MATERIALITAS DAN RISIKO audit terhadap

Nama
Kelas
NIM

: Hilda Vivi Christiyanti
: Akuntansi 3 A1
: 2014017014

Considering Materiality and Audit Risk
Konsep Maeterialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam ketetapan laporan audit yang harus
dikeluarkan. FASB 2 mendefinisiskan materialitas sebagai :
Besarnya keputusan salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan
informasi tersebut munkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji
tersebut
Pertimbangan Awal Materialitas
Pertimbangan awal materialitas adalah auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan
dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Selama pelaksanaan audit, auditor sering
kali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang disebut dengan

Pertimbangan tentang Materialitas yang Direvisi.
Alokasi Materialitas Awal ke dalam Segmen Audit
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen – segmen perlu dilakukan
karena auditor mengumpulkan bukti persegmen dan bukan untuk laporan keuangan secara
keseluruhan. Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan kedalam saldo akun tertentu itu disebut dalam
SAS 107 (AU 312) sebagai salah saji yang dapat ditoleransi.
Tiga kesulitan utama yang dialami auditor dalam mengalokasikan materialitas pada akun –
akun neraca :
1. Auditor memperkirakan akun – akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji
dibandingkan akun-akun biaya
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini
Melihat kesulitan diatas, maka sangat penting bagi auditor untuk menggabungkan semua
salah saji aktual yang diestimasi lalu membandingkannya dengan pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas pada akhir audit.
Konsep Risiko Audit
Auditor menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi
audit. Misalnya, auditor mengakui ketidak pastian yang melekat tentang ketepatan bukti.
Auditor yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko

dengan cara yang tepat. Merespon risiko ini dengan baik sangat menentukan dalam mencapai
audit yang bermutu tinggi.

Model Risiko Audit
AAR
PDR=
IR × CR
Dimana :
PDR = risiko deteksi yang direncanakan
AAR = risiko audit yang dapat diterima
IR
= risiko inheren
CR
= risiko pengendalian
Hubungan Antar Komponen-komponen Risiko Audit
1. Ketergantungan pemakai eksternal, kemunkinan kegagalan keuangan, integritas
menejemen. Berhubungan dengan Risiko Audit yang dapat diterima. Risiko audit
yang dapat diterima berhubungan langsung dengan risiko deteksi terencana dan bukti
audit yang direncakan. Tetapi juga bisa berhubungan terbalik dengan bukti audit yang
direncanakan.

2. Sifat bisnis, hasil audit sebelumnya, penugasan awal versus penugasan berulang,
pihak-pihak yang terkait, transaksi non rutin, pertimbangan yang diperlukan, unsurunsur populasi, faktor – faktor yang berkaitan dengan salah saji yang timbul akibat
pelaporan keuangan yang curang, kerentanan aktiva terhadap misapropriasi
berhubungan dengan risiko inheren. Risiko inheren berhubungan terbalik dengan
risiko deteksi terencana. Risiko deteksi terencana berhubungan terbalik dengan bukti
audit yang direncanakan.
3. Efektifitas pengendalian internal dan rencana pengendalian berhubungan dengan
risiko pengendalian. Risiko pengendalian berhubungan kebalik dengan risiko deteksi
terencana dan berhubungan langsung dengan bukti audit yang direncanakan.
Integrasi Materialitas dan Risiko dalam Prosedur Audit