Literature Review Pentingnya Media Pembe
APRESIASI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Pentingnya Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa
di Sekolah Dasar
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Imam Santoso 1815163331
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
Literatur Review : Pentingnya Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Siswa di Sekolah Dasar
Abstrak
Dari hasil kajian ini didapat beberapa temuan bahwa media pembelajaran mempunyai peran
penting dalam setiap proses pembelajaran, khususnya di kelas rendah, karena siswa kelas rendah
belum mampu berpikir abstrak, sehingga materi yang diajarkan oleh guru perlu divisualisasikan
dalam bentuk yang lebih nyata/kongkrit. Selanjutnya, penggunaan media dalam proses
pembelajaran dapat pula memberikan pengalaman bermakna bagi para peserta didik. Dalam
tataran praksis media dapat dirancang melalui lima langkah antara lain: (1) media harus
dirancang sesederhana mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami oleh siswa; (2) media
hendaknya dirancang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan; (3) media hendaknya
dirancang tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat anak-anak menjadi bingung; (4) media
hendaknya dirancang dengan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak
mengurangi makna dan fungsi media itu sendiri; (5) media dapat dirancang dalam bentuk model,
gambar, bagan berstruktur, dan lain-lain, tetapi dengan bahan yang murah dan mudah didapat
sehingga tidak menyulitkan guru dalam merancang media dimaksud. Temuan terakhir bahwa
penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat berimplikasi pada tiga hal, antara lain pada
diri guru, pada diri siswa dan pada proses pembelajaran di ruang kelas.
Kata-Kata Kunci: Media pembelajaran,kualitas pembelajaran
I.
Pendahuluan
siswa
Dalam perkembangan yang semakin cepat
ini,
pendidikan
berkembang
pun
mengikuti
juga
semakin
perkembangan
zaman. Berbicara soal pendidikan, tidak
dapat dilepaskan dari proses pembelajaran
di ruang kelas. Pembelajaran di ruang kelas
mencakup dua aspek penting yakni guru dan
siswa. Guru mempunyai tugas mengajar dan
belajar.
mengkomunikasikan
Mengajar
adalah
sesuatu
kepada
seseorang atau sekelompok orang dengan
maksud agar mereka mengetahui atau
mengerti apa yang diajarkan oleh guru
kepadanya
(Depdikbud
dalam
Suka,
1982:18). Sedangkan belajar dapat diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku
melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya
(Hamalik,1990:4).
Perlu
disadari bahwa pembelajaran itu merupakan
suatu system, yang di dalamnya terdapat
sejumlah
komponen
yang
saling
berhubungan satu sama lainnya dalam
rangka
mencapai
tujuan.
Beberapa
komponen dimaksud meliputi: (1) tujuan, (2)
bahan/materi
ajar,
(3)
metoda,
(4)
alat/media dan, (5) evaluasi (Ali,1992:30).
Karena pembelajaran merupakan suatu
system maka keberhasilan pembelajaran
sangat
ditentukan
oleh
sejauh
mana
efektifitas tiap-tiap komponen tersebut
berinteraksi.
Kata
ediu
edia
dalam kelas diduga merupakan salah satu
penyebab lemahnya mutu belajar siswa.
Media sebagai salah satu komponen dalam
sistem itu, mempunyai fungsi sebagai sarana
komunikasi non-verbal. Sebagai salah satu
komponen sistem, berarti media mutlak
harus ada atau harus dimanfaatkan di dalam
setiap pembelajaran. Dikatakan demikian
sebab jika salah satu komponen itu tidak ada
maka hasil yang 3 diperoleh tidak akan
maksimal. Terkait dengan hal itu, Carpenter
dan
Dale
(dalam
e yataka : bah a belajar
partisipasi da
berasal dari bahasa Lati
ya g berarti
pera tara
pe ga tar . Lebih la jut, edia
atau
erupaka
Darma,1983:6)
latiha .
e erluka
Belajar pada
dasarnya melakukan aktivitas, maka dalam
proses pembelajaran para siswa perlu
banyak berpartisipasi. Partisipasi siswa
sarana penyalur pesan atau informasi
dapat
belajar yang hendak disampaikan oleh
mendengarkan,
sumber
merasakan, dan memikirkan. Terkait hal
pesan
kepada
sasaran
atau
dilakukan
dengan
melihat,
menulis,
penerima pesan tersebut. Penggunaan
tersebut
media
membantu
mengemukakan betapa pentingnya media
pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan
pembelajaran dalam proses belajar para
oleh Danim bahwa hasil penelitian telah
siswa.
banyak
pengajaran
dapat
membuktikan
efektivitas
penggunaan alat bantu atau media dalam
proses belajar-mengajar di kelas, terutama
dalam hal peningkatan prestasi siswa.
Terbatasnya media yang dipergunakan
Carpenter
jalan
dan
Dale
Namun, apa yang diharapkan secara ideal
dalam urian di atas dan jika dikaitkan dengan
realitas di lapangan, khususnya dalam
proses
pembelajaran
pada
jenjang
pendidikan Sekolah Dasar, masih sangat jauh
dari yang diharapkan. Secara realitas pada
melainkan dapat menggunakan media yang
jenjang pendidikan SD ada kecendrungan
bervariasi.
para guru masih terpaku pada 5 pendekatan
pembelajaran akan lebih baik menggunakan
verbal dengan metoda ceramah tanpa
berbagai media atau menggunakan media
menggunakan
yang
media
dalam
Artinya,
kondusif
di
dalam
terhadap
materi
setiap
yang
mengkomunikasikan materi pelajaran pada
dipelajari siswa. Sejalan dengan itu Sulaiman
siswa. Adanya kecendrungan seperti itu di
(1981:8) mengatakan bahwa alat-alat audio-
satu sisi, dan di sisi lain rendahnya kualitas
visual tidak saja menghasilkan cara belajar
pembelajaran di Indonesia yang bermuara
yang efektif dalam waktu yang lebih singkat
pula pada rendahnya kualitas Human
tetapi apa yang diterima melalui alat-alat
Depelovment
media
audio-visual lebih lama dan lebih baik tinggal
pembelajaran menjadi issu menarik untuk
dalam ingatan. Namun, kajian-kajian yang
dikaji lebih dalam lagi. Memang selama ini
dilakukan beberapa pakar di atas belum
telah ada ahli yang mengkaji persoalan ini,
menekankan pentingnya penggunaan media
seperti Wilkinson, telah mengkaji persoalan
dalam proses pembelajaran di ruang kelas,
serupa de ga
edia
terlebih lagi tidak mengkaji penggunaan
merupakan alat mengajar dan belajar. Di
media dalam pembelajaran bagi siswa di
mana alat ini harus ada untuk memenuhi
kelas rendah. Oleh karena itu issu ini sangat
kebutuhan/keperluan siswa dalam proses
menarik untuk dikaji lebih mendalam lagi.
pe belajara
Index,
membuat
si pula :
Bakhtiar
bah a
:
. I i berarti
II.
Pembahasan
di dalam proses pembelajaran, baik siswa
maupun guru sama-sama memerlukan alat
Media sebagai Alat Komunikasi Non-Verbal
tersebut (media) agar kebutuhan yang
Media pembelajaran dalam konteks ini
beragam dari kurikulum dan siswa secara
mengandung makna alat bantu mengajar
individual
atau
dapat
terpenuhi
melalui
alat-alat
komunikasi
non-verbal.
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Di
Sebagai alat bantu penyalur informasi dalam
bagian lain Bakhtiar (1986) juga menjelaskan
proses pembelajaran, media perlu dirancang
bahwa di dalam pembelajaran hendaknya
sedemikian
tidak terpaku pada satu media saja
dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
rupa
sehingga
dapat
Dengan rancangan media yang efektif dan
yang bisa digunakan untuk menunjang
efisien
mempermudah
proses pembelajaran di ruang kelas. Namun,
pemahaman siswa atas materi pelajaran
dalam konteks ini dapat diidentifikasi tujuh
yang disampaikannya. Hal ini sejalan dengan
jenis media pembelajaran antara lain:
guru
dapat
apa yang dikatakan oleh Hamalik (1980 : 23)
bahwa media pembelajaran adalah alat-alat
komunikasi yang dapat mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara guru dan
1. Realthing adalah manusia (pengajar)
benda yang sesungguhnya (bukan gambar,
atau model) dan pristiwa yang sebenarnya
terjadi.
siswa dalam pembelajaran di ruang kelas.
Hal senada dikemukakan pula oleh Suparno
2. Verbal representation adalah media
(1987:1) bahwa media pembelajaran adalah
tulis/cetak, misalnya buku teks, refrensi, dan
suatu alat yang dipakai sebagai saluran
bahan bacaan lainnya.
untuk menyampaikan suatu pesan yang
3. Grafhic representation adalah berupa
dalam hal ini adalah pesan dari guru kepada
chart, diagram, gambar, atau lukisan.
siswa.
4. Still picture seperti foto, slide, film strif,
Jadi di dalam sebuah proses komunikasi
dan OHP. Still picture kadang-kadang dapat
antara guru dan siswa perlu ada alat
berupa gambar hitam-putih, dan dapat pula
komunikasi, yang dalam proses belajar-
berupa gambar berwarna.
mengajar disebut media pembelajaran.
Maka media bisa dikonotasikan dengan
istilah
alat
konteks
dala
pendidikan
pe didika . Dala
alat
5. Audio (recording) seperti pita kaset, reel
tape, piringan hitam, sound track pada film
ataupun pita pada video tape.
didefinisikan
sebagai apa saja yang dapat dijadikan
6. Program adalah kumpulan informasi yang
perantara
berurutan. Program bisa berbentuk verbal,
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan.
(buku teks) visual, maupun video.
Jenis Media Pembelajaran
7. Simulations. Media ini kita kenal dengan
istilah simulation
Dari penelusuran berbagai sumber yang ada
secara umum sebenarnya banyak media
and game, yaitu suatu
permainan yang menirukan kejadian yang
sebenarnya.
Selain tujuh kategori media yang dapat
usia ini belum mampu berpikir abstrak
digunakan sebagai alat bantu dalam proses
sehingga materi yang diajarkan perlu
pembelajaran di ruang kelas sebagaimana
divisualisasikan dalam bentuk yang nyata.
diuraikan di atas sebenarnya masih ada lagi
Dengan cara seperti itu, dapat membantu
media yang lain seperti papan tulis, meja,
anak-anak
kursi, dan sebagainya. Semua media
berbagai pengetahuan yang diajarkan oleh
ini
disebut media material, sebab semuanya
kongkret, dalam arti dapat dilihat dengan
mata. Media material ini disebut juga
sebagai alat ba tu
isual , sebab dapat
dalam
proses
internalisasi
guru dalam proses pembelajaran.
Implikasi Penggunaan Media dalam Proses
Pembelajaran di Ruang Kelas
membantu memvisualisasikan hal-hal yang
Implikasi terhadap Guru
abstrak menjadi hal yang bersifat kongkrit
Penggunaan
media
(nyata). Penggunaan alat bantu visual dalam
pembelajaran
di
proses
dengan
berimplikasi terhadap beberapa hal antara
pandangan Dwyer (1967) salah seorang
lain, terhadap guru uitu sendiri, terhadap
tokoh aliran realisme yang menegaskan
siswa, dan terhadap proses pembelajaran di
bahwa belajar yang sempurna hanya dapat
ruang kelas. Implikasi penggunaan media
tercapai jika menggunakan bahanbahan
terhadap guru dapat berupa memudahkan
visual yang mendekati realitas. Hal ini sejalan
dirinya
pula dengan pandangan Milar, dkk., (1957)
pembelajaran. Dikatakan demikian sebab
yang mengatakan bahwa makin banyak sifat
dengan menggunakan media guru tidak
bahan visual yang menyerupai realitas, maka
terlalu banyak menghafal materi yang akan
semakin mudah pula terjadinya proses
diajarkan. Selain itu dengan alat bantu
belajar pada diri siswa.
Pada praktiknya
mengajar (media pembelajaran) guru dapat
penggunaan media visual, lebih banyak
lebih terstruktur di dalam menyampaikan
digunakan pada anak-anak yang berusia 7-
materi karena sudah dirancang sebelumnya,
13 tahun atau pada anak-anak sekolah
dan sudah disediakan dalam bentuk media
dasar, dibandingkan pada anak-anak sekolah
itu
menengah ke atas, sebab anak-anak pada
pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran
sejalan
dalam
sendiri.
dalam
ruang
kelas
mencapai
Dengan
demikian
proses
dapat
tujuan
jelas
dapat memudahkan guru dalam melakukan
menggunakan media yang baik dan menarik
transfer
perhatian siswa.
pengetahuan
(trenfer
of
konwledge) dan pada gilirannya dapat
mencapai
tujuan
pembelajaran
Implikasi terhadap Siswa
secara
efektif dan efisien. Bukan hanya itu, dengan
menggunakan media guru dapat lebih
mudah mengoragnisir materi pelajaran,
sehingga penyajian materi pelajaran dapat
dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
Selain
berimplikasi
penggunaan
media
terhadap
guru,
dalam
proses
pembelajaran di ruang kelas ternyata
berimplikasi pula terhadap diri siswa itu
sendiri. Dalam sebuah proses pembelajaran
siswa sering hanya dipandang sebagai obyek
Namun demikian, harus diakui pula bahwa
penggunaan
media
bagi
merepotkan dirinya, sebab
guru
dapat
menyiapak
media yang sesuai dengan bahan yang akan
dajarkan bukanlah pekerjaan mudah. Sebab
selain,
pembuatannya
rumit,
juga
memerlukan biaya yang tidak sedikit,
sehingga guru harus rela mengeluarkan
koceknya
untuk
hal
tersebut.
Jadi,
berdasarkan uraian di atas dapat dipahami
bahwa pengguanan media dalam proses
pembelajaran di ruang kelas tidak hanya
berimplikasi positif bagi diri guru itu sendiri
semata. Padahal seharusnya selain sebagai
objek siswa juga harus diperlakukan sebagai
subjek
didik
dalam
sebuah
proses
pembelajaran. Konskuensi dari pernyataan
tersebut, guru dalam memberi materi
pelajaran
terhadap
siswa
hendaknya
memperhatikan kemampuan dan keinginan
siswa. Jika guru dalam proses pembelajaran
memandang siswa sbagai objek atau klient
semata, maka guru tersebut masih melihat
fungsi guru
tertinggi
sebagai pemegang otoritas
keilmuan
dan
sebagai
Susilo
(2007:87)
indoktrinator.
tetapi juga berimplikasi negatif. Namun
demikian, sebagai seorang guru mau tidak
Terkait
mau, suka tidak suka untuk bisa mencapai
mengatakan : setiap orientasi pendidikan
hasil yang efetif dan efisien dalam proses
dapat dikaji berdasarkan empat dimensi
pembelajaran di sekolah wajib dalam
yang ada, yakni dimensi status anak didik,
melakukan
dimensi
proses
pembelajaran
dengan
peran
pengajaran,
dan
itu
guru,
dimensi
dimensi
materi
manajemen
pendidikan.
Masing-masing
dimensi
seterusnya. Jika hal ini bisa dilakukan oleh
kutub ekstrem yang
guru, dan dalam proses pembelajaran selalu
terentang secara kontinyu. Dimensi status
berpegang pada prinsipprinsip pedagogis,
anak didik terentang dari anak berstatus
ditambah penggunaan alat bantu mengajar
sebagai objek atau klient, dan anak didik
maka bukan merupakan keniscayaan jika
berstatus sebagai subjek atau warga belajar.
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
Dimensi kedua adalah fungsi guru yang
sebelumnya akan tercapai secara efektif dan
terentang dari kutub fungsi guru sebagai
efisien.
pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan
menjadi senang dan betah mengikuti
indoktrinator, sampai pada kutub lain guru
pelajaran di sekolah, yang pada gilirannya
sebagai fasilitator dan motivator dalam
akan dapat berimplikasi pada perubahan
proses pendidikan. Dimensi yang ketiga
sikap dan perilaku siswa itu sendiri.
mempunyai dua
adalah materi pendidikan, yang memiliki
rentang dari yang bersifat materi oriented
Dengan
demikian
siswa
akan
Implikasi terhadap Proses Pembelajaran di
Ruang Kelas
atau subjek oriented sampai problem
adalah
Telah dipahami bahwa proses pembelajaran
manejemen pendidikan yang terentang dari
di ruang kelas merupakan kegiatan yang
manjemen yang bersifat sentralistis sampai
paling pokok dari keseluruhan proses
manajemen yang bersifat desentralistis atau
pendidikan.
school-based management.
mengandung arti bahwa berhasil tidaknya
oriented.
Dimensi
keempat
Dari keempat dimensi yang ada seharusnya
guru selalu berpegang pada kutub kedua
dari dimensi-dimensi yang ada, seperti siswa
harus dipandang sebagai subjek dan bukan
sebagai objek semata. Demikian pula guru
dalam mengajar harus melihat fungsinya
sebagai fasilitator dan motivator dan tidak
sebagai pemegang otoritas tertinggi bidang
keilmuan atau sebagai indoktrinator, dan
Pernyataan
tersebut
pencapaian
tujuan
pendidikan
banyak
bergantung
pada
bagaimana
proses
pembelajaran itu dirancang dan dilakukan
oleh guru itu sendiri. Dengan meminjam
gagasan
dikatakan
Djamarah
bahwa
(1994
proses
:15)
dapat
pembelajaran
merupakan inti dari kegiatan pendidikan.
Sebagai inti dari kegiatan pendidikan, proses
pembelajaran
merupakan
untuk mencapai tujuan
suatu
upaya
pendidikan itu
sendiri. Artinya, tujuan pendidikan tidak
dikuasai guru. Misalnya kompetensi guru
akan pernah tercapai apabila interaksi
dalam merancang dan menggunakan alat
belajar-mengajar tidak pernah berlangsung
bantu mengajar yang biasa disebut median
dalam pendidikan.
pembelajaran.
Dari
perspektif
yang
berbeda
dapat
dikatakan bahwa berhasil tidaknya proses
pembelajaran di ruang kelas juga ditentukan
oleh berbagai faktor, antara lain : (1) faktor
kemampuan guru; (2) faktor sarana dan
prasarana penunjang proses pembelajaran;
(3) faktor lingkungan sekolah; dan (4) faktor
penggunaan alat bantu mengajar (media
pembelajaran). Faktor kemampuan guru di
sini
paling
tidak
kemampuan
dasar,
yakni
kemampuan
program
dan
keterampilan
mendesain
menyangkut
mengkomunikasikannya
kepada
dua
kemampuan
Apabila
guru
memiliki
yang baik
atau
memiliki
kompetensi dalam hal merancang dan
menggunakan media pembelajaran, tentu
hal
ini
akan
berimplikasi
terhadap
kelancaran proses pembelajaran di ruang
kelas. Sebab penggunaan media yang baik
dan benar dapat mempermudah guru dalam
menjelaskan materi pelajaran yang diajarkan
sehingga
pada
mempercepat
gilirannya
pencapaian
dapat
tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa
siswa.
penggunaan media ternyata berimplikasi
Kedua, modal dasar itu sebenarnya telah
pula terhadap proses pembelajaran di ruang
terhimpun dalam tiga macam kompetensi
kelas, yakni dapat membantu guru dalam
sebagai dasar kemampuan guru, yakni
penyampaian materi pelajaran, dan dapat
keperibadian,
menciptakan suasana belajar yang aktif,
penguasaan
bahan
pengajaran, dan kemampuan dalam cara-
inovatif,
cara
(PAIKEM).
mengajar.
Bila
ketiga
macam
kreatif,
dan
Dikatakan
menyenangkan
demikian
sebab
kompetensi itu dapat dipahami dan dikuasai
dengan alat bantu mengajar siswa akan lebih
oleh guru, maka guru dapat melaksanakan
terangsang untuk belajar secara aktif,
pengajaran dengan baik.
inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Selain
Namun begitu, guru tidak cukup hanya
memiliki dasar-dasar kompetensi itu, tetapi
masih ada kompetensi lainnya yang harus
itu penggunaan alat bantu mengajar dapat
pula
merangsang
anak-anak
untuk
mengemukakan pertanyaan dan paling tidak
dapat memberi respon yang positif terhadap
bersifat
proses pembelajaran yang dilakukan oleh
sehingga
guru di ruang kelas.
penggunaan
Dampak Positif dari Penggunaan Media
abstrak
perlu
menjadi
divisualisasikan
lebih
media
nyata,
dalam
kedua
proses
pembelajaran dapat membangkitkan minat
dan motivasi belajar siswa, mengurangi atau
Pembelajaran
menghindari
1. Membuat pembelajaran menjadi lebih
baku
terjadinya
verbalisme,
membangkitkan
nalar
yang
sistematis,
untuk
menumbuhkan
dan
teratur,
pengertian dan mengembangkan nilai-nilai
2. Pembelajaran dapat lebih menarik.
pada diri siswa.
3. Pembelajaran lebih interaktif.
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran akan
Ketiga, pembelajaran dengan menggunakan
media dapat pula memberikan pengalaman
lebih pendek
bermakna
bagi
siswa
karena
dengan
siswa
dapat
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
penggunaan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung
menyaksikan secara langsung hal-hal yang
kapan pun dan dimana pun.
terjadi di sekelilingnya. 2. Secara umum ada
media
beberapa cara yang efektif untuk merancang
7. Sikap positif siswa terhadap materi
pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkaatkan.
(1) media harus dirancang sesederhana
mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami
8. Peran guru perubah kearah yang positif
III.
media pembelajaran yang baik, antara lain,
oleh siswa; (2) media hendaknya dirancang
sesuai dengan pokok bahasan yang akan
Kesimpulan
diajarkan; (3) media hendaknya dirancang
Ada
tiga
digunakan
alasan
media
mendasar
perlunya
dalam
proses
tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat
anak-anak
pembelajaran di ruang kelas, terutama bagi
para siswa sekolah dasar, yakni karena,
pertma siswa SD cenderung masih berpikir
kongkrit, sehingga materi pelajaran yang
menjadi bingung; (4) media hendaknya
dirancang
dengan
bahan-bahan
yang
sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak
mengurangi makna dan fungsi media itu
sendiri; (5) media dapat dirancang dalam
Abdo,
Mehadi,
and
Tesfaye
Samela.
bentuk model, gambar, bagan berstruktur,
Teachers of Poor Communities: The Tale of
dan lain-lain, tetapi dengan bahan yang
Instructional Media Use in Primary Schools
murah dan mudah didapat sehingga tidak
of
menyulitkan guru dalam merancang media
Australian Journal of Teacher Education 35.
dimaksud. 3. Penggunaan media dalam
(2010): 78-92.
proses pembelajaran di ruang kelas ternyata
berimplikasi terhadap beberapa hal antara
Gedeo
Zone,
Southern
Ethiopia .
Arsyad Azhar, 2014. Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
lain: pada diri guru itu sendiri, yakni dengan
penggunaan media dapat memudahkan
Asnawir, Basyiruddin. Usman. 2002. Media
guru
Pembelajaran. Jakarta: Ciputat.
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran di ruang kelas; (2) terhadap
Reiser, R.A. (2001). A history of instructional
diri siswa, dimana dengan penggunaan
design and technology: Part I: A history of
media dalam proses pembelajaran dapat
instructional media. Educational Technology
merangsang siswa untuk belajar secara lebih
Research and Development, 49(1), pp. 53-
aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan;
64.
(3) terhadap proses pembelajaran di ruang
kekas, yakni dapat membantu guru dalam
penyampaian materi pelajaran, dan dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif,
inovatif,
kreatif,
dan
menyenangkan
(PAIKEM).
Ngussa , Baraka Manjale and Abel Chiza.
The influence of instructional media use on
pupils
astery of readi g a d
riti g i
Kiswahili Language in Kinondoni District,
Tanzania .
International
Journal
of
Educational Policy Research and Review 4. 8
DAFTAR PUSTAKA
(2017):187-194.
Abdelraheem, Ahmad Yousif, and Ahmed
Lee, Alice Y. L. Media education in the
Hamed Al-Rabane. Utilisation and Benefits
School 2.0 era: Teaching
of Instructional Media in Teaching Social
through laptop computers and iPads .
Studies Courses as Perceived by Omani
Global Media and China 1. 4(2016): 436-449.
Students . Malaysian Online Journal of
Instructional Technolog. 2 (2005).
media literacy
Jamison, Dean, Patrick Suppes, and Stuart
Ekaya i,
Wells.
PENGGUNAAN
THE
EFFECTIVENESS
OF
Ni
Luh
Putu.
MEDIA
PENTINGNYA
PEMBELAJARAN
ALTERNATIVE INSTRUCTIONAL MEDIA: A
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SURVEY . Vol 44 (2014): 47-58.
SISWA .
Adegbija,
Yus a ti. Pengunaan Media Gambar Untuk
M.V.
&
M.A.
Fakomogbon.
INSTRUCTIONAL MEDIA IN TEACHING AND
.
Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada
LEARNING: A NIGERIAN PERSPECTIVE .
Pembelajaran IPS Di Kelas IV SD PT. Lestari
Global Media Journal African Edition 6. 2
Tani Teladan (LTT) . Jurnal Kreatif Tadulako
(2012): 216-230.
Online Vol. 3 No. 4. (2016).
ADENIREGUN,
Gbolahan
Solomon.
INSTRUCTIONAL MEDIA FOR EFFECTIVE
TEACHING
AND
LEARNING .
Jatmika, Herka Maya. Pemanfaatan Media
Muhso , Ali.
PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN
BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI . Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, Vol. VIII. No. 2 (2010), Hlm. 1 – 10.
Visual dalam Menunjang Pembelajaran
Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar .
Ali, H., Muhamad, 1992. Guru dalam Proses
Volume 3, No. 1, 2005.
Belajar-Mengajar. Penerbit Sinar Baru :
Purwono, Joni, Sri Yutmini, dan Sri Anitah.
Bandung.
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA
Bachtiar, Harsja, W., 1984. Media dalam
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN
Pembelajaran. Penelitian selama 60 tahun
ALAM . JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Gene L. Wilkinson. Penerbit CV. Rajawali :
DAN PEMBELAJARAN 2.(2014): 127 – 144.
Jakarta.
De i,
Danim,
Kur ia.
PENTINGNYA
MEDIA
PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI .
Mah u , Nu u.
MEDIA PEMBELAJARAN
(Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan
Media
dan
Pembelajaran) .
Implementasinya
dalam
Sudarwan,
Media
Komunikasi
Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta, 1995
Darma, I Made, 1983. Alat Peraga dan
Komunikasi
Pendidikan,
Diktat
Materi
Pelajaran Alat Peraga dan Komunikasi
Pendidikan,
untuk
Siswa
SPG
negeri
Denpasar.
Suparno, 1987. Media Pengajaran Bahasa.
Penerbit
Intan
Pariwara
:
Yogyakarta.Sutarno, Ap., dkk., 1978. Teknik
Djamarah, Syaiful Bakri, 1994. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru. Penerbit
Penilaian
Pendidikan.
Penerbit
Tiga
Serangkai : Solo.
Usaha Nasional : Surabaya.
Susilo, M., Joko, 2007. Pembodohan siswa
Hamalik Oemar, 1990a. Pendekatan Baru
Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Penerbit CV. Sinar Baru: Bandung.
Hamalik, Oemar, 1990. Media Pendidikan.
Penerbit Alumni : Bandung.
Hasnidah,
2015.
Media
Pembelajaran
Kreatif. Jakarta: Luxima Metro Media.
Khadijah, 2015. Media Pembelajaran AUD.
Medan: Perdana Publishin.
Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif
Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.
‘ahardjo, ‘. Media Pe belajara
.
Dalam Yusufhadi Miarso dan kawankawan.
Rusdi Susilana & Cepi Riyana, Media
Pembelajaran
hakikat
pengembangan,
pemanfaatan, dan Penilaian,, Wacana Prima,
Bandung 2007.
Sadiman S., Arief, dkk. (1996). Media
Pendidikan. Pengertian,
Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Tersistematis. Penerbit PINUS Book Publiser
: Yogyakarta.
Pentingnya Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa
di Sekolah Dasar
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Imam Santoso 1815163331
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
Literatur Review : Pentingnya Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Siswa di Sekolah Dasar
Abstrak
Dari hasil kajian ini didapat beberapa temuan bahwa media pembelajaran mempunyai peran
penting dalam setiap proses pembelajaran, khususnya di kelas rendah, karena siswa kelas rendah
belum mampu berpikir abstrak, sehingga materi yang diajarkan oleh guru perlu divisualisasikan
dalam bentuk yang lebih nyata/kongkrit. Selanjutnya, penggunaan media dalam proses
pembelajaran dapat pula memberikan pengalaman bermakna bagi para peserta didik. Dalam
tataran praksis media dapat dirancang melalui lima langkah antara lain: (1) media harus
dirancang sesederhana mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami oleh siswa; (2) media
hendaknya dirancang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan; (3) media hendaknya
dirancang tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat anak-anak menjadi bingung; (4) media
hendaknya dirancang dengan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak
mengurangi makna dan fungsi media itu sendiri; (5) media dapat dirancang dalam bentuk model,
gambar, bagan berstruktur, dan lain-lain, tetapi dengan bahan yang murah dan mudah didapat
sehingga tidak menyulitkan guru dalam merancang media dimaksud. Temuan terakhir bahwa
penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat berimplikasi pada tiga hal, antara lain pada
diri guru, pada diri siswa dan pada proses pembelajaran di ruang kelas.
Kata-Kata Kunci: Media pembelajaran,kualitas pembelajaran
I.
Pendahuluan
siswa
Dalam perkembangan yang semakin cepat
ini,
pendidikan
berkembang
pun
mengikuti
juga
semakin
perkembangan
zaman. Berbicara soal pendidikan, tidak
dapat dilepaskan dari proses pembelajaran
di ruang kelas. Pembelajaran di ruang kelas
mencakup dua aspek penting yakni guru dan
siswa. Guru mempunyai tugas mengajar dan
belajar.
mengkomunikasikan
Mengajar
adalah
sesuatu
kepada
seseorang atau sekelompok orang dengan
maksud agar mereka mengetahui atau
mengerti apa yang diajarkan oleh guru
kepadanya
(Depdikbud
dalam
Suka,
1982:18). Sedangkan belajar dapat diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku
melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya
(Hamalik,1990:4).
Perlu
disadari bahwa pembelajaran itu merupakan
suatu system, yang di dalamnya terdapat
sejumlah
komponen
yang
saling
berhubungan satu sama lainnya dalam
rangka
mencapai
tujuan.
Beberapa
komponen dimaksud meliputi: (1) tujuan, (2)
bahan/materi
ajar,
(3)
metoda,
(4)
alat/media dan, (5) evaluasi (Ali,1992:30).
Karena pembelajaran merupakan suatu
system maka keberhasilan pembelajaran
sangat
ditentukan
oleh
sejauh
mana
efektifitas tiap-tiap komponen tersebut
berinteraksi.
Kata
ediu
edia
dalam kelas diduga merupakan salah satu
penyebab lemahnya mutu belajar siswa.
Media sebagai salah satu komponen dalam
sistem itu, mempunyai fungsi sebagai sarana
komunikasi non-verbal. Sebagai salah satu
komponen sistem, berarti media mutlak
harus ada atau harus dimanfaatkan di dalam
setiap pembelajaran. Dikatakan demikian
sebab jika salah satu komponen itu tidak ada
maka hasil yang 3 diperoleh tidak akan
maksimal. Terkait dengan hal itu, Carpenter
dan
Dale
(dalam
e yataka : bah a belajar
partisipasi da
berasal dari bahasa Lati
ya g berarti
pera tara
pe ga tar . Lebih la jut, edia
atau
erupaka
Darma,1983:6)
latiha .
e erluka
Belajar pada
dasarnya melakukan aktivitas, maka dalam
proses pembelajaran para siswa perlu
banyak berpartisipasi. Partisipasi siswa
sarana penyalur pesan atau informasi
dapat
belajar yang hendak disampaikan oleh
mendengarkan,
sumber
merasakan, dan memikirkan. Terkait hal
pesan
kepada
sasaran
atau
dilakukan
dengan
melihat,
menulis,
penerima pesan tersebut. Penggunaan
tersebut
media
membantu
mengemukakan betapa pentingnya media
pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan
pembelajaran dalam proses belajar para
oleh Danim bahwa hasil penelitian telah
siswa.
banyak
pengajaran
dapat
membuktikan
efektivitas
penggunaan alat bantu atau media dalam
proses belajar-mengajar di kelas, terutama
dalam hal peningkatan prestasi siswa.
Terbatasnya media yang dipergunakan
Carpenter
jalan
dan
Dale
Namun, apa yang diharapkan secara ideal
dalam urian di atas dan jika dikaitkan dengan
realitas di lapangan, khususnya dalam
proses
pembelajaran
pada
jenjang
pendidikan Sekolah Dasar, masih sangat jauh
dari yang diharapkan. Secara realitas pada
melainkan dapat menggunakan media yang
jenjang pendidikan SD ada kecendrungan
bervariasi.
para guru masih terpaku pada 5 pendekatan
pembelajaran akan lebih baik menggunakan
verbal dengan metoda ceramah tanpa
berbagai media atau menggunakan media
menggunakan
yang
media
dalam
Artinya,
kondusif
di
dalam
terhadap
materi
setiap
yang
mengkomunikasikan materi pelajaran pada
dipelajari siswa. Sejalan dengan itu Sulaiman
siswa. Adanya kecendrungan seperti itu di
(1981:8) mengatakan bahwa alat-alat audio-
satu sisi, dan di sisi lain rendahnya kualitas
visual tidak saja menghasilkan cara belajar
pembelajaran di Indonesia yang bermuara
yang efektif dalam waktu yang lebih singkat
pula pada rendahnya kualitas Human
tetapi apa yang diterima melalui alat-alat
Depelovment
media
audio-visual lebih lama dan lebih baik tinggal
pembelajaran menjadi issu menarik untuk
dalam ingatan. Namun, kajian-kajian yang
dikaji lebih dalam lagi. Memang selama ini
dilakukan beberapa pakar di atas belum
telah ada ahli yang mengkaji persoalan ini,
menekankan pentingnya penggunaan media
seperti Wilkinson, telah mengkaji persoalan
dalam proses pembelajaran di ruang kelas,
serupa de ga
edia
terlebih lagi tidak mengkaji penggunaan
merupakan alat mengajar dan belajar. Di
media dalam pembelajaran bagi siswa di
mana alat ini harus ada untuk memenuhi
kelas rendah. Oleh karena itu issu ini sangat
kebutuhan/keperluan siswa dalam proses
menarik untuk dikaji lebih mendalam lagi.
pe belajara
Index,
membuat
si pula :
Bakhtiar
bah a
:
. I i berarti
II.
Pembahasan
di dalam proses pembelajaran, baik siswa
maupun guru sama-sama memerlukan alat
Media sebagai Alat Komunikasi Non-Verbal
tersebut (media) agar kebutuhan yang
Media pembelajaran dalam konteks ini
beragam dari kurikulum dan siswa secara
mengandung makna alat bantu mengajar
individual
atau
dapat
terpenuhi
melalui
alat-alat
komunikasi
non-verbal.
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Di
Sebagai alat bantu penyalur informasi dalam
bagian lain Bakhtiar (1986) juga menjelaskan
proses pembelajaran, media perlu dirancang
bahwa di dalam pembelajaran hendaknya
sedemikian
tidak terpaku pada satu media saja
dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
rupa
sehingga
dapat
Dengan rancangan media yang efektif dan
yang bisa digunakan untuk menunjang
efisien
mempermudah
proses pembelajaran di ruang kelas. Namun,
pemahaman siswa atas materi pelajaran
dalam konteks ini dapat diidentifikasi tujuh
yang disampaikannya. Hal ini sejalan dengan
jenis media pembelajaran antara lain:
guru
dapat
apa yang dikatakan oleh Hamalik (1980 : 23)
bahwa media pembelajaran adalah alat-alat
komunikasi yang dapat mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara guru dan
1. Realthing adalah manusia (pengajar)
benda yang sesungguhnya (bukan gambar,
atau model) dan pristiwa yang sebenarnya
terjadi.
siswa dalam pembelajaran di ruang kelas.
Hal senada dikemukakan pula oleh Suparno
2. Verbal representation adalah media
(1987:1) bahwa media pembelajaran adalah
tulis/cetak, misalnya buku teks, refrensi, dan
suatu alat yang dipakai sebagai saluran
bahan bacaan lainnya.
untuk menyampaikan suatu pesan yang
3. Grafhic representation adalah berupa
dalam hal ini adalah pesan dari guru kepada
chart, diagram, gambar, atau lukisan.
siswa.
4. Still picture seperti foto, slide, film strif,
Jadi di dalam sebuah proses komunikasi
dan OHP. Still picture kadang-kadang dapat
antara guru dan siswa perlu ada alat
berupa gambar hitam-putih, dan dapat pula
komunikasi, yang dalam proses belajar-
berupa gambar berwarna.
mengajar disebut media pembelajaran.
Maka media bisa dikonotasikan dengan
istilah
alat
konteks
dala
pendidikan
pe didika . Dala
alat
5. Audio (recording) seperti pita kaset, reel
tape, piringan hitam, sound track pada film
ataupun pita pada video tape.
didefinisikan
sebagai apa saja yang dapat dijadikan
6. Program adalah kumpulan informasi yang
perantara
berurutan. Program bisa berbentuk verbal,
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan.
(buku teks) visual, maupun video.
Jenis Media Pembelajaran
7. Simulations. Media ini kita kenal dengan
istilah simulation
Dari penelusuran berbagai sumber yang ada
secara umum sebenarnya banyak media
and game, yaitu suatu
permainan yang menirukan kejadian yang
sebenarnya.
Selain tujuh kategori media yang dapat
usia ini belum mampu berpikir abstrak
digunakan sebagai alat bantu dalam proses
sehingga materi yang diajarkan perlu
pembelajaran di ruang kelas sebagaimana
divisualisasikan dalam bentuk yang nyata.
diuraikan di atas sebenarnya masih ada lagi
Dengan cara seperti itu, dapat membantu
media yang lain seperti papan tulis, meja,
anak-anak
kursi, dan sebagainya. Semua media
berbagai pengetahuan yang diajarkan oleh
ini
disebut media material, sebab semuanya
kongkret, dalam arti dapat dilihat dengan
mata. Media material ini disebut juga
sebagai alat ba tu
isual , sebab dapat
dalam
proses
internalisasi
guru dalam proses pembelajaran.
Implikasi Penggunaan Media dalam Proses
Pembelajaran di Ruang Kelas
membantu memvisualisasikan hal-hal yang
Implikasi terhadap Guru
abstrak menjadi hal yang bersifat kongkrit
Penggunaan
media
(nyata). Penggunaan alat bantu visual dalam
pembelajaran
di
proses
dengan
berimplikasi terhadap beberapa hal antara
pandangan Dwyer (1967) salah seorang
lain, terhadap guru uitu sendiri, terhadap
tokoh aliran realisme yang menegaskan
siswa, dan terhadap proses pembelajaran di
bahwa belajar yang sempurna hanya dapat
ruang kelas. Implikasi penggunaan media
tercapai jika menggunakan bahanbahan
terhadap guru dapat berupa memudahkan
visual yang mendekati realitas. Hal ini sejalan
dirinya
pula dengan pandangan Milar, dkk., (1957)
pembelajaran. Dikatakan demikian sebab
yang mengatakan bahwa makin banyak sifat
dengan menggunakan media guru tidak
bahan visual yang menyerupai realitas, maka
terlalu banyak menghafal materi yang akan
semakin mudah pula terjadinya proses
diajarkan. Selain itu dengan alat bantu
belajar pada diri siswa.
Pada praktiknya
mengajar (media pembelajaran) guru dapat
penggunaan media visual, lebih banyak
lebih terstruktur di dalam menyampaikan
digunakan pada anak-anak yang berusia 7-
materi karena sudah dirancang sebelumnya,
13 tahun atau pada anak-anak sekolah
dan sudah disediakan dalam bentuk media
dasar, dibandingkan pada anak-anak sekolah
itu
menengah ke atas, sebab anak-anak pada
pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran
sejalan
dalam
sendiri.
dalam
ruang
kelas
mencapai
Dengan
demikian
proses
dapat
tujuan
jelas
dapat memudahkan guru dalam melakukan
menggunakan media yang baik dan menarik
transfer
perhatian siswa.
pengetahuan
(trenfer
of
konwledge) dan pada gilirannya dapat
mencapai
tujuan
pembelajaran
Implikasi terhadap Siswa
secara
efektif dan efisien. Bukan hanya itu, dengan
menggunakan media guru dapat lebih
mudah mengoragnisir materi pelajaran,
sehingga penyajian materi pelajaran dapat
dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
Selain
berimplikasi
penggunaan
media
terhadap
guru,
dalam
proses
pembelajaran di ruang kelas ternyata
berimplikasi pula terhadap diri siswa itu
sendiri. Dalam sebuah proses pembelajaran
siswa sering hanya dipandang sebagai obyek
Namun demikian, harus diakui pula bahwa
penggunaan
media
bagi
merepotkan dirinya, sebab
guru
dapat
menyiapak
media yang sesuai dengan bahan yang akan
dajarkan bukanlah pekerjaan mudah. Sebab
selain,
pembuatannya
rumit,
juga
memerlukan biaya yang tidak sedikit,
sehingga guru harus rela mengeluarkan
koceknya
untuk
hal
tersebut.
Jadi,
berdasarkan uraian di atas dapat dipahami
bahwa pengguanan media dalam proses
pembelajaran di ruang kelas tidak hanya
berimplikasi positif bagi diri guru itu sendiri
semata. Padahal seharusnya selain sebagai
objek siswa juga harus diperlakukan sebagai
subjek
didik
dalam
sebuah
proses
pembelajaran. Konskuensi dari pernyataan
tersebut, guru dalam memberi materi
pelajaran
terhadap
siswa
hendaknya
memperhatikan kemampuan dan keinginan
siswa. Jika guru dalam proses pembelajaran
memandang siswa sbagai objek atau klient
semata, maka guru tersebut masih melihat
fungsi guru
tertinggi
sebagai pemegang otoritas
keilmuan
dan
sebagai
Susilo
(2007:87)
indoktrinator.
tetapi juga berimplikasi negatif. Namun
demikian, sebagai seorang guru mau tidak
Terkait
mau, suka tidak suka untuk bisa mencapai
mengatakan : setiap orientasi pendidikan
hasil yang efetif dan efisien dalam proses
dapat dikaji berdasarkan empat dimensi
pembelajaran di sekolah wajib dalam
yang ada, yakni dimensi status anak didik,
melakukan
dimensi
proses
pembelajaran
dengan
peran
pengajaran,
dan
itu
guru,
dimensi
dimensi
materi
manajemen
pendidikan.
Masing-masing
dimensi
seterusnya. Jika hal ini bisa dilakukan oleh
kutub ekstrem yang
guru, dan dalam proses pembelajaran selalu
terentang secara kontinyu. Dimensi status
berpegang pada prinsipprinsip pedagogis,
anak didik terentang dari anak berstatus
ditambah penggunaan alat bantu mengajar
sebagai objek atau klient, dan anak didik
maka bukan merupakan keniscayaan jika
berstatus sebagai subjek atau warga belajar.
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
Dimensi kedua adalah fungsi guru yang
sebelumnya akan tercapai secara efektif dan
terentang dari kutub fungsi guru sebagai
efisien.
pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan
menjadi senang dan betah mengikuti
indoktrinator, sampai pada kutub lain guru
pelajaran di sekolah, yang pada gilirannya
sebagai fasilitator dan motivator dalam
akan dapat berimplikasi pada perubahan
proses pendidikan. Dimensi yang ketiga
sikap dan perilaku siswa itu sendiri.
mempunyai dua
adalah materi pendidikan, yang memiliki
rentang dari yang bersifat materi oriented
Dengan
demikian
siswa
akan
Implikasi terhadap Proses Pembelajaran di
Ruang Kelas
atau subjek oriented sampai problem
adalah
Telah dipahami bahwa proses pembelajaran
manejemen pendidikan yang terentang dari
di ruang kelas merupakan kegiatan yang
manjemen yang bersifat sentralistis sampai
paling pokok dari keseluruhan proses
manajemen yang bersifat desentralistis atau
pendidikan.
school-based management.
mengandung arti bahwa berhasil tidaknya
oriented.
Dimensi
keempat
Dari keempat dimensi yang ada seharusnya
guru selalu berpegang pada kutub kedua
dari dimensi-dimensi yang ada, seperti siswa
harus dipandang sebagai subjek dan bukan
sebagai objek semata. Demikian pula guru
dalam mengajar harus melihat fungsinya
sebagai fasilitator dan motivator dan tidak
sebagai pemegang otoritas tertinggi bidang
keilmuan atau sebagai indoktrinator, dan
Pernyataan
tersebut
pencapaian
tujuan
pendidikan
banyak
bergantung
pada
bagaimana
proses
pembelajaran itu dirancang dan dilakukan
oleh guru itu sendiri. Dengan meminjam
gagasan
dikatakan
Djamarah
bahwa
(1994
proses
:15)
dapat
pembelajaran
merupakan inti dari kegiatan pendidikan.
Sebagai inti dari kegiatan pendidikan, proses
pembelajaran
merupakan
untuk mencapai tujuan
suatu
upaya
pendidikan itu
sendiri. Artinya, tujuan pendidikan tidak
dikuasai guru. Misalnya kompetensi guru
akan pernah tercapai apabila interaksi
dalam merancang dan menggunakan alat
belajar-mengajar tidak pernah berlangsung
bantu mengajar yang biasa disebut median
dalam pendidikan.
pembelajaran.
Dari
perspektif
yang
berbeda
dapat
dikatakan bahwa berhasil tidaknya proses
pembelajaran di ruang kelas juga ditentukan
oleh berbagai faktor, antara lain : (1) faktor
kemampuan guru; (2) faktor sarana dan
prasarana penunjang proses pembelajaran;
(3) faktor lingkungan sekolah; dan (4) faktor
penggunaan alat bantu mengajar (media
pembelajaran). Faktor kemampuan guru di
sini
paling
tidak
kemampuan
dasar,
yakni
kemampuan
program
dan
keterampilan
mendesain
menyangkut
mengkomunikasikannya
kepada
dua
kemampuan
Apabila
guru
memiliki
yang baik
atau
memiliki
kompetensi dalam hal merancang dan
menggunakan media pembelajaran, tentu
hal
ini
akan
berimplikasi
terhadap
kelancaran proses pembelajaran di ruang
kelas. Sebab penggunaan media yang baik
dan benar dapat mempermudah guru dalam
menjelaskan materi pelajaran yang diajarkan
sehingga
pada
mempercepat
gilirannya
pencapaian
dapat
tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa
siswa.
penggunaan media ternyata berimplikasi
Kedua, modal dasar itu sebenarnya telah
pula terhadap proses pembelajaran di ruang
terhimpun dalam tiga macam kompetensi
kelas, yakni dapat membantu guru dalam
sebagai dasar kemampuan guru, yakni
penyampaian materi pelajaran, dan dapat
keperibadian,
menciptakan suasana belajar yang aktif,
penguasaan
bahan
pengajaran, dan kemampuan dalam cara-
inovatif,
cara
(PAIKEM).
mengajar.
Bila
ketiga
macam
kreatif,
dan
Dikatakan
menyenangkan
demikian
sebab
kompetensi itu dapat dipahami dan dikuasai
dengan alat bantu mengajar siswa akan lebih
oleh guru, maka guru dapat melaksanakan
terangsang untuk belajar secara aktif,
pengajaran dengan baik.
inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Selain
Namun begitu, guru tidak cukup hanya
memiliki dasar-dasar kompetensi itu, tetapi
masih ada kompetensi lainnya yang harus
itu penggunaan alat bantu mengajar dapat
pula
merangsang
anak-anak
untuk
mengemukakan pertanyaan dan paling tidak
dapat memberi respon yang positif terhadap
bersifat
proses pembelajaran yang dilakukan oleh
sehingga
guru di ruang kelas.
penggunaan
Dampak Positif dari Penggunaan Media
abstrak
perlu
menjadi
divisualisasikan
lebih
media
nyata,
dalam
kedua
proses
pembelajaran dapat membangkitkan minat
dan motivasi belajar siswa, mengurangi atau
Pembelajaran
menghindari
1. Membuat pembelajaran menjadi lebih
baku
terjadinya
verbalisme,
membangkitkan
nalar
yang
sistematis,
untuk
menumbuhkan
dan
teratur,
pengertian dan mengembangkan nilai-nilai
2. Pembelajaran dapat lebih menarik.
pada diri siswa.
3. Pembelajaran lebih interaktif.
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran akan
Ketiga, pembelajaran dengan menggunakan
media dapat pula memberikan pengalaman
lebih pendek
bermakna
bagi
siswa
karena
dengan
siswa
dapat
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
penggunaan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung
menyaksikan secara langsung hal-hal yang
kapan pun dan dimana pun.
terjadi di sekelilingnya. 2. Secara umum ada
media
beberapa cara yang efektif untuk merancang
7. Sikap positif siswa terhadap materi
pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkaatkan.
(1) media harus dirancang sesederhana
mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami
8. Peran guru perubah kearah yang positif
III.
media pembelajaran yang baik, antara lain,
oleh siswa; (2) media hendaknya dirancang
sesuai dengan pokok bahasan yang akan
Kesimpulan
diajarkan; (3) media hendaknya dirancang
Ada
tiga
digunakan
alasan
media
mendasar
perlunya
dalam
proses
tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat
anak-anak
pembelajaran di ruang kelas, terutama bagi
para siswa sekolah dasar, yakni karena,
pertma siswa SD cenderung masih berpikir
kongkrit, sehingga materi pelajaran yang
menjadi bingung; (4) media hendaknya
dirancang
dengan
bahan-bahan
yang
sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak
mengurangi makna dan fungsi media itu
sendiri; (5) media dapat dirancang dalam
Abdo,
Mehadi,
and
Tesfaye
Samela.
bentuk model, gambar, bagan berstruktur,
Teachers of Poor Communities: The Tale of
dan lain-lain, tetapi dengan bahan yang
Instructional Media Use in Primary Schools
murah dan mudah didapat sehingga tidak
of
menyulitkan guru dalam merancang media
Australian Journal of Teacher Education 35.
dimaksud. 3. Penggunaan media dalam
(2010): 78-92.
proses pembelajaran di ruang kelas ternyata
berimplikasi terhadap beberapa hal antara
Gedeo
Zone,
Southern
Ethiopia .
Arsyad Azhar, 2014. Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
lain: pada diri guru itu sendiri, yakni dengan
penggunaan media dapat memudahkan
Asnawir, Basyiruddin. Usman. 2002. Media
guru
Pembelajaran. Jakarta: Ciputat.
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran di ruang kelas; (2) terhadap
Reiser, R.A. (2001). A history of instructional
diri siswa, dimana dengan penggunaan
design and technology: Part I: A history of
media dalam proses pembelajaran dapat
instructional media. Educational Technology
merangsang siswa untuk belajar secara lebih
Research and Development, 49(1), pp. 53-
aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan;
64.
(3) terhadap proses pembelajaran di ruang
kekas, yakni dapat membantu guru dalam
penyampaian materi pelajaran, dan dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif,
inovatif,
kreatif,
dan
menyenangkan
(PAIKEM).
Ngussa , Baraka Manjale and Abel Chiza.
The influence of instructional media use on
pupils
astery of readi g a d
riti g i
Kiswahili Language in Kinondoni District,
Tanzania .
International
Journal
of
Educational Policy Research and Review 4. 8
DAFTAR PUSTAKA
(2017):187-194.
Abdelraheem, Ahmad Yousif, and Ahmed
Lee, Alice Y. L. Media education in the
Hamed Al-Rabane. Utilisation and Benefits
School 2.0 era: Teaching
of Instructional Media in Teaching Social
through laptop computers and iPads .
Studies Courses as Perceived by Omani
Global Media and China 1. 4(2016): 436-449.
Students . Malaysian Online Journal of
Instructional Technolog. 2 (2005).
media literacy
Jamison, Dean, Patrick Suppes, and Stuart
Ekaya i,
Wells.
PENGGUNAAN
THE
EFFECTIVENESS
OF
Ni
Luh
Putu.
MEDIA
PENTINGNYA
PEMBELAJARAN
ALTERNATIVE INSTRUCTIONAL MEDIA: A
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SURVEY . Vol 44 (2014): 47-58.
SISWA .
Adegbija,
Yus a ti. Pengunaan Media Gambar Untuk
M.V.
&
M.A.
Fakomogbon.
INSTRUCTIONAL MEDIA IN TEACHING AND
.
Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada
LEARNING: A NIGERIAN PERSPECTIVE .
Pembelajaran IPS Di Kelas IV SD PT. Lestari
Global Media Journal African Edition 6. 2
Tani Teladan (LTT) . Jurnal Kreatif Tadulako
(2012): 216-230.
Online Vol. 3 No. 4. (2016).
ADENIREGUN,
Gbolahan
Solomon.
INSTRUCTIONAL MEDIA FOR EFFECTIVE
TEACHING
AND
LEARNING .
Jatmika, Herka Maya. Pemanfaatan Media
Muhso , Ali.
PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN
BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI . Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, Vol. VIII. No. 2 (2010), Hlm. 1 – 10.
Visual dalam Menunjang Pembelajaran
Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar .
Ali, H., Muhamad, 1992. Guru dalam Proses
Volume 3, No. 1, 2005.
Belajar-Mengajar. Penerbit Sinar Baru :
Purwono, Joni, Sri Yutmini, dan Sri Anitah.
Bandung.
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA
Bachtiar, Harsja, W., 1984. Media dalam
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN
Pembelajaran. Penelitian selama 60 tahun
ALAM . JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Gene L. Wilkinson. Penerbit CV. Rajawali :
DAN PEMBELAJARAN 2.(2014): 127 – 144.
Jakarta.
De i,
Danim,
Kur ia.
PENTINGNYA
MEDIA
PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI .
Mah u , Nu u.
MEDIA PEMBELAJARAN
(Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan
Media
dan
Pembelajaran) .
Implementasinya
dalam
Sudarwan,
Media
Komunikasi
Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta, 1995
Darma, I Made, 1983. Alat Peraga dan
Komunikasi
Pendidikan,
Diktat
Materi
Pelajaran Alat Peraga dan Komunikasi
Pendidikan,
untuk
Siswa
SPG
negeri
Denpasar.
Suparno, 1987. Media Pengajaran Bahasa.
Penerbit
Intan
Pariwara
:
Yogyakarta.Sutarno, Ap., dkk., 1978. Teknik
Djamarah, Syaiful Bakri, 1994. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru. Penerbit
Penilaian
Pendidikan.
Penerbit
Tiga
Serangkai : Solo.
Usaha Nasional : Surabaya.
Susilo, M., Joko, 2007. Pembodohan siswa
Hamalik Oemar, 1990a. Pendekatan Baru
Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Penerbit CV. Sinar Baru: Bandung.
Hamalik, Oemar, 1990. Media Pendidikan.
Penerbit Alumni : Bandung.
Hasnidah,
2015.
Media
Pembelajaran
Kreatif. Jakarta: Luxima Metro Media.
Khadijah, 2015. Media Pembelajaran AUD.
Medan: Perdana Publishin.
Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif
Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.
‘ahardjo, ‘. Media Pe belajara
.
Dalam Yusufhadi Miarso dan kawankawan.
Rusdi Susilana & Cepi Riyana, Media
Pembelajaran
hakikat
pengembangan,
pemanfaatan, dan Penilaian,, Wacana Prima,
Bandung 2007.
Sadiman S., Arief, dkk. (1996). Media
Pendidikan. Pengertian,
Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Tersistematis. Penerbit PINUS Book Publiser
: Yogyakarta.