Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten T

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah dan rahmat- Nya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah yang berjudul “Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten Tuban” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Laporan ini tidak akan terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini tim penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Wilayah yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat. 2. Mbak Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. sebagai dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu yang sangat bermanfaat. 3. Pemerintah Kabupaten Tuban atas bantuan informasi dan data yang sangat bermanfaat bagi penelitian ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya terutama kami sebagai penulis.

Surabaya, 24 Mei 2015

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi merupakan sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Pemahaman tentang kekuatan ekonomi dibalik perkembangan suatu wilayah merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam menyusun perencanaan pengembangan wilayah. Suatu wilayah akan berkembang akibat dari berkembangnya aktivitas ekonomi di suatu wilayah. Oleh karena itu, ekonomi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi berkembang atau tidaknya suatu wilayah.

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan perkembangan ekonomi yang paling tinggi dari provinsi lainnya di Indonesia. Perekonomian Jawa Timur mencapai prestasi yang memuaskan pada tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2012 yakni sebesar 7,5 persen, diyakini pengamat bisa terealisasi karena provinsi ini memiliki karakter kuat dibandingkan wilayah lain di Penjuru Nusantara.

Sebagaimana dipahami bahwa Kabupaten Lumajang merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam dan potensi sosialekonomi yang dapat dikembangkan dan dimanfatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Segala bentuk kekayaan alam dan potensi yang dimiliki Kabupaten Lumajang di masa yang akan datang sangat penting untuk dikelola dan dimanfatkan secara optimal, agar kesejahteraan masyarakat dapat direalisasikan.

Sangat disadari bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesungguhnya bukan merupakan sesuatu hal yang mudah. Sebagaimana dipahami bahwa pembangunan di wilayah kabupaten Lumajang masih dihadapkan pada sejumlah situasi problematik Oleh karena itu dibutuhkan arahan untuk mengembangkan ekonomi wilayah di kab Lumajang,

Menyadari kondisi ini oleh karenanya sangat dipahami jika upaya pengembangan potensi sumber daya alam dan potensi sosial-ekonomi yang dimiliki selama ini masih belum dapat dilakukan secara optimal. Selanjutnya, agar upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan membangun Kabupaten Lumajang dapat dilakukan secara optimal dan lebih terarah sesuai dengan potensi yang ada.

1.2 Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui sector yang paling berpotensi di Kabupaten Lumajang yang nantinya akan menjadi pertimbangan dalam menyusun arahan untuk mengembangkan ekonomi Kabupaten Lumajang.

1.3 Sistematika Penulisan

BAB 1 Pendahuluan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup dan sistematika pembahasan.

BAB 2 Tinjauan Pustaka menjelaskan tentang teori dan dokumen yang menjadi dasar penelitian.

BAB 3 Gambaran Umum menjelaskan tentang gambaran umum wilayah beserta masalah yang ada dalam wilayah penelitian

BAB 4 Analisa menjelaskan tentang analisa yang digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mennetukan konsep dan strategi

BAB 5 Konsep dan Strategi menjelaskan tentang susunan arahan konsep dan strategi yang akan di implementasikan

BAB 6 Lesson Learned menjelaskan tentang hal – hal yang dapat dipelajari dallam penelitian ini

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 RTRW Kabupaten Tuban

2.1.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi

A. Tujuan Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah daerah

yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan guna :

a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

B. Kebijakan (1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 disusun kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten.

(2) Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

a. Pengembangan wilayah berbasis industri ramah lingkungan, pertanian, perikanan, dan pertambangan;

b. Penetapan wilayah secara berhierarki sebagai pusat pelayanan regional dan lokal mendukung perkembangan Kawasan Perkotaan Germakertasusila (GKS) Plus;

c. Pengembangan prasarana wilayah secara terpadu dan terinterkoneksi;

d. Pemantapan kawasan lindung secara terpadu dan berkelanjutan;

e. Pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan daya dukung lahan, daya tampung kawasan, dan aspek konservasi sumber daya alam; dan

f. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan

A.

B.

C. Strategi Pengembangan wilayah berbasis industri ramah lingkungan, pertanian, perikanan

dan pertambangan dengan strategi meliputi: dan pertambangan dengan strategi meliputi:

b. Meningkatkan infrastruktur penunjang kawasan industri, pertanian, perikanan, dan pertambangan;

c. Memberikan pelayanan sosial ekonomi sesuai potensi kawasan perkotaan dan peran dalam skala lebih luas; dan

d. Menetapkan sentra pengembangan agropolitan dan minapolitan pada kawasan potensial.

Pengembangan prasarana wilayah secara terpadu dan terinterkoneksi dengan strategi meliputi :

a. Mengembangkan sistem jaringan transportasi darat dan laut secara terpadu dan terintegrasi dalam pengembangan wilayah;

b. Meningkatkan kapasitas dan pelayanan melalui sistem koneksi jawa – bali dalam menunjang kebutuhan listrik di wilayah kabupaten;

c. Mengembangkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi dalam mendukung ketahanan energi nasional;

d. Meningkatkan efisiensi pelayanan jaringan telepon seluler dengan penggunaan menara telekomunikasi secara bersama;

e. Mengembangkan jaringan sumber daya air untuk mendukung pembangunan berkelanjutan;

f. Mengembangkan sistem pengelolaan sampah secara mandiri di wilayah Pemantapan kawasan lindung secara terpadu dan berkelanjutan dengan strategi meliputi

a. Mengembalikan fungsi hutan lindung secara bertahap melalui reboisasi;

b. Melestarikan kawasan yang termasuk hilir daerah aliran sungai (das) dengan pengembangan hutan lindung dan hutan produksi secara ketat;

c. Mengendalikan secara ketat kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai, sekitar waduk, sempadan irigasi dan mata air;

d. Mengelola wilayah sungai bengawan solo untuk kegiatan irigasi dan air baku;

e. Meningkatkan konservasi tanah dan air untuk mengurangi pendangkalan di dasar sungai; e. Meningkatkan konservasi tanah dan air untuk mengurangi pendangkalan di dasar sungai;

Pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan daya dukung lahan, daya tampung kawasan dan aspek konservasi sumber daya alam dengan strategi, meliputi :

a. Mengembangkan kawasan pertanian melalui penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan;

b. Mengembangkan dan meningkatkan produktivitas pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil dengan teknologi tepat guna;

c. Mengendalikan secara ketat penambangan pada kawasan yang membahayakan lingkungan;

d. Mengembangkan dan memberdayakan industri besar, menengah dan kecil mikro untuk pengolahan hasil sumber daya alam;

Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan dengan strategi meliputi :

a. Mengembangkan budidaya secara selektif di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

b. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun; dan

c. Memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan. Strategi untuk mengembangkan kawasan strategis dalam mendorong pengembangan

wilayah meliputi mengembangkan kawasan agropolitan di Kabupaten Tuban yang terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Semanding dan Kecamatan Palang, Kecamatan Plumpang, Kecamatan Widang, Kecamatan Jatirogo sebagai kawasan strategi ekonomi.

2.1.2 Rencana Struktur Ruang Agropolitan

Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan akan dilengkapi sarana dan prasana produksi, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil. Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan akan dilengkapi sarana dan prasana produksi, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil. Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan

a. Kawasan Agropolitan di Kabupaten Tuban terdapat di Kecamatan Palang dan Semanding.Adapun rencana pengembangan kegiatan agropolitan terdapat di Kecamatan Plumpang,Widang dan Jatirogo, dengan arahan pengembangan adalah :

- Penetapan pengembangan kawasan agropolitan dengan mengarahkan pada Kecamatan Plumpang, Widang dan Jatirogo sedangkan untuk kawasan pendukung dan kawasan sentra produksi adalah kecamatan di sekitarnya, yaitu Kecamatan Kenduruan, Bangilan, Singgahan, Senori, Parengan, Soko dan Rengel;

- Pengoptimalan area pertanian yang ada melalui usaha intensifikasi lahan; - Perluasan area pertanian dengan merubah penggunaan lahan non produktif dan

memperhatikan pola penggunaan lahan optimal;

- Peningkatan kualitas produksi melalui modernisasi teknologi pertanian; - Perbaikan saluran irigasi; - Pengembangan kawasan agropolitan sebagai andalan perdesaan; dan - Pengembangan produk unggulan disertai pengolahan dan perluasan jaringan

pemasaran

b. Kawasan kegiatan minapolitan di Kecamatan Bancar dan Tambakboyo serta sentra produksinya di Kecamatan Palang dengan arahan pengembangan adalah :

- Penyediaan fasilitas perikanan; - Pengembangan sentra hasil pengolahan perikanan dan hasil tangkapan; - Pengembangan industri kecil hasil pengolahan perikanan;

c. Pengembangan peternakan jenis ternak sapi pada Kecamatan Singgahan, Kambing di Kecamatan Palang dan Semanding, ayam ras di Kecamatan Palang dan ayam petelur di Kecamatan Tambakboyo.

d. Pemanfaatan ruang kawasan permukiman perdesaan dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan sebagai bagian dari sistem perekonomian wilayah.

e. Pengembangan dan peningkatan penyediaan sarana dan prasarana penunjang di kawasan permukiman termasuk jaringan jalan, trasportasi, listrik, air bersih, telekomunikasi dan sarana pendukung yang lainnya.

f. Pengembangan sektor ekonomi perdesaan bertumpu pada sektor pertanian dan perikanan dengan memperhatikan karaktersitik sosial budaya masyarakat.

Kabupaten Tuban banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta memiliki cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak kawasan yang mampu meresapkan air. Pola ini menjadikan terdapat beberapa potensi untuk memanfaatkan air tanah diantaranya untuk pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan. Meskipun demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air bawah tanah dalam jumlah besar, karena hal ini akan sangat mempengaruhi persediaan air pada bagian bawah.

Gambar 1. Rencana pengembangan sistim perdesaan

Rencana pemanfaatan ruang kawasan perdesaan Kabupaten Tuban meliputi : 1.Pemanfaatan ruang kawasan permukiman perdesaan dikembangkan

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan sebagai bagian dari sistem perekonomian wilayah.

2.Pengembangan dan peningkatan penyediaan sarana dan prasarana penunjang di kawasan permukiman termasuk jaringan jalan, trasportasi, listrik, air bersih, telekomunikasi dan sarana pendukung yang lainnya.

3.Pengembangan sektor ekonomi perdesaan bertumpu pada sektor pertanian dan memperhatikan karaktersitik sosial budaya masyarakat.

4.Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan, meliputi :

a. Meningkatkan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan nilai produktivitas pertanian;

b. Memberikan insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan;

c. Mengendalikan secara ketat kawasan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan;

d. Menetapkan prioritas pengembangan kawasan minapolitan dengan mengarahkan pada kecamatan bancar dan tambakboyo sebagai kawasan minapolitan utama dan kawasan sentra produksi sedangkan untuk kawasan pendukung adalah desa – desa disekitarnya dan desa – desa di kecamatan palang; dan

e. Mengembangkan fasilitas sentra produksi-pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi di kecamatan plumpang, widang, jatirogo, bancar dan tambakboyo.

f. Meningkatkan kemampuan permodalan melalui kerjasama dengan swasta dan pemerintah. 5.Mengembangkan sistem informasi dan teknologi pertanian berupa Balai Pengkajian Penerapan Teknologi Pertanian (BP2TP) di Kecamatan Semanding dan Palang sebagai kawasan agropolitan utama serta Kecamatan Plumpang, Widang dan Jatirogo sebagai kawasan pengembangan agropolitan, sedangkan Kecamatan Bancar dan Tambakboyo sebagai kawasan minapolitan utama.

2.1.3 Rencana Pola Ruang

A. Kawasan Hortikultura Kawasan pertanian hortikultura adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya tanaman semusim dan tahunan, seperti buah-buahan dan sayuran. Sentra produk hortikultura di Kabupaten Ponorogo adalah di Kecamatan Semanding, Kecamatan Singgahan, Kecamatan Palang, Kecamatan Merakurak, dan Kecamatan Grabagan. Penetapan Kawasan Strategis.

B. Perkebunan Kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Tuban tersebar di seluruh kecamatan. Pada umumnya kawasan perkebunan tersebut menyatu dengan permukiman penduduk. Namun demikian, di Kabupaten Tuban terdapat beberapa wilayah yang merupakan kawasan unggulan perkebunan, yaitu: a) Kecamatan Tuban; B. Perkebunan Kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Tuban tersebar di seluruh kecamatan. Pada umumnya kawasan perkebunan tersebut menyatu dengan permukiman penduduk. Namun demikian, di Kabupaten Tuban terdapat beberapa wilayah yang merupakan kawasan unggulan perkebunan, yaitu: a) Kecamatan Tuban;

Akan tetapi lahan-lahan perkebunan tersebut lokasinya masih bercampur dengan lahanlahan pertanian yang lainnya, sehingga tidak terdapat pola yang jelas. Perkebunan di Kabupaten Tuban berupa perkebunan rakyat yang merupakan konversi dari jarak tanam tanaman kebun pada pekarangan. Berbagai cara dalam pemanfaatan perkebunan antara lain adalah:

a. Pengembangan perkebunan dilakukan dengan mengembangkan industri pengolahan hasil komoditi diarahkan pada Kecamatan Semanding, Kecamatan Palang, Kecamatan, Tuban, dan Kecamatan Merakurak

b. Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi di Kecamatan Tuban dan Kecamatan Semanding;

c. Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan yang rusak (seperti perkebunan siwalan) atau pada area yang telah mengalami kerusakan, yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi peruntukan lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area pertanian tanaman pangan;

d. Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman perkebunan sesuai dengan rencana, seperti kelapa, siwalan, kenanga, dan jambu mente;

e. Pengembangan kawasan-kawasan potensi untuk pertanian pangan lahan kering;

f. Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta

g. Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan antar produk.

C. Agropolitan Kawasan peruntukkan agropolitan Kawasan peruntukan agropolitan adalah kawasan yang teridiri dari satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirakhi keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

Pengembangan kawasan agropolitan bertujuan untuk:

- Menumbuhkembangkan pusat pertumbuhan ekonomi baru berbasis pertanian

(agribisnis) di perdesaan;

- Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat perdesaan melalui kegiatankegiatan ekonomi berbasis agribisnis; - Menumbuhkembangkan lembaga-lembaga ekonomi di perdesaan; - Meningkatkan pendapatan masyarakat; dan - Mewujudkan tata ruang ideal antara kota dengan desa yang saling

mendukung, melengkapi, dan memperkuat.

Arahan pengembangan kawasan peruntukkan pertanian di Kabupaten Tuban, meliputi:

a. Pemantapan fungsi kawasan peruntukkan pertanian irigasi teknis;

b. Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutanseluas 23.000 hektar;

c. Peningkatan produktivitas kawasan pertanian lahan basah dan beririgasi teknis melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim; dan

d. Pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu menjamin ketersediaan air.

Pertanian di Kabupaten Tuban diarahkan pada pengembangan pertanian perkotaan dan pedesaan. Adapun kebijaksanaan penataan ruang untuk kawasan pertanian ini meliputi :

a. Kawasan pertanian pedesaan - Pengoptimalan area pertanian yang ada melalui usaha intensifikasi

lahan

- Perluasan area pertanian dengan mengubah penggunaan lahan non produktif dan memperhatikan pola penggunaan lahan optimal - Areal pertanian abadi dan tidak bisa dialihfungsikan menjadi penggunaan kegiatan lain yaitu berupa sawah irigasi teknis dan daerah konservasi sungai

- Meningkatkan kualitas produksi melalui modernisasi teknologi

pertanian; dan

- Memperbaiki saluran irigasi.

b. Kawasan pertanian perkotaan - Pengoptimalan lahan pertanian yang ada melalui kegiatan intensifikasi lahan; dan - Pengembangan kawasan pertanian dengan mempertimbangkan penataan ruang

terbuka hijau yang ada.

BAB III GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Perekonomian

Struktur ekonomi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengamati kondisi perekonomian Kabupaten Tuban. Dengan luas daerah 1.904,70 km 2 dan panjang

pantai 65 km membuat Kabupaten Tuban tidak hanya memiliki potensi alam, namun juga potensi daerah. Hal ini didukung pula oleh letak geografis Kabupaten Tuban yang cukup strategis sebagai pintu masuk utara Provinsi Jawa Timur dari perbatasan Provinsi Jawa Tengah.

Banyaknya potensi daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Tuban memerlukan penanganan masing-masing. Potensi daerah yang selalu bisa ditingkatkan yaitu di bidang energy berupa pasang surut air laut yang dimanfaatkan mernjadi PLTU, bidang pariwisata dengan julukan kota wali dan kota seribu gua. Selanjutnya pada bidang industry dimana terdapat banyak industry besar baru yang berkembang di Tuban seperti holcim, industry baja steel. Di bidang pertanian dan perkebunan , Kabupaten Tuban memiliki tanaman padi, jagung, kacang juga siwalan dan buah belimbing yang menjadi ciri khasnya. Pada bidang perikanan dan kelautan dengan memanfaatkan laut yang begitu luas serta Sungai Bengawan Solo yang melintasi Kabupaten Tuban.

Dari hasil perhitungan PDRB Kabupaten Tuban tahun 2013, secara umum pembangunan ekonomi di Kabupaten Tuban masih didominasi oleh 3 sektor yaitu sektor pertanian, sektor industry dan pengolahan, serta sektor perdagangan. Sektor industry merupakan penyumbang terbesar pertambangan dan penggalian yang memberikan nilai tambah cukup besar bagi Kabupaten Tuban.

3.1.1. Struktur Ekonomi Kabupaten Tuban

Struktur perekonomian di suatu wilayah merupakan penggambaran terhadap sektor- sektor yang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi daerah ( engine growth ). Sembilan sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Tuban dikelompokkan menjadi 3 sektor besar yaitu;

1. Sektor primer, yang terdiri atas sektor pertanian; pertambangan dan penggalian. Dalam sektro ini, sektor pertanian memegang peranan sebagai pendukung utama kelompok sektor primer.

2. Sektor sekunder, yang terdiri atas sektor industry pengolahan, listrik, gas dan air bersih dan konstruksi. Dalam sektor sekunder, sektor pendukung utama adalah sektor industry dan pengolahan.

3. Sektor tersier, yang terdiri atas sektor perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan pendukung utama sektor tersier.

Kelompok sektor primer dengan pertanian sebagai unggulannya selalu mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Tuban. Total nilai tambah bruto ADHB dari kelompok sektor Primer di tahun 2013 mencapai 11.017 milyar rupiah atau sebesar 39,9 persen dari total PDRB. Kelompok sektor primer sebagai yang paling dominan dalam penciptaan nilai tambah tentunya sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi kabupaten Tuban. Pada tahun 2013kelompok sektor ini tumbuh sebesar 5,24 persen (ADHK) lebih tinggi dari tahun 2012 yang tumbuh sebesar 3,43 persen. Kontribusi tertinggi dalam peningkatan kelompok sektor ini disumbangkan oleh sektor Penggalian yang tumbuh mencapai 10,28 persen. Sedangkan untuk sektor Pertanian pada tahun 2013 ini pertumbuhannya mengalami sedikit perlambatan, yaitu 1,72 dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,89.

Sektor sekunder menjadi sektor yang mempunyai andil terkecil dalam penciptaan PDRB Kabupaten Tuban, tak jauh beda dengan sektor tersier. Pada tahun 2013 besaran PDRB ADHB kelompok sektor sekunder mencapai Rp. 8.185milyar dengan peranan sebesar 29,64 persen serta tumbuh 8,49 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 9,48 persen.

Adapun sektor tersier yang teridiri atas sektor perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa telah memberikan kontribusi yang relatif besar terhadap perekonomian di kabupaten Tuban, dengan nilai tambah ADHB pada tahun 2013 mencapai Rp. 8.413 milyar dengan peranan sektoral sebesar 30,46 persen. Pergeseran struktur ekonomi terjadi pada tahun ini, dimana sebelumnya sumbangan terbesar dari pertanian, namun tahun ini sektor industry memberikan sumbangan terbesar. Sektor pertanian sendiri turun menjadi penyumbang nomor

2. Kedua sektor tersebut, yaitu pertanian dan industry, masih mendominasi perekonomian Kabupaten Tuban dan memiliki peluang besar untuk tetap menjadi leading sector bagi perekonomian Kabupaten Tuban pada beberapa tahun mendatang.

Komposisi yang relatif sama ditunjukkan juga oleh besaran PDRB ADHK yang mencerminkan penciptaan nilai tambah secara riil karena telah menghilangkan faktor kenaikan harga. Kelompok Primer tetap mempunyai nilai tambah terbesar, diikuti oleh kelompok tersier dan kelompok sekunder. Kelompok sektor Primer di tahun 2013 meskipun mempunyai nilai tambah terbesar, yaitu Rp. 4.575 milyar, namun pertumbuhan kelompok sektor ini secara agregat paling kecil (5,24 persen)dibandingkan agregat pertumbuhan kelompok sektor yang lain. Sedangkan jika dilihat secara sektoral maka seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif meskipun beberapa sektor melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor konstruksi merupakan sektor ekonomi yang mengalami lonjakan pertumbuhan cukup tinggi yakni 15,35 persen, diikuti oleh sektor angkutan & komunikasi yang tumbuh mencapai 10,49 persen dan urutan ketiga ditempati oleh sektor pertambangan & penggalian yang tumbuh sebesar 10,28 persen. Namun demikian share ketiga sektor tersebut dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tuban relatif kecil, sehingga tingginya pertumbuhan pada ketiga sektor tersebut tidak berpengaruh secara signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tuban secara umum.

Tabel 1. PDRB ADHB dan ADHK, Presentase dan Pertumbuhannya Kabupaten Tuban

Tahun 2012-2013

Sumber: PDRB Kabupaten Tuban Tahun 2010-2013. BPS Kabupaten Tuban Sektor primer dan sekunder selama tahun 2013 mampu menciptakan PDRB ADHK

sebesar Rp 4.575 milyar dan Rp. 2581 milyar. Masing-masing sektor tersebut tumbuh sebesar

5,24 persen dan 8,49 persen. Dibanding tahun sebelumnya, penurunan peranan terjadi pada kelompok sektor primer dan tersier. Namun peningkatan peranan justru terjadi pada sektor tersier.

Tabel 2. Struktur Ekonomi Dalam PDRB Kabupaten Tuban ADHB Tahun 2010-2013 (%)

Sumber: PDRB Kabupaten Tuban 2010-2013, BPS Kabupaten Tuban

Distribusi presentase nilai tambah yang tercipta di masing-masing sektor sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah. Semakin beragam kegiatan perekonomian yang ada akan memberikan warna pad astruktur perekonomian suatu wilayah. Potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia dapat mempengaruhi keragaman kegiatan perekonomian yang ada pada suatu wilayah.

Struktur ekonomi kabupaten Tuban dapat dilihat dari peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap nilai total PDRB ADHB. Tabel 1 secara umum menggambarkan struktur ekonomi kabupaten Tuban pada tahun 2010-2013. Berdasarkan data diatas, tercermin bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Tuban pada tahun 2010-2013 tidak mengalami pergeseran struktur ekonomi yang signifikan. Peranan terbesar masih berada pada kegiatan ekonomi yang tergabung dalam kelompok primer, yaitu dari 40,90 persen di tahun 2010 yang perannya mengalami penurunan secara perlahan menjadi 39,90 persen di tahun 2013. Kelompok sektor tersier pada urutan kedua memiliki peranan sebesar 29,97 persen yang secara perlahan meningkat peranannya menjadi 30,46 persen di tahun 2013. Sedangkan untuk kelompok sekunder relatif stabil di kisaran angka 29 persen yakni sebesar 29,13 persen di tahun 2010, berfluktuasi selama lima tahun terakhir ini dan pada tahun 2013 peranannya adalah sebesar 29,64 persen.2010-2013. Apabila diperhatikan, tampak dalam tabel bahwa sektor tersier selama 4 tahun terakhir terus Struktur ekonomi kabupaten Tuban dapat dilihat dari peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap nilai total PDRB ADHB. Tabel 1 secara umum menggambarkan struktur ekonomi kabupaten Tuban pada tahun 2010-2013. Berdasarkan data diatas, tercermin bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Tuban pada tahun 2010-2013 tidak mengalami pergeseran struktur ekonomi yang signifikan. Peranan terbesar masih berada pada kegiatan ekonomi yang tergabung dalam kelompok primer, yaitu dari 40,90 persen di tahun 2010 yang perannya mengalami penurunan secara perlahan menjadi 39,90 persen di tahun 2013. Kelompok sektor tersier pada urutan kedua memiliki peranan sebesar 29,97 persen yang secara perlahan meningkat peranannya menjadi 30,46 persen di tahun 2013. Sedangkan untuk kelompok sekunder relatif stabil di kisaran angka 29 persen yakni sebesar 29,13 persen di tahun 2010, berfluktuasi selama lima tahun terakhir ini dan pada tahun 2013 peranannya adalah sebesar 29,64 persen.2010-2013. Apabila diperhatikan, tampak dalam tabel bahwa sektor tersier selama 4 tahun terakhir terus

Secara agregat kelompok sektor primer dan sekunder mengalami penurunan dan hanya kelompok sektor tersier yang mengalami peningkatan peranan dalam penciptaan PDRB di tahun 2013. Hal ini mencerminkan bahwa percepatan kegiatan ekonomi di kelompok sektor primer dan sekunder masih dibawah sektor-sektor ekonomi lainnya. Peningkatan pesat peranan pada sektor perdagangan, hotel, & restoran disebabkan percepatan perkembangannya jauh melebihi sektor-sektor lain yang ditandai masih maraknya aktifitas ekonomi pada subsektor perdagangan besar dan eceran serta restoran dengan makin banyaknya bermunculan toko/outlet/butik aneka barang, masih tetap eksisnya ritel-ritel waralaba, serta menjamurnya pedagang kaki lima, pusat jajanan, cafe, dan warung lesehan sebagai yang diiringi dengan makin membaiknya daya beli masyarakat kabupaten Tuban.

3.1.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran dinamis yang digunakan untuk melihat perkembangan kinerja perekonomian di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Dalam rencana strategis (Renstra) Kabupaten Tuban disebutkan laju pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator yang sangat penting untuk selalu dievaluasi. Agar lebih valid perubahan ini diukur dengan acuan satu ukuran/satu periode yang disebut kondisi ekonomi pada tahun dasar dan menggunakan ukuran atas dasar harga tetap (konstan).

Tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang dihitung dari PDRB merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar namun pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, sekaligus sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi, maka sektor tersebut otomatis akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi secara total.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tuban pada tahun 2010-2013 secara umum mengalami peningkatan. Sempat terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi ketika pemerintah menaikkan harga BBM. Selama tahun 2010-2013, secara berturut-turut pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tuban pada tahun 2010-2013 secara umum mengalami peningkatan. Sempat terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi ketika pemerintah menaikkan harga BBM. Selama tahun 2010-2013, secara berturut-turut pertumbuhan

Apabila laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Tuban pada tahun 2013dipakai sebagai dasar (Base Line), maka kinerja sektoral dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok Pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas LPE Kabupaten Tuban yang sebesar 7,03 persen. Kelompok Kedua adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun masih di bawah LPE kabupaten Tuban. Kelompok Ketiga adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif.

Tabel 3. Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Kabupaten Tuban Tahun 2010-2013 (%) Sumber: PDRB Kabupaten Tuban 2010-2013, BPS Kabupaten Tuban

3.2 Potensi Perekonomian

Potensi perekonomian yang menonjol pada Kabupaten Tuban terdapat pada sektor pertaniannya. Meskipun berada di kawasan jalur pantai utara dan memiliki iklim yang sedikit kering, namun sektor pertanian di Kabupaten Tuban menghasilkan beberapa produk komoditas yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Di samping itu, Kabupaten Tuban juga dicangkan sebagai kawasan penyangga ketahanan pangan Indonesia.

Sementara ini, sebagian besar petani di Tuban masih fokus memproduksi komoditas tanaman pangan, seperti misalnya padi, jagung, kacang tanah yang sekarang ini mulai dipasarkan ke perusahaan pengolah makanan berbahan baku kacang tanah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, ketela pohon yang rata-rata produksinya bisa mencapai 134,15 Kw/Ha, ubi jalar yang dikembangkan di area seluas 553 Ha, budidaya kedelai yang berada di Kecamatan

Senori dan Kecamatan Singgahan, kacang hijau, serta cabe rawit dan cabe keriting yang banyak dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Tuban.

Pengembangan potensi pertanian perlu didukung oleh ketersediaan lahan dan juga tenaga kerja, selain itu masih banyak juga faktor pendukung linya seperti sarana irigasi. Pengembangan potensi pertanian di Kabupaten Tuban didukung adanya lahan pertanian yang luas dan juga penduduk yang banyak. Luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Tuban mencapai 55.371,932 Ha dan luas lahan tegalan yang mencapai 55.229,844 Ha, luas lahan pekarangan 15.524,075 Ha, luas ladang 61.000 Ha. Dari seluruh lahan persawahan yang ada sekitar 53% atau 29.299,405 Ha bisa diusahkan irigasinya baik dari irigasi teknis maupun sederhana. Sedangkan 47% atau sekitar 26.064,827 Ha merupakan lahan sawah yang tadah hujan.

Selain potensi pertanian yang beragam, Kabupaten Tuban juga memiliki potensi perkebunan yang tidak kalah menghasilkan. Misalnya saja seperti belimbing tasikmadu (varietas belimbing lokal asli Tuban) yang saat ini sedang gencar dibudidayakan masyarakat di Kecamatan Palang terutama di Desa Tasikmadu, Kelurahan Panyuran, dan Desa Sumurgung. Disamping itu ada juga buah duku prunggahan (duku asli Tuban) yang dikembangkan di Kecamatan Singgahan dan Kecamatan Tuban, buah siwalan, buah gayam yang diolah menjadi keripik khas Tuban, potensi agrobisnis kelapa, jambu mete, mangga, nangka, pisang, tebu, semangka, serta terong.

3.3. Permasalahan Perekonomian

Permasalahan perekonomian yang terdapat pada Kabupaten Tuban terjadi di berbagai bidang. Salah satunya adalah pada bidang pertanian. Pertanian yang menjadi salah satu sektor unggulan dari Kabupaten Tuban ini memiliki beberapa masalah seperti banjir yang kerap melanda areal sawah ketika hujan deras datang. Di samping itu, kelengkapan dan ketersediaan jaringan irigasi untuk mengairi sawah dan areal pertanian, perkebunan di Kabupaten Tuban masih kurang. Minimnya irigasi menyebabkan pertumbuhan pertanian Kabupaten Tuban menjadi sedikit terhambat.

BAB IV HASIL ANALISIS

4.1 Analisis Location Quotient

Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Dalam analisis LQ, kesimpulan atau keluaran yang didapatkan adalah gambaran mengenai kemampuan daerah terhadap sektor yang diamati. Teknik analisis LQ membandingkan antara sektor yang terdapat di daerah dengan daerah yang lebih luas, misalnya daerah kabupaten/kota dengan daerah provinsi. Berikut ini merupakan rumus perhitungan LQ menurut Widodo (2006).

Keterangan: Vik : Nilai Output (PDRB) sektor i daerah studi k (misalnya: kabupaten/kota).

Vk : Produk Domestik Regional Bruto total semua sektor di daerah studi k. Vip

: Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (misalnya: provinsi). Vp

: Produk Domestik Regional Bruto total semua sektor di daerah referensi p. LQ digunakan untuk mengukur dan mengetahuikonsentrasi relatif atau derajat

spesialisasi sektor kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Berikut ini merupakan ukuran penilaian pada LQ:

1. Nilai LQ < 1, maka sektor i kurang terspesialisasi dibandingkan dengan sektor i di tingkat daerah referensi, sehingga bukan merupakan sektor non basis.

2. Nilai LQ = 1, maka sektor i memiliki tingkat spesialisasi yang sama dengan sektor i di tingkat daerah referensi, sehingga hanya digunakan untuk melayani kebutuhan di daerah itu sendiri.

3. Nilai LQ > 1, maka sektor i merupakan sektor spesialisasi dibandingkan dengan sektor i di daerah referensi, sehingga merupakan sektor basis.

Adanya perhitungan LQ dapat digunakan untuk mengetahui permintaan suatu wilayah akan suatu barang akan dipenuhi terlebih dulu oleh produksi wilayah, dan kekurangan diimpor dari wilayah lain.

4.1.1 Analisis LQ Pada Sektor Kegiatan Kabupaten Tuban

Analisis LQ dilakukan melalui dua metode, yakni SLQ dan DLQ. Berikut ini merupakan rumus perhitungan SLQ dan DLQ.

: Nilai tambah sektor i di suatu daerah ���� � � �� �� PDRB : PDRB Kabupaten Tuban (Wilayah Studi)

yi

Yi

: Nilai tambah sektor i di wilayah referensi (Jawa Timur)

PDRB : PDRB Provinsi Jawa Timur (Daerah referensi wilayah studi)

g ij : laju pertumbuhan sektor i di regional DLQ = (1+g ij ) / (1+g j )

g i : rata-rata pertumbuhan sektor di regional (1+G i )/ (1+G) G i : laju pertumbuhan sektor i di provinsi

G : rata-rata laju pertumbuhan sektor di provinsi

: selisih tahun akhir dan tahun awal

Perhitungan Statistic Location Quotient (SLQ) digunakan untuk mengetahui apakah sektor kegiatan tersebut termasuk dalam sektor basis atau tidak. Hasil dari perhitungan SLQ tidak dapat menggambarkan kondisi pada tahun-tahun mendatang. Sedangkan Dynamic Location Quotient (DLQ) dapat digunakan untuk mengetahui prospek suatu sektor yang dilihat dari segi laju pertumbuhannya. Berikut ini merupakan hasil perhitungan dari SLQ Kabupaten Tuban.

Tabel. Hasil Perhitungan SLQ Kabupaten Tuban

PDRB

PDRB

No. Sektor

Kabupaten

Provinsi Jawa SLQ

2. Pertambangan dan 1973068.17

9.211970754 Basis

Penggalian

0.914152564 Non Basis Listrik, Gas, dan Air

3. Industri Pengolahan 2329893.23

2.383431756 Basis Bersih

0.576104645 Non Basis Perdagangan, Hotel,

0.486355782 Non Basis dan Restoran

Pengangkutan dan

0.261977632 Non Basis Komunikasi

0.933312511 Non Basis Perusahaan

8. Persewaan dan Jasa 539096.72

0.541366545 Non Basis

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel perhitungan SLQ pada Kabupaten Tuban dengan data PDRB Kabupaten Tuban dan PDRB Provinsi Jawa TImur tahun 2013, diketahui bahwa Kabupaten Tuban memiliki tiga sektor basis. Ketiga sektor basis tersebut antara lain sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Listrik dan Gas, dan sektor Pertanian. Setelah dilakukan analisis DLQ, dapat diketahui sektor-sektor yang nantinya dapat dikembangkan berdasarkan laju pertumbuhannya. Berikut ini merupakan perhitungan DLQ di Kabupaten Tuban.

Tabel. Hasil Perhitungan DLQ Kabupaten Tuban

Rata-rata laju Rata-rata laju pertumbuhan pertumbuhan

No. Sektor

Jawa Timur

1. Pertanian

0.95 0.93 1.06 Laju Pertumbuhan Lebih Cepat Pertambangan dan

2. 1.03 0.95 1.29 Laju Pertumbuhan Lebih Cepat Penggalian

Industri

3. 1.01 0.97 1.13 Laju Pertumbuhan Lebih Cepat Pengolahan

Listrik, Gas, dan

4. 1.01 0.96 1.14 Laju Pertumbuhan Lebih Cepat Air Bersih

5. Bangunan

1.08 1.00 1.25 Laju Pertumbuhan Lebih Cepat Perdagangan,

6. Hotel, dan 1.02 1.00 1.07 Laju Pertumbuhan Lebih Cepat Restoran

Pengangkutan dan

7. 1.04 1.02 1.06 Laju Pertumbuhan Lebih Cepat Komunikasi

Keuangan,

8. Persewaan dan 1.02 0.99 1.08 Laju Pertumbuhan Lebih Cepat Jasa Perusahaan

9. Jasa-jasa

0.99 0.97 1.08 Laju Pertumbuhan Lebih Cepat Sumber : Hasil Analisis, 2015

Dari data tersebut diketahui bahwa tiap sektor kegiatan di Kabupaten Tuban memiliki laju pertumbuhan yang cenderung lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan di provinsi Jawa Timur. Hal tersebut berarti bahwa sektor-sektor tersebut memiliki prospek pengembangan. Dalam arahan pengembangan konsep, sektor pertanian menjadi salah satu sektor kegiatan yang dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Tuban, yakni agropolitan. Berikut ini merupakan perhitungan LQ Sektor Kegiatan Pertanian di Kabupaten Tuban.

Tabel 4 Hasil Perhitungan LQ Pada Sektor Pertanian

No. Sub Sektor

PDRB

PDRB Jawa LQ

1.37 Basis Makanan

1. Tanaman Bahan 1930032.99

0.37 Non Basis Perkebunan

2. Tanaman

0.71 Non Basis Hasil - hasilnya

3. Peternakan dan 316447.72

0.49 Non Basis Sumber : Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan hasil perhitungan LQ pada sektor pertanian, didapatkan bahwa sub sektor basis adalah sub sektor Tanaman Bahan Makanan dan Kehutanan. Pada Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan nilai LQ adalah 1,37 dan pada sub sektor Kehutanan nilai LQ 1,07. Dalam penentuan pengembangan yang tepat memerlukan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja sektor ekonomi di Kabupaten Tuban. Alat analisis yang dapat digunakan adalah analisis Shift Share.

4.1.2 Analisis Shift Share

Menurut Tarigan (2005), Analisis Shift Share digunakan untuk membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor industri di daerah dengan wilayah nasional. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu sektor di daerah terhadap daerah provinsi. Dalam studi, yakni perbandingan sektor kegiatan di Kabupaten Tuban dengan Provinsi Jawa Timur. Perhitungan dalam Shift Share terbagi dalam tiga komponen, yakni sebagai berikut:

 KPN, yakni Komponen Pertumbuhan Nasional. Mengukur kinerja perubahan ekonomi

pada perekonomian acuan. Pada komponen ini, tumbuhnya daerah dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum.

 KPP, yakni Komponen Pertumbuhan Proporsional. Mengukur perbedaan pertumbuhan

sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila KPP sektor bernilai positif, maka sektor tersebut berkembang atau meningkat kinerjanya.

 KPPW, yakni Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah. Mengukur kinerja sektor-

sektor lokal terhadap sektor-sektor yang sama pada wilayah referensi. Apabila KPPW sektor bernilai positif maka sektor tersebut memiliki peningkatan daya saing.

Berikut ini rumus dalam perhitungan Pertumbuhan Ekonomi pada analisis Shift Share.

PE = KPN + KPP + KPPW

Dalam perhitungannya, dibutuhkan data PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Tuban dan PDRB ADHK Provinsi Jawa Timur selama 5 tahun terakhir. Berikut ini merupakan data PDRB Kabupaten Tuban dan Provinsi Jawa Timur.

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Tuban dan Provinsi Jawa Timur Sektor

PDRB Kabupaten Tuban

PDRB Provinsi Jawa Timur

Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan

Peternakan dan Hasil - hasilnya

PENGGALIAN Minyak dan Gas Bumi

Pertambangan tanpa Migas

INDUSTRI PENGOLAHAN

Industri Migas Industri Tanpa Migas **)

Makanan, Minuman

Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki 7069.05

2,564.66 2,969.05 Barang Kayu & Hasil Hutan 2750.15

Lainnya Kertas dan Barang Cetakan

14,666.54 17,214.01 Pupuk, Kimia, & Barang dari 38684.89

Karet

Semen & Barang Galian bukan 1564520.71

logam Logam Dasar Besi & Baja

Alat Angkutan,

Peralatannya Barang lainnya

LISTRIK, GAS, & AIR BERSIH

Air Bersih

10,307.88 14,006.02 PERDAGANGAN, HOTEL, & 1202417.61

RESTORAN Perdagangan Besar & Eceran

KOMUNIKASI Pengangkutan

Angkutan Rel

Angkutan Jalan Raya

Angkutan Laut

1,106.88 Angkutan Sungai, Danau & 0 0 87.23 56.51

Penyeberangan Angkutan Udara

Jasa Penunjang Angkutan

10,869.75 17,596.46 KEUANGAN, PERSEWAAN, & 389,098.36

Komunikasi

JASA PERUSAHAAN Bank

Lembaga Keuangan tanpa Bank

Jasa Penunjang Keuangan

Sewa Bangunan

Jasa Perusahaan

JASA - JASA

Pemerintahan Umum

Sosial Kemasyarakatan

Hiburan & Rekreasi

Perorangan & Rumah Tangga

320,861.17 419,428.46 Sumber : PDRB Kabupaten Tuban dan PDRB Provinsi Jawa Timur, 2013

A. Komponen Pertumbuhan Nasional

Perhitungan KPN dilakukan dengan rumus sebagai berikut, KPN = (Yt/Yo) –1 Keterangan : Yt

: Jumlah total PDRB tingkat 1di tahun akhir. Yo

: Jumlah total PDRB tingkat 1 di tahun awal. Berikut ini merupakan perhitungan KPN Jawa Timur tahun 2009 dan 2013.

B. Komponen Pertumbuhan Proporsional

Rumus yang digunakan sebagai perhitungan KPP adalah sebagai berikut;

Keterangan:

Yit : PDRB Nasional/regional sektor i di tahun akhir Yio

: PDRB Nasional/regional sektor i di tahun awal Yt

: Jumlah total PDRB tingkat 1di tahun akhir. Yo

: Jumlah total PDRB tingkat 1 di tahun awal. Dalam perhitungan KPP, terbagi dalam dua penilaian, yakni sebagai berikut,

 KPP < 0 , maka spesialisasi sektor yang secara nasional tumbuh lambat.  KPP > 0, maka spesialisasi sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Berikut ini merupakan hasil perhitungan KPP pada sektor kegiatan di Kabupaten Tuban. Tabel 5 Hasil Perhitungan KPP Kabupaten Tuban

No. Sektor

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

2. Pertambangan dan Penggalian

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

3. Industri Pengolahan

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

5. Bangunan

5.16 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

14.55 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

7. Pengangkutan dan Komunikasi

17.81 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 4.12 Spesialisasi dalam sektor yang secara Perusahaan

nasional tumbuh cepat

9. Jasa-jasa

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Sumber : Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan tabel hasil perhitungan di atas, sektor yang secara nasional tumbuh cepat adalah sektor bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; dan Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan.

Setelah dilakukan interpretasi pergeseran bersih (PB)

LAPANGAN USAHA

KPP % INTERPRETASI

PERTANIAN

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Tanaman Bahan Makanan

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Tanaman Perkebunan

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Peternakan dan Hasil - hasilnya

0.40 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Kehutanan

0.61 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Perikanan

0.57 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Minyak dan Gas Bumi

2.16 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Pertambangan tanpa Migas

0.52 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Penggalian

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

INDUSTRI PENGOLAHAN

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Industri Migas

Industri Tanpa Migas **) Makanan, Minuman dan Tembakau

0.92 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Kertas dan Barang Cetakan

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Pupuk, Kimia, & Barang dari Karet

0.65 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Semen & Barang Galian bukan logam

0.13 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Logam Dasar Besi & Baja

0.11 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Barang lainnya

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

LISTRIK, GAS, & AIR BERSIH

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Listrik

5.26 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Gas

Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Air Bersih

0.36 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

BANGUNAN

5.16 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

PERDAGANGAN, HOTEL, & RESTORAN

14.55 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121