Kata kunci: semiotika, nama diri, Peirce Abstract - View of PEMAKNAAN NAMA DIRI TOKOH DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY: KAJIAN SEMIOTIKA

PEMAKNAAN NAMA DIRI TOKOH
DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY:
KAJIAN SEMIOTIKA
Oleh: Muhri, S.Pd., M.A.1
Surel: muhrimohtar1234@gmail.com
Abstrak
Nama diri dalam karya sastra berbeda dengan dalam realitas faktual. Nama diri
dalam karya sastra tidak hanya bersifat indeks tetapi juga berimplikasi pada pesan yang
hendak disampaikan pengarang. Jika ditinjau dari sudut pandang objektif pesan bisa
diketahui dengan kesesuaian signifikasi nama diri secara linguistik, cerminan nama diri pada
karakterisasi, dan cerminan nama diri pada alur. Dengan menekankan pada kesatuan
antara bentuk dan konten, penelitian ini menggunakan pendekatan teori struktural semiotik
yang bersifat deskriptif-kualitatif. Metode analisis isi dipakai dengan menyesuaikan konteks
pemaknaan dengan semiotika. Berdasarkan analisis dapat dinyatakan adanya kesesuaian
antara pemaknaan nama diri secara linguistik, pemaknaan melalui karakterisasi, dan
pemaknaan melalui alur. Implikasi dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
nama diri tidak hanya berfungsi indeksikal, tetapi juga simbol dan ikon.
Kata kunci: semiotika, nama diri, Peirce
Abstract
Proper name in literary work is not the same as in factual reality. Proper name in literary

work is not only indexical, but also implicating to messages sent by an author. Objectively
viewed, the message is known by appropriation of proper name linguistically, in
characterization, and in plot. Focusing on unity of form and content, this research takes
structural-semiotics theory as an approach of descriptive-qualitative research method.
Analytically it is found that proper name has appropriate meaning linguistically, in
characterization, and in plot. It is proved that proper name functions not only indexical but
also as a symbol and an icon.
Key word: semiotics, proper name, Peirce

1

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Bangkalan

1

2

sama dengan ―takdir‖ yang ditulis oleh

A. Pendahuluan

Novel
realitas.

merupakan

Karena

refleksi

merupakan

dari

refleksi

pengarang sebagai ―tuhan‖ dari novel
tersebut.

Nama


mengindikasikan

hakikatnya bukan realitas itu sendiri atau

banyak

realitas

yang

Karena

stastus sosial, marga, dsb. Abdullah,

refleksi

ini,

tidak


misalnya, mengindikasikan bahwa tokoh

menganggap novel sebagai realita tetapi

yang diceritakan beragama Islam, Henry

menjadi

Guntur Tarigan mengindikasikan bahwa

bukan

pembaca

cermin

merefleksi

faktual.


fakta

juga

realita.
hidup

Pembaca

dengan

fakta

hal,

diri

misalnya

suku,


agama,

orang tersebut berasal atau keturunan
satu suku di Sumatera Utara. Selain itu

reflektif.
Seperti kehidupan faktual, novel
menghadirkan figur ―tak pernah hidup‖

nama juga mengandung simbol-simbol
budaya seperti penggantian nama.
Dalam

yang diambil dari kualitas hidup figur-figur

kehidupan

sehari-hari


nyata. Seperti tokoh nyata, tokoh dalam

penggantian nama dimaksudkan untuk

novel memiliki kualitas seperti sabar,

banyak hal. Anak yang sakit-sakitan,

pemarah, pintar, cerdas, tegas, kejam,

misalnya, dianggap memiliki nama yang

dsb. Tokoh atau figur dalam novel juga

terlalu berat untuk dipikul sehingga harus

memiliki jalan hidup melalui aksi-aksi yang

diganti dengan nama yang lebih ringan.


membentuk urutan cerita yang disebut

Anak yang terlalu nakal juga harus diganti

alur. Berbeda dengan alur kehidupan

nama

nyata,

oleh

sehingga harus dicari nama yang cocok.

pengarang, kualitas tokoh diciptakan oleh

Nama kecil seorang raja diganti dengan

pengarang,


sering

nama yang akan dipakai sebagai raja saat

sudah memiliki skema yang mengarah

penobatan. Jika disebutkan, penamaan

pada akhir cerita tokoh-tokoh ciptaannya.

dan

alur

novel
bahkan

Proyeksi

diciptakan

pengarang

pengarang

ini

berpengaruh pada seleksi unsur-unsur

karena

dianggap

penggantian

nama

tidak

cocok


mengandung

simbol-simbol budaya yang berbeda-beda
pada masyarakat yang berbeda.

yang

Dalam keilmuan semiotika nama

berkaitan dengan tokoh. Seleksi inilah

diri pertama kali dibahas oleh C.S. Pierce

yang

dalam

pembangun

novel

merupakan

termasuk
unsur

pembangun

bentuk
nama

trikotominya.

estetika seni sastra. Paling nyata dalam

menyebut

pemilihan tersebut adalah tokoh atau

sebagai

karakter yang menentukan cerita dan

(Nöth, 2005: 45; Weber, 2008: 346-62).

ketersampaian ide.

Nama diri di sini dianggap sebagai

rhematic

diri

(proper

Pierce

indexical

name)
legisigns

kualitas

konvensi yang merupakan hukum general

karakter, nama memiliki signifikasi yang

yang dimasukkan pada bagian ketiga

Sehubungan

dengan

3

Habiburrahman

yaitu legisign yang bersifat indeks atau
indeksikal. Namun, dalam kasus sastra,

mengambil

tokoh

nama

nama-nama

unik

mungkin

merupakan

proyeksi

el-Shirazy

pesantren
yang

dengan

hampir

tidak

pengarang terhadap tokoh yang dalam hal

ditemui pada nama Arab yang biasa

ini merupakan kualitas tokoh. Dalam novel

dipakai

nama

―Abdullah

dipilih

karakter

yang

dengan

pertimbangan

―memanggul‖

kualitas-

dalam

konteks

Khairul

Althafunnisa‖,

Indonesia.

Azzam‖,

―Anna

Husna‖

adalah

―Ayatul

kualitas yang melekat, misalnya Sitti

sebagian dari nama-nama yang muncul

Nurbaya dikenal bukan sebagai diri tetapi

dalam novel-novel Habiburrahman. Nama-

sebagai kualitas. Sitti Nurbaya hanya

nama

merujuk pada satu figur fiksional pada

kebetulan, dipilih acak, tak ada kaitan

awalnya. Kemudian, pada fase berikutnya

dengan peristiwa dalam cerita, netral, dsb.

Sitti Nurbaya memiliki kualitas tertentu

Sesuai

misalnya kasih tak sampai, kawin paksa,

(1985: 101) menyatakan fungsi indeks

dsb. Pada fase ini Sitti Nurbaya tidak

dari nama. Ia menyatakan bahwa seaneh

hanya legisign yang bersifat indeksikal

dan sekhusus apapun sebuah nama

tetapi juga bisa menjadi ikon.

dengan kualitas tertentu, tetap saja suatu

ini

bisa

dengan

dianggap

pendapat

sebagai

ini

Langer

Berbeda dengan nama di dunia

saat akan mungkin dipakai orang lain.

nyata, nama diri dalam karya sastra

Akan tetapi sebuah nama juga bisa

memiliki implikasi-implikasi sesuai dengan

dianggap

karakteristik sastra. Jika dalam realitas

dengan cerita, dibuat secara sengaja

nama tidak memiliki hubungan langsung

untuk kepentingan tertentu, dsb. Nama

dengan objek penamaan, yaitu legisign,

memiliki kualitas yang menyebabkan ia

nama dalam cerita rekaan diciptakan

tidak hanya berfungsi sebagai konfensi

pengarang yang sudah membuat skema

indeks tetapi bisa lebih dari itu. Preucel

dan membebani tokoh yang dinamai

(dalam

dengan misi penyampaian ide. Dengan

pendapat

demikian nama dalam cerita rekaan bukan

ketika seseorang bertemu untuk pertama

legisign saja, tetapi merupakan sebagian

kali, nama merupakan indeks karena

dari ide pengarang tentang cerita. Karena

mengacu pada ide, benda, atau orang.

itu, nama dalam cerita rekaan bersifat

Namun, pada pertemuan kedua nama

artifisial. Pada satu sisi nama tersebut

menjadi ikon dari indeks tersebut karena

menjadi legisign namun di sisi lain nama

ia

tersebut

mengendap

menjadi

kualitas

yang

tidak

tendensius,

Langer,

1935:

Peirce

telah

memiliki

72)

mengutip

menyatakan

menyimpan
dalam

―Sesuatu‖

kaitan

sesuatu

bahwa

yang

kesadaran

orang

tersebut

adalah

hanya berfungsi indeksikal. Inilah yang

tersebut.

menjadi fokus dari penelitian ini.

kualitas dari objek yang diindikasikan.

4

Pendapat terakhir yang diambil dalam

yang diangkat dalam penelitian adalah

tulisan

hal

novel Ketika Cinta Bertasbih jilid 1 dan 2

menghadirkan

karya Habiburrahma el-Shirazy. Novel ini

ini

penting.

mengingat

beberapa

Habiburrahman

nama-nama

yang

secara

arti

dalam

merupakan sumber data primer. Sumber

pembacaan dangkal mengandung kualitas

data

sama antara nama dan kualitas tokoh.

ensiklopedi

Pemahaman

masalah penelitian.

ini

dapat

memberi

pemahaman lebih intens terhadap tokohtokoh

yang

bertugas

menyampaikan

pesan dari pengarang.

sekunder

adalah

yang

berkenaan

Karena
pengumpulan

kamus

library
data

dan

dengan
research,

dilakukan

dengan

pembacaan intensif karya sastra. Dalam

Dalam langkah selanjutnya, ada

penelitian sastra, seperti juga penelitian

beberapa masalah yang perlu dijelaskan

kualitatif

berdasarkan penelitian berkaitan dengan

mencakup analisis data sesuai dengan

nama diri dalam novel Ketika Cinta

sifat penelitian kualitatif yang bersifat

Bertasbih

grounded. Temuan dikumpulkan dalam

karya

Habiburrahman

el-

Shirazy.

lain,

pengumpulan

data

tabel data diurutkan berdasarkan urutan

1) Arti nama secara bahasa.

masalah yang diteliti. Analisis data yang

2) Makna nama ditinjau dari aspek

digunakan analisis konten atau content

karakterisasi

analysis (Muhadjir, 2007: 110-27). Analisis

3) Makna nama ditinjau dari aspek alur

data dilakukan dengan metode analisis isi
dengan

B. Metode

disesuaikan

Paradigma penelitian yang sesuai
dengan fokus penelitian adalah paradigma
kualitatif. Paradigma kualitatif tersebut
diterapkan pada kebahasaan teks yang
bersifat interpretatif. Berdasarkan dua hal
tersebut, paradigma penelitian ini adalah
kualitatif-interpretatif.
Berkenaan

data,

data

diinterpretasi. Teks tersebut berupa novel
dipilih

sesuai

dengan

teknis
objek

yang
formal

penelitian ini yaitu strukturalisme dan
semiotik.
1) Terjemahan nama secara semantik
diformulasi berdasarkan pengertianpengertian
bahasa

kamus

yang

dari

bahasa-

berkaitan

dengan

objek material.

dengan

dalam penelitian ini berupa teks untuk
yang

langkah-langkah

maksud

dan

kecukupan pengumpulan data. Sumber
data dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Novel-novel

2) Dari terjemahan tersebut diformulasi
kualitas-kualitas

yang

sesuai

dengan formulasi 1) yang diambil
dari

kutipan-kutipan

novel

disesuaikan dengan masalah yang
diteliti.

5

3) Hasil

2)

ditabulasi

berdasarkan

artinya

masalah penelitian.
4) Hasil

tabulasi

sebutan untuk Tuhan umat Islam yang

data

ditafsirkan

‗Tuhan‘.

Frase ‫هللا‬

‫ عبد‬berarti

penyembah atau pelayan Tuhan.

dengan mempertimbangkan konteks

Frase

kedua

dari

nama

tokoh

budaya sebagai penandaan tingkat

pertama adalah khairul azzam (‫)خي ُر العزام‬.

dua.

Kata khairun berasal dari akar /x/, /j/, /r/

5) Hasil penafsiran tersebut dirangkai
menjadi

deskripsi-deskripsi

hasil

lain: ‗kebaikan‘, ‗menjadi baik‘, ‗lebih
memilih

pembahasan.
6) Dari

atau خ‬yang artinya antara

deskripsi

disimpulkan

sst/sso

dari

pada

sst/sso‘,

‗pilihan‘, dan ‗terbaik‘. Dalam bentuk frase,

baik

‫ خير‬sering berarti ‗paling baik‘ atau ‗sebaik-

sesuai dengan masalah penelitian

baiknya‘ seperti ‫‗ خير امة‬sebaik-baiknya

maupun implikasi dari temuan.

bangsa/umat atau umat yang paling baik‘.

temuan-temuan

menarik,

Akar kata /ᵓ/, /z/, dan /m/ atau ع‬,
C. Hasil Analisis

dan

Seperti disebutkan dalam masalah

berarti

م‬

‗mendesak‘,

‗bermaksud‘,

penelitian, pembahasan ini meliputi arti

‗penyelesaian‘,

nama

dipercaya‘.

secara

bahasa,

makna

nama

‗memutuskan‘,

‫عزام‬

dan

‗keputusan‘,

‗setia

berarti

dan

bisa

‗tekad‘

atau

ditinjau dari aspek alur, makna nama

‗keteguhan hati‘. Jadi, frase ini berarti

ditinjau

‗sebaik-baiknya tekad‘. Yang dimaksud

dari

aspek

karakterisasi

dan

makna nama ditinjau dari aspek setting.

‗hamba Allah (dengan) sebaik-baiknya

Nama-Nama Tokoh dan Artinya
1)

tekad/kebulatan hati. Dalam lingkup tekad

Abdullah Khairul Azzam (AKA)
Tokoh-tokoh yang memiliki nama

unik dalam penelitian ini antara lain:
Abdullah Khairul Azzam (‫)عبد هللا خير العزام‬,
Ayatul

Husna

(‫الحسنى‬

‫)آية‬,

dan

dengan ‫ عبد هللا خير العزام‬bisa diartikan

Anna

Althafunnisa (‫)انا الطاف النساء‬. Jika ditinjau
dari segi bahasa, akar /ᵓ/, /b/, /d/ atau
ع‬, ب‬, د‬berarti ‗budak‘, ‗pelayan‘,

terdapat kata cita-cita dan keteguhan hati.
2)

Anna Althafunnisa (AA)
Nama

berikutnya

adalah

Anna

Althafunnisa (‫)انا الطف النساء‬. Nama ini
membentuk satu klausa yang artinya
‗sesungguhnya kami perempuan paling
lemah-lembut/halus‘.

Klausa

tersebut

‗memperbudak‘. ‫ عبد‬merupakan bentuk

terdiri atas adverbia ‫‗ اَن‬sesunguhnya‘,

mashdar yang merupakan salah satu

pronomina berupa klitika ‫ َنا‬yang berarti

bentuk nomina dalam konjugasi bahasa

‗kami‘, bentuk superlatif

Arab. Kata ini berarti ‗menyembah‘ atau
‗penyembah‘

(worship[per]). ‫هللا‬

adalah

ُ‫‗ اَ ْل َطف‬paling

halus/lemah-lembut‘ yang berasal dari
akar فطل‬dan ‫‗ اَل ِّنسآء‬perempuan‘.

6

3)

Ayatul Husna (AH)
Ayatul Husna (‫ )آية الحسنى‬adalah

tokoh berikutnya. Kata ‫ آية‬dalam bahasa
Arab berarti ‗tanda‘ atau sign. Kata ‫حسنى‬
berarti ‗lebih baik‘. Frase ‫ آية الحسنى‬bisa
diterjemahkan ‗tanda-tanda lebih baik‘.

suka memuji orang yang diajak
bicara (KCB 1/255-6).
Dalam kutipan (1) tersebut arti nama
dinyatakan

secara

eksplisit

dengan

pernyataan Wail, ―Masya Allah. Namamu
bagus

sekali

kau

pasti

orang

yang

memiliki kemauan keras dan karakter

Pemaknaan tingkat pertama ini bisa

yang kuat.‖ ―Memiliki kemauan keras dan

disempurnakan dengan melihat unsur

karakter yang kuat‖ merupakan kata lain

struktur yang lain, yaitu penokohan dan
alur sebagai salah satu komponen sistem
yang membangun karya sastra.

dari

ditunjukkan

Abdullah Khairul Azzam

Azzam

bukan

Abdullah
sekadar

Penamaan

yang

menyatakan

makna

Khairul

―asal

secara

pilih‖.
eksplisit

dari

itu

dengan

tekad

juga

cita-cita

dan

(2)Kalaulah ia harus jujur, maka
impiannya yang paling tulus adalah
segera pulang ke Tanah Air bertemu
dengan ibu dan adik-adiknya. Tak
ada impian yang lebih kuat dalam
jiwanya melebihi itu. Namun akal
sehatnya selalu menahan agar
impiannya itu tidak sampai meledak
dan melemahkannya. (KCB 1/68)
Kutipan tersebut berbicara tentang

Unsur Penokohan

Penamaan

Selain

ketabahan tokoh.

Pemaknaan Nama Diri Ditinjau dari

1)

tekad.

nama

diri

AKA

yang

sudah

tahun

menahan

―TEKAD MERAJUT DOA‖ (KCB 1/65).

menunda kelulusan demi menjaga visa

Kata tekad dalam bab tersebut sama

pelajar yang membuatnya hidup dengan

dengan kata terakhir Azzam. ―Merajut

biaya lebih murah. Dengan begitu ia bisa

doa‖ berarti menyusun doa menjadi cita

bekerja menghidupi keluarga di Indonesia

(kain). Secara implisit judul tersebut bisa

yang menjadi tanggung jawabnya. Kutipan

ditafsirkan

ini selain mengandung keteguhan hati,

ketuhanan

(doa)

berlandaskan

menggapai

tidak

10

ditunjukkan pada kutipan sub bab 2

dengan

untuk

hampir

pulang

dan

cita-cita

juga menunjukkan perjuangan mencapai

(merajut) dengan penuh kekuatan hati

cita-cita. Dalam perjuangan tersebut AKA

(tekad).

tidak berhenti kuliah dan lulus setelah

Penggambaran
ditemukan

dalam

lebih

kutipan

eksplisit

adiknya sudah bisa mandiri.

percakapan

Azzam dengan Wail berikut.
(1)―Masya Allah. Namamu bagus
sekali kau pasti orang yang memiliki
kemauan keras dan karakter yang
kuat.‖ Ujar pemuda Mesir bernama
Wail. Orang Mesir memang paling

2)

Anna Althafunnisa
Karakter

AA

digambarkan melalui

secara

eksplisit

percakapan AKA

dengan ibunya tentang sikap dan perilaku
AA.

7

Azzam menyantap dengan lahap.
Ia harus mengakui masakan Anna
lezat. Ia jadi iri pada Furqan, ia
merasa Furqan benar-benar pria
paling beruntung di dunia. Anna tidak
hanya cerdas dan berprestasi secara
akademik. Gadis itu ternyata juga
jago masak (KCB 2/174-5).

(3)Bu Nafis sama Azzam langsung
masuk. Begitu duduk Bu Nafis
langsung berkata pada Azzam, ―Kok
ada ya perempuan yang jelita dan
halusnya kayak Anna. Andai saja...‖
―Menantu ibu, Si Vivi, insya Allah
juga halus, bahkan nanti akan Azzam
buat lebih halus dari Anna.‖ Azzam
memotong perkataan ibunya (KCB
2/344).
Kesesuaian

nama

dengan

gambaran karakterisasi dalam kutipan
tersebut ditunjukkan dengan kutipan, ―Kok
ada

ya

perempuan

yang

jelita

dan

halusnya kayak Anna. Andai saja...‖.
‗Selembut-lembutnya‘ ditunjukkan dengan
ungkapan
sebagai

keheranan,
ungkapan

―kok

ada

keheranan

ya‖
yang

menunjukkan kualitas yang ekstrem yang
langka menurut pengalaman seorang ibu
tua

yang

banyak

menemui

banyak

perempuan dalam hidupnya. Kata lemah
lembut diwakili dengan kata ―halus‖ yang
diucapkan secara langsung dalam dialog.
Sifat perempuan ―ideal‖ secara
implisit digambarkan sebagai ibu rumah
tangga yang salah satunya dinilai dari
kemampuannya memasak. Dengan kata
lain kehalusan atau sifat lemah lembut
ditunjukkan

dengan

kemampuan

mengurus rumah, salah satunya adalah
memasak.
(4)―Apa ini Nduk, cuma telur dadar
begini?‖ ucap Kiyai Lutfi. Anna hanya
tersenyum dan kembali masuk. Ia
tidak menjawab pertanyaan Abahnya.
―Setahu saya ini namanya nasi
goreng Pattaya. Nasi goreng khas
muslim daerah Pattani di Thailand.‖
Justru Azzam yang menerangkan...
...

Dalam kutipan yang cukup panjang
tersebut, seorang tua seperti Kiyai Lutfi
meragukan dengan bertanya, ―Apa ini
Nduk,

cuma

telur

dadar

begini?‖.

Pengajuan pertanyaan ini berimplikasi
bahwa seorang laki-laki berpengalaman
sekalipun tidak tahu urusan ―perempuan‖.
Urusan ini lebih dipahami oleh Azzam
karena telah melewati sekat

budaya

memasak yang masih dipandang bagian
dari

perempuan

sebagai

perempuan

yang

kelembutan.

Bahkan

pekerjaan

mengandung
secara

tidak

langsung Azzam menggambarkan bahwa
perempuan

yang

baik

sebagai

pendamping suami adalah perempuan
yang bisa memasak seperti digambarkan,
―Anna tidak hanya cerdas dan berprestasi
secara akademik. Gadis itu ternyata juga
jago

masak.‖

Pengakuan

tersebut

dikuatkan dengan, ―Ia jadi iri pada Furqan,
ia merasa Furqan benar-benar pria paling
beruntung di dunia.‖
Namun

di

sisi

lain

AA

juga

digambarkan sebagai berpendirian tegas
dan keras. Dalam beberapa bagian tidak
mencerminkan kelembutan.
(5)
―Sangat
sulit
bagiku
memaafkanmu Fur!‖ Anna tidak lagi
memanggil dengan panggilan Mas,
tapi langsung memanggil nama
Furqan! Itu sebagai tanda dalam hati

8

Anna
sudah
tidak
ada
lagi
penghormatan pada Furqan (KCB
2/311).
Dalam

kutipan

memanggil

atas,

suaminya,

mengecewakannya,
nama.

di

Panggilan

AA
yang

dengan
ini

Besok pagi dilanjutkan lagi. Nanti
sakit lagi.‖ Ucap perempuan muda
berjilbab coklat sambil menghentikan
aktivitas membacanya. Perempuan
berjilbab coklat itu lalu bangkit dari
tempat duduknya dan beranjak
menuju ibunya. Ia lalu memijit pundak
ibunya yang masih sesekali batuk
dengan kasih sayang (KCB 2/36).

menyebut

menunjukkan

hilangnya rasa hormat dari seorang istri
terhadap suaminya. Kalimat, ―Sangat sulit

Pemaknaan Nama Diri Ditinjau dari

bagiku memaafkanmu Fur!‖ menunjukkan

Unsur Alur

ketegasan.

Kutipan

menunjukkan

kalimat

kontradiksi

ini

juga

antara

sifat

lembut atau halus seperti pada nama diri
dan

pada

Kontradiksi

penggambaran
ini

menjadi

watak.
indikator

pengetahuan yang kuat tentang agama
dan hukum. Dengan kata lain seperti pada

Nama diri dalam novel juga bisa
diidentifikasi dengan alur. Sifat teguh,
misalnya,

jika ditinjau dari segi alur.
1)

Abdullah Khairul Azzam

digambarkan

Secara eksplisit, tokoh AH dalam
tersebut

digambarkan

melalui

pernyataan narator secara langsung, tidak
langsung melalui pernyataan tokoh lain
(6)Anak keduanya, Ayatul Husna,
sangat halus tutur bahasanya. Dan
sangat mencintainya. Husna seolah
tidak pernah rela ada nyamuk
sekalipun menyentuh kulit ibunya ...
(KCB 2/38)
Karakterisasi menunjukkan bahwa
terdapat tanda-tanda sifat baik. Sifat
adalah

bahasanya‖
Karakter

dan

tersebut

―sangat

halus

tutur

―mencintai(ibu)nya.‖
dikuatkan

(happy

hidup

dengan

ending).

peribahasa

tokoh
akhir

Seperti

AKA

bahagia
mengutip

―Berakit-rakit

ke

hulu,

berenang-renang ketepian/ Bersakit-sakit
dahulu,

kemudian‖,

bersenang-senang

pengarang menggambarkan perjuangan

dan melalui sikap tokoh tersebut.

tersebut

dengan

akhir. Berikut identifikasi nama diri tokoh

Perjalanan

Ayatul Husna

novel

ditunjukkan

pendirian tokoh dari awal cerita sampai

kutipan (4)
3)

bisa

kutipan

berikut.
(7)―Bue jangan memaksakan diri
tho. Kalau sudah capek ya istirahat.

10 tahun di Mesir. Penggambaran 10
tahun ini dimasukkan dalam jilid 1 buku
novel Ketika Cinta Bertasbih. Dalam
menggambarkan 10 tahun ini cita-cita dan
harapan

dipendam

pernah

habis

lama

tetapi

terbukti

tidak

setelah

meninggalkan kuliah untuk menghidupi
keluarga di Indonesia, akhirnya AKA
menyelesaikan kuliahnya.
Pada

buku

kedua

KCB,

perjuangan mulai menampakkan hasil
mulai dari titik nol menjadi pengirim

9

barang sampai menjadi pengusaha bakso

dalam novel. AH muncul pada jilid kedua

dan foto kopi. Dalam buku kedua ini pula

KCB.

AKA mulai mendapat jodoh kalangan
terpilih.

Martabatnya

mulai

naik

bersamaan dengan penilaian orang-orang
sekitar. Puncaknya adalah keberhasilan
dari cita-citanya mendarma- baktikan ilmu
yang diperoleh dengan menjadi menantu
Kiai Lutfi yang sesuai dengan disiplin yang
dipilihnya yaitu keilmuan agama.
Dalam alur yang relatif panjang
tersebut sebagian besar menunjukkan
perjuangan

yang

secara

langsung

menunjukkan tekad. Dan hasil yang dicitacitakan

merupakan kebaikan menurut

agama, yaitu pengabdian pada Tuhan.
Jadi, dalam alur ini nama Abdullah Kairul
Azzam termanifestasi dengan lengkap
pada akhir cerita.

(8)... Ia ingat anak keduanya itu
sewaktu kecil paling sering bikin ulah.
Paling sering berkelahi dengan anak
tetangga. Paling sering merebut
mainan temannya. Dan saat kelas
tiga SMP justru ikutan karate sebagai
kegiatan ekstra kurikuler. Ia ingat
bagaimana dulu Husna pernah
memukul kakaknya dengan gagang
sapu
sekeras-kerasnya.
Garagaranya Husna disiram kakaknya
karena sampai pukul enam pagi
belum juga bangun pagi. (KCB 2/38)
... Namun kenakalan itu perlahan
hilang sejak Husna masuk SMA dan
Azzam terbang ke Mesir. Husna
berubah seratus delapan puluh
derajat sejak ayahnya meninggal
dunia. (KCB 2/38-9)
Penyebab berhentinya kenakalan
Husna adalah kematian ayahnya yang,
secara tidak langsung, disebabkan oleh
Husna yang kabur dari rumah karena
permintaan sepeda motor baru tidak

2)

Anna Althafunnisa
Berbeda dengan AKA, AA tidak

dikabulkan oleh orang tuanya. Kecelakaan
terjadi

saat

ayah

Husna

hendak

atau sulit untuk digambarkan ditinjau dari

menjemput husna untuk membeli sepeda

alur. Kata lembut tidak menunjukan sifat

motor dengan uang pinjaman dari bank.

yang aktif, sebaliknya cenderung pasif.
Bahkan, kelembutan AA hanya diucapkan
oleh Bu Nafis dalam kutipan (3) di muka.
Gejala seperti ini muncul dalam beberapa
novel Habiburrahman El-Shirazy seperti
dalam Ayat-Ayat Cinta, Dalam Mihrab
Cinta, Api Tauhid, dan beberapa novel
lain. Dengan kata lain yang menjadi pusat
penyampaian ide adalah tokoh laki-laki.
3)

Ayatul Husna
Penggambaran tokoh AH dalam

alur tidak mengambil banyak bagian

(9)Saat diberi tahu ayahnya
meninggal mulanya ia tidak percaya.
Dan setelah melihat sendiri jenazah
ayahnya ia menjerit dan menangis
sejadi-jadinya. Ia merasa menjadi
anak paling durhaka di dunia. Ia
merasa ialah sebenarnya yang
menabrak
ayahnya
hingga
terpelanting lima belas meter dan
tewas seketika. Ia sangat menyesal.
Tapi penyesalannya tidak akan
pernah
mengembalikan
nyawa
ayahnya. Satu hal yang paling
membuatnya semakin menyesal
adalah ketika ia tahu bahwa sang
ayah siangnya baru pinjam uang di
bank untuk membayar uang muka
membeli
sepeda
motor
baru.

10

Ayahnya ingin menjemputnya dan
keesokan harinya akan diajak ke
dealer agar ia sendiri yang memilh
kendaraan
yang
ia
inginkan.
Selanjutnya ayah akan membayar
setiap bulan dengan cara kredit. Ia
sangat
menyesal.
Betapa
sebenarnya
ayahnya
sangat
mencintai dan menyayanginya. Dan
ia merasakan itu ketika ayahnya
sudah meninggal dunia. Sejak itu ia
berubah.(KCB 2)
'Tanda-tanda

kebaikan/menjadi

lebih baik' begitulah arti Ayatul Husna.
Dalam novel tersebut Husna digambarkan
sebagai anak yang tidak baik pada
mulanya. Namun, tanda-tanda kebaikan
muncul dalam, ―Namun kenakalan itu
perlahan hilang sejak Husna masuk SMA
dan Azzam terbang ke Mesir‖ pada
kutipan (9). Kebaikan itu tergambar pada
kutipan (6).
(6) Anak keduanya, Ayatul Husna,
sangat halus tutur bahasanya. Dan
sangat mencintainya. Husna seolah
tidak pernah rela ada nyamuk
sekalipun menyentuh kulit ibunya ...
(KCB 2/38)
Dalam penggambaran alur, Husna
digambarkan dengan proses alur yang
ringkas

pada

Perubahan

kutipan

itu

(8)

menjadi

di

atas.

tanda-tanda

transformasi Husna menjadi lebih baik.
Dengan kata lain, pembentukan karakter
husna melalui alur tergambar lengkap
menandakan

proses

menjadi

baik.

Kutipan (9) menunjukkan penyebab atau
titik balik perubahan.
D. Pembahasan (Sintesis)
Dari

analisis di muka terbukti

bahwa nama diri dalam sebuah karya fiksi

tidak hanya berarti indeksikal tetapi juga
merupakan simbol dan ikon dari ide
pengarang. Disebut simbol karena nama
tersebut

memiliki

hubungan

dengan

dibuktikan

dengan

arti

dan

arti

memiliki

nama

kesesuaian

yang
antara

nama dan kualitas diri ―tertunjuk‖, yaitu
orang atau tokoh yang memiliki nama
tersebut. Kesesuaian tersebut ditunjukkan
dengan

kesesuaian

denotasi

nama

dengan kualitas tokoh yang ditinjau dari
sudut

pandang

karakterisasi

dan

pemplotan.
Dalam hal ini, nama diri dalam fiksi
berbeda dengan nama diri dalam realitas
faktual. Dalam fiksi nama dan kehidupan
diciptakan
sebagai

sekaligus
―tuhan‖.

oleh

Nama

pengarang
dalam

fiksi

merupakan proyeksi pengarang tentang
tokoh. Di sisi lain nama dalam realitas
bersifat ―harapan‖ orang tua diciptakan
orang tua atau orang pintar sedangkan
kehidupannya diciptakan Tuhan. Dengan
kata lain nama diri dalam realitas faktual
hanya bersifat indeksikal.
Disebut ikon karena nama diri
merepresentasikan kualitas yang menjadi
ikon atau figur dari ide pengarang tentang
sesuatu. AKA, misalnya, bisa menjadi ikon
pemuda muslim ideal yang dicita-citakan
pengarang dalam tulisannya. Hal ini juga
ditunjukkan

kemampuan

tokoh

Sitti

Nurbaya yang dihadirkan oleh Marah
Rusli menjadi ikon dari ketidakmampuan
perempuan

memilih

pasangan

hidup

11

karena aturan budaya yang dalam bahasa

Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:

mudahnya ―kawin paksa‖.

Rake Sarasin
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-

E. Simpulan

Munawwir: Kamus Arab-Indonesia

Berdasarkan analisis dan sintesis
di muka dapat ditarik beberapa simpulan
mengenai nama diri dalam karya sastra
Ketika

Cinta

Bertasbih

karya

Terlengkap.

Surabaya:

Pustaka

Progressif
Shirazy, Habiburrahman El. 2008. Ketika
Cinta

Bertasbih

1.

Jakarta:

Habiburrahman el-Shirazy.

Republika

1.

Nama diri dalam karya sastra memiliki

. 2008. Ketika Cinta Bertasbih 2.

signifikasi dengan unsur karya sastra,

Jakarta: Republika

ditunjukkan

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.

dengan kesesuaian antara makna

2008. Kamus Bahasa Indonesia.

denotatif-objektif

Jakarta: Pusat Bahasa

dalam

2.

penelitian

ini

semiotika

tingkat

satu pada makna kebahasaan dan

Tim Redaksi Tesaurus Bahasa Indonesia

makna konotatif-subjektif semiotika

Pusat Bahasa. 2008. Tesaurus

tingkat dua pada karya fiksi.

Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Selain

Jakarta:

memiliki

fungsi

indeksikal,

nama diri dalam karya sastra memiliki

Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional
Weber,

fungsi simbol dan ikon.

Pusat

Eric

Thomas.

Names

and

2008.

―Proper

Persons:

Peirce‘s

Semiotic Consideration of Proper
Names‖ dalam Transaction, vol.

Daftar Pustaka
Badawi,

Elsaid

M.

dan

Haleem,

Muhammad Abdel. 2008. ArabicEnglish

Dictionary

of

Qur‟anic

Usage. Leiden dan Boston: Brill
Langer, Susanne K. ―Discursive and
Presentational Form‖ dalam Ennis,
Robert E. 1985. Semiotics: An
Introductory Anthology Advances
in

Semiotics.

Indiana:

Indiana

University Press.
Muhadjir,

Noeng.

Keilmuan:

2007.
Paradigma

Metodologi
Kualitatif,

44, no. 2.
Winfried

Nöth.

Semiotics.

2005.

Handbook

Indiana:

University Press.

of

Indiana