MANAJEMEN STRATEGI PROSES PENGENDALIAN S

10000000

MANAJEMEN STRATEGI : PROSES PENGENDALIAN STRATEGI,
PENGENDALIAN OPERASIONAL DAN PENGENDALIAN KUALITAS
DALAM MANAJEMEN STRATEGI
PROSES PENGENDALIAN STRATEGI, PENGENDALIAN OPERASIONAL DAN
PENGENDALIAN KUALITAS DALAM MANAJEMEN STRATEGI

by : Delfi Yudha Frasetia

A. Proses Pengendalian Strategi
Pengendalian Organisasi Pengendalian organisasi terdiri dari tiga jenis, yaitu pengendalian
strategis, pengendalian manajemen dan pengendalian operasional. Pengendalian strategis
merupakan proses dari evaluasi strategi, yang dilakukan baik strategi tersebut dirumuskan dan
setelah diimplementasikan. Pengendalian manajemen berfokus pada pencapaian sasaran dari
berbagai substrategi bersesuaian dengan strategi utama dan pencapaian sasaran dari rencana
jangka menengah. Sedangkan pengendalian operasional berpusat pada kinerja individu dan
kelompok yang dibandingkan dengan peran individu dan kelompok yang telah ditentukan oleh
rencana organisasi. Masing-masing jenis pengendalian tersebut tidak terpisah dan tidak berbeda
secara nyata serta dalam kenyataan mungkin tidak berbeda satu dengan yang lainnya.
Pengendalian strategi menurut Schendel and Hofer berfokus pada dua pertanyaan (1) apakah

strategi yang diimplementasikan sebagai yang direncanakan dan (2) apakah hasil yang dibuat
oleh strategi merupakan yang diharapkan. Definisi ini merujuk pada kajian tradisional dan
langkah umpan balik yang merupakan langkah akhir dari proses manajemen strategis. Model

normatif dari proses manajemen strategis yang menggambarkan langkah-langkah utama tersebut
mencakup perumusan strategi, implentasi strategi dan evaluasi (pengendalian) strategi.
Ukuran yang besar pada organisasi ada kaitannya dengan hubungan ekonomis. Pertumbuhan
yang makin besar sangat diinginkan karena dengan makin meningkatnya besaran organisasi
maka berdampak pada skala ekonomi (economic of scale). Makin besar organisasi seringkali
lebih efisien dalam operasional organisasi tersebut.
Pengendalian strategi berpijak terutama pada proses pengendalian tradisional yang
melibatkan kajian dan umpan balik kinerja untuk menentukan rencana, strategi dan sasaran yang
telah dicapai dengan menghasilkan informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah atau
mengambil tindakan korektif.
B. Proses Pengendalian Operasional
Sistem pengendalian operasional merupakan pedoman untuk melakukan evaluasi tujuantujuan jangka pendek, umumnya jangka waktu satu bulan hingga satu tahun. Terdapat tiga sistem
untuk pengendalian operasional yaitu anggaran (budgets), jadwal (schedule), dan faktor penentu
keberhasilan (key success factors).
Kemampuan, keterbatasan, dan kebijakan produksi/operasional dapat mendorong atau
menghambat pencapaian tujuan secara signifikan. Proses produksi biasanya bernilai 70 % dari

total asset perusahaan. Bagian utama dari proses pelaksanaan strategi terjadi dilokasi produksi.
Keputusan-keputusan yang terkait dengan produksi mengenai besarnya pabrik, letak pabrik,
desain produk, pilihan peralatan, jenis alat-alat, ontrol persediaan dan lain-lain.
Dalam pengendalian operasional perusahaan-perusahaan berteknoligi tinggi, biaya produksi
mungkin tidak sepenting fleksibilitas produksi karena sering dibutuhkan perubahan produk yang
besar. Dan mereka harus mengandalkan system pengendalian operasional yang cukup fleksibel
agar terjadi perubahan berkali-kali dan pengenalan produk baru dengan cepat. Sebuah artikel di
Harvard Business Review menjelaskan mengapa beberapa organisasi mengalami kesulitan :
Mereka terlalu lambat menyadari bahwa perubahan dalam strategi produk mengubah tugastugas system produksi. Tugas-tugas tersebut, yang dinyatakan dalam hal kebutuhan biaya,
fleksibilitas produk, fleksibilitas volume, kinerja produkndan konsistensi produk, menentukan
kebijakan manufaktur mana yang paling sesuai.

C. Proses Pengendalian Kualitas
Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih suatu produk atau jasa,
sehingga kualitas merupakan penentu keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi
bersaing. Untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan memenuhi syarat-syarat dari
konsumen, maka perlu dilakukan pengendalian kualitas. Ketika hanya satu karakteristik output
dipertimbangkan dalam pengendalian kualitas, maka masalah dapat diselesaikan secara
konvensional. Pengendalian kualitas menjadi lebih kompleks ketika banyak karakteristik output
yang dipertimbangkan dan masing-masing harus memenuhi spesifikasi tertentu. Kompleksitas

pengendalian kualitas sebagai sebuah sistem seringkali menimbulkan konflik diantara beberapa
tujuan yang ingin dicapai. Peningkatan pencapaian pada salah satu karakteristik mengakibatkan
pengurangan pencapaian karakteristik yang lain, sehingga diperlukan perancangan sistem
pengendalian kualitas secara simultan.
Perbaikan yang berkesinambungan pada produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,
memberikan keberhasilan usaha dan mengembalikan investasi kepada para pemegang saham dan
pemilik perusahaan.

Berbasis Pengguna
Kualitas

Berbasis Manufaktur

Berbasis Produk
Suatu karakteristik dari pengendalian kualitas modern adalah bahwa didalamnya terdapat
aktivitas yang berorientasi pada tindakan-tindakan pencegahan kerusakan dan bukan berfokus
pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja. Kualitas melalui inspeksi saja tidak cukup dan hal
itu memakan biaya yang banyak. Meskipun tetap menjadi persyaratan untuk melakukan beberapa
inspeksi singkat atau audit terhadap produk akhir tetapi usaha pengendalian kualitas seharusnya
lebih difokuskan pada tindakan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan

melaksanakan aktivitas secara baik dan benar pada waktu pertama kali mulai melaksanakan
suatu aktivitas. Dengan melaksanakan prinsip ini usaha peningkatan kualitas akan mampu

mengurangi ongkos produksi. Sehingga perlu dilakukan suatu sistem pengendalian proses
sebagai implementasi dari tindakan preventif dalam sistem manajemen kualitas itu.
Pada perusahaan pabrikasi ada dua macam struktur organisasi yang berkaitan dengan
pengendalian mutu:
1. Departemen kualitas berdiri sendiri dan mempunyai jalur laporan langsung ke GM.
Fungsi kualitas harus terpisah dari kegiatan pabrikasi dan langsung memberikan laporan
ke GM, tujuannya untuk mendapatkan kerjasama dalam rangka memenuhi penjadwalan
dan biaya.

2. Departemen kualitas adalah bagian dari pabrikasi dan memberikan laporan ke manajer
pabrik. Fungsi kualitas di bawah fungsi pabrikasi karena mutu membutuhkan koordinasi
yang dekat dengan proses produksi. Sesungguhnya manajer pabrikasi telah mengemban
tugas sebagai coordinator kualitas.

Total Pengendalian Kualitas (Total Quality Management = TQM)
Dengan konsep total pengendalian kualitas, maka system pengendalian kualitas menjadi:
1. Departemen kualitas menjadi hanya coordinator yang akan mempengaruhi kualitas pada fungsi

masing-masing.
2.

Masing-masing fungsi dalam organisasi harus mempunyai pedoman pengendalian mutu yang
akan menunjukkan jalan untuk menjaga mutu dalam kinerja.

3.

Konsep total pengendalian kualitas mengharuskan Departemen kualitas untuk lebih
menitikberatkan perhatian pada perencanaan dan mengurangi perhatian pada pemeriksaan dan
pengawasan.

4.

Pendekatan total kualitas menekankan pencegahan terhadap suatu kesalahan dan
memperkenalkan semua konsep mutu dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan sehingga
masing-masing fungsi akan bertanggung jawab pada mutu pekerjaan.

5.


Departemen kualitas menyiapkan semua perangkat untuk menjamin bahwa semua fungsi di
dalam organisasi melaksanakan apa yang diinginkan oleh system pengendalian kualitas.
Sebuah program hanya diterapkan ke seluruh bagian dari organisasi di mana program ini akan
menjelaskan bagaimana total pengendalian kualitas harus diselenggarakan, bagaimana masingmasing individu sadar berperan serta dalam pengendalian kualitas dan bagaimana pendekatan ini
diukur pada masing-masing kinerja

FUNGSI PENGENDALIAN DALAM MANAJEMEN
Pengertian pengendalian


Pengendalian /Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan
sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.Controlling is the process of
measuring performance and taking action to ensure desired results.
(Schermerhorn,2002)



Pengendalian/Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas
yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . the process of ensuring

that actual activities conform the planned activities. (Stoner,Freeman,&Gilbert,1995)

Alasan melakukan pengendalian/ pengawasan adalah :
1. Kemungkinan adanya pelanggaran dalam pelaksanaan perencanaan.
2. Kemungkinan terjadinya kesalahfahaman pihak perencana dan pelaksana.
3. Kemungkinan kurangnya penjabaran pekerjaan.
4. Kemungkinan bawahan kurang menguasai pekerjaan.
Aspek Perencanaan
Dipakai sebagai suatu standar atau tolok ukur. Perencanaan yang masih bersifat umum harus
dijabarkan dalam standar-standar yang dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Aspek Pelaksanaan
Dijadikan sebagai obyek yang dinilai, dianalisa dan dievaluasi kemudian dibandingkan dengan
standar kegiatan. Jika ada perbedaan, maka kegiatan harus dievaluasi sampai sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, akan tetapi jika tidak ada perbedaan maka kegiatan dapat
dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Tujuan dan Mekanisme Pengendalian/Pengawasan
Tujuan utama dari pengawasan adalah untuk mencegah adanya penyimpangan atau setidaknya
memperkecil kesalahan yang mungkin akan terjadi. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan baik.

Mekanisme pengendalian/pengawasan secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Penetapan standar kegiatan
2. Menyusun umpan balik (feedback)
3. Pembandingan kegiatan dengan standar
4. Mengukur penyimpangan
5. Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan
Jenis Pengendalian
Pengendalian dapat dibedakan berdasar beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek waktu
2. aspek obyek
3. Aspek subyek
Sehingga jika dilihat dari aspek tersebut diatas, pengendalian dapat dibedakan menjadi :
a. Atas dasar aspek waktu :
– Pengendalian preventif ; pengendalian yang dilakukan pada saat proses pekerjaan sedang
berjalan.
– Pengendalian Represif ; pengendalian yang dilakukan setelah pekerjaan selesai.
b. Atas dasar aspek obyek :
– Pengendalian Administratif ; yang dilakukan dibidang administrasi
– Pengendalian Operatif ; dilakukan dibidang opersional
c. Atas dasar aspek subyek :

– Pengendalian Intern ; pengendalian yang ditujuan pada pelaku fungsi-fungsi manajemen
– Pengendalian ekstern ; ditujukan pada pelaku diluar fungsi-fungsi manajemen
Langkah – Langkah Pengendalian
Secara umum, pengendalian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Penetapan standar dan metode pengukuran kinerja
2. Mengukur kegiatan
3. Membandingkan hasil pengendalian dengan hasil kegiatan
4. Melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan yang terjadi
Unsur Pengendalian:


1. Detektor atau sensor



2. Assesor atau penilai



3. Efektor atau pengubah




4. Jaringan Komunikasi

Proses pengendalian manajemen :


adalah kegiatan yang digunakan oleh seluruh manajemen untuk menjamin bahwa
anggota organisasi bawahan yang disupervisi akan mengimplementasikan strategi yang
ditetapkan



Tiga aktivitas yang memerlukan perencanaan dan pengendalian:






Strategy Formulation
Management Control
Task Control


Pengendalian manajemen :Adalah suatu proses yang digunakan untuk mempengaruhi
para anggota organisasi agar menerapkan strategi organisasi. Pengendalian manajemen
merupakan:


Aktivitas Pengendalian Manajemen

Keselarasan Tujuan

Salah satu alat implementasi Strategi, selain struktur organisasi, manajemen SDM, Budaya

Menekankan aspek Keuangan dan Nonkeuangan

Membantu Mengembangkan Strategi Baru
Aktivitas pengendalian manajemen terdiri dari:


1. Perencanaan



2. Koordinasi



3. Komunikasi



4. Evaluasi



5. Pengambilan Keputusan



6. Mempengaruhi orang untuk mengubah perilakunya

Tujuan fungsi pengendalian :


adaptasi lingkungan



meminimalkan kegagalan



meminimumkan biaya



mengantisipasi kompleksitas dari organisasi

beberapa gejala yang memerlukan pengawasan:


Terjadi penurunan pendapatan atau profit, namun tidak begitu jelas faktor penyebabnya



Penurunan kualitas pelayanan (teridentifikasi dari adanya keluhan pelanggan)



Ketidakpuasan pegawai (teridentifikasi dari adanya keluhan pegawai, produktifitas kerja
yang menurun, dan lain sebagainya)



Berkurangnya kas perusahaan



Banyaknya pegawai atau pekerja yang menganggur



Tidak terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik



Biaya yang melebihi anggaran



Adanya penghamburan dan inefisiensi

Beberapa pengendalian /pengawasan di bidang msdm:


Penerapan Employee Discipline System



Adanya Career Path



Pemahaman Manajer atas Motivasi, Kepuasan, serta Gaya Kepemimpinan yang
diterapkan

Beberapa pengendalian/ pengawasan dalam bidang informasi :


Penggunaan Teknologi Komputer dan Teknologi Informasi



Penerapan Sistem Informasi Manajemen

Beberapa pengendalian/ pengawasan dalam bidang keuangan :


Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)



Manajemen Kas (Cash Management)



Pengelolaan Biaya (Cost Control)

Beberapa pengendalian/ pengawasan dalam bidang produksi :


Evaluasi atas Plant Location



Evaluasi atas Plant Lay-out



Evaluasi atas Production Process and Schedule



Evaluasi atas Product Distribution

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN (SPM)
Konsep ini dikembangkan terakhir oleh American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA) yaitu suatu organisasi profesional dalam bidang akuntansi publik yang keanggotaannya
hanya bagi akuntan publik terdaftar (certified public accountants) melalui Statement of Auditing
Standard (SAS) No. 55.
Dalam konsep ini, AICPA memperkenalkan 3 (tiga) komponen pengendalian manajemen, yaitu :
1)Lingkungan Pengendalian,
2)Sistem Akuntansi, dan
3)Prosedur Pengendalian.
1) Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian suatu organisasi mencerminkan keseluruhan sikap, kesadaran, dan
tindakan para anggota dewan pengawas, manajemen, dan pemilik organisasi, sehubungan dengan
pentingnya pengendalian dan penekannya pada organisasi. Secara umum, lingkungan
pengendalian ini menyediakan pola bagi terciptanya pengendalian dalam sistem operasi dan
pencatatan dalam organisasi.
2) Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi yang efektif disusun dari metode-metode dan catatan- catatan untuk :
a). Mengidentifikasi dan mencatat transaksi yang sudah diotorisasi.
b). Menjelaskan transaksi tersebut pada saat yang tepat, menjadi rincian yang cukup c). untuk
mengklasifikasikannya secara tepat untuk tujuan pelaporan keuangan.
d). Mengukur nilai transaksi sehingga nilai keuangannya dapat dicatat dalam laporan keuangan.
e). Menyajikan transaksi- transaski tersebut dalam laporan keuangan lengkap dengan
pengungkapan yang diperlukan.
3) Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian memuat unsur-unsur :
Organisasi yang tepat atas transaksi dan kegiatan.
Pemisahan fungsi, sehingga peluang seseorang untuk berbuat salah dan menyembunyikan
kesalahan atau kecurangan dalam organisasi normal menjadi minimum, misalnya pemisahan
fungsi yang membedakan tanggung jawab untuk mengotorisasi, mencatat, dan menyimpan pada
orang-orang yang berbeda.
Dokumen dan catatan dirancang dan digunakan secukupnya untuk menjamin pencatatan kejadian
dan transaksi secara tepat, misalnya pemantauan Nomor Urut Formulir dan pengamanan yang
cukup terhadap Asset serta catatan itu sendiri.
Review yang bebas, termasuk pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dan atas penilaian terhadap
jumlah-jumlah yang tercatat, seperti misalnya pengecekan ketelitian penulisan, rekonsiliasi dan
pencocokan fisik dengan catatan
Sistem Pengendalian Manajemen dalam arti Dinamis
Konsep ini dikembangkan oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway

Commission (COSO) yaitu suatu komisi yang bertujuan merumuskan Pengendalian Intern secara
lebih mendalam dan beranggotakan wakil-wakil dari Financial Executives Institute, AICPA,
American Accounting Associations, The Institute of Internal Auditors, dan Institute of
Management Accountants.
COSO merumuskan 5 (lima) komponen pengendalian intern, yaitu :
a) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Faktor lingkungan pengendalian termasuk integritas, etika, kompetensi, pandangan, dan filosopi
manajemen dan cara manajemen membagi tugas dan wewenang/tanggung jawab serta arahan
dan perhatian yang diberikan pimpinan puncak.
b) Penaksiran Risiko (Risk Assessment)
Setiap entitas dalam melaksanakan aktivitas menghadapi berbagai risiko, baik internal maupun
eksternal yang harus diperhitungkan terkait dalam mencapai tujuan sehingga membentuk suatu
basis penetapan bagaimana risiko tersebut seharusnya dikelola. Penaksiran risiko mensyaratkan
adanya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
c) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Meliputi kebijakan dan prosedur yang menunjang arahan dari manajemen untuk diikuti.
Kebijakan dan prosedur tersebut memungkinkan diambilnya tindakan dengan
mempertimbangkan risiko yang terdapat pada seluruh jenjang dan fungsi dalam organisasi. Di
dalamnya termasuk berbagai jenis otorisasi dan verifikasi, rekonsiliasi, evaluasi kinerja, dan
pengamanan harta serta pemisahan tugas.
d) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi yang relevan perlu diidentifikasi, dicatat, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan
waktu yang tepat sehingga memungkinkan pelaksanaan tanggung jawab yang baik oleh anggota
organisasi. Sistem Informasi menghasilkan laporan tentang kegiatan operasional dan keuangan
serta ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dalam rangka melaksanakan dan mengendalikan
pelaksanaan tugas.
e) Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah suatu proses yang mengevaluasi kualitas kinerja Sistem Pengendalian
Manajemen pada saat kegiatan berlangsung. Proses ini diselenggarakan melalui aktivitas
pemantauan yang berkesinambungan dan melalui review intern atau melalui kedua-duanya.
Pengendalian Manajemen menurut Konsep Government Accounting Office (GAO) atau
Lembaga Pengawas Tertinggi di Amerika Serikat
Menurut Government Accounting Office (GAO) yang didukung oleh pendapat Sawyeer
Lawrence B. dalam bukunya Internal Auditing Edisi 4 Tahun 1996 telah menetapkan bahwa
Pengendalian Manajemen dapat dilakukan melalui 8 (delapan) sarana, yaitu :
1) Pengorganisasian.
2) Kebijaksanaan.
3) Prosedur dan Tata Kerja.
4) Personil.
5) Perencanaan.
6) Akuntansi dan Pencatatan.
7) Pelaporan.
Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis.
9) Review Internal.
Kegiatan Pengawasan oleh Atasan Langsung terhadap Bawahan
Kegiatan tersebut menetapkan 6 (enam) sarana pelaksanaan pengawasan oleh atasan langsung,

yaitu :
a). Penciptaan struktur organisasi.
b). Penyusunan kebijaksanaan pelaksanaan.
c). Penyusunan rencana kerja.
d). Penyelenggaraan pencatatan dan pelaporan.
e). Pembinaan personil.
f). Prosedur kerja.

Aaaa

2011-21-012 | Airin Devanty
Main menu
Skip to content


Home



About Me



Another Page of Airin Devanty

Category Archives: Pengendalian Kualitas
Check Sheet
Posted on December 27, 2013

A. Pengertian Dasar Check sheet
Check Sheet adalah suatu format formulir untuk mengumpulka ndata secara sistematis yang
menggambarkan frekuensi berbagai efek.

B. Tipe Check Sheet
Check Sheet memiliki 4 tipe, yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui distribusi proses produksi
2. Untuk mengetahui item rusak
3. Untuk mengetahui lokasi cacat
4. Untuk mengetahui sebab cacat

C. Tujuan Pembuatan Check Sheet
Tujuan pembuatan check sheet, yaitu sebagai berikut.
1. Membuat mudah pengumpulan data
2. Mengatur data secara otomatis sehingga mudah dan dapat dipergunakan selanjutnya.
Posted in Pengendalian Kualitas, Teknik Industri

Cause and Effect Diagram
Posted on November 25, 2013

A. Pengertian
Dasar
Cause
and
Effect
Diagram
Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) atau yang dapat disebut juga dengan diagram
tulang ikan (fishbone) merupakan salah satu bentuk diagram yang dipergunakan untuk
mengetahui penyebab-penyebab (variasi penyebab) dari suatu masalah. Diagram sebab akibat
(cause and effect diagram) adalah salah satu metode atau tool di dalam meningkatkan kualitas.
Penemu dari diagram ini adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru
Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo, Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas
Tokyo. Diagram ini sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih
banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical)
atau data kualitatif.
Diagram ini disebut dengan diagram sebab akibat (cause and effect diagram) karena diagram
tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses
statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab
(sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.
Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) dikatakan sebagai diagram fishbone (tulang
ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap
ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan,
dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan
tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya.

Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) telah menciptakan ide cemerlang yang dapat
membantu dan memampukan setiap orang, organisasi atau perusahaan dalam menyelesaikan
masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang
mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh
perusahaan. Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi
semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini,
juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan
adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan
masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang-orang yang
masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah
menggunakan diagram tulang ikan.
Continue reading →
Posted in Pengendalian Kualitas, Teknik Industri

Diagram Pareto
Posted on November 25, 2013

A. Pengertian
Dasar
Diagram
Pareto
Diagran Pareto adalah sebuah proses stratifikasi dan penentuan tingkatan berdasarkan data yang
ada. Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Italia yang
bernama Vilfredo Frederigo Samoso pada tahun 1897 merupakan pendekatan logis dari tahap
awal pada proses perbaikan suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk histogram yang
dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk mendapatkan menyebab utamanya.
Kemudian digunakan oleh Dr. M. Juran secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk
menangani kerangka proyek, proses program, kombinasi pelatihan, proyek dan proses, sehingga
sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam meningkatkan mutu
pekerjaan
B. Fungsi
Diagram
Pareto
Fungsi dari penggunaan Diagram Pareto dalam 7 tools, yaitu sebagai berikut.
1. Menunjukkan
persoalan
utama;
2. Menyatakan
perbandingan
masing
masing
persoalan
terhadap
keseluruhan;
3. Menunjukkan
tingkat
perbaikan
setelah
adanya
tindakan
perbaikan;
4. Menunjukkan perbandingan masing masing persoalan sebelum dan setelah perbaikan.
C. Langkah-Langkah
Pembuatan
Diagram
Pareto
Langkah-langkah
pembuatan
diagram
pareto,
yaitu
sebagai
berikut.
1. Stratifikasi
permasalahan
dan
nyatakan
dalam
angka.
2. Tentukan
jangka
waktu
pengumpulan
data.
Untuk memudahkan melihat perbandingan hasil sebelum dan sesudah perbaikan, jangka waktu
pengumpulan
data
sebelum
dan
sesudah
perbaikan
dibuat
sama.
3. Atur masing masing penyebab secara berurutan sesuai dengan besarnya nilai dalam grafik

kolom.
Penyebab dengan nilai lebih besar terletak di sisi paling kiri dan seterusnya.
4. Gambarkan grafik garis yang menunjukkan jumlah persentase (total = 100%) pada bagian
atas
grafik
kolom
Dimulai dengan nilai yang terbesar dan di bagian bawah masing masing kolom dituliskan
keterangan
kolom
tersebut.
5. Pada bagian atas berikan keterangan atau nama diagram dan jumlah unit seluruhnya.
Continue reading →
Posted in Pengendalian Kualitas, Teknik Industri

Histogram
Posted on November 25, 2013

A. Pengertian
Dasar
Histogram
Kata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos, dan gramma. Histogram adalah suatu bentuk
grafik yang menunjukkan adanya dispersi data. Dari grafik ini kita dapat membuat analisa
karakteristik dan penyebab dispersi tersebut. Tiap tampilan batang menunjukkan proporsi
frekuensi pada masing-masing deret kategori yang berdampingan dengan interval yang tidak
tumpang tindih.
Histogram dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik batang yang
digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan
nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski
sekelompok data memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila penyebaran data semakin melebar
ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi pada kelompok tersebut
kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit sebaran data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka
hasil produksi dapat dikatakan lebih bermutu, karena mendekati spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Histogram pertama kali digunakan oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan
distribusi frekuensi dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi banyak frekuensi
yang terjadi pada tiap kategori dan merupakan salah satu dari seven basic tools of quality control.
Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas. Histogram
juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan histogram dapat
menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.
Untuk menggambarkan histogram dipakai sumbu mendatar yang menyatakan batas-batas kelas
interval dan sumbu tegak yang menyatakan frekuensi absolut atau frekuensi relatif.
Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar
sampai dengan yang terkecil. Bila bentuk histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang
tertinggi berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten, artinya
seluruh faktor-faktor dalam proses memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Bila histogram

berbentuk sisir, kemungkinan yang terjadi adalah ketidaktepatan dalam pengukuran atau
pembulatan nilai data, sehingga berpengaruh pada penetapan batas-batas kelas. Bila sebaran data
melampaui batas-batas spesifikasi, maka dapat dikatakan bahwa ada bagian dari hasil produk
yang tidak memenuhi spesifikasi mutu. Tetapi sebaliknya, bila sebaran data ternyata berada di
dalam batas-batas spesifikasi, maka hasil produk sudah memenuhi spesifikasi mutu yang
ditetapkan.
Secara umum, histogram biasa digunakan untuk memantau pengembangan produk baru,
penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru, memprediksi kondisi pengendalian proses,
hasil penjualan, manajemen lingkungan dan lain sebagainya.
B. Fungsi
atau
Kegunaan
Histogram
1. Diagram batang umumnya digunakan untuk mengambarkan perkembanga nnilai suatu objek
penelitian dalam kurun waktu tertentu. Diagram batang menunjukan keterangan- keterangan
dengan batang-batang tegak atau mendatar dan sama lebar dengan batang- batang terpisah;
2. Mengetahui
dengan
mudah
penyebaran
data
yang
ada;
3. Mempermudah
melihat
dan
menginterpretasikan
data;
4. Sebagai alat pengendali proses, sehingga dapat mencegah timbulnya masalah.
C.
Cara
Pembuatan
Histogram
1. Mengumpulkan
data
Sampel data haruslah dapat mewakili populasinya. Berapa jumlah sampel yang dapat mewakili
populasi dapat dipelajari loebih jauh di bidang kajian statistik atau metodologi penelitian.
2. Pengolahan
data
Pengolahan data ini menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan langkah pertama agar
Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produk, terutama dalam
menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang akan
menggambarkan
penyebaran
data
yang
tercipta.
Seberapa banyak kelas-kelas data yang dibuat untuk menggambarkan penyebaran data,
ditentukan
dengan
cara:
a. Menentukan batas-batas observasi (rentang). Rentang (r) adalah data tertinggi dikurangi data
terkecil.
b. Menghitung banyaknya kelas atau sel-sel. Banyak kelas (b) = 1 + 3,3 log n.
3. Menentukan
lebar
atau
panjang
kelas
Menentukan lebar atau panjang kelas dengan menggunakan rumus Panjang kelas (p) merupakan
hasil pembagian nilai Rentang dengan banyaknya kelas.
4. Menentukan
ujung
kelas
Ujung kelas pertama biasanya diambil dari terkecil. Kelas berikutnya dihitung dengan cara
menjumlahkan ujung bawah kelas.
5. Menghitung nilai frekuensi histogram masing-masing kelas.
6. Menggambarkan diagram batangnya

D.
Pengaplikasian
Histogram
Aplikasi
histogram
sangat
tepat
digunakan
pada
saat:
a. Ingin
menetapkan
apakah
proses
berjalan
dengan
stabil
atau
tidak;
b. Ingin mendapatkan informasi tentang performance sekarang atau variasi proses;
c. Ingin
menguji
dan
mengevaluasi
perbaikan
proses
untuk
peningkatan;
d. Ingin mengembangkan pengukuran dan memonitor peningkatan proses.

Bbb

daudario
Just another WordPress.com site

PROSES KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan hal penting dalam sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat
untuk mengarahkan, memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan
manajemen perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan
agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih efesien dan
lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian manajemen adalah kinerja
dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan. Merchant (1998) mengatakan bahwa
orientasi perilaku berhubungan dalam lingkungan pengendalian manajemen, perilaku
berpengaruh dalam desain system pengendalian manajemen untuk membantu, mengendalikan,
memotivasi manajemen dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat
mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sistem pengendalian
manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling berhubungan yang
mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu manajer dalam mengkoordinasi
bagiannya untuk mengubah perilaku dalam pencapaian tujuan organisasi yang diharapkan pada
dasar yang berkesinambungan (Maciarriello dan Kirby, 1994). Untuk membentuk suatu kerja
sama yang baik jelas perlu adanya komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam

organisasi tersebut. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan
dalam bekerja.

KOMUNIKASI ORGANISASI
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal
adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. lsinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai
pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya
manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang (Robert Bonnington,
1973). Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:


Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang
lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang
jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.



Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:

1. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi
perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
2. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya,
bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh
untuk dilaksanakan.
3. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin,
newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
4. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja,
pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasi.


Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan

yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar
dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.


Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi
yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:

Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss
The Controlling Style
controlling style communication ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk
membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang
yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau oneway communications.
Pihak – pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan
perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut
digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir
dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan
kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar
dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang
dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi
orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik.
Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif
sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
The equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap
anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya
komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini
ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis
yang bersifat dua arah (two-way communication).Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian
yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam
konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara
empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu

permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak
berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun
lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan
serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan
untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal
kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa
(initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan
verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau
sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented).
The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun
gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan
(sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
1. The Withdrawal Style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya
tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang
lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orangorang tersebut.
PROSES KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Proses Komunikasi:
Arus pesan yang terjadi dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu
sama lain (the flow of messages within a network of interdependen relationship). Pesan dibuat
dan di pertukarkan sebagai respon terhadap tujuan, kebijakan, dan tujuan spesifik organisasi.
Proses Komunikasi Dasar

Griffin (2003) membahas komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang
menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi Adapun prinsip-prinsip
dari teori management klasikal adalah sebagai berikut:


kesatuan komando- suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan



rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari atas sampai ke bawah
untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan
sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi.



divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi
yang dirancang untuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien.



tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan
ke ketaatan seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus
dicapai.



disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan
dan aturan disetujui.



mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan
peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.

umum-

melalui

contoh

Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan
itu adalah sebagai berikut:
Pendekatan sistem.
Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi) menganggap struktur hirarkhi, garis rantai
komando komunikasi, prosedur operasi standar merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat
organisasi sebagai kehidupan organis yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu
perubahan lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup. Pengorganisasian merupakan
proses memahami informasi yang samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan
informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya ketika anggota-

anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif. Untuk
itu, ketika dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, manajer harus bertumpu pada
komunikasi dari pada aturan-aturan.


Weick memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar pada sebuah
rangkaian tiga proses: penentuan (enachment), seleksi (selection), penyimpanan (retention)



Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan informasi yang tidak jelas dari luar.
Ini merupakan perhatian pada rangsangan dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan. Seleksi,
proses ini memungkinkan kelompok untuk menerima aspek-aspek tertentu dan menolak aspekaspek lainnya dari informasi. Ini mempersempit bidang, dengan menghilangkan alternatifalternatif yang tidak ingin dihadapi oleh organisasi. Proses ini akan menghilangkan lebih banyak
ketidakjelasan dari informasi awal. Penyimpanan yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu
yang akan digunakan pada masa mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke
dalam kumpulan informasi yang sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya
organisasinya.



Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling bersambungan yang
memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang pengertian-pengertian apa yang
harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota
dikendalikan oleh aturan-aturan berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang
digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau
penyimpanan).

Pendekatan budaya.
Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan
pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari
antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna
bersama yang unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu
organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya, membentuk sebuah
realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan sesuatu
yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya adalah sesuatu suatu organisasi. budaya
organisasi dihasilkan melalui interaksi dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang
berorientasi tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga menciptakan
atau memperkuat cara-cara yang lain selain perilaku tugas ”resmi” dari para karyawan, karena
aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi bagi budaya
tersebut.
Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita, ritual, simbolsimbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan mereproduksi seperangkat
pemahaman.
Pendekatan kritik.

Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap bahwa kepentingankepentingan perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan
kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat atas kepentingan
pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme. Bahasa adalah medium utama
dimana realitas sosial diproduksi dan direproduksi.
Peranan dalam jaringan kerja komunikasi
1.

Anggota Klik / Group

Kelompok individu yang seringkali melakukan kontak dengan anggota yang lain.Syarat
keanggotaan klik : individu-individu harus mampu melakukan kontak satu sama lain, bahkan
dengan cara tidak langsung. Klik juga terdiri dari individu yang keadaan skelilingnya
memungkinkan kontak antar individu, yang satu sama lain saling menyukai dan merasa puas
dengan kontak tersebut.
2.

Penyendiri / Isolates

Adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak mengadakan kontak dengan
anggota kelompok yang lain. Beberapa anggota organisasi menjadi penyendiri bila berurusan
dengan kehidupan pribadi pegawainya.

3.



Karakteristik penyendiri / Isolates :



Lebih berorientasi diri sendiri, kurang motivasi dan upaya untuk maju serta rendahnya keinginan
untuk berinteraksi.



Kurang pengalaman dalam sistem, rata-rata lebih muda, dan tidak memiliki power dalam
organisasi.



Lebih banyak menyimpan informasi daripada mengalirkannya.



Menganggap komunikasi sebagai sistem tertutup dan tidak nyaman berada dalam sistem.



Tidak banyak tahu anggota grup dibanding lainnya dan cenderung menyimpan informasi yang
relevan untuk kepentingan grupnya sendiri

Jembatan / Bridge

Adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam hubungan
antara kelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Sebuah jembatan berlaku
sebagai pengontak langsung antara dua kelompok pegawai dalam organisasi. Sebuah jembatan
juga rentan terhadap semua kondisi yang menyebabkan kehilangan, kerusakan dan
penyimpangan informasi.
4.

Penghubung / Liaisons

Adalah orang yang menghubungkan dua klik atau lebih, tetapi dia bukan anggota salah satu
kelompok yang dihubungkan tersebut. Penghubung memegang peranan penting bagi
berfungsinya oranisasi secara efektif.Penghubung dapat melancarkan maupun menghambat
aliran informasi.
Karakteristik Liaisons :

5.



Memiliki kedudukan tinggi dan penting terhadap organisasi, berpengaruh banyak, berintegrasi
dan berkoordinasi dengan berbagai grup untuk memperbaiki posisinya.



Berinteraksi cukup lama dengan organisasi, tahu sistem dan lebih terbuka dibanding isolates.



Dianggap penting dan memiliki kemampuan karena peranan interaksinya

Penjaga Gawang / Gatekeeper

Adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan
pengendalian atas pesan yang disebarkan melalui sistem tersebut. Kegiatan penjaga gawang:
mengaitkan-menyimpan-merentangkan-mengendalikan.
6.

Pemimpin Pendapat / Opinion Leader

Adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan
mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Kalangan ini sangat dipercayai orang lain
untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
7.

Kosmopolit

Menghubungkan anggota organisasi dengan orang-orang dan peristiwa di luar batas-batas
struktur organisasi. Anggota organisasi yang banyak bepergian, aktif di asosiasi internasional
maupun aktif membaca jurnal terbitan regional, nasional dan internasional.
Komunikasi Ke Bawah
Informasi mengalir dari jabatan berotoritas tinggi ke otoritas lebih rendah. Informasi dari atasan
ke bawahan :
ü Informasi tentang bagaimana melakukan pekerjaan.
ü Informasi tentang dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan.
ü Informasi tentang kebijakan dan praktik organisasi.
ü Informasi tentang kinerja pegawai.
ü Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission)

Komunikasi ke Atas
Adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat yg lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih
tinggi (penyelia), biasanya berbentuk pertanyaan, feedback, saran / usulan.
Pentingnya komunikasi ke atas :


Memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan.



Memberitahu penyelia kapan bawahan siap menerima informasi.



Mendorong keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu
mereka.



Menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada
pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan.



Mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahannya memahami apa yang diharapkan
dari aliran informasi ke bawah.



Membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka

Yang harus dikomunikasikan ke atas :
ü Memberitahu apa yang dilakukan bawahan (pekerjaan, prestasi, kemajuan, rencana di masa
datang).
ü Menjelaskan persoalan kerja yang belum terpecahkan oleh bawahan.
ü Memberi saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka.
ü Mengungkapkan pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan, rekan kerja dan organisasi
mereka.
PROSES KOMUNIKASI INTERNAL
Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam
struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam
perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan. Empat Dimensi Komunikasi organisasi
1) Downward communication Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang
berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus
komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a)

Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)

b)
Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job
retionnale)
c)
Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and
practices)
d)

Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972):
a)

Metode tulisan

b)

Metode lisan

c)

Metode tulisan diikuti lisan

d)

Metode lisan diikuti tulisan

2)
Upward communication Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate)
mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a)

Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupu