Literature Review Pentingnya Media Pembe

APRESIASI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Pentingnya Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa
di Sekolah Dasar
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Imam Santoso 1815163331

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016

Literatur Review : Pentingnya Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Siswa di Sekolah Dasar
Abstrak
Dari hasil kajian ini didapat beberapa temuan bahwa media pembelajaran mempunyai peran
penting dalam setiap proses pembelajaran, khususnya di kelas rendah, karena siswa kelas rendah
belum mampu berpikir abstrak, sehingga materi yang diajarkan oleh guru perlu divisualisasikan
dalam bentuk yang lebih nyata/kongkrit. Selanjutnya, penggunaan media dalam proses
pembelajaran dapat pula memberikan pengalaman bermakna bagi para peserta didik. Dalam

tataran praksis media dapat dirancang melalui lima langkah antara lain: (1) media harus
dirancang sesederhana mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami oleh siswa; (2) media
hendaknya dirancang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan; (3) media hendaknya
dirancang tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat anak-anak menjadi bingung; (4) media
hendaknya dirancang dengan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak
mengurangi makna dan fungsi media itu sendiri; (5) media dapat dirancang dalam bentuk model,
gambar, bagan berstruktur, dan lain-lain, tetapi dengan bahan yang murah dan mudah didapat
sehingga tidak menyulitkan guru dalam merancang media dimaksud. Temuan terakhir bahwa
penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat berimplikasi pada tiga hal, antara lain pada
diri guru, pada diri siswa dan pada proses pembelajaran di ruang kelas.
Kata-Kata Kunci: Media pembelajaran,kualitas pembelajaran
I.

Pendahuluan

siswa

Dalam perkembangan yang semakin cepat
ini,


pendidikan

berkembang

pun

mengikuti

juga

semakin

perkembangan

zaman. Berbicara soal pendidikan, tidak
dapat dilepaskan dari proses pembelajaran
di ruang kelas. Pembelajaran di ruang kelas
mencakup dua aspek penting yakni guru dan
siswa. Guru mempunyai tugas mengajar dan


belajar.

mengkomunikasikan

Mengajar

adalah

sesuatu

kepada

seseorang atau sekelompok orang dengan
maksud agar mereka mengetahui atau
mengerti apa yang diajarkan oleh guru
kepadanya

(Depdikbud

dalam


Suka,

1982:18). Sedangkan belajar dapat diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku
melalui interaksi antara individu dengan

lingkungannya

(Hamalik,1990:4).

Perlu

disadari bahwa pembelajaran itu merupakan
suatu system, yang di dalamnya terdapat
sejumlah

komponen

yang


saling

berhubungan satu sama lainnya dalam
rangka

mencapai

tujuan.

Beberapa

komponen dimaksud meliputi: (1) tujuan, (2)
bahan/materi

ajar,

(3)

metoda,


(4)

alat/media dan, (5) evaluasi (Ali,1992:30).
Karena pembelajaran merupakan suatu
system maka keberhasilan pembelajaran
sangat

ditentukan

oleh

sejauh

mana

efektifitas tiap-tiap komponen tersebut
berinteraksi.
Kata
ediu


edia

dalam kelas diduga merupakan salah satu
penyebab lemahnya mutu belajar siswa.
Media sebagai salah satu komponen dalam
sistem itu, mempunyai fungsi sebagai sarana
komunikasi non-verbal. Sebagai salah satu
komponen sistem, berarti media mutlak
harus ada atau harus dimanfaatkan di dalam
setiap pembelajaran. Dikatakan demikian
sebab jika salah satu komponen itu tidak ada
maka hasil yang 3 diperoleh tidak akan
maksimal. Terkait dengan hal itu, Carpenter
dan

Dale

(dalam


e yataka : bah a belajar
partisipasi da

berasal dari bahasa Lati

ya g berarti

pera tara

pe ga tar . Lebih la jut, edia

atau

erupaka

Darma,1983:6)

latiha .

e erluka


Belajar pada

dasarnya melakukan aktivitas, maka dalam
proses pembelajaran para siswa perlu
banyak berpartisipasi. Partisipasi siswa

sarana penyalur pesan atau informasi

dapat

belajar yang hendak disampaikan oleh

mendengarkan,

sumber

merasakan, dan memikirkan. Terkait hal

pesan


kepada

sasaran

atau

dilakukan

dengan
melihat,

menulis,

penerima pesan tersebut. Penggunaan

tersebut

media


membantu

mengemukakan betapa pentingnya media

pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan

pembelajaran dalam proses belajar para

oleh Danim bahwa hasil penelitian telah

siswa.

banyak

pengajaran

dapat

membuktikan

efektivitas

penggunaan alat bantu atau media dalam
proses belajar-mengajar di kelas, terutama
dalam hal peningkatan prestasi siswa.
Terbatasnya media yang dipergunakan

Carpenter

jalan

dan

Dale

Namun, apa yang diharapkan secara ideal
dalam urian di atas dan jika dikaitkan dengan
realitas di lapangan, khususnya dalam
proses

pembelajaran

pada

jenjang

pendidikan Sekolah Dasar, masih sangat jauh

dari yang diharapkan. Secara realitas pada

melainkan dapat menggunakan media yang

jenjang pendidikan SD ada kecendrungan

bervariasi.

para guru masih terpaku pada 5 pendekatan

pembelajaran akan lebih baik menggunakan

verbal dengan metoda ceramah tanpa

berbagai media atau menggunakan media

menggunakan

yang

media

dalam

Artinya,

kondusif

di

dalam

terhadap

materi

setiap

yang

mengkomunikasikan materi pelajaran pada

dipelajari siswa. Sejalan dengan itu Sulaiman

siswa. Adanya kecendrungan seperti itu di

(1981:8) mengatakan bahwa alat-alat audio-

satu sisi, dan di sisi lain rendahnya kualitas

visual tidak saja menghasilkan cara belajar

pembelajaran di Indonesia yang bermuara

yang efektif dalam waktu yang lebih singkat

pula pada rendahnya kualitas Human

tetapi apa yang diterima melalui alat-alat

Depelovment

media

audio-visual lebih lama dan lebih baik tinggal

pembelajaran menjadi issu menarik untuk

dalam ingatan. Namun, kajian-kajian yang

dikaji lebih dalam lagi. Memang selama ini

dilakukan beberapa pakar di atas belum

telah ada ahli yang mengkaji persoalan ini,

menekankan pentingnya penggunaan media

seperti Wilkinson, telah mengkaji persoalan

dalam proses pembelajaran di ruang kelas,

serupa de ga

edia

terlebih lagi tidak mengkaji penggunaan

merupakan alat mengajar dan belajar. Di

media dalam pembelajaran bagi siswa di

mana alat ini harus ada untuk memenuhi

kelas rendah. Oleh karena itu issu ini sangat

kebutuhan/keperluan siswa dalam proses

menarik untuk dikaji lebih mendalam lagi.

pe belajara

Index,

membuat

si pula :

Bakhtiar

bah a

:

. I i berarti

II.

Pembahasan

di dalam proses pembelajaran, baik siswa
maupun guru sama-sama memerlukan alat

Media sebagai Alat Komunikasi Non-Verbal

tersebut (media) agar kebutuhan yang

Media pembelajaran dalam konteks ini

beragam dari kurikulum dan siswa secara

mengandung makna alat bantu mengajar

individual

atau

dapat

terpenuhi

melalui

alat-alat

komunikasi

non-verbal.

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Di

Sebagai alat bantu penyalur informasi dalam

bagian lain Bakhtiar (1986) juga menjelaskan

proses pembelajaran, media perlu dirancang

bahwa di dalam pembelajaran hendaknya

sedemikian

tidak terpaku pada satu media saja

dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

rupa

sehingga

dapat

Dengan rancangan media yang efektif dan

yang bisa digunakan untuk menunjang

efisien

mempermudah

proses pembelajaran di ruang kelas. Namun,

pemahaman siswa atas materi pelajaran

dalam konteks ini dapat diidentifikasi tujuh

yang disampaikannya. Hal ini sejalan dengan

jenis media pembelajaran antara lain:

guru

dapat

apa yang dikatakan oleh Hamalik (1980 : 23)
bahwa media pembelajaran adalah alat-alat
komunikasi yang dapat mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara guru dan

1. Realthing adalah manusia (pengajar)
benda yang sesungguhnya (bukan gambar,
atau model) dan pristiwa yang sebenarnya
terjadi.

siswa dalam pembelajaran di ruang kelas.
Hal senada dikemukakan pula oleh Suparno

2. Verbal representation adalah media

(1987:1) bahwa media pembelajaran adalah

tulis/cetak, misalnya buku teks, refrensi, dan

suatu alat yang dipakai sebagai saluran

bahan bacaan lainnya.

untuk menyampaikan suatu pesan yang

3. Grafhic representation adalah berupa

dalam hal ini adalah pesan dari guru kepada

chart, diagram, gambar, atau lukisan.

siswa.

4. Still picture seperti foto, slide, film strif,

Jadi di dalam sebuah proses komunikasi

dan OHP. Still picture kadang-kadang dapat

antara guru dan siswa perlu ada alat

berupa gambar hitam-putih, dan dapat pula

komunikasi, yang dalam proses belajar-

berupa gambar berwarna.

mengajar disebut media pembelajaran.
Maka media bisa dikonotasikan dengan
istilah

alat

konteks

dala

pendidikan

pe didika . Dala
alat

5. Audio (recording) seperti pita kaset, reel
tape, piringan hitam, sound track pada film
ataupun pita pada video tape.

didefinisikan

sebagai apa saja yang dapat dijadikan

6. Program adalah kumpulan informasi yang

perantara

berurutan. Program bisa berbentuk verbal,

untuk

mencapai

tujuan

pendidikan.

(buku teks) visual, maupun video.

Jenis Media Pembelajaran

7. Simulations. Media ini kita kenal dengan
istilah simulation

Dari penelusuran berbagai sumber yang ada
secara umum sebenarnya banyak media

and game, yaitu suatu

permainan yang menirukan kejadian yang
sebenarnya.

Selain tujuh kategori media yang dapat

usia ini belum mampu berpikir abstrak

digunakan sebagai alat bantu dalam proses

sehingga materi yang diajarkan perlu

pembelajaran di ruang kelas sebagaimana

divisualisasikan dalam bentuk yang nyata.

diuraikan di atas sebenarnya masih ada lagi

Dengan cara seperti itu, dapat membantu

media yang lain seperti papan tulis, meja,

anak-anak

kursi, dan sebagainya. Semua media

berbagai pengetahuan yang diajarkan oleh

ini

disebut media material, sebab semuanya
kongkret, dalam arti dapat dilihat dengan
mata. Media material ini disebut juga
sebagai alat ba tu

isual , sebab dapat

dalam

proses

internalisasi

guru dalam proses pembelajaran.
Implikasi Penggunaan Media dalam Proses
Pembelajaran di Ruang Kelas

membantu memvisualisasikan hal-hal yang

Implikasi terhadap Guru

abstrak menjadi hal yang bersifat kongkrit

Penggunaan

media

(nyata). Penggunaan alat bantu visual dalam

pembelajaran

di

proses

dengan

berimplikasi terhadap beberapa hal antara

pandangan Dwyer (1967) salah seorang

lain, terhadap guru uitu sendiri, terhadap

tokoh aliran realisme yang menegaskan

siswa, dan terhadap proses pembelajaran di

bahwa belajar yang sempurna hanya dapat

ruang kelas. Implikasi penggunaan media

tercapai jika menggunakan bahanbahan

terhadap guru dapat berupa memudahkan

visual yang mendekati realitas. Hal ini sejalan

dirinya

pula dengan pandangan Milar, dkk., (1957)

pembelajaran. Dikatakan demikian sebab

yang mengatakan bahwa makin banyak sifat

dengan menggunakan media guru tidak

bahan visual yang menyerupai realitas, maka

terlalu banyak menghafal materi yang akan

semakin mudah pula terjadinya proses

diajarkan. Selain itu dengan alat bantu

belajar pada diri siswa.

Pada praktiknya

mengajar (media pembelajaran) guru dapat

penggunaan media visual, lebih banyak

lebih terstruktur di dalam menyampaikan

digunakan pada anak-anak yang berusia 7-

materi karena sudah dirancang sebelumnya,

13 tahun atau pada anak-anak sekolah

dan sudah disediakan dalam bentuk media

dasar, dibandingkan pada anak-anak sekolah

itu

menengah ke atas, sebab anak-anak pada

pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran

sejalan

dalam

sendiri.

dalam

ruang

kelas

mencapai

Dengan

demikian

proses
dapat

tujuan

jelas

dapat memudahkan guru dalam melakukan

menggunakan media yang baik dan menarik

transfer

perhatian siswa.

pengetahuan

(trenfer

of

konwledge) dan pada gilirannya dapat
mencapai

tujuan

pembelajaran

Implikasi terhadap Siswa

secara

efektif dan efisien. Bukan hanya itu, dengan
menggunakan media guru dapat lebih
mudah mengoragnisir materi pelajaran,
sehingga penyajian materi pelajaran dapat
dilakukan secara sistematis dan terstruktur.

Selain

berimplikasi

penggunaan

media

terhadap

guru,

dalam

proses

pembelajaran di ruang kelas ternyata
berimplikasi pula terhadap diri siswa itu
sendiri. Dalam sebuah proses pembelajaran
siswa sering hanya dipandang sebagai obyek

Namun demikian, harus diakui pula bahwa
penggunaan

media

bagi

merepotkan dirinya, sebab

guru

dapat

menyiapak

media yang sesuai dengan bahan yang akan
dajarkan bukanlah pekerjaan mudah. Sebab
selain,

pembuatannya

rumit,

juga

memerlukan biaya yang tidak sedikit,
sehingga guru harus rela mengeluarkan
koceknya

untuk

hal

tersebut.

Jadi,

berdasarkan uraian di atas dapat dipahami
bahwa pengguanan media dalam proses
pembelajaran di ruang kelas tidak hanya
berimplikasi positif bagi diri guru itu sendiri

semata. Padahal seharusnya selain sebagai
objek siswa juga harus diperlakukan sebagai
subjek

didik

dalam

sebuah

proses

pembelajaran. Konskuensi dari pernyataan
tersebut, guru dalam memberi materi
pelajaran

terhadap

siswa

hendaknya

memperhatikan kemampuan dan keinginan
siswa. Jika guru dalam proses pembelajaran
memandang siswa sbagai objek atau klient
semata, maka guru tersebut masih melihat
fungsi guru
tertinggi

sebagai pemegang otoritas
keilmuan

dan

sebagai

Susilo

(2007:87)

indoktrinator.

tetapi juga berimplikasi negatif. Namun
demikian, sebagai seorang guru mau tidak

Terkait

mau, suka tidak suka untuk bisa mencapai

mengatakan : setiap orientasi pendidikan

hasil yang efetif dan efisien dalam proses

dapat dikaji berdasarkan empat dimensi

pembelajaran di sekolah wajib dalam

yang ada, yakni dimensi status anak didik,

melakukan

dimensi

proses

pembelajaran

dengan

peran

pengajaran,

dan

itu

guru,

dimensi

dimensi

materi

manajemen

pendidikan.

Masing-masing

dimensi

seterusnya. Jika hal ini bisa dilakukan oleh

kutub ekstrem yang

guru, dan dalam proses pembelajaran selalu

terentang secara kontinyu. Dimensi status

berpegang pada prinsipprinsip pedagogis,

anak didik terentang dari anak berstatus

ditambah penggunaan alat bantu mengajar

sebagai objek atau klient, dan anak didik

maka bukan merupakan keniscayaan jika

berstatus sebagai subjek atau warga belajar.

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

Dimensi kedua adalah fungsi guru yang

sebelumnya akan tercapai secara efektif dan

terentang dari kutub fungsi guru sebagai

efisien.

pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan

menjadi senang dan betah mengikuti

indoktrinator, sampai pada kutub lain guru

pelajaran di sekolah, yang pada gilirannya

sebagai fasilitator dan motivator dalam

akan dapat berimplikasi pada perubahan

proses pendidikan. Dimensi yang ketiga

sikap dan perilaku siswa itu sendiri.

mempunyai dua

adalah materi pendidikan, yang memiliki
rentang dari yang bersifat materi oriented

Dengan

demikian

siswa

akan

Implikasi terhadap Proses Pembelajaran di
Ruang Kelas

atau subjek oriented sampai problem
adalah

Telah dipahami bahwa proses pembelajaran

manejemen pendidikan yang terentang dari

di ruang kelas merupakan kegiatan yang

manjemen yang bersifat sentralistis sampai

paling pokok dari keseluruhan proses

manajemen yang bersifat desentralistis atau

pendidikan.

school-based management.

mengandung arti bahwa berhasil tidaknya

oriented.

Dimensi

keempat

Dari keempat dimensi yang ada seharusnya
guru selalu berpegang pada kutub kedua
dari dimensi-dimensi yang ada, seperti siswa
harus dipandang sebagai subjek dan bukan
sebagai objek semata. Demikian pula guru
dalam mengajar harus melihat fungsinya
sebagai fasilitator dan motivator dan tidak
sebagai pemegang otoritas tertinggi bidang
keilmuan atau sebagai indoktrinator, dan

Pernyataan

tersebut

pencapaian

tujuan

pendidikan

banyak

bergantung

pada

bagaimana

proses

pembelajaran itu dirancang dan dilakukan
oleh guru itu sendiri. Dengan meminjam
gagasan
dikatakan

Djamarah
bahwa

(1994
proses

:15)

dapat

pembelajaran

merupakan inti dari kegiatan pendidikan.
Sebagai inti dari kegiatan pendidikan, proses
pembelajaran

merupakan

untuk mencapai tujuan

suatu

upaya

pendidikan itu

sendiri. Artinya, tujuan pendidikan tidak

dikuasai guru. Misalnya kompetensi guru

akan pernah tercapai apabila interaksi

dalam merancang dan menggunakan alat

belajar-mengajar tidak pernah berlangsung

bantu mengajar yang biasa disebut median

dalam pendidikan.

pembelajaran.

Dari

perspektif

yang

berbeda

dapat

dikatakan bahwa berhasil tidaknya proses
pembelajaran di ruang kelas juga ditentukan
oleh berbagai faktor, antara lain : (1) faktor
kemampuan guru; (2) faktor sarana dan
prasarana penunjang proses pembelajaran;
(3) faktor lingkungan sekolah; dan (4) faktor
penggunaan alat bantu mengajar (media
pembelajaran). Faktor kemampuan guru di
sini

paling

tidak

kemampuan

dasar,

yakni

kemampuan

program

dan

keterampilan

mendesain

menyangkut

mengkomunikasikannya

kepada

dua

kemampuan

Apabila

guru

memiliki

yang baik

atau

memiliki

kompetensi dalam hal merancang dan
menggunakan media pembelajaran, tentu
hal

ini

akan

berimplikasi

terhadap

kelancaran proses pembelajaran di ruang
kelas. Sebab penggunaan media yang baik
dan benar dapat mempermudah guru dalam
menjelaskan materi pelajaran yang diajarkan
sehingga

pada

mempercepat

gilirannya
pencapaian

dapat
tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien.
Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa

siswa.

penggunaan media ternyata berimplikasi

Kedua, modal dasar itu sebenarnya telah

pula terhadap proses pembelajaran di ruang

terhimpun dalam tiga macam kompetensi

kelas, yakni dapat membantu guru dalam

sebagai dasar kemampuan guru, yakni

penyampaian materi pelajaran, dan dapat

keperibadian,

menciptakan suasana belajar yang aktif,

penguasaan

bahan

pengajaran, dan kemampuan dalam cara-

inovatif,

cara

(PAIKEM).

mengajar.

Bila

ketiga

macam

kreatif,

dan

Dikatakan

menyenangkan
demikian

sebab

kompetensi itu dapat dipahami dan dikuasai

dengan alat bantu mengajar siswa akan lebih

oleh guru, maka guru dapat melaksanakan

terangsang untuk belajar secara aktif,

pengajaran dengan baik.

inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Selain

Namun begitu, guru tidak cukup hanya
memiliki dasar-dasar kompetensi itu, tetapi
masih ada kompetensi lainnya yang harus

itu penggunaan alat bantu mengajar dapat
pula

merangsang

anak-anak

untuk

mengemukakan pertanyaan dan paling tidak

dapat memberi respon yang positif terhadap

bersifat

proses pembelajaran yang dilakukan oleh

sehingga

guru di ruang kelas.

penggunaan

Dampak Positif dari Penggunaan Media

abstrak

perlu

menjadi

divisualisasikan

lebih

media

nyata,
dalam

kedua
proses

pembelajaran dapat membangkitkan minat
dan motivasi belajar siswa, mengurangi atau

Pembelajaran

menghindari
1. Membuat pembelajaran menjadi lebih
baku

terjadinya

verbalisme,

membangkitkan

nalar

yang

sistematis,

untuk

menumbuhkan

dan

teratur,

pengertian dan mengembangkan nilai-nilai

2. Pembelajaran dapat lebih menarik.

pada diri siswa.

3. Pembelajaran lebih interaktif.
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran akan

Ketiga, pembelajaran dengan menggunakan
media dapat pula memberikan pengalaman

lebih pendek

bermakna

bagi

siswa

karena

dengan

siswa

dapat

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

penggunaan

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung

menyaksikan secara langsung hal-hal yang

kapan pun dan dimana pun.

terjadi di sekelilingnya. 2. Secara umum ada

media

beberapa cara yang efektif untuk merancang
7. Sikap positif siswa terhadap materi
pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkaatkan.

(1) media harus dirancang sesederhana
mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami

8. Peran guru perubah kearah yang positif
III.

media pembelajaran yang baik, antara lain,

oleh siswa; (2) media hendaknya dirancang
sesuai dengan pokok bahasan yang akan

Kesimpulan

diajarkan; (3) media hendaknya dirancang
Ada

tiga

digunakan

alasan
media

mendasar

perlunya

dalam

proses

tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat
anak-anak

pembelajaran di ruang kelas, terutama bagi
para siswa sekolah dasar, yakni karena,
pertma siswa SD cenderung masih berpikir
kongkrit, sehingga materi pelajaran yang

menjadi bingung; (4) media hendaknya
dirancang

dengan

bahan-bahan

yang

sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak
mengurangi makna dan fungsi media itu

sendiri; (5) media dapat dirancang dalam

Abdo,

Mehadi,

and

Tesfaye

Samela.

bentuk model, gambar, bagan berstruktur,

Teachers of Poor Communities: The Tale of

dan lain-lain, tetapi dengan bahan yang

Instructional Media Use in Primary Schools

murah dan mudah didapat sehingga tidak

of

menyulitkan guru dalam merancang media

Australian Journal of Teacher Education 35.

dimaksud. 3. Penggunaan media dalam

(2010): 78-92.

proses pembelajaran di ruang kelas ternyata
berimplikasi terhadap beberapa hal antara

Gedeo

Zone,

Southern

Ethiopia .

Arsyad Azhar, 2014. Media Pembelajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

lain: pada diri guru itu sendiri, yakni dengan
penggunaan media dapat memudahkan

Asnawir, Basyiruddin. Usman. 2002. Media

guru

Pembelajaran. Jakarta: Ciputat.

dalam

melaksanakan

proses

pembelajaran di ruang kelas; (2) terhadap

Reiser, R.A. (2001). A history of instructional

diri siswa, dimana dengan penggunaan

design and technology: Part I: A history of

media dalam proses pembelajaran dapat

instructional media. Educational Technology

merangsang siswa untuk belajar secara lebih

Research and Development, 49(1), pp. 53-

aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan;

64.

(3) terhadap proses pembelajaran di ruang
kekas, yakni dapat membantu guru dalam
penyampaian materi pelajaran, dan dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif,
inovatif,

kreatif,

dan

menyenangkan

(PAIKEM).

Ngussa , Baraka Manjale and Abel Chiza.
The influence of instructional media use on
pupils

astery of readi g a d

riti g i

Kiswahili Language in Kinondoni District,
Tanzania .

International

Journal

of

Educational Policy Research and Review 4. 8

DAFTAR PUSTAKA

(2017):187-194.

Abdelraheem, Ahmad Yousif, and Ahmed

Lee, Alice Y. L. Media education in the

Hamed Al-Rabane. Utilisation and Benefits

School 2.0 era: Teaching

of Instructional Media in Teaching Social

through laptop computers and iPads .

Studies Courses as Perceived by Omani

Global Media and China 1. 4(2016): 436-449.

Students . Malaysian Online Journal of
Instructional Technolog. 2 (2005).

media literacy

Jamison, Dean, Patrick Suppes, and Stuart

Ekaya i,

Wells.

PENGGUNAAN

THE

EFFECTIVENESS

OF

Ni

Luh

Putu.

MEDIA

PENTINGNYA
PEMBELAJARAN

ALTERNATIVE INSTRUCTIONAL MEDIA: A

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

SURVEY . Vol 44 (2014): 47-58.

SISWA .

Adegbija,

Yus a ti. Pengunaan Media Gambar Untuk

M.V.

&

M.A.

Fakomogbon.

INSTRUCTIONAL MEDIA IN TEACHING AND

.

Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada

LEARNING: A NIGERIAN PERSPECTIVE .

Pembelajaran IPS Di Kelas IV SD PT. Lestari

Global Media Journal African Edition 6. 2

Tani Teladan (LTT) . Jurnal Kreatif Tadulako

(2012): 216-230.

Online Vol. 3 No. 4. (2016).

ADENIREGUN,

Gbolahan

Solomon.

INSTRUCTIONAL MEDIA FOR EFFECTIVE
TEACHING

AND

LEARNING .

Jatmika, Herka Maya. Pemanfaatan Media

Muhso , Ali.

PENGEMBANGAN MEDIA

PEMBELAJARAN

BERBASIS TEKNOLOGI

INFORMASI . Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, Vol. VIII. No. 2 (2010), Hlm. 1 – 10.

Visual dalam Menunjang Pembelajaran
Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar .

Ali, H., Muhamad, 1992. Guru dalam Proses

Volume 3, No. 1, 2005.

Belajar-Mengajar. Penerbit Sinar Baru :

Purwono, Joni, Sri Yutmini, dan Sri Anitah.

Bandung.

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA

Bachtiar, Harsja, W., 1984. Media dalam

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN

Pembelajaran. Penelitian selama 60 tahun

ALAM . JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Gene L. Wilkinson. Penerbit CV. Rajawali :

DAN PEMBELAJARAN 2.(2014): 127 – 144.

Jakarta.

De i,

Danim,

Kur ia.

PENTINGNYA

MEDIA

PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI .
Mah u , Nu u.

MEDIA PEMBELAJARAN

(Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan
Media

dan

Pembelajaran) .

Implementasinya

dalam

Sudarwan,

Media

Komunikasi

Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta, 1995
Darma, I Made, 1983. Alat Peraga dan
Komunikasi

Pendidikan,

Diktat

Materi

Pelajaran Alat Peraga dan Komunikasi

Pendidikan,

untuk

Siswa

SPG

negeri

Denpasar.

Suparno, 1987. Media Pengajaran Bahasa.
Penerbit

Intan

Pariwara

:

Yogyakarta.Sutarno, Ap., dkk., 1978. Teknik
Djamarah, Syaiful Bakri, 1994. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru. Penerbit

Penilaian

Pendidikan.

Penerbit

Tiga

Serangkai : Solo.

Usaha Nasional : Surabaya.
Susilo, M., Joko, 2007. Pembodohan siswa
Hamalik Oemar, 1990a. Pendekatan Baru
Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Penerbit CV. Sinar Baru: Bandung.
Hamalik, Oemar, 1990. Media Pendidikan.
Penerbit Alumni : Bandung.
Hasnidah,

2015.

Media

Pembelajaran

Kreatif. Jakarta: Luxima Metro Media.
Khadijah, 2015. Media Pembelajaran AUD.
Medan: Perdana Publishin.
Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif
Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.
‘ahardjo, ‘. Media Pe belajara

.

Dalam Yusufhadi Miarso dan kawankawan.
Rusdi Susilana & Cepi Riyana, Media
Pembelajaran

hakikat

pengembangan,

pemanfaatan, dan Penilaian,, Wacana Prima,
Bandung 2007.
Sadiman S., Arief, dkk. (1996). Media
Pendidikan. Pengertian,

Pengembangan,

dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Tersistematis. Penerbit PINUS Book Publiser
: Yogyakarta.