SATUAN ACARA PENYULUHAN SAP SISTEM PERKE

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
SISTEM PERKEMIHAN
“Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien GGA Dirumah”

Nama Kelompok :
Nining Safitri
Devisca Nora
Sufani Suharsi
Yeyen Cintya Mustika

Dosen Pembimbing : Ns.Melti Surya, S.Kep. M.Kep
Program Studi Keperawatan
STIKES ALIFAH
PADANG
2017

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

1

Topik


:

Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien GGA Dirumah

Sasaran

:

Mahasiswa keperawatan semester VI

Waktu

:

30 Menit (Pukul 09.00-09.30 WIB)

Hari/Tanggal :

Jumat, 13 Juni 2017


Tempat

:

Kampus stikes alifah padang, Ruangan 09

Tujuan

:

Memberikan penyuluhan kepada mahasiswa supaya mengerti tentang
Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien GGA Dirumah

A. Latar Belakang
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal akut (GGA,
acute renal failure [ARF]) merupakan salah satu sindrom dalam bidang nefrologi yang dalam
15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan insidens. Beberapa laporan dunia menunjukkan
insidens yang bervariasi antara 0,5-0,9% pada komunitas, 0,7-18% pada pasien yang dirawat
di rumah sakit, hingga 20% pada pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU),

dengan angka kematian yang dilaporkan dari seluruh dunia berkisar 25% hingga 80%.
Insidens di negara berkembang, khususnya di komunitas, sulit didapatkan karena tidak
semua pasien GGA datang ke rumah sakit. Diperkirakan bahwa insidens nyata pada
komunitas jauh melebihi angka yang tercatat. Peningkatan insidens GGA antara lain
dikaitkan dengan peningkatan sensitivitas kriteria diagnosis yang menyebabkan kasus yang
lebih ringan dapat terdiagnosis. Selain itu, juga disebabkan oleh peningkatan nyata kasus
GGA akibat meningkatnya populasi usia lanjut dengan penyakit komorbid yang beragam,
meningkatnya jumlah prosedur transplantasi organ selain ginjal, intervensi diagnostik dan
terapeutik yang lebih agresif.
B. Tujuan Satuan Penyuluhan
a. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan mahasiswa mengetahui
serta memahami tentang Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien GGA Dirumah
b. Tujuan Intruksional Khusus

2

Setelah mendapatkan penjelasan tentang Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien
GGA Dirumah mahasiswa dapat :
1.


Menjelaskan Definisi

2.

Menjelaskan Klasifikasi

3.

Menjelaskan Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Gagal Ginjal Akut

C. Strategi Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi (Terlampir)


Definisi



Klasifikasi Etiologi




Terapi Cairan Dan Nutrisi

2. Sasaran / Target
Sasaran: Seluruh mahasiswa Keperawatan STIKes Alifah Padang semester VI
3. Metode



Ceramah
Tanya Jawab

4. Media dan Alat




Leaflet

Laptop
LCD Proyektor

5. Waktu dan Tempat




Hari / Tanggal : Selasa/ 13 Juni 2017
Jam
: 09.00 – 09.30 WIB
Tempat
: Ruangan 09 kampus STIKes Alifah Padang

6. Pengorganisasian






Moderator : Devisca Nora
Presenter : Nining Safitri
Observer : Sufani Suharsi
Fasilitator : Yeyen Cintya Mustika

3

7. Setting Tempat
Keterangan :
: Moderator
: Leader/Co leader
: Audien
: Fasilitator
: Observer

D. Uraian Tugas
1. Penanggung jawab Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Moderator
a. Pada acara pembukaan
 Membuka acara

 Memperkenalkan anggota
 Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
 Menjelaskan kontrak waktu
b. Kegiatan inti
 Meminta peserta memberikan pertanyaan atas penjelasan yang tidak
dipahami
 Memberikan kesempatan pada mahasiswa atas jawaban yang diajukan untuk
menjawab
c. Pada acara penutup
 Menyimpulkan dan menutup diskusi
 Mengucapkan salam
3. Leader / Co Leader
 Memberikan penyuluhan pada peserta
 Melakukan evaluasi
4. Fasilitator
 Memotivasi peserta agar berperan aktif
 Membuat absensi penyuluhan
 Mengantisipasi suasana yang dapat menganggu kegiatan penyuluhan
5. Observer
 Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir

4



Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan

E. Kegiatan Penyuluhan
NO
I

Proses
Pembukaan
(moderator)

Kegiatan Pembelajaran
a. Memberi salam,
memperkenalakan diri dan
anggota penyuluh dengan
baik menjelaskan tentang


topik dan tujuan
penyuluhan
b. Membuat kontrak waktu
II

Penyajian
(leader)

a. Memberikan penjelasan
tentang:
 Definisi
b. Memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk
bertanya
c. Memberikan

reinforcement pada peserta
yang mengajukan
pertanyaan
d. Menjawab pertanyaan

mahasiswa dengan tepat dan
mudah dimengerti

Kegiatan Peserta
a. Memperhatikan
dan menjawab
salam
b. Memperhatikan
serta merespon
terhadap
penyuluhan

Waktu
5 Menit

a. memperhatikan
b. memberi
pertanyaan
yang belum
dapat di
mengerti
mahasiswa
c. memperhatikan
d. memberi
pertanyaan
yang belum
dapat di
mengerti

20 Menit

 Klasifikasi
e. Memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk
bertanya
f. Memberikan

reinforcement pada peserta
yang mengajukan
pertanyaan
g. Menjawab pertanyaan
mahasiswa dengan tepat dan
mudah dimengerti
 Terapi cairan dan nutrisi
h. Memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk
bertanya
i. Memberikan

reinforcement pada peserta
yang mengajukan
5

pertanyaan
j.

III

F.

Penutup
( moderator)

Menjawab pertanyaan
mahasiswa dengan tepat dan
mudah dimengerti

a. memberi kesimpulan
b. menutup pertemuan dan
memberikan salam penutup

a. memperhatikan
b. menjawab
salam

5

menit

Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Kelompok penyuluh dan peserta pada posisi yang sudah direncanakan
 60 % peserta penyuluhan menghadiri penyuluhan
 Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
 Pre Planning telah disetujui
 Leaflet telah tersedia
 peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
 Peserta dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan sampai selesai
 Peserta berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evaluasi Hasil
 minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan defenisi GGA
 minimal 60 % yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan Klasifikasi GGA
 mnimal 60 % yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan Terapi pada GGA

MATERI
A. Defenisi
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom yang ditandai oleh penurunan laju
filtrasi glomerulus secara mendadak dan cepat (hitungan jam–minggu) yang mengakibatkan
terjadi-nya retensi produk sisa nitrogen seperti ureum dan kreatinin . Batasan GGA yang lain
adalah peningkatan kreatinin serum 0,5 mg/dl dari nilai sebelumnya, penurunan klirens
kreatinin (CCT = Creatinin Clearance Test) hitung sampai 50% atau penurunan fungsi ginjal
yang meng-akibatkan kebutuhan akan dialisis.
B. Klasifikasi GGA
Berdasarkan penyebabnya GGA dapat dibedakan menjadi:
6

1. Pre-renal: 5–60% .
Disebabkan karena hipoperfusi ginjal. Tersering akibat dehidrasi, perdarahan,
penurunan curah jantung dan hipotensi karena sebab lain.
2. Renal: 35-40% .
Disebabkan karena kerusakan akut pada parenkim ginjal, terutama karena
nekrosis tubular akut. Misalnya disebabkan oleh obat-obatan, zat kimia (toksin)
dan

iskemia

ginjal.

Contoh

lain

disebabkan

penyakit

glomerular

seperti

glomerulonefritis akut.
3. Post-renal: £ 5% .
Berhubungan dengan obstruksi akut traktus urinarius. Contohnya batu saluran
kencing, hipertrofi prostat, dan keganasan ginekologis.
Sekitar 50% GGA yang didapat di rumah sakit (hospital acquired) disebabkan oleh
multifaktor, misalnya pasien sepsis yang diobati dengan aminoglikosida, prosedur
radiokontras pada pasien yang mendapat terapi penghambat ACE , gagal jantung kongestif
yang mengalami sepsis, dan lain-lain.
Berdasarkan jumlah produksi urin GGA dibedakan 3 fase:
a. Fase anuria: produksi urin < 100 ml/24 jam.
b. Fase oliguria: produksi urin < 400 ml/24 jam
c. Fase poliuria: produksi urin > 3500 ml/24 jam.

C. Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Gagal Ginjal Akut
Prinsip penatalaksanaan GGA meliputi 3 aspek yaitu pengobatan penyakit dasar,
menjaga keseimbangan fisiologis tubuh (cairan, elektrolit, asam basa darah, dan nutrisi) serta
mencegah dan mengobati komplikasi. Jadi aspek terapi cairan yang dibahas di sini bertujuan
untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis tubuh yang terkait pula dengan nutrisi.
7

1.

Kebutuhan Nutrisi
Telah diketahui bahwa pada GGA pemakaian enersi (energy expenditure)
meningkat akibat keadaan hiper-metabolik. Perkiraan kebutuhan enersi selama ini
tampaknya

berlebihan

bila

dibandingkan

dengan

jumlah

kebutuhan

sesungguhnya. Melalui pemeriksaan pengeluaran enersi secara rutin pada pasien
GGA dengan menggunakan metode kalorimetri indirek, menunjuk-kan bahwa
kebutuhan enersi lebih rendah dari pada yang dilaporkan sebelumnya. Kebutuhan
enersi berkisar antara 20–30% di atas expected resting energy expenditure. Pada
GGA tan-pa komplikasi tampaknya pemakaian enersi tidak meningkat, sedangkan
GGA dengan keadaan stres pemakaian enersi meningkat sebesar 15–20%.
Pemakaian enersi juga meningkat dalam jumlah yang sama pada GGA yang
menjalani

hemodialisis5 . Dengan demikian pada GGA tanpa komplikasi

membutuhkan 30 Kalori/Kg berat badan perhari, sedangkan pada GGA yang berat
di mana terdapat keadaan stres (infeksi, luka bakar,operasi) kebutuhannya
ditambah 15–20%.
Akumulasi produk sisa nitrogen tergantung dari jumlah asupan protein, derajat
berat GGA dan lama GGA berlangsung . Asupan tinggi protein dapat menyebabkan
kebutuhan akan dialisis makin meningkat. Pada GGA simpel cukup diberikan
0,6–0,8 gram /kg berat badan perhari dengan nilai biologik tinggi. Sedangkan
pada GGA berat dimana terjadi hiperkatabolisme membutuhkan protein 1–1,5 g/kg
berat badan per hari6. Harus diingat pula bahwa kebutuhan kalori harus terpenuhi
dari sumber karbohidrat dan lemak. Perbandingan karbohidrat dan lemak kira-kira
70 : 30. Suplementasi asam amino tidak memberikan manfaat yang berarti dan
tidak dianjurkan.
2. Terapi Cairan dan Elektrolit
Menjaga keseimbangan cairan, berarti memelihara sirkulasi internal dan
volum ekstraselular secara konstan dengan mengatur asupan cairan pasien. Terapi
cairan pada GGA dapat berbeda pada satu pasien dengan pasien lainnya, dan
berbeda pula pada seorang pasien dari hari kehari. Sebelum memberikan terapi
cairan harus ditentukan terlebih dahulu status hidrasi pasien, apakah hipovolemia,
normovolemia, atau kelebihan cairan (overload). Ada beberapa cara yang dapat
8

dilakukan di dalam klinik. Bila memungkinkan dapat dinilai perubahan ortostatik
karena hipovolemia dengan memeriksa perubahan tekanan darah dan nadi saat
tidur dan berdiri. Dilakukan pula pemeriksaan turgor kulit, auskultasi paru untuk
menilai edema paru, pemeriksaan edema tungkai , catatan keluar dan masuk cairan
setiap hari, dan pengukuran berat badan setiap hari. Pengukuran tekanan vena
sentral sangat membantu bila ada fasilitas.
Pada GGA karena penyebab pre-renal, keadaan hipovolemia harus
dikoreksi segera. Jenis cairan yang diberikan tergantung dari penyebab prerenal.
Hipovolemia akibat perdarahan harus diberikan transfusi darah packed red cell dan
cairan isotonik3. Hematokrit dipertahankan sekitar 30%7. Kehilang-an cairan
akibat diare, muntah, atau akibat asupan cairan yang kurang dapat diberikan cairan
kristaloid sesuai kebutuhan, contoh cairan Ringer laktat dan NaCl 0,9%. Pada
keadaan normo-volemia, cairan yang masuk dan keluar dibuat seimbang. Asupan
cairan per hari sama dengan jumlah cairan yang keluar melalui urin dan insensible
water loss. Bila dijumpai adanya muntah atau diare turut diperhitungkan sebagai
cairan yang keluar. Pada pasien dengan hiper-volemia asupan cairan dibatasi
dengan jumlah lebih sedikit dibanding cairan yang keluar. Faktor lain yang harus
diperhatikan dalam merancang terapi cairan pasien adalah fase GGA berdasarkan
jumlah urin. Pada fase anuria atau oliguria cairan yang diberikan sebanyak jumlah
urin perhari ditambah insensible water loss. Asupan cairan pada fase poliuria
dibatasi kira-kira 2/3 dari jumlah urin3,7.
Hipernatremia dan hiponatremia sering ditemukan pada GGA di mana kedua keadaan
ini dapat mengakibatkan gangguan kesadaran. Kejadian hipernatremia dan hiponatremia pada
GGA disebabkan karena gangguan metabolisme air pada GGA di mana penatalaksanaannya
berhubungan dengan terapi cairan. Hiponatremia terutama akibat kelebihan free water
secara relatif terhadap solut. Sementara hipernatremia timbul akibat asupan free water tidak
adekuat. Keadaan ini sering disebabkan karena pemilihan terapi cairan yang tidak tepat.
Sebagai contoh, pemberian cairan hipotonik yang ditujukan untuk menghindari overload
mengakibatkan jumlah cairan electrolyte free water akan meningkat. Pemberian 1000 ml
NaCl 0,45% setara dengan

500 ml NaCl 0,9% (isotonik) dan 500 ml electrolyte free water.

Sebaliknya 1000 ml NaCl 0,9% adalah isotonik dan tidak terdapat electrolyte free water.

9

Keadaan lain sebagai penyebab hiponatremia adalah karena umumnya obat-obatan
diberikan dalam cairan Dekstrosa 5%. Para dokter harus waspada pula dalam memberikan
nutrisi parenteral/enteral, walau umumnya isosmotik atau hipertonik namun keadaan ini
akibat kandungan karbohidrat dan protein sedangkan kandungan elektrolitnya sering tidak
memadai. Kebutuhan

electrolyte free water untuk mempertahankan keseimbangan

osmolaritas tergantung antara lain dari tipe dan jumlah insensible water loss. Misalnya pada
luka bakar kehilangan cairan berupa isosmotik, sebaliknya kehilangan cairan melalui diare
dan pernapasan mengandung sedikit solut di mana akan meningkatkan kebutuhan akan
electrolyte free water. Dalam keadaan

insensible water loss yang normal pasien

membutuhkan 300–500 ml electrolyte free water perhari sebagai bagian dari total cairan yang
diperlukan. Pada pasien hiponatremia dengan volum intravaskular normal (normovolemia)
dapat diberikan tablet NaCl per oral, di samping itu berikanlah obat-obatan per infus dengan
cairan NaCl 0,9%, bukan di dalam cairan Dekstrosa.
Hiperkalemia sangat sering dijumpai pada GGA, keadaan ini dapat meng-akibatkan
fibrilasi ventrikel dan kematian mendadak . Dalam keadaan normal kalium diekskresi melalui
ginjal kira-kira 100 mEq/hari. Pada pasien GGA ekskresi ini terganggu. Asupan kalium pada
GGA harus dibatasi menjadi < 50 mEq/hari. Hindari makanan yang banyak mengandung
kalium seperti coklat dan buah-buahan. Hindari pula obat yang mengganggu ekskresi kalium
seperti penghambat ACE dan diuretik hemat kalium. Pemberian cairan yang mengandung
kalium sebaiknya dihin-dari seperti cairan Ringer laktat, demi-kian juga hindari nutrisi
parenteral yang mengandung KCl atau Kalium Fosfat.
Hipokalsemia dapat ditemukan pada GGA. Pada keadaan ringan diberikan koreksi per
oral 3–4 gram perhari da-lam bentuk kalsium karbonat. Bila sampai timbul tetani dapat
diberikan kalsium glukonas injeksi 10% yang mengandung 10 mg kalsium per mililiter.
Untuk menghindari toksik terhadap jantung obat ini diencerkan di dalam cairan NaCl 0,9%
atau Dekstrosa 5% dan diberikan secara pelan-pelan.
Kadang-kadang dijumpai pula keadaan Hiperfosfatemia yang dapat diatasi dengan
pemberian obat pengikat fosfat seperti aluminium hidroksida atau kalsium karbonat yang
diminum bersamaan dengan makan.
Penggunaan obat-obatan vasoaktif seperti dopamin bertujuan untuk menginduksi
vasodilatasi renal dan meningkatkan aliran darah ke ginjal melalui aktivasi reseptor dopamin10

1. Untuk ini diperlukan dopamin dosis rendah 1–3 mg/kg/menit9. Dari beberapa penelitian
yang dipublikasi dikatakan manfaatnya belum jelas betul10. Namun pada keadaan tertentu
seperti pada GGA dengan peningkatan resistensi pembuluh darah renal mungkin dopamin
akan bermanfaat. Pemberian dopamin bersamaan dengan furosemid akan memberikan reaksi
sinergik dan dapat membantu pemeliharaan fase nonoligurik. Akan tetapi terapi harus
dihentikan apabila tidak memberikan hasil yang diinginkan.
Berbeda dengan GGA simpel, pada GGA berat yang pada umumnya dirawat di unit
perawatan intensif terapi dialisis diberikan lebih agresif. Menunda terapi dialisis pada GGA
berat hanya akan memperburuk gangguan fisiologis dengan konsekuensi peningkatan
mortalitas. Kriteria untuk memulai dialisis pada GGA berat dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Walaupun masih terdapat kontro-versi mengenai waktu inisiasi dialisis pada GGA,
tindakan ini sudah terbukti dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas. Dokter hendaknya
senan-tiasa ingat kepada prinsip pengelolaan GGA dalam setiap mengambil keputus-an, yaitu
mengeluarkan produk sisa nitrogen secara adekuat, mempertahan-kan homeostasis yang
optimal dan menjaga kestabilan hemodinamik, metabolik dan respiratorik6. Tindakan dialisis
memudahkan pengaturan pemberian cairan dan nutrisi. Gunakan membran dialiser yang
biokompatibel dengan tujuan untuk menghindari aktivasi komplemen karena reaksi ini dapat
memperburuk kerusakan ginjal. Tipe dialisis yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan
pasien. Keseim-bangan cairan dan kecepatan ultra-filtrasi lebih mudah dikontrol dengan
hemodialisis intermiten, akan tetapi pada pasien yang membutuhkan cairan dan nutrisi dalam
jumlah banyak lebih mudah dikontrol dengan terapi pengganti kontinyu seperti Continuous
Arteriovenous Hemofiltration (CAVH)6,11.
DAFTAR PUSTAKA



Brady HR, Brenner BM, Lieberthal W. Acute renal failure. In: Brenner BM (ed). The
Kidney,5th ed. Philadelphia: WB Saunders Company,1996 : 1211 – 38.



Thadani RT, Pascual M, Bonventre J. Acute renal failure. N Engl J Med 1996;334
(22): 1448 – 57.



Brady HR, Singer GG. Acute renal failure. Lancet 1995; 346 : 1533 – 39.

11

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA LAYANAN PUBLIK SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

19 247 18

SISTEM OTOMATISASI SONAR (LV MAX SONAR EZ1) DAN DIODA LASER PADA KAPAL SELAM

15 214 17

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL WAYANG KULIT DALAM ACARA RUWATAN ALAM (Studi Pada Tradisi Ruwatan Alam Di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto)

0 94 37

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

SIMULASI SISTEM KENDALI KECEPATAN MOBIL SECARA OTOMATIS

1 82 1

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL DI KABUPATEN PRINGSEWU

10 119 159

BAHASA PADA SURAT DINAS BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN SRAGI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2010 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

7 85 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59