Kata kunci: semiotika, nama diri, Peirce Abstract - View of PEMAKNAAN NAMA DIRI TOKOH DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY: KAJIAN SEMIOTIKA
PEMAKNAAN NAMA DIRI TOKOH
DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY:
KAJIAN SEMIOTIKA
Oleh: Muhri, S.Pd., M.A.1
Surel: muhrimohtar1234@gmail.com
Abstrak
Nama diri dalam karya sastra berbeda dengan dalam realitas faktual. Nama diri
dalam karya sastra tidak hanya bersifat indeks tetapi juga berimplikasi pada pesan yang
hendak disampaikan pengarang. Jika ditinjau dari sudut pandang objektif pesan bisa
diketahui dengan kesesuaian signifikasi nama diri secara linguistik, cerminan nama diri pada
karakterisasi, dan cerminan nama diri pada alur. Dengan menekankan pada kesatuan
antara bentuk dan konten, penelitian ini menggunakan pendekatan teori struktural semiotik
yang bersifat deskriptif-kualitatif. Metode analisis isi dipakai dengan menyesuaikan konteks
pemaknaan dengan semiotika. Berdasarkan analisis dapat dinyatakan adanya kesesuaian
antara pemaknaan nama diri secara linguistik, pemaknaan melalui karakterisasi, dan
pemaknaan melalui alur. Implikasi dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
nama diri tidak hanya berfungsi indeksikal, tetapi juga simbol dan ikon.
Kata kunci: semiotika, nama diri, Peirce
Abstract
Proper name in literary work is not the same as in factual reality. Proper name in literary
work is not only indexical, but also implicating to messages sent by an author. Objectively
viewed, the message is known by appropriation of proper name linguistically, in
characterization, and in plot. Focusing on unity of form and content, this research takes
structural-semiotics theory as an approach of descriptive-qualitative research method.
Analytically it is found that proper name has appropriate meaning linguistically, in
characterization, and in plot. It is proved that proper name functions not only indexical but
also as a symbol and an icon.
Key word: semiotics, proper name, Peirce
1
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Bangkalan
1
2
sama dengan ―takdir‖ yang ditulis oleh
A. Pendahuluan
Novel
realitas.
merupakan
Karena
refleksi
merupakan
dari
refleksi
pengarang sebagai ―tuhan‖ dari novel
tersebut.
Nama
mengindikasikan
hakikatnya bukan realitas itu sendiri atau
banyak
realitas
yang
Karena
stastus sosial, marga, dsb. Abdullah,
refleksi
ini,
tidak
misalnya, mengindikasikan bahwa tokoh
menganggap novel sebagai realita tetapi
yang diceritakan beragama Islam, Henry
menjadi
Guntur Tarigan mengindikasikan bahwa
bukan
pembaca
cermin
merefleksi
faktual.
fakta
juga
realita.
hidup
Pembaca
dengan
fakta
hal,
diri
misalnya
suku,
agama,
orang tersebut berasal atau keturunan
satu suku di Sumatera Utara. Selain itu
reflektif.
Seperti kehidupan faktual, novel
menghadirkan figur ―tak pernah hidup‖
nama juga mengandung simbol-simbol
budaya seperti penggantian nama.
Dalam
yang diambil dari kualitas hidup figur-figur
kehidupan
sehari-hari
nyata. Seperti tokoh nyata, tokoh dalam
penggantian nama dimaksudkan untuk
novel memiliki kualitas seperti sabar,
banyak hal. Anak yang sakit-sakitan,
pemarah, pintar, cerdas, tegas, kejam,
misalnya, dianggap memiliki nama yang
dsb. Tokoh atau figur dalam novel juga
terlalu berat untuk dipikul sehingga harus
memiliki jalan hidup melalui aksi-aksi yang
diganti dengan nama yang lebih ringan.
membentuk urutan cerita yang disebut
Anak yang terlalu nakal juga harus diganti
alur. Berbeda dengan alur kehidupan
nama
nyata,
oleh
sehingga harus dicari nama yang cocok.
pengarang, kualitas tokoh diciptakan oleh
Nama kecil seorang raja diganti dengan
pengarang,
sering
nama yang akan dipakai sebagai raja saat
sudah memiliki skema yang mengarah
penobatan. Jika disebutkan, penamaan
pada akhir cerita tokoh-tokoh ciptaannya.
dan
alur
novel
bahkan
Proyeksi
diciptakan
pengarang
pengarang
ini
berpengaruh pada seleksi unsur-unsur
karena
dianggap
penggantian
nama
tidak
cocok
mengandung
simbol-simbol budaya yang berbeda-beda
pada masyarakat yang berbeda.
yang
Dalam keilmuan semiotika nama
berkaitan dengan tokoh. Seleksi inilah
diri pertama kali dibahas oleh C.S. Pierce
yang
dalam
pembangun
novel
merupakan
termasuk
unsur
pembangun
bentuk
nama
trikotominya.
estetika seni sastra. Paling nyata dalam
menyebut
pemilihan tersebut adalah tokoh atau
sebagai
karakter yang menentukan cerita dan
(Nöth, 2005: 45; Weber, 2008: 346-62).
ketersampaian ide.
Nama diri di sini dianggap sebagai
rhematic
diri
(proper
Pierce
indexical
name)
legisigns
kualitas
konvensi yang merupakan hukum general
karakter, nama memiliki signifikasi yang
yang dimasukkan pada bagian ketiga
Sehubungan
dengan
3
Habiburrahman
yaitu legisign yang bersifat indeks atau
indeksikal. Namun, dalam kasus sastra,
mengambil
tokoh
nama
nama-nama
unik
mungkin
merupakan
proyeksi
el-Shirazy
pesantren
yang
dengan
hampir
tidak
pengarang terhadap tokoh yang dalam hal
ditemui pada nama Arab yang biasa
ini merupakan kualitas tokoh. Dalam novel
dipakai
nama
―Abdullah
dipilih
karakter
yang
dengan
pertimbangan
―memanggul‖
kualitas-
dalam
konteks
Khairul
Althafunnisa‖,
Indonesia.
Azzam‖,
―Anna
Husna‖
adalah
―Ayatul
kualitas yang melekat, misalnya Sitti
sebagian dari nama-nama yang muncul
Nurbaya dikenal bukan sebagai diri tetapi
dalam novel-novel Habiburrahman. Nama-
sebagai kualitas. Sitti Nurbaya hanya
nama
merujuk pada satu figur fiksional pada
kebetulan, dipilih acak, tak ada kaitan
awalnya. Kemudian, pada fase berikutnya
dengan peristiwa dalam cerita, netral, dsb.
Sitti Nurbaya memiliki kualitas tertentu
Sesuai
misalnya kasih tak sampai, kawin paksa,
(1985: 101) menyatakan fungsi indeks
dsb. Pada fase ini Sitti Nurbaya tidak
dari nama. Ia menyatakan bahwa seaneh
hanya legisign yang bersifat indeksikal
dan sekhusus apapun sebuah nama
tetapi juga bisa menjadi ikon.
dengan kualitas tertentu, tetap saja suatu
ini
bisa
dengan
dianggap
pendapat
sebagai
ini
Langer
Berbeda dengan nama di dunia
saat akan mungkin dipakai orang lain.
nyata, nama diri dalam karya sastra
Akan tetapi sebuah nama juga bisa
memiliki implikasi-implikasi sesuai dengan
dianggap
karakteristik sastra. Jika dalam realitas
dengan cerita, dibuat secara sengaja
nama tidak memiliki hubungan langsung
untuk kepentingan tertentu, dsb. Nama
dengan objek penamaan, yaitu legisign,
memiliki kualitas yang menyebabkan ia
nama dalam cerita rekaan diciptakan
tidak hanya berfungsi sebagai konfensi
pengarang yang sudah membuat skema
indeks tetapi bisa lebih dari itu. Preucel
dan membebani tokoh yang dinamai
(dalam
dengan misi penyampaian ide. Dengan
pendapat
demikian nama dalam cerita rekaan bukan
ketika seseorang bertemu untuk pertama
legisign saja, tetapi merupakan sebagian
kali, nama merupakan indeks karena
dari ide pengarang tentang cerita. Karena
mengacu pada ide, benda, atau orang.
itu, nama dalam cerita rekaan bersifat
Namun, pada pertemuan kedua nama
artifisial. Pada satu sisi nama tersebut
menjadi ikon dari indeks tersebut karena
menjadi legisign namun di sisi lain nama
ia
tersebut
mengendap
menjadi
kualitas
yang
tidak
tendensius,
Langer,
1935:
Peirce
telah
memiliki
72)
mengutip
menyatakan
menyimpan
dalam
―Sesuatu‖
kaitan
sesuatu
bahwa
yang
kesadaran
orang
tersebut
adalah
hanya berfungsi indeksikal. Inilah yang
tersebut.
menjadi fokus dari penelitian ini.
kualitas dari objek yang diindikasikan.
4
Pendapat terakhir yang diambil dalam
yang diangkat dalam penelitian adalah
tulisan
hal
novel Ketika Cinta Bertasbih jilid 1 dan 2
menghadirkan
karya Habiburrahma el-Shirazy. Novel ini
ini
penting.
mengingat
beberapa
Habiburrahman
nama-nama
yang
secara
arti
dalam
merupakan sumber data primer. Sumber
pembacaan dangkal mengandung kualitas
data
sama antara nama dan kualitas tokoh.
ensiklopedi
Pemahaman
masalah penelitian.
ini
dapat
memberi
pemahaman lebih intens terhadap tokohtokoh
yang
bertugas
menyampaikan
pesan dari pengarang.
sekunder
adalah
yang
berkenaan
Karena
pengumpulan
kamus
library
data
dan
dengan
research,
dilakukan
dengan
pembacaan intensif karya sastra. Dalam
Dalam langkah selanjutnya, ada
penelitian sastra, seperti juga penelitian
beberapa masalah yang perlu dijelaskan
kualitatif
berdasarkan penelitian berkaitan dengan
mencakup analisis data sesuai dengan
nama diri dalam novel Ketika Cinta
sifat penelitian kualitatif yang bersifat
Bertasbih
grounded. Temuan dikumpulkan dalam
karya
Habiburrahman
el-
Shirazy.
lain,
pengumpulan
data
tabel data diurutkan berdasarkan urutan
1) Arti nama secara bahasa.
masalah yang diteliti. Analisis data yang
2) Makna nama ditinjau dari aspek
digunakan analisis konten atau content
karakterisasi
analysis (Muhadjir, 2007: 110-27). Analisis
3) Makna nama ditinjau dari aspek alur
data dilakukan dengan metode analisis isi
dengan
B. Metode
disesuaikan
Paradigma penelitian yang sesuai
dengan fokus penelitian adalah paradigma
kualitatif. Paradigma kualitatif tersebut
diterapkan pada kebahasaan teks yang
bersifat interpretatif. Berdasarkan dua hal
tersebut, paradigma penelitian ini adalah
kualitatif-interpretatif.
Berkenaan
data,
data
diinterpretasi. Teks tersebut berupa novel
dipilih
sesuai
dengan
teknis
objek
yang
formal
penelitian ini yaitu strukturalisme dan
semiotik.
1) Terjemahan nama secara semantik
diformulasi berdasarkan pengertianpengertian
bahasa
kamus
yang
dari
bahasa-
berkaitan
dengan
objek material.
dengan
dalam penelitian ini berupa teks untuk
yang
langkah-langkah
maksud
dan
kecukupan pengumpulan data. Sumber
data dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Novel-novel
2) Dari terjemahan tersebut diformulasi
kualitas-kualitas
yang
sesuai
dengan formulasi 1) yang diambil
dari
kutipan-kutipan
novel
disesuaikan dengan masalah yang
diteliti.
5
3) Hasil
2)
ditabulasi
berdasarkan
artinya
masalah penelitian.
4) Hasil
tabulasi
sebutan untuk Tuhan umat Islam yang
data
ditafsirkan
‗Tuhan‘.
Frase هللا
عبدberarti
penyembah atau pelayan Tuhan.
dengan mempertimbangkan konteks
Frase
kedua
dari
nama
tokoh
budaya sebagai penandaan tingkat
pertama adalah khairul azzam ()خي ُر العزام.
dua.
Kata khairun berasal dari akar /x/, /j/, /r/
5) Hasil penafsiran tersebut dirangkai
menjadi
deskripsi-deskripsi
hasil
lain: ‗kebaikan‘, ‗menjadi baik‘, ‗lebih
memilih
pembahasan.
6) Dari
atau خyang artinya antara
deskripsi
disimpulkan
sst/sso
dari
pada
sst/sso‘,
‗pilihan‘, dan ‗terbaik‘. Dalam bentuk frase,
baik
خيرsering berarti ‗paling baik‘ atau ‗sebaik-
sesuai dengan masalah penelitian
baiknya‘ seperti ‗ خير امةsebaik-baiknya
maupun implikasi dari temuan.
bangsa/umat atau umat yang paling baik‘.
temuan-temuan
menarik,
Akar kata /ᵓ/, /z/, dan /m/ atau ع,
C. Hasil Analisis
dan
Seperti disebutkan dalam masalah
berarti
م
‗mendesak‘,
‗bermaksud‘,
penelitian, pembahasan ini meliputi arti
‗penyelesaian‘,
nama
dipercaya‘.
secara
bahasa,
makna
nama
‗memutuskan‘,
عزام
dan
‗keputusan‘,
‗setia
berarti
dan
bisa
‗tekad‘
atau
ditinjau dari aspek alur, makna nama
‗keteguhan hati‘. Jadi, frase ini berarti
ditinjau
‗sebaik-baiknya tekad‘. Yang dimaksud
dari
aspek
karakterisasi
dan
makna nama ditinjau dari aspek setting.
‗hamba Allah (dengan) sebaik-baiknya
Nama-Nama Tokoh dan Artinya
1)
tekad/kebulatan hati. Dalam lingkup tekad
Abdullah Khairul Azzam (AKA)
Tokoh-tokoh yang memiliki nama
unik dalam penelitian ini antara lain:
Abdullah Khairul Azzam ()عبد هللا خير العزام,
Ayatul
Husna
(الحسنى
)آية,
dan
dengan عبد هللا خير العزامbisa diartikan
Anna
Althafunnisa ()انا الطاف النساء. Jika ditinjau
dari segi bahasa, akar /ᵓ/, /b/, /d/ atau
ع, ب, دberarti ‗budak‘, ‗pelayan‘,
terdapat kata cita-cita dan keteguhan hati.
2)
Anna Althafunnisa (AA)
Nama
berikutnya
adalah
Anna
Althafunnisa ()انا الطف النساء. Nama ini
membentuk satu klausa yang artinya
‗sesungguhnya kami perempuan paling
lemah-lembut/halus‘.
Klausa
tersebut
‗memperbudak‘. عبدmerupakan bentuk
terdiri atas adverbia ‗ اَنsesunguhnya‘,
mashdar yang merupakan salah satu
pronomina berupa klitika َناyang berarti
bentuk nomina dalam konjugasi bahasa
‗kami‘, bentuk superlatif
Arab. Kata ini berarti ‗menyembah‘ atau
‗penyembah‘
(worship[per]). هللا
adalah
ُ‗ اَ ْل َطفpaling
halus/lemah-lembut‘ yang berasal dari
akar فطلdan ‗ اَل ِّنسآءperempuan‘.
6
3)
Ayatul Husna (AH)
Ayatul Husna ( )آية الحسنىadalah
tokoh berikutnya. Kata آيةdalam bahasa
Arab berarti ‗tanda‘ atau sign. Kata حسنى
berarti ‗lebih baik‘. Frase آية الحسنىbisa
diterjemahkan ‗tanda-tanda lebih baik‘.
suka memuji orang yang diajak
bicara (KCB 1/255-6).
Dalam kutipan (1) tersebut arti nama
dinyatakan
secara
eksplisit
dengan
pernyataan Wail, ―Masya Allah. Namamu
bagus
sekali
kau
pasti
orang
yang
memiliki kemauan keras dan karakter
Pemaknaan tingkat pertama ini bisa
yang kuat.‖ ―Memiliki kemauan keras dan
disempurnakan dengan melihat unsur
karakter yang kuat‖ merupakan kata lain
struktur yang lain, yaitu penokohan dan
alur sebagai salah satu komponen sistem
yang membangun karya sastra.
dari
ditunjukkan
Abdullah Khairul Azzam
Azzam
bukan
Abdullah
sekadar
Penamaan
yang
menyatakan
makna
Khairul
―asal
secara
pilih‖.
eksplisit
dari
itu
dengan
tekad
juga
cita-cita
dan
(2)Kalaulah ia harus jujur, maka
impiannya yang paling tulus adalah
segera pulang ke Tanah Air bertemu
dengan ibu dan adik-adiknya. Tak
ada impian yang lebih kuat dalam
jiwanya melebihi itu. Namun akal
sehatnya selalu menahan agar
impiannya itu tidak sampai meledak
dan melemahkannya. (KCB 1/68)
Kutipan tersebut berbicara tentang
Unsur Penokohan
Penamaan
Selain
ketabahan tokoh.
Pemaknaan Nama Diri Ditinjau dari
1)
tekad.
nama
diri
AKA
yang
sudah
tahun
menahan
―TEKAD MERAJUT DOA‖ (KCB 1/65).
menunda kelulusan demi menjaga visa
Kata tekad dalam bab tersebut sama
pelajar yang membuatnya hidup dengan
dengan kata terakhir Azzam. ―Merajut
biaya lebih murah. Dengan begitu ia bisa
doa‖ berarti menyusun doa menjadi cita
bekerja menghidupi keluarga di Indonesia
(kain). Secara implisit judul tersebut bisa
yang menjadi tanggung jawabnya. Kutipan
ditafsirkan
ini selain mengandung keteguhan hati,
ketuhanan
(doa)
berlandaskan
menggapai
tidak
10
ditunjukkan pada kutipan sub bab 2
dengan
untuk
hampir
pulang
dan
cita-cita
juga menunjukkan perjuangan mencapai
(merajut) dengan penuh kekuatan hati
cita-cita. Dalam perjuangan tersebut AKA
(tekad).
tidak berhenti kuliah dan lulus setelah
Penggambaran
ditemukan
dalam
lebih
kutipan
eksplisit
adiknya sudah bisa mandiri.
percakapan
Azzam dengan Wail berikut.
(1)―Masya Allah. Namamu bagus
sekali kau pasti orang yang memiliki
kemauan keras dan karakter yang
kuat.‖ Ujar pemuda Mesir bernama
Wail. Orang Mesir memang paling
2)
Anna Althafunnisa
Karakter
AA
digambarkan melalui
secara
eksplisit
percakapan AKA
dengan ibunya tentang sikap dan perilaku
AA.
7
Azzam menyantap dengan lahap.
Ia harus mengakui masakan Anna
lezat. Ia jadi iri pada Furqan, ia
merasa Furqan benar-benar pria
paling beruntung di dunia. Anna tidak
hanya cerdas dan berprestasi secara
akademik. Gadis itu ternyata juga
jago masak (KCB 2/174-5).
(3)Bu Nafis sama Azzam langsung
masuk. Begitu duduk Bu Nafis
langsung berkata pada Azzam, ―Kok
ada ya perempuan yang jelita dan
halusnya kayak Anna. Andai saja...‖
―Menantu ibu, Si Vivi, insya Allah
juga halus, bahkan nanti akan Azzam
buat lebih halus dari Anna.‖ Azzam
memotong perkataan ibunya (KCB
2/344).
Kesesuaian
nama
dengan
gambaran karakterisasi dalam kutipan
tersebut ditunjukkan dengan kutipan, ―Kok
ada
ya
perempuan
yang
jelita
dan
halusnya kayak Anna. Andai saja...‖.
‗Selembut-lembutnya‘ ditunjukkan dengan
ungkapan
sebagai
keheranan,
ungkapan
―kok
ada
keheranan
ya‖
yang
menunjukkan kualitas yang ekstrem yang
langka menurut pengalaman seorang ibu
tua
yang
banyak
menemui
banyak
perempuan dalam hidupnya. Kata lemah
lembut diwakili dengan kata ―halus‖ yang
diucapkan secara langsung dalam dialog.
Sifat perempuan ―ideal‖ secara
implisit digambarkan sebagai ibu rumah
tangga yang salah satunya dinilai dari
kemampuannya memasak. Dengan kata
lain kehalusan atau sifat lemah lembut
ditunjukkan
dengan
kemampuan
mengurus rumah, salah satunya adalah
memasak.
(4)―Apa ini Nduk, cuma telur dadar
begini?‖ ucap Kiyai Lutfi. Anna hanya
tersenyum dan kembali masuk. Ia
tidak menjawab pertanyaan Abahnya.
―Setahu saya ini namanya nasi
goreng Pattaya. Nasi goreng khas
muslim daerah Pattani di Thailand.‖
Justru Azzam yang menerangkan...
...
Dalam kutipan yang cukup panjang
tersebut, seorang tua seperti Kiyai Lutfi
meragukan dengan bertanya, ―Apa ini
Nduk,
cuma
telur
dadar
begini?‖.
Pengajuan pertanyaan ini berimplikasi
bahwa seorang laki-laki berpengalaman
sekalipun tidak tahu urusan ―perempuan‖.
Urusan ini lebih dipahami oleh Azzam
karena telah melewati sekat
budaya
memasak yang masih dipandang bagian
dari
perempuan
sebagai
perempuan
yang
kelembutan.
Bahkan
pekerjaan
mengandung
secara
tidak
langsung Azzam menggambarkan bahwa
perempuan
yang
baik
sebagai
pendamping suami adalah perempuan
yang bisa memasak seperti digambarkan,
―Anna tidak hanya cerdas dan berprestasi
secara akademik. Gadis itu ternyata juga
jago
masak.‖
Pengakuan
tersebut
dikuatkan dengan, ―Ia jadi iri pada Furqan,
ia merasa Furqan benar-benar pria paling
beruntung di dunia.‖
Namun
di
sisi
lain
AA
juga
digambarkan sebagai berpendirian tegas
dan keras. Dalam beberapa bagian tidak
mencerminkan kelembutan.
(5)
―Sangat
sulit
bagiku
memaafkanmu Fur!‖ Anna tidak lagi
memanggil dengan panggilan Mas,
tapi langsung memanggil nama
Furqan! Itu sebagai tanda dalam hati
8
Anna
sudah
tidak
ada
lagi
penghormatan pada Furqan (KCB
2/311).
Dalam
kutipan
memanggil
atas,
suaminya,
mengecewakannya,
nama.
di
Panggilan
AA
yang
dengan
ini
Besok pagi dilanjutkan lagi. Nanti
sakit lagi.‖ Ucap perempuan muda
berjilbab coklat sambil menghentikan
aktivitas membacanya. Perempuan
berjilbab coklat itu lalu bangkit dari
tempat duduknya dan beranjak
menuju ibunya. Ia lalu memijit pundak
ibunya yang masih sesekali batuk
dengan kasih sayang (KCB 2/36).
menyebut
menunjukkan
hilangnya rasa hormat dari seorang istri
terhadap suaminya. Kalimat, ―Sangat sulit
Pemaknaan Nama Diri Ditinjau dari
bagiku memaafkanmu Fur!‖ menunjukkan
Unsur Alur
ketegasan.
Kutipan
menunjukkan
kalimat
kontradiksi
ini
juga
antara
sifat
lembut atau halus seperti pada nama diri
dan
pada
Kontradiksi
penggambaran
ini
menjadi
watak.
indikator
pengetahuan yang kuat tentang agama
dan hukum. Dengan kata lain seperti pada
Nama diri dalam novel juga bisa
diidentifikasi dengan alur. Sifat teguh,
misalnya,
jika ditinjau dari segi alur.
1)
Abdullah Khairul Azzam
digambarkan
Secara eksplisit, tokoh AH dalam
tersebut
digambarkan
melalui
pernyataan narator secara langsung, tidak
langsung melalui pernyataan tokoh lain
(6)Anak keduanya, Ayatul Husna,
sangat halus tutur bahasanya. Dan
sangat mencintainya. Husna seolah
tidak pernah rela ada nyamuk
sekalipun menyentuh kulit ibunya ...
(KCB 2/38)
Karakterisasi menunjukkan bahwa
terdapat tanda-tanda sifat baik. Sifat
adalah
bahasanya‖
Karakter
dan
tersebut
―sangat
halus
tutur
―mencintai(ibu)nya.‖
dikuatkan
(happy
hidup
dengan
ending).
peribahasa
tokoh
akhir
Seperti
AKA
bahagia
mengutip
―Berakit-rakit
ke
hulu,
berenang-renang ketepian/ Bersakit-sakit
dahulu,
kemudian‖,
bersenang-senang
pengarang menggambarkan perjuangan
dan melalui sikap tokoh tersebut.
tersebut
dengan
akhir. Berikut identifikasi nama diri tokoh
Perjalanan
Ayatul Husna
novel
ditunjukkan
pendirian tokoh dari awal cerita sampai
kutipan (4)
3)
bisa
kutipan
berikut.
(7)―Bue jangan memaksakan diri
tho. Kalau sudah capek ya istirahat.
10 tahun di Mesir. Penggambaran 10
tahun ini dimasukkan dalam jilid 1 buku
novel Ketika Cinta Bertasbih. Dalam
menggambarkan 10 tahun ini cita-cita dan
harapan
dipendam
pernah
habis
lama
tetapi
terbukti
tidak
setelah
meninggalkan kuliah untuk menghidupi
keluarga di Indonesia, akhirnya AKA
menyelesaikan kuliahnya.
Pada
buku
kedua
KCB,
perjuangan mulai menampakkan hasil
mulai dari titik nol menjadi pengirim
9
barang sampai menjadi pengusaha bakso
dalam novel. AH muncul pada jilid kedua
dan foto kopi. Dalam buku kedua ini pula
KCB.
AKA mulai mendapat jodoh kalangan
terpilih.
Martabatnya
mulai
naik
bersamaan dengan penilaian orang-orang
sekitar. Puncaknya adalah keberhasilan
dari cita-citanya mendarma- baktikan ilmu
yang diperoleh dengan menjadi menantu
Kiai Lutfi yang sesuai dengan disiplin yang
dipilihnya yaitu keilmuan agama.
Dalam alur yang relatif panjang
tersebut sebagian besar menunjukkan
perjuangan
yang
secara
langsung
menunjukkan tekad. Dan hasil yang dicitacitakan
merupakan kebaikan menurut
agama, yaitu pengabdian pada Tuhan.
Jadi, dalam alur ini nama Abdullah Kairul
Azzam termanifestasi dengan lengkap
pada akhir cerita.
(8)... Ia ingat anak keduanya itu
sewaktu kecil paling sering bikin ulah.
Paling sering berkelahi dengan anak
tetangga. Paling sering merebut
mainan temannya. Dan saat kelas
tiga SMP justru ikutan karate sebagai
kegiatan ekstra kurikuler. Ia ingat
bagaimana dulu Husna pernah
memukul kakaknya dengan gagang
sapu
sekeras-kerasnya.
Garagaranya Husna disiram kakaknya
karena sampai pukul enam pagi
belum juga bangun pagi. (KCB 2/38)
... Namun kenakalan itu perlahan
hilang sejak Husna masuk SMA dan
Azzam terbang ke Mesir. Husna
berubah seratus delapan puluh
derajat sejak ayahnya meninggal
dunia. (KCB 2/38-9)
Penyebab berhentinya kenakalan
Husna adalah kematian ayahnya yang,
secara tidak langsung, disebabkan oleh
Husna yang kabur dari rumah karena
permintaan sepeda motor baru tidak
2)
Anna Althafunnisa
Berbeda dengan AKA, AA tidak
dikabulkan oleh orang tuanya. Kecelakaan
terjadi
saat
ayah
Husna
hendak
atau sulit untuk digambarkan ditinjau dari
menjemput husna untuk membeli sepeda
alur. Kata lembut tidak menunjukan sifat
motor dengan uang pinjaman dari bank.
yang aktif, sebaliknya cenderung pasif.
Bahkan, kelembutan AA hanya diucapkan
oleh Bu Nafis dalam kutipan (3) di muka.
Gejala seperti ini muncul dalam beberapa
novel Habiburrahman El-Shirazy seperti
dalam Ayat-Ayat Cinta, Dalam Mihrab
Cinta, Api Tauhid, dan beberapa novel
lain. Dengan kata lain yang menjadi pusat
penyampaian ide adalah tokoh laki-laki.
3)
Ayatul Husna
Penggambaran tokoh AH dalam
alur tidak mengambil banyak bagian
(9)Saat diberi tahu ayahnya
meninggal mulanya ia tidak percaya.
Dan setelah melihat sendiri jenazah
ayahnya ia menjerit dan menangis
sejadi-jadinya. Ia merasa menjadi
anak paling durhaka di dunia. Ia
merasa ialah sebenarnya yang
menabrak
ayahnya
hingga
terpelanting lima belas meter dan
tewas seketika. Ia sangat menyesal.
Tapi penyesalannya tidak akan
pernah
mengembalikan
nyawa
ayahnya. Satu hal yang paling
membuatnya semakin menyesal
adalah ketika ia tahu bahwa sang
ayah siangnya baru pinjam uang di
bank untuk membayar uang muka
membeli
sepeda
motor
baru.
10
Ayahnya ingin menjemputnya dan
keesokan harinya akan diajak ke
dealer agar ia sendiri yang memilh
kendaraan
yang
ia
inginkan.
Selanjutnya ayah akan membayar
setiap bulan dengan cara kredit. Ia
sangat
menyesal.
Betapa
sebenarnya
ayahnya
sangat
mencintai dan menyayanginya. Dan
ia merasakan itu ketika ayahnya
sudah meninggal dunia. Sejak itu ia
berubah.(KCB 2)
'Tanda-tanda
kebaikan/menjadi
lebih baik' begitulah arti Ayatul Husna.
Dalam novel tersebut Husna digambarkan
sebagai anak yang tidak baik pada
mulanya. Namun, tanda-tanda kebaikan
muncul dalam, ―Namun kenakalan itu
perlahan hilang sejak Husna masuk SMA
dan Azzam terbang ke Mesir‖ pada
kutipan (9). Kebaikan itu tergambar pada
kutipan (6).
(6) Anak keduanya, Ayatul Husna,
sangat halus tutur bahasanya. Dan
sangat mencintainya. Husna seolah
tidak pernah rela ada nyamuk
sekalipun menyentuh kulit ibunya ...
(KCB 2/38)
Dalam penggambaran alur, Husna
digambarkan dengan proses alur yang
ringkas
pada
Perubahan
kutipan
itu
(8)
menjadi
di
atas.
tanda-tanda
transformasi Husna menjadi lebih baik.
Dengan kata lain, pembentukan karakter
husna melalui alur tergambar lengkap
menandakan
proses
menjadi
baik.
Kutipan (9) menunjukkan penyebab atau
titik balik perubahan.
D. Pembahasan (Sintesis)
Dari
analisis di muka terbukti
bahwa nama diri dalam sebuah karya fiksi
tidak hanya berarti indeksikal tetapi juga
merupakan simbol dan ikon dari ide
pengarang. Disebut simbol karena nama
tersebut
memiliki
hubungan
dengan
dibuktikan
dengan
arti
dan
arti
memiliki
nama
kesesuaian
yang
antara
nama dan kualitas diri ―tertunjuk‖, yaitu
orang atau tokoh yang memiliki nama
tersebut. Kesesuaian tersebut ditunjukkan
dengan
kesesuaian
denotasi
nama
dengan kualitas tokoh yang ditinjau dari
sudut
pandang
karakterisasi
dan
pemplotan.
Dalam hal ini, nama diri dalam fiksi
berbeda dengan nama diri dalam realitas
faktual. Dalam fiksi nama dan kehidupan
diciptakan
sebagai
sekaligus
―tuhan‖.
oleh
Nama
pengarang
dalam
fiksi
merupakan proyeksi pengarang tentang
tokoh. Di sisi lain nama dalam realitas
bersifat ―harapan‖ orang tua diciptakan
orang tua atau orang pintar sedangkan
kehidupannya diciptakan Tuhan. Dengan
kata lain nama diri dalam realitas faktual
hanya bersifat indeksikal.
Disebut ikon karena nama diri
merepresentasikan kualitas yang menjadi
ikon atau figur dari ide pengarang tentang
sesuatu. AKA, misalnya, bisa menjadi ikon
pemuda muslim ideal yang dicita-citakan
pengarang dalam tulisannya. Hal ini juga
ditunjukkan
kemampuan
tokoh
Sitti
Nurbaya yang dihadirkan oleh Marah
Rusli menjadi ikon dari ketidakmampuan
perempuan
memilih
pasangan
hidup
11
karena aturan budaya yang dalam bahasa
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
mudahnya ―kawin paksa‖.
Rake Sarasin
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-
E. Simpulan
Munawwir: Kamus Arab-Indonesia
Berdasarkan analisis dan sintesis
di muka dapat ditarik beberapa simpulan
mengenai nama diri dalam karya sastra
Ketika
Cinta
Bertasbih
karya
Terlengkap.
Surabaya:
Pustaka
Progressif
Shirazy, Habiburrahman El. 2008. Ketika
Cinta
Bertasbih
1.
Jakarta:
Habiburrahman el-Shirazy.
Republika
1.
Nama diri dalam karya sastra memiliki
. 2008. Ketika Cinta Bertasbih 2.
signifikasi dengan unsur karya sastra,
Jakarta: Republika
ditunjukkan
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.
dengan kesesuaian antara makna
2008. Kamus Bahasa Indonesia.
denotatif-objektif
Jakarta: Pusat Bahasa
dalam
2.
penelitian
ini
semiotika
tingkat
satu pada makna kebahasaan dan
Tim Redaksi Tesaurus Bahasa Indonesia
makna konotatif-subjektif semiotika
Pusat Bahasa. 2008. Tesaurus
tingkat dua pada karya fiksi.
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Selain
Jakarta:
memiliki
fungsi
indeksikal,
nama diri dalam karya sastra memiliki
Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional
Weber,
fungsi simbol dan ikon.
Pusat
Eric
Thomas.
Names
and
2008.
―Proper
Persons:
Peirce‘s
Semiotic Consideration of Proper
Names‖ dalam Transaction, vol.
Daftar Pustaka
Badawi,
Elsaid
M.
dan
Haleem,
Muhammad Abdel. 2008. ArabicEnglish
Dictionary
of
Qur‟anic
Usage. Leiden dan Boston: Brill
Langer, Susanne K. ―Discursive and
Presentational Form‖ dalam Ennis,
Robert E. 1985. Semiotics: An
Introductory Anthology Advances
in
Semiotics.
Indiana:
Indiana
University Press.
Muhadjir,
Noeng.
Keilmuan:
2007.
Paradigma
Metodologi
Kualitatif,
44, no. 2.
Winfried
Nöth.
Semiotics.
2005.
Handbook
Indiana:
University Press.
of
Indiana
DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY:
KAJIAN SEMIOTIKA
Oleh: Muhri, S.Pd., M.A.1
Surel: muhrimohtar1234@gmail.com
Abstrak
Nama diri dalam karya sastra berbeda dengan dalam realitas faktual. Nama diri
dalam karya sastra tidak hanya bersifat indeks tetapi juga berimplikasi pada pesan yang
hendak disampaikan pengarang. Jika ditinjau dari sudut pandang objektif pesan bisa
diketahui dengan kesesuaian signifikasi nama diri secara linguistik, cerminan nama diri pada
karakterisasi, dan cerminan nama diri pada alur. Dengan menekankan pada kesatuan
antara bentuk dan konten, penelitian ini menggunakan pendekatan teori struktural semiotik
yang bersifat deskriptif-kualitatif. Metode analisis isi dipakai dengan menyesuaikan konteks
pemaknaan dengan semiotika. Berdasarkan analisis dapat dinyatakan adanya kesesuaian
antara pemaknaan nama diri secara linguistik, pemaknaan melalui karakterisasi, dan
pemaknaan melalui alur. Implikasi dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
nama diri tidak hanya berfungsi indeksikal, tetapi juga simbol dan ikon.
Kata kunci: semiotika, nama diri, Peirce
Abstract
Proper name in literary work is not the same as in factual reality. Proper name in literary
work is not only indexical, but also implicating to messages sent by an author. Objectively
viewed, the message is known by appropriation of proper name linguistically, in
characterization, and in plot. Focusing on unity of form and content, this research takes
structural-semiotics theory as an approach of descriptive-qualitative research method.
Analytically it is found that proper name has appropriate meaning linguistically, in
characterization, and in plot. It is proved that proper name functions not only indexical but
also as a symbol and an icon.
Key word: semiotics, proper name, Peirce
1
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Bangkalan
1
2
sama dengan ―takdir‖ yang ditulis oleh
A. Pendahuluan
Novel
realitas.
merupakan
Karena
refleksi
merupakan
dari
refleksi
pengarang sebagai ―tuhan‖ dari novel
tersebut.
Nama
mengindikasikan
hakikatnya bukan realitas itu sendiri atau
banyak
realitas
yang
Karena
stastus sosial, marga, dsb. Abdullah,
refleksi
ini,
tidak
misalnya, mengindikasikan bahwa tokoh
menganggap novel sebagai realita tetapi
yang diceritakan beragama Islam, Henry
menjadi
Guntur Tarigan mengindikasikan bahwa
bukan
pembaca
cermin
merefleksi
faktual.
fakta
juga
realita.
hidup
Pembaca
dengan
fakta
hal,
diri
misalnya
suku,
agama,
orang tersebut berasal atau keturunan
satu suku di Sumatera Utara. Selain itu
reflektif.
Seperti kehidupan faktual, novel
menghadirkan figur ―tak pernah hidup‖
nama juga mengandung simbol-simbol
budaya seperti penggantian nama.
Dalam
yang diambil dari kualitas hidup figur-figur
kehidupan
sehari-hari
nyata. Seperti tokoh nyata, tokoh dalam
penggantian nama dimaksudkan untuk
novel memiliki kualitas seperti sabar,
banyak hal. Anak yang sakit-sakitan,
pemarah, pintar, cerdas, tegas, kejam,
misalnya, dianggap memiliki nama yang
dsb. Tokoh atau figur dalam novel juga
terlalu berat untuk dipikul sehingga harus
memiliki jalan hidup melalui aksi-aksi yang
diganti dengan nama yang lebih ringan.
membentuk urutan cerita yang disebut
Anak yang terlalu nakal juga harus diganti
alur. Berbeda dengan alur kehidupan
nama
nyata,
oleh
sehingga harus dicari nama yang cocok.
pengarang, kualitas tokoh diciptakan oleh
Nama kecil seorang raja diganti dengan
pengarang,
sering
nama yang akan dipakai sebagai raja saat
sudah memiliki skema yang mengarah
penobatan. Jika disebutkan, penamaan
pada akhir cerita tokoh-tokoh ciptaannya.
dan
alur
novel
bahkan
Proyeksi
diciptakan
pengarang
pengarang
ini
berpengaruh pada seleksi unsur-unsur
karena
dianggap
penggantian
nama
tidak
cocok
mengandung
simbol-simbol budaya yang berbeda-beda
pada masyarakat yang berbeda.
yang
Dalam keilmuan semiotika nama
berkaitan dengan tokoh. Seleksi inilah
diri pertama kali dibahas oleh C.S. Pierce
yang
dalam
pembangun
novel
merupakan
termasuk
unsur
pembangun
bentuk
nama
trikotominya.
estetika seni sastra. Paling nyata dalam
menyebut
pemilihan tersebut adalah tokoh atau
sebagai
karakter yang menentukan cerita dan
(Nöth, 2005: 45; Weber, 2008: 346-62).
ketersampaian ide.
Nama diri di sini dianggap sebagai
rhematic
diri
(proper
Pierce
indexical
name)
legisigns
kualitas
konvensi yang merupakan hukum general
karakter, nama memiliki signifikasi yang
yang dimasukkan pada bagian ketiga
Sehubungan
dengan
3
Habiburrahman
yaitu legisign yang bersifat indeks atau
indeksikal. Namun, dalam kasus sastra,
mengambil
tokoh
nama
nama-nama
unik
mungkin
merupakan
proyeksi
el-Shirazy
pesantren
yang
dengan
hampir
tidak
pengarang terhadap tokoh yang dalam hal
ditemui pada nama Arab yang biasa
ini merupakan kualitas tokoh. Dalam novel
dipakai
nama
―Abdullah
dipilih
karakter
yang
dengan
pertimbangan
―memanggul‖
kualitas-
dalam
konteks
Khairul
Althafunnisa‖,
Indonesia.
Azzam‖,
―Anna
Husna‖
adalah
―Ayatul
kualitas yang melekat, misalnya Sitti
sebagian dari nama-nama yang muncul
Nurbaya dikenal bukan sebagai diri tetapi
dalam novel-novel Habiburrahman. Nama-
sebagai kualitas. Sitti Nurbaya hanya
nama
merujuk pada satu figur fiksional pada
kebetulan, dipilih acak, tak ada kaitan
awalnya. Kemudian, pada fase berikutnya
dengan peristiwa dalam cerita, netral, dsb.
Sitti Nurbaya memiliki kualitas tertentu
Sesuai
misalnya kasih tak sampai, kawin paksa,
(1985: 101) menyatakan fungsi indeks
dsb. Pada fase ini Sitti Nurbaya tidak
dari nama. Ia menyatakan bahwa seaneh
hanya legisign yang bersifat indeksikal
dan sekhusus apapun sebuah nama
tetapi juga bisa menjadi ikon.
dengan kualitas tertentu, tetap saja suatu
ini
bisa
dengan
dianggap
pendapat
sebagai
ini
Langer
Berbeda dengan nama di dunia
saat akan mungkin dipakai orang lain.
nyata, nama diri dalam karya sastra
Akan tetapi sebuah nama juga bisa
memiliki implikasi-implikasi sesuai dengan
dianggap
karakteristik sastra. Jika dalam realitas
dengan cerita, dibuat secara sengaja
nama tidak memiliki hubungan langsung
untuk kepentingan tertentu, dsb. Nama
dengan objek penamaan, yaitu legisign,
memiliki kualitas yang menyebabkan ia
nama dalam cerita rekaan diciptakan
tidak hanya berfungsi sebagai konfensi
pengarang yang sudah membuat skema
indeks tetapi bisa lebih dari itu. Preucel
dan membebani tokoh yang dinamai
(dalam
dengan misi penyampaian ide. Dengan
pendapat
demikian nama dalam cerita rekaan bukan
ketika seseorang bertemu untuk pertama
legisign saja, tetapi merupakan sebagian
kali, nama merupakan indeks karena
dari ide pengarang tentang cerita. Karena
mengacu pada ide, benda, atau orang.
itu, nama dalam cerita rekaan bersifat
Namun, pada pertemuan kedua nama
artifisial. Pada satu sisi nama tersebut
menjadi ikon dari indeks tersebut karena
menjadi legisign namun di sisi lain nama
ia
tersebut
mengendap
menjadi
kualitas
yang
tidak
tendensius,
Langer,
1935:
Peirce
telah
memiliki
72)
mengutip
menyatakan
menyimpan
dalam
―Sesuatu‖
kaitan
sesuatu
bahwa
yang
kesadaran
orang
tersebut
adalah
hanya berfungsi indeksikal. Inilah yang
tersebut.
menjadi fokus dari penelitian ini.
kualitas dari objek yang diindikasikan.
4
Pendapat terakhir yang diambil dalam
yang diangkat dalam penelitian adalah
tulisan
hal
novel Ketika Cinta Bertasbih jilid 1 dan 2
menghadirkan
karya Habiburrahma el-Shirazy. Novel ini
ini
penting.
mengingat
beberapa
Habiburrahman
nama-nama
yang
secara
arti
dalam
merupakan sumber data primer. Sumber
pembacaan dangkal mengandung kualitas
data
sama antara nama dan kualitas tokoh.
ensiklopedi
Pemahaman
masalah penelitian.
ini
dapat
memberi
pemahaman lebih intens terhadap tokohtokoh
yang
bertugas
menyampaikan
pesan dari pengarang.
sekunder
adalah
yang
berkenaan
Karena
pengumpulan
kamus
library
data
dan
dengan
research,
dilakukan
dengan
pembacaan intensif karya sastra. Dalam
Dalam langkah selanjutnya, ada
penelitian sastra, seperti juga penelitian
beberapa masalah yang perlu dijelaskan
kualitatif
berdasarkan penelitian berkaitan dengan
mencakup analisis data sesuai dengan
nama diri dalam novel Ketika Cinta
sifat penelitian kualitatif yang bersifat
Bertasbih
grounded. Temuan dikumpulkan dalam
karya
Habiburrahman
el-
Shirazy.
lain,
pengumpulan
data
tabel data diurutkan berdasarkan urutan
1) Arti nama secara bahasa.
masalah yang diteliti. Analisis data yang
2) Makna nama ditinjau dari aspek
digunakan analisis konten atau content
karakterisasi
analysis (Muhadjir, 2007: 110-27). Analisis
3) Makna nama ditinjau dari aspek alur
data dilakukan dengan metode analisis isi
dengan
B. Metode
disesuaikan
Paradigma penelitian yang sesuai
dengan fokus penelitian adalah paradigma
kualitatif. Paradigma kualitatif tersebut
diterapkan pada kebahasaan teks yang
bersifat interpretatif. Berdasarkan dua hal
tersebut, paradigma penelitian ini adalah
kualitatif-interpretatif.
Berkenaan
data,
data
diinterpretasi. Teks tersebut berupa novel
dipilih
sesuai
dengan
teknis
objek
yang
formal
penelitian ini yaitu strukturalisme dan
semiotik.
1) Terjemahan nama secara semantik
diformulasi berdasarkan pengertianpengertian
bahasa
kamus
yang
dari
bahasa-
berkaitan
dengan
objek material.
dengan
dalam penelitian ini berupa teks untuk
yang
langkah-langkah
maksud
dan
kecukupan pengumpulan data. Sumber
data dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Novel-novel
2) Dari terjemahan tersebut diformulasi
kualitas-kualitas
yang
sesuai
dengan formulasi 1) yang diambil
dari
kutipan-kutipan
novel
disesuaikan dengan masalah yang
diteliti.
5
3) Hasil
2)
ditabulasi
berdasarkan
artinya
masalah penelitian.
4) Hasil
tabulasi
sebutan untuk Tuhan umat Islam yang
data
ditafsirkan
‗Tuhan‘.
Frase هللا
عبدberarti
penyembah atau pelayan Tuhan.
dengan mempertimbangkan konteks
Frase
kedua
dari
nama
tokoh
budaya sebagai penandaan tingkat
pertama adalah khairul azzam ()خي ُر العزام.
dua.
Kata khairun berasal dari akar /x/, /j/, /r/
5) Hasil penafsiran tersebut dirangkai
menjadi
deskripsi-deskripsi
hasil
lain: ‗kebaikan‘, ‗menjadi baik‘, ‗lebih
memilih
pembahasan.
6) Dari
atau خyang artinya antara
deskripsi
disimpulkan
sst/sso
dari
pada
sst/sso‘,
‗pilihan‘, dan ‗terbaik‘. Dalam bentuk frase,
baik
خيرsering berarti ‗paling baik‘ atau ‗sebaik-
sesuai dengan masalah penelitian
baiknya‘ seperti ‗ خير امةsebaik-baiknya
maupun implikasi dari temuan.
bangsa/umat atau umat yang paling baik‘.
temuan-temuan
menarik,
Akar kata /ᵓ/, /z/, dan /m/ atau ع,
C. Hasil Analisis
dan
Seperti disebutkan dalam masalah
berarti
م
‗mendesak‘,
‗bermaksud‘,
penelitian, pembahasan ini meliputi arti
‗penyelesaian‘,
nama
dipercaya‘.
secara
bahasa,
makna
nama
‗memutuskan‘,
عزام
dan
‗keputusan‘,
‗setia
berarti
dan
bisa
‗tekad‘
atau
ditinjau dari aspek alur, makna nama
‗keteguhan hati‘. Jadi, frase ini berarti
ditinjau
‗sebaik-baiknya tekad‘. Yang dimaksud
dari
aspek
karakterisasi
dan
makna nama ditinjau dari aspek setting.
‗hamba Allah (dengan) sebaik-baiknya
Nama-Nama Tokoh dan Artinya
1)
tekad/kebulatan hati. Dalam lingkup tekad
Abdullah Khairul Azzam (AKA)
Tokoh-tokoh yang memiliki nama
unik dalam penelitian ini antara lain:
Abdullah Khairul Azzam ()عبد هللا خير العزام,
Ayatul
Husna
(الحسنى
)آية,
dan
dengan عبد هللا خير العزامbisa diartikan
Anna
Althafunnisa ()انا الطاف النساء. Jika ditinjau
dari segi bahasa, akar /ᵓ/, /b/, /d/ atau
ع, ب, دberarti ‗budak‘, ‗pelayan‘,
terdapat kata cita-cita dan keteguhan hati.
2)
Anna Althafunnisa (AA)
Nama
berikutnya
adalah
Anna
Althafunnisa ()انا الطف النساء. Nama ini
membentuk satu klausa yang artinya
‗sesungguhnya kami perempuan paling
lemah-lembut/halus‘.
Klausa
tersebut
‗memperbudak‘. عبدmerupakan bentuk
terdiri atas adverbia ‗ اَنsesunguhnya‘,
mashdar yang merupakan salah satu
pronomina berupa klitika َناyang berarti
bentuk nomina dalam konjugasi bahasa
‗kami‘, bentuk superlatif
Arab. Kata ini berarti ‗menyembah‘ atau
‗penyembah‘
(worship[per]). هللا
adalah
ُ‗ اَ ْل َطفpaling
halus/lemah-lembut‘ yang berasal dari
akar فطلdan ‗ اَل ِّنسآءperempuan‘.
6
3)
Ayatul Husna (AH)
Ayatul Husna ( )آية الحسنىadalah
tokoh berikutnya. Kata آيةdalam bahasa
Arab berarti ‗tanda‘ atau sign. Kata حسنى
berarti ‗lebih baik‘. Frase آية الحسنىbisa
diterjemahkan ‗tanda-tanda lebih baik‘.
suka memuji orang yang diajak
bicara (KCB 1/255-6).
Dalam kutipan (1) tersebut arti nama
dinyatakan
secara
eksplisit
dengan
pernyataan Wail, ―Masya Allah. Namamu
bagus
sekali
kau
pasti
orang
yang
memiliki kemauan keras dan karakter
Pemaknaan tingkat pertama ini bisa
yang kuat.‖ ―Memiliki kemauan keras dan
disempurnakan dengan melihat unsur
karakter yang kuat‖ merupakan kata lain
struktur yang lain, yaitu penokohan dan
alur sebagai salah satu komponen sistem
yang membangun karya sastra.
dari
ditunjukkan
Abdullah Khairul Azzam
Azzam
bukan
Abdullah
sekadar
Penamaan
yang
menyatakan
makna
Khairul
―asal
secara
pilih‖.
eksplisit
dari
itu
dengan
tekad
juga
cita-cita
dan
(2)Kalaulah ia harus jujur, maka
impiannya yang paling tulus adalah
segera pulang ke Tanah Air bertemu
dengan ibu dan adik-adiknya. Tak
ada impian yang lebih kuat dalam
jiwanya melebihi itu. Namun akal
sehatnya selalu menahan agar
impiannya itu tidak sampai meledak
dan melemahkannya. (KCB 1/68)
Kutipan tersebut berbicara tentang
Unsur Penokohan
Penamaan
Selain
ketabahan tokoh.
Pemaknaan Nama Diri Ditinjau dari
1)
tekad.
nama
diri
AKA
yang
sudah
tahun
menahan
―TEKAD MERAJUT DOA‖ (KCB 1/65).
menunda kelulusan demi menjaga visa
Kata tekad dalam bab tersebut sama
pelajar yang membuatnya hidup dengan
dengan kata terakhir Azzam. ―Merajut
biaya lebih murah. Dengan begitu ia bisa
doa‖ berarti menyusun doa menjadi cita
bekerja menghidupi keluarga di Indonesia
(kain). Secara implisit judul tersebut bisa
yang menjadi tanggung jawabnya. Kutipan
ditafsirkan
ini selain mengandung keteguhan hati,
ketuhanan
(doa)
berlandaskan
menggapai
tidak
10
ditunjukkan pada kutipan sub bab 2
dengan
untuk
hampir
pulang
dan
cita-cita
juga menunjukkan perjuangan mencapai
(merajut) dengan penuh kekuatan hati
cita-cita. Dalam perjuangan tersebut AKA
(tekad).
tidak berhenti kuliah dan lulus setelah
Penggambaran
ditemukan
dalam
lebih
kutipan
eksplisit
adiknya sudah bisa mandiri.
percakapan
Azzam dengan Wail berikut.
(1)―Masya Allah. Namamu bagus
sekali kau pasti orang yang memiliki
kemauan keras dan karakter yang
kuat.‖ Ujar pemuda Mesir bernama
Wail. Orang Mesir memang paling
2)
Anna Althafunnisa
Karakter
AA
digambarkan melalui
secara
eksplisit
percakapan AKA
dengan ibunya tentang sikap dan perilaku
AA.
7
Azzam menyantap dengan lahap.
Ia harus mengakui masakan Anna
lezat. Ia jadi iri pada Furqan, ia
merasa Furqan benar-benar pria
paling beruntung di dunia. Anna tidak
hanya cerdas dan berprestasi secara
akademik. Gadis itu ternyata juga
jago masak (KCB 2/174-5).
(3)Bu Nafis sama Azzam langsung
masuk. Begitu duduk Bu Nafis
langsung berkata pada Azzam, ―Kok
ada ya perempuan yang jelita dan
halusnya kayak Anna. Andai saja...‖
―Menantu ibu, Si Vivi, insya Allah
juga halus, bahkan nanti akan Azzam
buat lebih halus dari Anna.‖ Azzam
memotong perkataan ibunya (KCB
2/344).
Kesesuaian
nama
dengan
gambaran karakterisasi dalam kutipan
tersebut ditunjukkan dengan kutipan, ―Kok
ada
ya
perempuan
yang
jelita
dan
halusnya kayak Anna. Andai saja...‖.
‗Selembut-lembutnya‘ ditunjukkan dengan
ungkapan
sebagai
keheranan,
ungkapan
―kok
ada
keheranan
ya‖
yang
menunjukkan kualitas yang ekstrem yang
langka menurut pengalaman seorang ibu
tua
yang
banyak
menemui
banyak
perempuan dalam hidupnya. Kata lemah
lembut diwakili dengan kata ―halus‖ yang
diucapkan secara langsung dalam dialog.
Sifat perempuan ―ideal‖ secara
implisit digambarkan sebagai ibu rumah
tangga yang salah satunya dinilai dari
kemampuannya memasak. Dengan kata
lain kehalusan atau sifat lemah lembut
ditunjukkan
dengan
kemampuan
mengurus rumah, salah satunya adalah
memasak.
(4)―Apa ini Nduk, cuma telur dadar
begini?‖ ucap Kiyai Lutfi. Anna hanya
tersenyum dan kembali masuk. Ia
tidak menjawab pertanyaan Abahnya.
―Setahu saya ini namanya nasi
goreng Pattaya. Nasi goreng khas
muslim daerah Pattani di Thailand.‖
Justru Azzam yang menerangkan...
...
Dalam kutipan yang cukup panjang
tersebut, seorang tua seperti Kiyai Lutfi
meragukan dengan bertanya, ―Apa ini
Nduk,
cuma
telur
dadar
begini?‖.
Pengajuan pertanyaan ini berimplikasi
bahwa seorang laki-laki berpengalaman
sekalipun tidak tahu urusan ―perempuan‖.
Urusan ini lebih dipahami oleh Azzam
karena telah melewati sekat
budaya
memasak yang masih dipandang bagian
dari
perempuan
sebagai
perempuan
yang
kelembutan.
Bahkan
pekerjaan
mengandung
secara
tidak
langsung Azzam menggambarkan bahwa
perempuan
yang
baik
sebagai
pendamping suami adalah perempuan
yang bisa memasak seperti digambarkan,
―Anna tidak hanya cerdas dan berprestasi
secara akademik. Gadis itu ternyata juga
jago
masak.‖
Pengakuan
tersebut
dikuatkan dengan, ―Ia jadi iri pada Furqan,
ia merasa Furqan benar-benar pria paling
beruntung di dunia.‖
Namun
di
sisi
lain
AA
juga
digambarkan sebagai berpendirian tegas
dan keras. Dalam beberapa bagian tidak
mencerminkan kelembutan.
(5)
―Sangat
sulit
bagiku
memaafkanmu Fur!‖ Anna tidak lagi
memanggil dengan panggilan Mas,
tapi langsung memanggil nama
Furqan! Itu sebagai tanda dalam hati
8
Anna
sudah
tidak
ada
lagi
penghormatan pada Furqan (KCB
2/311).
Dalam
kutipan
memanggil
atas,
suaminya,
mengecewakannya,
nama.
di
Panggilan
AA
yang
dengan
ini
Besok pagi dilanjutkan lagi. Nanti
sakit lagi.‖ Ucap perempuan muda
berjilbab coklat sambil menghentikan
aktivitas membacanya. Perempuan
berjilbab coklat itu lalu bangkit dari
tempat duduknya dan beranjak
menuju ibunya. Ia lalu memijit pundak
ibunya yang masih sesekali batuk
dengan kasih sayang (KCB 2/36).
menyebut
menunjukkan
hilangnya rasa hormat dari seorang istri
terhadap suaminya. Kalimat, ―Sangat sulit
Pemaknaan Nama Diri Ditinjau dari
bagiku memaafkanmu Fur!‖ menunjukkan
Unsur Alur
ketegasan.
Kutipan
menunjukkan
kalimat
kontradiksi
ini
juga
antara
sifat
lembut atau halus seperti pada nama diri
dan
pada
Kontradiksi
penggambaran
ini
menjadi
watak.
indikator
pengetahuan yang kuat tentang agama
dan hukum. Dengan kata lain seperti pada
Nama diri dalam novel juga bisa
diidentifikasi dengan alur. Sifat teguh,
misalnya,
jika ditinjau dari segi alur.
1)
Abdullah Khairul Azzam
digambarkan
Secara eksplisit, tokoh AH dalam
tersebut
digambarkan
melalui
pernyataan narator secara langsung, tidak
langsung melalui pernyataan tokoh lain
(6)Anak keduanya, Ayatul Husna,
sangat halus tutur bahasanya. Dan
sangat mencintainya. Husna seolah
tidak pernah rela ada nyamuk
sekalipun menyentuh kulit ibunya ...
(KCB 2/38)
Karakterisasi menunjukkan bahwa
terdapat tanda-tanda sifat baik. Sifat
adalah
bahasanya‖
Karakter
dan
tersebut
―sangat
halus
tutur
―mencintai(ibu)nya.‖
dikuatkan
(happy
hidup
dengan
ending).
peribahasa
tokoh
akhir
Seperti
AKA
bahagia
mengutip
―Berakit-rakit
ke
hulu,
berenang-renang ketepian/ Bersakit-sakit
dahulu,
kemudian‖,
bersenang-senang
pengarang menggambarkan perjuangan
dan melalui sikap tokoh tersebut.
tersebut
dengan
akhir. Berikut identifikasi nama diri tokoh
Perjalanan
Ayatul Husna
novel
ditunjukkan
pendirian tokoh dari awal cerita sampai
kutipan (4)
3)
bisa
kutipan
berikut.
(7)―Bue jangan memaksakan diri
tho. Kalau sudah capek ya istirahat.
10 tahun di Mesir. Penggambaran 10
tahun ini dimasukkan dalam jilid 1 buku
novel Ketika Cinta Bertasbih. Dalam
menggambarkan 10 tahun ini cita-cita dan
harapan
dipendam
pernah
habis
lama
tetapi
terbukti
tidak
setelah
meninggalkan kuliah untuk menghidupi
keluarga di Indonesia, akhirnya AKA
menyelesaikan kuliahnya.
Pada
buku
kedua
KCB,
perjuangan mulai menampakkan hasil
mulai dari titik nol menjadi pengirim
9
barang sampai menjadi pengusaha bakso
dalam novel. AH muncul pada jilid kedua
dan foto kopi. Dalam buku kedua ini pula
KCB.
AKA mulai mendapat jodoh kalangan
terpilih.
Martabatnya
mulai
naik
bersamaan dengan penilaian orang-orang
sekitar. Puncaknya adalah keberhasilan
dari cita-citanya mendarma- baktikan ilmu
yang diperoleh dengan menjadi menantu
Kiai Lutfi yang sesuai dengan disiplin yang
dipilihnya yaitu keilmuan agama.
Dalam alur yang relatif panjang
tersebut sebagian besar menunjukkan
perjuangan
yang
secara
langsung
menunjukkan tekad. Dan hasil yang dicitacitakan
merupakan kebaikan menurut
agama, yaitu pengabdian pada Tuhan.
Jadi, dalam alur ini nama Abdullah Kairul
Azzam termanifestasi dengan lengkap
pada akhir cerita.
(8)... Ia ingat anak keduanya itu
sewaktu kecil paling sering bikin ulah.
Paling sering berkelahi dengan anak
tetangga. Paling sering merebut
mainan temannya. Dan saat kelas
tiga SMP justru ikutan karate sebagai
kegiatan ekstra kurikuler. Ia ingat
bagaimana dulu Husna pernah
memukul kakaknya dengan gagang
sapu
sekeras-kerasnya.
Garagaranya Husna disiram kakaknya
karena sampai pukul enam pagi
belum juga bangun pagi. (KCB 2/38)
... Namun kenakalan itu perlahan
hilang sejak Husna masuk SMA dan
Azzam terbang ke Mesir. Husna
berubah seratus delapan puluh
derajat sejak ayahnya meninggal
dunia. (KCB 2/38-9)
Penyebab berhentinya kenakalan
Husna adalah kematian ayahnya yang,
secara tidak langsung, disebabkan oleh
Husna yang kabur dari rumah karena
permintaan sepeda motor baru tidak
2)
Anna Althafunnisa
Berbeda dengan AKA, AA tidak
dikabulkan oleh orang tuanya. Kecelakaan
terjadi
saat
ayah
Husna
hendak
atau sulit untuk digambarkan ditinjau dari
menjemput husna untuk membeli sepeda
alur. Kata lembut tidak menunjukan sifat
motor dengan uang pinjaman dari bank.
yang aktif, sebaliknya cenderung pasif.
Bahkan, kelembutan AA hanya diucapkan
oleh Bu Nafis dalam kutipan (3) di muka.
Gejala seperti ini muncul dalam beberapa
novel Habiburrahman El-Shirazy seperti
dalam Ayat-Ayat Cinta, Dalam Mihrab
Cinta, Api Tauhid, dan beberapa novel
lain. Dengan kata lain yang menjadi pusat
penyampaian ide adalah tokoh laki-laki.
3)
Ayatul Husna
Penggambaran tokoh AH dalam
alur tidak mengambil banyak bagian
(9)Saat diberi tahu ayahnya
meninggal mulanya ia tidak percaya.
Dan setelah melihat sendiri jenazah
ayahnya ia menjerit dan menangis
sejadi-jadinya. Ia merasa menjadi
anak paling durhaka di dunia. Ia
merasa ialah sebenarnya yang
menabrak
ayahnya
hingga
terpelanting lima belas meter dan
tewas seketika. Ia sangat menyesal.
Tapi penyesalannya tidak akan
pernah
mengembalikan
nyawa
ayahnya. Satu hal yang paling
membuatnya semakin menyesal
adalah ketika ia tahu bahwa sang
ayah siangnya baru pinjam uang di
bank untuk membayar uang muka
membeli
sepeda
motor
baru.
10
Ayahnya ingin menjemputnya dan
keesokan harinya akan diajak ke
dealer agar ia sendiri yang memilh
kendaraan
yang
ia
inginkan.
Selanjutnya ayah akan membayar
setiap bulan dengan cara kredit. Ia
sangat
menyesal.
Betapa
sebenarnya
ayahnya
sangat
mencintai dan menyayanginya. Dan
ia merasakan itu ketika ayahnya
sudah meninggal dunia. Sejak itu ia
berubah.(KCB 2)
'Tanda-tanda
kebaikan/menjadi
lebih baik' begitulah arti Ayatul Husna.
Dalam novel tersebut Husna digambarkan
sebagai anak yang tidak baik pada
mulanya. Namun, tanda-tanda kebaikan
muncul dalam, ―Namun kenakalan itu
perlahan hilang sejak Husna masuk SMA
dan Azzam terbang ke Mesir‖ pada
kutipan (9). Kebaikan itu tergambar pada
kutipan (6).
(6) Anak keduanya, Ayatul Husna,
sangat halus tutur bahasanya. Dan
sangat mencintainya. Husna seolah
tidak pernah rela ada nyamuk
sekalipun menyentuh kulit ibunya ...
(KCB 2/38)
Dalam penggambaran alur, Husna
digambarkan dengan proses alur yang
ringkas
pada
Perubahan
kutipan
itu
(8)
menjadi
di
atas.
tanda-tanda
transformasi Husna menjadi lebih baik.
Dengan kata lain, pembentukan karakter
husna melalui alur tergambar lengkap
menandakan
proses
menjadi
baik.
Kutipan (9) menunjukkan penyebab atau
titik balik perubahan.
D. Pembahasan (Sintesis)
Dari
analisis di muka terbukti
bahwa nama diri dalam sebuah karya fiksi
tidak hanya berarti indeksikal tetapi juga
merupakan simbol dan ikon dari ide
pengarang. Disebut simbol karena nama
tersebut
memiliki
hubungan
dengan
dibuktikan
dengan
arti
dan
arti
memiliki
nama
kesesuaian
yang
antara
nama dan kualitas diri ―tertunjuk‖, yaitu
orang atau tokoh yang memiliki nama
tersebut. Kesesuaian tersebut ditunjukkan
dengan
kesesuaian
denotasi
nama
dengan kualitas tokoh yang ditinjau dari
sudut
pandang
karakterisasi
dan
pemplotan.
Dalam hal ini, nama diri dalam fiksi
berbeda dengan nama diri dalam realitas
faktual. Dalam fiksi nama dan kehidupan
diciptakan
sebagai
sekaligus
―tuhan‖.
oleh
Nama
pengarang
dalam
fiksi
merupakan proyeksi pengarang tentang
tokoh. Di sisi lain nama dalam realitas
bersifat ―harapan‖ orang tua diciptakan
orang tua atau orang pintar sedangkan
kehidupannya diciptakan Tuhan. Dengan
kata lain nama diri dalam realitas faktual
hanya bersifat indeksikal.
Disebut ikon karena nama diri
merepresentasikan kualitas yang menjadi
ikon atau figur dari ide pengarang tentang
sesuatu. AKA, misalnya, bisa menjadi ikon
pemuda muslim ideal yang dicita-citakan
pengarang dalam tulisannya. Hal ini juga
ditunjukkan
kemampuan
tokoh
Sitti
Nurbaya yang dihadirkan oleh Marah
Rusli menjadi ikon dari ketidakmampuan
perempuan
memilih
pasangan
hidup
11
karena aturan budaya yang dalam bahasa
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
mudahnya ―kawin paksa‖.
Rake Sarasin
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-
E. Simpulan
Munawwir: Kamus Arab-Indonesia
Berdasarkan analisis dan sintesis
di muka dapat ditarik beberapa simpulan
mengenai nama diri dalam karya sastra
Ketika
Cinta
Bertasbih
karya
Terlengkap.
Surabaya:
Pustaka
Progressif
Shirazy, Habiburrahman El. 2008. Ketika
Cinta
Bertasbih
1.
Jakarta:
Habiburrahman el-Shirazy.
Republika
1.
Nama diri dalam karya sastra memiliki
. 2008. Ketika Cinta Bertasbih 2.
signifikasi dengan unsur karya sastra,
Jakarta: Republika
ditunjukkan
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.
dengan kesesuaian antara makna
2008. Kamus Bahasa Indonesia.
denotatif-objektif
Jakarta: Pusat Bahasa
dalam
2.
penelitian
ini
semiotika
tingkat
satu pada makna kebahasaan dan
Tim Redaksi Tesaurus Bahasa Indonesia
makna konotatif-subjektif semiotika
Pusat Bahasa. 2008. Tesaurus
tingkat dua pada karya fiksi.
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Selain
Jakarta:
memiliki
fungsi
indeksikal,
nama diri dalam karya sastra memiliki
Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional
Weber,
fungsi simbol dan ikon.
Pusat
Eric
Thomas.
Names
and
2008.
―Proper
Persons:
Peirce‘s
Semiotic Consideration of Proper
Names‖ dalam Transaction, vol.
Daftar Pustaka
Badawi,
Elsaid
M.
dan
Haleem,
Muhammad Abdel. 2008. ArabicEnglish
Dictionary
of
Qur‟anic
Usage. Leiden dan Boston: Brill
Langer, Susanne K. ―Discursive and
Presentational Form‖ dalam Ennis,
Robert E. 1985. Semiotics: An
Introductory Anthology Advances
in
Semiotics.
Indiana:
Indiana
University Press.
Muhadjir,
Noeng.
Keilmuan:
2007.
Paradigma
Metodologi
Kualitatif,
44, no. 2.
Winfried
Nöth.
Semiotics.
2005.
Handbook
Indiana:
University Press.
of
Indiana