PROSPEK DAN IMPLEMENTASI SUK. docx
PROSPEK DAN IMPLEMENTASI
SURAT UTANG KOPERASI
Surat Utang Koperasi (SUK) merupakan instrumen
utang yang sangat penting bagi
koperasi. SUK merupakan inovasi pembiayaan koperasi alternatif jangka panjang di luar
sektor perbankan. SUK juga dapat berperan sebagai alat untuk menghimpun dana koperasi
yang saat ini sangat dibutuhkan oleh koperasi, dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaan
koperasi yang sangat besar jumlahnya.
Penerbitan Surat Utang Koperasi memiliki dasar hukum yang sangat kuat. Dalam UU No.
25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 44 ayat (1) menyebutkan bahwa Koperasi dapat
menghim pun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan
untuk:
a. Anggota Koperasi yang bersangkutan
b. Koperasi lain dan / atau anggotanya
Selain itu dalam Pasal 41 menyebutkan bahwa modal koperasi teridiri modal sendiri dan
modal pinjamanan. Diantara modal pinjaman tersebut, surat utang lainnya merupakan salah
satu bentuknya. Selain UU Koperasi, didalam penerbitan Surat Utang mengacu pada
ketentuan penerbitan surat berharga yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD), mengingat belum ada ketentuan yang mengatur secara khusus penerbitan
tentang Surat Utang Koperasi, kecuali ketentuan tentang Persyaratan Penerbitan Dan
Perdagangan Surat Berharga Komersial (Commercial Paper) melalui Bank Umum di
Indonesia, yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan SK Dir BI No.28/52/KEP/DIR
tanggal 11 Agustus 1995.
SUK akan menjadi salah satu instru men keuangan yang sangat strategis untuk
meningkatkan kapitalisasi koperasi. Selama ini proses kapitalisasi di ko perasi masih
mengandalkan modal sendi ri melalui penghimpunan dana simpanan pokok dan wajib
bulanan yang dinilai sangat tidak memadai jumlahnya diban- dingkan dengan kebutuhannya.
Tidak adanya insentif yang jelas bagi penyimpan pada sebagian besar koperasi, seringkali
menyebabkan orang malas menyimpan di koperasi. Sehingga kapitalisasi di koperasi melalui
Surat Utang Koprasi
Halaman 1
cara-cara penghimpunan simpanan pokok dan wajib terkesan berjalan lambat dibandingkan
dengan besarnya permintaan dana yang dibutuhkan koperasi.
Selain menghimpun modal sendiri, Koperasi juga menghimpun simpanan harian dan
simpanan berjangka dengan jangka waktu 1-3 bulan atau meminjam dari pihak ketiga. Dari
hasil penghimpunan simpanan jangka pendek inilah, selanjutnya koperasi meminjamkannya
kepada anggotanya untuk jangka waktu yang lebih panjang. Dengan struktur keuangan yang
lebih mengandalkan sumber dana jangka pendek dan menyalurkannya dalam jangka yang
lebih panjang, maka tentu menimbulkan kesulitan yang sangat besar bagi koperasi untuk
mengelola cash flownya. Struktur keuangan koperasi sebagaimana yang kita gambarkan
tersebut dapat kita jumpai pada hampir semua koperasi di tanah air. Kalau mau menyehatkan
koperasi, maka pengelolaan keuangan koperasi harus diubah dari menghimpun dana jangka
pendek menjadi menghimpun dana jangka yang lebih panjang dan menyalurkannya dalam
jangka yang lebih pendek. Saat ini banyak sekali koperasi yang tidak menyadari bahwa
sesungguhnya masih banyak aset koperasi yang belum didayagunakan. Contohnya adalah
tagihan koperasi. Tagihan koperasi merupakan aset yang sangat berharga, karena ia memiliki
nilai ekonomi. Cuma sayangny tagihan itu seolah-olah menjadi “asset mati” yang tidak ada
harganya. Kalau datang ke bank, belum tentu bank mau menghargai tagihan koperasi.
Padahal tagihan koperasi itu sesungguhnya bisa diubah menjadi aset yang memiliki nilai
ekonomi. Apalagi kalau tagihan itu lancar dan bersifat hard cash, maka nilai ekonomi tagihan
itu sangattinggi. Tagihan simpan pinjam yang dijamin dengan gaji bulanan merupakan contoh
hard cash yang bisa diandalkan oleh koperasi.
Ide dasar penerbitan SUK adalah merubah asset tagihan (cesie) koperasi yang dinilai
kurang produktif menjadi lebih produktif. Mengapa disebut asset tagihan tidak produktif
karena selama ini asset tagihan koperasi sekalipun sangat lancar tidak laku dijadikan jaminan
kredit. Karena itu koperasi harus mencari jalan bagamana asset tagihan itu dapat
didayagunakan supaya lebih optimal. Proses pendayagunaan seperti itu dikenal dengan nama
sekuritisasi asset atau suatu proses menciptakan surat berharga dengan memanfaatkan asset
tagihan sebagai agunan surat berharga.
Skenario Penawaran SUK
Surat Utang Koprasi
Halaman 2
Sebuah ilustrasi misalnya suatu Koperasi Simpan Pinjam (KSP) A akan menerbitkan
SUK dengan underlaying cesie koperasi sebesar Rp 1 milyar. Dengan asumsi setiap Rp 1,cesie koperasi dapat digunakan untuk menjamin penerbitan 200 % SUK, maka KSP tersebut
dapat menerbitkan SUK sebe- sar Rp 500 juta. Dengan proses penerbitan SUK tersebut,
maka KSP “A” sesungguhnya telah melakukan sekuritisasi yaitu merubah asset tagihan yang
dinilai kurang produktif menjadi lebih produktif, dalam pengertian asset tagihan itu dapat
didayagunakan untuk mendapatkan dana segar sehingga kemampuan dan kapasitas KSP A
dalam menyalurkan pinjaman kepada anggota lainnya bertambah. Tentu saja proses
sekuritisasi aset tidak tidak bisa dilakukan sembarang koperasi, kecuali oleh koperasi yang
sehat dan memiliki jaminan dalam pengembalian utangnya kepada para kreditur.
Surat Utang dapat ditawarkan dalam dua bentuk penawaran. Pertam a, Penawaran
Terbatas (Private Placement), yaitu penawaran surat berharga hanya terbatas kepada pihakpihak tertentu atau yang ditunjuk oleh Penerbit Surat Berharga. Kedua Penawaran Umum
(Public Offering), yaitu penawaran surat berharga dengan cara menawarkan kepada
masyarakat secara terbuka dengan mekanisme dan atau cara-cara yang telah ditentukan
sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan di bidang Pasar Modal No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal) dan peraturan pelaksanaannya.
penawaran terbatas menjadi pilihan,
Dalam
hal
maka harus memperhatikan, mengikuti dan tidak
melanggar ketentuan-ketentuan dalam UU Pasar Modal (Paal 1 No. 15 (Penjelasan)) dan
Peraturan Nomor IX.A.5 Lampiran dari Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal
No. Kep-46/PM/1996/, yaitu :
a. tidak ditawarkan kepada lebih dari 100 (seratus) pihak, atau
b. tidak melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, film dan media
elektronik lainnya, surat, brosur serta barang cetak lain yang dibagikan kepada lebih
dari 100 (seratus) pihak; atau
c. tidak dijual kepada lebih dari 50 (limapuluh) pihak
Namun demikian, sepanjang Koperas i melaksanakan penawaran untuk lingkungan
gerakan koperasi seperti yang diatur dalam UU Perkoperasian tersebut (baca penawaran
terbtas) diatas pasal 44 ayat (1), maka penerbitan SUK yang ber- laku untuk internal koperasi
tidak dapat dianggap melanggara peraturan Bappe- pam tersebut. Apalagi SUK tidak ditransaksikan di pasar modal, maka sesung- guhnya tidak ada larangan bagi koperasi untuk
menerbitkan SUK yang tidak diperjualbelikan secara publik. Selain itu, UU Perkoperasian
Surat Utang Koprasi
Halaman 3
juga tidak membatasi jum- lah anggota koperasi. Dengan memperhatikan ketentuan diatas,
maka penawaran SUK yang paling baik dipilih adalah dengan cara penawaran terbatas
dengan mengikuti ketentuan UU Perkoperasian. Artinya SUK hanya ditawarkan kepada para
anggota koperasi, koperasi lainnya atau anggota koperasi lainnya sesuai dengan ketentuan
yang terdapat dalam UU tentang Perkoperasian, dalam hal mana koperasi dapat menghimpun
dan menyalurkan dananya kepada anggota, koperasi lainnya dan anggota koperasi lainnya.
Penawaran SUK mengikuti Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah
Republik Indonesia Nomor: 13 /Per/M.KUKM KUKM/VII/ 2006
Pedoman Teknis Program Sekuritisasi Aset
Tentang
Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
(KUKM). Sesuai dengan Peraturan itu dijelaskan bahwa SUK dapat ditawarkan dalam
bentuk SUK Jumbo dan SUK Retail. SUK Jumbo adalah sertifikat yang menunjukkan
adanya sejumlah dana yang diterima berikut ketentuan-ketentuan pembayaran kembali
pokok, pembayaran bunga/jasa, jatuh tempo dan jadwal pembayarannya, yang dapat
dipecah/dibagi dalam bentuk Sertifikat Retail SUK. Sedangkan SUK Retail adalah bentuk
pecahan dari SUK Jumbo yang dapat diperjualkan melalui proses endorsemen, yaitu
pemindahan hak tagih dari pemegang SUK Retail kepada pihak lainnya.
Misalkan KSP A”akan menerbitkan SUK Jumbo sebesar Rp 500 juta dan dalam bentuk
pecahan 500 lembar SUK Retail @ Rp 1 juta dengan bunga atau jasa 18 % per bulan dan
jangka waktu SUK 5 tahun dan sistem angsuran bulanan. Dengan fitur SUK seperti itu, maka
seorang pemegang SUK dapat memperoleh pendapatan 18 % per bulan dan juga menerima
angsuran per bulan sebesar Rp 500 juta : 60 bulan. Kalau Si Adi anggota KSP A”memegang
SUK Retail sebanyak 10 lembar @ Rp 1 juta atau total Rp 10 juta, maka dalam satu tahun
diperkirakan Si Adi akan memperoleh yield dari SUK berupa bunga atau jasa sebesar Rp
180.000,-. Bandingkan kalau si Adi menabung uangnya di bank dengan bunga 4 % per tahun,
maka ia hanya memperoleh jasa bunga sekitar Rp 40.000,- per tahun. Seumpanya si Adi
membutuhkan uang, maka si Adi dapat menjual SUK Retailnya kepada pihak lainnya melalui
proses endorsement tertentu.
SUK Retail atas unjuk dapat ditawarkan secara terbatas dalam bentuk pecahan kecil-kecil
sehingga memudah- kan investor kecil dapat membeli SUK. Misalnya SUK Retail dapat
ditawarkan dalam bentuk pecahan Rp 1 juta per lembar.
Untuk periode penawarannya
katakanlah ditentukan 30 hari lamanya. Dalam waktu 30 hari tersebut, koperasi dapat
Surat Utang Koprasi
Halaman 4
menyebarkan prospektus dan mensosialisasikanya kepada calon investor. Dengan adanya
prospektus ini, calon pembeli SUK mengetahui informasi mengenai kinerja kesehatan
Koperasi Calon Penerbit SUK.
Manfaat SUK
Pertama, koperasi dapat mencipta- kan pasar uang dari lingkungan koperasi itu sendiri
melalui penawaran terbatas. Koperasi dapat menggali potensi para investor yang memiliki
kelebihan uang, yang saat ini mungkin masih ditabung di bank. Koperasi cukup menawarkan
SUK kepada calon investor yaitu anggotanya, koperasi lainnya dan atau anggota koperasi
lainnya. Kalau calon investor ini dari kelompok ini berasal dari penabung kecil di bank, maka
yang perlu dilakukan oleh Koperasi adalah bagaimana menggeser minat menabung manjadi
minat investasi. Untuk kasus ini koperasi dapat memainkan suku bunga SUK sebagai daya
tarik investasi.
Kedua, SUK dapat diperjualkan belikan secara mudah. Selain nilai nominalnya kecilkecil juga pengalihannya mudah dilakukan melalui proses endorsemen yang sederhana.
Proses endorsemen dapat dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan di punggung
belakang lembar SUK.
Ketiga, koperasi akan memperoleh sumber pendanaan jangka panjang yang kemudian
disalurkan dalam jangka yang lebih pendek sehinga struktur keuangan koperasi menjadi
lebih sehat. Selain itu perputaran uang koperasi juga bisa dilipatgandakan sehingga akan
memberi- kan multiplier efek dalam pelayanan pinjaman kepada anggotanya.
Keempat, SUK akan menambah portofolio koperasi dalam penghimpunan dana kepada
pihak ketiga melalui simpanan berjangka, pinjaman bank, dengan jumlah kapitalisasi yang
sangat terbatas. Diharapkan dengan adanya SUK, kesulitan koperasi menghimpun simpanan
berjangka untuk yang masih berstatus sebagai calon anggota dan telah melampaui jangka
waktu 3 bulan dan memiliki kesempatan menjadi kreditur SUK tanpa menimbulkan
goncangan keuangan koperasi dan tanpa melanggar aturan main masa calon keanggotaan
koperasi.
Surat Utang Koprasi
Halaman 5
Kelima, dengan adanya instrumen utang ini, maka koperasi-koperasi yang memilki
kelebihan likuidias dapat menginvestasikan uangnya di koperasi penerbit SUK. Sehingga
system interlending yang diharapkan dalam gerakan ko- perasi dapat berlangsung secara baik.
Peluang Koperasi
Apakah koperasi memiliki peluang untuk melakukan sekuritisasi aset dan kemudian
menerbitkan SUK
? Tentu saja peluangnya sangat besar. Kita harus bisa menghitung
seberapa besar tagihan KSP/USP Koperasi yang dapat disekuritisasi.
Data Kementerian
Koperasi dan UKM (2005) menyebutkan saat ini jumlah koperasi yang bergerak dalam usaha
simpan pinjam (KSP/USP Koperasi) mencapai 38.083 unit terdiri dari 1.598 unit KSP dan
36.485 unit USP Koperasi. Pinjaman yang disalurkan (baca : tagihan koperasi) sebesar Rp
14,650 triliun kepada 11,403 juta orang peminjam atau rata-rata RP 1,280 juta per anggota.
Dengan asumsi penerbitan SUK ko- perasi akan didukung agunan tagihan lancar sebesar
200 %, maka sesungguhnya koperasi memiliki kemampuan untuk menerbitkan Rp 7,325
triliun untuk tahun pertama, dan tahun-tahun berikutnya tinggal menghitung berapa asset
tagihan lancar itu yang dapat digunakan sebagaagunan untuk menerbitkan Surat Utang
Koperasi.
Apa yang akan menjadi daya tarik SUK ?
Pertama, Suku Bunga SUK dihargai sama dengan bunga pinjaman perbankan saat ini
katakanlah 18 % per tahun. Suku bunga ini jauh lebih tinggi dari suku bunga deposito atau
simpanan berjangka. Hal ini dimungkinkan karena suku bunga pinjaman mikro dan kecil
yang disalurkan oleh koperasi saat ini masih mencapai 2- 3 % per bulan. Suku bunga SUK
yang manarik diharapkan akan elastis ter- hadap minat investasi.
Kedua, penerbitan SUK Retail dalam bentuk pecahan kecil-kecil meringankan investor
kecil yang mau membeli SUK Retail dibandingkan dengan investasi yang nilainya besarbesar. Investor kecil dapat secara mudah membeli SUK Retail, misalnya dalam kelipatan 10
lembar @ Rp 1 juta atau Rp 10 juta.
Surat Utang Koprasi
Halaman 6
Ketiga, risiko rendah merupakan daya tarik investor. Koperasi yang memiliki Non
Performance Loan (NPL) rendah merupakan koperasi yang sehat.
NPL Koperasi yang
rendah banyak ditemukan pada koperasi pegawai neger i atau karyawan yang menerapkan
angsuran dengan potong gaji. Koperasi yang me- nerapkan system tanggung renteng terbukti mampu menurunkan non performance loannya (NPL) bahkan NPL nya bisa ditekan
hingga nol persen. Kalau kinerja keuangan koperasi sangat baik dan meyakinkan dan semua
risiko dapat dicover oleh koperasi, maka investor tidak perlu ragu-ragu membeli SUK.
Keempat, setiap calon investor disarankan setidak-tidaknya menguasi informasi secara
cepat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tingkat kesehatan Koperasi Penerbit SUK ,
yaitu :
1. Asset. Aset adalah total kekayaan asset koperasi terdiri dari aktiva lancar + aktiva
tetap dan aktiva lainnya. Asset minimum koperasi penerbit SUK harus memenuhi
kecukupan skala. Standard minimum aset KSP yang dianggap layakan minimal Rp
100 juta.
2. Capital Aduquacy Ratio (CAR) merupakan alat keuangan untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki oleh Koperasi. Cara mengukurnya yaitu dengan membandingkan
antara Komponen Modal teridiri dari (Penempatan di bank + Pembiayaan yang
diberikan + Aktiva Tetap + Ruparupa aktiva) dobago dengan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko) x 100 %. CAR yang baik disarankan lebih lebih dari 10 %.
3. ROE (Return on Equity) atau perbanidngan Sisa Hasil Usaha dengan modal sendiri.
Modal sendiri terdiri dari simpanan pokok, wajib, cadangan, sisa hasil usaha yang
tidak dibagikan, hibah. ROE lebih dari 10% dianggap layak.
4. Return on Asset (ROA) adalah perbandingan Sisa Hasil Usaha dengan aset yang
dimiliki. Aset adalah total kekayaan asset kopersi terdiri dari aktiva lancar + aktiva
tetap dan aktiva lainnya. ROA lebih dari 1 % berarti layak.
5. Bad Debt Rate (BDR) adalah prosetase hutang bermasalah atau macet. Prosentase
BDR dibawah 5 % masih bisa ditoleransi oleh KSP.
6. Loan Deposit Ratio (LDR)
adalah per- bandingan pinjaman diberikan dengan
pinjaman diterima. Prosentase LDR makin mendekati 100 % menunjukan bahwa
seluruh pinjaman diterima disalurkan kepada para peminjam.
7. SHU minimal positif adalah pendapatan dikurangi dengan biaya atau beban koperasi.
Apabila SHU positif berarti layak.
Surat Utang Koprasi
Halaman 7
8. Penilaian jaminan dilakukan denganmenghitung nilai tagihan yang ada,nilai asset
tetap yang dimiliki pengurus,sistem penjaminannya misalnya tanggung renteng, gaji/
pendapatan tetap, cash collateral dan atau jaminan resigudang. Jaminan yang cukup
danlikuid merupakan pertimbangan dalampemberian pembiayaan.Informasi tersebut
sangat penting dikuasi oleh calon investor sebelum memutuskan pembelian SUK. Hal
ini mengingat investasi SUK merupakan keputusan jangka panjang, maka setiap calon
investor harus melihat perspektif kemampuan SUK untuk mengembalikan utangnya
kepada para investor. Selain itu, dengan mengusai informasi diatas, diharapkan para
investor juga harus dibiasakan dengan menerapkan prinsip kehatian- hatian dan
sekaligu mengenal koperasi penerbit SUK secara baik.
Percontohan SUK
Mengingat SUK merupakan instrument utang yang baru diperkenalkan oleh pemerintah
kepada koperasi, maka per- lu dibuat percontohan bagaimana cara-cara koperasi menerbit
SUK. Dalam kaitan pembuatan percontohan, Kementerian Koperasi dan UKM menyediakan
Dana Sekuritisasi Aset dari APBN T. A. 2006 sebesar Rp 7,68 milliar.
Dana tersebut
digunakan untuk “membeli” SUK yang diterbitkan Koperasi Penerbit SUK. Dana tersebut
seakan-akan menjadi jaminan bagi koperasi yang merespons kebijakan pemereintah yang
berhasil membuat cotoh penerbitan SUK, maka pemerintah akan menjamin mensponspori
pembiyaannya. Dana tersebut berfungsi sebagai stimulan untuk mensponsori
penerbitan
SUK dan sebagai pencipta pasar SUK. Dalam hal demikian, pemerintah telah mengambil
prakarsa untuk mendorong keberanian koperasi menerbitkan SUK.
Dengan adanya
percontohan ini berhasil, maka diharapkan kita memiliki best practise penerbitan SUK.
Sehingga best practise penerbitan SUK dapat disosialisasikan kepada koperasi seluruh
Indonesia. Dengan demikian diharapkan koperasi mulai mengenal instrumen utang sebagai
salah bentuk alat penghimpunan dana koperasi.
Dalam rangka membuat percontohan, maka diperlukan sponsor dari pemerintah. Namun
demikian pemerintah memiliki keterbatasan. Pertama, pemerintah dapat menyediakan dana
tetapi pemerintah tidak bisa bertindak sebagai investor langsung atau menjadi pembeli
langsung SUK. Untuk mengatasi kendala ini, pemerintah telah menunjuk PT. Pos Indonesia
melakukan penatalaksanaan Dana Sekuritisasi Aset.
Surat Utang Koprasi
Halaman 8
Perandan fungsi utama PT. Pos
Indonesia adalah mewakilii
Kementeraian Koperasi dan UKM untuk melakukan
pembayaran, pengumpulan setoran dan pengguliran dana serta membukukan dan mencatat
atas transaksi pembiayaan SUK.
Kedua, dipilihnya PT. Pos Indonesia sebagai penatalaksana Dana Sekuritisasi Aset
dengan maksud selain perusahaan ini memiliki fasilitas layanan keuangan dalam bentuk
layanan rekening giro pos juga dengan pertim- bangan PT. Pos Indonesia memiliki kantor
pelayanan dan kantor dan jaringa on line di seluruh Indonesia sampai di tingkat kecamatan.
Ketersediaan fasilitas jaringan dan kantor layanan sampai di kecamatan ini yang dimiliki
perusahaan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh koperasi sebagai outlet penjualan SUK
dsampai di pelosok tanah air.
Ketiga,
peran koperasi sekunder sim- pan pinjam dalam penerbitan SUK harus
dilibatkan sejak awal. Dalam program penerbitan SUK kita perlu mendorong peran koperasi
sekunder simpan pinjam yang dinilai memiliki pengalaman dan kemampuan dalam
membiayai koperasi. Keterlibatan Koperasi simpan pinjam sekunder ini sanngat penting
terutama untuk mengintegrasikan sistem simpan pinjam yang terkesan masih berjalan sendirisendiri. Kita berharap di masa mendatang sistem keuangan koperasi dapat diintegrasikan
dengan pengembangan simpan pinjam usaha koperasi sekunder. Koperasi sekunder harus
dapat menjalankan fungsinya sebagai manajer investasi bagi KSP/USP Koperasi. Koperasi
Sekunder harus bisa digunakan sebagai wahana bagi berlangsungnya interlending antar
koperasi. Dalam pengertian koperasi sekunder dapat dimanfaatkan sebagai tempat menabung
bagi koperesi yang over likuid dan menyalurkannya kepada koperasi yang kurang
likuiditasnya. Terakhir dalam kaitannya dengan penyalurannya Dana Sekuritisasi Aset maka
PT. Pos Indonesia telah menetapkan Induk Koperasi Simpan Pinjam-PNM (IKSP-PNM) dan
Induk Koperasi Syariah BMT-PNM (Inkopsyah-NM) sebagai pengelola SUK. Tugas pokok
dan fungsi Pengelola SUK adalah melakukan seleksi, menilai kelayakan, menandatangani
perjanjian penerbitan SUK dengan Koperasi Penerbit SUK, mencarikan sponsor pembiayaan
penerbitan SUK dan melakukan penagihan serta menanggug risiko atas risiko SUK. Untuk
tahap awal ini, sponsor pembiayaan penerbitan SUK disediakan melalui Dana Sekuritisasi
Aset yang bersumber dari APBN dan namun untuk tahap selanjutnya diharapkan koperasi
simpan pinjam sekunder simpan dapat menggali sumber pembiayaan dari para anggota
koperasinya atau investor lainnya.
Surat Utang Koprasi
Halaman 9
Penutup
SUK sebagai instrumen utang koperasi memilki prospek yang sangat baik. Instrumen
utang ini sangat dibutuhkan oleh koperasi-koperasi yang sehat dan memiliki asset tagihan
tetapi mengalami kesulitan likuiditas. Instrumen utang ini selain sebagai alat penghimpun
dana (kapitalisasi) koperasi juga dapat berfungsi sebagai wahana investasi yang mudah
dimasuki oleh para anggota koperasi, koperasi lainnya atau anggota koperasi lainnya. Dengan
adanya SUK ini, maka terbuka kesempatan bagi Koperasi Penerbit SUK untuk menggali
sumber pembiayaan di luar sistem perbankan. Cara yang sederhana yang dapat ditem- puh
koperasi untuk menerbitkan SUKadalah mendayagunakn aset tagihan ko perasi yang selama
ini dianggap tidak produktif menjadi lebih produktif melalui proses sekuritisasi aset. Untuk
memastikan kebijakan ini dapat direspons oleh Koperasi, maka harus dibuatkan contoh dan
kepastian sumber pembiayaannya. Dalam rangka memberi contoh penerbitan SUK, maka
pemerintah menerbitkan petunjuk teknisnya dan dan dalam tahap perkenalan pemerintah
telah mengambil prakarsa menyediakan dana yang bersumber dari APBN yang digunakan
untuk sponsor pembiayaan penerbitan SUK. Diharapkan kalau untuk tahap berikutnya, maka
penerbitan SUK harus dapat didanai oleh dana para anggotanya, koperasi lainnya atau
anggota koperasi lainnya. Sedangkan pemerintah diharapkan dapat bertindak sebagai penjaminnya. Pengenalan SUK kepada koperasi telah menambah pilihan instrumen keuangan
koperasi dan diharapkan instrumen utang ini dapat berfungsi sebagai alat penghimpun dana
secara masif yang saat ini sangat dibutuhkan oleh koperasi.
Daftar Pustaka
1. yusufarif.blogspot.com/2008/05/surat-utang-koperasi.html
2. www.smecda.com/Files/infosmecda/Deputi/SUK.html
3. www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/.../surat_utang.html
4. pdffinder.net/SURAT-UTANG-KOPERASI.html
Surat Utang Koprasi
Halaman 10
SURAT UTANG KOPERASI
Surat Utang Koperasi (SUK) merupakan instrumen
utang yang sangat penting bagi
koperasi. SUK merupakan inovasi pembiayaan koperasi alternatif jangka panjang di luar
sektor perbankan. SUK juga dapat berperan sebagai alat untuk menghimpun dana koperasi
yang saat ini sangat dibutuhkan oleh koperasi, dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaan
koperasi yang sangat besar jumlahnya.
Penerbitan Surat Utang Koperasi memiliki dasar hukum yang sangat kuat. Dalam UU No.
25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 44 ayat (1) menyebutkan bahwa Koperasi dapat
menghim pun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan
untuk:
a. Anggota Koperasi yang bersangkutan
b. Koperasi lain dan / atau anggotanya
Selain itu dalam Pasal 41 menyebutkan bahwa modal koperasi teridiri modal sendiri dan
modal pinjamanan. Diantara modal pinjaman tersebut, surat utang lainnya merupakan salah
satu bentuknya. Selain UU Koperasi, didalam penerbitan Surat Utang mengacu pada
ketentuan penerbitan surat berharga yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD), mengingat belum ada ketentuan yang mengatur secara khusus penerbitan
tentang Surat Utang Koperasi, kecuali ketentuan tentang Persyaratan Penerbitan Dan
Perdagangan Surat Berharga Komersial (Commercial Paper) melalui Bank Umum di
Indonesia, yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan SK Dir BI No.28/52/KEP/DIR
tanggal 11 Agustus 1995.
SUK akan menjadi salah satu instru men keuangan yang sangat strategis untuk
meningkatkan kapitalisasi koperasi. Selama ini proses kapitalisasi di ko perasi masih
mengandalkan modal sendi ri melalui penghimpunan dana simpanan pokok dan wajib
bulanan yang dinilai sangat tidak memadai jumlahnya diban- dingkan dengan kebutuhannya.
Tidak adanya insentif yang jelas bagi penyimpan pada sebagian besar koperasi, seringkali
menyebabkan orang malas menyimpan di koperasi. Sehingga kapitalisasi di koperasi melalui
Surat Utang Koprasi
Halaman 1
cara-cara penghimpunan simpanan pokok dan wajib terkesan berjalan lambat dibandingkan
dengan besarnya permintaan dana yang dibutuhkan koperasi.
Selain menghimpun modal sendiri, Koperasi juga menghimpun simpanan harian dan
simpanan berjangka dengan jangka waktu 1-3 bulan atau meminjam dari pihak ketiga. Dari
hasil penghimpunan simpanan jangka pendek inilah, selanjutnya koperasi meminjamkannya
kepada anggotanya untuk jangka waktu yang lebih panjang. Dengan struktur keuangan yang
lebih mengandalkan sumber dana jangka pendek dan menyalurkannya dalam jangka yang
lebih panjang, maka tentu menimbulkan kesulitan yang sangat besar bagi koperasi untuk
mengelola cash flownya. Struktur keuangan koperasi sebagaimana yang kita gambarkan
tersebut dapat kita jumpai pada hampir semua koperasi di tanah air. Kalau mau menyehatkan
koperasi, maka pengelolaan keuangan koperasi harus diubah dari menghimpun dana jangka
pendek menjadi menghimpun dana jangka yang lebih panjang dan menyalurkannya dalam
jangka yang lebih pendek. Saat ini banyak sekali koperasi yang tidak menyadari bahwa
sesungguhnya masih banyak aset koperasi yang belum didayagunakan. Contohnya adalah
tagihan koperasi. Tagihan koperasi merupakan aset yang sangat berharga, karena ia memiliki
nilai ekonomi. Cuma sayangny tagihan itu seolah-olah menjadi “asset mati” yang tidak ada
harganya. Kalau datang ke bank, belum tentu bank mau menghargai tagihan koperasi.
Padahal tagihan koperasi itu sesungguhnya bisa diubah menjadi aset yang memiliki nilai
ekonomi. Apalagi kalau tagihan itu lancar dan bersifat hard cash, maka nilai ekonomi tagihan
itu sangattinggi. Tagihan simpan pinjam yang dijamin dengan gaji bulanan merupakan contoh
hard cash yang bisa diandalkan oleh koperasi.
Ide dasar penerbitan SUK adalah merubah asset tagihan (cesie) koperasi yang dinilai
kurang produktif menjadi lebih produktif. Mengapa disebut asset tagihan tidak produktif
karena selama ini asset tagihan koperasi sekalipun sangat lancar tidak laku dijadikan jaminan
kredit. Karena itu koperasi harus mencari jalan bagamana asset tagihan itu dapat
didayagunakan supaya lebih optimal. Proses pendayagunaan seperti itu dikenal dengan nama
sekuritisasi asset atau suatu proses menciptakan surat berharga dengan memanfaatkan asset
tagihan sebagai agunan surat berharga.
Skenario Penawaran SUK
Surat Utang Koprasi
Halaman 2
Sebuah ilustrasi misalnya suatu Koperasi Simpan Pinjam (KSP) A akan menerbitkan
SUK dengan underlaying cesie koperasi sebesar Rp 1 milyar. Dengan asumsi setiap Rp 1,cesie koperasi dapat digunakan untuk menjamin penerbitan 200 % SUK, maka KSP tersebut
dapat menerbitkan SUK sebe- sar Rp 500 juta. Dengan proses penerbitan SUK tersebut,
maka KSP “A” sesungguhnya telah melakukan sekuritisasi yaitu merubah asset tagihan yang
dinilai kurang produktif menjadi lebih produktif, dalam pengertian asset tagihan itu dapat
didayagunakan untuk mendapatkan dana segar sehingga kemampuan dan kapasitas KSP A
dalam menyalurkan pinjaman kepada anggota lainnya bertambah. Tentu saja proses
sekuritisasi aset tidak tidak bisa dilakukan sembarang koperasi, kecuali oleh koperasi yang
sehat dan memiliki jaminan dalam pengembalian utangnya kepada para kreditur.
Surat Utang dapat ditawarkan dalam dua bentuk penawaran. Pertam a, Penawaran
Terbatas (Private Placement), yaitu penawaran surat berharga hanya terbatas kepada pihakpihak tertentu atau yang ditunjuk oleh Penerbit Surat Berharga. Kedua Penawaran Umum
(Public Offering), yaitu penawaran surat berharga dengan cara menawarkan kepada
masyarakat secara terbuka dengan mekanisme dan atau cara-cara yang telah ditentukan
sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan di bidang Pasar Modal No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UU Pasar Modal) dan peraturan pelaksanaannya.
penawaran terbatas menjadi pilihan,
Dalam
hal
maka harus memperhatikan, mengikuti dan tidak
melanggar ketentuan-ketentuan dalam UU Pasar Modal (Paal 1 No. 15 (Penjelasan)) dan
Peraturan Nomor IX.A.5 Lampiran dari Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal
No. Kep-46/PM/1996/, yaitu :
a. tidak ditawarkan kepada lebih dari 100 (seratus) pihak, atau
b. tidak melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, film dan media
elektronik lainnya, surat, brosur serta barang cetak lain yang dibagikan kepada lebih
dari 100 (seratus) pihak; atau
c. tidak dijual kepada lebih dari 50 (limapuluh) pihak
Namun demikian, sepanjang Koperas i melaksanakan penawaran untuk lingkungan
gerakan koperasi seperti yang diatur dalam UU Perkoperasian tersebut (baca penawaran
terbtas) diatas pasal 44 ayat (1), maka penerbitan SUK yang ber- laku untuk internal koperasi
tidak dapat dianggap melanggara peraturan Bappe- pam tersebut. Apalagi SUK tidak ditransaksikan di pasar modal, maka sesung- guhnya tidak ada larangan bagi koperasi untuk
menerbitkan SUK yang tidak diperjualbelikan secara publik. Selain itu, UU Perkoperasian
Surat Utang Koprasi
Halaman 3
juga tidak membatasi jum- lah anggota koperasi. Dengan memperhatikan ketentuan diatas,
maka penawaran SUK yang paling baik dipilih adalah dengan cara penawaran terbatas
dengan mengikuti ketentuan UU Perkoperasian. Artinya SUK hanya ditawarkan kepada para
anggota koperasi, koperasi lainnya atau anggota koperasi lainnya sesuai dengan ketentuan
yang terdapat dalam UU tentang Perkoperasian, dalam hal mana koperasi dapat menghimpun
dan menyalurkan dananya kepada anggota, koperasi lainnya dan anggota koperasi lainnya.
Penawaran SUK mengikuti Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah
Republik Indonesia Nomor: 13 /Per/M.KUKM KUKM/VII/ 2006
Pedoman Teknis Program Sekuritisasi Aset
Tentang
Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
(KUKM). Sesuai dengan Peraturan itu dijelaskan bahwa SUK dapat ditawarkan dalam
bentuk SUK Jumbo dan SUK Retail. SUK Jumbo adalah sertifikat yang menunjukkan
adanya sejumlah dana yang diterima berikut ketentuan-ketentuan pembayaran kembali
pokok, pembayaran bunga/jasa, jatuh tempo dan jadwal pembayarannya, yang dapat
dipecah/dibagi dalam bentuk Sertifikat Retail SUK. Sedangkan SUK Retail adalah bentuk
pecahan dari SUK Jumbo yang dapat diperjualkan melalui proses endorsemen, yaitu
pemindahan hak tagih dari pemegang SUK Retail kepada pihak lainnya.
Misalkan KSP A”akan menerbitkan SUK Jumbo sebesar Rp 500 juta dan dalam bentuk
pecahan 500 lembar SUK Retail @ Rp 1 juta dengan bunga atau jasa 18 % per bulan dan
jangka waktu SUK 5 tahun dan sistem angsuran bulanan. Dengan fitur SUK seperti itu, maka
seorang pemegang SUK dapat memperoleh pendapatan 18 % per bulan dan juga menerima
angsuran per bulan sebesar Rp 500 juta : 60 bulan. Kalau Si Adi anggota KSP A”memegang
SUK Retail sebanyak 10 lembar @ Rp 1 juta atau total Rp 10 juta, maka dalam satu tahun
diperkirakan Si Adi akan memperoleh yield dari SUK berupa bunga atau jasa sebesar Rp
180.000,-. Bandingkan kalau si Adi menabung uangnya di bank dengan bunga 4 % per tahun,
maka ia hanya memperoleh jasa bunga sekitar Rp 40.000,- per tahun. Seumpanya si Adi
membutuhkan uang, maka si Adi dapat menjual SUK Retailnya kepada pihak lainnya melalui
proses endorsement tertentu.
SUK Retail atas unjuk dapat ditawarkan secara terbatas dalam bentuk pecahan kecil-kecil
sehingga memudah- kan investor kecil dapat membeli SUK. Misalnya SUK Retail dapat
ditawarkan dalam bentuk pecahan Rp 1 juta per lembar.
Untuk periode penawarannya
katakanlah ditentukan 30 hari lamanya. Dalam waktu 30 hari tersebut, koperasi dapat
Surat Utang Koprasi
Halaman 4
menyebarkan prospektus dan mensosialisasikanya kepada calon investor. Dengan adanya
prospektus ini, calon pembeli SUK mengetahui informasi mengenai kinerja kesehatan
Koperasi Calon Penerbit SUK.
Manfaat SUK
Pertama, koperasi dapat mencipta- kan pasar uang dari lingkungan koperasi itu sendiri
melalui penawaran terbatas. Koperasi dapat menggali potensi para investor yang memiliki
kelebihan uang, yang saat ini mungkin masih ditabung di bank. Koperasi cukup menawarkan
SUK kepada calon investor yaitu anggotanya, koperasi lainnya dan atau anggota koperasi
lainnya. Kalau calon investor ini dari kelompok ini berasal dari penabung kecil di bank, maka
yang perlu dilakukan oleh Koperasi adalah bagaimana menggeser minat menabung manjadi
minat investasi. Untuk kasus ini koperasi dapat memainkan suku bunga SUK sebagai daya
tarik investasi.
Kedua, SUK dapat diperjualkan belikan secara mudah. Selain nilai nominalnya kecilkecil juga pengalihannya mudah dilakukan melalui proses endorsemen yang sederhana.
Proses endorsemen dapat dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan di punggung
belakang lembar SUK.
Ketiga, koperasi akan memperoleh sumber pendanaan jangka panjang yang kemudian
disalurkan dalam jangka yang lebih pendek sehinga struktur keuangan koperasi menjadi
lebih sehat. Selain itu perputaran uang koperasi juga bisa dilipatgandakan sehingga akan
memberi- kan multiplier efek dalam pelayanan pinjaman kepada anggotanya.
Keempat, SUK akan menambah portofolio koperasi dalam penghimpunan dana kepada
pihak ketiga melalui simpanan berjangka, pinjaman bank, dengan jumlah kapitalisasi yang
sangat terbatas. Diharapkan dengan adanya SUK, kesulitan koperasi menghimpun simpanan
berjangka untuk yang masih berstatus sebagai calon anggota dan telah melampaui jangka
waktu 3 bulan dan memiliki kesempatan menjadi kreditur SUK tanpa menimbulkan
goncangan keuangan koperasi dan tanpa melanggar aturan main masa calon keanggotaan
koperasi.
Surat Utang Koprasi
Halaman 5
Kelima, dengan adanya instrumen utang ini, maka koperasi-koperasi yang memilki
kelebihan likuidias dapat menginvestasikan uangnya di koperasi penerbit SUK. Sehingga
system interlending yang diharapkan dalam gerakan ko- perasi dapat berlangsung secara baik.
Peluang Koperasi
Apakah koperasi memiliki peluang untuk melakukan sekuritisasi aset dan kemudian
menerbitkan SUK
? Tentu saja peluangnya sangat besar. Kita harus bisa menghitung
seberapa besar tagihan KSP/USP Koperasi yang dapat disekuritisasi.
Data Kementerian
Koperasi dan UKM (2005) menyebutkan saat ini jumlah koperasi yang bergerak dalam usaha
simpan pinjam (KSP/USP Koperasi) mencapai 38.083 unit terdiri dari 1.598 unit KSP dan
36.485 unit USP Koperasi. Pinjaman yang disalurkan (baca : tagihan koperasi) sebesar Rp
14,650 triliun kepada 11,403 juta orang peminjam atau rata-rata RP 1,280 juta per anggota.
Dengan asumsi penerbitan SUK ko- perasi akan didukung agunan tagihan lancar sebesar
200 %, maka sesungguhnya koperasi memiliki kemampuan untuk menerbitkan Rp 7,325
triliun untuk tahun pertama, dan tahun-tahun berikutnya tinggal menghitung berapa asset
tagihan lancar itu yang dapat digunakan sebagaagunan untuk menerbitkan Surat Utang
Koperasi.
Apa yang akan menjadi daya tarik SUK ?
Pertama, Suku Bunga SUK dihargai sama dengan bunga pinjaman perbankan saat ini
katakanlah 18 % per tahun. Suku bunga ini jauh lebih tinggi dari suku bunga deposito atau
simpanan berjangka. Hal ini dimungkinkan karena suku bunga pinjaman mikro dan kecil
yang disalurkan oleh koperasi saat ini masih mencapai 2- 3 % per bulan. Suku bunga SUK
yang manarik diharapkan akan elastis ter- hadap minat investasi.
Kedua, penerbitan SUK Retail dalam bentuk pecahan kecil-kecil meringankan investor
kecil yang mau membeli SUK Retail dibandingkan dengan investasi yang nilainya besarbesar. Investor kecil dapat secara mudah membeli SUK Retail, misalnya dalam kelipatan 10
lembar @ Rp 1 juta atau Rp 10 juta.
Surat Utang Koprasi
Halaman 6
Ketiga, risiko rendah merupakan daya tarik investor. Koperasi yang memiliki Non
Performance Loan (NPL) rendah merupakan koperasi yang sehat.
NPL Koperasi yang
rendah banyak ditemukan pada koperasi pegawai neger i atau karyawan yang menerapkan
angsuran dengan potong gaji. Koperasi yang me- nerapkan system tanggung renteng terbukti mampu menurunkan non performance loannya (NPL) bahkan NPL nya bisa ditekan
hingga nol persen. Kalau kinerja keuangan koperasi sangat baik dan meyakinkan dan semua
risiko dapat dicover oleh koperasi, maka investor tidak perlu ragu-ragu membeli SUK.
Keempat, setiap calon investor disarankan setidak-tidaknya menguasi informasi secara
cepat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tingkat kesehatan Koperasi Penerbit SUK ,
yaitu :
1. Asset. Aset adalah total kekayaan asset koperasi terdiri dari aktiva lancar + aktiva
tetap dan aktiva lainnya. Asset minimum koperasi penerbit SUK harus memenuhi
kecukupan skala. Standard minimum aset KSP yang dianggap layakan minimal Rp
100 juta.
2. Capital Aduquacy Ratio (CAR) merupakan alat keuangan untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki oleh Koperasi. Cara mengukurnya yaitu dengan membandingkan
antara Komponen Modal teridiri dari (Penempatan di bank + Pembiayaan yang
diberikan + Aktiva Tetap + Ruparupa aktiva) dobago dengan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko) x 100 %. CAR yang baik disarankan lebih lebih dari 10 %.
3. ROE (Return on Equity) atau perbanidngan Sisa Hasil Usaha dengan modal sendiri.
Modal sendiri terdiri dari simpanan pokok, wajib, cadangan, sisa hasil usaha yang
tidak dibagikan, hibah. ROE lebih dari 10% dianggap layak.
4. Return on Asset (ROA) adalah perbandingan Sisa Hasil Usaha dengan aset yang
dimiliki. Aset adalah total kekayaan asset kopersi terdiri dari aktiva lancar + aktiva
tetap dan aktiva lainnya. ROA lebih dari 1 % berarti layak.
5. Bad Debt Rate (BDR) adalah prosetase hutang bermasalah atau macet. Prosentase
BDR dibawah 5 % masih bisa ditoleransi oleh KSP.
6. Loan Deposit Ratio (LDR)
adalah per- bandingan pinjaman diberikan dengan
pinjaman diterima. Prosentase LDR makin mendekati 100 % menunjukan bahwa
seluruh pinjaman diterima disalurkan kepada para peminjam.
7. SHU minimal positif adalah pendapatan dikurangi dengan biaya atau beban koperasi.
Apabila SHU positif berarti layak.
Surat Utang Koprasi
Halaman 7
8. Penilaian jaminan dilakukan denganmenghitung nilai tagihan yang ada,nilai asset
tetap yang dimiliki pengurus,sistem penjaminannya misalnya tanggung renteng, gaji/
pendapatan tetap, cash collateral dan atau jaminan resigudang. Jaminan yang cukup
danlikuid merupakan pertimbangan dalampemberian pembiayaan.Informasi tersebut
sangat penting dikuasi oleh calon investor sebelum memutuskan pembelian SUK. Hal
ini mengingat investasi SUK merupakan keputusan jangka panjang, maka setiap calon
investor harus melihat perspektif kemampuan SUK untuk mengembalikan utangnya
kepada para investor. Selain itu, dengan mengusai informasi diatas, diharapkan para
investor juga harus dibiasakan dengan menerapkan prinsip kehatian- hatian dan
sekaligu mengenal koperasi penerbit SUK secara baik.
Percontohan SUK
Mengingat SUK merupakan instrument utang yang baru diperkenalkan oleh pemerintah
kepada koperasi, maka per- lu dibuat percontohan bagaimana cara-cara koperasi menerbit
SUK. Dalam kaitan pembuatan percontohan, Kementerian Koperasi dan UKM menyediakan
Dana Sekuritisasi Aset dari APBN T. A. 2006 sebesar Rp 7,68 milliar.
Dana tersebut
digunakan untuk “membeli” SUK yang diterbitkan Koperasi Penerbit SUK. Dana tersebut
seakan-akan menjadi jaminan bagi koperasi yang merespons kebijakan pemereintah yang
berhasil membuat cotoh penerbitan SUK, maka pemerintah akan menjamin mensponspori
pembiyaannya. Dana tersebut berfungsi sebagai stimulan untuk mensponsori
penerbitan
SUK dan sebagai pencipta pasar SUK. Dalam hal demikian, pemerintah telah mengambil
prakarsa untuk mendorong keberanian koperasi menerbitkan SUK.
Dengan adanya
percontohan ini berhasil, maka diharapkan kita memiliki best practise penerbitan SUK.
Sehingga best practise penerbitan SUK dapat disosialisasikan kepada koperasi seluruh
Indonesia. Dengan demikian diharapkan koperasi mulai mengenal instrumen utang sebagai
salah bentuk alat penghimpunan dana koperasi.
Dalam rangka membuat percontohan, maka diperlukan sponsor dari pemerintah. Namun
demikian pemerintah memiliki keterbatasan. Pertama, pemerintah dapat menyediakan dana
tetapi pemerintah tidak bisa bertindak sebagai investor langsung atau menjadi pembeli
langsung SUK. Untuk mengatasi kendala ini, pemerintah telah menunjuk PT. Pos Indonesia
melakukan penatalaksanaan Dana Sekuritisasi Aset.
Surat Utang Koprasi
Halaman 8
Perandan fungsi utama PT. Pos
Indonesia adalah mewakilii
Kementeraian Koperasi dan UKM untuk melakukan
pembayaran, pengumpulan setoran dan pengguliran dana serta membukukan dan mencatat
atas transaksi pembiayaan SUK.
Kedua, dipilihnya PT. Pos Indonesia sebagai penatalaksana Dana Sekuritisasi Aset
dengan maksud selain perusahaan ini memiliki fasilitas layanan keuangan dalam bentuk
layanan rekening giro pos juga dengan pertim- bangan PT. Pos Indonesia memiliki kantor
pelayanan dan kantor dan jaringa on line di seluruh Indonesia sampai di tingkat kecamatan.
Ketersediaan fasilitas jaringan dan kantor layanan sampai di kecamatan ini yang dimiliki
perusahaan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh koperasi sebagai outlet penjualan SUK
dsampai di pelosok tanah air.
Ketiga,
peran koperasi sekunder sim- pan pinjam dalam penerbitan SUK harus
dilibatkan sejak awal. Dalam program penerbitan SUK kita perlu mendorong peran koperasi
sekunder simpan pinjam yang dinilai memiliki pengalaman dan kemampuan dalam
membiayai koperasi. Keterlibatan Koperasi simpan pinjam sekunder ini sanngat penting
terutama untuk mengintegrasikan sistem simpan pinjam yang terkesan masih berjalan sendirisendiri. Kita berharap di masa mendatang sistem keuangan koperasi dapat diintegrasikan
dengan pengembangan simpan pinjam usaha koperasi sekunder. Koperasi sekunder harus
dapat menjalankan fungsinya sebagai manajer investasi bagi KSP/USP Koperasi. Koperasi
Sekunder harus bisa digunakan sebagai wahana bagi berlangsungnya interlending antar
koperasi. Dalam pengertian koperasi sekunder dapat dimanfaatkan sebagai tempat menabung
bagi koperesi yang over likuid dan menyalurkannya kepada koperasi yang kurang
likuiditasnya. Terakhir dalam kaitannya dengan penyalurannya Dana Sekuritisasi Aset maka
PT. Pos Indonesia telah menetapkan Induk Koperasi Simpan Pinjam-PNM (IKSP-PNM) dan
Induk Koperasi Syariah BMT-PNM (Inkopsyah-NM) sebagai pengelola SUK. Tugas pokok
dan fungsi Pengelola SUK adalah melakukan seleksi, menilai kelayakan, menandatangani
perjanjian penerbitan SUK dengan Koperasi Penerbit SUK, mencarikan sponsor pembiayaan
penerbitan SUK dan melakukan penagihan serta menanggug risiko atas risiko SUK. Untuk
tahap awal ini, sponsor pembiayaan penerbitan SUK disediakan melalui Dana Sekuritisasi
Aset yang bersumber dari APBN dan namun untuk tahap selanjutnya diharapkan koperasi
simpan pinjam sekunder simpan dapat menggali sumber pembiayaan dari para anggota
koperasinya atau investor lainnya.
Surat Utang Koprasi
Halaman 9
Penutup
SUK sebagai instrumen utang koperasi memilki prospek yang sangat baik. Instrumen
utang ini sangat dibutuhkan oleh koperasi-koperasi yang sehat dan memiliki asset tagihan
tetapi mengalami kesulitan likuiditas. Instrumen utang ini selain sebagai alat penghimpun
dana (kapitalisasi) koperasi juga dapat berfungsi sebagai wahana investasi yang mudah
dimasuki oleh para anggota koperasi, koperasi lainnya atau anggota koperasi lainnya. Dengan
adanya SUK ini, maka terbuka kesempatan bagi Koperasi Penerbit SUK untuk menggali
sumber pembiayaan di luar sistem perbankan. Cara yang sederhana yang dapat ditem- puh
koperasi untuk menerbitkan SUKadalah mendayagunakn aset tagihan ko perasi yang selama
ini dianggap tidak produktif menjadi lebih produktif melalui proses sekuritisasi aset. Untuk
memastikan kebijakan ini dapat direspons oleh Koperasi, maka harus dibuatkan contoh dan
kepastian sumber pembiayaannya. Dalam rangka memberi contoh penerbitan SUK, maka
pemerintah menerbitkan petunjuk teknisnya dan dan dalam tahap perkenalan pemerintah
telah mengambil prakarsa menyediakan dana yang bersumber dari APBN yang digunakan
untuk sponsor pembiayaan penerbitan SUK. Diharapkan kalau untuk tahap berikutnya, maka
penerbitan SUK harus dapat didanai oleh dana para anggotanya, koperasi lainnya atau
anggota koperasi lainnya. Sedangkan pemerintah diharapkan dapat bertindak sebagai penjaminnya. Pengenalan SUK kepada koperasi telah menambah pilihan instrumen keuangan
koperasi dan diharapkan instrumen utang ini dapat berfungsi sebagai alat penghimpun dana
secara masif yang saat ini sangat dibutuhkan oleh koperasi.
Daftar Pustaka
1. yusufarif.blogspot.com/2008/05/surat-utang-koperasi.html
2. www.smecda.com/Files/infosmecda/Deputi/SUK.html
3. www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/.../surat_utang.html
4. pdffinder.net/SURAT-UTANG-KOPERASI.html
Surat Utang Koprasi
Halaman 10