4.1.1 Deskripsi Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok bagi Siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV ini di paparkan tentang : Kondisi Awal, Deskripsi Siklus l, Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus l, Deskripsi Siklus ll, Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus ll, Perbandingan Antar Siklus Hasil Belajar dan Pembahasan Hasil Belajar. Masing

  • – masing akan dikemukakan sebagai berikut :

4.1 Kondisi Awal

4.1.1 Deskripsi Pra Siklus

  Kondisi awal pembelajaran Matematika di SDN 2 Mojotengah pada tes pra siklus materi volume kubus dan balok menunjukan hasil belajar siswa rendah. Tes pra siklus diadakan sebelum penelitian ini masuk ke siklus I. Persentase hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan siswa kelas V pra siklus, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

  

Tabel 41 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Pra Siklus

No Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan

  1 < 65 19 79 % Tidak Tuntas

  2 5 21 % Tuntas ≥ 65 Jumlah 24 100% Rata-rata

  61 Tertinggi

  75 Terendah

  45 Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa dari 24 siswa kelas V ada 5 siswa yang

  telah mencapai KKM yaitu ≥65 sedangkan 19 siswa belum mencapai KKM yaitu ≤ 65. Nilai tertinggi 75 nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 61. Berdasarkan tabel 4.1, maka distribusi frekuensi hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan siswa dapat disajikan dalam diagram lingkaran melalui gambar 4.1 berikut.

  Tuntas Tidak Tuntas 21% 79%

Gambar 4.1 Presentase Hasil Belajar Pra Siklus

  Diagram 4.1 di atas terlihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Mojotengah 2 sebelum melakukan perbaikan yakni 79% tidak tuntas dan yang tuntas hanya 21%. Dari hasil yang di peroleh dapat dijadikan sebagai dasar untuk peneliti melakukan perbaikan.

  Berdasarkan hasil pengamatan siswa dalam proses pembelajaran pra siklus dapat disimpulkan bahwa siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa masih banyak mendengarkan dalam memahami. Beberapa data yang sudah diperoleh , maka harus diberikan suatu tindakan dengan tujuan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi volume bangun ruang kubus dan balok, sehingga dalam proses pembelajaran siswa masih bergantung kepada guru.

4.2 Deskripsi Siklus I

  Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus I sebagai berikut:

  Perencanaan

  Proses perbaikan pada pembelajaran matematika setelah memperoleh data dari prasiklus mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi Volume bangun ruang Kubus Dan Balok melalui pendekatan pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, maka dilakukan penelitian pada siklus satu yang dilakukan dalam satu kali pertemuan dalam waktu 3 X jam Pelajaran (3 X 35 Menit )

  Tahap perencanaan siklus satu diawali dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Standar Kompetensi (SK) 4. menghitung volume kubus dan balok dan menggunakan dalam pecahan masalah.

  Kompetensi dasar 4.1 Menjelaskan cara menghitung volume kubus dan balok. Guru membagi kertas origami pada setiap siswa untuk membentuk bangun balok dari kertas origami. Dalam kegitan yang akan dilakukan berdasarkan Setandar Kompetensi (SK ) dan Kompetensi Dasar (KD). Kegiatan penelitian selanjutnya menentukan volume Kubus. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP) dengan mernerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

  

talking chips . Alokasi waktu yang digunakan adalah 2 x 35 menit. Menyiapkan

  tiga lembar observasi keaktifan belajar siswa, lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi lingkungan kelas. Menyiapkan soal

  • – soal untuk berdiskusi dan menyiapkan kancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapat.

  Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pertemuan pertama

  Pada tahap tindakan, dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model koperatif kooperatif tipe talking chips.Siklus I dilaksanakan pada hari kamis dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 X jam pelajaran 3 X 35 menit. Pada pelaksanaanya/ tindakan dilakukan oleh peneliti sebagai guru yang mengajar di kelas dengan adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang sudah telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif talking chips.

  Pada kegiaan awal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan berdoa bersama

  • – sama serta mengucapkan salam, menanyakan kabar pada siswa serta melakukan absensi. Setelah itu guru menyiapkan siswa agar siap belajar dengan meminta siswa duduk dengan rapi ditempat duduk masing
  • – masing. Meminta siswa mengeluarkan perlengkapan belajarnya. Setelah itu agar siswa lebih tertarik pada proses pembelajaran guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali tentang bangun balok. Menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yanga akan dicapai dalam pembelajaran. Serta melakukan tanya jawab sederhana
dicapai yaitu siswa dapat menentukan volume pada bangun balok , menyebutkan bentuk bangun balok yang ada disekitar kelas serta cara menentukan rumus pada volume bangun balok.

  Langkah pertama sebelum masuk ke dalam proses pembeljaran guru menjelaskan materi topik pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran kali ini. Selanjutnya guru harus memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan langkah

  • – langkah yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajrana (RPP).

  Langkah pertama sebelum masuk ke dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif talking chips guru terlebih dahulu menjelaskan topik dan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajran kali ini. Selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan langkah – langkah pembelajaran.

  Langkah meneruskan pertanyaan atau masalah memberikan beberapa pertanyaan/ permasalahan yang sesuai dengan materi pembelajaran, seperti : pernahkah kalian mengamati bentuk – bentuk bangun kubus di sekitar kalian ?. bagaimana bentuk kubus ? berbeda atau sama anatara benda yang satu dengan benda yang lainya. Selanjutnya dari beberapa peryataan tersebut guru menerapkan satu peryataan / maslah yang akan di pecahkan yaitu tentang bagaimana cara menghitung volume kubus.

  Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4 anggota. Setiap anggota kelompok memiliki tingkatan yang berbeda beda yaitu tinggi, sedang dan rendah. Guru memberikan penjelasan tentang model

  • – pelajaran yang digunakan, setiap kelompok diberikan latihan soal dan masaing masing kelompok memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Kemudian siswa diminta untuk memberikan kancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapatnya atau bertanya ? siswa yang berani menyampaikan pendapatnya didepan kelas akan mendapatkan reward. Kegiatan akhir guru dan siswa bersama
  • – sama menyimpulkan tentang materi yang baru dipelajarinya dan guru menyampikan informasi tentang materi selanjutnya kepada siswa.

  Pertemuan Kedua

  Pada kegiatan awal guru menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa dan melanjutkan absensi kehadiran siswa. Guru menyampaikan apersepsi dengan menanyakan PR dan kemudian membahas bersama

  • – sama, selanjutnya guru menyampaiakan tujuan yang akan dicapai yaitu siswa dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan volume kubus.

  Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok seperti kelompok yang kemarin sudah dibuat. Selesai guru membagi kelompok maka setiap kelompok diberikan latihan soal. Kemudian siswa diminta untuk memberikan kancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapat atau bertanya. Siswa yang beranii menyampaikan pendapatnya di depan kelas akan mendapatkan reward. Kegiatan akhir guru dan siswa bersama

  • – sama menyimpulkan tentang materi yang baru dipelajarai dan guru menyampaikan informasi untuk pertemuan berikutnya tes akhir siklus 1.

  Observasi

  Tahap observasi dilakukan pada saat pembelajaran yang sedang berlangsung

  • – untuk mengetahui aktifitas belajar siswa serta untuk mengetahui kendala kendala yang dihadapi dalam pembelajaran yang dilaksanakan saat tindakan pelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru sebagai pengajar yang dibantu oleh guru kelas sebagai observer. Berdasarkan lembar observasi aktifitas belajar siswa pada siklus satu dapat digambarkan bahwa dalam proses pembelajaran terlihat kesungguhan siswa dalam menerima materi yang diberikan guru masih kurang, hal ini ditandai oleh siswa yang masih mengobrol dengan teman sebangkunya pada sat pelajaran. Siswa masih ragu
  • – ragu bertanya kepada siswa dan siswa tidak bisa menjawab. Pada saat kerja kelompok, siswa belum bisa menjawabnya. Pada saat kerja kelompok, siswa belum bisa bekerja sama dengan kelompoknya secara baik, yang mengerjakan tugas hanya siswa yang pandai saja, sedangkan siswa yang kurang pandai menggantungkan temanya yang pandai. Selanjutnya memasuki tugas akhir yaitu guru bersama dengan siswanya cukup baik dalam menarik kesimpulan yang baru dipelajarinya, akan tetapi beberapa siswa masih
Selain lembar observasi aktifitas belajar siswa, terdapat lembar observasi kegiatan guru yang fungsinya untuk mengetahui kegiatan

  • – kegitan yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

  talking chips dan juga untuk memenuhi kekurangan

  • – kekurangan sehingga tidak terulang pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru diperoleh gambaran bahwa guru masih ada kekurangan dalam pelaksaan pembelajaran yaitu guru kurang memberikan seluruh perhatian kepada seluruh siswa, dalam penyampaianya siswa kurang diberi kesempatan untuk memahami dan mendalami materi yang mengerti materi yang diberikan oleh guru, guru kurang memancing siswa untuk menyimpulkan materi yang baru dipelajarinya.

  Refleksi (Perbaikan )

  Tahapan selanjutnya setelah kegiatan pelaksanaan dan observasi pembelajaran siklus 1 adalah refleksi. Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis skor hasil belajar matematika siswa siklus I yang disajikan pada tabel 4.2 dan hasil observasi dari lembar observasi guru pada lampiran , dan lembar observasi siswa yang disajikan pada lampiran. Skor tes diperoleh dari kegiatan evaluasi akhir pembelajaran pada pertemuan 2 siklus I yaitu menentukan volume pada bangun balok , menyebutkan bentuk bangun balok yang ada disekitar kelas serta cara menentukan rumus pada volume bangun balok, mengamati bentuk

  • – bentuk bangun kubus di sekitar, bagaimana bentuk kubus, bagaimana cara menghitung volume kubus,dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan volume kubus. Berdasarkan hasil evaluasi mengenai hasil belajar pada siklus 1 dapat dianalis sebagai berikut.

4.3 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I

  Hasil belajar diukur dengan memberikan tes yaitu tes siklus I yang diberikan dalam bentuk soal essay. Persentase hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan siswa kelas V siklus 1, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I No Nilai Jumlah siswa Persentase Keterangan

  1 <65 6 25 % Tidak Tuntas

  2 18 75 % Tuntas ≥ 65 Jumlah

  24 Rata – rata

  67 Tertinggi

  85 Terrendah

  60 Dari tabel 4:2 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model

  pembelajaran koopratif tipe talking chips, dari 18 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 24 siswa (75%) tuntas atau mampu mencapai KKM 65 dan 6 siswa (25%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 85 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah

  67. Selanjutnya untuk lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram batang 4.2 berikut ini:

  

Siklus I

25% Tuntas Tidak Tuntas 75%

Gambar 4.2 Presentase Hasil Belajar Pra Siklus

  Mendasarkan gambar 4.2 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan siswa kelas V, pada siklus I mencapai 75% (18 siswa dari 24 siswa) tuntas dalam belajar matematika dan 25 % ( 6 siswa dari 24 siswa) tidak tuntas dalam belajar matematika dengan KKM yang ditentukan adalah

  ≥ 65. Hasil belajar pada siklus 1 belum mencapai indikator yang sudah ditentukan yaitu 80%. Aktifitas belajar siswa pada siklus 1 sudah lebih baik dari pada pra siklus yaitu siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran siswa aktif dalam bekerja kelompok dalam melaksanakan tugasnya walupun belum secara keseluruhan dan model pembelajaran yang digunakan tidak membuat siswa demikian pada siklus 1 belum maksimal karena masih ada sejumlah siswa yang nilainya masih dibawah KKM, sehingga harus dilaksanakan siklus II yang bertujuan agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.3 perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah tindakan pada siklus

Tabel 4.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I Pra Siklus Siklus I No Nilai Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 1.

  19 79 % 6 25 % 2. 5 21 % 18 75 % Jumlah 24 100% 24 100% Rata-rata

  61

  67 Tertinggi

  75

  85 Terendah

  45

  60 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun

  persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 5 siswa (21%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 18 siswa (75%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 13 siswa (54%). Jumlah siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 19 siswa (79%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus I menjadi 13 siswa (54%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 6 siswa (25%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.3 perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I.

  100% 79% 75% 80% 60% 40% 25% 21% 20% 0% Pra Siklus Siklus 1 Tuntas Tidak Tuntas Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus , siswa yang tuntas belajar adalah 5 siswa (21%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 19 siswa (75%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 14 siswa (58%). Jumlah siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 19 siswa (79%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (25%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 3 siswa (13%).

  Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 65. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunakaan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dapat meningkatan hasil belajar siswa sehingga harus dilaksanakan sikus II yang bertujuan untuk meningakatkan hasil belajar siswa kelas V.

  Perbaikan siklus I

  Perbaikan ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan

  • – kekurangan yang terdapat pada siklus I, sehingga tidak terulang lagi pada siklus selanjutnya yaitu pada siklus II. Refleksi pada siklus I. Dijumpai bahwa sebagian siswa belum memperhatikan penjelasan dari guru dan siswa masih mengobrol dengan teman yang lainya. Maka diperlukan untuk guru mendekati siswa yang masih mengobrol dengan temannya serta memberikan pengarahan kepada siswa tersebut supaya memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Siswa yang belum berani bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas diharapkan siswa bertanya dan guru memotivasi siswa supaya tidak malu dalam bertanya. Ketika siswa bergantung kepada temanya yang pandai, pentingnya penjelasan bagi guru bahwa akan lebih dikerjakan secara bersama
  • – sama dengan kelompoknya masing – masing dimana dalam setiap kelompok bisa saling bertukar pikiran, saling
sehingga setiap anggota bisa mengerti/paham dalam menyelesaikan soal yang telah diberikan oleh guru.

  • – Ketika siswa menyimpulkan materi pembelajaran terlihat siswa masih ragu ragu dalam menyimpulkan materi tidak boleh ragu-ragu dan haus percaya diri. Pada saat dilakukan tes akhir siklus 1 juga dijumpai bahwa terdapat siswa yang melihat jawaban temanya, kemudian guru langsung menegur siswa yang mencoba menyontek pekerjaan temanya. Serta memberikan arahan bahwa lebih baik dikerjakan sendiri dari pada melihat jawaban punya teman.

  Guru juga melakukan refleksi pada lembar observasi kondisi lingkungan kelas, diperoleh dalam proses belajar mengajar dapat digambarkan bahwa siswa kurang teratur dan rapi dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pada saat guru memulai pembelajaran ada siswa yang masinh berjalan

  • – jalan dikelas, kemudian guru menegur siswa tersebut serta memberikan arahan dan motifasi dengan cara apabila pelajarannya sudah dimulai diharapakan untuk partisipasinya dan siap untuk memperhatikan penjelasan dari guru.

  Karena jika kalian memperhatikan pasti akan bisa menyelesaikan soal

  • – soal yang telah diberikan. Kondisi kelas yang digunakan agak kotor,karena terdapat samapah bekas rautan pensil tidak di buang di tempat sampah serta ada sampah bungkus jajan anak yang jatuh dilantai. Sedangkan perlengkapan kebersihan dikelas sudah cukup komplit seperti sapu, sulak, dan tempat sampah. Guru juga tidak lupa untuk mengimggatkan kepada siswa bahwa sebelum pembelajaran dimulai siswa yang piket harus membersihkan ruang kelasnya terlebih dahulu.

4.4 Deskripsi Siklus II

  Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus II sebagai berikut:

  Perencanaan

  Tahap perencanaan guru mempersiapakan materi pembelajaran atau sumber belajar yang akan digunakan pada pertemuan pertama dengan kompetensi dasar volume kubus,sedangakan indikatornya yaitu tentang menentukan volume kubus. model pembelajaran kooperatif talking chips. Alokasi waktu yang digunakan dalam pertemuan ini adalah 2 x 35 menit. Menyiapakan tiga lembar observasi keaktifan belajar siswa, lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi lingkungan kelas. Menyiapkan soal

  • – soal untuk berdiskusi dan menyiapkan kancing sebagaitiket untuk menyampaikan pendapat.

  Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pertemuan Pertama

  Pada tahap tindakan, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips, yaitu pada kegiatan awal guru mengucapkan salam kepada siswa, guru menyuruh siswa ketua kelas untuk memimpin doa dan dilanjutkan dengan absensi kehadiran siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu : siswa dapat meentukan volume kubus satuan, siswa dapat menentukan volume kubus yang sudah ditentukan, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kubus, siswa dapat menentukan panjang ruruk dari volume kubus yang sudahdiketahui. Guru menjelaskan materi menentukan volume kubus melalui bimbingan guru siswa diajak untuk mencari atau menentukan volume kubus dengan mencari rusuk- rusuknya.

  Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari @4 anggota. Setiap anggota kelompok memilikititingkatan yang berdeda

  • – beda yaitu ada yang tinngi, sedang dan rendah. Guru memberikan penjelasan tentang model pembelajaran yang digunakan. Setiap kelompok diberikan latihan soal dan masing masing kelompok memecahkan maslah yangdiberikan oleh guru. Kemudian siswadiminta untukmemberikan kancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapatnya didepan kelas akan mendapatkan reward. Kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulakan tentang materi yang baru dipelajarinyadan guru menyampiakan informasi tentang materi selanjutnya pada siswa.

  Pertemuan kedua

  Pada kegiatan awal guru memberikan salam, selanjutnya ketua kelas

  • – apersepsi dengan menanyakan PR dankemudian dibahas bersama sama,selanjutnya guru menyampiakan tujuan yang hendak dicapai yaitu dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kubus. Guru menjelaskan materi yang berhubungan dengan kubus.

  Guru membagikan undian angka untuk membagi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4anggota yang kemarin sudah dibuat. Selesai guru membagi siswa berkelompok . maka setiap kelompok diberikan latihan soal. Kemudian siswa diminta untuk memberikankancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapat atau bertanya. Siswa yang berani menyampikan pendapat didepan kelas akan mendapatkan rewar. Kegiatan akhir guru dan siswa bersama

  • – sama menyimpulkan tentang materi yang baru dipelaharinya, dan guru menyampaikan informasi untuk pertemuan berikutnya tes akhir siklus II.

  Observasi

  Pada proses pembelajaran siklus II diperoleh bahwa sudah terdapat peningkatan. Siswa sudah terlihat terbiasa menggunkan model kooperatif tipeTalking Chips dan dapat mengikuti pembelajaran dengan efektif dibanding siklus I. Berdasarkan observasi keaktifan belajar siswa pada siklus II dapat

  • – digambarkan bahwa dalam proses pembelajaran terlihat siswa bersungguh sungguh dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran dimulai siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru.

  Walupun masih ada salah satu siswa yang mengobrol dengan temanya. Tanpa ragu

  • – ragu sudah berani bertanya kepada guru tentang materi yang kurang jelas.sebagian besar siswa sudah tidak ada yang bermain – main dan ribut sendiri.

  Dalam kerja kelompok keaktifan siswa dalam berdiskusi sudah sangat baik. Ini ditunjukan dengan adanya tidak didominasi oleh siswa yang pandai

  • – pandai saja semua kelompok sudah terlihat aktif. Pada saat berkelopok siswa sudah lebih tertib dan langsung berbaur dengan kelompoknya masing
  • – masing setip anggota saling bertikar pikiran.Selanjudnya dalam menyimpulkan materi guru bersam dengan siswa sudah terlihat sangat berani damal menarik kesimpulan pada materi
Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru diperoleh gambaran bahwa guru sudah mampu dalam penguasaan dan menggorgaisasikan kelas, guru sudah lebiah baik dari siklus I. Hal ini dibuktikan bahwa secara keseluruhan guru jauh lebih tenang dan baik dalam mengatur siswa. Dalam menyampaikan aperesepsi, motivasi tujuan dan materi pembelajarannya. Berdasarkan hasil observasi guru sudah memberikan seluruh perhatianya kepada semua siswa. Dalam mengatur kelompok guru sudah bisa bersikap adil dan berkeliling pada semua kelompok. Guru membimbing kelompok apabila ada yang mengalamikesulitan dalam menyimpulkan materi guru dan siswa terlihatbaik dan kompak. Secarakeseluruhan guru sudah memperbaiki semua kekurangan

  • – kekuranagn yang terdapat pada pertemuan sebelumya sehingga pada pertemuan berikutnya guru bisa lebih baik dalam melaksanakan pembelajarannya.

  Berdasarkan evaluasi mengenai hasil belajar pada siklus II dapat dianalisis sebagai berikut :

4.5 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II

  Berdasarkan hasil pengambilan data melalui metode didapatkan hasil keaktifan siswa pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4 Nilai Tes Siklus II

  No Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan

  1 2 8% Tidak Tuntas

  65

  2 22 92% Tuntas

65 Jumlah

  24 Rata-rata

  73 Tertinggi

  95 Terendah

  60 Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model

  pembelajaran koopratif tipe talking chips, dari 24 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 22 siswa (92%) tuntas atau mampu mencapai KKM 65 dan 2 siswa (8%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 95 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah

  73. Selanjutnya untuk lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram batang 4.4 berikut ini:

  

Hasil Belajar Pada Siklus II

Tidak Tuntas 8% Tuntas 92%

Gambar 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

  Berdasarkan grafik diatas maka dapat disimpulakan bahwa nilai rata- rata kelas pada siklus II meningkat menjadi 92 % dengan prosentase siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 92 %, sedangkan prosentas siswa yang belum tuntas belajar adalah 8 %. Hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai batas ketuntasan yang sudah ditetapkan yaitu 65 %. Hali ini dikarenakan pada siklus II selama proses pembelajaran partisipasi siswa cukup besar. Kesungguhan siswa didalam menerima materi pelajaran sangat baik. Ini ditandai dengan siswa lebih aktif mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru serta siswa lerlibat langsung dalam proses pembelajarannya.

  Pada saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih bersemanagat, siswa tidak bosan dan menyenangkan serta siswa berani bertanya tentang materi yang belum jelas, siswa lebih aktif dan berani mengungkapkan pendaptnya ideanya. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  Refleksi (Perbaikan )

  Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II hasil belajar siswa siklus I dan siklus II yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Siklus I Dan Siklus II

  Siklus I Siklus II Ketuntasan

  Jumlah siswa % Jumlah siswa %

  6

  25

  2

  8

  65 ≥ 65

  18

  75

  22

  92 Total 24 100 24 100 Rata-rata

  67

  73 Nilai tertinggi

  85

  95 Nilai terendah

  60

  55 Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah 18 siswa (75%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 22 siswa (92%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 4 siswa (17%). Jumlah siswa yang belum tuntas siklus I adalah 6 siswa (25%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 2 siswa (8%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 4 siswa (17%).

  Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.9 perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I

  92% 100% 75% 80% 60% 40% 25% 20% 8% 0%

  

Siklus I Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.5 Gambar Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I Dan Siklus II

  Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah belajar adalah 18 siswa (75%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 22 siswa (92%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 4 siswa (17%). Jumlah siswa yang belum tuntas siklus I adalah 6 siswa (25%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 2 siswa (8%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 2 siswa (8%) dan membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking

  chips dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  Perbaikan siklus II

  Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dapat diskusi siswa kelas 5 SDN 2 Mojotengah dengan baik dan siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe talking chips. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan yang terjadi pada setiap siklusnya. Meskipun demikian ada salah satu siswa yang masih mengobrol dengan temanya saat dijelaskan oleh guru maka untuk mengatasi hal tersebut guru mendekati siswa tersebut untuk tidak mengobrol lagi saat saat dijelaskan dan memberikan motifasi apabila kalian mendengarkan dan memperhatikan pasti nanti kalian akan bisa mengerjakan soal

  • – soal dengan baik. Guru juga melakukan refleksi pada lembar observasi konsisi lingkungan kelas, yaitu diperoleh dalam proses mengajar dapat digambarkan bahwa kondisi ruang kelas yang digunakan baik dan nyaman. Siswa sudah bisa teratur dan rapi dalam melaksanakan pembelajarann yaitu siswa sudah tidak brjalan
  • – jalan lagi didalam kelas saat pembelajaran dimulai kondisi kelas yang digunakan sudah terlihat bersih.

  Pada siklus II guru merasa sudah baik dan berjalan dengan lancar dan pelaksaan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian guru menilai bahwa peneliti sudah cukup dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Hal ini atas pertimbangan bahwa dari siklus II sudah meningkat dan siklus sudah dapat diakhiri.

4.6 Perbandingan Antar Siklus Hasil Belajar

  Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus tersebut adalah rangkaian kegiatan yang saling berkaitan antar siklusnya, artinya pelaksanaan siklus II merupakan pemantapan perbaikan berdasarkan kegiatan refleksi dari siklus I. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka hasil belajar siswa untuk antar siklus dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

  Pra Siklus Siklus 1 Siklus II Ketuntasan Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

  19

  79

  6

  25

  2

  8

  65 ≥ 65

  5

  21

  18

  75

  22

  92 Jumlah 24 100 24 100 24 100 Nilai Tertinggi

  75

  85

  95 Nilai Terendah

  45

  60

  55 Rata-Rata

  61

  67

  73 Dari Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa

  dari pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang tuntas belajar adalah 5 siswa (21%), pada siklus I menjadi 18 siswa (75%) dan pada siklus II menjadi 22 siswa (91%). Sedangkan siswa yang belum tuntas jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 19 siswa (79%) belum tuntas, pada siklus I masih 6 siswa (25%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 2 siswa (8%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 75, siklus I nilai tertinggi yaitu 85 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 95. Nilai terendah pra siklus 45, siklus I 60 dan siklus II nilai terendah 55. Rata-rata siswa dari pra siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari pra siklus 61 menjadi 67 ke siklus I atau naik sebesar 6 dan pada siklus II menjadi 73 atau naik sebesar 6. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari pra siklus sampai dengan Siklus II. Berikut ini disajikan dalam Grafik 4.6 perbandingan nilai tertinggi, nilai terendah dan nilai rata rata belajar siswa Pra siklus, siklus I dan setelah diberikan tindakan pada siklus II

  

Persentase Peningakatan Ketuntasan Hasil Belajar

92% 100% 75% 80% 60% 40% 21% 20% 0% Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.6 Gambar Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Antar Siklus

  Berdasarkan diagram batang hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan Siswa kelas V di SD Mojotengah 2 pada gambar 4.6, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pra siklus yang semula 21% siswa tuntas ke siklus I terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa tuntas meningkat sebesar 75% kemudian pada siklus II terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa tuntas meningkat sebesar 92%. Peningkatan presentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa, karena dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking chips. Jadi secara keseluruhan dapat lihat pada pra siklus, siklu I dan siklus II dalam pelaksanaan pembelajaran pada materi volume kubus dan balok menggunakan model kooperatif tipe talking chips menunjukan adanya peningkatan hasil belajar.

4.7 Pembahasan Hasil Temuan

  Penelitian tindakan ini adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V di SDN 2 Mojotengah melalui model kooperatif tipe talking chips. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tindakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh guru pada siklus I dengan lembar observasi, aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model kooperatif tipe talking chips menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru di siklus I pada pertemuan pertama guru kurang optimal membimbing siswa dalam kelompok untuk mengumpulkan data pertemuan 2 guru sudah dapat melaksanakan semua aktivitas berdasarkan indikator. Aktivitas tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh guru kelas V pada siklus I, juga dilakukan oleh guru pada siklus II.

  Berdasarkan lembar observasi aktivitas tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh guru kelas V pada siklus II, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru pada setiap pertemuan di siklus II sudah terlaksana semua sudah dilaksanakan oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II ini aktivitas tindakan yang guru laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Aktivitas tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh guru, aktivitas tindakan juga dilakukan oleh siswa kelas V. Berdasarkan aktivitas tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh siswa kelas V pada siklus I, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa sudah dilaksanakan oleh siswa, pada saat diskusi pemecahan masalah siswa belum melaksanakannya ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan kedua sudah nampak siswa melaksanakan semua aktivitas berdasarkan indikator.

  Pada lembar observasi aktivitas tindakan model kooperatif tipe talking

  

chips yang dilakukan oleh Siswa kelas V Siklus II, menunjukkan bahwa

  pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa pada setiap pertemuan di siklus II sudah terlaksana dari seluruh indikator sudah dilaksanakan oleh siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, pada siklus II ini aktivitas tindakan yang siswa laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Peningkatan aktivitas guru dan siswa kelas V dalam kegiatan pembelajaran melalui model kooperatif tipe talking

  

chips , juga terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD

Mojotengah 1 semester I tahun pelajaran 2017/2018.

  Perbandingan ketuntasan skor hasil belajar matematika yang dicapai berdasarkan KKM ≥ 65 antara siswa yang tuntas pra siklus adalah 5 siswa ( 21%).Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan jumlah II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 22 siswa ( 92%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 19 siswa (79%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 6 siswa (25%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 2 siswa (8%) yang belum tuntas, maka telah memenuhi syarat penelitian dengan indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80%. Pelaksanaan perbaikan siklus ini dapat diakhiri pada siklus

  2. Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika pembelajaran maka dapat diketahui bahwa dua siswa tersebut dalam pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya. Terhadap 2 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali, Siswa tersebut diminta untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes untuk dikerjakan dirumah dengan bimbingan orang tua. Nilai hasil soal yang dikerjakan di rumah tersebut digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara dengan standar Nilai kriteria ketuntasan minimal.

  Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2015) dalam penelitianya yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik talking chips Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa SD selanjutnya penelitian yang dilakukan Yacob Hariyanto(2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Tipe talking chips Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Memahami Model Atom Bahan Semi Konduktor Di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto dan penelitian yang telah dilakukan oleh Arie dkk dalam penelitiannya yang berjudul Remediasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Pada Gerak Parabola Di SMA menunjukkan bahwa model kooperatif tipe

  

Talking Chips dapat meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa, Hasil

  Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Memahami Model Atom Bahan Semi

  Konduktor selain itu, efektif untuk meremediasi 7 miskonsepsi siswa pada materi gerak parabola di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Semparuk.

  Selain mendukung ketiga hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan teoritis tentang model kooperatif tipe talking chips, menurut Lie (2008:63) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe talking chips merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang ditunjukan dari suatu interaksi tindak belajar, dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.. Dengan menerapkan langkah model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dengan tepat, dan dengan memperhatikan karakateristik siswa, kemudian dibagi dengan belajar tim dimana pembelajaran kooperatif tipe talking chips ini akan mengarahkan siswa untuk lebih aktif, siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, dan mencari jawaban serta tugas dan peran siswa sekaligus penyelesean atas masalah yang ditemukan dalam gagasan itu, ternyata model pembelajaran kooperatif tipe talking chips ini mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar pada mata pelajararn matemmatika, materi volume kubus dan balok pada siswa kelas V SD Mojotengah 2 semester I tahun pelajaran 2016/2017 , Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan di PO Rosalia Indah

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi Karyawan Bagian Fashion dan Depstore di City Walk Ada Baru Salatiga

1 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Teams-Games-Tournament dengan Permainan Clash-of-Clans untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 Kotamadya Salatiga Semester I Tahun Pelaja

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Teams-Games-Tournament dengan Permainan Clash-of-Clans untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 Kotamadya Salatiga

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Teams-Games-Tournament dengan Permainan Clash-of-Clans untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 Kotamadya Salatiga Semester I Tahun Pelaja

0 0 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Teams-Games-Tournament dengan Permainan Clash-of-Clans untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 K

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Teams-Games-Tournament dengan Permainan Clash-of-Clans untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 Kotamadya Salatiga Semester I Tahun Pelaja

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Mojoteng

0 0 6

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok b

1 5 17

3.1 Jenis, Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Vol

0 0 15