ISLAM PRESPEKTIF STRATEGI PENGUATAN TRUS

ISLAM PRESPEKTIF STRATEGI PENGUATAN TRUST IN A BRAND
MENGGUNAKAN ETIKA BISNIS MARKETING

Oleh :
HARSANTO, SE, SKom

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BATIK
SURAKARTA

1

2

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus
mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal
yang terpenting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan
adalah mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut.
Persoalan merek memang menjadi salah satu persoalan yang harus dipantau secara
terus menerus oleh setiap perusahaan. Merek-merek yang kuat, teruji, dan bernilai

tinggi terbukti tidak hanya sukses mengalahkan hitungan rasional, tetapi juga
canggih mengolah sisi-sisi emosional konsumen. Untuk mempertahankan
kepercayaan konsumen terhadap merek (Trust In A Brand), merek harus memiliki
kualitas dan karisma. Agar memiliki karisma merek harus mempunyai aura, harus
konsisten, kualitasnya harus dijaga dari waktu ke waktu.
Brand di satu sisi merupakan pelabelan yang memiliki kekuatan untuk
mendongkrak penjualan sebuah produk. Brand juga dapat dihubungkan dengan
kepercayaan konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang dipercaya tidak saja
untuk memenuhi kebutuhan mereka, akan tetapi untuk memberikan kepuasan yang
lebih baik dan sebuah jaminan.

Brand dianggap sebagai salah satu strategi

penjualan yang efektif. Selain sebagai identitas, brand atau merek juga akan
membuat konsumen percaya dan setia pada produk. Ada ikatan emosi yang
membuat konsumen terkesan dengan produk yang bersangkutan. Ikatan ini yang
membuat konsumen tidak mempertimbangkan merek lain, walaupun harganya
lebih murah. Bisa kita lihat betapa banyak konsumen yang sangat fanatic terhadap

3

sebuah merek tertentu, dan tidak berpindah ke lain merek meskipun ada merek lain
untuk produk serupa yang mungkin kualitasnya relative sama dan harhanya jauh
lebih murah.
Persaingan sengit antara perguruan tinggi plat merah (PTN) maupun plat
hitam (PTS) menjadikan seringnya pihak pihak kampus melakukan terobosan
cemerlang guna menyiasati pengambilan kesempatan pasar yang tersedia. Jika
kita lihat banyaknya PTN yang brutal layaknya algojo berjualan asongan dengan
tanpa sungkan dan rasa toleransi terhapat PTS yang semakin hari makin
tersenggal-sengal bernafas mempertahankan diri dari amukan algojo berjualan
asongan.

Terlebih lagi pemerintah secara tidak adil meng-anak emaskan PTN

dengan segenap fasilitas baik beasiswa dosen yang dengan mudahnya
diberondongkan bak pelor bermesiu, juga masih ditambahkan dengan dana-dana
penelitian, maupun hibah yang sangat mudahnya digelontorkan, apalagi PTN
masih dinyamankan dan dimudahkan diluar instrument penerimaan mahasiswa
baru melalui ujian masuk perguruan tinggi negeri bersama, mereka masih dengan
rakusnya bebas buka lapak program Swadana, atau program Vokasi Diploma tiga
atau program profesi lainnya. Sudah pasti bisa dihitung jumlah pemasukan PTN

adalah sudah pasti maha dasyat, lalu bagai mana pihak PTS dapat bertahan
diladang yang sudah tandus dieksploitasikan oleh PTN ?,

maka harus segera

dilakukan inovasi-inovasi yang cukup radikal tetapi tetap terjaga legalitas –nya.
Teknologi menjadi salah satu modal utama Perguruan tinggi swasta dalam
menjalankan proses bisnis, yang bertujuan positif dalam berbagai hal termasuk
untuk memperoleh keuntungan bisnis. Perkembangan teknologi membuat segala

4
sesuatu menjadi lebih mudah. Pada era globalisasi sekarang kecepatan dan
kemudahan menjadi bagian penting dalam memenangkan persaingan, oleh karena
itu teknologi seperti internet berperan disini. Banyak masyarakat yang dulu tidak
terlalu bergantung oleh teknologi terpaksa harus beralih dan beradaptasi jika tidak
mau tertinggal. Dengan kekuatan teknologi seperti internet memperoleh berbagai
manfaat seperti memperoleh informasi dengan cepat, melakukan pembelian secara
online, bertukar informasi secara online dan lain-lain. Berhubungan dengan
internet, perusahaan maupun Perguruan tinggi swasta pada zaman seperti sekarang
wajib memiliki sebuah website, karena dengan bantuan website perusahaan

maupun Perguruan tinggi swasta dapat menyebarkan informasi mengenai segala
informasi kepada masyarakat secara cepat dan mudah tanpa harus mengeluarkan
biaya marketing yang besar.

Proses pemasaran melalui website ini yang biasa

disebut e-marketing.
Kelebihan internet paling pokok jika dimanfaatkan secara baik sebagai
media marketing Perguruan tinggi swasta adalah informasi dan promosi tentang
seluk-beluk Perguruan tinggi swasta tersebut, dapat diakses dimana saja dan kapan
saja oleh semua orang yang terhubung ke media internet, daerah yang dicakup pun
global seluruh dunia. Selain itu e-marketing juga dapat mengurangi biaya
advertising yang tidak perlu, seperti biaya penggunaan kertas secara berlebihan
untuk menyebar brosur atau pamphlet sebanyak mungkin tanpa strategi yang jelas,
tanpa mengetahui target customer.
Pelanggan dalam hal ini mahasiswa, calon mahasiswa, orang tua mahasiswa
maupun mitra dunia usaha pengguna lulusan perguruan tinggi merupakan asset

5
penting pada perguruan tinggi swasta, oleh karena itu harus dijaga hubungan baik

terebut, salah satunya dalam bidang marketing yang biasa disebut relation
marketing. Relation marketing dapat diartikan sebagai usaha pengenalan produk
baik barang atau jasa yang dimiliki perusahaan maupun perguruan tinggi kepada
calon pelanggan, dimana tujuan pemasaran bukan hanya memberikan informasi
dan pengenalan produk, melainkan menarik minat calon pelanggan dalam hal ini
adalah mahasiswa sebagai pihak konsumen atau calon konsumen, untuk membina
hubungan dengan institusi sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan. Banyak
upaya dalam relationship marketing seperti, menyediakan sarana komunikasi dua
arah melalui social media atau website perusahaan untuk menampung feedback,
kritik atau saran. Kumpulan dari feedback, kritik atau saran yang diberikan
pelanggan dapat digunakan oleh perusahaan sebagai usulan dalam memperbaiki
kualitas baik pelayanan, produk dan lain-lain agar lebih baik dan tidak terulang
kesalahan yang sama di masa datang.
Selain itu, dengan membaca dan menganalisis kumpulan saran dan kritik
yang pelanggan berikan kepada perusahaan (baik itu dalam bentuk testimonial,
review, komentar-komentar atau hasil polling atau survey yang perusahaan adakan
secara online misalnya), perusahaan dapat mengetahui dengan cepat seberapa
besar minat customer terhadap produk atau jasa yang telah dikeluarkan
perusahaan, langkah apa yang selanjutnya harus dilakukan untuk mengembangkan
atau memperbaiki bisnis sesuai dengan request atau kebutuhan dari pelanggan.

Dengan cara ini pelanggan akan merasa di dengarkan, semakin puas dan semakin
loyal dengan perusahaan , serta secara sukarela akan mempromosikan perusahaan

6
ke orang-orang terdekatnya sebagai badan usaha yang kredibel dan berkualitas,
sehingga jumlah pelanggan baru pun terus meningkat berkat adanya word-tomouth promotion (promosi dari mulut ke mulut) atau viral marketing gratis yang
dilakukan secara sukarela oleh pelanggan-pelanggan loyal yang puas dengan
produk atau jasa dari perusahaan.
Marketing

merupakan

hal

awal

yang

dilakukan


untuk

dapat

memperkenalkan perusahaan ke calon konsumen sehingga konsumen tertarik
untuk membina hubungan dengan perusahaan. Topik e-marketing masih relevan
untuk dibahas sekarang ini, karena e-marketing merupakan tahap awal yang harus
dikuasai terlebih dahulu, sebelum bisa melangkah ke tahap yang selanjutnya dalam
dunia bisnis. Apalagi e-marketing selalu berkembang mengikuti perkembangan
teknologi dan informasi.
Universitas Islam Batik merupakan badan usaha legal penyelenggara jasa
pendidikan tinggi perlu melakukan penguatan kepercayaan publik terhadap
keungulan kompetitif Fakultas Ekonomi Manajemen Strata Satu Dan Pasca
Sarjana Menggunakan E-Marketing Dan Sosial Media

B. INDENTIFIKASI MASALAH
Islam tidak pernah melarang umatnya untuk berbisnis, bahkan melalui Nabi
Muhammad telah dicontohkan bahwa Islam sangat memperhatikan “bisnis”
(perniagaan) sebagai sebuah mata pencaharian bagi umatnya. Akan tetapi dalam
berniaga, Islam telah menentukan rambu-rambunya.


Mempromosikan barang

7
yang akan dijualnya pun tidak dilarang dalam Islam, hanya saja bagaimana cara
dan apa yang menjadi kata-kata dalam promosi tentu sangat diperhatikan. Katakata manis yang penuh dengan obral janji dalam sebuah slogan Merek tentunya
bertujuan untuk merayu, bahkan membius masyarakat hingga mereka mau
membeli produk yang ditawarkan. Persoalannya, apakah semua janji yang dikemas
dalam slogan akan direalisasikan atau tidak? Tidak sedikit perusahaan yang hanya
mengobral janji dalam slogan-slogan Brand mereka, tanpa memperhatikan apakah
kualitas produk yang diiklankan sudah benar-benar sesuai dengan realitasnya?
Berangkat dari fenomena tersebut, penulis ingin mengkaji lebih jauh apakah
Branding juga harus memiliki etika? Kalau ya, etika yang bagaimanakah yang
sepatutnya digunakan, dan bagaimana Islam memberikan rambu-rambu dalam
etika “Branding”?
Masalah umum yang dialami oleh Universitas Islam Batik sebagai penyedia
layanan jasa pendidikan tinggi adalah upaya Penguatan Trust In A Brand
Keunggulan Kompetitif secara online perlu lebih digalakkan pada berbagai portal
informasi Pendidikan Tinggi Nasional hingga Internasional sebagai pasar global.
Dengan informasi yang masih terbatas dan tidak terpusat sehingga target

penguatan trust in a brand keunggulan kompetitif juga kurang tepat sasaran. Hal
ini tentunya menyulitkan tidak hanya bagi pihak marketing Universitas Islam
Batik Surakarta karena penyebaran berita melalui berbagai portal informasi ini
tidak bisa dikontrol dengan mudah setiap hari, tapi juga menyulitkan dan
membingungkan bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang Universitas

8
Islam Batik Surakarta, karena tidak adanya satu sumber terpusat yang bisa mereka
percaya.
Oleh karena itu solusi yang bisa diberikan adalah membangun suatu alat
yang dapat memberi pengaruh Trust In A Brand keunggulan kompetitif Fakultas
Ekonomi Manajemen Strata Satu Dan Pasca Sarjana Menggunakan E-Marketing
Dan Sosial Media sebagai alat pemasaran berbasis teknologi Informasi dengan
cakupan bebas ruang dan waktu serta menggunakan batasan etika etika bisnis
Sesuai dengan harapan atas terbangunnya Trust In A Brand keunggulan
kompetitif Fakultas Ekonomi Manajemen Strata Satu Dan Pasca Sarjana di
Universitas Islam Batik Surakarta, maka topik bahasan penulisan tesis yang akan
ditulis, dibatasi pada topik bahasan tertentu yaitu :
A. MEMBANGUN E-MARKETING BERBASIS PORTAL WEB RESMI
yang berfungsi sebagai salah satu media pemasaran untuk Universitas Islam

Batik Surakarta adalah mempertimbangkan karakteristik merek (brand
characteristic),

karakteristik

perusahaan

(company

characteristic),

karakteristik konsumen merek (consumer brand characteristic) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap loyalitas merek (brand loyalty).
B. MEMBANGUN PORTAL E-KULIAH ONLINE
sebagai pusat rujukan bahan kuliah mahasiswa Strata satu (S1) dan Pasca
Sarjana untuk semua Mata kuliah yang sedang berlangsung pada tiap semester
berjalan.

9


C. KEBIJAKAN

MEMUNCULKAN

KEWIRAUSAHAAN

DAN

KULIAH

MATA

KULIAH

PRAKTEK

(KP)

PROFESI
BERBASIS

WIRAUSAHA ON LINE WEB BASE
Sebagai upaya keunggulan kompetitif Mata kuliah profesi berbasis wirausaha
On line web base pada Fakultas Ekonomi Manajemen strata satu (S1) dengan
cara pihak Universitas memberikan tempat server portal yang terorganisir dari
awal pendaftaran ruang simpan portam web sampai dengan pendaftaran nama
alamat domain
D. MEMBANGUN SERVER SMS GATEWAY UNIVERSITAS ISLAM BATIK
SURAKARTA
Sebagai media interaksi dan informasi dua arah baik untuk mahasiswa, calon
mahasiswa, serta dosen tetap yayasan maupun dosen tidak tetap termasuk para
mitra bisnis Universitas Islam Batik Surakarta.
E. MEMBANGUN TEKNOLOGI DIGITAL LIBRARY ON LINE WEB BASE
Sebagai sumber referensi keilmuan bebas ruang dan waktu sehingga dapat di
akses oleh para mahasiswa, dosen dan karyawan Universitas batik Surakarta
maupun sebagai pusat rujukan referensi nasional antar perguruan tinggi
tersebut membawa berpengaruh terhadap brand loyalty (loyalitas merek dan
nama baik) dan Trust In A Brand untuk Universitas Islam Batik Surakarta.

10
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada indentifikasi masalah tersebut diatas, maka masalah umum
yang dialami oleh Universitas Islam Batik Surakarta sebagai penyedia layanan jasa
pendidikan tinggi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.

Apakah membangun e-marketing berbasis Portal web yang berfungsi sebagai
salah satu media pemasaran dapat melakukan penguatan brand characteristic
(karakteristik merek), company characteristic (karakteristik perusahaan),
consumer brand characteristic (karakteristik konsumen merek) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap brand loyalty (loyalitas merek).

2.

Apakah dengan Portal Web E-kuliah online sebagai pusat rujukan bahan
kuliah mahasiswa Strata satu (S1) dan Pasca Sarjana untuk semua Mata kuliah
yang sedang berlangsung pada tiap semester berjalan tersebut berpengaruh
terhadap brand loyalty (loyalitas merek dan nama baik) dari pihak Mahasiswa
aktif Universitas Islam Batik Surakarta maupun mahasiswa kampus lain
sehingga menjadi salah satu rujukan bahan kuliah nasional

3.

Apakah program keunggulan kompetitif Mata kuliah profesi Kewirausahaan
dan Kuliah Praktek (KP) berbasis wirausaha On line web base pada
Fakultas Ekonomi Manajemen strata satu (S1) berpengaruh terhadap brand
loyalty (loyalitas merek dan nama baik) dari pihak pengguna pruduk lulusan
Universitas Islam Batik Surakarta

4.

Apakah penggunaan Teknologi Server SMS Gateway Universitas Islam Batik
Surakarta sebagai media interaksi dan informasi dua arah baik untuk
mahasiswa, calon mahasiswa, serta dosen tetap yayasan maupun dosen tidak

11
tetap termasuk para mitra bisnis Universitas Islam Batik Surakarta tersebut
membawa berpengaruh terhadap brand loyalty (loyalitas merek dan nama baik)
dan Trust In A Brand untuk Universitas Islam Batik Surakarta.
5.

Apakah penggunaan Teknologi Digital Library On line Web Base sebagai
sumber referensi keilmuan bebas ruang dan waktu sehingga dapat di akses
oleh para mahasiswa, dosen dan karyawan Universitas batik Surakarta maupun
sebagai pusat rujukan referensi nasional antar perguruan tinggi tersebut
membawa berpengaruh terhadap brand loyalty (loyalitas merek dan nama baik)
dan Trust In A Brand untuk Universitas Islam Batik Surakarta.

D. TUJUAN PENELITIAN
1.

Menganalisa proses marketing yang sudah dilakukan dan sedang berjalan pada
Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Islam Batik Surakarta untuk
mengetahui apa saja yang akan dibutuhkan untuk membangun e-marketing.

2.

Menganalisa pasar untuk mengetahui target pelanggan yang tepat.

3.

Menganalisa penggunaan e-marketing berbasis web yang berfungsi sebagai
salah satu media pemasaran untuk perusahaan.

4.

Menganalisa penggunaan portal e-kuliah kuliah online sebagai pusat rujukan
bahan kuliah mahasiswa Strata satu (S1) dan Pasca Sarjana untuk semua Mata
kuliah yang sedang berlangsung pada tiap semester berjalan di Universitas
Islam Batik Surakarta

5.

Menganalisa penggunaan Teknologi SMS Gateway Gateway Universitas Islam
Batik Surakarta sebagai media interaksi dan informasi

12
6.

Menganalisa penggunaan Teknologi Digital Library On line Web Base sebagai
sumber referensi keilmuan

E. MANFAAT PENELITIAN
1.

Manfaat Praktis
 Memperluas pangsa pasar, dengan membangun e-marketing perusahaan
dapat menjangkau pasar yang lebih luas, dikarenakan tingginya penggunaan
internet di indonesia sehingga memungkinkan informasi yang disebar akan
dibaca oleh pengguna internet.
 Mempermudah penyampaian informasi, dengan membangun e-marketing
berbasis web perusahaan dapat dengan mudah menyampaikan informasi
tentang produk perusahaan tersebut dibandingkan dengan menggunakan
media cetak.


Mengurangi biaya pemasaran, dengan membangun e-marketing berbasis
web perusahaan diharapkan dapat menghemat biaya dengan mengurangi
pemakaian kertas untuk brosur dan pamphlet setiap bulannya.

2.

Manfaat Akademik
Bagi akademisi dan peneliti dapat memberikan kontribusi pemikiran, referensi
penelitian-penelitian yang sejenis untuk pengembangan literatur secara empiris
terutama pada Strategi Penguatan Trust In A Brand Keunggulan Kompetitif

13
Menggunakan E-Marketing Pada Fakultas Ekonomi Manajemen Strata Satu
Dan Pasca Sarjana Universitas Islam Batik Surakarta
F.

DESKRIPSI TEORI
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran menurut kotler adalah : Pemasaran adalah suatu proses sosial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan

dengan

menciptakan

dan

menawarkan

serta

secara

bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Menurut Lamb, hair dan Mc Daniel (2001:6) mengemukakan bahwa : Pemasaran
merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi,
dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.
2. Bauran Pemasaran
Sofjan Assauri (1996 : 181) mengemukakan bahwa : Strategi bauran pemasaran
adalah bagian dari stategi pemsaran (marketing strategy) dan berfungsi sebagai
pedoman dalam menggunakan unsur-unsur atau variabel-variabel pemasaran
yang dapat di kendalikan pimpinan perushaan, untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam bidang pemasaran. Unsur variabel strategi bauran pemasaran
adalah Produk (product), Harga (price), Saluran distribusi (place), Promosi
(promition).
3. Pengertian Merek

14


Menurut American Marketing Association dalam buku Rangkuti (2003:2)
mengemukakan bahwa: ”Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol
rancangan,atau kombinasi yang dapat mengidentifikasikan barang atau jasa
dari seorang atau sekelompok penjual agar dapat membedakan produk
tersebut dari produk pesaing.



Menurut Lamb & Mc Daniel (Lamb, 2001 : 421) mengemukakan bahwa :
”merek adalah suatu nama, istilah, simbol, desain atau gabungan
keempatnya

yang

mengidentifikasikan

produk

para

penjual

dan

membedakannya dari produk pesaing.”


Menurut Kotler (2000:460) Merek dapat memiliki enam level pengertian
yaitu Atribut, Manfaat, Nilai, Budaya, Kepribadian

4. Pemakai
Menurut Kotler, didalam buku Simamora (2003 : 3)
a. Manfaat merek bagi perusahaan :


Merek memudahkan penjual untuk mengelola pesanan dan menelusuri
masalah masalah yang timbul



Merek dan tanda dagang akan secara hukum melindungi penjualan dari
pemalsuan ciri- ciri produk, karena bila tidak setiap pesaing akan meniru
produk yang telah berhasil di pasaran.

15


Merek memberikan peluang bagi penjual untuk mempertahankan
kesetiaan konsumen terhadap produknya, dimana kesetian konsumen
akan melindungi penjual dari pesaing seta membantu memperketat
pengendalian dalam merencanakan strategi bauran pemasaran



Merek dapat membantu penjual melakukan segmentasi pasar

5. Manfaat penguatan brand image merek bagi konsumen :
a.

Memudahkan untuk mengenali mutu

b.

Dengan adanya penguatan merek atau nama institusi tertentu, maka
konsumen (pengguna jasa pendidikan/mahasiswa) dapat meningkatkan
status dan prestisenya atas penyandang status atau Alumni pengguna jasa
pendidikan tersebut

b.

Manfaat merek bagi mitra dunia usaha (pengguna produk lulusan) :
 Mengidentifikasi Ciri khusus produk lulusan dan pada penempatan
bidang kerja
 Meningkatkan tingkat kepercayaan mitra pengguna lulusan sebagai
pilihan bagi para mitra dunia usaha

6. Kepercayaann Merek (Trust in a brand)
Kepercayaann terhadap merek (Trust in a brand) Menurut Aeker (1997 : 69)
kepercayaan terhadap merek menunjukkan bahwa nilai merek dapat diciptakan
dan dikembangkan melalui manajemen terhadap beberapa aspek yang melebihi

16
kepuasan konsumen serta diimbangi kinerja produk beserta atribut- atributnya
secara fungsional kepercayan terhadap merek atau trust in a brand (kepercayaan
merek) sebagai kemauan rata- rata konsumen untuk bergantung kepada
kemampuan dari sebuah merek dalam melaksanakan segala kegunaan dan
fungsinya.
7. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Menurut Darmadi Durianto (2001:62) Brand Loyalty (loyalitas merek)
merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini
mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan
beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tesebut didapati
adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain. Loyalitas merek
menunjukkan adanya suatu ikatan antara pelanggan dengan merek tertentu dan
ini sering kali ditandai dengan adanya Konsumen yang loyal terhadap suatu
pembelian ulang dari pelanggan. merek memiliki ciri- ciri sebagai berikut :
a. Memiliki komitmen pada merek tersebut.
b. Berani membayar lebih pada merek tersebut bila dibandingkan dengan
merek yang lain.
c. Akan merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.
d. Dalam melakukan pembelian kembali produk tersebut tidak melakukan
pertimbangan.
e. Selalu mengikuti informasi yang berkaitan merek tersebut.

17
f. Mereka dapat menjadi semacam juru bicara dari merek tersebut dan mereka
selalu mengembangkan hubungan dengan merek tersebut
8. E -marketing dan Media Sosial
Pemasaran on-line menurut Philip Kotler (2006) adalah pemasaran yang
dilakukan melalui sistem komputer online interaktif yang menghubungkan pihak
pembeli dan penjual secara elektronik, Ada dua jenis saluran pemasaran online :
a.

Layanan On-line Komersial, Internet layanan yang menawarkan informasi
dan layanan pemasaran on-line kepada pelanggan yang membayar biaya
bulanan, seperti America on-line, Compuserve dan Prodigy.

b.

Internet, Web global jaringan komputer yang luas dan berkembang pesat
yang tidak mempunyai manajemen dan kepemilikan sentral.

Layanan on-line menjadi begitu popular, disebabkan oleh beberapa pertimbangan
sebagai berikut :
1.

Kemudahan
Para pelanggan dapat memesan produk 24 jam sehari dimanapun mereka
berada. Mereka tidak harus berkendara, mencari tempat parkir, dan berjalan
melewati gang yang panjang untuk mencari dan memeriksa barang-barang.

2.

Informasi
Para pelanggan dapat memeroleh setumpuk informasi tentang perusahaan,
produk, dan pesaing tanpa meninggalkan kantor atau rumah mereka.

3.

Rongrongan yang lebih sedikit:
Para pelanggan tidak perlu menghadapi atau melayani bujukan atau faktorfaktor emosional, mereka juga tidak perlu menunggu dalam antrian.

Pemasaran on-line memiliki sekurang-kurangnya empat manfaat besar:

18
a.

Baik perusahaan besar maupun kecil dapat melakukannya, karena biaya
yang dikeluarkan tidak mahal.

b.

Tidak ada keterbatasan riil untuk tempat iklan, berbeda dengan media cetak
dan siaran.

c.

Akses dan pengambilan informasi yang cepat dibandingkan dengan surat dan
fax.

d.

Situs itu dapat dikunjungi oleh siapa saja didunia dan kapan saja.

e.

Belanja dapat dilakukan secara pribadi dan cepat

Selain kelebihan, layanan on-line juga memiliki kelemahan,
a.

pemasaran on-line tidak selalu cocok untuk setiap perusahaan juga tidak
selalu cocok untuk setiap produk.

b.

Internet kurang bermanfaat untuk produk dan jasa dimana pembelanja
mencari kenyamanan pemesanan yang lebih besar (misalnya buku dan
musik) atau biaya yang lebih rendah (misalnya, perdagangan saham dan
pembaca berita).

c.

Internet kurang bermanfaat untuk produk-produk yang harus disentuh atau
diperiksa sebelumnya. Tetapi hal itupun ada terkecualian. Siapa yang berfikir
bahwa orang akan memesan komputer yang mahal dari Dell atau Gateway
tanpa melihat dan mencoba sebelumnya.

9. Etika Bisnis

19
Secara etimologis, kata ”etika” berasal dari bahasa Yunani, ”ethos”. Kata yang
berbentuk tunggal ini berarti “adat atau kebiasaan “. Bentuk jamaknya adalah “ta
etha” – artinya adat kebiasaan (Bartens, 1993: 4; De Vos, 1987 : 39). Istilah etika
dibatasi pada asal-usul kata seperti yang disebutkan diatas, etika dapat diartikan
sebagai ilmu tentang apa yang bisa dilakukan manusia atau ilmu yang
mempelajari adat kebiasaan. Beberapa ahli memberikan batasan etika sebagai
berikut:
a.

Etika ialah teori tentang perbuatan manusia, yaitu ditimbang menurut baik
dan buruknya (Langeveld, t.t : 206).

b.

Etika ialah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan atau moral

(De Vos

1987 : 1)
c.

Ethic (From Greek, ethos, “character”) is the systematic study of the nature
of value concept, ‘good’, ’bad’, ’ought’, ’right’, ’wrong’, etcand of the
general principles which justify us in applying them to anything; also called
”moral philosophy”, (from latin mores,’custom’). The present article is not
problem apart from their historical setting. (Encyclopedia Britanica,
1972:752)

d.

Etika: [1] kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; [2] nilai
mengenai benar-salah yang dianut satu golongan atau masyarakat. Etika :
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995 : 271).

20
Berdasarkan beberapa definisi yang disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
“etika” adalah ilmu yang membicarakan masalah baik dan buruknya perilaku
manusia dalam kehidupan bersama.” Jelaslah bahwa sebagai sebuah istilah, etika
sekurang-kurangnya mengandung pengertian, yakni [1] sebagai ilmu, dan [2]
pedoman bagi baik-buruknya perilaku. Sebagai ilmu, etika berati suatu disiplin
pengetahuan yang mereflesikan masalah-masalah moral atau kesusilaan secara
kritis dan sitematis. Etika sebagai ilmu, menurut Sudarminta (1933), biasanya
dipahami sebagai cabang ilmu filsafat; filsafat moral. Sebagai pedoman baik
buruknya perilaku, etika adalah nilai-nilai, norma-norma, dan asas-asas moral
yang ipakai sebagai pegangan yang umumnya diterima bagi penentuan baikburuknya perilaku manusia atau benar-salahnya tindakan manusia sebagai
manusia. Sehubungan dengan sebagai rumusan pengertian etika diatas, perlu pula
kiranya diberikan beberapa catatan, yakni, walaupun dalam Encylopedia
Britanica etika dengan tegas dinyatakan sebagai filsafat moral yaitu studi yang
sistematis mengenai sifat dasar konsep-konsep tentang nilai baik, buruk, harus,
benar, salah, dan sebagainya, tetap saja kurang dapat memberikan gambaran
yang lengkap tentang bagaimana etika apat digunakan dalam berbagai aspek
kehidupan manusia.

10. Gabungan antara Etika, Moral, dan Moralitas menurut Pndangan Islam
Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu (Ya’qub,
1988 : 14). "Moralitas" (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada

21
dasarnya sama dengan "moral", hanya ada nada lebih abstrak. Kita berbicara
tentang "moralitas suatu perbuatan", artinya, segi moral suatu perbuatan atau
tentang baik-buruk perbuatan itu. Oralitas

adalah sifat moral atau keseluruhan

asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 1993: 7).
Dengan kata lain, moralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi sehingga
perbuatan itu disebut benar atau salah, baik atau jahat (Sumaryono, 1995: 20).
Etika meliputi semua tindak-tanduk pribadi dan sosial yang dapat diterima, mulai
dari tata aturan "sopan santun sehari-hari" hingga pendirian yang menentukan
jenis pekerjaan kita; siapa yang menjadi sahabat-sahabat; serta cara-cara kita
berhubungan dengan keluarga dan orang lain. Sebaliknya, moralitas sifatnya
lebih khusus, dan merupakan bagian dari hukum etika. Kegunaannya pun khusus.
Orang yang tidak memenuhi janji lisan, kita anggap orang yang tidak dapat
dipercaya atau "tidak etis". Jadi, bukan "tidak bermoral". Tetapi, menyiksa anakanak atau meracuni menantu atau mertua, kita sebut sebagai tindakan yang tidak
bermoral (jadi, ada penekanan pada unsure keseriusan pelanggaran).
Moralitas terdiri atas hukum dasar suatu masyarakat yang paling hakiki dan
sangat kuat (Solomon, 1987). Moralitas dapat bersifat objektif atau subjektif.
Moralitas objektif adalah moralitas yang

iterapkan pada perbuatan sebagai

perbuatan, terlepas dari modifikasi kehendak pelakunya, sedangkan moralitas
subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan ditinjau dari kondisi
pengetahuan dan pusat perhatian pelaku, latar belakang, stabilitas emosional, dan
perilaku personal lainnya. Moralitas subjektif merupakan fakta pengalaman
bahwa kesadaran manusia (suara hati nuraninya) menyetujui atau melarang apa
yang diperbuat manusia. Jelaslah bahwa moralitas merupakan sistem nila

22
mengenai bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai
ini terkandung dalam ajaran moral yang berbentuk petuah-petuah, nasihat,
wejangan, peraturan, perintah, dan semacamnya yang diwariskan secara turuntemurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang keharusan manusia
untuk hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik.
Moralitas adalah tradisi kepercayaan, dalam agama atau kebudayaan, tentang
perilaku yang baik dan buruk (Magnis-Suseno, 1988: 14; Beauchamp dan Bowie
eds., 1983: 1; Keraf, 1993: 20). Etika, seperti yang dikatakan Magnis-Suseno
(1988:14), bukanlah sumber tambahan bagi ajaran moral melainkan filsafat atau
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Dengan kata lain, etika adalah ilmu, bukan ajaran. Jadi, etika dan ajaranajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Ajaran morallah yang
mengatakan bahwa kita harus hidup, bukan etika, melalui Etika hendak
memahami mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana
kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan
pelbagai ajaran moral

11. Internet

Menurut Randal dan Latulipe (1995), internet adalah singkatan Dari
interconnection networking yang secara sederhana bisa diartikan sebagai
a global network of computer networks. Pada era cyber internet memiliki

23
akselerasi hyperekponensial yang sulit dibayangkan, sehingga membentuk
sebuah komunitas yang memanfaatkan internet secara maksimum untuk
kepentingan hidupnya salah satunya adalah untuk kepentingan berkomunikasi
tanpa batas ras, bangsa, geografi kelas dan batasan-batasan lainnya.
Menurut Sari (2009), internet adalah manifestasi material usaha manusia terus
menerus untuk mencapai suatu era dimana induksi pengetahuan dan kebudayaan
manusia mencapai suatu kesempurnaan alamiahnya, sehingga diramalkan
membawa dampak terjadinya ledakan komunikasi dan ledakan besar aktifitas
ekonomi antar negara yang terjadi secara virtual.

12. Website
Website atau situs juga dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang
menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi,
suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun
dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana
masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink).
Bersifat statis apabila isi informasi website tetap, jarang berubah, dan isi
informasinya searah hanya dari pemilik website. Bersifat dinamis apabila isi
informasi website selalu berubah-ubah, dan isi informasinya interaktif dua arah
berasal dari pemilik serta pengguna website. Contoh website statis adalah berisi
profil perusahaan, sedangkan website dinamis adalah seperti Friendster,
Multiply, dan lain-lain. Dalam sisi pengembangannya, website statis hanya bisa
diupdate oleh pemiliknya saja, sedangkan website dinamis bisa diupdate oleh

24
pengguna maupun pemilik.

Berkembangnya penggunaan website saat ini

merupakan kabar yang menggembirakan bagi banyak praktisi information
technology (IT).
Situs website diperlukan untuk berbagai kepentingan berkaitan dengan
penyampaian informasi mulai dari perusahaan besar atau kecil, lembaga
pemerintahan, pendidikan, dunia hiburan dan masih banyak lagi. Website
merupakan sarana yang efektif untuk melakukan promosi produk dan jasa
sehinggan cukup banyak perusahaan penjualan barang dan jasa yang membuat
website sebagai e-commerce. Menurut Sari (2009) untuk menganalisis
keberhasilan sebuah situs, kepastian data perlu dilihat beberapa informasi, antara
lain :
1. Frekwensi pengunjung
2. Lamanya pengunjung berada di sebuah situs
3. Lamanya pengunjung di tiap halaman situs
4. Hal-hal yang diminati pengunjung
5. Kode negara yang melakukan pemesanan.

13. Implementasi Etika menurut Pndangan Islam
Ketika berhadapan dengan ajaran moral, maka terkandung didalamnya penilaian
baik-buruk, benar-salah, diterima atau tidak sebuah prilaku menurut suatu norma,
aturan, ajaran, dan hukum tertentu. Dalam ajaran agama Islam, penilaian baik

25
dan buruk ini dikenal dengan istilah ahlak. Secara bahasa, kata "akhlak" berasal
dari bahasa Arab, b khalaqa. Kata asalnya adalah khuluqun (jamak), yang artinya
perangai, tabiat, budi pekerti, atau tingkah laku (Saefuddin, dkk., 1987:200;
Ya'qub, 1988:11). Kata ini mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
khalqun yang berarti "kejadian," serta erat hubungannya dengan khaliq yang
artinya "pencipta," dan makhluq yang berarti "yang diciptakan". Dengan
demikian, perumusan pengertian "akhlak" timbul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara Khalik dan makhluk, serta antara
makhluk dan makhluk. Kata akhlak juga sering diartikan sebagai etika, dan juga
moral. Dengan demikian, yang dirnaksud akhlak adalah daya positif dan aktif
yang diperoleh seseorang untuk mengalihkan situasi batinnya (tendensi
naturalnya) kepada kualitas moral (Ali, 1987: 371). Jadi, jika ada sementara
orang yang berpendapat bahwa etika sama dengan akhlak, persamaan itu
memang ada; keduanya membahas masalah baik-buruknya tingkah laku manusia.
Dalam pandangan Islam, akhlak adalah ilmu pengetahuan yang mengajarkan
mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan ajaran Allah SWT dan RasulNya. Berdasarkan pengertian bahasa diatas,dapat dikatakan bahwa akhlak, atau
sistem perilaku, terwujudkan melalui proses aplikasi sistem nilai dan atau norma
yang bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Berbeda dengan etika yang
terbentuk dari sistem nilai dan atau norma yang berlaku secara alamiah dalam
masyarakat dan dapat berubah menurut kesepakatan dan persetujuan dari
masyarakatnya pada dimensi waktu dan ruang tertentu, system etika justru sama
sekali bebas nilai dan lepas dari hablumminallah (hubungan dengan Allah).

26
Etika Bisnis Islam Etika menurut Al-awani (2005:4) merupakan model prilaku
yang

hendaknya

diikuti

untuk

mengharmoniskan

hubungan

manusia,

meminimalkan penyimpangan, dan berfungsi untuk kesejahteraan masyarakat.
Etika yang terdapat dalam literature bisnis berdasarkan pada pendapat mengenai
etika bisnis. Secara spesifik hal tersebut diklasifikasikan ke dalam bidang bisnis
sebagai berikut :
1. praktek etika bisnis;
2. individu dan organisasi;
3. tanggung jawab social dan prinsip perusahaan
4. tanggungjawab social dan praktek perusahaan;
5. prinsip etika ekonomi pasar;
6. etika dalam praktek accounting dan auditing;
7. etika dalam Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.2, No.2, Oktober 2012 ISSN:
2088-981X 160 | Chairiawaty praktek marketing;
8. etika dalam praktek manajemen personal, dan (9) etika dalam praktek
investasi.
9. Sedangkan moralitas dalam Islam sangat banyak dalam jangkauan luas dan
komprehensif
Moralitas Islam berhubungan dengan semua aspek kehidupan manusia, nerkaitan
dengan hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya, dan
makhluk lain di alam semesta. Wilayah moralitas dalam Islam mencakup
beriman kepada Allah, ritual keagamaan, ketaatan spiritual, prilaku social,
pembuatan keputusan, menacari ilmu pengetahuan, kebiasaan berkomsumsi,
kesadaran dalam biacara, dan semua aspek kehidupan lainnya, termasuk Bisnis.

27
Prinsip moral dan etika bisnis dalam Islam tercakup dalam Al Qur’an dan
Hadits, yang terdiri dari : (1) Kebenaran, (2) Amanah, (3) Keikhlasan, (4)
Persaudaraan, (5) Ilmu Pengetahuan, dan (6) Keadilan (Abdallha A.Hanafi dan
Hamid Sallam dalam Al Awani, 2005: 36-39). Prinsip kebenaran memiliki
implikasi mendalam bagi prilaku bisnis. Seorang pelaku bisnis hendaknya jujur,
teguh, benar, dan lurus dalam semua perjanjian bisnisnya. Tidak ada ruang untuk
penipuan, bicara bohong, dan iklan yang menipu dalam bingkai bisnis Islam.
Amanah merupakan prinsip etika fundamental Islam, yang esensinya adalah rasa
tanggung jawab, dengan prinsip amanah pelaku bisnis tidak akan berbuat yang
mambahayakan

atau

menghancurkan

masyarakat

atau

lingkungannya.

Selanjutnya Islam juga sangat menekankan pada pentingnya keikhlasan dalam
niat dan prilaku dalam setiap langkah kehidupan Keikhlasan mengakibatkan
kerja lebih efisien dan prodkutivitas lebih tinggi, serta mengurangi manipulasi
atau eksploitasi orang lain untuk alasan-alasan personal. Akltivitas-aktivitas
bisnis juga harus bisa membentuk sikap pelaku bisnis yang tidak memandang
ras, warna kulit, suku, kasta, atau bahasa, serta harus bisa menumbuhkan
pengetahuan bagi pihak-pihak tekait. Prinsip terkahir dari etika bisnis Islam
adalah keadilan yang berarti bahwa semua orang/pelanggang

diberlakukan

secara patut, tanpa kewajiban yang tidak patut. Analisis Branding dalam Etika
Islam Kalau slogan-slogan dalam branding dijadikan sebuah strategi penetrasi
pasar oleh sebuah perusahaan, maka perlu dibuat rambu-rambu. Iklan sebuah
produk atau jasa yang bakal terus ramai di banyak koran, radio, dan televisi harus
terikat rambu-rambu yang diatur kode etik periklanan. Misalnya iklan barangbarang komersial tidak boleh menyerang atau melecehkan merek dagang produk

28
lain yang menjadi kompetitor. Dalam iklan atau brnading, seharusnya yang
ditonjolkan adalah keunggulan produk yang akan diluncurkan secara real.
Branding atau Iklan, jujurkah? Pertanyaan ini muncul ketika kita tahu betapa
besarnya uang yang berputar dalam lingkaran bisnis itu. Pada dasarnya iklaniklan memiliki tujuan utama memasarkan produknya saja, dengan target
meningkatnya pencitraan yang ujung-ujungnya penjualan meningkat. Perkara
kualitas barang/produk bias dipertanggungjawabkan atau tidak adalah urutan ke
sekian, atau bahkan tidak ada sama sekali dalam daftar. Kalau ini yang terjadi,
maka sebenarnya yang sedang berlangsung upaya-upaya pembodohan bagi
komsumen. Bahkan sebenarnya yang terjadi kemudian adalah hukum pasar,
saling klaim, saling menjelekkan

kompetitor dan saling berpropaganda

keunggulan dirinya dibanding yang lain. Pada kenyataannya tidak sedikit
pelabelan sebagai iklan yang tidak mengindahkan etika.

Kondisi seperti ini

sebetulnya dapat dihindari, bilamana dan hanya bila para “produsen” atau
korporasi

mengaplikasikan

“etika”

dalam

mengiklankan

dirinya,

yang

sebenarnya melekat dalam Branding (terutama dalam slogan) itu adalah lembaga
atau organisasi yang mewahadinya. Etika Islam memberikan rambu-rambu
dalam menyampaikan pesan-pesan dalam branding atau iklan sebagai berikut:

a. Ikhlas (Keikhlasan)
Penyampaian pesan malalui kampanye atau ikaln dalam Islam merupakan bagian
dari amal shaleh dan ibadah, maka dari itu harus diperhatikan keihklasan niat

29
dan ketulusan motivasi, sebagimana tertera dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah
ayat 5, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta’atan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus.
b. Tha’ah (Ketaatan/Komitmen)
Branding yang digunakan harus senantiasa mengikuti aturan yang berlaku atau
arahan perusahaani yang berkenaan dengan kampanye sebagai bentuk keta’atan
kepada ulil amri.“Dan diantara manusia ada orang yang menggunakan perkataan
yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan

Allah itu olok-olokan. Mereka itu

memperoleh azab yang menghinakan (QR. Luqman:6)
c. Uswah (Keteladanan)
Menampilkan dan menyampaikan kegiatan perusahaan harus dengan cara dan
eteladanan yang terbaik. Di antara etika branding yang terbaik dan simpatik
adalah mengedepankan keunggulan produk atau jasa tanpa menjelekkan dan
mengejek produk atau jasa dari perusahaan lain.

Rasulullah bersabda,”

Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat sebaik-baiknya dalam segala
urusan. Selain itu iklan yang efektif iklan dengan cara menggunakan bahasa dan
prilaku yang memikat dan menarik simpati orang.

d. Siddiq (Kejujuran)
Kejujuran merupakan salah satu kunci sukses pemasaran. Oleh karena itu
mengobral janji tanpa merealisasikannya

merupakan tindakan yang penuh

30
dengan kebohongan, dan berbohong adalah salah satu dosa besar. Sabda
Rasulullah,” Berpeganglah kamu pada kejujuran, karena jujur itu menunjukkan
kamu pada kebaikan, dan kebaikan itu merupakan jalan menuju surga.”
e. Ukhuwah (Persaudaraan)
Branding bukanlah arena untuk memuaskan selera dan hawa nafsu. Perkataan
yang

diucapkan,

mencerminkan

symbol-simbol

yang

ditampilkan

harus

senantiasa

persaudaraan, tidak boleh berprasangka buruk apalagi

melontarkan tuduhan-tuduhan yang tidak beralasan, yang akan menimbulkan
ketegangan dan perseteruan yang menggaggu persaudaraan. Firman Allah dalam
QS. Al Hujarat 10-12,m “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat.” Sedangkan sabda Rsulullah,” Mencaci maki
seorang muslim adalah suatu kefasikan, dan membunuhnya adalah suatu
kekafiran.” f. Tarbawy (Edukatif) Branding juga merupakan sebuah sarana
pendidikan yang harus menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kesantunan,
disamping sebagai sarana dakwah yang memiliki makna mengajak dengan cara
persuasif, tidak memaksa atau mengintimidasi. Oleh karena itu branding harus
memiliki komitmen terhadap nilai-nilai edukatif. Firman Allah dalam QS. Al
Baqarah 256 jelas menyatakan, ”Tidak ada paksaan untuk memasuki agama
Islam, sesungguhnya telah jelaslah jalan yang benar daripada jalan yang salah.”

f. Tawadlu (Rendah Hati)
Akhlak Islam mengharuskan agar suatu golongan tidak menganggap golongan
itu yang paling benar, juga tidak mudah menuduh kalangan lain melakukan suatu

31
kesesatan. Menyampaikan keunggulan diri atau golongan boleh saja, tetapi tidak
mengaitkannya dengan kekurangan orang/golongan lain. QS An Najm 32,
artinya,: “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling
mengetahui orang yang bertaqwa”. Selain harus memiliki karakter-karakter yang
mengandung kaidah-kaidah Islami dalam cara penyampaian, dalam etika Islam
untuk branding dalam hal ini iklan juga harus melandasi penggunaan kata-kata
atau simbol-simbol yang digunakan sesuai dengan aturan Islam, seperti misalnya
menganjurkan supaya slogannya menggunakan kata-kata yang pantas, secara
roporsional, yang mudah dicerna oleh pihak lain, dan tidak menimbulkan
interpretasi yang bermacam-macam. Dalam Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 26, Allah
memerintahkan agar orang beriman menggunakan perkataan yang baik (kalimat
yang tepat dan manusiawi). Bahkan Allah SWT lebih lanjut berfiman ”Katakalah
kepada mereka ucapan yang pantas, yang tidak enyinggung kehormatan mereka.
(Q.SAl-Isra’28). Islam tidak pernah menghendaki penggunaan kata-kata
bersayap, seperti misalnya “tidak ada kolusi, yang ada hanya penyimpangan
prosedur. Kalimat-kalimat bersayap seperti ini apabila terus dibudayakan dan
dikatakan oleh para

pemimpin, akan menyebabkan merosotnya wibawa

pemimpin dimata khalayak. Dan pada gilirannya masyarakat akan membuat
asumsi: “Jika pemimpin mengatakan tentang sesuatu, tentu yang dimaksud
adalah sebaliknya”, jadi seolah-olah masyarakat kita selalu “dididik” ,untuk
mengambil kesimpulan secara terbalik. Qur’an memberikan berbagai contoh
perkataan yang

dapat dikatakan sebagai kata majemuk yang mempunyai

berbagai konotasi makna. Kata kiasan yang baik, ramah dalam Qur’an
diungkapkan dengan “Qawlan ma’rufan” (S.Al-Baqarah 235) dan kata-kata yang

32
benar dan tegas, “Qawlan sadidan” (S.An-Nisa 9) dalam artian perkataan itu
jujur, tidak mengakali, dan tidak munafik, Perkataan yang pasti yang disebut
dengan Qawlan Baligo, merupakan koridor ke tiga yang diwajibkan Allah Swt,
kepada manusia bila akan berkat-kata, yaitu perkataan yang diharapkan dapat
memberi bekas yang mendalam ke dalam sanubari orang yang menerimanya.
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa’63 yang artinya “mereka itu (orang
munafik adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah merekapelajaran,
dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. Di
samping perkataan yang lemah lembut dan penuh penghormatan “Qawlan
karieman” dianjurkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ 23. Hal ini merupakan
manifestasi cinta yang tulus dan ikhlas. Lebih jauh lagi kita diperintahkan
menggunakan kata-kata yang halus, sopan dan bijak khususnya ditujukan kepada
penguasa tirani. Kata ini “Qawlan layyinan” (QS. Thaaha,41) misalnya
diinstruksikan oleh Allah kepada Musa dan Harun, sebagai kata yang berdimensi
dakwah kepada Fir’aun. Karena ucapan yang demikianlah yang dianggap akan
berkesan dihatinya, dan kemungkinan cenderung menyambut ajakannya. Dengan
demikian, Islam telah memberikan batas yang jelas kepada siapapun manakala
akan memberikan informasi kepada orang lain, terutama bila dia akan
memberikan janji. Ada empat etika atau rambu-rambu yang diberikan Allah
terhadap hal tersebut, yaitu: Qawlan Sadidan; Qawlan Baligho; Qawlan
Layyinan; dan Qawlan Karieman. Kesimpulan Identitas suatu merek adalah
pesan yang disampaikan oleh suatu merek melalui bentuk tampilan produk,
nama, simbol, slogan, iklan, dsb. Identitas merek berkaitan erat dengan citra

33
merek (brand image) karena citra merek merujuk pada bagaimana persepsi
konsumen akan suatu merek. Identitas merek juga sangat berkaitan erat dengan
apa yang disodorkan oleh pemasar yang dikirimkan bersamaan dengan sumbersumber informasi yang lain dan kemudian melalui media komunikasi sinyalsinyal ini dikirimkan kepada konsumen. Branding sebagai strategi pemasaran
pada umumnya bertujuan membentuk image sebuah produk atau layanan yang
bias mengesankan masyarakat. Iklan sebagai sebuah branding memang dianggap
menjadi ebuah alat yang paling

efektif dan efisien dalam mempromosikan

produk atau layanan kepada masyarakat. Oleh karena itulah, agar iklan menjadi
sebuah media yang efektif dan efesien untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat, maka perkataan

atau pesan yang akan diiklankan harus

mengandung nilai kebenaran,kejujuran, tegas, keikhlasan, kepastian, dan
kekonsistenan dengan tidak meninggalkan kehalusan kata-kata yang hendak
disampaikan, dalam arti bahwa kata-kata yang akan diiklankan tidak
menyinggung seseorang, atausebuah kaum atau kelompok tertentu (Qawlan
Sadidan, Qawlan Baligho; Qawlan Karieman, dan Qawlan Layyinan). Inilah
etika iklan politik menurut Islam.

G. KESIMPULAN DAN SARAN

34
Identitas suatu merek adalah pesan yang disampaikan oleh suatu merek melalui
bentuk tampilan produk, nama, simbol, slogan, iklan, dsb. Identitas merek berkaitan
erat dengan citra merek (brand image) karena citra merek merujuk pada bagaimana
persepsi konsumen akan suatu merek. Identitas merek juga sangat berkaitan erat
dengan apa yang disodorkan oleh pemasar yang dikirimkan bersamaan dengan
sumber-sumber informasi yang lain dan kemudian melalui media komunikasi sinyalsinyal ini dikirimkan kepada konsumen. Branding sebagai strategi pemasaran pada
umumnya bertujuan membentuk image sebuah produk atau layanan yang bisa
mengesankan masyarakat. Iklan sebagai Sebuah branding memang dianggap menjadi
sebuah alat yang paling efektif dan efisien dalam mempromosikan produk atau
layanan kepada masyarakat. Oleh karena itulah, agar iklan menjadi sebuah media
yang efektif dan efesien untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat, maka
perkataan

atau

pesan

yang

akan

diiklankan

harus

mengandung

nilai

kebenaran,kejujuran, tegas, keikhlasan, kepastian, dan kekonsistenan dengan tidak
meninggalkan kehalusan kata- kata yang hendak disampaikan, dalam arti bahwa
kata-kata yang akan diiklankan tidak menyinggung seseorang, atau sebuah kaum
atau kelompok tertentu (Qawlan Sadidan, Qawlan Baligho; Qawlan Karieman, dan
Qawlan Layyinan). Inilah etika iklan politik menurut Islam.
Proyeksikan mendapatkan manfaat dalam meningkatkan Strategi Penguatan
Trust In A Brand Keunggulan Kompetitif Menggunakan E-Marketing Pada Fakultas
Ekonomi Manajemen Strata Satu Dan Pasca Sarjana Universitas Islam Batik
Surakarta, sehingga keberadaan posisi pasar Universitas Islam Batik Surakarta
menjadi lebih diperhitungkan baik oleh konsumen dalam hal ini mahasiswa maupun

35
calon mahasiswa, maupun pesaing perguruan tinggi swasta se-Solo Raya atau
dilingkungan kopertis wilayah VI.
Implementasi dari kebijakan Strategi Penguatan Trust In A Brand Keunggulan
Kompetitif Menggunakan E-Marketing Pada Fakultas Ekonomi Manajemen Strata
Satu Dan Pasca Sarjana Universitas Islam Batik Surakarta, lebih spesifikasi adalah
dapat di implementasikan dalan program kerja dengan tema “Do The Best and Be
Religius”
Saran sebagai sumbangsih pemikiran yang dapa\t dagendakan sebagai bagian
dari rancangan pemasaran team pemasaran Universitas Islam Batik Surakarta,
diharapkan tidak hanya dilakukan hanya pada event mendekati tahun ajaran baru,
saja, karena kebijakan pemasaran yang hanya dilakukan sekadar berorientasi
“berburu” sisa-sisa calom mahasiswa yang notanene ‘buangan’ dari kampus PTN
atau PTN besar, akan tetapi Universitas Islam Batik Surakarta, sudah mulai
melakukan pemasaran sosial dan publikasi dengan melakukan pengembangan
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, melalui :
1.

Pendekatan kemitraan dengan masyarakat

2.

Pembinaan bidang-bidang ekonomi kerakyatan

3.

Pembinaan kesehatan Masyarakat

4.

Pembinaan Penjaminan Mutu Pendidikan

5.

Pembinaan kemitraan saling menguntungan dengan media masa dan media
cetak

36
Untuk lebih jelas maka dapat dijabarkan ragam implementasi dari pemasaran sosial
dan publikasi dengan melakukan pengembangan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, melalui :
1.

Pendekatan kemitraan dengan masyarakat
Kemitraan dengan masyarakat dalam hal ini dapat dilakukan dalam wujud
kepekaan atas event besar yang melibatkan masyara