DOSIS KONSENTRASI TAWAS (Al2(SO4)3) TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTI

1
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016

DOSIS KONSENTRASI TAWAS (Al2(SO4)3)
TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTI

Sulastri1, Widya Hary Cahyati 2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran
e-mail: fik@unnes.ac.id

ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute disease caused by dengue virus which carried by Aedes
aegypti mosquito. This disease still be the health problem in Indonesia because of potential outbreaks.
Prevention suggested to the community is a mosquito nest eradication program (PSN) by means of physical,
chemical, and biological. Chemical control still be the popular control in community. Alum (Al 2(SO4)3) can
be used as chemical larvicides, because it can serve as a contact poison, stomach poison, inhibit the
production of energy, and lead to biochemical changes in larvae body.The purpose of this study was to know
the effect of larvicidal alum (Al2(SO4)3) against Aedes aegypti larvae. This type of study is true
experimental with post test only control group design. Data were analyzed using Kruskal wallis test and
Probit analysis. The result showed that there was correlation between alum with larvae mortality
(p=0.001). LC50of alum concentration is 8,068 mg and the LC90 is 12,086 mg. Based inacute toxicity

test, it effect to Aedes aegypti larvae
Keywords : Alum (Al2(SO4)3), chemical larvicides, Aedes aegypti larvae

ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh
virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia karena berpotensi menimbulkan KLB.Pencegahan yang disarankan
kepada masyarakat adalah program pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara
fisik, kimia, maupun biologi.Pengendalian secara kimia merupakan pengendalian yang
masih populer di masyarakat. Tawas (Al2(SO4)3) dapat digunakan sebagai larvasida kimia,
karena dapat berfungsi sebagai racun kontak, racun perut, menghambat produksi energi,
dan mengakibatkan perubahan biokimia dalam tubuh larva. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh larvasida tawas terhadap larva nyamuk Aedes
aegypti.Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan rancangan penelitian post test only
control group design. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal wallis dan analisis probit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian tawas terhadap jumlah
kematian larva (p=0,001). Nilai LC50 konsentrasi tawas adalah 8,068 mg, sedangkan nilai
LC90 adalah 12,086 mg. Berdasarkan toksisitas akut menunjukkan bahwa larutan tawas
memiliki efek larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
Kata Kunci : Tawas (Al2(SO4)3), larvasida kimia, larva Aedes aegypti


2
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016

PENDAHULUAN

jumlah kematian sebanyak 27 kasus,
Dengue)

namun CFRnya mengalami peningkatan

merupakan penyakit demam akut yang

menjadi 1,66% (Dinkes Kota Semarang,

disebabkan oleh virus dengue, yang masuk

2015).

DBD


(Demam

Berdarah

ke peredaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya

Indeks ABJ (Angka Bebas Jentik) Kota

Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Cara

Semarang pada tahun 2014 adalah sebesar

pencegahan

84,3%.

disarankan


kepada

Padahal

target

indeks

ABJ

program

nasional adalah sebesar ≥95%. Hal ini

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

menunjukkan bahwa indeks ABJ Kota

dengan cara fisik, kimia, maupun biologi


Semarang masih belum memenuhi target

(Sukana, 1993)

yang telah ditentukan (Dinkes Semarang,

masyarakat

adalah

2015). Menurut Brahim dan Hasnawati
Berdasarkan
pelaporan

hasil
Balai

Pengembangan

pencatatan


dan

(2010) dalam Sari dk (2012), rendahnya

Penelitian

dan

ABJ mendukung tingginya peningkatan

Kesehatan,

angka

jumlah kasus DBD.

Incidence Rate ( IR) DBD di Indonesia
mengalami penurunan menjadi 39,51 per


Penggunaan insektisida kimiawi apabila

100.000 penduduk dengan CFR (Case

digunakan secara tepat sasaran, tepat

Fatality Rate) sebesar 0,91% dan jumlah

dosis, tepat waktu, dan cakupan akan

pasien

mampu

sebanyak

99.499

orang


mengendalikan

vektor

dan

itu,

mengurangi dampak negatif terhadap

jumlah kasus DBD Provinsi Jawa Tengah

lingkungan dan organisme yang bukan

tahun 2014 sampai bulan September

sasaran

adalah 7.928 kasus dan angka kematian


insektisida butiran yang dibagikan oleh

sebesar 128 orang dengan Incidence Rate

pemerintah seperti bubuk abate, ternyata

(IR) sebesar 23,82 per 100.000 penduduk

tawas (Al2(SO4)3) juga dapat digunakan

dan CFR sebesar 1,61%. Salah satu kota

sebagai insektisida terhadap larva nyamuk

di Jawa Tengah yang masih menjadi

Aedes aegypti.Penelitian laboratorium yang

wilayah endemis DBD adalah Kota


dilakukan oleh Preet dan Seema (2010)

Semarang. Pada tahun 2014, jumlah kasus

menunjukkan

DBD di Kota Semarang mengalami

digunakan sebagai larvasida terhadap

penurunan menjadi 1.628 kasus dengan

larva nyamuk Anopheles stephansi. Efek

(Balitbangkes,

2015).

Sementara


(Nugroho,

bahwa

2011).

tawas

Selain

dapat

3
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016

larvasida dari tawas sebanding dengan

berisi telur larva. Kemudian dimasukkan

berbagai insektisida biologi dan kimia

ke dalam nampan yang berisi air. Di atas

serta efektif untuk semua instar larva

nampan terdapat lampu supaya suhu air

(Preet

Tawas

tetap stabil. Pada saat fase pertumbuhan,

(Al2(SO4)3) merupakan senyawa yang

larva diberi makan dog food setiap dua hari

ecofriendly, cukup murah, dan tersedia

sekali.

dalam jumlah yang banyak serta dapat

perkembangbiakkan, larva siap digunakan

berfungsi sebagai racun kontak, racun

untuk uji larvasida.Pengujian larvasida

perut,

dilakukan

dan

Seema,

menghambat

2010).

proses

produksi

energi dan mengakibatkan perubahan

Setelah

di

lima

Laboratorium

hari

Biologi

FMIPA Universitas Negeri Semarang.

biokimia dalam tubuh larva.
Tahap pengujian dengan menyiapkan
METODE
Jenis

24 cup test, aquades, serta dosis tawas

penelitian

eksperimental

ini

adalah

dengan

eksperimen

murni

Pelaksanaan

penelitian

desain

(true

analitik
studi

experiment).

menggunakan

rancangan post test only control group design.

standar yaitu 200 ppm (200 mg/1000 ml).
Kemudian diberi tanda pada masingmasing dosis dan pengulangan, untuk
selanjutnya dilakukan pengenceran.
Larva

diambil

mikropipet
Populasi penelitian adalah larva Aedes
aegypti. Besar sampel penelitian adalah 25
ekor larva Aedes aegypti instar III untuk
setiap kelompok dengan pengulangan
sebanyak 4 kali. Jadi jumlah seluruh
sampel dalam penelitian ini adalah 600
ekor larva, karena terdapat 6 kelompok
perlakuan. Pengambilan sampel dilakukan
secara acak sederhana (simple random
sampling) karena anggota populasi bersifat
homogen atau diasumsikan homogen.
Proses penetasan telur dilakukan
dengan menyiapkan kertas saring yang

dengan menggunakan
sebanyak

25

ekor.

Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kali
yang diperoleh dengan menggunakan
rumus: (t) (r) - 1 ≥ 15 didapatkan hasil r
≥ 4. Dosis/konsentrasi tawas yang
digunakan yaitu 7 mg/100 ml, 9 mg/100
ml, dan 11 mg/100 ml. Kontrol negatif
yaitu 100 ml aquades dan temephos 10
mg/100 ml sebagai kontrol positif I serta
larutan asam sulfat pH 4 sebagai kontrol
positif II.
Larva

nyamuk

yang

telah

dihitung

dimasukkan ke dalam cup testukuran 240

4
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016

ml yang telah berisi air dan insektisida

HASIL

kemudian didiamkan selama 24 jam baru

Berikut adalah hasil pengamatan kematian

dapat dihitung hasilnya. Analisis data

larva nyamuk Aedes aegypti pada pengujian

dilakukan dengan menggunakan program

larvasida tawas selama 24 jam.

komputer, yaitu uji probit, uji normalitas
data, uji homogenitas varians, dan uji one
way anova.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kematian Larva

Perlakuan
(mg/100 ml)
7
9
11
Aquades

temephos

Jumlah
larva
(ekor)

Jumlah kematian pada
replikasi ke
1
4
16
23
0
25
3

25
25
25
25
25
25

Larutan
H2SO4pH 4
Sumber : Data hasil penelitian, 2016

2
9
19
20
0
25
3

3
7
15
22
0
25
2

Jumlah

Rata-Rata

32
65
83
0
100
11

8
16,25
20,75
0
25
2,75

4
12
15
18
0
25
3

Pada pengujian larvasida larutan tawas

PEMBAHASAN

didapatkan hasil rata-rata kematian larva

Pengukuran media uji dilakukan dengan

selama

menggunakan

pengamatan

24

jam

pada

thermometer.

konsentrasi terkecil yaitu 7 mg/100 ml

Christophers

adalah 8 ekor (32%), 9 mg/100 ml adalah

berperan penting dalam pertumbuhan

16,25 ekor (65%), 11 mg/100 ml adalah

larva Aedes aegypti, terutama pada proses

20,75

kelompok

pupasi dan eklosi. Pada suhu yang tinggi

kontrol yaitu aquades 100 ml adalah 0

eklosi berjalan dengan cepat. Dalam

ekor (0%), 10 mg/100 ml temephos

keadaan

adalah 25 ekor (100%), dan larutan asam

berkembang. Hal ini terjadi karena pupa

sulfat dengan pH 4 adalah 2,75 ekor

kedap air atau bentuk dewasa bersifat

(11%).

pharate (memiliki lapisan lilin).

ekor

(83%).

Pada

(1960),

Menurut

kering,

pupa

suhu

masih

sangat

dapat

5
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016

Berdasarkan pengukuran suhu yang telah

signifikansi pada konsentrasi 9 mg adalah

dilakukan, didapatkan suhu stabil pada

p=0,086 dan pada konsentrasi 11 mg

media uji yaitu suhu awal dan suhu akhir

adalah p=0,798, berarti data terdistribusi

pada semua kelompok uji adalah sebesar

normal. Nilai signifikansi pada larutan

0

28 C.Hal

ini

tidak

mempengaruhi

asam sulfat pH 4 adalah p= 0,001, berarti

kematian larva karena termasuk dalam

data tidak terdistribusi normal. Nilai

0

kriteria pertumbuhan larva yaitu 20-30 C

signifikansi pada temephos dan air tidak

(Arifin dkk, 2013; Costa et al, 2010;

menunjukkan hasil karena data tidak

Padmanabha et al, 2011).

penuh dan memiliki nilai yang sama pada
masing-masing kelompok (onmitted) yaitu

Umur larva nyamuk merupakan salah

nilai 0 pada kelompok kontrol air dan

satu faktor yang mempengaruhi daya

amilum,

tahan

menujukkan

nyamuk

terhadap

pajanan

sedangkan
nilai

pada

25.

temephos

Karena

nilai

insektisida. Larva nyamuk Aedes aegypti

signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak

instar

memenuhi syarat uji one way anova

III

dipilih

karena

memiliki

morfologi yang sempurna dan merupakan

sehingga

fase makan pada stadium ini (Nopianti

pengujian dengan kruskal wallis. Hasil uji

dkk,

kruskal wallis adalah p=0,001, berarti

2008).

Proses

penetasan

telur

harus

dilakukan

alternatif

dilakukan pada waktu yang sama dan

terdapat

dipilih larva dengan ukuran 3,8-5mm.

kematian larva nyamuk Aedes aegypti

perbedaan

jumlah

rata-rata

karena nilai p8 mg/l, tidak ditemukan adanya

2013).

larva Aedes aegypti (Amarasinghe et al,
2014).

Hal

ini

dikarenakan

adanya

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan

hubungan antara kandungan oksigen

DO (Dissolved Oxygen) pada semua

terlarut dengan pembentukan enzim

8
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016

sitokrom oksidase dalam tubuh larva yang

25,39-44,17%,

berfungsi pada saat proses metabolisme

perubahan

(Salim, 2005). Pembentukan dari enzim

dimungkinkan

ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya

penyebab

tingkat

terhadap terjadinya kematian larva (Preet

oksigen

terlarut

dalam

air,

sehingga apabila pembentukan enzim

sehingga
kimia

yang

perubahan-

tersebut

menjadi

juga

salah

satu

bertanggung

jawab

dan Sneha, 2010).

sitokrom oksidase di tubuh larva terhambat
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
larva, karena dapat menghambat produksi

KESIMPULAN

energi dalam proses metabolisme pada

Kesimpulan dari penelitian ini adalah

tubuh larva (Ridha dkk, 2013).

terdapat

hubungan

antara

perlakuan

pemberian dosis tawas terhadap kematian
Selain itu juga, menurut penelitian yang

larva nyamuk Aedes aegypti dengan nilai

dilakukan

(2010)

sigifikansi p=0,001. Nilai LC50 larutan

menyatakan bahwa kematian larva juga

tawas adalah 8,068 mg dan LC90 adalah

diakibatkan

12,086 mg.

Preet
oleh

dan

Sneha

adanya

perubahan

biokimia pada larva instar 4. Perubahan
biokimia

ini

terjadi

pada

berbagai

SARAN

cadangan nutrisi dan metabolit primer

Saran yang diberikan peneliti adalah

seperti gula, glikogen, dan protein.

untuk

Konsentrasi gula dan glikogen yang

masyarakat pada tempat-tempat yang

diukur sebesar 24,6 dan 10,67 ug per lima

digunakan

larva, namun konsentrasinya menurun

perkembangbiakan larva nyamuk Aedes

masing-masing sebesar 32,11-93,98% dan

aegypti yang berada di lingkungan sekitar

39,26-94,47%

tempat tinggal yang bukan merupakan

setelah

dilakukan

penambahan tawas/potash alum. Dalam

mengaplikasikan

tawas

sebagai

di

tempat

sumber air untuk dikonsumsi.

kelompok kontrol, kadar protein dan lipid
adalah sebesar 210,74 dan 94,71 ug per
lima larva, namun konsentrasi menurun
sebesar 26,53% dan 25,5% setelah
dilakukan penambahan tawas/potash alum.
Selain itu, perubahan drastis juga terjadi
pada konten DNA yang turun hingga

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Kepala Laboratorium Biologi
FMIPA Unnes, Teknisi Laboratorium
Biologi FMIPA Unnes, Kepala B2P2VRP

9
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016

Salatiga, serta Kepala Balai Litbang P2B2

Journal of Current Research And

Banjarnegara.

Academic Review, 22 (11): 1-9

DAFTAR PUSTAKA

Balitbangkes,Data DBD Indonesia 5 Tahun
Terakhir.Fri 2 Juni 2015. diakses

Agustina, Elita. 2013. Pengaruh Media
Air Terpolusi Tanah terhadap

pada

Perkembangbiakan

2015.(http://www.litbang.kemkes

Nyamuk

Costa,

Amarasinghe, Lalithanjalie D dan Dilani

30

Maret

.go.id/2015/06/

Aedes aegypti. Jurnal Biotik, 1 (2):
67-136

tanggal

E.A.P.A.,

Eloína

Mendonça

Maria

Santos,

de

Juliana

2014.Vector

Cavalcanti Correia, dan Cleide

Mosquito Diversity and Habitat

Maria Ribeiro de Albuquerque.

Variation in A Semi Urbanized

2010. Impact of SmallVariations

Area

in Suhue and Humidity on the

R.

Dalpadado.

of

Kelaniya

Lanka.International

in

Sri

Journal

of

Reproductive

Activity

andSurvival

Entomological Research, 2 (1): 15-21

(Diptera,
Arifin, Asrianti, Erniwati Ibrahim, dan

of

Aedes

Culicidae).

aegypti

Rev.

Bras.

Entomol, 54 (3): 488-493

Ruslan La Ane. 2013. Hubungan
Faktor Lingkungan Fisik dengan
Keberadaan Larva Aedes aegypti di
Wilayah
Kelurahan

Endemis

DBD

Kassi-Kassi

di
Kota

Makasssar 2013. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat, 7 (25): 1-8

.Luhurningtyas,

Fania

Putri.

2013.Aktivitas Larvasida Fraksi
Nonpolar Ekstrak Etanol Daun
Inggu

(Ruta

angustifo`lia

L.)

terhadap Larva Nyamuk Anopheles
aconitusdan

Anopheles

maculatus

Beserta Profil Kromatografinya.
Arsunan, A.A dan Erniwati Ibrahim.

Naskah

2014. Analysis Relationship and

Universitas

Mapping of the Environmental

Surakarta

Publikasi.

Surakarta:

Muhammadiyah

Factors with the Existence of

Nopianti, S., Dwi Astuti, dan Sri

Mosquito Larva Aedes aegyptiin the

Darnoto. 2008. Efektivitas Buah

Endemic Area of Dengue Fever,

Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi

Makassar,

L.)

Indonesia.International

untuk

Membunuh

Larva

10
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016

Nyamuk Anopheles aconitus Instar
III. Jurnal Kesehatan, 1(2): 103-114

Rahimah, Souvia, 2009, Bahan Tambahan
Kimia, Tue 3 Nov 2009, diakses
pada tanggal 19 Maret 2016,

Nugroho,

Arif

Larva

Dwi.
Aedes

2011.Kematian
Aegypti

Setelah

Pemberian Abate Dibandingkan
dengan

Pemberian

(http://blogs.unpad.ac.id/souvia
/files/2009/12/bahan-tambahankimia1.pdf)

Serbuk

Serai.Jurnal Kesehatan Masyarakat,7

Ridha, M.R., Nita Rahayu, Nur Afrida
Rosvita

(1): 91-96.

dan

Dian

Eka

Setyaningtyas. 2013. Hubungan
Padmanabha, H., CC Lord, dan LP
Lounibos. 2011. Suhue Induces
Trade-offs
Development

Between
and

Starvation

Resistance in Aedes aegypti (L.)

Kondisi

Lingkungan

dan

Kontainer dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti di
Daerah Endemis. Jurnal Buski,4
(3): 133–137

Larvae. Med Vet Entomol, 25(4):
445–453

Sukana, Bambang. 1993. Pemberantasan
Vector DBD di Indonesia. Artikel

Preet Shabad. dan K.C. Seema. 2010.

Media Litbangkes, 3 (1): 9-16

Mosquito Larvacidal Potential of
Potash Alum Against Malaria

Thomas M. Clark, Marcus A. L. Vieira,

Vector Anopheles stephensi(Liston).

Kara L. Huegel, Dawn Flury and

Jurnal Parasit Dis, 34(2): 75-78

Melissa Carper. 2007. Strategies
for Regulation of Hemolymph

Preet Shabad dan Sneha A. 2010.
Biochemical Evidence of Efficacy
of Potash Alum For the Control
of Dengue Vector Aedes
aegypti(Linnaeus). Jurnal Parasitologi,
108 (6):1533-1539

pH in Acidic and Alkaline Water
by the Larval Mosquito Aedes
aegypti(L.) (Diptera; Culicidae). The
Journal of Expearimental Biology, 2
(10): 4359-4367