Timbunan Jalan pada Tanah Lunak

Timbunan Jalan pada Tanah Lunak

Panduan Geoteknik 3

Penyelidikan Tanah Lunak

Pengujian Laboratorium

Latar Belakang

Dari pertengahan tahun 1980-an hingga 1997 perekonomian Indonesia mengalami tingkat pertumbuhan lebih dari 6% per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan seperti ini, dibutuhkan akan adanya pengembangan sistem transportasi yang andal yang berbasis pada transportasi darat, utamanya jalan raya. Banyak daerah yang lebih mudah

dijangkau yang umumnya merupakan kawasan perkebunan dan industri, terletak pada dataran rendah dimana dijumpai tanah lunak, sehingga kebutuhan akan pengembangan suatu metode kons truksi yang andal membutuhkan pengembangan suatu teknik desain dan konstruksi yang baru. Tanah lunak ini diperkirakan meliputi sekitar 20 juta hektar atau sekitar 10 persen dari luas total daratan Indonesia dan ditemukan terutama di daerah sekitar pantai.

Pelapukan tanah yang terjadi pada kondisi tropis berbeda dengan yang terjadi pada daerah dengan iklim sedang, sehingga masing-masing tipe tanah dengan karakteristik yang berbeda tersebut membutuhkan penanganan yang berbeda pula dalam mengatasi permasalahan konstruksi. Penerapan berbagai metode penanggulangan yang telah dikembangkan untuk daerah dengan iklim sedang tidak akan selalu cocok untuk diterapkan pada tanah beriklim tropis. Oleh karenanya perlu dilakukan suatu evaluasi terhadap teknologi yang telah dikembangkan untuk daerah dengan iklim sedang tersebut sebelum diterapkan di Indonesia dan untuk itu dikembangkan suatu teknologi yang lebih cocok melalui upaya -upaya penelitian setempat.

Panduan Geoteknik yang dibuat pada proyek Indonesian Geotechnical Materials and Construction (IGMC) ini dirancang sebagai sebuah studi terhadap tanah lunak dan tanah lapukan tropis Indonesia yang diharapkan dapat menghasilkan panduan geoteknik dan kontruksi yang cocok untuk kondisi di Indonesia. Diharapkan pula, dengan pengembangan sumber daya manusia dan peralatan yang tepat, dapat meningkatkan kemampuan penelitian dalam bidang geoteknik di Pusat Litbang Prasarana Transportasi. Proyek ini merupakan bagian dari kerangka penelitian pembangunan jalan di atas tanah lunak yang dimulai sejak permulaan tahun 1990.

Tujuan

Penerapan langsung mekanika tanah dan batuan “klasik” yang dikembangkan di daerah beriklim sedang akan tidak serta merta cocok untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di daerah tropis. Sifat-sifat alami dari m aterial bumi daerah tropis memerlukan pengujian dan analisis yang berbeda dengan material di daerah beriklim sedang. Prinsip yang sama berlaku untuk teknik desain dan konstruksi. Oleh karenanya dibutuhkan fasilitas penelitian yang khusus untuk melakukan penyelidikan, bila praktek-praktek desain dan konstruksi yang ada ingin ditingkatkan agar jalan yang dibangun di atas tanah lunak dapat memberikan tingkat paelayanan yang disyaratkan.

Melanjutkan Tahap 1 dari proyek yang dilaksanakan pada tahun 1997-8, Tahap 2 mendapat tugas untuk mempersiapkan edisi pertama dari seri Panduan Geoteknik ini, yang berhubungan dengan tanah lunak.

Disadari bahwa masih banyak hal yang harus dipelajari dan dicapai mengenai tanah lunak Indonesia untuk dapat menghasilkan suatu des ain pembangunan jalan yang

lebih ekonomis. Oleh karenanya diharapkan berdasarkan pengalaman selama penggunaan edisi pertama Panduan Geoteknik ini, akan diperoleh suatu umpan balik yang berharga untuk meningkatkan dan memperluas panduan ini di masa mendatang.

Program kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Litbang Prasarana Transportasi bersama Tim Konsultan. Proyek ini seluruhnya didanai oleh pinjaman Pemerintah Indonesia dari International Bank for Reconstruction and Development, Highway Sector Investment Programme 2 , Loan Number 3712-IND.

Pedoman Kimpraswil No: Pt M-01-2002-B

Panduan Geoteknik Indonesia Timbunan Jalan pada Tanah Lunak

Panduan Geoteknik 3

Penyelidikan Tanah Lunak

Pengujian Laboratorium

Edisi Pertama Bahasa Indonesia © Juli 2002

Prakata

Panduan Geoteknik yang dibuat pada proyek Indonesian Geotechnical Materials and Construction (IGMC) ini dirancang sebagai sebuah studi terhadap tanah lunak dan tanah lapukan tropis Indonesia yang diharapkan dapat menghasilkan panduan geoteknik dan kontruksi yang cocok untuk kondisi di Indonesia. Diharapkan pula, dengan pengembangan sumber daya manusia dan peralatan yang tepat, dapat meningkatkan kemampuan penelitian dalam bidang geoteknik di Pusat Litbang Prasarana Transportasi. Proyek ini merupakan bagian dari kerangka penelitian pembangunan jalan di atas tanah lunak yang dimulai sejak permulaan tahun 1990.

Melanjutkan Tahap 1 dari proyek yang dilaksanakan pada tahun 1997-1998, Tahap 2 mendapat tugas untuk mempersiapkan edisi pertama dari seri Panduan Geoteknik ini, yang berhubungan dengan tanah lunak.

Disadari bahwa masih banyak hal yang harus dipelajari dan dicapai mengenai tanah lunak Indonesia untuk dapat menghasilkan suatu desain pembangunan jalan yang lebih ekonomis. Oleh karenanya diharapkan berdasarkan pengalaman selama penggunaan edisi pertama Panduan Geoteknik ini, akan diperoleh suatu umpan balik yang berharga untuk meningkatkan dan memperluas panduan ini di masa mendatang.

Penyiapan Draf Panduan Geoteknik ini dilakukan oleh Tim Pusat Litbang Prasarana Transportasi Bandung, melalui Kontrak Proyek Tahap 2 Indonesian Geotechnical Materials and Construction Guides yang seluruhnya didanai oleh pinjaman Pemerintah Indonesia dari International Bank for Reconstruction and Development, Highway Sector Investment Programme 2, Loan Number 3712-IND, bekerjasama dengan Tim Konsultan Proyek yang terdiri atas WSP International bekerjasama dengan PT Virama Karya dan PT Trikarla Cipta. Kegiatan tersebut dilaksanakan antara bulan Nopember 1999 dan Oktober 2001.

Pada tanggal 21-23 Agustus 2001 bertempat di Pusat Litbang Prasarana Transportasi Bandung, dilakukan Loka Karya GeoGuides dengan mengundang beberapa Pengkaji Eksternal dari kalangan Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi dan Praktisi untuk meminta masukan, usul dan saran konstruktif untuk kesempurnaan materi dan isi dari Panduan Geoteknik ini. Selanjutnya dari hasil Loka Karya tersebut dilakukan penyempurnaan kembali oleh Tim Konsultan Proyek berdasarkan masukan, usul dan saran yang didapat selama kegiatan tersebut.

Untuk mendapatkan pengakuan secara formal dari Badan Standardisasi Nasional (BSN), maka pada tanggal 26-27 Februari 2002, bertempat di Pusat Litbang Prasarana Transportasi Bandung, dilakukan Sidang Konsensus Panduan Geoteknik yang dihadiri oleh kalangan Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi dan Praktisi untuk menyepakati dan menyetujui isi dan materi dari Panduan Geoteknik secara teknis dengan mengacu pada Format Standar yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional. Selama berlangsungnya kegiatan tersebut, diperoleh masukan dan perubahan untuk menyempurnakan dan menyeragamkan format dari masing-masing Panduan serta konsistensi pemakaian istilah teknik yang digunakan dengan mengacu pada istilah-istilah teknik yang telah umum digunakan dalam dunia kegeoteknikan berdasarkan SNI, Pedoman Teknik maupun Standar yang telah dipublikasikan, dengan tanpa melupakan pedoman ataupun kaedah penyerapan istilah sesuai dengan kaedah umum bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kegiatan penyempurnaan Panduan Geoteknik tersebut dilakukan oleh Pihak Konsultan Proyek selama satu bulan dan selesai pada awal April 2002.

Selama proses penyusunannya, sejak penulisan Draf hingga penyusunan akhir Edisi Pertama dari Panduan Geoteknik ini pada April 2002, Tim Penyusun telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak seperti dari kalangan Perguruan Tinggi (antara lain ITB, UI, UGM, UNPAR), Organisasi Profesi (antara lain HATTI dan HPJI) serta dari kalangan Praktisi dan Institusi Riset lainnya (antara lain Puslitbang Permukiman, Puslitbang Pengairan, dan Puslitbang Geologi).

Pendahuluan

Tanah lunak dalam Panduan ini meliputi lempung inorganik (lempung bukan organik), lempung organik dan gambut.

Tanah jenis ini terdapat pada areal lebih dari 20 juta hektar, lebih dari 10 % dari tanah daratan Indonesia.

Pada masa lalu, banyak proyek mengalami penundaan atau keterlambatan, memerlukan tambahan biaya yang besar, membutuhkan biaya perawatan dan pemeliharaan yang tinggi atau mengalami kegagalan, yang diakibatkan oleh adanya tanah lunak ini.

Ruang Lingkup

Panduan Geoteknik ini dan seri lainnya merupakan pedoman bagi para praktisi 1 di lapangan dengan maksud memberikan panduan dan petunjuk dalam desain dan pelaksanaan konstruksi jalan di atas tanah lunak. Berbagai panduan yang dibuat, sangat cocok untuk diterapkan dalam desain berbagai tipe kelas jalan, mulai dari Jalan Nasional hingga Jalan Kabupaten. Panduan-panduan disajikan untuk kelompok-kelompok praktisi, sebagai berikut:

Para Manajer Proyek

Termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam proses perencanaan, pembiayaan dan manajemen proyek.

Dalam Panduan ini dijelaskan mengapa pada lokasi tanah lunak diperlukan sebuah penyelidikan khusus, waktu untuk melakukan penyelidikan dan pertimbangan terhadap pembiayaan secara khusus untuk melaksanakan penyelidikan yang memadai serta interpretasi yang tepat.

1 Dalam proses penterjemahan Panduan ini, telah diterjemahkan sejumlah istilah teknik yang digunakan yang dicantumkan sebagai referensi pada bagian akhir setiap Panduan serta pada

CD Panduan Geoteknik. Sebagai tambahan, untuk istilah-istilah teknik yang belum umum digunakan, istilah dalam bahasa Inggrisnya tetap dicantumkan berdampingan dengan kata yang bersangkutan dalam tanda kurung pada bagian awal penggunaannya saja.

Para Desainer

Panduan ini menjelaskan bagaimana lokasi tanah lunak harus diidentifikasi, prosedur-prosedur yang harus diterapkan dalam penyelidikan, dan prosedur desain dan pelaksanaan yang harus diikuti. Panduan ini juga mengarahkan bilamana informasi yang didapatkan tersebut memerlukan masukan dari spesialis/ ahli yang telah berpengalaman.

Para Spesialis Geoteknik

Para spesialis geoteknik yang berpengalaman dalam konstruksi jalan di atas tanah lunakpun, akan dapat memanfaatkan Panduan ini untuk mendapatkan rangkuman prosedur-prosedur yang dapat digunakan dan diterapkan pada proyek-proyek yang lebih kompleks dimana mereka terlibat secara langsung.

Walaupun panduan-panduan ini hanya diperuntukkan untuk jalan di atas tanah lunak, para perekayasa yang menangani jalan pada tipe tanah dan bangunan sipil tipe lainnya akan mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat dalam menghadapi permasalahan yang serupa.

Tujuan dari Panduan

Panduan Geoteknik 1: Timbunan Jalan pada Tanah Lunak: Proses Pembentukan dan Sifat-sifat Dasar Tanah Lunak

Panduan ini memberikan informasi untuk: • Memahami perbedaan tipe-tipe tanah lunak yang ditemukan di Indonesia

dan bagaimana hubungannya dengan konteks regional maupun global • Membuat penilaian awal akan segala kemungkinan dimana tanah-tanah tersebut akan ditemukan pada lokasi-loksasi tertentu • Mengidentifikasi keberadaan tanah lunak, sehingga prosedur-prosedur yang

disebutkan dalam Panduan Geoteknik 2 hingga 4 perlu diterapkan dalam proyek tersebut.

Panduan Geoteknik 2: Timbunan Jalan pada Tanah Lunak: Penyelidikan Tanah Lunak: Desain dan Pekerjaan Lapangan

Panduan ini menjelaskan prosedur-prosedur yang harus diterapkan dalam: • Studi awal untuk mengumpulkan informasi-informasi yang ada • Informasi-informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan proyek pembangunan

jalan sebelum merencanakan penyelidikan lapangan • Menentukan tipe-tipe penyelidikan lapangan serta pengujian laboratorium yang akan dilakukan • Prosedur mendesain penyelidikan lapangan • Persyaratan-persyaratan khusus untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan

tertentu pada tanah lunak, sebagaimana juga telah dikemukakan pada manual-manual lainnya untuk keperluan pekerjaan penyelidikan lapangan yang sifatnya rutin

• Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk pelaporan dari hasil-hasil pekerjaan yang telah dilakukan • Ceklis untuk meyakinkan bahwa prosedur-prosedur yang tercantum dalam Panduan ini telah diikuti • Prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan jika penyelidikan lapangan yang

dilakukan tidak mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh Panduan ini.

Panduan Geoteknik 3: Timbunan Jalan pada Tanah Lunak: Penyelidikan Tanah Lunak: Pengujian Laboratorium

Panduan ini merumuskan: • Ceklis untuk mengevaluasi kemampuan laboratorium pengujian geoteknik

dan kriteria pemilihan laboratorium • Faktor-faktor yang berpengaruh pada perencanaan dan pengembangan program pengujian laboratorium • Rangkuman prosedur pengujian standar terutama acuan pengujian lempung organik lunak dan gambut serta interpretasi hasil pengujiannya • Prosedur untuk mengurangi sekecil mungkin gangguan pada contoh tanah

selama penanganan dan penyiapan benda uji; interpretasi data pengujian untuk mengevaluasi kualitas contoh

• Prosedur untuk mengidentifikasi dan menjelaskan struktur dan fabrik tanah • Persyaratan-persyaratan pelaporan.

Panduan Geoteknik 4: Timbunan Jalan pada Tanah Lunak: Desain dan

Konstruksi

Panduan ini merumuskan: • Metode-metode yang harus diterapkan untuk menguji keabsahan data

penyelidikan • Prosedur untuk mendapatkan parameter-parameter

• Proses pengambilan keputusan dalam memilih teknik dan metode yang efektif dan memuaskan • Metode-metode yang akan digunakan dalam menganalisis stabilitas dan prilaku penurunan jalan • Persyaratan-persyaratan dalam penyusunan laporan desain, penyiapan

kesimpulan-kesimpulan dan bagaimana kesimpulan tersebut dapat dicapai • Ceklis untuk meyakinkan bahwa semua prosedur dalam Panduan ini telah dilaksanakan • Prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan jika rekomendasi-rekomendasi

tidak dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah diberikan dalam Panduan ini.

Sebuah CD dilampirkan dalam Panduan Geoteknik 1. Lampiran A dari Panduan Geoteknik 1 memberikan penjelasan tentang isi dari CD tersebut serta cara penggunaannya.

Acuan Normatif

Dokumen acuan normatif di bawah ini berisi ketentuan. Dengan demikian, ketentuan dalam dokumen acuan normatif tersebut menjadi ketentuan dari panduan ini. Untuk acuan yang bertanggal, amendemen, atau revisi yang ada dari tiap publikasinya, tidak berlaku. Namun demikian, pihak-pihak yang bersepakat berdasarkan panduan ini dianjurkan untuk meneliti kemungkinan penerapan edisi terbaru dari dokumen normatif yang tertera di bawah ini. Untuk acuan tak bertanggal, penerapannya merujuk pada dokumen normatif edisi terakhir.

Dokumen acuan normatif yang digunakan:

AASHTO (1988), Manual on Subsurface Investigations , American Association of State Highway and Transportation Officials, Washington, DC, USA.

ASTM Standards (1994), Section 4, Construction : Volumes 04.08 and 04.09, Soils and Rock , American Society for Testing and Materials, Philadelphia, USA.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum (1999), Daftar Istilah Standar Bidang ke-PU-an , Tahun Anggaran 1998/1999, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Indonesia.

BS 5930 (1981), Code of Practice for Site Investigation , British Standards Institution, London, UK.

BS 1377 (1990), Methods of Test for Soils for Civil Engineering Purposes , Parts 1-

9, British Standards Institution, London, UK. BS 8006 (1995), Code of Practice for Strengthened/ Reinforced Soils and Other

Fills , British Standards Institution, London, UK. BSN Pedoman No.8-2000 (Mei 2000), Penulisan Standar Nasional Indonesia ,

Badan Standardisasi Naional. Direktorat Jenderal Bina Marga (1983), Manual Penyelidikan Geoteknik untuk

Perencanaan Fondasi Jembatan , Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Indonesia.

Direktorat Jenderal Bina Marga (1992), Manual Desain Jembatan (Draf), Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Indonesia.

Direktorat Jenderal Bina Marga (1994), Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota , Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, Indonesia.

ISO/IEC (1999), International Standard ISO/IEC 17025: 1999 (E), General Requirements for the Competence of Testing and Calibration Laboratories , The International Organization for Standardization and the International Electrotechnical Commission, Geneva, Switzerland.

ISSMFE (1981), International Manual for the Sampling of Soft Cohesive Soils , The Sub-Committee on Soil Sampling (ed), International Society for Soil Mechanics and Foundation Engineering, Tokai University Press, Tokyo, Japan.

Japanese Standards Association (1960), Method of Test for Consolidation of Soils , Japanese Industrial Standard JIS A 1217-1960.

Japanese Standards Association (1977), Method of Unconfined Compression Test of Soil , Japanese Industrial Standard JIS A 1216-1958 (revised 1977).

Media Teknik No. 2 Tahun XVII (1995), Tata Istilah Teknik Indonesia , No. ISSN 0216-3012.

NAVFAC (1971), Design Manual: Soil Mechanics, Foundations and Earth Structures , Dept of Navy, USA.

Puslitbang Geologi Bandung (1996), Peta Geologi Kuarter Lembar Semarang, Jawa, 5022-II .

Pusat Litbang Prasarana Transportasi Bandung (2001), Guideline Road Construction over Peat and Organic Soil, Draft Version 4.0/ 4.1 , Ministry of Settlement and Public Infrastructure of the Republic of Indonesia in co- operation with The Ministry of Transport, Public Works and Water Management (Netherlands), January.

SNI (1990), Metoda Pengukuran Kelulusan Air pada Tanah Zona Tak Jenuh dengan Lubang Auger , SK-SNI-M-56-1990-F, Dewan Standardisasi Nasional.

SNI (1999), Metoda Pencatatan dan Interpretasi Hasil Pemboran Inti , SNI 03-

2436 – 1991, Dewan Standardisasi Nasional. SNI(1999), Metoda Pengujian Lapangan dengan Alat Sondir , SNI 03- 2827 –

1992, Dewan Standardisasi Nasional. SNI (1999), Metoda Pengujian Lapangan Kekuatan Geser Baling , SNI 06-2487 –

1991, Dewan Standardisasi Nasional.

Istilah Teknik

Untuk keperluan panduan ini, selanjutnya digunakan dan diusulkan istilah-istilah teknik dalam bahasa Indonesia yang diberikan pada bagian akhir dari setiap Panduan, setelah Lampiran. Untuk memudahkan pengguna Panduan yang belum terbiasa dengan terminologi yang dimaksud, maka pada Daftar Istilah tersebut setiap istilah yang digunakan dicantumkan padanan katanya dalam bahasa Inggris.

Istilah-istilah tersebut disusun dengan mengacu pada istilah-istilah teknik yang telah umum digunakan dalam bidang kegeoteknikan, seperti yang tercantum pada SNI, Pedoman maupun Panduan Teknik lainnya, dengan tetap mengacu pada tata cara penyerapan istilah teknik yang berlaku serta kaedah-kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Secara teknis, kegiatan penyusunan tersebut dimulai dengan penyusunan daftar istilah teknik yang terdapat pada keempat buku Panduan oleh Tim Konsultan Proyek. Daftar tersebut kemudian dikirimkan melalui korespodensi surat- menyurat kepada 21 orang Pengkaji Eksternal yang terdiri dari kalangan Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi maupun Praktisi, untuk meminta masukan konstruktif tentang terjemahan yang tepat dan sesuai untuk masing-masing istilah berdasarkan latar belakang, pengalaman dan pendapat mereka masing-masing. Dari 10 daftar yang kembali, dilakukan kompilasi kembali oleh Tim Konsultan Proyek dengan mengacu pada standar maupun kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti yang terlihat pada Daftar Istilah yang diberikan pada bagian akhir setiap buku Panduan.

Skala Mutu

Panduan ini mengasumsikan bahwa pada setiap pelaksanaan proyek jalan, seorang Perekayasa yang selanjutnya disebut sebagai Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk, akan ditetapkan untuk bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan geoteknik mulai dari tahapan penyelidikan, desain dan pelaksanaan konstruksi. Penunjukkan ini dilakukan oleh Ketua Tim, Ketua Tim Desain atau seseorang yang secara keseluruhan bertanggungjawab atas proyek tersebut. Pemimpin proyek mempunyai tanggung jawab untuk menjamin Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk ada di pos selama proyek berjalan.

Panduan ini menggambarkan bagaimana Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk tersebut harus mencatat dan menandatangani setiap tahapan pekerjaan. Jika Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk tersebut suatu saat diganti, maka prosedur- prosedur yang telah ditetapkan tersebut harus dimasukkan di dalam klausal serahterima, yang mana Insinyur Geoteknik yang baru harus melanjutkannya dengan tanggung jawab sebagaimana yang telah dijelaskan pada Panduan Geoteknik 4.

Latar belakang dan pengalaman dari Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk tersebut akan bervariasi berdasarkan kuantitas dan kompleksitas dari proyek yang bersangkutan. Untuk Jalan Kabupaten, Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus memiliki kemampuan/latarbelakang keteknikan dasar yang cukup serta pengetahuan lokal yang memadai. Sedangkan untuk skala proyek yang lebih besar, seorang Insinyur dengan latar belakang khusus kegeoteknikan, umumnya menjadi persyaratan yang harus dipenuhi.

Untuk skala Jalan Nasional, dimana permasalahan-permasalahan tanah lunak cukup banyak ditemui, Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus memiliki pengetahuan dan pengalaman kegeoteknikan yang luas. Bila dipandang perlu ia dapat didukung oleh seorang Spesialis; walaupun demikian, Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk tersebut tetap bertanggungjawab secara keseluruhan terhadap Skala Mutu, sebagaimana dijelaskan dalam Panduan ini.

Jika terdapat penyelidikan atau disain geoteknik yang harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana Pekerjaan, maka dalam kaitannya dengan pekerjaan tersebut kontraktor itu harus mematuhi semua persyaratan yang tercantum dalam Panduan ini. Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus bertanggung jawab terhadap hal ini.

1 Pendahuluan Panduan Geoteknik 3

1.1 BATASAN DARI PANDUAN

Panduan Geoteknik 3 ini membahas tentang uji yang dilaksanakan di laboratorium untuk keperluan evaluasi terhadap stabilitas, daya dukung dan penurunan dari konstruksi jalan yang dibangun di atas tanah lunak. Dalam Panduan Geoteknik ini juga diuraikan mengenai lempung inorganik dan lempung organik, gambut, dan penekanan khusus diberikan untuk tindakan pencegahan yang harus diambil ketika melakukan pengujian terhadap lempung organik dan gambut serta interpretasi terhadap data yang dihasilkannya. Sedangkan uji untuk material timbunan yang dipadatkan (misalnya untuk mendapatkan nilai maksimum dari kepadatan kering, dan nilai CBR, tidak akan dibahas dalam panduan ini.

Supaya hasil uji laboratorium dapat digunakan, maka penting untuk diperhatikan bahwa laboratorium yang dipilih untuk melakukan uji tersebut harus memiliki kemampuan dan kapasitas yang diiginkan, khususnya dengan memperhatikan sistem pengendalian mutunya. Bab 2 dari Panduan Geoteknik ini menjelaskan secara detil prosedur yang harus ditempuh untuk menilai dan menentukan kelas atau tingkatan dari sebuah laboratorium, dilihat dari tingkat kemampuannya melakukan suatu pengujian.

Perencanaan penyelidikan tanah membutuhkan koordinasi dan kesatuan antara kegiatan lapangan dan laboratorium itu sendiri, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan biaya seminimal mungkin. Bab 3 dari Panduan Geoteknik ini membahas tentang perencanaan program pengujian laboratorium dan pemeriksaan faktor-faktor yang mempengaruhi batasan dari program tersebut.

Dijelaskan pada Bab 4 dari Panduan Geoteknik ini, sistem yang digunakan untuk mengklasifikasi tanah organik dan inorganik berbutir halus serta gambut; jenis pengujian yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan tanah, dan untuk mendapatkan karakteristik kuat geser, kompresibilitas dan permeabilitasnya juga dijelaskan. Jenis tanah tersebut umumnya diuji dengan metode uji standar sebagaimana tercantum dalam Lampiran A. Adalah merupakan hal yang penting bagi seorang Ahli Geoteknik yang Ditunjuk untuk merumuskan secara jelas program pengujian yang akan dilakukan terhadap contoh tanah, serta parameter uji apa yang akan digunakan; sebuah contoh mengenai hal ini diberikan dalam bentuk sebuah prosedur.

Bab 5 dari Panduan Geoteknik ini menguraikan mengenai gangguan atau kerusakan yang terjadi pada contoh tanah, dan konsekuensi akan kemungkinan terjadinya penurunan kualitas yang terjadi di laboratorium selama proses penanganan contoh dan persiapan pengujian spesimen; tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk memperkecil gangguan yang timbul juga dibahas. Prosedur yang dikeluarkan oleh Masyarakat Internasional untuk Mekanikan Tanah dan Teknik Fondasi (International Society for Soil Mechanics and Foundation Engineering, ISSMFE, 1981 ) untuk mengevaluasi kualitas relatif dari sampel berdasarkan pada interpretasi dari hasil pengujian memberikan detil tahapan kegiatan yang harus dilakukan.

Bab 6 dari Panduan Geoteknik ini menguraikan fabrik dan struktur tanah. Prosedur ASTM menjelaskan secara detil bagaimana caranya mengidentifikasi tanah yang dapat digunakan baik untuk di lapangan maupun di laboratorium. Analisis terhadap makrofabrik tanah, dengan menggunakan metode yang diusulkan oleh Mc Gown dan Jarrett (1997a) juga dibahas, yang meliputi prosedur laboratorium untuk pemotretan dan pelaksanaan dari pemeriksaan makfrofabrik tersebut.

Bagian akhir dari Panduan Geoteknik ini membicarakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaporan hasil dari pengujian laboratorium tersebut.

2 Kriteria untuk Pemilihan Laboratorium

2.1 PENDAHULUAN

Akses ke laboratorium yang (i) memiliki kapasitas dan kemampuan untuk melaksanakan seluruh kegiatan penyelidikan lapangan sesuai dengan yang direncanakan dan (ii) terletak pada lokasi yang mudah dijangkau dari lokasi proyek, merupakan hal yang utama. Laboratorium Geoteknik yang ada di Indonesia meliputi: • laboratorium di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan dari Badan

Penelitian dan Pengembangan pada Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,

• laboratorium di Departemeen Teknik Sipil di universitas-universitas, • laboratorium di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). • laboratorium-laboratorium material dan tanah di propinsi-propinsi yang

dulunya merupakan bagian dari Dinas Pekerjaan Umum Daerah, • laboratorium swasta.

Akreditasi laboratorium yang dilakukan oleh sebuah badan yang diakui merupakan suatu prosedur yang biasa digunakan untuk menjamin keberadaan dan konsistensi dari laboratorium tersebut. Standar yang ketat terhadap kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu dan kewajiban yang harus dilakukan dalam proses pemilihan laboratorium biasanya akan lebih lebih mudah jika proses akreditasi resmi berlaku dalam lingkup nasional. Meskipun demikian, dalam hal akreditasi laboratorium ini, seorang Ahli Geoteknik yang Ditunjuk harus mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan masa berlakunya akreditasi tersebut, misalnya bahwa tidak ditemukan adanya penyimpangan terhadap standar yang berlaku sejak masa akreditasi tersebut diperoleh. Bila tidak ada akreditasi, evaluasi yang seksama harus dilakukan untuk menilai kenyataan yang ada, yang biasanya dievaluasi dalam bentuk sebuah prosedur baku akreditasi.

Sering kali agak sulit untuk mendapatkan laboratorium yang memadai dengan jarak yang cukup dekat dari lokasi proyek. Hal ini akan berpengaruh pada biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi serta biaya pengepakan contoh tanah supaya dapat terlindungi dari kerusakan dan gangguan. Juga dibutuhkan kontrol yang lebih ketat terhadap jadwal pengambilan contoh dan pengujian laboratorium.

Pemilihan laboratorium merupakan sebuah bagian yang tak terpisahkan dengan proses perencanaan penyelidikan lapangan. Sebelum rencana detil diselesaikan, perlu kiranya untuk menominasikan laboratorium yang akan melaksanakan pengujian, dengan melibatkan manajemen laboratorium dalam diskusi tentang program pengujian dan membuat perencanaan untuk pembelian berbagai macam perlengkapan khusus yang dibutuhkan.

2.2 AKREDITASI LABORATORIUM DI INDONESIA

Badan Standardisasi Nasional (BSN) pada tahun 1991 mengeluarkan Pedoman

01 – 1991 mengenai Persyaratan Umum Kemampuan Pengujian. Pedoman tersebut disusun berdasarkan pada Standar Internasional ISO/IEC (International Standard ISO/IEC Guide 25:1982), yang dikeluarkan oleh Organisasi Standar Internasional, ISO (the International Organization for Standardization) dan Komisi Elektronik Internasional, IEC (the International Electrotechnical Commission).

Pada tahun 1993, Komisi Akreditasi Laboratorium pada Departemen Pekerjaan Umum telah mengeluarkan sebuah pedoman untuk akreditasi laboratorium pengujian yang dikenal sebagai Petunjuk Penilaian Laboratorium Pengujian. Pedoman tersebut dikeluarkan oleh Ketua Komisi yaitu Sekretaris Menteri Riset dan Teknologi; daftar isi dari pedoman tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pedoman tersebut dikembangkan untuk kepentingan akreditasi laboratorium milik PU propinsi dan swasta yang melakukan pekerjaan dalam lingkup Departemen Pekerjaan Umum; laboratorium yang melakukan akreditasi tersebut adalah laboratorium Puslitbang Prasarana Transportasi (Puslitbang Jalan), Puslitbang Air dan Puslitbang Pemukiman.

Gambar 2-1 Daftar Isi dari Panduan untuk Akreditasi Laboratorium Pengujian, Komisi Akreditasi Laboratorium (PU), 1993.

Standar yang dikeluarkan oleh ISO dan IEC pada tahun 1999 merupakan edisi pertama dari Standar Internasional tentang Persyaratan Umum untuk Kemampuan Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi (International Standard ISO/IEC 17025:1999 – General Requirements for the Competence of Testing and Calibration Laboratories. Dokumen ini telah dicabut dan digantikan degan edisi tahun 1990 dari ISO/IEC Guide 25.

Pedoman dari ISO/IEC 17025:1999 telah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dan dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional – BSN sebagai Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) untuk didiskusikan. Rancangan tersebut diberi judul “ Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Penguji dan Laboratorium Kalibrasi “ seperti ditunjukkan dalam SNI 19-17025-2000.

Daftar isi dari ISO/IEC 17025-1999 dapat dilihat pada Gambar 2-2.

Gambar 2-2 Daftar Isi -ISO/IEC 17025 : 1999

2.3 PERSYARATAN UMUM UNTUK LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah laboratorium mekanika tanah disebutkan dalam AASHTO (1988) yang meliputi 3 hal pokok sebagai berikut:

Peralatan

• laboratorium harus terletak pada lantai dasar atau ruangan bawah tanah yang memiliki lantai keras/kaku yang bebas dari getaran akibat mesin atau lalu lintas,

• laboratorium harus dilengkapi dengan peralatan uji tanah yang terbar u yang

sesuai untuk melakukan pengujian untuk klasifikasi dan sifat-sifat material yang dibutuhkan,

• idealnya untuk kegiatan yang menghasilkan debu, seperti uji analisa

saringan dan persiapan contoh, harus ditempatkan pada ruangan terpisah, • peralatan harus diatur berdasarkan kelas dan tipe pengujian, untuk

menghasilkan suatu sistem pemanfaatan dan tata letak ruang yang paling efisien,

• jika memungkinkan, temperatur untuk seluruh laboratorium harus dapat dikontrol; jika ruangan yang suhunya dapat dikontrol terbatas, maka ruangan ini hanya dipakai untuk uji konsolidasi, triaksial dan permeabilitas,

• sebuah ruangan lembab yang cukup luas untuk menyimpan contoh tak terganggu dan untuk mempersiapkan spesimen untuk pengujian harus tersedia,

• pengawasan reguler dan kalibrasi peralatan pengujian harus selalu dilakukan untuk menjamin keakuratan dari hasil yang didapat.

Personil

• seluruh pengujian laboratorium harus dikerjakan dan diawasi oleh personil

yang memiliki kemampuan yang didapat melalui pelatihan dan pengalaman untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya,

• personil yang ditugasi harus terbiasa dengan peralatan, prosedur pengujian dan teknik laboratorium yang baik secara keseluruhan, dan juga harus memahami tujuan dari setiap pengujian yang ditugaskan kepadanya,

• program pelatihan untuk personil-personil di laboratorium harus selalu diadakan.

Jaminan Mutu

• kontrol terhadap jaminan mutu harus ada minimal untuk memeriksa dan menilai kegiatan-kegiatan berikut secara minimal:

- penanganan dan penyimpanan contoh tanah, - persiapan benda uji, - kepatuhan pada prosedur pengujian yang tepat, - keakuratan pembacaan, - pemeliharaan peralatan, - pemeriksaan dan penilaian terhadap data hasil uji, - penyajian data hasil uji.

BS 1377 : Part 1 : 1990 menyebutkan informasi umum yang berhubungan dengan uji-uji tersebut, kalibrasi umum dan persyaratan khusus, serta BS 1377 : Part 1 : 1990 menyebutkan informasi umum yang berhubungan dengan uji-uji tersebut, kalibrasi umum dan persyaratan khusus, serta

2.4 EVALUASI KEMAMPUAN LABORATORIUM MENURUT ASTM D3740-92

Aspek Standar yang dijelaskan dalam ASTM D3740-92 memberikan sebuah dasar standardisasi untuk menilai sebuah laboratorium pengujian akan kemampuannya secara obyektif dalam memberikan pelayanan tertentu yang dibutuhkan oleh pengguna jasa.

Aspek yang dapat digunakan sebagai dasar akreditasi, mencakup baik untuk lapangan dan laboratorium; namun pada Panduan ini hanya kegiatan di laboratorium saja yang dibahas.

Prosedur untuk membuat sebuah evaluasi terhadap laboratorium dijelaskan dalam aspek yang meliputi 8 hal pokok. Kesimpulan yang diberikan berikut memberikan petunjuk umum dari persyaratan yang harus dipenuhi.

2.4.1 Organisasi dari Laboratorium

Informasi-informasi berikut harus tersedia: • nama dan alamat resmi dari kantor utama, • nama dan jabatan petugasnya,

• kepemilikan dari laboratorium, • wilayah bidang pelayanan secara geografis, • pelayanan teknis terkait yang ada, • tipe para pengguna jasa, • organisasi atau laboratorium lain yang bekerja sama yang memberikan

dukungan dalam pelayanan, • akreditas atau sertifikat pengakuan lainnya yang menunjukkan tingkat

kemampuan laboratorium yang bersangkutan.

2.4.2 Sumber Daya Manusia dari Laboratorium

Informasi-informasi berikut harus tersedia: • bagan organisasi laboratorium yang menunjukkan jabatan dari personil dan

garis otoritas dan tanggungjawabnya masing-masing, • penjelasan tugas untuk masing-masing kategori personil, termasuk

pendidikan, pelatihan dan pengalamannya,

• sistem yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat kemampuan personil yang ditunjukkan untuk melaksanakan pengujian tertentu.

2.4.3 Kualifikasi Personil

• seorang ahli profesional yang bertanggungjawab memberikan perintah-

perintah teknis dan manajemen terhadap jasa yang diberikan. Personil pada posisi ini harus merupakan karyawan tetap dari laboratorium dengan pengalaman minimal 5 tahun dalam bidang pengujian tanah,

• teknisi pengawas yang paling tidak memiliki pengalaman selama 5 tahun dalam melakukan pengujian tanah dan dapat mendemonstrasikan

kemampuannya, baik secara tertulis maupun penjelasan lisan, atau keduanya; memiliki kemampuan untuk melakukan pengujian dengan prosedur yang telah ditentukan; ia juga harus mampu untuk mengevaluasi hasil pengujian untuk memenuhi persyaratan yang diminta,

• teknisi pelaksana pengujian merupakan personil yang telah mendapatkan pelatihan yang memadai untuk melaksanakan pengujian yang ditugaskan kepadanya secara tepat, dan dapat mendemonstrasikan kemampuannya; ia harus bekerja dibawah pengawasan dari teknisi pengawas dan tidak boleh diijinkan untuk mengevaluasi hasil pengujiannya sendiri .

2.4.4 Verifikasi terhadap Kemampuan

• fasilitas laboratorium harus diperiksa kembali untuk minimal setiap dua tahun sekali oleh pihak yang berwenang,

• laboratorium juga harus terlibat dalam kelancaran dari program pengujian.

2.4.5 Persyaratan Pengujian

• laboratorium harus memenuhi persyaratan mengenai peralatan dan prosedur

pengujian sebagaimana diisyaratkan dalam metode-metode uji standar yang digunakan,

• laboratorium harus memiliki peralatan uji yang memadai dan memiliki

fasilitas penyimpanan, persiapan serta pengujian dan analisis contoh tanah.

2.4.6 Persyaratan Tambahan untuk Peralatan Pengujian

Bab ini menguraikan persyaratan peralatan untuk pengujian dan analisis yang merupakan tambahan dari yang telah disebutkan dalam metode pengujian ASTM, terutama tentang frekuensi kalibrasi yang harus dilakukan.

Frekuensi kalibrasi yang harus dilakukan untuk berbagai variasi peralatan dijelaskan sebagai berikut:

Jenis Peralatan Frekuensi Kalibrasi

* Alat penekan atau pembebanan Minimal setiap 12 bulan sekali (kecuali disebutkan dalam metode standar yag digunakan)

* Timbangan, neraca dan beban Minimal setiap 12 bulan sekali * Alat Penumbuk Mekanik dan Manual

Minimal setiap 12 bulan sekali * Oven

Temperaturnya harus diverifikasi minimal setiap 4 bulan sekali

* Cetakan Benda Uji Diameter dalam dan tingginya harus diperiksa minimal setiap 12 bulan sekali

* Saringan Kondisi fisik dari ayakan harus diperiksa secara visual sebelum dipakai; dimensi fisik dari ayakan kawat harus diperiksa setiap 6 bulan sekali.

* Alat Saringan Mekanik Kecukupan pengayakan dari alat ini minimal harus diperiksa setiap

12 bulan sekali

2.4.7 Persyaratan Sistem Mutu

Laboratorium harus: • memiliki manual mutu yang tertulis, • menunjuk seorang dalam organisasi laboratorium, yang bertanggung jawab

memelihara sistem mutu laboratorium tersebut, • menyimpan daftar inventaris yang sesuai dengan keberadaan peralatan

secara fisik, • menyimpan dokumen yang berhubungan dengan sertifikat kalibrasi,

verifikasi dan toleransi yang diijinkan, • menyimpan dokumen-dokumen yang menjelaskan : - prosedur penanganan keluhan teknis dari klien, - prosedur penjaminan kualitas unit pelayanan teknis eksternal, - prosedur pencatatan, pemeriksaan dan pemrosesan data, pelaporan hasil

pengujian, - prosedur untuk identifikasi, penyimpanan sementara, penyimpanan

tetap dan pembuangan contoh tanah.

2.4.8 Persyaratan Pencatatan dan Pelaporan

• sebuah laboratorium harus menyimpan rekaman verifikasi dari setiap laporan yang dikeluarkan,

• sebuah rekaman untuk setiap laporan, dan catatan lainnya yang berkaitan, harus disimpan untuk paling tidak selama tiga tahun dan harus memuat

nama personil yang melakukan pekerjaan pengujian masing-masing. Catatan yang harus disimpan oleh laboratorium tersebut antara lain meliputi

hasil dari audit internal maupun eksternal, hasil program pelatihan yang diberikan pada personil di laboratorium, verifikasi dari kemampuan organisasi/laboratorium eksternal dan hasil lengkap persyaratan untuk kalibrasi dan verifikasi.

Informasi lain yang akan dimasukkan dalam laporan, juga diberikan lebih detil, misalnya sebuah identifikasi tentang laporan, proyek, contoh tanah atau jenis pengujian yang dilakukan, nama dan kedudukan dari personil yang bertanggungjawab secara teknik terhadap laporan, dan metode standar yang digunakan.

2.5 KRITERIA UNTUK MENGEVALUASI LABORATORIUM

Panduan Geoteknik ini terutama membicarakan masalah pengujian laboratorium untuk tanah, dan kriteria untuk mengevaluasi kemampuan dari laboratorium yang ada dalam memberikan pelayanan tertentu yang diberikan di bawah ini.

Bagaimanapun juga, dalam melaksanakan pengujian terhadap contoh tanah yang diambil selama pelaksanaan penyelidikan lapangan serta kemampuannya untuk memberikan pelayanan pada tingkat yang memuaskan, merupakan hal kritis dari sebuah laboratorium yang sangat bergantung pada bagaimana penyelidikan lapangan tersebut dilakukan. Untuk alasan tersebut, akan lebih baik jika tak ada pemisahan tanggungjawab untuk kedua penyelidikan baik laboratorium maupun lapangan tersebut, oleh karenanya sebaiknya tanggungjawab atas kedua pekerjaan tersebut diberikan pada satu institusi yang sama.

Karena bukan merupakan bagian dari Panduan Geoteknik ini untuk membahas kriteria dalam mengevaluasi kemampuan dari suatu organisasi dalam melakukan penyelidikan lapangan, perlu digarisbawahi bahwa besar tanggungjawab yang diberikan untuk kedua penyelidikan tersebut, merupakan bagian tak terpisahkan satu dengan lainnya, dan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka kemampuan dari organisasi/laboratorium yang melakukan pekerjaan penyelidikan lapangan tersebut har us dievaluasi dengan cara yang sama dengan pengujian laboratorium, sebagaimana akan dijelaskan pada bab-bab berikut.

2.5.1 Informasi Umum yang Dibutuhkan pada Tahap Awal dari Evaluasi Laboratorium

Tahap awal dalam proses evaluasi terhadap laboratorium adalah mengundang laboratorium-laboratorium untuk mendapatkan informasi sebagaimana yang terdaftar pada Gambar 2-3.

Pada tahapan ini, wilayah daerah pencarian terhadap laboratorium yang akan dipilih secara geografis harus ditetapkan. Pada beberapa lokasi proyek, mungkin terdapat sejumlah laboratorium dengan jarak dari lokasi proyek yang cukup dekat yang dapat memberikan alternatif pilihan. Pada lokasi yang lain, alternatif pilihan dapat saja terbatas, dimana pada kasus ini perlu diputuskan untuk memperluas wilayah pencarian secara geografis. Tipe pengujian yang akan dilaksanakan juga akan sangat mempengaruhi wilayah pencarian; jika proyek yang ada secara relatif tidak terlalu penting dan data untuk keperluan desain yang didapat dari pengujian pengklasifikasian dianggap sudah memadai, maka perluasan wilayah pencarian tak perlu dilakukan lagi, sebagaimana harus dilakukan pada kasus dimana proyeknya dipandang sangat penting dan membutuhkan data dari pengujian laboratorium yang lebih canggih.

Jika telah didapatkan sejumlah laboratorium, kemudian dibuat evaluasi berdasarkan syarat-syarat yang diberikan pada Gambar 2-3 yang merupakan dasar bagi seorang Ahli Geoteknik yang Ditunjuk untuk melakukan pengamatan singkat terhadap laboratorium yang dipakai.

2.5.2 Pemeriksaan Fasilitas Laboratorium oleh Ahli Geoteknik

yang Ditunjuk Untuk membuat penilaian terhadap keakuratan informasi yang disajikan pada

Gambar 2-3, dan untuk mengembangkannya sebagai dasar dalam memberikan peringkat laboratorium, laboratorium yang didaftar untuk dipertimbangkan lebih lanjut, perlu diperiksa oleh Ahli Geoteknik yang Ditunjuk.

Jawaban atas pertanyaan yang terdapat pada Gambar 2-4 dapat memberikan penilaian awal terhadap fasilitas umum yang tersedia pada laboratorium, dan seberapa besar tingkat efisiensi operasionalnya. Semua pertanyaan dianggap sesuai untuk diterapkan tetapi penekanan khusus harus diperhatikan terhadap adanya (i) fasilitas penyimpanan contoh tanah dan (ii) ruangan untuk persiapan dan pengujian contoh tanah yang kelembaban/temperaturnya dikontrol dan juga apakah ada sistem penyimpanan dan pengeluaran data.

Gambar 2-5 menyajikan daftar informasi yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kapasitas pengujian suatu laboratorium yang ditunjukkan oleh tersedianya peralatan. Umumnya, laboratorium pengujian tanah tidak memiliki peralatan, bahan dan keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai pengujian kimia. Jika hal ini dijumpai, perhatian khusus harus diberikan terhadap informasi yang diberikan dari Butir 4 pada Gambar 2-3 yaitu “organisasi/laboratorium luar yang digunakan untuk mendukung pelayanan teknis yang signifikan”. Organisasi/laboratorium luar yang terlibat dalam Gambar 2-5 menyajikan daftar informasi yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kapasitas pengujian suatu laboratorium yang ditunjukkan oleh tersedianya peralatan. Umumnya, laboratorium pengujian tanah tidak memiliki peralatan, bahan dan keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai pengujian kimia. Jika hal ini dijumpai, perhatian khusus harus diberikan terhadap informasi yang diberikan dari Butir 4 pada Gambar 2-3 yaitu “organisasi/laboratorium luar yang digunakan untuk mendukung pelayanan teknis yang signifikan”. Organisasi/laboratorium luar yang terlibat dalam

Gambar 2-6 dimaksudkan untuk memberi informasi mengenai metode pengujian yang digunakan di laboratorium, adanya salinan dari metode tersebut dan nama dari personil yang melakukan pengujian, yang mengawasi dan yang menyetujui hasil serta yang melakukan analisis dari hasil pengujian. Merupakan suatu hal yang sangat penting bahwa seluruh lembar rekaman data pengujian dan lembar analisis data disetujui oleh yang berwenang; lembar yang tidak ditandatangani merupakan dokumen yang tidak sah. Informasi mengenai personil yang terlibat dalam kegiatan pengujian harus diperiksa berdasarkan data yang ada pada Butir 10 dan 11 dari Gambar 2-3, untuk memastikan jika personil yang ditugasi melakukan pengujian tersebut telah memiliki latar belakang dan pengalaman yang memadai.

Informasi umum yang dibutuhkan dari Informasi yang didapat laboratorium

Lengkap

Tak Lengkap Catatan

1. Nama dan alamat resmi dari kantor utama 2. Nama dan posisi dari direktur dan petugas

utama

3. Kepemilikan utama laboratorium, struktur manajerial, keanggotaan dan afiliasinya

4. Organisasi/laboratorium lain yang bekerja sama dan memberikan dukungan pelayanan teknis

5. Sejarah singkat dari laboratorium 6. Wilayah geografis yang dilayani

7. Daftar pelayanan teknis yang sudah diberikan 8. Tipe pengguna jasa

9. Akreditas atau sertifikat pengakuan lainnya yang menunjukkan tingkat kemampuan laboratorium

10. Bagan organisasi laboratorium yang menunjukkan posisi personil, garis otoritas

dan tanggungjawab 11. Penjelasan tugas untuk masing-masing

personil

12. Sistem yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat kemampuan personil secara berkelanjutan untuk melakukan tugas spesifik

13. Inventarisasi dari peralatan utama 14. Detil dari sistem jaminan mutu 15. Nama dan posisi dari personil yang

bertanggungjawab terhadap pengendalian atau jaminan mutu (jika belum diberikan pada

butir 10 ataupun 14 di atas) Nama laboratorium Dibuat oleh

Gambar 2-3 Informasi Umum yang Dibutuhkan pada Tahap Awal Pemilihan Laboratorium

Pertanyaan Jawaban Keterangan

Ya

Tidak

1. Apakah terdapat lantai/ruangan yang cukup untuk menempatkan peralatan di laboratorium?

2. Apakah lantai laboratorium dipengaruhi oleh getaran? 3. Apakah terdapat ruangan terpisah untuk berbagai tipe

alat pengujian yang berbeda?

4. Apakah laboratorium tersebut temperaturnya terkontrol seluruhnya?

5. Apakah terdapat ruangan khusus yang temperaturnya dapat dikontrol di laboratorium tersebut?

6. Apakah ruangan yang temperaturnya dapat dikontrol tersebut digunakan untuk jenis pengujian tertentu?

7. Apakah ruangan yang temperaturnya dapat dikontrol tersebut digunakan untuk ruangan komputer, penyimpanan data/ peralatan pemrosesan?

8. Apakah terdapat ruangan ter pisah untuk penyimpanan contoh?

9. Apakah ruangan penyimpanan contoh tanah dikontrol kelembabannya?

10. Apakah ruangan penyimpanan contoh tanah dikontrol temperaturnya?

11. Apakah terdapat ruangan yang kelembabannya dikontrol untuk mempersiapkan benda uji?

12. Apakah kegiatan yang menghasilkan debu dilakukan

pada tempat yang terpisah dari laboratorium utama? 13. Apakah permukaan lantai kerja atau meja kerja cukup

luas dan tahan terhadap getaran?

14. Apakah tersedia titik sumber listrik dan keran air dengan jumlah yang cukup yang berdekatan dengan

meja kerja? 15. Apakah terdapat fasilitas untuk penyimpanan

peralatan secara baik jika tidak sedang digunakan?

16. Apakah setiap peralatan selalu dijaga kebersihannya dan dalam kondisi yang baik?

17. Apakah ada ruangan khusus atau tempat untuk penyimpanan data pengujian

18. Apakah ada ruangan khusus atau tempat untuk analisis data pengujian?

19. Apakah ada ruangan khusus atau tempat untuk penyimpanan/arsip:

Sertifikat Kalibrasi? Jadwal Kalibrasi?

Jadwal Pemeliharaan? Prosedur Pengujian Standar? 20. Apakah pernah mempunyai pengalaman melakukan

pengujian tanah lunak organik?

21. Apakah pernah mempunyai pengalaman melakukan pengujian gambut?

22. Apakah ada peralatan khusus yang dibeli untuk pengujian tanah lunak organik?

23. Apakah ada peralatan khusus yang dibeli untuk pengujian gambut?

Nama Laboratorium: Tanggal Kunjungan: Oleh:

Gambar 2-4 Penilaian Fasilitas Umum dari Laboratorium Selama Peninjauan Laboratorium

Jenis Pengujian Peralatan yang Ada Keterangan

Ya

Tidak

1. Uji klasifikasi: Kadar Air Distribusi Ukuran Butir Berat Jenis

Batas Atterberg Baling Laboratorium Kadar Organik (Hilang Pijar) Berat Isi Curah Gambut Kadar Serat Gambut

2. Uji Kimia: Kadar Organik (Oksidasi dikromat) Ekstraksi air pori dan Pengukuran Salinitas Konduktivitas pH Material Gambut pH Tanah Kadar Karbonat Kadar Klorida Kadar Sulfat

3. Uji Kuat Geser: Uji Tekan Beban Uji Geser Langsung

Triaksial UU

Triaksial CU Triaksial CD

4. Uji Konsolidasi: Uji konsolidasi Satu Dimensi

Sel Hidrolik (Sel Rowe ) 5. Uji Permeabilitas

Nama Laboratorium: Tanggal Kunjungan: Oleh:

Gambar 2-5 Penilaian Fasilitas Laboratorium Selama Peninjauan Laboratorium

2.6 PEMERINGKATAN KEMAMPUAN PENGUJIAN LABORATORIUM

Informasi yang diberikan dalam Gambar 2-3 hingga 2-6 memungkinkan bagi Ahli Geoteknik yang Ditunjuk untuk membuat sebuah analisis yang sistematis mengenai kemampuan laboratorium yang sedang dievaluasi dan menyarankan laboratorium yang dipilih secara objektif berdasarkan fakta yang ada. Tetapi perlu disadari bahwa ceklis yang diberikan disini hanyalah memberikan panduan saja; Ahli Geoteknik yang Ditunjuk tersebut dapat saja meminta informasi tambahan lain berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya terhadap kondisi daerah yang bersangkutan.

Kriteria yang tercantum pada Gambar 2-7 dapat membantu Ahli Geoteknik yang Ditunjuk tersebut dalam memberi peringkat terhadap laboratorium yang diamati berdasarkan tingkat kemampuannya dalam melakukan pengujian. Pada gambar ini laboratorium diberi peringkat secara sederhana sebagai peringkat A,B dan C dengan mengacu pada kriteria yang diberikan. Semua kriteria diberi bobot yang sama, karena itu kriteria tersebut tidak dibuat dengan urutan tertentu secara khusus. Peringkat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

A : adalah laboratorium yang secara umum memenuhi kriteria dan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang diminta secara memuaskan,

B : adalah laboratorium yang jelas tidak secara penuh dapat memenuhi kriteria, dan hasil pengujian yang didapat harus diperlakukan dengan hati-hati; peringkat ini masih memungkinkan untuk ditingkatkan bila usulan yang dibuat oleh ahli geoteknik untuk perbaikan diterima oleh manajemen laboratorium dan dilaksanakan,

C : adalah laboratorium yang tidak bisa memenuhi kriteria dan tidak dapat digunakan kecuali untuk pengujian yang relatif sederhana dan itupun harus dibawah pengawasan langsung.