TEORI ETIKA DAN PRINSIP ETIS DALAM BISNI (1)

“TEORI ETIKA DAN PRINSIP ETIS DALAM BISNIS”
Makalah Ini Ditulis dan Disajikan Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata
Kuliah
“Etika Bisnis Dan Profesi”

Dosen Pengampu:
NISSA R, SE., Ak.

Oleh Kelompok 1:
ELSA RENI DAMAYANTI

(1362051)

SITI KHUSNUL KHOTIMAH

(1362219)

Program Studi Akuntansi (A-1) 2013
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PGRI
DEWANTARA
JOMBANG


2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam zaman yang sudah global ini, banyak perusahan yang berdiri dan
memerlukan etika guna membentuk citra perusahaan yang baik pada masyarakat selaku
sebagai konsumen, karyawan, manajer, ataupun investor. Hal ini mengenai juga etika
bisnisnya dalam kehidupan etis berbisnis. Sebelum itu kita akan mengetahui apa iu etika
bisnis dan kenapa bisnis juga harus melihat dari pantas atau tidaknya. Etika bisnis dalam
perusahaan memilki peran yang sangat pentig, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang
kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai
yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Kasus-kasus kecurangan seperti Enron
dan Wolidcom telah mendorong perkembangan etika bisnis. Kebutuhan mempelajari etika
oleh akuntan dikarenakan kompleksitas dari dunia akuntansi yang kemudian menghasilkan
keputusan yang tepat.Untuk itu kelompok kami akan mempresentasikan makalah tentang
“Teori Etika dan Prinsip Etis dalam Bisnis”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengetian Etika ?

2. Apa Saja Teori Etika Modern ?
3. Apa Saja Prinsip-Prinsip Etika Dalam Bisnis ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Dari Pengertian Etika Itu Sendiri.
2. Untuk Memahami Apa Saja Macam-Macam Teori Etika Modern
3. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Apa Saja Yang Ada Di Dalam Etika Dalam
Bisnis Itu

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Etika
Kata etika memiliki beberapa makna. Webster’s Collegiate Dictionary yang dikutip
oleh Ronald Duska dalam buku Accounting Ethics memberi empat makna dasar dari kata
etika, yaitu: 1. Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan dengan tugas moral serta
kewajiban. 2. Seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai, Sebuah teori atau sistem atas
nilai-nilai moral, Prinsip atas pengaturan prilaku suatu individu atau kelompok. Sedangkan
menurut Bertens etika dapat juga didefinisikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Dari pengertian diatas mengisyaratkan bahwa etika memiliki peranan penting dalam

mengestimasi segala perbuatan dan tindakan yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang
telah disepakati oleh masyarakat. Dalam prakteknya, terkadang penerapan nilai etika hanya
dilakukan sebatas persetujuan atas standar moral yang telah disepakati untuk tidak dilanggar.
Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku
dan tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa
dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi. Untuk itu,
pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam mengenai alasan-alasan mengapa kita perlu
berperilaku yang etis sesuai dengan norma-norma moral yang telah disepakati, melahirkan
suatu bentuk teori etika yang menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya
keputusan moral kita.
Relativitas Moral Dalam Bisnis
Menurut De George, ada tiga pandangan umum yang dianut. Pandangan pertama
adalah norma etis berbeda antara 1 tempat dengan tempat lainnya. Artinya perusahaan harus
mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di negara tempat perusahaan tersebut
beroperasi. Yang menjadi persoalan adalah anggapan bahwa tidak ada nilai dan norma moral
yang bersifat universal yang berlaku di semua negara dan masyarakat, bahwa nilai dan norma
moral yang berlaku di suatu negara berbeda dengan yang berlaku di negara lain. Oleh karena
itu, menurut pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar, karena
bagaimanapun mencuri, merampas, dan menipu dimanapun juga akan dikecam dan dianggap
tidak etis. Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling benar dalam

arti tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa pada dasarnya norma dan nilai

moral berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap benar di negara sendiri harus
diberlakukan juga di negara lain (karena anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun pasti
berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa moralitas
menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia, oleh karena itu sejauh
manusia adalah manusia, dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap
berlaku. Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak
ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
B. Teori Etika Modern (Kognitivisme)
Ada beberapa teori etika modern , yaitu :
1.

Utilitarisme.
Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti bermanfaat´. Menurut teori ini,

suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi menfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Menurut suatu
perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk
menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah the greatest happiness of the greatest

number, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.
Terlepas dari daya tariknya, teori utilitarianisme juga mempunyai kelemahan, antara lain: a)
Manfaat merupakan konsep yang kompleks sehingga penggunaannya sering menimbulkan
kesulitan. Masalah konsep manfaat ini dapat mencakup persepsi dari manfaat itu sendiri yang
berbeda-beda bagi tiap orang dan tidak semua manfaat yang dinilai dapat dikuantifikasi yang
berujung pada persoalan pengukuran manfaat itu sendiri. b) Utilitarianisme tidak
mempertimbangkan nilai suatu tindakan itu sendiri, dan hanya memperhatikan akibat dari
tindakan itu. Dalam hal ini utilitarianisme dianggap tidak memfokuskan pemberian nilai
moral dari suatu tindakan, melainkan hanya terfokus aspek nilai konsekuensi yang
ditimbulkan dari tindakan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa utilitarianisme tidak
mempertimbangkan motivasi seseorang melakukan suatu tindakan. c) Kesulitan untuk
menentukan prioritas dari kriteria etika utilitarianisme itu sendiri, apakah lebih
mementingkan perolehan manfaat terbanyak bagi sejumlah orang atau jumlah terbanyak dari
orang-orang yang memperoleh manfaat itu walaupun manfaatnya lebih kecil. d)
Utilitarianisme hanya menguntungkan mayoritas. Dalam hal ini suatu tindakan dapat
dibenarkan secara moral sejauh tindakan tersebut menguntungkan sebagian besar orang,

walaupun mungkin merugikan sekelompok minoritas. Dengan demikian, utilitarianisme dapat
dikatakan membenarkan ketidakadilan, yaitu bagi kelompok yang tidak memperoleh manfaat.
2.


Deontologi.
Deontologi sendiri lebih melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi

perbuatan. Aliran besar pemikiran etika kedua adalah deontologi. Tokoh besar aliran ini
adalah Immanuel Kant (1724-1804) (Ludigdo, 2007), sehingga disebut juga sebagai
Kantianisme. ´Deontologi´ ( Deontology) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu : deon
yang artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal
ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan
dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi
menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi
perbuatan itu juga baik.
3.

Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang

paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan
dengan kewajiban. Maka, teori hak pun cocok diterapkan dengan suasana demokratis. Dalam

arti, semua manusia dari berbagai lapisan kehidupan harus mendapat perlakuan yang sama.
Seperti yang diungkapkan Immanuel Kant, bahwa manusia meruapakan suatu tujuan pada
dirirnya (an end in itself). Karena itu manusia harus selalu dihormati sebagai suatu tujuan
sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya
suatu tujuan lain (Bertens, 2000).
4.

Teori Keutamaan
Teori tipe terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau

akhlak seseorang. Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan
sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur
perbuatan dengan prinsip atau norma.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : diposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral, misalnya :

Kebijaksanaan, Keadilan, Kerendahan hati, Suka bekerja keras. D. Teori Etika Religius
(Nonkognitivisme) Pemikir besar Eropa dari kalangan kristen adalah Thomas Aquinas (12251274). Menurut Aquinas, Tuhan adalah tujuan akhir manusia, karena Ia adalah nilai tertinggi
dan universal, dan karenanya kebahagiaan manusia tercapai apabila ia memandang Tuhan.
Etika keagamaan tradisional didasarkan pada keyakinan terhadap tuhan dan semesta moral.

Sejumlah aliran eksistensialisme religius kontemporer menolak teisme tradisional. Umumnya
menolak bentuk supernaturalisme dan otoritarianisme. Sebagai gantinya landasan non teistik
disampaikan dalam etika tillich; atau teologi radikal yang melihat agama secara sekuler
karena "Tuhan telah mati" membuat etika lebih bersifat humanistik dan universal, serta
eksesistensial. Bagi etika keagamaan tradisional, Tuhan dianggap sebagai kebajikan
(St.Agustine), atau tebatasi oleh kebajikan (Plato), dan merupakan sumber dan pendukung
semua nilai. Etika relijius tradisional pada dasarnya bersifat deontologis, yakni mendasarkan
penekanan pada masalah tugas, kewajiban, atau memahami kebenaran dalam bertindak. Etika
bersifat agamistik, yakni berdasar pada cinta Tuhan dan sesama manusia, meskipun unsur
deontologis dan areteiki dapat ditemukan didalamnya, termasuk unsur otoritarianisme dan
supernaturalisme. Dalam perspektif religius pemikiran etika cenderung melepaskan kepelikan
dialektika atau metodologis dan memusatkan pada usaha untuk mengeluarkan spirit moralitas
islam denga cara lebih langsung berakar pada AL-Qur’an dan Sunnah. Dalam topik ini
pengetahuan dan perbuatan menjadi unsur pencapain kebahagiaan. Sumber utama
pengetahuan adalah Tuhan yang telah menganugerahkannya kepada manusia melalui
berbagai cara (Ludigdo, 2007).
C. Prinsip-prinsip Etika Dalam Bisnis
Bisnis dapat diartikan sebagai kegiatan memproduksi dan menjual barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kegiatan bisnis terjadi karena keinginan untuk
saling memenuhi kebutuhan hidup masing-masing manusia, dan masing-masing pihak

tentunya memperoleh keuntungan dari proses tersebut.
Ada lima prinsip etika bisnis menurut Keraf (1994:71-75) diantaranya adalah :
1. Prinsip Otonomi.
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan
kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom mengandaikan adanya kebebasan mengambil
keputusan dan bertindak menurut keputusan itu. Otonomi juga mengandaikan adanya
tanggung jawab. Dalam dunia bisnis, tanggung jawab seseorang meliputi tanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat.

2. Prinsip Kejujuran.
Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu
barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling
problematik karena masih banyak pelaku bisnis melakukan penipuan.
3. Prinsip Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik.
Prinsip ini mengarahkan agar kita secara aktif dan maksimal berbuat baik atau
menguntungkan orang lain, dan apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak
melakukan sesuatu yang merugikan orang lain atau mitra bisnis.
4. Prinsip Keadilan.
Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi hak seseorang di mana
prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.

5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri.
Prinsip ini mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin
diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin
diperlakukan.
Beberapa prinsip etis dalam bisnis telah dikemukakan oleh Robert C.Solomon (1993)
dalam Bertens (2000), yang memfokuskan pada keutamaan pelaku bisnis individual dan
keutamaan pelaku bisnis pada taraf perusahaan. Berikut dijelaskan keutamaan pelaku bisnis
individual, yaitu:
a. Kejujuran.
Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang
harus dimiliki pelaku bisnis. Orang yang memiliki keutamaan kejujuran tidak akan
berbohong atau menipu dalam transaksi bisnis. Pepatah kuno caveat emptor yaitu hendaklah
pembeli berhati-hati. Pepatah ini mengajak pembeli untuk bersikap kritis untuk
menghindarkan diri dari pelaku bisnis yang tidak jujur. Kejujuran memang menuntut adanya
keterbukaan dan kebenaran, namun dalam dunia bisnis terdapat aspek-aspek tertentu yang
tetap harus menjadi rahasia. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa setiap informasi yang tidak
benar belum tentu menyesatkan juga.
b. Fairness.
Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan
dengan ”wajar” yang dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat

dalam suatu transaksi.
c. Kepercayaan.

Kepercayaan adalah keutamaan yang penting dalam konteks bisnis. Kepercayaan
harus ditempatkan dalam relasi timbal-balik. Pembisnis yang memiliki keutamaan ini boleh
mengandaikan bahwa mitranya memiliki keutamaan yang sama. Pembisnis yang memiliki
kepercayaan bersedia untuk menerima mitranya sebagai orang yang bisa diandalkan. Catatan
penting yang harus dipegang adalah tidak semua orang dapat diberi kepercayaan dan dalam
memberikan kepercayaan kita harus bersikap kritis. Kadang kala juga kita harus selektif
memilih mitra bisnis. Dalam setiap perusahaan hendaknya terdapat sistem pengawasan yang
efektif bagi semua karyawan, tetapi bagaimanapun juga, bisnis tidak akan berjalan tanpa ada
kepercayaan.
d. Keuletan.
Keutamaan keempat adalah keuletan, yang berarti pembisnis harus bertahan dalam
banyak situasi yang sulit. Ia harus sanggup mengadakan negosiasi yang terkadang seru
tentang proyek atau transaksi yang bernilai besar. Ia juga harus berani mengambil risiko kecil
ataupun besar, karena perkembangan banyak faktor tidak diramalkan sebelumnya. Ada
kalanya ia juga tidak luput dari gejolak besar dalam usahanya. Keuletan dalam bisnis itu
cukup dekat dengan keutamaan keberanian moral.
Selanjutnya, empat keutamaan yang dimiliki orang bisnis pada taraf perusahaan,
yaitu:
a. Keramahan.
Keramahan tidak merupakan taktik bergitu saja untuk memikat para pelanggan, tapi
menyangkut inti kehidupan bisnis itu sendiri, karena keramahan itu hakiki untuk setiap
hubungan antar-manusia. Bagaimanapun juga bisnis mempunyai segi melayani sesama
manusia.
b. Loyalitas.
Loyalitas berarti bahwa karyawan tidak bekerja semata-mata untuk mendapat gaji,
tetapi juga mempunyai komitmen yang tulus dengan perusahaan. Ia adalah bagian dari
perusahaan yang memiliki rasa ikut memiliki perusahaan tempat ia bekerja.
c. Kehormatan.
Kehormatan adalah keutamaan yang membuat karyawan menjadi peka terhadap suka
dan duka serta sukses dan kegagalan perusahaan. Nasib perusahaan dirasakan sebagai
sebagian dari nasibnya sendiri. Ia merasa bangga bila kinerjanya bagus.
d. Rasa Malu
Rasa malu membuat karyawan solider dengan kesalahan perusahaan. Walaupun ia
sendiri barang kali tidak salah, ia merasa malu karena perusahaannya salah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika ( sebagai praktisi ) adalah moral /moralitas yang mengandung adat istiadat,
kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
Prinsip / nilai moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat yang
berbeda-beda dan untuk situasi yang berbeda pula.
Teori etika berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat istiadat kebiasaan,
nilai-nilai dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik.

Daftar Pustaka
Bartens, K.,2000.,Pengantar Etika Bisnis.,edisi ke-12.,Yogyakarta:Kanisius,
http://.dokumen.tips/dokuments/teori-etika-dan-prinsip-etis-dalam-bisnis5659cf9615db.html.,diakses tanggal 29 September 2016.,20.03 Wib.