DOSIS KONSENTRASI TAWAS (Al2(SO4)3) TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTI
1
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
DOSIS KONSENTRASI TAWAS (Al2(SO4)3)
TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTI
Sulastri1, Widya Hary Cahyati 2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran
e-mail: fik@unnes.ac.id
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute disease caused by dengue virus which carried by Aedes
aegypti mosquito. This disease still be the health problem in Indonesia because of potential outbreaks.
Prevention suggested to the community is a mosquito nest eradication program (PSN) by means of physical,
chemical, and biological. Chemical control still be the popular control in community. Alum (Al 2(SO4)3) can
be used as chemical larvicides, because it can serve as a contact poison, stomach poison, inhibit the
production of energy, and lead to biochemical changes in larvae body.The purpose of this study was to know
the effect of larvicidal alum (Al2(SO4)3) against Aedes aegypti larvae. This type of study is true
experimental with post test only control group design. Data were analyzed using Kruskal wallis test and
Probit analysis. The result showed that there was correlation between alum with larvae mortality
(p=0.001). LC50of alum concentration is 8,068 mg and the LC90 is 12,086 mg. Based inacute toxicity
test, it effect to Aedes aegypti larvae
Keywords : Alum (Al2(SO4)3), chemical larvicides, Aedes aegypti larvae
ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh
virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia karena berpotensi menimbulkan KLB.Pencegahan yang disarankan
kepada masyarakat adalah program pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara
fisik, kimia, maupun biologi.Pengendalian secara kimia merupakan pengendalian yang
masih populer di masyarakat. Tawas (Al2(SO4)3) dapat digunakan sebagai larvasida kimia,
karena dapat berfungsi sebagai racun kontak, racun perut, menghambat produksi energi,
dan mengakibatkan perubahan biokimia dalam tubuh larva. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh larvasida tawas terhadap larva nyamuk Aedes
aegypti.Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan rancangan penelitian post test only
control group design. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal wallis dan analisis probit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian tawas terhadap jumlah
kematian larva (p=0,001). Nilai LC50 konsentrasi tawas adalah 8,068 mg, sedangkan nilai
LC90 adalah 12,086 mg. Berdasarkan toksisitas akut menunjukkan bahwa larutan tawas
memiliki efek larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
Kata Kunci : Tawas (Al2(SO4)3), larvasida kimia, larva Aedes aegypti
2
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
PENDAHULUAN
jumlah kematian sebanyak 27 kasus,
Dengue)
namun CFRnya mengalami peningkatan
merupakan penyakit demam akut yang
menjadi 1,66% (Dinkes Kota Semarang,
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk
2015).
DBD
(Demam
Berdarah
ke peredaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya
Indeks ABJ (Angka Bebas Jentik) Kota
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Cara
Semarang pada tahun 2014 adalah sebesar
pencegahan
84,3%.
disarankan
kepada
Padahal
target
indeks
ABJ
program
nasional adalah sebesar ≥95%. Hal ini
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
menunjukkan bahwa indeks ABJ Kota
dengan cara fisik, kimia, maupun biologi
Semarang masih belum memenuhi target
(Sukana, 1993)
yang telah ditentukan (Dinkes Semarang,
masyarakat
adalah
2015). Menurut Brahim dan Hasnawati
Berdasarkan
pelaporan
hasil
Balai
Pengembangan
pencatatan
dan
(2010) dalam Sari dk (2012), rendahnya
Penelitian
dan
ABJ mendukung tingginya peningkatan
Kesehatan,
angka
jumlah kasus DBD.
Incidence Rate ( IR) DBD di Indonesia
mengalami penurunan menjadi 39,51 per
Penggunaan insektisida kimiawi apabila
100.000 penduduk dengan CFR (Case
digunakan secara tepat sasaran, tepat
Fatality Rate) sebesar 0,91% dan jumlah
dosis, tepat waktu, dan cakupan akan
pasien
mampu
sebanyak
99.499
orang
mengendalikan
vektor
dan
itu,
mengurangi dampak negatif terhadap
jumlah kasus DBD Provinsi Jawa Tengah
lingkungan dan organisme yang bukan
tahun 2014 sampai bulan September
sasaran
adalah 7.928 kasus dan angka kematian
insektisida butiran yang dibagikan oleh
sebesar 128 orang dengan Incidence Rate
pemerintah seperti bubuk abate, ternyata
(IR) sebesar 23,82 per 100.000 penduduk
tawas (Al2(SO4)3) juga dapat digunakan
dan CFR sebesar 1,61%. Salah satu kota
sebagai insektisida terhadap larva nyamuk
di Jawa Tengah yang masih menjadi
Aedes aegypti.Penelitian laboratorium yang
wilayah endemis DBD adalah Kota
dilakukan oleh Preet dan Seema (2010)
Semarang. Pada tahun 2014, jumlah kasus
menunjukkan
DBD di Kota Semarang mengalami
digunakan sebagai larvasida terhadap
penurunan menjadi 1.628 kasus dengan
larva nyamuk Anopheles stephansi. Efek
(Balitbangkes,
2015).
Sementara
(Nugroho,
bahwa
2011).
tawas
Selain
dapat
3
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
larvasida dari tawas sebanding dengan
berisi telur larva. Kemudian dimasukkan
berbagai insektisida biologi dan kimia
ke dalam nampan yang berisi air. Di atas
serta efektif untuk semua instar larva
nampan terdapat lampu supaya suhu air
(Preet
Tawas
tetap stabil. Pada saat fase pertumbuhan,
(Al2(SO4)3) merupakan senyawa yang
larva diberi makan dog food setiap dua hari
ecofriendly, cukup murah, dan tersedia
sekali.
dalam jumlah yang banyak serta dapat
perkembangbiakkan, larva siap digunakan
berfungsi sebagai racun kontak, racun
untuk uji larvasida.Pengujian larvasida
perut,
dilakukan
dan
Seema,
menghambat
2010).
proses
produksi
energi dan mengakibatkan perubahan
Setelah
di
lima
Laboratorium
hari
Biologi
FMIPA Universitas Negeri Semarang.
biokimia dalam tubuh larva.
Tahap pengujian dengan menyiapkan
METODE
Jenis
24 cup test, aquades, serta dosis tawas
penelitian
eksperimental
ini
adalah
dengan
eksperimen
murni
Pelaksanaan
penelitian
desain
(true
analitik
studi
experiment).
menggunakan
rancangan post test only control group design.
standar yaitu 200 ppm (200 mg/1000 ml).
Kemudian diberi tanda pada masingmasing dosis dan pengulangan, untuk
selanjutnya dilakukan pengenceran.
Larva
diambil
mikropipet
Populasi penelitian adalah larva Aedes
aegypti. Besar sampel penelitian adalah 25
ekor larva Aedes aegypti instar III untuk
setiap kelompok dengan pengulangan
sebanyak 4 kali. Jadi jumlah seluruh
sampel dalam penelitian ini adalah 600
ekor larva, karena terdapat 6 kelompok
perlakuan. Pengambilan sampel dilakukan
secara acak sederhana (simple random
sampling) karena anggota populasi bersifat
homogen atau diasumsikan homogen.
Proses penetasan telur dilakukan
dengan menyiapkan kertas saring yang
dengan menggunakan
sebanyak
25
ekor.
Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kali
yang diperoleh dengan menggunakan
rumus: (t) (r) - 1 ≥ 15 didapatkan hasil r
≥ 4. Dosis/konsentrasi tawas yang
digunakan yaitu 7 mg/100 ml, 9 mg/100
ml, dan 11 mg/100 ml. Kontrol negatif
yaitu 100 ml aquades dan temephos 10
mg/100 ml sebagai kontrol positif I serta
larutan asam sulfat pH 4 sebagai kontrol
positif II.
Larva
nyamuk
yang
telah
dihitung
dimasukkan ke dalam cup testukuran 240
4
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
ml yang telah berisi air dan insektisida
HASIL
kemudian didiamkan selama 24 jam baru
Berikut adalah hasil pengamatan kematian
dapat dihitung hasilnya. Analisis data
larva nyamuk Aedes aegypti pada pengujian
dilakukan dengan menggunakan program
larvasida tawas selama 24 jam.
komputer, yaitu uji probit, uji normalitas
data, uji homogenitas varians, dan uji one
way anova.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kematian Larva
Perlakuan
(mg/100 ml)
7
9
11
Aquades
temephos
Jumlah
larva
(ekor)
Jumlah kematian pada
replikasi ke
1
4
16
23
0
25
3
25
25
25
25
25
25
Larutan
H2SO4pH 4
Sumber : Data hasil penelitian, 2016
2
9
19
20
0
25
3
3
7
15
22
0
25
2
Jumlah
Rata-Rata
32
65
83
0
100
11
8
16,25
20,75
0
25
2,75
4
12
15
18
0
25
3
Pada pengujian larvasida larutan tawas
PEMBAHASAN
didapatkan hasil rata-rata kematian larva
Pengukuran media uji dilakukan dengan
selama
menggunakan
pengamatan
24
jam
pada
thermometer.
konsentrasi terkecil yaitu 7 mg/100 ml
Christophers
adalah 8 ekor (32%), 9 mg/100 ml adalah
berperan penting dalam pertumbuhan
16,25 ekor (65%), 11 mg/100 ml adalah
larva Aedes aegypti, terutama pada proses
20,75
kelompok
pupasi dan eklosi. Pada suhu yang tinggi
kontrol yaitu aquades 100 ml adalah 0
eklosi berjalan dengan cepat. Dalam
ekor (0%), 10 mg/100 ml temephos
keadaan
adalah 25 ekor (100%), dan larutan asam
berkembang. Hal ini terjadi karena pupa
sulfat dengan pH 4 adalah 2,75 ekor
kedap air atau bentuk dewasa bersifat
(11%).
pharate (memiliki lapisan lilin).
ekor
(83%).
Pada
(1960),
Menurut
kering,
pupa
suhu
masih
sangat
dapat
5
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
Berdasarkan pengukuran suhu yang telah
signifikansi pada konsentrasi 9 mg adalah
dilakukan, didapatkan suhu stabil pada
p=0,086 dan pada konsentrasi 11 mg
media uji yaitu suhu awal dan suhu akhir
adalah p=0,798, berarti data terdistribusi
pada semua kelompok uji adalah sebesar
normal. Nilai signifikansi pada larutan
0
28 C.Hal
ini
tidak
mempengaruhi
asam sulfat pH 4 adalah p= 0,001, berarti
kematian larva karena termasuk dalam
data tidak terdistribusi normal. Nilai
0
kriteria pertumbuhan larva yaitu 20-30 C
signifikansi pada temephos dan air tidak
(Arifin dkk, 2013; Costa et al, 2010;
menunjukkan hasil karena data tidak
Padmanabha et al, 2011).
penuh dan memiliki nilai yang sama pada
masing-masing kelompok (onmitted) yaitu
Umur larva nyamuk merupakan salah
nilai 0 pada kelompok kontrol air dan
satu faktor yang mempengaruhi daya
amilum,
tahan
menujukkan
nyamuk
terhadap
pajanan
sedangkan
nilai
pada
25.
temephos
Karena
nilai
insektisida. Larva nyamuk Aedes aegypti
signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak
instar
memenuhi syarat uji one way anova
III
dipilih
karena
memiliki
morfologi yang sempurna dan merupakan
sehingga
fase makan pada stadium ini (Nopianti
pengujian dengan kruskal wallis. Hasil uji
dkk,
kruskal wallis adalah p=0,001, berarti
2008).
Proses
penetasan
telur
harus
dilakukan
alternatif
dilakukan pada waktu yang sama dan
terdapat
dipilih larva dengan ukuran 3,8-5mm.
kematian larva nyamuk Aedes aegypti
perbedaan
jumlah
rata-rata
karena nilai p8 mg/l, tidak ditemukan adanya
2013).
larva Aedes aegypti (Amarasinghe et al,
2014).
Hal
ini
dikarenakan
adanya
Berdasarkan hasil pengukuran kandungan
hubungan antara kandungan oksigen
DO (Dissolved Oxygen) pada semua
terlarut dengan pembentukan enzim
8
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
sitokrom oksidase dalam tubuh larva yang
25,39-44,17%,
berfungsi pada saat proses metabolisme
perubahan
(Salim, 2005). Pembentukan dari enzim
dimungkinkan
ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
penyebab
tingkat
terhadap terjadinya kematian larva (Preet
oksigen
terlarut
dalam
air,
sehingga apabila pembentukan enzim
sehingga
kimia
yang
perubahan-
tersebut
menjadi
juga
salah
satu
bertanggung
jawab
dan Sneha, 2010).
sitokrom oksidase di tubuh larva terhambat
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
larva, karena dapat menghambat produksi
KESIMPULAN
energi dalam proses metabolisme pada
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
tubuh larva (Ridha dkk, 2013).
terdapat
hubungan
antara
perlakuan
pemberian dosis tawas terhadap kematian
Selain itu juga, menurut penelitian yang
larva nyamuk Aedes aegypti dengan nilai
dilakukan
(2010)
sigifikansi p=0,001. Nilai LC50 larutan
menyatakan bahwa kematian larva juga
tawas adalah 8,068 mg dan LC90 adalah
diakibatkan
12,086 mg.
Preet
oleh
dan
Sneha
adanya
perubahan
biokimia pada larva instar 4. Perubahan
biokimia
ini
terjadi
pada
berbagai
SARAN
cadangan nutrisi dan metabolit primer
Saran yang diberikan peneliti adalah
seperti gula, glikogen, dan protein.
untuk
Konsentrasi gula dan glikogen yang
masyarakat pada tempat-tempat yang
diukur sebesar 24,6 dan 10,67 ug per lima
digunakan
larva, namun konsentrasinya menurun
perkembangbiakan larva nyamuk Aedes
masing-masing sebesar 32,11-93,98% dan
aegypti yang berada di lingkungan sekitar
39,26-94,47%
tempat tinggal yang bukan merupakan
setelah
dilakukan
penambahan tawas/potash alum. Dalam
mengaplikasikan
tawas
sebagai
di
tempat
sumber air untuk dikonsumsi.
kelompok kontrol, kadar protein dan lipid
adalah sebesar 210,74 dan 94,71 ug per
lima larva, namun konsentrasi menurun
sebesar 26,53% dan 25,5% setelah
dilakukan penambahan tawas/potash alum.
Selain itu, perubahan drastis juga terjadi
pada konten DNA yang turun hingga
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Kepala Laboratorium Biologi
FMIPA Unnes, Teknisi Laboratorium
Biologi FMIPA Unnes, Kepala B2P2VRP
9
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
Salatiga, serta Kepala Balai Litbang P2B2
Journal of Current Research And
Banjarnegara.
Academic Review, 22 (11): 1-9
DAFTAR PUSTAKA
Balitbangkes,Data DBD Indonesia 5 Tahun
Terakhir.Fri 2 Juni 2015. diakses
Agustina, Elita. 2013. Pengaruh Media
Air Terpolusi Tanah terhadap
pada
Perkembangbiakan
2015.(http://www.litbang.kemkes
Nyamuk
Costa,
Amarasinghe, Lalithanjalie D dan Dilani
30
Maret
.go.id/2015/06/
Aedes aegypti. Jurnal Biotik, 1 (2):
67-136
tanggal
E.A.P.A.,
Eloína
Mendonça
Maria
Santos,
de
Juliana
2014.Vector
Cavalcanti Correia, dan Cleide
Mosquito Diversity and Habitat
Maria Ribeiro de Albuquerque.
Variation in A Semi Urbanized
2010. Impact of SmallVariations
Area
in Suhue and Humidity on the
R.
Dalpadado.
of
Kelaniya
Lanka.International
in
Sri
Journal
of
Reproductive
Activity
andSurvival
Entomological Research, 2 (1): 15-21
(Diptera,
Arifin, Asrianti, Erniwati Ibrahim, dan
of
Aedes
Culicidae).
aegypti
Rev.
Bras.
Entomol, 54 (3): 488-493
Ruslan La Ane. 2013. Hubungan
Faktor Lingkungan Fisik dengan
Keberadaan Larva Aedes aegypti di
Wilayah
Kelurahan
Endemis
DBD
Kassi-Kassi
di
Kota
Makasssar 2013. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat, 7 (25): 1-8
.Luhurningtyas,
Fania
Putri.
2013.Aktivitas Larvasida Fraksi
Nonpolar Ekstrak Etanol Daun
Inggu
(Ruta
angustifo`lia
L.)
terhadap Larva Nyamuk Anopheles
aconitusdan
Anopheles
maculatus
Beserta Profil Kromatografinya.
Arsunan, A.A dan Erniwati Ibrahim.
Naskah
2014. Analysis Relationship and
Universitas
Mapping of the Environmental
Surakarta
Publikasi.
Surakarta:
Muhammadiyah
Factors with the Existence of
Nopianti, S., Dwi Astuti, dan Sri
Mosquito Larva Aedes aegyptiin the
Darnoto. 2008. Efektivitas Buah
Endemic Area of Dengue Fever,
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
Makassar,
L.)
Indonesia.International
untuk
Membunuh
Larva
10
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
Nyamuk Anopheles aconitus Instar
III. Jurnal Kesehatan, 1(2): 103-114
Rahimah, Souvia, 2009, Bahan Tambahan
Kimia, Tue 3 Nov 2009, diakses
pada tanggal 19 Maret 2016,
Nugroho,
Arif
Larva
Dwi.
Aedes
2011.Kematian
Aegypti
Setelah
Pemberian Abate Dibandingkan
dengan
Pemberian
(http://blogs.unpad.ac.id/souvia
/files/2009/12/bahan-tambahankimia1.pdf)
Serbuk
Serai.Jurnal Kesehatan Masyarakat,7
Ridha, M.R., Nita Rahayu, Nur Afrida
Rosvita
(1): 91-96.
dan
Dian
Eka
Setyaningtyas. 2013. Hubungan
Padmanabha, H., CC Lord, dan LP
Lounibos. 2011. Suhue Induces
Trade-offs
Development
Between
and
Starvation
Resistance in Aedes aegypti (L.)
Kondisi
Lingkungan
dan
Kontainer dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti di
Daerah Endemis. Jurnal Buski,4
(3): 133–137
Larvae. Med Vet Entomol, 25(4):
445–453
Sukana, Bambang. 1993. Pemberantasan
Vector DBD di Indonesia. Artikel
Preet Shabad. dan K.C. Seema. 2010.
Media Litbangkes, 3 (1): 9-16
Mosquito Larvacidal Potential of
Potash Alum Against Malaria
Thomas M. Clark, Marcus A. L. Vieira,
Vector Anopheles stephensi(Liston).
Kara L. Huegel, Dawn Flury and
Jurnal Parasit Dis, 34(2): 75-78
Melissa Carper. 2007. Strategies
for Regulation of Hemolymph
Preet Shabad dan Sneha A. 2010.
Biochemical Evidence of Efficacy
of Potash Alum For the Control
of Dengue Vector Aedes
aegypti(Linnaeus). Jurnal Parasitologi,
108 (6):1533-1539
pH in Acidic and Alkaline Water
by the Larval Mosquito Aedes
aegypti(L.) (Diptera; Culicidae). The
Journal of Expearimental Biology, 2
(10): 4359-4367
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
DOSIS KONSENTRASI TAWAS (Al2(SO4)3)
TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTI
Sulastri1, Widya Hary Cahyati 2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran
e-mail: fik@unnes.ac.id
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute disease caused by dengue virus which carried by Aedes
aegypti mosquito. This disease still be the health problem in Indonesia because of potential outbreaks.
Prevention suggested to the community is a mosquito nest eradication program (PSN) by means of physical,
chemical, and biological. Chemical control still be the popular control in community. Alum (Al 2(SO4)3) can
be used as chemical larvicides, because it can serve as a contact poison, stomach poison, inhibit the
production of energy, and lead to biochemical changes in larvae body.The purpose of this study was to know
the effect of larvicidal alum (Al2(SO4)3) against Aedes aegypti larvae. This type of study is true
experimental with post test only control group design. Data were analyzed using Kruskal wallis test and
Probit analysis. The result showed that there was correlation between alum with larvae mortality
(p=0.001). LC50of alum concentration is 8,068 mg and the LC90 is 12,086 mg. Based inacute toxicity
test, it effect to Aedes aegypti larvae
Keywords : Alum (Al2(SO4)3), chemical larvicides, Aedes aegypti larvae
ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh
virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia karena berpotensi menimbulkan KLB.Pencegahan yang disarankan
kepada masyarakat adalah program pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara
fisik, kimia, maupun biologi.Pengendalian secara kimia merupakan pengendalian yang
masih populer di masyarakat. Tawas (Al2(SO4)3) dapat digunakan sebagai larvasida kimia,
karena dapat berfungsi sebagai racun kontak, racun perut, menghambat produksi energi,
dan mengakibatkan perubahan biokimia dalam tubuh larva. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh larvasida tawas terhadap larva nyamuk Aedes
aegypti.Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan rancangan penelitian post test only
control group design. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal wallis dan analisis probit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian tawas terhadap jumlah
kematian larva (p=0,001). Nilai LC50 konsentrasi tawas adalah 8,068 mg, sedangkan nilai
LC90 adalah 12,086 mg. Berdasarkan toksisitas akut menunjukkan bahwa larutan tawas
memiliki efek larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
Kata Kunci : Tawas (Al2(SO4)3), larvasida kimia, larva Aedes aegypti
2
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
PENDAHULUAN
jumlah kematian sebanyak 27 kasus,
Dengue)
namun CFRnya mengalami peningkatan
merupakan penyakit demam akut yang
menjadi 1,66% (Dinkes Kota Semarang,
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk
2015).
DBD
(Demam
Berdarah
ke peredaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya
Indeks ABJ (Angka Bebas Jentik) Kota
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Cara
Semarang pada tahun 2014 adalah sebesar
pencegahan
84,3%.
disarankan
kepada
Padahal
target
indeks
ABJ
program
nasional adalah sebesar ≥95%. Hal ini
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
menunjukkan bahwa indeks ABJ Kota
dengan cara fisik, kimia, maupun biologi
Semarang masih belum memenuhi target
(Sukana, 1993)
yang telah ditentukan (Dinkes Semarang,
masyarakat
adalah
2015). Menurut Brahim dan Hasnawati
Berdasarkan
pelaporan
hasil
Balai
Pengembangan
pencatatan
dan
(2010) dalam Sari dk (2012), rendahnya
Penelitian
dan
ABJ mendukung tingginya peningkatan
Kesehatan,
angka
jumlah kasus DBD.
Incidence Rate ( IR) DBD di Indonesia
mengalami penurunan menjadi 39,51 per
Penggunaan insektisida kimiawi apabila
100.000 penduduk dengan CFR (Case
digunakan secara tepat sasaran, tepat
Fatality Rate) sebesar 0,91% dan jumlah
dosis, tepat waktu, dan cakupan akan
pasien
mampu
sebanyak
99.499
orang
mengendalikan
vektor
dan
itu,
mengurangi dampak negatif terhadap
jumlah kasus DBD Provinsi Jawa Tengah
lingkungan dan organisme yang bukan
tahun 2014 sampai bulan September
sasaran
adalah 7.928 kasus dan angka kematian
insektisida butiran yang dibagikan oleh
sebesar 128 orang dengan Incidence Rate
pemerintah seperti bubuk abate, ternyata
(IR) sebesar 23,82 per 100.000 penduduk
tawas (Al2(SO4)3) juga dapat digunakan
dan CFR sebesar 1,61%. Salah satu kota
sebagai insektisida terhadap larva nyamuk
di Jawa Tengah yang masih menjadi
Aedes aegypti.Penelitian laboratorium yang
wilayah endemis DBD adalah Kota
dilakukan oleh Preet dan Seema (2010)
Semarang. Pada tahun 2014, jumlah kasus
menunjukkan
DBD di Kota Semarang mengalami
digunakan sebagai larvasida terhadap
penurunan menjadi 1.628 kasus dengan
larva nyamuk Anopheles stephansi. Efek
(Balitbangkes,
2015).
Sementara
(Nugroho,
bahwa
2011).
tawas
Selain
dapat
3
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
larvasida dari tawas sebanding dengan
berisi telur larva. Kemudian dimasukkan
berbagai insektisida biologi dan kimia
ke dalam nampan yang berisi air. Di atas
serta efektif untuk semua instar larva
nampan terdapat lampu supaya suhu air
(Preet
Tawas
tetap stabil. Pada saat fase pertumbuhan,
(Al2(SO4)3) merupakan senyawa yang
larva diberi makan dog food setiap dua hari
ecofriendly, cukup murah, dan tersedia
sekali.
dalam jumlah yang banyak serta dapat
perkembangbiakkan, larva siap digunakan
berfungsi sebagai racun kontak, racun
untuk uji larvasida.Pengujian larvasida
perut,
dilakukan
dan
Seema,
menghambat
2010).
proses
produksi
energi dan mengakibatkan perubahan
Setelah
di
lima
Laboratorium
hari
Biologi
FMIPA Universitas Negeri Semarang.
biokimia dalam tubuh larva.
Tahap pengujian dengan menyiapkan
METODE
Jenis
24 cup test, aquades, serta dosis tawas
penelitian
eksperimental
ini
adalah
dengan
eksperimen
murni
Pelaksanaan
penelitian
desain
(true
analitik
studi
experiment).
menggunakan
rancangan post test only control group design.
standar yaitu 200 ppm (200 mg/1000 ml).
Kemudian diberi tanda pada masingmasing dosis dan pengulangan, untuk
selanjutnya dilakukan pengenceran.
Larva
diambil
mikropipet
Populasi penelitian adalah larva Aedes
aegypti. Besar sampel penelitian adalah 25
ekor larva Aedes aegypti instar III untuk
setiap kelompok dengan pengulangan
sebanyak 4 kali. Jadi jumlah seluruh
sampel dalam penelitian ini adalah 600
ekor larva, karena terdapat 6 kelompok
perlakuan. Pengambilan sampel dilakukan
secara acak sederhana (simple random
sampling) karena anggota populasi bersifat
homogen atau diasumsikan homogen.
Proses penetasan telur dilakukan
dengan menyiapkan kertas saring yang
dengan menggunakan
sebanyak
25
ekor.
Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kali
yang diperoleh dengan menggunakan
rumus: (t) (r) - 1 ≥ 15 didapatkan hasil r
≥ 4. Dosis/konsentrasi tawas yang
digunakan yaitu 7 mg/100 ml, 9 mg/100
ml, dan 11 mg/100 ml. Kontrol negatif
yaitu 100 ml aquades dan temephos 10
mg/100 ml sebagai kontrol positif I serta
larutan asam sulfat pH 4 sebagai kontrol
positif II.
Larva
nyamuk
yang
telah
dihitung
dimasukkan ke dalam cup testukuran 240
4
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
ml yang telah berisi air dan insektisida
HASIL
kemudian didiamkan selama 24 jam baru
Berikut adalah hasil pengamatan kematian
dapat dihitung hasilnya. Analisis data
larva nyamuk Aedes aegypti pada pengujian
dilakukan dengan menggunakan program
larvasida tawas selama 24 jam.
komputer, yaitu uji probit, uji normalitas
data, uji homogenitas varians, dan uji one
way anova.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kematian Larva
Perlakuan
(mg/100 ml)
7
9
11
Aquades
temephos
Jumlah
larva
(ekor)
Jumlah kematian pada
replikasi ke
1
4
16
23
0
25
3
25
25
25
25
25
25
Larutan
H2SO4pH 4
Sumber : Data hasil penelitian, 2016
2
9
19
20
0
25
3
3
7
15
22
0
25
2
Jumlah
Rata-Rata
32
65
83
0
100
11
8
16,25
20,75
0
25
2,75
4
12
15
18
0
25
3
Pada pengujian larvasida larutan tawas
PEMBAHASAN
didapatkan hasil rata-rata kematian larva
Pengukuran media uji dilakukan dengan
selama
menggunakan
pengamatan
24
jam
pada
thermometer.
konsentrasi terkecil yaitu 7 mg/100 ml
Christophers
adalah 8 ekor (32%), 9 mg/100 ml adalah
berperan penting dalam pertumbuhan
16,25 ekor (65%), 11 mg/100 ml adalah
larva Aedes aegypti, terutama pada proses
20,75
kelompok
pupasi dan eklosi. Pada suhu yang tinggi
kontrol yaitu aquades 100 ml adalah 0
eklosi berjalan dengan cepat. Dalam
ekor (0%), 10 mg/100 ml temephos
keadaan
adalah 25 ekor (100%), dan larutan asam
berkembang. Hal ini terjadi karena pupa
sulfat dengan pH 4 adalah 2,75 ekor
kedap air atau bentuk dewasa bersifat
(11%).
pharate (memiliki lapisan lilin).
ekor
(83%).
Pada
(1960),
Menurut
kering,
pupa
suhu
masih
sangat
dapat
5
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
Berdasarkan pengukuran suhu yang telah
signifikansi pada konsentrasi 9 mg adalah
dilakukan, didapatkan suhu stabil pada
p=0,086 dan pada konsentrasi 11 mg
media uji yaitu suhu awal dan suhu akhir
adalah p=0,798, berarti data terdistribusi
pada semua kelompok uji adalah sebesar
normal. Nilai signifikansi pada larutan
0
28 C.Hal
ini
tidak
mempengaruhi
asam sulfat pH 4 adalah p= 0,001, berarti
kematian larva karena termasuk dalam
data tidak terdistribusi normal. Nilai
0
kriteria pertumbuhan larva yaitu 20-30 C
signifikansi pada temephos dan air tidak
(Arifin dkk, 2013; Costa et al, 2010;
menunjukkan hasil karena data tidak
Padmanabha et al, 2011).
penuh dan memiliki nilai yang sama pada
masing-masing kelompok (onmitted) yaitu
Umur larva nyamuk merupakan salah
nilai 0 pada kelompok kontrol air dan
satu faktor yang mempengaruhi daya
amilum,
tahan
menujukkan
nyamuk
terhadap
pajanan
sedangkan
nilai
pada
25.
temephos
Karena
nilai
insektisida. Larva nyamuk Aedes aegypti
signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak
instar
memenuhi syarat uji one way anova
III
dipilih
karena
memiliki
morfologi yang sempurna dan merupakan
sehingga
fase makan pada stadium ini (Nopianti
pengujian dengan kruskal wallis. Hasil uji
dkk,
kruskal wallis adalah p=0,001, berarti
2008).
Proses
penetasan
telur
harus
dilakukan
alternatif
dilakukan pada waktu yang sama dan
terdapat
dipilih larva dengan ukuran 3,8-5mm.
kematian larva nyamuk Aedes aegypti
perbedaan
jumlah
rata-rata
karena nilai p8 mg/l, tidak ditemukan adanya
2013).
larva Aedes aegypti (Amarasinghe et al,
2014).
Hal
ini
dikarenakan
adanya
Berdasarkan hasil pengukuran kandungan
hubungan antara kandungan oksigen
DO (Dissolved Oxygen) pada semua
terlarut dengan pembentukan enzim
8
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
sitokrom oksidase dalam tubuh larva yang
25,39-44,17%,
berfungsi pada saat proses metabolisme
perubahan
(Salim, 2005). Pembentukan dari enzim
dimungkinkan
ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
penyebab
tingkat
terhadap terjadinya kematian larva (Preet
oksigen
terlarut
dalam
air,
sehingga apabila pembentukan enzim
sehingga
kimia
yang
perubahan-
tersebut
menjadi
juga
salah
satu
bertanggung
jawab
dan Sneha, 2010).
sitokrom oksidase di tubuh larva terhambat
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
larva, karena dapat menghambat produksi
KESIMPULAN
energi dalam proses metabolisme pada
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
tubuh larva (Ridha dkk, 2013).
terdapat
hubungan
antara
perlakuan
pemberian dosis tawas terhadap kematian
Selain itu juga, menurut penelitian yang
larva nyamuk Aedes aegypti dengan nilai
dilakukan
(2010)
sigifikansi p=0,001. Nilai LC50 larutan
menyatakan bahwa kematian larva juga
tawas adalah 8,068 mg dan LC90 adalah
diakibatkan
12,086 mg.
Preet
oleh
dan
Sneha
adanya
perubahan
biokimia pada larva instar 4. Perubahan
biokimia
ini
terjadi
pada
berbagai
SARAN
cadangan nutrisi dan metabolit primer
Saran yang diberikan peneliti adalah
seperti gula, glikogen, dan protein.
untuk
Konsentrasi gula dan glikogen yang
masyarakat pada tempat-tempat yang
diukur sebesar 24,6 dan 10,67 ug per lima
digunakan
larva, namun konsentrasinya menurun
perkembangbiakan larva nyamuk Aedes
masing-masing sebesar 32,11-93,98% dan
aegypti yang berada di lingkungan sekitar
39,26-94,47%
tempat tinggal yang bukan merupakan
setelah
dilakukan
penambahan tawas/potash alum. Dalam
mengaplikasikan
tawas
sebagai
di
tempat
sumber air untuk dikonsumsi.
kelompok kontrol, kadar protein dan lipid
adalah sebesar 210,74 dan 94,71 ug per
lima larva, namun konsentrasi menurun
sebesar 26,53% dan 25,5% setelah
dilakukan penambahan tawas/potash alum.
Selain itu, perubahan drastis juga terjadi
pada konten DNA yang turun hingga
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Kepala Laboratorium Biologi
FMIPA Unnes, Teknisi Laboratorium
Biologi FMIPA Unnes, Kepala B2P2VRP
9
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
Salatiga, serta Kepala Balai Litbang P2B2
Journal of Current Research And
Banjarnegara.
Academic Review, 22 (11): 1-9
DAFTAR PUSTAKA
Balitbangkes,Data DBD Indonesia 5 Tahun
Terakhir.Fri 2 Juni 2015. diakses
Agustina, Elita. 2013. Pengaruh Media
Air Terpolusi Tanah terhadap
pada
Perkembangbiakan
2015.(http://www.litbang.kemkes
Nyamuk
Costa,
Amarasinghe, Lalithanjalie D dan Dilani
30
Maret
.go.id/2015/06/
Aedes aegypti. Jurnal Biotik, 1 (2):
67-136
tanggal
E.A.P.A.,
Eloína
Mendonça
Maria
Santos,
de
Juliana
2014.Vector
Cavalcanti Correia, dan Cleide
Mosquito Diversity and Habitat
Maria Ribeiro de Albuquerque.
Variation in A Semi Urbanized
2010. Impact of SmallVariations
Area
in Suhue and Humidity on the
R.
Dalpadado.
of
Kelaniya
Lanka.International
in
Sri
Journal
of
Reproductive
Activity
andSurvival
Entomological Research, 2 (1): 15-21
(Diptera,
Arifin, Asrianti, Erniwati Ibrahim, dan
of
Aedes
Culicidae).
aegypti
Rev.
Bras.
Entomol, 54 (3): 488-493
Ruslan La Ane. 2013. Hubungan
Faktor Lingkungan Fisik dengan
Keberadaan Larva Aedes aegypti di
Wilayah
Kelurahan
Endemis
DBD
Kassi-Kassi
di
Kota
Makasssar 2013. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat, 7 (25): 1-8
.Luhurningtyas,
Fania
Putri.
2013.Aktivitas Larvasida Fraksi
Nonpolar Ekstrak Etanol Daun
Inggu
(Ruta
angustifo`lia
L.)
terhadap Larva Nyamuk Anopheles
aconitusdan
Anopheles
maculatus
Beserta Profil Kromatografinya.
Arsunan, A.A dan Erniwati Ibrahim.
Naskah
2014. Analysis Relationship and
Universitas
Mapping of the Environmental
Surakarta
Publikasi.
Surakarta:
Muhammadiyah
Factors with the Existence of
Nopianti, S., Dwi Astuti, dan Sri
Mosquito Larva Aedes aegyptiin the
Darnoto. 2008. Efektivitas Buah
Endemic Area of Dengue Fever,
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
Makassar,
L.)
Indonesia.International
untuk
Membunuh
Larva
10
Jurnal Care Vol. 4, No.2, Tahun 2016
Nyamuk Anopheles aconitus Instar
III. Jurnal Kesehatan, 1(2): 103-114
Rahimah, Souvia, 2009, Bahan Tambahan
Kimia, Tue 3 Nov 2009, diakses
pada tanggal 19 Maret 2016,
Nugroho,
Arif
Larva
Dwi.
Aedes
2011.Kematian
Aegypti
Setelah
Pemberian Abate Dibandingkan
dengan
Pemberian
(http://blogs.unpad.ac.id/souvia
/files/2009/12/bahan-tambahankimia1.pdf)
Serbuk
Serai.Jurnal Kesehatan Masyarakat,7
Ridha, M.R., Nita Rahayu, Nur Afrida
Rosvita
(1): 91-96.
dan
Dian
Eka
Setyaningtyas. 2013. Hubungan
Padmanabha, H., CC Lord, dan LP
Lounibos. 2011. Suhue Induces
Trade-offs
Development
Between
and
Starvation
Resistance in Aedes aegypti (L.)
Kondisi
Lingkungan
dan
Kontainer dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti di
Daerah Endemis. Jurnal Buski,4
(3): 133–137
Larvae. Med Vet Entomol, 25(4):
445–453
Sukana, Bambang. 1993. Pemberantasan
Vector DBD di Indonesia. Artikel
Preet Shabad. dan K.C. Seema. 2010.
Media Litbangkes, 3 (1): 9-16
Mosquito Larvacidal Potential of
Potash Alum Against Malaria
Thomas M. Clark, Marcus A. L. Vieira,
Vector Anopheles stephensi(Liston).
Kara L. Huegel, Dawn Flury and
Jurnal Parasit Dis, 34(2): 75-78
Melissa Carper. 2007. Strategies
for Regulation of Hemolymph
Preet Shabad dan Sneha A. 2010.
Biochemical Evidence of Efficacy
of Potash Alum For the Control
of Dengue Vector Aedes
aegypti(Linnaeus). Jurnal Parasitologi,
108 (6):1533-1539
pH in Acidic and Alkaline Water
by the Larval Mosquito Aedes
aegypti(L.) (Diptera; Culicidae). The
Journal of Expearimental Biology, 2
(10): 4359-4367