peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi (Sutopo & Arief, 2010, hal. 1-2).
Penelitian dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini, bertujuan untuk menjawab tiga permasalahan penelitian yang memerlukan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh, untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan. Adapun tiga pertanyaan penelitian tersebut telah dipaparkan dalam rumusan masalah.
B. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang artinya cara atau jalan (Izzan, 2011, hal. 97). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hal. 910), metode dapat diartikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuatu dengan yang dikehendaki, dan metode merupakan alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan atau suatu cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan. Sedangkan penelitian memiliki arti kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara
(14)
sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, hal. 1028).
Sugiyono (2011, hal. 6) mengemukakan bahwa pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Metode penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam masyarakat atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 911). Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data dalam penelitiannya.
Penentuan metode pengumpulan data tergantung pada jenis data dan sumber data yang digunakan, oleh karena itu ada beberapa metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Metode Literature Research
Metode literature research atau kajian pustaka atau juga sering disebut dengan studi literatur, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, makalah, majalah, serta artikel-artikel guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori. Dengan jenis metode ini, informasi dapat diambil secara lengkap untuk menentukan tindakan ilmiah dalam penelitian (Subagyo, 1999, hal. 109).
Dilihat dari jenis dan sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, maka metode literature research ini digunakan untuk memperoleh informasi atau keterangan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis, yaitu tentang konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an diperoleh dari buku Tafsir Al-Miṣbāh karya Quraish Shihab dan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab diperoleh dari literatur-literatur yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Literatur-literatur ini juga digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pendapat Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa berkenaan tentang konsep Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep roh kudus.
(15)
2. Metode Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis, sehingga metode ini disebut juga dengan metode analitik. Penelitian deskriptif berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data-data, menganalisis dan menginterpretasinya (Achmadi, 2011, hal. 44).
Penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Zuriah, 2006, hal. 23). Menurut Nawawi (1993, hal. 64) terdapat dua ciri-ciri pokok metode deskriptif, yaitu : (1) Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang). (2) Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional.
Adapun teknik penerapan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis perbandingan (studi komparatif) karena penelitian ini mencoba mengeksplorasi perbandingan dua variabel yaitu konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, yang di dalamnya juga akan dibandingkan beberapa aspek yang berkaitan dengan pembahasan, yaitu perbandingan pandangan tentang konsep Tritunggal, kedudukan Nabi Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep roh kudus, baik dalam al-Qur'an menurut penafsiran Quraish Shihab, maupun dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa.
C. Definisi Operasional
Menurut Sarwono (2006, hal. 27) definisi operasional ialah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.
Untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sehingga akan muncul kesamaan persepsi
(16)
dan landasan berfikir antara peneliti dan pembaca demi menghindari adanya kesalahan interpretasi dalam memahami penelitian ini.
1. Analisis
Analisis adalah proses penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, hal. 37).
Analisis yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis terhadap perbandingan konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, dan analisis perbandingan beberapa aspek di dalamnya, yaitu analisis perbandingan pandangan terhadap konsep Tritunggal, kedudukan Nabi Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep roh kudus.
2. Perbandingan
Istilah perbandingan, dalam bahasa Inggris disebut dengan
comparison. Perbandingan adalah menyamakan dua hal yang berbeda untuk
mengetahui persamaan atau perbedaannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, hal. 131).
Perbandingan dalam penelitian ini merupakan perbandingan konsep keesaan Tuhan di dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dengan konsep keesaan Tuhan di dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, yang di dalamnya akan dibandingkan juga beberapa aspek, yaitu perbandingan pendapat tentang konsep Tritunggal dalam al-Qur'an dan Alkitab, perbandingan kedudukan Isa as. dalam al-Qur'an atau Yesus Kristus dalam Alkitab, serta perbandingan mengenai konsep roh kudus.
3. Konsep
Menurut Hidayat (2011, hal. 9), konsep bisa diartikan sebagai rancangan suatu ide atau gagasan, atau dapat dikatakan sebuah rancangan dasar dari rencana. Konsep juga diartikan sebagai pokok pikiran yang
(17)
mendasari seluruh pemikiran. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hal. 725), konsep berarti ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkrit.
Konsep merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena dengan ciri atau kekhasan yang sama. Suatu konsep adalah suatu abstraksi dari fenomena yang diamati. Konsep merupakan sepatah kata yang menyatakan kesamaan-kesamaan (commonalities) diantara peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi yang diamati dan membedakan fenomena dari peristiwa dan situasi lain. Konsep digunakan dalam berbagai cara penelitian kualitatif, tergantung pada tujuan kajian, untuk melanjutkan suatu pemahaman tentang konsep, atau melahirkan teori dasar formal (formal grounded theory) (Sastradipoera, 2005, hal. 248).
Konsep yang dibahas dan dijelaskan dalam penelitian ini adalah konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab dan konsep keesaan Tuhan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, serta konsep mengenai Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep roh kudus.
4. Quraish Shihab
Beliau merupakan seorang cendekiawan muslim di Indonesia yang menekuni bidang tafsīr ayat-ayat al-Qur'an. Beliau memiliki kredibilitas yang memadai sebagai mufassir, karena latar belakang keluarga dan pendidikannya. Beliau merupakan ahli tafsir yang diakui dunia, seperti yang disampaikan oleh pemerhati karya tafsir Nusantara, Howard M. Federspiel (2012) yang mengungkapkan mengenai keahlian M. Quraish Shihab sebagai berikut :
M. Quraish Shihab also known as a powerful writer and speaker. Based on a solid scientific background which he travelled trough formal education and supported by it’s ability to convey their opinions and ideas in simple, but straightforward, rational, and a moderate trend of thought, he appeared as a speaker and writer who can be accepted by all levels of society.
(18)
5. Saksi-Saksi Yehuwa
Saksi-Saksi Yehuwa adalah masyarakat Kristen yang terdapat di seluruh dunia yang bersaksi dengan aktif mengenai Allah Yehuwa dan maksud tujuan-Nya berkenaan dengan umat manusia untuk mengabarkan kabar baik Kerajaan Allah Yehuwa. Kepercayaan mereka didasarkan hanya pada Alkitab (Saksi-Saksi Yehuwa, 2003, hal. 328). Dari sini dapat kita ketahui bahwa Saksi-Saksi Yehuwa merupakan salah satu sekte dalam agama Kristen yang sedikit banyak memiliki perbedaan dengan penganut Kristen pada umumnya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat pengumpul data yang diperlukan saat peneliti sudah sampai pada tahap mengumpulkan informasi di lapangan. Hasan (2002, hal. 76), mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran, dalam hal ini untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Karena penelitian adalah melakukan suatu pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati haruslah baik.
Salah satu dari sekian banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah manusia sebagai instrumen atau alat penelitian. Menurut Sugiyono (2011, hal. 59-60), yang menjadi instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif merupakan human instrument yang berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian kualitatif, oleh karena itu disebutkan bahwa the researcher is the key instrument.
Moleong (2007, hal. 14), menyatakan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Menurut Nasution, sebagaimana dikutip Sugiyono (2011, hal. 60), dalam penelitian kualitatif manusia dijadikan instrumen dengan alasan bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang
(19)
diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu berlangsung. Dalam keadaan yang demikian, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Menurut Nasution dan Sugiyono (2010, hal. 61), peneliti sebagai instrumen penelitian yang ideal karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. (2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam sekaligus. (3) Tiap situasi merupakan keseluruhan. Suatu situasi melibatkan interaksi manusia, tidak dapat diketahui dengan pengetahuan semata. (4) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. (5) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan feedback untuk memperoleh penegasan perubahan, perbaikan, atau penjelasan.
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah Restu Nur Karimah, yaitu peneliti itu sendiri. Dikarenakan peneliti merupakan instrumen kunci dari penelitian ini, maka dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana penelitian, pelaksana penelitian, pengumpul data penelitian, penganalisis dan penafsir data penelitian, penyimpul data hasil penelitian, dan pelapor seluruh hasil penelitian. Oleh karena itu, peneliti harus siap dan menguasai wawasan terhadap bidang yang akan diteliti.
E. Jenis dan Sumber Data
Menurut Arikunto (2006, hal. 129), yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data penelitian diperoleh. Sesuai dengan pendekatan penelitian yang telah peneliti paparkan sebelumnya, yaitu penggunaan pendekatan kualitatif, maka data yang menjadi sumber juga merupakan data kualitatif. Data kualitatif juga merupakan data dalam bentuk bukan angka, yaitu data yang hadir atau dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, ungkapan narasi, dan gambar (Sastradipoera, 2005, hal. 353). Data dapat berupa teks, dokumen, gambar,
(20)
foto, artefak, atau obyek-obyek lainnya yang ditemukan selama melakukan penelitian (Sarwono, 2006, hal. 223).
Dalam penelitian ini, jenis data yang diperoleh adalah jenis data tekstual, karena data penelitian ini diperoleh dari hasil studi literatur (literature reseacrh) dan wawancara (interview). Data wawancara pada awalnya ada yang bersifat
digital atau hasil rekaman, kemudian diterjemahkan oleh peneliti menjadi data
berupa teks atau laporan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih akurat langsung dari sumbernya.
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, oleh karena itu sumber datanya disebut sumber data primer.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Tafsīr Al-Miṣbāh karya
Quraish Shihab, dan juga buku-buku atau literatur yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam penafsiran ayat-ayat Alkitab yang berkenaan dengan penelitian ini, untuk memaparkan hasil temuan serta dalam penelitian ini.
Sumber data primer lainnya dalam penelitian ini adalah beberapa ayat dalam al-Qur'an dan beberapa ayat dalam Alkitab yang berhubungan dengan konsep keesaan Tuhan, Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan roh kudus. Dikarenakan sangat banyak ayat yang menegaskan konsep tersebut baik dalam al-Qur'an maupun Alkitab, maka peneliti hanya mengambil beberapa contoh ayat untuk dibahas.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Sumber datanya disebut sumber data sekunder. Data sekunder ini berfungsi sebagai pelengkap dan pembanding data primer yang digunakan dalam penelitian, serta sarana pendukung memahami dan menjelaskan permasalah yang dibahas oleh peneliti.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini yaitu pendapat langsung dari M. Quraish Shihab mengenai konsep keesaan Tuhan, pandangan
(21)
terhadap Tritunggal, kedudukan Isa as. dan konsep roh kudus dalam al-Qur'an, serta pendapat langsung dari tokoh Saksi-Saksi Yehuwa mengenai konsep keesaan Tuhan, pandangan terhadap Tritunggal, kedudukan Yesus Kristus, dan konsep roh kudus dalam Alkitab. Pendapat langsung ini diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti secara langsung. Selain itu, peneliti juga mengambil data dari beberapa website dan film dokumenter yang relevan sebagai sumber data penunjang dalam pembahasan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011, hal. 224), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama suatu penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian, untuk memperoleh data yang objektif diperlukan pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang relevan. Dengan metode apapun, pengumpulan data haruslah dilatih terlebih dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan. Yang penting bagi penelitian adalah bahwa metode-metode tersebut dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan peneliti. Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian (Noor, 2013, hal. 138).
Data-data dalam penelitian ini dihimpun melalui literatur-literatur yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian, serta melalui rekaman hasil wawancara langsung terhadap sumber data yang kemudian diterjemahkan menjadi laporan hasil wawancara. Berikut ini adalah teknik yang dilakukan peneliti dalam rangka memperoleh data penelitian. Ditinjau dari cara atau metode pengumpulannya, terdapat beberapa metode pengumpulan data, yaitu :
1. Metode Studi Pustaka (Book Survey)
Studi kepustakaan sangat penting untuk dilakukan, karena data-data primer atau data utama penelitian diperoleh dengan metode studi pustaka ini. Langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti dalam studi kepustakaan adalah sebagai berikut : (1) Menentukan permasalah atau topik yang akan dikaji. (2) Mengumpulkan ayat-ayat dalam al-Qur'an dan Alkitab yang
(22)
berhubungan dengan konsep keesaan Tuhan beserta aspek-aspek yang berkaitan dengannya, seperti pembahasan Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep Roh Kudus. (3) Mempelajari dan meneliti ayat-ayat dalam al-Qur'an dan Alkitab yang berhubungan dengan konsep keesaan Tuhan beserta aspek-aspek yang berkaitan dengannya, seperti pembahasan Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan konsep Roh Kudus. (4) Mencari, mengumpulkan, dan mempelajari literatur-literatur yang relevan untuk memperoleh data pustaka guna menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. (5) Membandingkan dan menganalisis hasil kajian dari permasalahan penelitian untuk kemudian dipaparkan.
2. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara (interview) merupakan metode untuk mendapatkan data dengan cara komunikasi dua arah. Estenberg dalam Sugiyono (2011, hal. 317) mendefinisikan wawancara (interview) dengan :
“A meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about particular topic.”
Wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk melengkapi dan memperkuat data-data yang diperoleh melalui metode studi pustaka. Wawancara untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in depth interview) dengan menggunakan jenis wawancara semi-terstruktur. Tujuan dilakukannya wawancara ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Adapun wawancara dilakukan langsung kepada M. Quraish Shihab dan Perish Panggabean, Beni Sagala, serta Nurhayati selaku tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa.
Pada wawancara semi-terstruktur ini, daftar topik dan pedoman wawancara (pertanyaan pemandu) berfungsi untuk memudahkan pewawancara agar dapat mengajukan pertanyaan inti maupun pertanyaan tambahan untuk menggali lebih jauh mengenai jawaban sumber data. Pedoman wawancara juga berfungsi untuk mengarahkan wawancara sehingga tidak menyimpang. Adapun langkah-langkah yang digunakan
(23)
peneliti dalam wawancara adalah sebagai berikut : (1) Menentukan permasalah atau topik yang akan dikaji yang terdapat dalam pertanyaan penelitian. (2) Menentukan tempat dan partisipan yang dijadikan sumber data, dalam hal ini Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. (3) Menghubungi pihak-pihak yang akan diwawancarai. (4) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan membuat pedoman wawancara (terlampir). (5) Melakukan wawancara secara langsung dengan Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. (6) Merekam dan mencatat data hasil wawancara. (7) Menerjemahkan hasil rekaman wawancara yang berupa data digital menjadi data tekstual (terlampir). (8) Membandingkan dan menganalisis data yang telah didapatkan melalui wawancara dengan Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa guna melengkapi data yang diperoleh melalui metode studi pustaka.
G. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen sebagaimana dikutip Moloeng (2007, hal. 248), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis sebagaimana yang terdapat dalam penelitian kualitatif, yaitu dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Dalam penelitian ini, pertama-tama peneliti melakukan studi literatur terhadap sumber-sumber data yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian, yang kemudian dilengkapi dengan data-data yang berasal dari hasil wawancara langsung terhadap sumber data. Setelah wawancara dilakukan, maka peneliti menganalisis hasil jawaban wawancara atau data mentah yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. Karena kesempatan wawancara terhadap Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa terbatas, maka peneliti melakukan wawancara secara efektif sehingga diperoleh data yang dianggap memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan melalui dua metode di atas,
(24)
selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data yang telah ditentukan untuk kemudian dikomparasikan.
Miles dan Huberman, sebagaimana dikutip Sugiyono (2011, hal. 247) berpendapat bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu terdiri dari data reduction,
data display, dan conclusion drawing (verification).
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi dari peneliti. Karena data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks, dan rumit, sehingga peneliti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang data yang dianggap kurang diperlukan (Sugiyono, 2011, hal. 338-339).
Reduksi data dalam penelitian ini adalah dengan mereduksi hasil temuan yang diperoleh melalui studi pustaka, yaitu data yang berasal dari Tafsir Al-Miṣbāh dan referensi-referensi dari Saksi-Saksi Yehuwa. Kemudian peneliti mereduksi jawaban-jawaban dari hasil wawancara secara langsung kepada Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. 2. Mendisplaykan Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka data kemudian perlu disajikan (didisplay) Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya (Sugiyono, 2011, hal. 341). Mendisplaykan data akan memudahkan untuk memahami keseluruhan isi penelitian secara detail.
Penyajian data dalam penelitian ini berupa teks yang bersifat naratif deskriptif dan dalam bentuk tabel. Hasil uraian yang diperoleh melalui studi pustaka kemudian dipadupadankan dengan hasil uraian wawancara langsung yang dilakukan terhadap Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. Setelah itu data didisplay dengan tabel untuk memudahkan analisis perbandingan konsep-konsep dari data temuan yang telah diperoleh.
(25)
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2011, hal. 345). Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menjawab masalah-masalah penelitian berdasarkan hasil penelitian.
Karena sebelumnya peneliti telah merumuskan tiga masalah dalam penelitian ini, maka penarikan kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk menjawab ketiga rumusan masalah tersebut, yaitu mengenai konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab, konsep keesaan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, dan perbandingan antara kedua konsep tersebut, beserta perbandingan beberapa konsep dari aspek yang diteliti, yaitu pandangan terhadap Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan roh kudus. Penarikan kesimpulan dilakukan setelah data didisplay dalam bentuk teks maupun dalam bentuk tabel perbandingan, yang kemudian tabel perbandingan tersebut diinterpretasikan dalam bentuk teks naratif deskriptif pula.
(26)
DAFTAR PUSTAKA
__________.(2000). Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama
RI. Semarang: Toha Putra.
__________.(2002). Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Achmadi, C. N. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Ali, Y. (2008). Kajian Tematik Al-Qur'an Tentang Ketuhanan. Bandung: Angkasa. Amir, D. (1984). Ilmu Tauhid. Solo: Ramadhani.
Amiruddin, A. (2004). Tafsir Al-Qur'an Kontemporer : Juz 'Amma Jilid I. Bandung: Khazanah Intelektual.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ashshiddieqy, T. M. (1999). Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Bakhtiar, A. (2007). Filsafat Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bokhari, R., & Seddon, M. (2011). The Illustrated Encyclopedia of Islam. (D. Wulandari, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Deedat, A. (1995). The Choice : Islam and Christianity. (D. S. Utomo, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Federspiel, H. (2012, January 5). Biography of Muhammad Quraish Shihab. Retrieved April 13, 2015, from Biography Collection: http://biobraphycollection.blogspot.com
Hanafi, A. (1981). Ketuhanan : Sepanjang Ajaran Agama-Agama dan Pemikiran
Manusia. Jakarta: Bulan Bintang.
Harahap, S., & Nasution, H. B. (2003). Ensiklopedia Akidah Islam. Jakarta: Kencana.
Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hidayat, R. (2011). Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih. Skripsi Pada FPIPS Bandung: tidak diterbitkan.
Husein, M. (2008). Hakikat Islam : Sebuah Pengantar Menuju Kaffah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Idris, A. (1991). Sejarah Injil dan Gereja. Jakarta: Gema Insani. Izzan, A. (2011). Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur.
(27)
Jacobs, D. T. (1982). Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru? Yogyakarta: Kanisius.
Mahmuddin. (2008). Rahasia di Balik Asmaul Husna. Yogyakarta: Mutiara Media. Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mubarok, A. (1985). Perbandingan Agama Islam dan Kristen : Studi Tentang
Sakramen Gereja. Bandung: Pustaka.
Nasution, H. (1973a). Falsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, H. (1973b). Falsafat dan Mistisime dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nawawi, H. (1993). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Ofm, D. N. (1987). Kristologi : Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius.
Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab. (1989). Haruskah Kita Percaya Terhadap
Tritunggal? Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rasjidi, H. (1983). Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Saksi-Saksi Yehuwa. (2003). Bertukar Pikiran Mengenai Ayat Alkitab. Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab.
Saksi-Saksi Yehuwa. (2012). Siapakah Yang Melakukan Kehendak Yehuwa
Dewasa Ini? Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia. (2005). Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia. (2008). Tokoh Terbesar Sepanjang Masa. Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia. (2014). Panduan Belajar Firman Allah. Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Salim, A. (1967). Keterangan Filsafat Tentang Tauhid, Taqdir, dan Tawakkal. Jakarta: Tintamas.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sastradipoera, K. (2005). Mencari Makna Dibalik Penulisan Skripsi, Tesis, dan
(28)
Shihab, M. Q. (2002aII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 2). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002bIII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 3). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002cIV). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 4). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002dVI). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 6). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002eVII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 7). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002fVIII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (Vol. 8). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002gIX). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 9). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002hXI). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (Vol. 11). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002iXII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 12). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002jXIII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 13). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002kXV). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 15). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2003). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 8). Jakarta: Lentera Hati.
Smith, H. (1999). The Religions of Man. (S. Bahar, Trans.) Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Subagyo, A. (1999). Studi Kelayakan : Teori dan Aplikasi . Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta.
Susabda, Y. B. (2010). Mengenal dan Bergaul dengan Allah. Yogyakarta: ANDI. Sutopo, A. H., & Arief, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif. Jakarta:
(29)
Troubleblood, D. (1994). Philosophy of Religion. (M. Rasjidi, Trans.) Jakarta: Bulan Bintang.
Umar, H. (2004). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wach, J. (1994). The Comparative Study of Religions. (D. Djamannuri, Trans.) Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jehovah Witnesses : Faith In Action Part I (2010). [Motion Picture].
Wijaya, H. C. (1996). Jalan Menuju Keesaan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Wikipedia Indonesia. (2015). Muhammad Quraish Shihab. Retrieved February 15,
2015, from Wikipedia Ensiklopedia Bebas:
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab
Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
(1)
selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data yang telah ditentukan untuk kemudian dikomparasikan.
Miles dan Huberman, sebagaimana dikutip Sugiyono (2011, hal. 247) berpendapat bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu terdiri dari data reduction, data display, dan conclusion drawing (verification).
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi dari peneliti. Karena data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks, dan rumit, sehingga peneliti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang data yang dianggap kurang diperlukan (Sugiyono, 2011, hal. 338-339).
Reduksi data dalam penelitian ini adalah dengan mereduksi hasil temuan yang diperoleh melalui studi pustaka, yaitu data yang berasal dari Tafsir Al-Miṣbāh dan referensi-referensi dari Saksi-Saksi Yehuwa. Kemudian peneliti mereduksi jawaban-jawaban dari hasil wawancara secara langsung kepada Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa.
2. Mendisplaykan Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka data kemudian perlu disajikan (didisplay) Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya (Sugiyono, 2011, hal. 341). Mendisplaykan data akan memudahkan untuk memahami keseluruhan isi penelitian secara detail.
Penyajian data dalam penelitian ini berupa teks yang bersifat naratif deskriptif dan dalam bentuk tabel. Hasil uraian yang diperoleh melalui studi pustaka kemudian dipadupadankan dengan hasil uraian wawancara langsung yang dilakukan terhadap Quraish Shihab dan tokoh-tokoh Saksi-Saksi Yehuwa. Setelah itu data didisplay dengan tabel untuk memudahkan analisis perbandingan konsep-konsep dari data temuan yang telah diperoleh.
(2)
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2011, hal. 345). Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menjawab masalah-masalah penelitian berdasarkan hasil penelitian.
Karena sebelumnya peneliti telah merumuskan tiga masalah dalam penelitian ini, maka penarikan kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk menjawab ketiga rumusan masalah tersebut, yaitu mengenai konsep keesaan Tuhan dalam al-Qur'an menurut Quraish Shihab, konsep keesaan dalam Alkitab menurut Saksi-Saksi Yehuwa, dan perbandingan antara kedua konsep tersebut, beserta perbandingan beberapa konsep dari aspek yang diteliti, yaitu pandangan terhadap Tritunggal, kedudukan Isa as. atau Yesus Kristus, dan roh kudus. Penarikan kesimpulan dilakukan setelah data didisplay dalam bentuk teks maupun dalam bentuk tabel perbandingan, yang kemudian tabel perbandingan tersebut diinterpretasikan dalam bentuk teks naratif deskriptif pula.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
__________.(2000). Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI. Semarang: Toha Putra.
__________.(2002). Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. Jakarta: Saksi-Saksi
Yehuwa Indonesia.
Achmadi, C. N. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Ali, Y. (2008). Kajian Tematik Al-Qur'an Tentang Ketuhanan. Bandung: Angkasa. Amir, D. (1984). Ilmu Tauhid. Solo: Ramadhani.
Amiruddin, A. (2004). Tafsir Al-Qur'an Kontemporer : Juz 'Amma Jilid I. Bandung: Khazanah Intelektual.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ashshiddieqy, T. M. (1999). Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Bakhtiar, A. (2007). Filsafat Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bokhari, R., & Seddon, M. (2011). The Illustrated Encyclopedia of Islam. (D. Wulandari, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Deedat, A. (1995). The Choice : Islam and Christianity. (D. S. Utomo, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Federspiel, H. (2012, January 5). Biography of Muhammad Quraish Shihab. Retrieved April 13, 2015, from Biography Collection: http://biobraphycollection.blogspot.com
Hanafi, A. (1981). Ketuhanan : Sepanjang Ajaran Agama-Agama dan Pemikiran Manusia. Jakarta: Bulan Bintang.
Harahap, S., & Nasution, H. B. (2003). Ensiklopedia Akidah Islam. Jakarta: Kencana.
Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hidayat, R. (2011). Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih. Skripsi Pada FPIPS Bandung: tidak diterbitkan.
Husein, M. (2008). Hakikat Islam : Sebuah Pengantar Menuju Kaffah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Idris, A. (1991). Sejarah Injil dan Gereja. Jakarta: Gema Insani. Izzan, A. (2011). Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur.
(4)
Jacobs, D. T. (1982). Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru? Yogyakarta: Kanisius.
Mahmuddin. (2008). Rahasia di Balik Asmaul Husna. Yogyakarta: Mutiara Media. Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mubarok, A. (1985). Perbandingan Agama Islam dan Kristen : Studi Tentang Sakramen Gereja. Bandung: Pustaka.
Nasution, H. (1973a). Falsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, H. (1973b). Falsafat dan Mistisime dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Nawawi, H. (1993). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Ofm, D. N. (1987). Kristologi : Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius.
Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab. (1989). Haruskah Kita Percaya Terhadap Tritunggal? Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rasjidi, H. (1983). Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Saksi-Saksi Yehuwa. (2003). Bertukar Pikiran Mengenai Ayat Alkitab. Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab.
Saksi-Saksi Yehuwa. (2012). Siapakah Yang Melakukan Kehendak Yehuwa Dewasa Ini? Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia. (2005). Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia. (2008). Tokoh Terbesar Sepanjang Masa. Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia. (2014). Panduan Belajar Firman Allah. Jakarta: Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia.
Salim, A. (1967). Keterangan Filsafat Tentang Tauhid, Taqdir, dan Tawakkal. Jakarta: Tintamas.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sastradipoera, K. (2005). Mencari Makna Dibalik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Kappa-Sigma.
(5)
Shihab, M. Q. (2002aII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 2). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002bIII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 3). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002cIV). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 4). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002dVI). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (Vol. 6). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002eVII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 7). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002fVIII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (Vol. 8). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002gIX). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 9). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002hXI). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (Vol. 11). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002iXII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 12). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002jXIII). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 13). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2002kXV). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 15). Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M. Q. (2003). Tafsīr Al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian al -Qur'an (Vol. 8). Jakarta: Lentera Hati.
Smith, H. (1999). The Religions of Man. (S. Bahar, Trans.) Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Subagyo, A. (1999). Studi Kelayakan : Teori dan Aplikasi . Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta.
Susabda, Y. B. (2010). Mengenal dan Bergaul dengan Allah. Yogyakarta: ANDI. Sutopo, A. H., & Arief, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif. Jakarta:
(6)
Troubleblood, D. (1994). Philosophy of Religion. (M. Rasjidi, Trans.) Jakarta: Bulan Bintang.
Umar, H. (2004). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wach, J. (1994). The Comparative Study of Religions. (D. Djamannuri, Trans.) Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jehovah Witnesses : Faith In Action Part I (2010). [Motion Picture].
Wijaya, H. C. (1996). Jalan Menuju Keesaan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Wikipedia Indonesia. (2015). Muhammad Quraish Shihab. Retrieved February 15,
2015, from Wikipedia Ensiklopedia Bebas:
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab
Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.