BAB 5 PERAN, FUNGSI DAN MANFAAT PAJAK - BAB 5 PERAN FUNGSI DAN MANFAAT PAJAK

BAB 5 PERAN, FUNGSI DAN MANFAAT PAJAK KOMPETENSI INTI

  3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifk sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KOMPETENSI DASAR

  Menganalisis peran, fungsi dan manfaat pajak

PETA KONSEP

  Meliputi Dilakukan dengan cara Subyek Obyek Tarif

  Domisili Sumber Kebangsaan Yurisids

  Adil Ekonomis

Finansial sederhana

Pihak pemungut pajak

  Penanggung pajak Sifat pajak Unsur pajak Asas Pemungutan Syarat Pemungutan

  PAJAK Penjenisan pajak Peranan Pajak Manfaat Pajak Fungsi Pajak Cara pemungutan pajak

  Ditinjau dari Membiayai Pembiayaan pembangunan Urat nadi persekonomian negara Landasan Kebijakan

  Penentu kemajuan/kemunduran Menciptakan masyarakat adil dan makmur

  Selft Liquiditing Reproduktif Tidak selt liquiditing & Reproduktif Tidak produktif Pendapatan Negara

  Alokasi Distribusi Regulasi/Stabilisasi Official Assessment

  Selft Assessment With Holding Kata Kunci:

  1. Wajib pajak

  4. Tarif pajak

  7. Sistem pemungutan pajak 2. . Subyek pajak

  5. Pajak Pertambahan Nilai

  8. Fungsi pajak

  3. Obyek pajak

  6. Pajak Bumi dan Bangunan

  9. Penerimaan lain bukan pajak 10. pajak terutang

  

11. Pendapatan tidak kena pajak

  12. Ofcial assesment T U J U A N P E M B E L A J A R A N

  Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat: 1. Mendiskripsikan pengertian pajak.

  2. Mengidentifkasi unsur-unsur pajak.

  3. Mengidentifkasi jenis-jenis pajak.

  4. Menjelaskan sistem pemungutan pajak.

  5. Mendiskripsikan fungsi pajak.

  6. Mendiskripsikan asas pemungutan pajak

  7. Mendiskripsikan syarat pemungutan pajak

  8. Mendiskripsikan peranan pajak dalam perekonomian

  9. Menjelaskan manfaat pajak dalam perekonomian 10. Mengidentifkasi pungutan resmi selain pajak.

  11. Menghitung pajak pertambahan nilai.

  12. Menghitung pajak penghasilan.

  13. Menghitung pajak bumi dan bangunan.

  PENDAHULUAN Gambar orang-orang yang sedang antri di depan kantor pelayanan pajak

  Membayar pajak adalah merupakan kewajiban setiap wajib pajak, sebab pajak merupakan unsur utama sebagai penerimaan negara untuk membiayai pembangunan. Coba anda amati gambar di atas dari sekelompok orang yang sedang antri di depan kantor pelayanan pajak. Setelah mengamati berilah suatu simpulan atau diskripsi menurut anda apa yang terpikir oleh anda. Pertanyaan-pertanyaan apakah yang akan muncul dari diri anda dari hasil pengamatan gambar tersebut ?. Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri anda cobalah anda jawab menurut anda sendiri.Jika anda ingin lebih mengetahui tentang masalah tersebut pelajarilah pengembangan konsep berikut ini!

PENGEMBANGAN KONSEP

  Jika kita bicara soal pajak maka kita harus memahami terlebih dahulu tentang kebijakan fskal. Kebijakan fskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi perekonomian yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran negara atau juga kebijakan yang terkait dengan anggaran. Pajak merupakan salah satu instrumen dalam kebijakan fskal.

  Ada pepatah yang mengatakan orang yang bijak adalah orang yang taat membayar pajak. Jika kita perhatikan APBN tahun anggaran 2013 maka pajak merupakan sumber penerimaan yang terbesar dibandingkan sumber penerimaan yang lainnya.

  Dalam bab ini kita akan membahas tentang pajak yang lebih rinci tentang pengertian pajak,unsur-unsur pajak, jenis-jenis pajak, sistem pemungutan pajak, fungsi pajak, pungutan resmi lain selain pajak serta bagaimana menghitung pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan.

  Gambar : 5.1.

  A. PENGERTIAN PAJAK

  Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa adanya balas jasa secara langsung yang diterima oleh pembayar pajak. Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara.

  2. Pajak yang dipungut oleh negara harus dilandasi undang-undang, hal ini berarti pemerintah harus menyiapkan undang-undang terlebih dahulu sebelum memungut pajak dari masyarakat.

  3. Masyarakat yang membayar pajak tidak diberikan imbalan balas jasa secara langsung oleh negara, tetapi masyarakat dapat menikmati infrastruktur yang dibangun oleh negara.

  4. Membayar pajak dapat dipaksakan kepada wajib pajak, artinya jika ada wajib pajak yang tidak membayar pajak dapat dituntut hukum karena melanggar undang-undang.

  B. UNSUR PAJAK

  Terdapat beberapa unsur dalam perpajakan diantaranya diantaranya adalah:

  1. Subyek Pajak Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2008 disebut Wajib Pajak. Menurut

  pasal 2 undang-undang nomor 36 tahun 2008 yang termasuk subyek pajak adalah:

  Gambar iklan dalam bentuk bill board oleh kementerian keuangan. keterangan Gambar : Hari gini tidak membayar pajak apa kata dunia a. Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

  b. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, frma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap .

  Gambar: 5.2.

  Gambar orang yang sedang memegang format PBB Keterangan gambar: Subyek pajak adalah orang atau badan usaha

  2. Obyek Pajak Yang dimaksud obyek pajak adalah mencakup segala hal yang akan digunakan sebagai perhitungan pajak yang akan dipungut. Yang dapat digunakan sebagai obyek pajak misalnya :

  Penghasilan seseorang yang menurut undang-undang a. dikenakan pajak misalnya penghasilan gaji, royalty, atau penghasilan lain yang sah.

  Keuntungan yang diperoleh badan usaha.

  b.

  Tanah dan bangunan sebagai obyek pajak PBB c. Barang sebagai obyek pajak penjualan barang mewah d.

  3. Tarif Pajak Tarif pajak biasanya ditentukan dengan % (prosentase) yang besarnya sesuai dengan ketentuan undang-undang. Macam-macam tarif pajak yang kita kenal antara lain:

  Tarif tetap yaitu tarif pajak yang dikenakan terhadap a. obyek pajak yang jumlahnya tetap dengan jumlah rupiah tertentu yang tidak tergantung pada jumlah obyek pajak. Misalnya bea meterai sebesar Rp.6.000,00 Contoh

  No Obyek Pajak Jumlah pajak

  1 Rp.3.000.000,00 Rp.500.000,00

  2 Rp.4000.000,00 Rp.500.000,00

  3 Rp.5.000.000,00 Rp.500.000,00 b. Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak yang dikenakan dengan % yang tetap terhadap jumlah obyek pajak tertentu. Misalnya PPN Contoh

  No Obyek pajak % Besarnya Tarif pajak

  1 Rp.5.000.000, 10% Rp.500.000,0

  00

  2 Rp.6.000.000, 10% Rp.600.000,0

  00

  3 Rp.7.000.000, 10% Rp.700.000,0

  00

  4 Rp.8.000.000, 10% Rp.800.000,0

  00

  5 Rp.9.000.000, 10% Rp.900.000,0

00 Tarif pajak progresif yaitu tarif pajak yang dikenakan c.

  dengan % yang semakin tinggi jika obyek pajaknya juga tinggi. Atau dengan istilah lain semakin tinggi obyek pajak maka tarif pajak juga semakin tinggi. Misalnya Pajak penghasilan PPh Contoh Tarif Pajak Penghasilan sesuai UU NO. 36 TAHUN 2008 (Pribadi)

  No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

  1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%

  2 Di atas Rp.50.000.000,00 – Rp.250.000.000,00 15%

  3 Di atas Rp.250.000.000,00 – Rp.500.000.000,00 25%

  4 Di atas Rp.500.000.000,00 30% Tarif pajak regresif/degresif yaitu tarif pajak yang d. dikenakan semakin turun jika obyek pajaknya semakin tinggi. Contoh

  No Obyek pajak % Besarnya Tarif pajak

  1 Rp.5.000.000, 10% Rp.500.000,0

  00

  2 Rp.6.000.000, 9% Rp.540.000,0

  00

  3 Rp.7.000.000, 8% Rp.560.000,0

  00

  4 Rp.8.000.000, 7% Rp.560.000,0

  00

  5 Rp.9.000.000, 6% Rp.540.000,0

  00 Gambar : 5.3.

  Gambar gedung kantor pelayanan pajak

C. JENIS PAJAK

  Banyak sekali jenis pajak yang kita ketahui, namun jika kita golongkan berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda pajak dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Menurut Pihak Yang Memungut Pajak.

  Menurut pihak mana yang berwenang memungut pajak maka pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Pajak negara atau sering disebut pajak pemerintah pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui kantor pelayanan pajak dibawah Direktorat Jendral pajak Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Yang termasuk pajak negara antara lain: 1). Pajak Penghasilan (PPh) 2). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 3). Pajak Penjualan (PPn) 4). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang akhir-akhir ini pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah daerah. 5). BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

  Gambar : 5.4

Gambar seseorang yang sedang mengisi format pajak penghasilan

Keterangan gambar: Setiap orang menjual tanah atau bangunan wajib membayar pajak penghhasilan

  b. Pajak daerah yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah misalnya PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), Pajak restoran dan lainnya.

  2. Menurut Yang Menanggung Pajak Menurut siapa yang menaggung pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Pajak langsung yaitu pajak yang langsung ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain berdasarkan perundang-undangan pajak yang berlaku. Pajak langsung misalnya Pajak penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

  b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang dapat dilimpahkan kepada pihak lain misalnya PPN, pajak penjualan maupun cukai dari ketiga contoh tersebut pembayaran pajak dilimpahkan kepada konsumen.

  3. Menurut Sifatnya Menurut sifatnya pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Pajak subyektif yaitu pajak yang melihat dari subyeknya yaitu wajib pajak, misalnya pajak penghasilan melihat siapa yang punya penghasilan, pajak bumi dan bangunanmelihat siapa yang punya bumi dan bangunannya.

  b. Pajak obyektif yaitu pajak yang melihat dari obyek pajaknya, misalnya pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan (PPn) yang menjadi obyek pajak adalah pertambahan nilai suatu barang/jasa dan penjualan siapapun wajib pajaknya.

  D. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

  Dalam pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat menganut beberapa sistem yang ada. Ada tiga sistem yang dapat digunakan dalam pemungutan pajak yaitu:

  1. Ofcial Assessment System Yaitu merupakan sistem pemungutan pajak dimana perhitungan besarnya pajak dihitung dan ditetapkan oleh pemerintah melalui kantor pelayanan pajak sampai pembuatan surat pemberitahuan pajak terutang , sehingga wajib pajak tinggal membayar.Dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif karena tinggal melakukan pembayaran, misalnya PBB wajib pajak tinggal membayar pajak kalau SPPT sudah dibagikan oleh kantor pelayanan pajak.

  2. Self Assessment System Yaitu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak diberikan kewenangan untuk menentukan dan menghitung sendiri besarnya pajak yang terutang. disini wajib pajak bersifat aktif untuk menghitung, melaporkan dan menyetor sendiri pajak yang terutang, misalnya pajak penghasilan.

  3. With Holding System Yaitu sistem pemungutan pajak dimana untuk menghitung besarnya pajak terutang dilakukan oleh pihak ketiga (bukan pemerintah dan bukan wajib pajak) Gambar : 5.5.

  Gambar masyarakat yang sedang antri membayar pajak PBB Keterangan Gambar : Pajak Bumi dan Bangunan merupakan contoh sistem

  1.

  pemungutan pajan Ofcial Assessment System

  E. FUNGSI PAJAK

  Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, untuk APBN tahun 2013 sebesar Rp.1193,0 T dari total penerimaan negara sebesar Rp.1529,7 T. Sumber penerimaan ini akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan selama satu tahun anggaran. Oleh sebab itu agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaannya perlu diperhatikan sesuai dengan fungsinya antara lain:

  1. Sumber Pendapatan Negara (Fungsi Budgeter) Fungsi ini menunjukan bahwa pajak sebagi sumber penerimaan negara akan digunakan untuk membiayai seluruh pengeluaran negara termasuk untuk membiayai pembangunan.

  2. Sarana Pemerataan Pendapatan (Fungsi Distribusi) Fungsi ini terlihat bahwa pajak yang dipungut dari wajib pajak sesuai dengan kemampuan wajib pajak artinya wajib pajak yang mampu akan membayar pajak yang lebih tinggi dibandingkan yang kurang mampu, bahkan kalau yang tidak mampu bebas dari membayar pajak. Kemudian hasil dari pajak akan digunakan untuk membangun sarana umum yang bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat baik yang mampu maupun tidak mampu hal inilah yang menunjukan fungsi distribusi.

  3. Fungsi Alokasi Pajak yang dibayarkan masyarakat digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan yang dilakukan oleh negara, oleh sebab itu pemerintah sudah mengalokasikan anggaran tersebut kepada seluruh Kementerian dan Lembaga Tinggi Negara, sehingga masing-masing Kementerian dan Lembaga Tinggi Negara dapat menggunakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

  4. Pengatur Kegiatan Ekonomi (Fungsi Regulasi) Pajak merupakan alat untuk mengatur kegiatan ekonomi melalui kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi dan sosial, tujuannya adalah untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat. Fungsi regulasi ini dalam rangka menciptakan kondisi stabilitas ekonomi sehingga fungsi regulasi disebut juga fungsi stabilisasi ekonomi .Dapat diberikan beberapa contoh penerapan fungsi ini misalnya:

  a. Jika negara sedang mengalami infasi untuk mengatasinya pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan fskal yaitu dengan menaikan pajak sehingga dapat mengurangi pengeluaran masyarakat sehingga terjadi penurunan permintaan secara agregat dengan demikian harga akan turun kembali. Sebaliknya jika negara sedang mengalami defasi maka pemerintah dapat menurunkan pajak sehingga kebijakan ini mengakibatkan harga turun dan permintaan agregat naik kembali.

  b. Jika masyarakat terlihat konsumtif maka pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk menaikkan pajak penjualan barang mewah, sehingga dapat mengurangi sikap hidup konsumtif.

  c. Jika suatu negara sedang mengalami defsit neraca pembayarannya karena sektor ekspor yang sangat tersendat, maka pemerintah dapat mengenakan pajak ekspor 0% dengan demikian harga barang ekspor sangat murah sehingga dapat bersaing dengan produk luar negeri yang akhirnya dapat meningkatkan ekspor.

  Gambar : 5.6.

  F. ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

  Dalam pemungutan pajak terdapat beberapa asas yang harus diperhatikan yaitu:

  1. Asas Domisili, yaitu cara pemungutan pajak yang didasarkan pada domisili (tempat tinggal) wajib pajak. Wajib pajak yang bertempat tinggal di Indonesia, dikenakan pajak atas segala pendapatan yang diperoleh di dalam maupun diluar negeri.

  2. Asas Sumber, yaitu cara pemungutan pajak yang didasarkan pada sumber pendapatan. misalnya, bila di Indonesia diadakan pertunjukan musik artis luar negeri, maka pemerintah memungut pajak pendapatan tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

  3. Asas Kebangsaan, yaitu cara pemungutan pajak yang tidak tergantung kepada kebangsaan wajib pajak. Misalnya, pajak bangsa asing di Indonesia menetapkan bahwa setiap orang yang tidak berkebangsaan Indonesia tetapi bertempat tinggal di Indonesia dipungut pajak.

  G. SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

  Agar dalam pemungutan pajak tidak terjadi hambatan-hambatan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  1. Syarat Yuridis Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang, hal ini agar dapat memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara maupun warganya.

  2. Syarat Keadilan Syarat keadilan dalam pemungutan pajak artinya sebagai berikut: a). Adil dalam perundang-undangan, yaitu adil dalam pengenaan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

  b). Adil dalam pelaksanaannya yaitu dengan memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan dan penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding.

  3. Syarat Ekonomis Dalam pelaksanaan pemungutan pajak tidak diperbolehkan memberatkan wajib pajak.

  4. Syarat Finansial Biaya pemungutan pajak harus efsien berarti lebih rendah dari pada hasil pemungutan pajaknya.

  5. Syarat Kesederhanaan Sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah akan mendorong masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

  Gambar : 5.7.

H. MANFAAT PAJAK

  Gambar : 5.8

  Gambar gedung milik kementrian keuangan dengan segala aktifitasnya Keterangan gambar : Hasil pembangunan ini merupakan salah satu manfaat dari pajak.

  Gambar orang asing sedang membayar pajak di kantor pajak Keterangan gambar: Orang asing yang bekerja di Indonesia dipungut pajak sesuai azas kebangsaan dalam pemungutan pajak.

  3. Pajak sebagai landasan untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan dalam bidang sosial dan ekonomi, mengingat pajak merupakan sumber penerimaan yang terbesar.

  2. Pajak merupakan urat nadi dari pengelolaan keuangan negara, sebab pajak merupakan sumber penerimaan yang terbesar.

  1. Pajak merupakan sumber pembiayaan pembangunan mengingat bahwa sektor pajak merupakan sumber penerimaan yang terbesar dalam APBN kita.

  Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan (contoh: pembayaran pajak reklame, pajak banner, pajak billboard, dan lain-lain) karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Jika kita simpulkan peranan pajak adalah sebagai berikut:

  pengeluaran untuk membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan datang yaitu pengeluaran untuk anak yatim piatu).

  Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar di Indonesia. Tentunya sangat besar manfaatnya untuk membiayai seluruh kegiatan kenegaraan. Adapun manfaat pajak dapat diuraikan sebagai berikut:

  4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif (contohnya adalah

  tidak reproduktif (contohnya adalah pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi)

  3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan

  memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian)

  2. Membiayai pengeluaran reproduktif (pengeluaran yang

  pengeluaran yang bersifat self liquiditing (contohnya adalah pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor)

  1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara seperti

I. PERANAN PAJAK

  4. Pajak dapat dikatakan sebagai penentu maju mundurnya pembangunan nasional negara kita sebab peranan pajak dalam pembiayaan pembangunan nasional sangat besar. 5. pajak juga menjadikan faktor yang sangat penting dalam menciptakan masyarakat adil dan makmur, sebab segala kebutuhan masyarakat,sarana dan prasarana masyarakat umumnya dapat dipenuhi dari penerimaan pajak.

J. PUNGUTAN RESMI SELAIN PAJAK

  Selain pemerintah memungut pajak juga memungut pungutan resmi lainya selain pajak. Pungutan resmi lain juga merupakan sumber penerimaan bagi negara diantaranya: 1. Retribusi.

  Retribusi merupakan pungutan resmi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Retribusi ini biasanya didasarkan oleh peraturan daerah (Perda) dimana masyarakat mempunyai kewajiban membayarnya dengan imbalan secara langsung dari pemerintah, Misalnya retribusi kebersihan, parkir, jalan tol,jasa pelabuhan dsb. Imbalan yang diterima oleh masyarakat yang membayar retribusi kebersihan adalah dengan dilayaninya tentang pengambilan sampah oleh pemerintah daerah sehingga lingkungannya menjadi bersih.

  2. Iuran Yaitu pungutan resmi yang dilakukan oleh pemerintah yang mendapatkan balas jasa imbalan secara langsung yang diberikan oleh pemerintah, misalnya iuran keamanan. 3. sumbangan Wajib yaitu sumbangan yang dibayarkan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga tertentu dimana pihak yang membayar tidak mendapatkan balas jasa secara langsung, misalnya sumbangan PMI, sumbangan PON dsb.

  4. Bea Ekspor dan Impor Yaitu pungutan yang dikenakan terhadap barang ekspor maupun impor melalui pabean di seluruh Indonesia pada saat barang tersebut diimpor atau diekspor.

  5. Cukai Yaitu iuran yang ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah terhadap barang-barang tertentu, misalnya cukai tembakau, cukai minuman beralkohol.

  Gambar : 5.9 Gambar pos penjagaan parkir kendaraan Keterangan gambar: parkir merupakan salah satu contoh pungutan resmi selain pajak.

K. ISTILAH-ISTILAH DALAM PERPAJAKAN

  1. Wajib pajak Adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan pajak ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan atau pemotongan pajak tertentu.

  2. Masa Pajak Adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwin kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

  Tahun Pajakalah Adalah jangka waktu satu tahun takwin kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin.

  3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Adalah sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.

  4. Surat Setoran Pajak (SSP) Yaitu surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara atau tempat pembayaran lainnya.

  5. Surat Pemberitahuan (SPT) Yaitu surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melporkan perhitungan dan pembayaran pajakyang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

  6. Surat Tagihan Pajak (STP) Yaitu surat untuk melakukan tagihan pajak dan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

L. MENGHITUNG BERBAGAI JENIS PAJAK

  Dari berbagai jenis pajak di Indonesia yang akan dipelajari yang akan dibahas hanya pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan.

1. Pajak Pertambahan Nilai

  Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pertambahan nilai suatu barang yang telah melalui proses produksi.

a. Obyek Pajak Pertambahan Nilai

  Yang termasuk obyek pajak pertambahan nilai antara lain: (1) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.

  (2) Impor barang kena pajak (3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak (4) Pemanfaatan barang tidak berwujud kena pajak dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean.

  (5) Ekspor barang-barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

  Gambar : 5.10.

  Gambar suasana bongkar muat di pelabuhan laut Tanjung Perak Surabaya Keterangan gambar: Ekspor barang-barang dikenakan pajak pertambahan nilai sesuai obyek pajak b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai Besarnya PPN adalah sebesar 10% dan besarnya PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%.

  Tarif barang ekspor adalah 0%. Tarif PPnBM berdasarkan peraturan pemerintah ditetapkan10% dan setinggi-tingginya 75%. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 75%.

  c. Contoh menghitung Pajak Pertambahan Nilai Seorang pengusaha Bapak Tri Wahono mengimpor barang kena pajak dengan nilai impor Rp.25.000.000,00. Barang impor tersebut dikenakan pajak atas penjualan barang mewah dengan tarif 20 %. Barang tersebut diolah menjadi barang lain dan dijual dengan harga Rp.75.000.000,00 kepada pihak lain dengan tarif atas 10% PPN dan 30% atas PPnBM. Hitunglah pajak yang harus dibayar Pengusaha Tri Wahono! Jawab: Dasar pengenaan pajak Rp25.000.000,00 PPN = 10% x Rp.25.000.000,00 Rp.2.500.000,00 PPnBM = 20% x Rp.25.000.000,00 Rp.5.000.000,00 Pajak atas barang olahan yang telah terjual Dasar pengenaan pajak Rp.75.000.000,00 PPN = 10% x Rp75.000.000,00 Rp.7.500.000,00 PPnBM = 30% x Rp.75.000.000,00 Rp.22.500.000,00

2. Pajak Penghasilan

  Yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak orang pribadi atau badan dalam negeri yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya dengan nama apapun.

  a. Subyek Pajak Penghasilan Subyek pajak penghasilan yaitu orang pribadi dan warisan yang belum dibagi serta badan usaha yang berbentuk Firma, CV, PT, koperasi baik milik swasta maupun BUMN.

  b. Obyek Pajak Penghasilan Sesuai dengan pasal 4 UU No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan yang detentukan sebagai obyek pajak penghasilan adalah penghasilan-penghasilan sebagi berikut: (1)Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

  a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifkasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

  b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. laba usaha;

  d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, perse kutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

  2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

  3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

  4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihakpihak yang bersangkutan ; dan

  5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

  e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

  f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak; i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan

  Peraturan Pemerintah; l. keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. premi asuransi; o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak; q. penghasilan dari usaha berbasis syariah; r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-

  Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s. surplus Bank Indonesia.

  Gambar : 5.11.

  (2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat fnal:

  a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; b. penghasilan berupa hadiah undian;

  c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

  d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha

  Gambar karyawan perusahaan sedang mengisi format pajak Keterangan gambar: Laba usaha termasuk obyek pajak penghasilan

c. Penghasilan Tidak Kena pajak (PTKP)

  N o Keterangan PTKP Keterangan

  WP ybs

  2 WP Kawin Rp.1.320.000,

  00 Istri

  3 Anak (mak 3)

  Rp.1.320.000,

  00 Per anak Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut UU No. 36/2008 Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

  Penghasilan tidak kena pajak adalah sejumlah penghasilan yang dibebaskan darin pungutan pajak. Menurut UU No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan PTKP nya adalah sebagai berikut:

  1 Wajib Pajak Rp.15.840.00 0,00

  162/KMK.011/2012 yang mulai diberlakukan mulai bulan januari 2013 N o

  2 Di atas Rp.50.000.000,00 – Rp.250.000.000,00

  1. Pak Didin bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan pengha silan bersih Rp.300.000.000,00 pertahun Ia memiliki istri dan 2 orang anak.

  Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan

  e.

  Gambar : 5.12.

  4 Di atas Rp.500.000.000,00 30% 2). Tarif pajak badan. o Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). o Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. o Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Pemerintah.

  25%

  3 Di atas Rp.250.000.000,00 – Rp.500.000.000,00

  15%

  1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%

  Keterangan PTKP

  Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

  1). Tarif pajak penghasilan menurut UU No 36 tahun 2008 untuk pribadi adalah sebagi berikut: N o

  00 Maksimal 3 anak d. Tarif Pajak Penghasilan

  3 Anak/orang Rp.2.025.000,

  00 Istri tidak bekerja

  2 WP Kawin Rp.2.025.000,

  Tidak kawin

  1 Wajib Pajak Rp.24.300.00 0,00

  Gamar bangunan pabrik

Keterangan gambar: Perusahaan merupakan salah satu subyek pajak

penghasilan badan usaha

  Hitunglah besarnya pajak terutang Pak Didin berda sarkan tarif pajak UU no 36 tahun 2008 dan KTKP Menurut Kepu tusan Menteri

  Keuangan Republik Indonesia No 62/KMK.011/2012 JAWAB; Penghasilan bersih Rp.300.000.000,00 (PTKP)

  • Wajib pajak Rp.24.300.000,00
  • Kawin Rp.2.025.000,00
  • Anak (2 orang) Rp.4.050.000,00 + Jumlah PTKP Rp.30.375.000,00 Pendapatan Kena Pajak (PKP) Rp.269.625.000,00 Pajak Terutang

  5% x Rp.50.000.000,00 = Rp.2.500.000,00 15% x Rp.200.000.000,00 = Rp.30.000.000,00 25% x Rp.19.625.000,00 = Rp4.906.250,00 + Pajak terutang = Rp.37.406.250,00

  2. Pak Didin bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan penghasilan bersih Rp.300.000.000,00 pertahun. Ia memiliki istri yang bekerja dengan penghasilan Rp250.000.000,00 setahun dan 2 orang anak. Hitunglah besarnya pajak terutang Pad Didin jika penghasilan istri digabung ! JAWAB: Penghasilan suami

  Rp.300.000.000,00 Penghasilan istri

  Rp.250.000.000,00 + Total penghasilan

  Rp.550.000.000,00 PTKP:

  • Wajib pajak Rp.24.300.000,00
  • Kawin Rp.2.025.000,00
  • Anak (2 orang) Rp.4.050.000,00
  • Pendapatan istri digabung Rp.24.300.000,00

  Total PTKP Rp.54.675.000,00 (-)

  Pendapatan Kena Pajak Rp.495.325.000,00

  Pajak Terutang: 5% x Rp.50.000.000,00 = Rp.2.500.000,00 15% x Rp.200.000.000,00 = Rp.30.000.000,00 25% x Rp.245.325.000,00 = Rp.61.331.250,00 + Pajak Terutang = Rp.93.831.250,00

  3. PT A mempunyai laba usaha sebesar Rp.30.000.000.000,00 dalam tahun buku 2012, Perusahaan tersebut telah menjual sahamnya di BEI sebanyak 50%. Hitunglah besarnya pajak PTA tahun buku 2012 ! Jawab: Tarif pajak badan usaha tarif tunggal sebesar 28%.

  Mulai tahun 2010 ditetapkan menjadi 25% Jika perusahaan telah menjual saham di PT Bursa Indonesia minimal 40% maka diberikan pengurangan 5%.

  Dengan demikian besarnya pajak terutang PT A adalah: (25% - 5%) = 20% x Rp.30.000.000.000,00 = Rp.6.000.000.000,00

  3. Pajak Bumi dan Bangunan Dengan diberlakukan undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah per 1 Januari 2010.

  Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan atau (P2) menjadi pajak daerah yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah daerah. Sementara PBB sektor perkebunan, perhutanan dan pertambangan (P3) masih tetap menjadi pajak pusat. Pajak Bumi dan Bangunan pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang

  dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,

  dimiliki atau dikuasai kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan.

  Nilai Jual Obyek Pajak a. Yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli nilai jual obyek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual obyek pajak pengganti. Karena PBB sektor pedesaan dan perkotaan sudah menjadi pajak daerah maka kewenangan dalam menentukan besarnya NJOP ada pada pemerintah daerah.

  Tarif Pajak PBB b. Pada waktu Pajak Bumi dan Bangunan masih menjadi pajak pemerintah pusat maka tarif pajaknya ditentukan oleh pemerintah pusat yaitu sebesar 0,5% dari nilai jual kena pajak. Setelah PBB setor pedesaan dan perkotaan (P2) menjadi pajak daerah maka daerah mempunyai kewenangan dalam menentukan tarif PBB sehingga tarif PBB antara daerah yang satu dengan daerah lainya akan terjadi perbedaan tarif.

  Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak.

  c.

  Yaitu NJOP yang terbebas dari pajak sehingga dipergunakan untuk mengurangi nilai jual obyek pajak sebelum dihitung pajaknya . Nilai Jual Obyek Pajak yang selama ini berkisar antara Rp.8.000.000,00 sampai dengan Rp.12.000.000,00. Dengan adanya perubahan PBB dari Pajak pusat menjadi pajak daerah maka tidak tertutup kemungkinan masing- masing daerah akan menentukan NJOP-TKP masing-masing. Jika wajib pajak mempunyai beberapa obyek pajak maka yang diberikan pengurangan NJOP-TKP hanya satu obyek pajak yang nilainya tertinggi.

  Contoh Perhitungan PBB d. Pada prinsipnya perhitungan PBB sama seperti masih menjadi pajak pemerintah pusat. Jika terjadi perbedaan hanya sebatas pada nilai NJOP-TKP dan tarif pajak yang ditetukan oleh pemerintah daerah masing-masing. Dalam contoh di sini kita akan gunakan contoh perhitungan PBB yang lama, sehingga dalam praktiknya nanti disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

  Gambar : 5.13.

  Gambar format Pajak Bumi dan Bangunan Keterangan gambar: Menentukan nilai jual obyek pajak dslsm PBB dilakukan oleh pemerintah.

  Contoh: Bapak Sucahyo mempunyai sebidang tanah beserta 2 bangunannya dengan luas tanah 400 m dan luas bangunan 2 2 150 m . NJOP tanah Rp.800.000,00 per m dan bangunan 2 Rp.250.000,00 per m . Jika NJOP-TKP ditetapkan sebesar

  Rp.12.000.000,00 maka hitunglah besarnya PBB terutang Bapak Sucahyo ! Jawab: NJOP tanah = 400 x Rp.800.000,00 = Rp.320.000.000,00 NJOP bangunan = 150 x Rp.250.000,00 = Rp.

  37.500.000,00 NJOP sebagi dasar perhitungan pajak = Rp.357.500.000,00 Nilai Jual Tidak Kena Pajak (NJOP-TKP) = Rp.

  12.000.000,00 (-) = Rp.345.500.000,00

  Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) = 20% x Rp.345.500.000,00 = Rp.69.100.000,00 PBB terutang = 0,5% x Rp.69.100.000,00 =

  Rp.345.500,00 Keterangan:

  1. Dalam perhitungan PBB karena untuk sektor pedesaan dan sektor perkotaan sudah menjadi pajak daerah maka ketentuan tarif pajak maupun NJOP-TKP harus menyesuaiakan dengan peraturan daerah masing-masing

  2. Cara perhitungan masih sama dengan ketentuan dalam perhitungan PBB yang terdahulu. EKONOMIKA BTN masuk 10 BUN pembayar pajak terbesar Selasa, 25 Maret 2014 20:27 WIB | 2576 Views Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk (BTN) mendapat penghargaan sebagai 10 BUMN pembayar pajak terbesar di wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar

  IV dengan setoran pajak tahun 2013 sebesar Rp1,16 triliun. Pemberian penghargaan diserahkan langsung oleh Kepala KPP Wajib Pajak Besar IV, Suwarno kepada Dirut BTN Maryono yang juga disaksikan Kepala Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, Sigit Prihadi Pramudito di Kantor Pusat BTN Jakarta, Selasa. Dirut Bank BTN Maryono mengatakan penghargaan yang diberikan merupakan kebanggaan bagi perusahaan sebagai korporasi pembayar pajak yang baik dan benar. "Ini tentu merupakan bukti bahwa BTN dalam operasionalnya telah menjalankan tata kelola perusahaan (GCG) karena dilakukan secara transparan dan akuntabel," kata Maryono. Berdasarkan data per 31 Desember 2013, Bank BTN menyetor pajak sebesar Rp1,16 triliun, meningkat dibanding tahun 2012 sebesar Rp1,01 triliun, sementara tahun 2011 total pajak yang disetor sebesar Rp955 miliar.

  Maryono menambahkan sumber pembayaran pajak Bank BTN tahun 2013 terbesar diperoleh dari pungutan PPh Final dengan jumlah pungutan sebesar Rp567 miliar. Sumber berikutnya adalah pungutan PPh Badan sebesar Rp398 miliar dan PPh Pasal 21 sebesar Rp139 miliar, sedangkan sisanya dari pungutan PPh lainnya.

  Sementara itu, Kepala KPP Wajib Pajak Besar IV Suwarno mengatakan BTN merupakan Wajib Pajak tahun 2013 yang masuk dalam 10 pembayar pajak terbesar.

  "BTN berada di urutan kedelapan, dan diharapkan di tahun depan setoran pajaknya meningkat seiring dengan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan," ujar Suwarno. Menurut dia, KPP WP Besar Wilayah IV mendapat target pemungutan setoran pajak sebesar Rp50,4 triliun, namun realisasinya mencapai Rp52,8 triliun.

  "Pencapaian KPP WP Besar Wilayah IV melampaui target sebesar 102,19 persen. Tentu pencapaian tersebut terealisasi berkat perusahaan seperti BTN yang performa keuangannya terus meningkat," ujarnya.(*)

M. RANKUMAN

  1. Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa adanya balas jasa secara langsung yang diterima oleh pembayar pajak.

  2. Unsur pajak terdiri dari subyek pajak, obyek pajak dan tarif pajak.

  3. Jenis pajak bisa dibedakan menurut pihak yang memungut, yang menanggung pajak dan menurut sifatnya.

  4. Sistem pemungutan pajak terdapat 3 sistem yaitu ofcial assessment sistem, self assessment sistem dan with holding sistem

  5. Fungsi pajak terdapat 4 yaitu fungsi anggaran/budgeter, distribusi, alokasi dan fungsi regulasi atau stabilisasi.

  6. Asas pemungutan pajak ada 3 yaitu asas domisili, asas sumber dan asas kebangsaan.

  7. Syarat pemungutan pajak terdiri dari syarat yuridis, keadilan,ekonomis, fnansial, dan syarat kesederhanaan.

  8. Manfaat pajak adalah merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar di Indonesia. Tentunya sangat besar manfaatnya untuk membiayai seluruh kegiatan kenegaraan.

  9. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan (contoh: pembayaran pajak reklame, pajak banner, pajak billboard, dan lain-lain) karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

  10. Selain pemerintah memungut pajak juga memungut pungutan resmi lainya selain pajak. Pungutan resmi lain juga merupakan sumber penerimaan bagi negara diantaranya: retribusi, iuran, sumbangan wajib, bea ekspor dan impor serta cukai.

  11. Ada beberapa istilah yang terkait dengan pajak yang harus dipahami antara lain: wajib pajak, masa pajak, nomor pokok wajib pajak, surat setoran pajak, surat pemberitahuan, dan surat tagihan pajak

  12. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pertambahan nilai suatu barang yang telah melalui proses produksi

  13. Obyek dari pajak pertambahan nilai antara lain: penyerahan barang kena pajak, impor barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak dan ekspor barang kena pajak

  14. Tarif Pajak Pertambahan Nilai Besarnya PPN adalah sebesar 10% dan besarnya PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%.

  15. Tarif barang ekspor adalah 0%. Tarif PPnBM berdasarkan peraturan pemerintah ditetapkan10% dan setinggi-tingginya 75%. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 75%.

  16. Pengertian Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak orang pribadi atau badan dalam negeri yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya dengan nama apapun.

  17. Subyek Pajak Penghasilan yaitu orang pribadi dan warisan yang belum dibagi serta badan usaha yang berbentuk Firma, CV, PT, koperasi baik milik swasta maupun BUMN.

  18. Obyek Pajak Penghasilan sesuai dengan pasal 4 UU No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan.

  19. Tarif Pajak Penghasilan menurut UU No 36 tahun 2008 untuk pribadi adalah sebagi berikut: No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

  Pajak

  1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%

  2 Di atas Rp.50.000.000,00 – 15% Rp.250.000.000,00

  3 Di atas Rp.250.000.000,00 – 25% Rp.500.000.000,00

  4 Di atas Rp.500.000.000,00 30%

  20. Tarif pajak badan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).

  21. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

  22. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Pemerintah.

  23. Pajak Bumi dan Bangunan dengan diberlakukan undang- undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah per 1 Januari 2010. Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan atau (P2) menjadi pajak daerah yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah daerah.

  24. Sementara PBB sektor perkebunan, perhutanan dan pertambangan (P3) masih tetap menjadi pajak pusat.

  25. Tarif Pajak PBB setelah PBB setor pedesaan dan perkotaan (P2) menjadi pajak daerah maka daerah mempunyai kewenangan dalam menentukan tarif PBB sehingga tarif PBB antara daerah yang satu dengan daerah lainya akan terjadi perbedaan tarif.

  26. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak yaitu NJOP yang terbebas dari pajak sehingga dipergunakan untuk mengurangi nilai jual obyek pajak sebelum dihitung pajaknya. NJOP –TKP ini ada perbedaan antara daerah yang satu dan daerah lainnya.

N. PENGAYAAN

  Jika kita perhatikan dari undang-undang yang mengatur perpajakan ke undang-undang perpajakan yang lain terdapat perubahan pendapatan tidak kena pajak. Perkembangan tersebut terkait dengan perkembangan tingkat perekonomian serta adanya faktor inflasi. Jika kita lihat besarnya pendapatan tidak kena pajak (PTKP) yang terdapat dalam UU No 17 tahun 2000 besarnya PTKP adalah sebagai berikut:

  No Keterangan PTKP Keterangan

  1 Wajib Pajak Rp.2.880.000, WP ybs

  00

  2 WP Kawin Rp.1.440.000, Istri

  00