PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT DIABETES MELLITUS DI MASYARAKAT ETNIS SIMALUNGUN KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA The Utilization of Diabetes Mellitus Medicinal Plants In Simalungun Ethnic Society of Simalungun Regency (North Sumatera Province, Indo

BioLink, Vol. 5 (1) Agustus (2018)
p-ISSN: 2356- 458X e-ISSN: 2550-1305
DOI: http://dx.doi.org/10.31289/biolink.v5i1.1663

BioLink
Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT DIABETES MELLITUS DI
MASYARAKAT ETNIS SIMALUNGUN KABUPATEN SIMALUNGUN
PROVINSI SUMATERA UTARA
The Utilization of Diabetes Mellitus Medicinal Plants In Simalungun
Ethnic Society of Simalungun Regency (North Sumatera Province,
Indonesia)
Helen Anjelina Simanjuntak*
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Senior Medan
*Corresponding author: E-mail: [email protected]

Abstrak
Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan yang banyak menarik perhatian karena angka
prevalensi yang bertambah setiap tahunnya, terutama di negara berkembang seperti di Indonesia.

Diabetes Mellitus (DM) adalah kondisi menurunnya fungsi pankreas untuk memproduksi insulin atau
reseptor insulin tidak peka sehingga terjadi gangguan metabolisme dimana glukosa tidak diubah
menjadi glikogen sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa darah
meningkat. Etnis Simalungun merupakan salah satu etnis yang terdapat di Kabupaten Simalungun
Provinsi Sumatera Utara dimana masyarakat Etnis Simalungun masih memanfaatkan tumbuhtumbuhan sebagai alternatif pengobatan seperti penyakit diabetes mellitus, sehingga perlu dilakukan
penelitian tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat Diabetes Mellitus Di Masyarakat Etnis Simalungun
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode survei eksploratif dengan variabel bebas informan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
wawancara secara mendalam terhadap informan yang berupa masyarakat etnis simalungun. Hasil
penelitian didapatkan 26 Jenis tumbuhan, terdiri dari, 20 Famili dan 15 Ordo yang berpotensi sebagai
obat antidiabetes. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah akar, daun, buah, batang, kulit batang, biji
dan umbi. Dan bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun sebanyak 40,74%.
Kata Kunci: Simalungun, Tumbuhan Obat, Diabetes Mellitus
Abstract
Diabetes Mellitus is a health issue that attracts a lot of attention because of the prevalence rate that
increases every year, especially in developing countries like in Indonesia. Diabetes Mellitus (DM) is a
condition of decreasing the function of the pancreas to produce insulin or insulin receptors are not
sensitive so that a metabolic disorder occurs where glucose is not converted into glycogen so that glucose
can not enter the cells, resulting in increased blood glucose. Simalungun ethnic is one of the ethnic group
in Simalungun Regency of North Sumatera Province where the society of Simalungun ethnic still utilize

herbs as an alternative treatment like diabetes mellitus, so it is necessary to do research about the
Utilization of Diabetes Mellitus Medicinal Plants In Simalungun Ethnic Society of Simalungun Regency of
North Sumatera Province. This research was conducted using exploratory survey by the independent
variable informant. Data collection was done by in-depth interview technique to informant. The results
obtained 26 species of plants, consisting of, 20 families and 15 orders that have potential as an
antidiabetic drug. Plant parts used are roots, leaves, fruit, stems, bark, seeds and tubers. And the most
widely used is the leaves as much as 40.74%.
Keywords: Simalungun, Medicinal Plants, Diabetes Mellitus
How to Cite: Simanjuntak, H.A. 2018, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Diabetes Mellitus di Masyarakat
Etnis Simalungun Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, BioLink, Vol. 5 (1): Hal. 59-71

59

BioLink , Vol. 5 (1) (2018): hal. 59-71

bekerjasama

PENDAHULUAN

dengan


ahli

gizi

untuk

merupakan

menentukan makanan apa yang dapat

masalah kesehatan yang banyak menarik

dikonsumsi. Obat-obatan dapat diberikan

perhatian karena angka prevalensi yang

apabila terapi makanan tidak berhasil.

bertambah setiap tahunnya, terutama di


Dewasa ini masyarakat banyak lebih

negara berkembang seperti di Indonesia

memilih

(Setiawan, 2007). Diabetes Mellitus (DM)

menggunakan tanaman obat dibandingkan

adalah

dengan

Diabetes

Mellitus

kondisi


menurunnya

fungsi

pengobatan

obat-obat

kimia.

dengan

Salah

satu

pankreas untuk memproduksi insulin atau

penyebabnya adalah karena tanaman obat


reseptor insulin tidak peka sehingga

memiliki banyak keutungan, selain mudah

terjadi gangguan metabolisme dimana

didapatkan, mudah ditanam, dapat diramu

glukosa tidak diubah menjadi glikogen

sendiri serta murah (Zega et al, 2016).
Masyarakat

sehingga glukosa tidak dapat masuk ke

Etnis

Simalungun


darah

merupakan salah satu etnis yang masih

meningkat. Gejala yang dapat ditemukan

memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai

pada penderita diabetes melitus berupa

Obat Tradisional dalam berbagai penyakit.

keluhan

polidipsia,

Obat Tradisional dari bahan alam menjadi

polifagia, penurunan berat badan secara


salah satu alternatif pengobatan seperti

drastis, lemah badan, dan mata kabur

diabetes

(Setiawan, et al. 2011).

alam, baik sebagai obat maupun tujuan

dalam

sel,

akibatnya

seperti

glukosa


poliuria,

mellitus.

Penggunaan

bahan

Indonesia

lain cenderung meningkat terlebih dengan

menempati urutan ke-4 terbesar dalam

adanya isu back to nature (Dianasari,

jumlah penderita diabetes mellitus di

2015). Lebih dari 400 jenis tanaman telah


dunia

terbukti

mempunyai

aktivitas

diperkirakan terdapat 4 juta penderita

hipoglikemia

karena

tanaman

diabetes mellitus di Indonesia. Jumlah ini

tersebut terkandung senyawa-senyawa


diperkirakan akan terus meningkat. Pada

yang

tahun 2010 diperkirakan menjadi 5 juta

seperti polisakarida, protein, flavonoid,

dan tahun 2030 diperkirakan sekitar 21,3

alkaloid, steroid, dan terpenoid (Kim, et

juta

al., 2006). Sehingga perlu dilakukan

Menurut

dan

data

pada

penduduk

WHO,

tahun

Indonesia

2000

lalu

menderita

berkhasiat

sebagai

Diabetes Mellitus Di Masyarakat Etnis

Terapi Diabetes Mellitus (DM) yang
paling utama adalah makanan dengan

Simalungun

mengatur

Provinsi Sumatera Utara.

makan

antidiabetes

penelitian Pemanfaatan Tumbuhan Obat

diabetes mellitus (Dinasari, 2015).

pola

dalam

penderita
60

Kabupaten

Simalungun

Helen Anjelina Simanjuntak, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Diabetes Mellitus di Masyarakat

Simalungun

METODE PENELITIAN

berhasil

diwawancarai

5

dengan

orang sebagai informan/Batrra (pengobat

menggunakan metode survei eksploratif

tradisional) yang paling terkenal, paling

dengan variabel bebas informan/battra

banyak pasiennya dan paling ampuh

(Pengobat tradisonal). Lima Kecamatan

dalam pengobatan.

Penelitian

dilakukan

terpilih seperti Silimakuta, Purba, Panei,

masing diwakili oleh satu informan/battra

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat
Berpotensi Sebagai Obat Diabetes
Mellitus
Penggunaan tumbuhan obat sebagai

(pengobat tradisional). Pengumpulan data

obat diabetes mellitus terdiri dari 26 Jenis

dilakukan

Tumbuhan, terdiri dari 15 Ordo dan 20

Pematang Sidamanik dan Dolok Batu
Nanggar. Dari setiap kecamatan masing-

dengan

secara

teknik

wawancara

mendalam

Famili (Tabel 1).

terhadap

informan/Battra (pengobat tradisional)
mengenai nama lokal tumbuhan, bagian
tumbuhan

yang

diambil

serta

cara

meramunya. Observasi lapangan seperti
identifikasi

tumbuhan,

habitatnya,

keadaan demografi, dokumentasi foto dan
pengambilan sampel spesimen. Spesimen
tanaman obat diambil untuk deskripsi
morfologi, pengawetan dan pembuatan
herbarium. Deskripsi morfologi dilakukan
dengan mencatat bagian penting morfologi
seperti: perawakan, akar, daun, batang
dan bunga. Pengawetan dilakukan dengan
spiritus

untuk

pengawetan

basah,

sedangkan pengawetan kering dilakukan
di herbarium.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Demografi Informan
Hasil pemetaan

informan/Battra

(Pengobat tradisional) Etnis Simalungun
yang terdapat di wilayah Kabupaten
61

BioLink , Vol. 5 (1) (2018): hal. 59-71

Tabel 1. Klasifikasi Tumbuhan Obat Berpotensi Sebagai Obat Diabetes Mellitus

Dari Tabel di atas dapat dilihat

Ficus septica merupakan jenis perdu

bahwa terdapat 26 Jenis tumbuhan, 20
Famili dan 15 Ordo yang berpotensi

atau pohon kecil, tinggi antara 100 – 150

sebagai Obat diabetes mellitus.

Buah semu di ketiak daun yang luruh,

cm. Kulit batang berwarna abu-abu putih.

Phyllanthus niruri (Rumput dukung

bentuk buah membulat gepeng, warna

anak) merupakan jenis tumbuhan liar

buah hijau muda atau hijau keabu-abuan.

yang tumbuh pada tempat lembab dan

Habitat hutan primer, hutan sekunder dan

berbatu. Dapat dijumpai di daerah dataran

semak belukar. Kandungan kimia yang

rendah sampai pada ketinggian 1000 m

terdapat pada daun, buah, dan akar adalah

dpl. Terna, semusim, tumbuh tegak, tinggi

saponin dan flavonoid, disamping itu

30-50 cm, bercabang-cabang. Kandungan

buahnya mengandung alkaloid dan tanin,

kimia yang terdapat pada tumbuhan ini

sedangkan akarnya mengandung senyawa

adalah adanya flavonoid yang terdiri dari

fenol (Harada et al., 2006).
Morus alba merupakan tumbuhan

quercetin, isoquercetrin, astragalin yang
berperan

sebagai

obat

diabetes

berhabitus pohon yang dapat mencapai

(Dalimartha, 2000).

sekitar 9 m. Batang berkayu, bulat, masih

62

Helen Anjelina Simanjuntak, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Diabetes Mellitus di Masyarakat

muda berwarna ungu setelah itu tua

mengandung

coklat.

mengandung asam ursolat dan lupeol

Helaian daun tunggal, letak berseling,

pikrinin.

Bunga

pulai

(BPOM, 2007).
Catharanthus roseus

helaian daun berbeda pada daun muda

merupakan

dan daun tua (anisofili). Bunga majemuk,

tumbuhan berhabitus terna menahun,

bentuk setandan, kelopak segitiga, benang

tumbuh tegak, bercabang banyak, tinggi

sari dan putik kecil, putih mahkota bentuk

mencapai 120 cm. Batangnya berkayu

tajuk, kecil, putih. Buah ketika masih muda

pada bagian pangkal, sering bergetah

berwarna hijau setelah tua berwarna

putih, bentuk batang bulat. Helaian daun

merah, jingga atau hitam. Biji kecil, warna

tunggal,

hitam,

pertulangan

akar

tunggang,

warna

putih

terletak

berhadapan

dengan

menyirip,

bentuk

daun

kekuningan. Kandungan kimia berupa

helaian daun memanjang, bulat telur

vitamin, asam fumarat, dan asam folat

terbalik sampai oval, pangkal runcing,

(BPOM RI, 2010).

ujung runcing, tepi daun rata, ibu tulang

Alstonia

scholaris

merupakan

daun

agak

tebal

dan

berdaging,

tumbuhan berupa pohon dengan tinggi 45

pertulangan daun sedikit melengkung,

m. Perbungaan berupa malai rata, di ujung

warna hijau, tangkai daun 5-6 mm, ukuran

cabang atau ketiak daun, panjang sampai

helaian daun 2-9 cm, berbulu pada kedua

13 cm, gagang bunga pendek ± 2,5 cm,

permukaannya. Perbungaan berupa bunga

berambut. Bunganya wangi, warna hijau

majemuk menggarpu, di ketiak daun yang

terang sampai putih kekuningan dan pada

biasanya dipadati oleh beberapa pasang

kedua permukaannya berbulu halus dan

daun, panjang ibu tangkai bunga 1-2 mm,

rapat,panjang

tegak.

tabung

7-9

mm,

agak

Kandungan

kimianya

yang

mengecil pada bagian lehernya, helaian

berkhasiat menurunkan kadar glukosa

mahkota mnyerong dan bundar. Panjang

darah (hipoglikemik) antara lain leurosin,

tangkai putik 3-5 cm. Buah bumbung

katarantin, lochnerin, tetrahidroalstonin,

panjang 20 - 50 cm, biji-biji berambut

vindolin dan vindolinin (BPOM RI, 2010).
Strychnos

pada bagian tepinya dan beijambul pada

ligustrina

merupakan

bagian ujungnya, panjang 1,5 - 2 cm.

merupakan tumbuhan semak, tinggi lebih

Kandungan

kayu

kurang 2 meter. Berbatang kecil, berkayu

mengandung alkaloida ditanin, ekitamin

keras dan kuat Bagian yang digunakan

(ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin,

kayu dan biji. Kandungan kimia berupa

ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan

mengandung

triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun

brusin),

kimia

pada

kulit

63

alkaloid

tanin,

(striknin

dan

steroid/triterpenoid

BioLink , Vol. 5 (1) (2018): hal. 59-71

(saponin) sebagai penurun kadar gula

benjol tidak teratur, jika masak berdaging

darah (Gusmailina & Sri, 2015)

dan berair, kuning kotor atau putih

Taraxacum

officinale

merupakan

kuning, panjang 5-10cm, intinya keras

berhabitus herba menahun, tidak memiliki

seperti tulang, coklat merah, bentuk

batang, tinggi mencapai 30-50 cm. Akar

kerucut, tangkai buah 3-5 cm. Kandungan

terletak

kimia berupa Mondon, skopoletin, alkaloid

dibawah

tanah,

berbentuk

xeronim (BPOM RI, 2013).

panjang, lurus, meruncing, dan berwarna
cokelat,

serta

dapat

menembus

Strobilanthes

ke

crispus

merupakan

sebagai

tumbuhan berhabitus terna semusim,

cabang dari rimpangnya. Dari rimpang,

tegak, tinggi 0,5-1 m. Daun berhadapan,

tumbuh daun berbentuk roset berwarna

bertangkai pendek, helai daun berbentuk

hijau, dari tengah roset akan tumbuh

lanset melonjong atau hampir jorong,

bunga berwarna jingga kuning berbentuk

pinggir daun bergerigi, panjang helai daun

ligulat. Buahnya berbentuk fusi, berwarna

9-18 cm, lebar helai daun 3-8 cm, kedua

hijau hingga kecoklatan, berakhir pada

permukaannya

tangkai kecil yang dikelilingi oleh papus

tersusun dalam bulir padat, gagang bunga

lembut dan ditunjang oleh kepala buah

lebih

berbentuk globular. Kandungan kimia

tertutup dengan rambut-rambut pendek,

berupa flavonoids (isoquerin, hyperin),

mahkota berbentuk corong, terbagi 5,

taraxasterol,

taraxerol,

panjang 1,5 - 2 cm, berambut, berwarna

taraxin, kolin, inulin, pektin, koumesterol,

kuning, benang sari 4. Buah berbentuk

asparagine, dan vitamin (A, B, dan D)

gelendong,

(Azhari, 2016).

Kandungan kimia berupa asam asetat, a-

permukaan,

tunggal

ataupun

taraxacerin,

Momordica

charantia

panjang

kasar.

dari

Perbungaan

kelopak,

mengandung

kelopak

2-4

biji.

sitosterol, amonium asetat, aromadendren

merupakan

Tanaman berupa semak menjalar, dengan

oksida,

buah tipe peppo, memanjang, berjerawat

fenol,

tidak beraturan, oranye, pecah sama sekali

siklobutanol, asam siklopentaundekanoat,

dengan 3 katup, 5-7 cm (liar) hingga 30 cm

dan vitamin E (BPOM RI, 2010).

(ditanam).

Kandungan

kimia

benzemetanol,

a-(i-aminoetil)-

butirolakton,

kampesterol,

Coleus scutellarrioides

berupa

merupakan

flavonoid, polifenol dan saponin (Yuda et

terna

al., 2013).

berbaring pada pangkalnya, bagian yang

Morinda

citrifolia

setahun,

tumbuh

tegak

atau

merupakan

menyentuh tanah mengeluarkan akar,

Tanaman berupa pohon, buah bongkol

tinggi 0,5-1,5 m, jika selurh bagian

(kepala)

diremas akan mengeluarkan bau harum.

bersifat

apokarp,

berbenjol64

Helen Anjelina Simanjuntak, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Diabetes Mellitus di Masyarakat

Daun tunggal, panjang tangkai 3-4 cm.

ceplukan

Helaian daun berbentuk bulat telur,

memanjang

pangkal

melekuk

runcingdengan panjang 5 -15 cm helaian

ujung

daun tipis, kaku dan cepat layu setelah

meruncing, tepi beringgit, tulang daun

dipetik. Kandungan kimia berupa Fisalin B,

menyirip jelas (berupa alur) berbentuk

Fisalin D, dan Fisalin F (BPOM, 2007).

membulat

menyerupai

atau

bentuk

jantung,

berhadapan.

(langset)

bulat

dengan

asiatica

telur
ujung

merupakan

kimia

tumbuhan terna, menahun dan stolon-

berupa daun dan batang mengandung

stolon merayap, panjang 10-80 cm, akar

minyak

lemak,

keluar dari setiap buku-buku, banyak

phytsterol, kalsium oksalat, dan peptic

percabangan yang membentuk tumbuhan

substances (Dalimartha, 2000).

baru. Daun tunggal bertangkai panjang,

atsiri,

Kandungan

berbentuk

Centella

seperti jala. Bunga dalam anak payung
yang

ini

fenol,

tanin,

Orthosiphon stamineus merupakan

tersusun dalam roset akar yang terdiri

tumbuhan Habitus berupa terna berkayu,

dari 2-10 helai daun. Kandungan kimia

pada pangkal sering bercabang, disana

berupa

berakar kuat; tinggi 0,4-1,5 m; Batang

thankuniside, madecassoside, brahmoside,

berambut pendek. Tangkai daun 0,4-3 cm;

brahmic

helaian daun bulat telur, ellips atau

hydrocotyline, mesoinositol, centellose,

memanjang, dengan pangkal berbentuk

carotenoids, garam mineral, zat pahit

baji, di atas pangkal yang bertepi rata

vellarine, dan zat samak (Dalimartha,

bergigi kasar, dapat dikatakan gundul, 2-

2000).

asiaticoside, thankuniside,

acid,

Averrhoa

10 x 1-5 cm. Karangan semu banyak,

madasiatic

carambola

iso

acid,

merupakan

terpisah, berbunga 6, terkumpul menjadi

tumbuhan

tandan ujung. Daun pelindung kecil.

sampai

Kandungan

flavonoid

arahnya agak mendatar sehingga pohon

dan

ini rindang. Daun majemuk, menyirip,

kimia

berupa

hirtakoumaroflavonosida

12

berupa
m.

Pohon,

Percabangan

tingginya
banyak,

hirtaflavonosida B dan metoksi flavonoid

bulat

dimetosikuersetrin (Sheliya et al. 2015).

membulat, tepi rata, permukaan mengkilat

Physalis
tumbuhan

minima

semusin,

merupakan

batangnya

telur,

ujung

runcing,

pangkal

di bagian atas dan permukaan bawah

tegak,

buram dengan bulu yang menyebar. Buah

tinggi dapat mencapai 1 meter, batang

berusuk lima, bila dipotong melintang

yang tua berkayu dan bulat, berongga

berbentuk bintang, panjang 4 cm sampai

berwarna hijau, percabangan muncul di

12,5 cm. rasa buah manis sampai asam.

ketiak daun ketiga dekat tanah. Daun

Biji putih kotor kecoklatan, gepeng, bentuk
65

BioLink , Vol. 5 (1) (2018): hal. 59-71

elips dengan kedua ujung lancip. Masa

berwarna coklat dan mudah mengelupas.

berbunga sepanjang tahun. Kandungan

Daun berhadapan, bertulang menyirip,

kimia berupa ascorbic-acid, copper, fiber,

berbintik, berbentuk bundar telur agak

magnesium, manganese, zinc, arginine

menjorong atau agak bundar sampai

(BPOM, 2007).

meruncing, panjang helai daun 6-14 cm,

Theobroma

cacao

merupakan

lebar 3-6 cm, panjang tangkai 3-7 mm,

tumbuhan Pohon semidesidus (jarang

daun yang muda berambut, daun yang tua

berganti daun). Tinggi pohon mencapai

permukaan

atasnya

rata-rata 5-10 m. Batang pohon utama

Perbungaan

terdiri

pendek; cabang memutar 5, dimorfik;

panjang gagang perbungaan 2-4 cm;

cabang vertikal tumbuh pada batang

panjang

memiliki daun yang tersusun dalam 5/8

berbentuk bulat telur sungsang, panjang

filotaksi.

Vi

1,5 - 2 cm. Kandungan kimia: pada daun

filotaksi. Petiola dengan 2 pulvini, satu

selain tanin, seperti minyak atsiri, asam

pada dasar dan yang lain pada titik insersi

ursolat, asam psidiolat, asam kratagolat,

daun. Stipula 2, desidus. Lamina elips-

asam oleanolat, asam guajaverin dan

lonjong atau bulat-lonjong, sederhana,

vitamin. Buah jambu biji mengandung

panjang 10-45 cm; biasanya halus, kadang

glikosida benzofenon (BPOM RI, 2010).

Cabang

berambut,

lateral

membulat

memiliki

pada

kelopak

Syzygium

dasar.

menjadi
dari

7-10

polyanthum

1-3

mm;

licin.
bunga,

tajuk

merupakan

Kandungan kimia berupa senyawa fenolat

tumbuhan Pohon, bertajuk rimbun, tinggi

tanin; alkaloid purin: theobromin sebagai

sampai 25 m. daun tunggal, bila diremas

alkaloid utama, kafein dalam jumlah kecil;

berbau

lemak: asam lemak oleat, asam stearat,

panjang tungkai daun 5 mm-10 mm. helai

asam palmitat; substansi proteat; tepung;

daun

monosakarida/oligosakarida:

sakarosa,

panjang 7 cm-15 cm, lebar 5 cm-10 cm.

glukosa,

biogenik:

Ujung dan pangkal daun meruncing, tepi

triptamin,

rata. Permukaan atas berwarna cokelat

isokuinolin:

kehijauan, licin, mengkilat. Permukaan

oligomerik

bawah berwarna coklat tua. Tulang daun

fruktosa;

feniletilamin,
serotonin;
salsolinol;

amina

tiramin,
alkaloida

tanin

proantosianidin;

katekin:
dan

oksalat

berbentuk

bertangkai

jorong

pendek,

memanjang,

menyirip dan menonjol pada permukaan

(BPOM,

bawah. Tulang cabang halus. Perbungaan

2007).
Psidium

harum,

guajava

merupakan

berupa malai, keluar dari ranting, berbau

tumbuhan Semak atau pohon, tinggi 3-10

harum. Kelopak bunga berbentuk cangkir

m, kulit batang halus permukaannya,

yang lebar dengan ukuran lebih kurang 1
66

Helen Anjelina Simanjuntak, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Diabetes Mellitus di Masyarakat

mm. Mahkota bunga berwarna putih,

Carica papaya merupakan Tumbuhan

panjang 2,5 mm-3,5 mm. Benang sari

berhabitus terna seperti pohon dengan

terbagi dalam 4 kelompok, panjang lebih

tinggi 8-10 m. Akar tanaman pepaya tidak

kurang

kuning

mengayu, oleh karena itu tanaman ini

berupa

membutuhkan tanah yang gembur dengan

minyak atsiri, tannin, flavonoid (BPOM RI,

air yang cukup pada musim kemarau dan

2013).

sedikit air pada musim hujan. Batang

3

lembayung.

mm,

berwarna

Kandungan

Syzygium

kimia

cumini

merupakan

tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang.

tumbuhan berupa pohon tinggi 10-20 m

Berbatang basah dengan bentuk silindrik.

berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan

Kandungan

bercabang banyak. Daun tunggal, tebal,

diantaranya protein, serat, minyak lemak,

tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar

karpain,

bulat memanjang atau bulat telur terbalik,

bensilglukosinolat,

pangkal lebar berbentuk baji, tepi rata,

bensiltiourea, hentriakontan, B-sitosterol,

pertulangan menyirip, permukaan atas

karisin, dan enzim mirosin (BPOM RI,

mengkilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm,

2013).

kimia

biji

pepaya

bensilisotiosianat,

Persea

warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk

pada

glukotropakolin,

americana

merupakan

malai dengan cabang yang beijauhan,

tumbuhan berupa pohon tinggi 3 -10 m

bunga duduk, tumbuh di ketiak daun dan

dengan

di ujung percabangan, kelopak bentuk

berdesakan di ujung ranting, helaian daun

lonceng berwarna hijau muda, mahkota

berbentuk

bentuk bulat telur, benang sari banyak,

memanjang,

berwarna putih, dan baunya harum.

menjangat, kedua sisi permukaan mula-

Buahnya buah buni, lonjong, panjang 2-3

mula berambut kemudian gundul, ukuran

cm, masih muda hijau, setelah masak

panjang 10-20 cm, lebar 3-10cm, panjang

warnanya

tangkai

merah

tua

keunguan.

daun

tersebar,

bulat

telur,

bulat

l,5-5cm

.

elips,

telur

Biji

tunggal,

bulat

terbalik,

alpukat

satu

Kandungan kimia berupa minyak lemak

berbentuk bola, garis tengah 2,5 cm

(3-5%): mengandung asam oleat, asam

sampai 5 cm. Kandungan kimia berupa

miristat, asam palmitat, asam linoleat,

Asam lemak, asam oleat, asam palmitat,

asam sterculiat dan asam malvalat Tanin

asam linoleat, asam palmitoleat (tokoferol,

(16%): termasuk corilagin, 3,3 ’-Di-O-

vitamin E) (BPOM RI, 2007).

RI, 2007).

tumbuhan Tumbuhan berhabitus pohon

Cinnamomum burmanni merupakan

methyl ellagic acid, galloyl glucose (BPOM

dapat mencapai 15 m, pepagan (kulit
67

BioLink , Vol. 5 (1) (2018): hal. 59-71

batang)

berbau

khas.

Helaian

Phaseolus

daun

vulgaris

merupakan

berbentuk lonjong, panjang 4-14 cm, lebar

Tumbuhan berhabitus semak setahun,

1,5-6

termasuk jenis tanaman kacangkacangan

cm,

permukaan

atas

halus,

permukaan bawah berambut berwarna

dengan

kelabu kehijauan yang tertekan pada

berambut halus, panjang mencapai 3 m.

permukaan daun atau bertepung, daun

Helaian daun berupa daun majemuk

muda

pucat;

dengan 3 anak daun, masing-masing

berpenulangan 3; panjang tangkai daun

berbentuk bulat telur, tangkai anak daun

0,5-1,5 cm. Perbungaan berupa malai,

pendek,

berambut halus, berwarna kelabu yang

membesar,

tertekan

panjang

membulat, kedua permukaan helaian daun

tangkai bunga 4-12 mm, juga berambut

berambut, ukuran helaian daun 4,5-16 x

halus; tenda bunga panjang 4- 5 mm, helai

2,5-11 cm. Kandungan kimia pada biji

tenda

mengandung

berwarna

pada

bunga

merah

permukaan;

sesudah

berkembang

batang

tumbuh

pangkal

tangkai

ujung

hemaglutinin,

agak jauh dari dasar bunga; benangsari

sitosterol,

kampesterol,

mempunyai

inositol.

Kulit

biji

daun

pangkal

glukoprotein,

inhibitor,

ditengah-tengah

anak

runcing,

tersobek secara menyilang dan terpotong

kelenjar

membelit,

tripsin

stigmasterol,
alantoin

dan

mengandung

tangkai sari. Buah adalah buah buni

leukopelargonidin,

panjang ± 1 cm. Kandungan kimia berupa

leukodelpinidin,

minyak atsiri 1-3% dengan kandungan

mirsetin, pelargonidin, sianidin, delfinidin,

kimia utama kulit kayu manis adalah

petunidin, dan malvidin (BPOM RI, 2010).
Allium

sinamaldehid (60-85% dari komponen
minyak

atsiri),

tanin,

damar,

crispa

kaempferol,

cepa

kuersetin,

merupakan

tumbuh

berumpun, berumbi lapis, berakar serabut

lendir,

dengan daun berwarna hijau panjang

kalsium oksalat (BPOM RI, 2010).
Tinospora

leukosianidin,

merupakan

berbentuk silinder yang ujungnya lancip

memanjat,

dan berongga. Bunga berwarna putih

tinggi batang dapat mencapai 2,5 meter,

kemerah-merahan. Umbi bawang merah

yang memiliki batang berwarna hijau

terbentuk dari pangkal daun yang bersatu

penuh

rapat,

dan membentuk batang yang berubah

terkelupas.

bentuk dan fungsinya, membesar dan

Kandungan kimia terdiri dari Alkaloid

akhirnya membentuk umbi berlapis. Umbi

berberin

berwarna merah keunguan, berbau tajam.

tumbuhan

merambat

dengan

pegangannya

dan

atau

benjolan

yang

mudah

kolumbin,

glikosida

Kandungan

pikroretosida, zat pahit pikroretin, damar
lunak dan palmitin (BPOM RI, 2013).
68

kimia

kuersetin

yang

Helen Anjelina Simanjuntak, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Diabetes Mellitus di Masyarakat

merupakan sejenis flavonoid (Bryan et al.

digunakan dalam pengobatan diabetes

2015).

mellitus adalah bagian daun sebesar

Aloe

vera

merupakan

40,74%.

herba

Daun

merupakan

bagian

menahun, 30 -50 cm. Batang rebah,

tumbuhan yang paling mudah diperoleh

panjang 2-3 cm, bercabang di pangkal,

dibandingkan dengan bagian-bagian yang

membentuk tunas-tunas di setiap buku.

lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa

Daun lanset tebal dan mengkilap, panjang

pemanfaatan tumbuhan oleh Masyarakat

40 - 50 cm, lebar 6 - 7 cm pada bagian

Etnis Simalungun masih dilakukan secara

dasar daun. Permukaan daun bagian atas

lestari.

konkaf, abu-abu hijau terkadang ujung

bagian

kemerahan. Tepi daun berwarna merah

memberikan dampak yang besar pada

jambu pucat dan 2 mm gigi-gigi yang

pertumbuhan

berwarna pucat. Bunga infloresense lurus

memiliki regenerasi yang tinggi untuk

ke atas dapat mencapai 60 - 90 cm.

kembali bertunas dan tidak memberi

Kandungan kimia berupa aloe emodin

pengaruh

yang

senyawa

pertumbuhan suatu tumbuhan meskipun

mempunyak

daun tempat fotosintesis (Fakhrozi, 2009).

tergolong

dalam

antraquinone

yang

kemampuan

menurunkan

kadar

gula

Pada

umumnya

tumbuhan

Handayani

darah (Sudjono, 2005).

tersebut

tersebut,

yang

pengambilan

sebab

besar

(2003),

tidak

daun

terhadap

menjelaskan

bahwa daun merupakan bagian (organ)
tumbuhan yang paling banyak digunakan

Bagian
Organ
Tumbuhan
yang
Digunakan sebagai Obat Diabetes
Mellitus

sebagai obat tradisional karena daun
umumnya

bertekstur

lunak,

memiliki

kandungan air yang tinggi (70-80%) dan
merupakan tempat akumulasi fotosintat
yang diduga mengandung unsur-unsur
(zat organik) yang memiliki sifat dapat
menyembuhkan penyakit, dan banyak
memiliki kandungan seperti minyak atsiri,
fenol,

senyawa

kalium,

dan

klorofil.

Pemanfaatan bagian daun untuk obat lebih

Grafik 1. Bagian Organ Tumbuhan Yang
digunakan sebagai Obat Diabetes Mellitus

mudah

cara

mempunyai

Dari grafik di atas dapat dilihat

penglahannya.

khasiat

yang

lebih

Selain
baik

dibandingkan bagian-bagian tumbuhan

bahwa organ tumbuhan yang dominan

yang lain, penggunaan daun juga tidak
69

BioLink , Vol. 5 (1) (2018): hal. 59-71

merusak

organ

tumbuhan.

Hal

BPOM RI. (2010). Acuan Sediaan Herbal. Volume
Kelima Edisi Pertama. Direktorat Obat Asli
Indonesia.
BPOM RI. (2013). Formularium Ramuan
Etnomedisin Obat Asli Indonesia. Volume
Ketiga. Direktorat Obat Asli Indonesia.
Bryan. Y.K., Mona.P.W., dan Christi. M. (2015).
Pengaruh Pemberian Ekstrak Umbi Bawang
Merah (Allium cepa) Terhadap Kadar Gula
Darah Tikus Wistar (Rattus norvegicus)
Yang Diinduksi Dengan Aloksan. Jurnal eBiomedik (eBM). Vol 3. No.1, Januari-April
2015.
Dalimartha. S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia Jilid 2. Trubus Agriwidya.
Anggota IKAPI. PT. Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara. Jakarta.
Dinasari. D dan Fifteen. A.F. (2015). Uji Aktivitas
Antidiabetes Ekstrak Air Kelopak Bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Pada Tikus
dengan Metode Induksi Aloksan. Jurnal
Farmasi Sains dan Terapan. Volume 2.
Nomor 1. Januari 2015.
Fakhrozi. I. (2009). Etnobotani Masyarakat Suku
Melayu Tradisional Di Sekitar Taman
Nasional
Bukit
Tigapuluh.
Fakultas
Kehutanan. Institute Pertanian Bogor.
Gusmailina & S. Komarayati. (2015). Review:
Eksplorasi Potensi Senyawa Organik Kayu
Ular (Strychos lucida) Sebagai Sumber
Biofarmaka. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon. Volume 1(7), Oktober. Pusat Litbang
Hasil Hutan. Badan Litbang Kehutanan.
Bogor.
Handayani. L. (2003). Membedah Rahasia Ramuan
Madura. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Harada, K. Rahayu. M., dan Muzakkir. A. (2006).
Tumbuhan Obat Taman Nasional Gunung
Halimun. Jawa Barat. Indonesia. PALMedia
creative pro. Bandung.
Kim JS, Ju JB, Choi CW, dan Kim SC. 2006.
Hypoglycemic and Antihyperlipidemic
Effect of Korean Medicinal Plants in
Alloxan Induced Diabetic Rats. Am J of
Biochemistry and Biotecnology, 2(4).
Simanjuntak, H.A.. (2016). Etnobotani Tumbuhan
Obat di Masyarakat Etnis Simalungun
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera
Utara, BioLink, Vol. 3 (1), Hal: 75-80
Setiawan.
(2007).
Distribusi
Penggunaan
Antidiabetik Oral Di Rumah Sakit. Jurnal

ini

dikarenakan bagian daun mudah tumbuh
kembali dan dapat dimanfaatkan secara
terus-menerus sampai tumbuhan tersebut
tua dan mati (Zuhud & Haranto, 1994).

SIMPULAN
Masyarakat

Etnis

Simalungun

memanfaatkan tumbuhan Obat sebagai
obat diabetes mellitus yang terdiri dari 20
Famili, 15 Ordo dan 26 Jenis yaitu:
Phyllanthus niruri, Ficus septica, Morus
alba,

Alstonia

scholaris,

Catharanthus

roseus, Strychnos ligustrina, Taraxacum
officinale, Momordica charantia, Morinda
citrifolia,

Strobilanthes

scutellariioides,
Physalis

crispus,

Orthosipon

minima,

Coleus

stamineus,

Centella

asiatica,

Averrhoa carambola, Theobroma cacao,
Psidium guajava, Syzygium polyanthum,
Syzygium cumini, Carica papaya, Persea
americana,

Cinnamomum

burmanni,

Tinospora crispa, Phaseolus vulgaris, Allium
cepa,

Aloe

vera.

Dan

bagian

organ

tumbuhan yang digunakan adalah bagian
akar, daun, buah, batang, kulit batang, biji
dan umbi.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, N.T.P dan Ety. A. (2016). Peranan Jombang
(Taraxacum
officinale)
sebagai
Hepatoprotektor. Majority. Volume 5 (5).
Desember 2016. Universitas Lampung.
BPOM RI. (2007). Acuan Sediaan Herbal. Volume
Ketiga Edisi Pertama. Direktorat Obat Asli
Indonesia.

70

Helen Anjelina Simanjuntak, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Diabetes Mellitus di Masyarakat
Farmasi Indonesia. Universitas Farmasi
Purwekerto
Setiawan. A.S., Elin. Y., Ketut. A., Hikmat. P., dan
Primal. S. (2011). Efek Antidiabetes
Kombinasi Ekstrak Bawang Putih (Allium
sativum Linn) dan Rimpang Kunyit
(Curcuma
domestica
Val)
dengan
Pembanding Glibenklamid pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2. MKB. Volume 43.
No.1. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
Padjaddjaran.
Sudjono T.A., Wahyuni. A.S. (2005). Pengaruh
Decocta Daun Lidah Buaya (Aloe vera)
terhadap Kadar Glukosa Darah Kelinci Yang
Dibebani Glukosa. Jurnal Penelitian Sains
dan Teknologi.
Sheliya M.A, Rayhana B, Ali A. Pillai KK, Aeri V,
Sharma M, Mir SR. (2015). Inhibition of αglucosidase by new prenylated flavonoids
from
euphorbiahirta
L.
herb.
J
Ethnopharmacol.
Yuda. I.K.A., Made. S.A.., Anak. A.G.O.
Dharmayudha. (2013). Identifikasi Golongan

Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Buah Pare
(Momordica charantia) dan Pengaruhnya
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) yang
Diinduksi Aloksan. Buletin Veteriner
Udaya. Vl 5.(2). Agustus. Universitas
Udayana-Bali.
Zega. V., Pemsi. M.W., Christi. M. (2016). Uji
Beberapa Dosis Ekstrak Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L) terhadap Kadar
Glukosa Darah Pada Tikus Wistar (Rattus
norvegicus) yang diinduksi Aloksan. Jurnal
e-Biomedik (eBM). Volume 4. Nomor 2.
Zuhud, EAM dan Haryanto. (1994). Pelestarian
Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan
Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas
Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika
Indonesia (LATIN). Bogor.

71