PEMBANGUNAN EKONOMI DAN EKONOMI PEMBANGU
PEMBANGUNAN EKONOMI DAN
EKONOMI PEMBANGUNAN
Oleh:
Ni Kadek Erina Purnamasari Dewi
1515151004
Ni Wayan Ika Asri Indri Ani
1515151014
I Gusti Agung Krisnayana Pradani
1515151028
Ni Made Dwi Ary Lestari
1515141036
Ni Gusti Ayu Dwi Asmari
1515151045
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
EKONOMI PEMBANGUNAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Ekonomi Pembangunan (Economics of Development) adalah suatu bidang studi
dalam ilmu ekonomi yang mempelajari tentang masalah-masalah ekonomi di
Negara-negara berkembang, yang seterusnya akan kita namakan Negara
berkembang saja dan kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk
mewujudkan pembangunan ekonomi.
Pada umumnya Pembangunan Ekonomi (Economic of Development) adalah
usaha – usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali
diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita. Pembangunan
ekonomi adalah suatu proses peralihan (transisi) dari tingkat ekonomi tertentu
yang bercorak sederhana menuju ke tingkat ekonomi yang lebih maju.
PEMBANGUNAN,
PERTUMBUHAN
DAN
PERKEMBANGAN
EKONOMI
PEMBANGUNAN EKONOMI
Adapun Ilmuan yang mengemukakan pengertian Pembangunan Ekonomi yaitu:
Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara
pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
Suryana, (2000:55) dan Todaro (dalam Lepi T. Tarmidi, 1992:11) mengartikan
pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut
perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan
nasional
maupun
percepatan
pertumbuhan
ekonomi,
pengurangan
ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak.
Irawan (2002:5) adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu
bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita.
Prof. Meier (dalam Adisasmita, 2005:205) mendefinisikan pembangunan
ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka
waktu yang panjang.
Sadono Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang.
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini terdapat
empat unsur penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi:
a.
Pembangunan sebagai suatu proses.
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan merupakan
suatu tahap yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Sebagai
contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi
dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap
bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi yang
adil, makmur, dan sejahtera.
b.
Pembangunan sebagai perubahan sosial.
Masyarakat sebagai pelaku dalam perubahan sosial dimana secara langsung atau
tidak langsung perubahan sosial akan berdampak pada kelancaran pembangunan
atau bahkan menghambat pembangunan di Indonesia.
c.
Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan
perkapita.
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita.
Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan
semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita
mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
d.
Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka
panjang. Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang
apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini
tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus
menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan
politik, maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami
kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang
terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat
dari tahun ke tahun.
Perkembangan Perhatian Terhadap Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan masalah yang dihadapi oleh Negara
berkembang. Perhatian terhadap masalah tersebut baru dimulai sejak Perang
Dunia II.
Kekurangan Terhadap Pembangunan Sebelum Perang Dunia II
a. Penjajahan Masih Berlangsung Secara Meluas
Hingga pertengah abad ke-20, para penjajah umumnya tidak merasa perlu
memikirkan secara sungguh-sungguh masalah pembangunan di daerah jajahan
mereka. Mereka membangun daerah jajahannya selalu dengan tujuan untuk
menciptakan keuntungan bagi negaranya sendiri. Para penjajah pada umumnya
tidak mersa perlu memikirkan secara sungguh-sungguh masalah pembangunan
daerah jajahan mereka dan meningkat taraf kesejahteraan penduduknya.
Pembangunan yang dilakukan di daerah-daerah jaahan pada umumnya
mempunyai tiga tujuan berikut:
Mengekspoitasi kekayaan daerah yang dijajah.
Menyediakan bahan mentah untuk industri di Negara penjajah.
Menyediaan pasar untuk barang industri yang dihasilkan di Negara
penjajah.
b. Kekurangan Perhatian dalam Masyarakat yang Terjajah
Kurangnya usaha dari para pemimpin masyarakat yang dijajah untuk pembahas
persoalan-persoalan pembangunan ekonomi. Tujuan utama kegiatan mereka
adalah memperjuangkan kemerdekaan untuk masyarakat yang dipimpinnya.
Dalam usaha untuk mencapai cita-cita ini mereka menyampingkan sama sekali
issue yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu, sebagian
besar daya usaha dan pemikiran mereka terutama ditunjukan kepada usaha untuk
mengusir penjajah secepat mungkin.
c. Kekurangan Perhatian di Kalangan Cendekiawan
Khusus di bidang ekonomi, pada ketika itu umumnya ahli-ahli ekonomi Barat
yang terkemuka lebih menumpahkan perhatian mereka kepada analisis
kemerosotan ekonomi (depresi) dan pengangguran. Hal ini disebabkan karena
pada masa-masa sebelum Perang Dunia II, masalah pengangguran dan depresi
merupakan masalah dunia yang terutama.
Perkembangan Perhatian Terhadap Pembangunan Ekonomi
a. Keinginan Negara Berkembang untuk mengatasi Keterbelakangan Mereka
Faktor terpenting yang mendorong usaha yang lebih besar untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi bersumber dari keinginan Negara-negara yang baru
mencapai kemerdekaan untuk meningkatkan kemakmurn masyarakatnya.
Beberapa Negara yang baru muncul setelah Perang Dunia II berakhir adalah India,
Pakistan, Srilanka, Myanmar, Filipina, Indonesia, dan Korea. Pada tahun 1950-an
lebih banyak lagi daerah terjajah yang mencapai kemerdekaan seperti Malaysia,
Singapura, Brunai, dan berbagai Negara Afrika.
b. Sebagai Usaha Membantu Mewujudkan Pembangunan Ekonomi untuk
Menghambat Perkembangan Komunisme
Paham Komunisme telah melahirkan beberapa Negara Komunis baru. Rusia
merupakan Negara Komunis pertama yang muncul pada tahun 1917. Sebagai
salah satu usaha untuk membendung perkembangan Komunisme, Negara maju
terutama Amerika Serikat melakukan berbagai usaha untuk mempercepat
pembangunan di Negara berkembang. Usahanya yang pertama sesudah Perang
Dunia II tertumpu kepada membantu memulihkan perekonomian di berbagai
Negara di Eropa Barat dan di Jepang. Bantuan Amerika Serikat dalam
membangun Korea, Taiwan, Thailand banyak dilandaskan kepada pemikiran
untuk membendung perluasan paham Komunisme di Asia.
c. Sebagai Usaha untuk meningkatkan hubungan Ekonomi
Bantuan Negara maju kepada usaha pembangunan ekonomi di beberapanegara
berkembang sering juga merupakan suatu alat untuk mempererat hubungan
ekonomi di antara kedua Negara tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan nyata
dalam hubungan dengan Negara berkembang dengan bekas penjajahanya terutama
di antara neara Inggris dan Perancis dengan Negara bekas jajahannya. Kedua
Negara ini masih mempunyai posisi yang istimewa dengan Negara-negara yang
pernah menjadi jajahan mereka. Dengan adanya hak istimewa tersebut, Negara
bekas penjajah masih dapat mengembangkan pasar untuk hasil-hasil industry
mereka.
d. Berkembangnya keinginan untuk Membantu Negara Berkembang
Usaha Negara maju untuk membantu Negara berkembang secara keseluruhannya
mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan, kekurangan modal, dan berbagai
masalah serius lain yang dihadapi. Adanya keinginan untuk memberi bantuan
tersebut dapat dilihat dari sifat pinjaman atau bantuan lain yang diberikan.
Sebagian dari bantuan yang diberikan adalah dalam bentuk grant atau pemberian
yang berarti Negara berkembang yang bersifat pemberian dapat berupa bantuan
dana, bantuan teknik, dan tenaga ahli, bantuan penelitian, bantuan dalam bentuk
material seperti bahan makanan atau bantuan pembuatan infrastruktur dan bentuk
lain dari usaha untuk membantu Negara berkembang adalah pemberian pinjaman
dengan syarat yang lebih relatif.
Sasaran Pembangunan Ekonomi
-
Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian /pemerataan bahan
pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti perumahan, kesehatan
-
dan lingkungan.
Mengangkat taraf hidup termaksut menambah dan mempertinggi pendapat
dan penyedian lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian
yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi untuk meningkatka
-
kesadaran akan harga diri baik individu maupun nasional.
Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu
dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan
ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain,
tetapi juga dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan.
Kebijakan Pembangunan Ekonomi
Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan di bidang
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi
adalah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat.
Selain kebijakan ekonomi diperlukan juga kebijakan nonekonmi, seperti
kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan
ekonomi dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1)
Kebijakan Mikro
Kebijakan mikro adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua
perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor mana
dan di wilayah mana perusahaan yang bersangkutan beroperasi.
Contoh kebijakan pemerintah :
a)
Peraturan pemerintah yang mempengaruhi pola hubungan kerja (manajer
dengan para pekerja), kondisi kerja dalam perusahaan.
b)
Kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua
sektor ekonomi.
c)
d)
Kebijakan kredit bagi perusahaan kecil di semua sektor dan lain-lain.
Menetapkan harga minimum dan maksimum untuk melindungi produsen
atau konsumen.
2)
Kebijakan Meso
Kebijakan Meso di bagi menjadi 2 arti yaitu:
1.
Kebijakan ekonomi meso dalam arti sektoral adalah kebijakan ekonomi
yang khusus ditunjukan pada sektor-sektor tertentu. Setiap departemen pemerintah
mengeluarkan kebijakan sendiri, yang bisa sama / berbeda, untuk sektornya.
Kebijakan ini mencangkup keuangan, distribusi, produksi, tata niaga, sistem
pengadaan bahan baku, ketenagakerjaan, termasuk system penggajian, investasi,
jaminan sosial bagi bekerja dan sebagainya.
2.
Kebijakan ekonomi meso dalam arti regional adalah kebijakan ekonomi
yang ditunjukan pada wilayah tertentu. Misalnya, kebijakan industri regional
dikawasan timur Indonesia (KTI) yang menyangkup kebijakan industri regional,
kebijakan investasi regional, kebijakan fiscal regional, kebijakan pembangunan
infrastruktur regional, kebijakan pendapatan, dan pengeluaran pemerintah
daerah,kebijakan distribusi pendapatan regional, kebijakan pendapatan, kebijakan
perdagangan regional, dan sebagainya. Kebijakan ekonomi regional bisa
dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
3)
Kebijakan Makro
Kebijakan ini mencakup semua aspek ekonomi pada tingkat nasional, misalnya
kebijakan uang ketat (kebijakan moneter). Kebijakan makro ini bisa
mempengaruhi kebijakan meso (sektoral atau regional), kebijakan mikro menjadi
lebih atau kurang efektif. Instrumen yang digunakan untuk kebijakan ekonomi
makro adalah tarif pajak, jumlah pengeluaran pemerintah melalui APBN,
ketetapan
pemerintah
dan
intervensi
langsung
di
pasar
valuta
untuk
mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah terhadap valas. (Tulus Tambunan,
1996).
Untuk menjalankan kebijakan yang sudah dijelaskan tersebut harus disusun
strategi tertentu. Berikut ini strategi pembangunan ekonomi di Indonesia.
1.
Mengembangkan koridor pembangunan ekonomi Indonesia dengan cara
membangun pusat-pusat perekonomian di setiap pulau. Selain mengembangkan
klaster industri berbasis sumber-sumber superior. Baik komoditas maupun sektor.
Koridor pembangunan ekonomi Indonesia terbagi dalam empat tahap:
1)
Mengindentifikasikan pusat-pusat perekonomian, misalnya ibukota provinsi.
2)
Menentukan kebutuhan pengubung antara pusat ekonomi tersebut, seperti
trafik barang.
3)
Validasi untuk memastikan sejalan dengan pembangunan nasional, yakni
pengaturan area tempat tinggal dengan sistem infrastruktur serta fasilitas.
4)
Menentukan hubungan lokasi sektor fokus, guna menunjang fasilitas.
Misalnya menghubungkan area pertambangan dengan kawasan pemrosesnya.
2.
Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal maupun internasional. Hal
ini bisa mengurangi biaya transaksi, menciptakan sinergi antara pusat-pusat
pertumbuhan dan menyadari perlunya akses-akses ke sejumlah layanan. Seperti
intra dan inter-konektivitas antara pusat pertumbuhan serta pintu perdagangan dan
pariwisata internasional. Integrasi ekonomi merupakan hal terbaik untuk mencapai
keuntungan langsung dari konsentrasi produksi. Serta dalam jangka panjang,
meningkatkan standar kehidupan.
Saat ini, aktivitas ekonomi Indonesia terpusat di kota-kota, khususnya Jawa dan
Sumatra. Fasilitas transportasi yang bisa menyebabkan area industri tak
menjangkau pelosok. Pada jangka pendek, proyek-proyek yang perlu dibangun di
Jawa adalah TransJawa, TransJabodetabek, kereta jalur dua, Tanjung Priok.
Pembangunan tersebut diharapkan bisa berdampak langsung mengurangi
kemiskinan di Jawa yang melebihi 20 juta jiwa, dua kali populasi miskin Sumatra
yang sekitar tujuh juta jiwa. Pembangunan infrastruktur di Jawa bisa
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
3.
Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau
Iptek. Selain tiga strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti
kebijakan investasi, perdagangan dan finansial. Beberapa elemen utama di sektor
Iptek adalah meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan kejuruan
tinggi serta pelatihannya. Meningkatkan level kompetensi teknologi dan sumber
daya ahli. Peningkatan aktivitas riset dan pengembangan, baik pemerintah
maupun swasta, dengan memberikan insentif serta menaikkan anggaran.
Kemudian mengembangkan sistem inovasi nasional, termasuk pembiayaannya.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi adalah kemampuan riset dan
pengembangan yang digunakan untuk mencari solusi teknologi. Kemampuan
pengguna untuk menyerap teknologi yang ada. Serta transaksi antara riset dan
pengembangan sebagai pemasok solusi teknologi dengan penggunanya tak
terbangun dengan baik.
Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Salah satu tujuan penting perencanaan ekonomi di negara sedang berkembang
seperti negara kita, negara Indonesia adalah untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut
berarti perlu juga meningkatkan laju pembentukan modal dengan cara
meningkatkan tingkat pendapatan, tabungan, dan investasi.
Peningkatan laju pembentukan modal pada Indonesia ini menghadapi berbagai
kendala, salah satunya yaitu kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal ini
diakibatkan karena tingkattabungan yang rendah, tingkat tabungan rendah
dikarenakan tingkat pendapatan rendah. Dankarena itu semua berakibat pada laju
investasi, laju investasi juga rendah dan berpengaruh pada rendahnya modal dan
produktivitas indonesia.
Tahapan Perencanaan Pembangunan
1. Penyusunan Rencana: Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang
bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur, Setiap Instansi Pemerintah
menyiapkan rancangan rencana kerja, Partisipasi dan keterlibatan
masyarakat untuk penyelarasan rencana pembangunan, Penyusunan
rancangan akhir perencanaan pembangunan.
2. Penetapan Rencana: Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga
mengikat semua pihak untuk melaksanakannya, RPJP Nasional-UU, RPJP
Daerah-Peraturan Daerah, RPJM & Tahunan Nasional-PP, RPJM &
Tahunan Daerah-Perkada.
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana: Untuk menjamin tercapainya tujuan
dan
sasaran
pembangunan,
Kementrian/Lembaga/SKPD,
Menteri/Kepala
Bappeda
Dilakukan
Dihimpun
hasil
oleh
dan
pemantauan
pimpinan
dianalisis
pelaksanaan
oleh
rencana
pembangunan.
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana: Mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja
pembangunan, Evaluasi dilakukan berdasarkan indikator dan kinerja
mencakup
input,
output,
Kementrian/Lembaga/SKPD
result,
wajib
benefit,
melaksanakan
dan
impact,
evaluasi
kinerja
pembangunan yang terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya.
Pembangunan Ekonomi di Negara Sedang Berkembang
a.
Pengertian Negara Sedang Berkembang
Negara sedang berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan
yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan
manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Perkembangan
mencakup perkembangan sebuah infarstruktur modern (baik secar fisik maupun
institusional) dan sebuah pergerakan dari sektor bernilai tambah rendah seperti
agrikultur dan pengambilan sumber daya alam. Negara maju biasanya memiliki
sistem ekonomi berdasakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
menahan sendiri.
Penerapan istilah negara berkembang keseluruh negara yang kurang berkembang
dianggap tidak tepat bila kasus negara tersebut adalah sebuah negara miskin, yaitu
negara yang tidak mengalami pertumbuhan situasi ekonominya dan juga telah
mengalami periode penurunan ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam hal ini Indonesia termasuk dalam kategori Negara Sedang Berkembang.
Hal itu dikarenakan di Indonesia masih rendahnya rata-rata riil pendapatan
penduduk Indonesia, infrastruktur yang masih belum memadahi.
Tujuan Pembangunan Ekonomi
Tujuan pembangunan ekonomi jangka pendek yang berhubungan dengan tujuan
pembanguinan nasional adalah untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan,
kesejahteraan masyarakat yang semakin adil dan merata serta meletakkan
landasan yang kuat untuk pembangunan berikutnya.
Tujuan pembangunan ekonomi jangka panjang adalah mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
bersatu berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,
tenteram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,
bersahabat, tertib, dan damai. Pada tahap awal pembangunan dititikberatkan pada
bidang ekonomi dengan harapan akan berpengaruh pada bidang lain.
Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat pada
umunya dan untuk menelaah faktor-faktor yang menimbulkan ketiadaan
pembangunan, atau pembangunan yang lambat, di Negara-negara berkembang
dan selanjutnya mengemukakan cara pendekatan yang dapat di tempuh untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat mempercepat laju
jalanya pembangunan ekonomi di Negara-negara tersebut.
Manfaat Pembangunan Ekonomi
Dengan melihat tujuan pembangunan ekonomi yang telah diuraikan diatas, dapat
diuraikan manfaat pembangunan ekonomi yang dilakukan suatu negara. Adapula
manfaatnya antara lain:
1.
Dengan adanya pembangunan ekonomi, kekayaan negara dan masyarakat
akan meningkat.
2.
Masyarakat memiliki kesempatan untuk mengadakan pilihan, baik untuk
mengkonsumsi atau memproduksi.
3.
Memberikan kemampuan yang lebih besar kepada manusia untuk
menguasai alam dan mempertinggi kebebasan manusia untuk melakukan berbagai
tindakan.
4.
Dapat diperoleh suatu tambahan kebebasan untuk memilih kesenangan
yang lebih luas.
5.
Pembangunan ekonomi dapat mengurangi perbedaan antara kaum kaya
dengan kaum miskin.
Kriteria Pengukuran Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Terdapat beberapa faktor yang terjadi ukuran keberhasilan pembangunan
ekonomi, yaitu sebagai berikut:
a.
Pendapatan Nasional
Tingkat pendapatan nasional yang tinggi menandakan kapasitas produksi nasional
yang tinggi. Hal ini berarti jumlah barang dan jasa yang dihasilkan besar dan
tingkat kesempatan kerja tinggi. Dengan demikian, pembangunan ekonomi dapat
dianggap berhasil.
b.
Pendapatan per Kapita
Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat juga diukur dengan pendapatan per
kapita. Tinggi-rendahnya pendapatan per kapita dapat menggambarkan sejauh
mana kemampuan penduduk untuk mengonsumsi barang-barang hasil produksi.
Pendapatan per kapita memberikan petunjuk mengenai kemampuan yang dicapai
oleh sebuah negara dalam memenuhi kebutuhan warganya.
c.
Distribusi pendapatan
Distribusi pendapatan yang merata juga merupakan ukuran yang penting. Jika
hanya sebagian kecil penduduk yang berpenghasilan tinggi, sedangkan yang
lainnya berpendapatan rendah, keberhasilan pembangunan belumlah sempurna.
Distribusi pendapatan yang timpang atau tidak merata juga tidak bermanfaat bila
ditinjaudari kemungkinan investasi karena penduduk berpenghasilan tinggi
biasanya konsumtif.
d.
Peranan sektor industri dan jasa
Pada umumnya semakin besar kontribusi sektor industri dan jasa, maka akan
semakin maju suatu negara. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa
besarnya proporsi kontribusi sektor industri dan jasa merupakan salah satu
indikasi yang penting bagi tingkat kemajuan ekonomi.
e.
Kesempatan kerja
Apabila suatu negara mampu mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang
tinggi (full employment) berarti masyarakat mampu mempercepat laju
perkembangan ekonominya. HaI ini dapat dilihat dari meningkatnya investasi,
meningkatnya lapangan kerja baru, dan berkurangnya pengangguran.
f.
Stabilitas ekonomi
Tingkat perekonomian yang stabil meliputi stabilitas tingkat pendapatan dan
kesempatan kerja serta tingkat harga mempengaruhi pasar produk dalam negeri.
Suatu negara dikatakan berhasil di dalam perkembangan ekonominya apabila
mampu menjaga stabilitas ekonominya.
g.
Neraca pembayaran luar negeri
Pada umumnya setiap negara menginginkan agar neraca pembayarannya
seimbang sebab jika neraca pembayaran mengalami defisit berpengaruh terhadap
kredibilitas negara tersebut. Apalagi bila neraca pembayaran mengalami surplus.
Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan kondisi seimbang karena berpengaruh
terhadap kemajuan ekonomi negara tersebut.
Dampak Positif Pembangunan Ekonomi dan Dampak Negatif Pembangunan
Ekonomi
Dampak Positif Pembangunan Ekonomi:
-
Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan
berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan
-
ekonomi.
Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan
pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga akan mengurangi
-
pengangguran.
Terciptanya lapangan pekerjaan dari pembangunan ekonomi secara
-
langsung memperbaiki tingkat pendapatan nasional
Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur
perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi
industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan
-
menjadi semakin beragam dan juga dinamis.
Pembangunan ekonomi menuntut adanya peningkatan kualitas SDM
sehingga dimungkinkan ilmu pengetahan dan teknologi menjadi semakin
berkembang
pesat.
Sehingga
makin
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi:
-
Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
-
sehingga mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
Tersingkirnya/hilangnya habitat alam baik itu alam hayati atau hewani
Terjadinya pencemaran air, udara, dan tanah dari ketidakdisiplinannya
manusia.
PERKEMBANGAN EKONOMI
Menurut Sadono Sukirno (1994;10) Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth)
adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
daripada tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah
standar hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja meningkat.
Manfaat Pertumbuhan Ekonomi
1. Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil
pembangunan nasional Pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk
mengukur tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat
pendapatan perkapita dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat
kemakmuran penduduk dan juga produktivitasnya.
2. Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara
untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional.
Sebagai dasar penentuan prioritas pemberian bantuan luar negari oleh
Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.
Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
• Tingkat Pertumbuhan PDB atau GDP (Produk Domestik Bruto): semua barang
dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam jangka waktu tertentu dalam kurun
waktu satu tahun, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang lain dari
perusahaan asing di dalam negeri. (Di level provinsi di Indonesia biasanya disebut
Produk Domestik Regional Bruto-PDRB)
• Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto): jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan oleh seluruh warga Negara dari suatu negara dalam suatu periode
tertentu.
Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer
dipakai adalah PDB, karena angka PDB hanya melihat batas wilayah,terbatas
pada negara yang bersangkutan.
PDB jika dibagi dengan jumlah penduduk maka menjadi PDB per kapita. Ukuran
ini lebih spesifik karena memperhitungkan jumlah penduduk serta mencerminkan
kesejahteraan penduduk di suatu tempat.
Ada banyak pendapat mengenai penyebab naik turunnya total produksi barang
dan jasa, namun banyak ahli ekonomi yang setuju akan dua penyebab berikut ini :
(1)
Sumber pertumbuhan. Ahli-ahli ekonomi sering merujuk pada tiga sumber
pertumbuhan, yaitu:
(a) Peningkatan tenaga kerja: Jumlah tenaga kerja dapat meningkat jika pekerja
yang telah tersedia bekerja lebih lama, atau jika ada tambahan tenaga kerja baru.
(b) Peningkatan modal: Sedangkan persediaan modal dapat meningkat jika
perusahaan mendorong kapasitas produktifnya dengan menambah pabrik dan
peralatan (investasi).
(c) Peningkatan efisiensi dimana kedua faktor ini digunakan. Sedangkan
persediaan modal dapat meningkat jika perusahaan mendorong kapasitas
produktifnya dengan menambah pabrik dan peralatan (investasi). Efisiensi
bertambah ketika output yang lebih dapat diperoleh dari jumlah tenaga kerja dan
atau modal yang sama. Ini sering disebut sebagai Total Factor Productivity (TFP).
(2) Terjadinya penurunan (downturns) pada ekonomi. Ini menjawab pertanyaan
mengapa output dapat turun atau naik lebih lambat. Secara logika, apapun yang
menyebabkan penurunan pada tenaga kerja, modal, atau TFP akan menyebabkan
penurunan pada output atau setidaknya pada tingkat pertumbuhan output.
Misalnya, peristiwa seperti bencana alam, penyebaran penyakit berbahaya dan
kerusuhan.
Lalu PDB dapat diukur dengan cara, total nilai berbagai macam barang
dan jasa diagregasikan. Namun karena berton-ton baja tidak mungkin dijumlahkan
begitu saja dengan, misalnya, produksi roti, maka proses agregasi dilakukan
berdasarkan nilai uang produksi barang-barang tersebut. Di Indonesia PDB diukur
setiap tiga bulanan dan tahunan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
Nilai total pendapatan nasional dalam satuan harga sekarang disebut
dengan PDB nominal (PDB atas dasar harga berlaku). Nilainya tentu berubah dari
waktu ke waktu, seiring dengan perubahan kuantitas produksi barang/jasa atau
dalam harga dasarnya.
Jika nilai nominal ini dihitung dalam harga yang tetap atau dipatok,
didapatlah nilai PDB riil (PDB atas dasar harga konstan). Untuk menghitung nilai
riil tersebut dipilihlah satu tahun dasar—misalnya tahun 2000. Kemudian, nilai
semua barang dan jasa dihitung berdasarkan harga masing-masing yang berlaku
pada tahun tersebut. Karena harga barang sudah tetap, PDB riil dianggap hanya
berubah sesuai dengan adanya perubahan kuantitas barang/jasa.
Perubahan PDB ini mencerminkan perubahan kuantitas output produksi
secara riil. Inilah yang sehari-hari disebut dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi
yang disebut sebagai “pertumbuhan ekonomi” tidak lain mengacu pada
peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah
perekonomian.
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
Keterangan:
g = tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
Contoh soal:
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007
adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007?.
jawab:
g = {(467-420)/420} x 100% = 11,19%
Sumber Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per
kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar
keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan
jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor
produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara.
Kenaikan GDP dapat muncul melalui:
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran
yang lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja
baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.
2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia
Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak
disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas
tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi
dalam modal sumber daya manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan
ekonomi.
3. Kenaikan produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan
tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan
pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi. (Case dan Fair, 1999;326)
PERKEMBANGAN EKONOMI
MASA PASCA KEMERDEKAAN (1945-1950)
Pada masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang
antara lain disebabkan oleh :
– Inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata
uang De Javashe Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang
pendudukan Jepang. Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces
for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang
NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946,
pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik
Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya
jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
–
Adanya blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
–
Kas Negara kosong
–
Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi antara lain:
1.
Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan IR.
Surachman pada bulan Juli 1946.
2.
Upaya menembus blockade dengan diplomasi beras ke, mengadakan
kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blockade Belanda di
Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3.
Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, yaitu: masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang,
serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
4.
Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari
1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan
tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
5. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan,
diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat :
sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
ORDE BARU (1966-1997)
Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi
prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi
kurang lebih 650 % per tahun.
Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal
ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan
sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi
campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan
praktek dari salahsatu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam
perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi dan masalah-masalah
tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri. Misalnya dalam penentuan
UMR dan perluasan kesempatan kerja. Ini adalah awal era Keynes di Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori Keynesian.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin
dalam 8 jalur pemerataan: kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan,
pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi
wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Maka sejak
tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang
disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Berikut penjelasan
singkat tentang beberapa REPELITA:
REPELITA I (1967-1974)
Mulai berlaku sejak tanggal 1april 1969. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah
cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang
pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
REPALITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya
adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan
dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan baku.
REPALITA III (1979-1984)
Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada sector
pertanian menuju swasembada pangan, serta peningkatan industri yang mengolah
bahan baku menjadi bahan jadi.
REPALITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan usaha-usaha untuk
memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih
adil dan merata, memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya untuk melanjutkan
usaha memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah
mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti
pertumbuhan industri bertahap.
Dampak negatif kondisi ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru antara lain:
1.
Ketergantungan terhadap Minyak dan Gas Bumi (Migas)
Migas merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi anggaran belanja
negara. Jadi harga Migas sangat berpengaruh bagi pendapatan negara sehingga
turunnya harga minyak mengakibatkan menurunnya pendapatan negara.
2.
Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri
Akibat berkurangnya pendapatan dari Migas, pemerintah melakukan penjadualan
kembali proyek – proyek pembangunan yang ada, terutama yang menggunakan
valuta asing. Mengusahakan peningkatan ekspor komoditi non migas dan terakhir
meminta peningkatan pinjaman luar negeri kepada negara – negara maju.
Akhir 1970-an, proses pembangunan di Indonesia mengalami “non market
failure” sehingga banyak kerepotan dalam proses pembangunan, misalnya
merebaknya kemiskinan dan meluasnya kesenjangan pendapatan, terutama
disebabkan oleh “market failure”.
Mendekati pertengahan 1980-an, terjadi kegagalan pemerintah (lembaga non
pasar) dalam menyesuaikan mekanisme kinerjanya terhadap dinamika pasar.
Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan berat akibat kemerosotan penerimaan
devisa dari ekspor minyak bumi pada awal 1980-an. Kebijakan pembangunan
Indonesia yang diambil dikenal dengan sebutan “structural adjustment” dimana
ada 4 jenis kebijakan penyesuaian sebagai berikut:
a.
Program stabilisasi jangka pendek atau kebijakan manajemen permintaan
dalam bentuk kebijakan fiskal, moneter dan nilai tukar mata uang dengan tujuan
menurunkan tingkat permintaan agregat.
b. Kebijakan struktural demi peningkatan output melalui peningkatan efisiensi
dan alokasi sumber daya dengan cara mengurangi distorsi akibat pengendalian
harga, pajak, subsidi dan berbagai hambatan perdagangan, tarif maupun non tarif.
Kebijakan “Paknov 1988” yang menghapus monopoli impor untuk beberapa
produk baja dan bahan baku penting lain, telah mendorong mekanisme pasar
berfungsi efektif pada saat itu.
c. Kebijakan peningkatan kapasitas produktif ekonomi melalui penggalakan
tabungan dan investasi. Perbaikan tabungan pemerintah melalui reformasi fiskal,
meningkatkan tabungan masyarakat melalui reformasi sektor finansial dan
menggalakkan investasi dengan cara memberi insentif dan melonggarkan
pembatasan.
d.
Kebijakan menciptakan lingkungan legal yang bisa mendorong agar
mekanisme pasar beroperasi efektif termasuk jaminan hak milik dan berbagai
tindakan pendukungnya seperti reformasi hukum dan peraturan, aturan main yang
menjamin kompetisi bebas dan berbagai program yang memungkinkan
lingkungan seperti itu.
Dampak dari kebijakan tersebut cukup meyakinkan terhadap ekonomi makro,
seperti investasi asing terus meningkat, sumber pendapatan bertambah dari
perbaikan sistem pajak, produktivitas industri yang mendukung ekspor non-migas
juga meningkat. Pemerintahan Orde Baru membangun ekonomi hanya
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pengendalian inflasi
tanpa memperhatikan pondasi ekonomi yang memberikan dampak sebagai
berikut:
•
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia, sebagai salah
satu faktor produksi, tidak disiapkan untuk mendukung proses industrialisasi.
•
Barang – barang impor (berasal dari luar negeri) lebih banyak digunakan
sebagai bahan baku dalam proses industri sehingga industri Indonesia sangat
bergantung pada barang impor tersebut.
•
Pembangunan tidak didistribusikan merata ke seluruh wilayah Indonesia
dan ke seluruh rakyat Indonesia sehingga hanya sedikit elit politik dan birokrat
serta pengusaha – pengusaha Cina yang dekat dengan kekuasaan saja yang
menikmati hasil pembangunan.
MASA REFORMASI
Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh
ribuan mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari
jabatannya dikarenakan pemerintahan Bapak Soeharto dianggap telah banyak
merugikan Negara dan banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN). Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di
Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat terasa di
Indonesia. Nilai rupiah yang semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,- menjadi sekitar Rp.
10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali lipat penurunan nilai rupiah
terhadap dolar). Artinya, nilai Rp. 1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai dengan
500 US$ namun setelah tahun 1998 menjadi hanya 100 US$. Hutang Negara
Indonesia yang jatuh tempo saat itu dan harus dibayar dalam bentuk dolar,
membengkak menjadi lima kali lipatnya karena uang yang dimiliki berbentuk
rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika. Ditambah lagi dengan
hutang swasta yang kemudian harus dibayar Negara Indonesia sebagai syarat
untuk mendapat pinjaman dari International Monetary Fund (IMF). Tercatat
hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar (US$20 milyar adalah
hutang komersial swasta). Pemerintahan reformasi dari tahun 1998 sampai
sekarang sudah mengalami beberapa pergantian presiden, antara lain yaitu :
1.
Bapak B.J Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Pada saat pemerintahan presdiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi
belum melakukan perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi.
Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk menstabilkan keadaan politik di
Indonesia. Presiden B.J Habibie jatuh dari pemerintahannya karena melepaskan
wilayah Timor-timor dari Wilayah Indonesia melalui jejak pendapat
2.
Bapak Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum ada tindakan
yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan.
Kepemimpinan
Abdurraman
Wahid
berakhir
karena
pemerintahannya
mengahadapi masalah konflik antar etnis dan antar agama.
3.
Ibu Megawati (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)
Masa kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah yang mendesak yang
harus diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hokum. Kebijakankebijakan yang ditempuh untuk mengatasai persoalan-persoalan ekonomi antara
lain :
–
Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada
pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri
sebesar Rp 116.3 triliun
–
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara
di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari
intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil
penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %.
Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang
diprivatisasi dijual ke perusahaan asing. Megawati bermaksud mengambil jalan
tengah dengan menjual beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar
negeri. Akan tetapi, hutang Negara tetap saja menggelembung karena pemasukan
Negara dari berbagai asset telah hilang dan pendapatan Negara menjadi sangat
berkurang.
4.
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-sekarang)
Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu :
–
Mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM.
Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran
subsidi BBM dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang
yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
–
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial
kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya
menimbulkan berbagai masalah sosial.
–
Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong
pertumbuhan
ekonomi
serta
mengundang
investor
asing
dengan
janji
memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian
Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan
para investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi merupakan faktor utama
untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan
pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor,
terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang
ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan
jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
–
Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan
pada pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor tetapi masih
tertinggal jauh dari jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft
Law bukan Hard Law. Artinya SBY tidak menindak tegas orang-orang yang
melakukan KKN sehingga banyak terjadi money politic dan koruptor-koruptor
tidak akan jera dan banyak yang mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara
dapat dirugikan secara besar-besaran dan sampai saat ini perekonomian Negara
tidak stabil.
–
Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan
persediaan bahan bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
–
Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit
karena harga gabah menjadi anjlok atau turun drastis
Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF (International
Monetary Fund). Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti
agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana
untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan
bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan
jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005
menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena
beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih
sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja
sektor riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun
juga semakin membengkak dikarenakan sering terjadinya bencana alam yang
menimpa negeri ini.
EKONOMI PEMBANGUNAN
Oleh:
Ni Kadek Erina Purnamasari Dewi
1515151004
Ni Wayan Ika Asri Indri Ani
1515151014
I Gusti Agung Krisnayana Pradani
1515151028
Ni Made Dwi Ary Lestari
1515141036
Ni Gusti Ayu Dwi Asmari
1515151045
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
EKONOMI PEMBANGUNAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Ekonomi Pembangunan (Economics of Development) adalah suatu bidang studi
dalam ilmu ekonomi yang mempelajari tentang masalah-masalah ekonomi di
Negara-negara berkembang, yang seterusnya akan kita namakan Negara
berkembang saja dan kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk
mewujudkan pembangunan ekonomi.
Pada umumnya Pembangunan Ekonomi (Economic of Development) adalah
usaha – usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali
diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita. Pembangunan
ekonomi adalah suatu proses peralihan (transisi) dari tingkat ekonomi tertentu
yang bercorak sederhana menuju ke tingkat ekonomi yang lebih maju.
PEMBANGUNAN,
PERTUMBUHAN
DAN
PERKEMBANGAN
EKONOMI
PEMBANGUNAN EKONOMI
Adapun Ilmuan yang mengemukakan pengertian Pembangunan Ekonomi yaitu:
Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara
pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
Suryana, (2000:55) dan Todaro (dalam Lepi T. Tarmidi, 1992:11) mengartikan
pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut
perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan
nasional
maupun
percepatan
pertumbuhan
ekonomi,
pengurangan
ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak.
Irawan (2002:5) adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu
bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita.
Prof. Meier (dalam Adisasmita, 2005:205) mendefinisikan pembangunan
ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka
waktu yang panjang.
Sadono Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang.
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini terdapat
empat unsur penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi:
a.
Pembangunan sebagai suatu proses.
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan merupakan
suatu tahap yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Sebagai
contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi
dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap
bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi yang
adil, makmur, dan sejahtera.
b.
Pembangunan sebagai perubahan sosial.
Masyarakat sebagai pelaku dalam perubahan sosial dimana secara langsung atau
tidak langsung perubahan sosial akan berdampak pada kelancaran pembangunan
atau bahkan menghambat pembangunan di Indonesia.
c.
Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan
perkapita.
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita.
Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan
semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita
mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
d.
Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka
panjang. Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang
apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini
tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus
menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan
politik, maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami
kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang
terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat
dari tahun ke tahun.
Perkembangan Perhatian Terhadap Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan masalah yang dihadapi oleh Negara
berkembang. Perhatian terhadap masalah tersebut baru dimulai sejak Perang
Dunia II.
Kekurangan Terhadap Pembangunan Sebelum Perang Dunia II
a. Penjajahan Masih Berlangsung Secara Meluas
Hingga pertengah abad ke-20, para penjajah umumnya tidak merasa perlu
memikirkan secara sungguh-sungguh masalah pembangunan di daerah jajahan
mereka. Mereka membangun daerah jajahannya selalu dengan tujuan untuk
menciptakan keuntungan bagi negaranya sendiri. Para penjajah pada umumnya
tidak mersa perlu memikirkan secara sungguh-sungguh masalah pembangunan
daerah jajahan mereka dan meningkat taraf kesejahteraan penduduknya.
Pembangunan yang dilakukan di daerah-daerah jaahan pada umumnya
mempunyai tiga tujuan berikut:
Mengekspoitasi kekayaan daerah yang dijajah.
Menyediakan bahan mentah untuk industri di Negara penjajah.
Menyediaan pasar untuk barang industri yang dihasilkan di Negara
penjajah.
b. Kekurangan Perhatian dalam Masyarakat yang Terjajah
Kurangnya usaha dari para pemimpin masyarakat yang dijajah untuk pembahas
persoalan-persoalan pembangunan ekonomi. Tujuan utama kegiatan mereka
adalah memperjuangkan kemerdekaan untuk masyarakat yang dipimpinnya.
Dalam usaha untuk mencapai cita-cita ini mereka menyampingkan sama sekali
issue yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu, sebagian
besar daya usaha dan pemikiran mereka terutama ditunjukan kepada usaha untuk
mengusir penjajah secepat mungkin.
c. Kekurangan Perhatian di Kalangan Cendekiawan
Khusus di bidang ekonomi, pada ketika itu umumnya ahli-ahli ekonomi Barat
yang terkemuka lebih menumpahkan perhatian mereka kepada analisis
kemerosotan ekonomi (depresi) dan pengangguran. Hal ini disebabkan karena
pada masa-masa sebelum Perang Dunia II, masalah pengangguran dan depresi
merupakan masalah dunia yang terutama.
Perkembangan Perhatian Terhadap Pembangunan Ekonomi
a. Keinginan Negara Berkembang untuk mengatasi Keterbelakangan Mereka
Faktor terpenting yang mendorong usaha yang lebih besar untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi bersumber dari keinginan Negara-negara yang baru
mencapai kemerdekaan untuk meningkatkan kemakmurn masyarakatnya.
Beberapa Negara yang baru muncul setelah Perang Dunia II berakhir adalah India,
Pakistan, Srilanka, Myanmar, Filipina, Indonesia, dan Korea. Pada tahun 1950-an
lebih banyak lagi daerah terjajah yang mencapai kemerdekaan seperti Malaysia,
Singapura, Brunai, dan berbagai Negara Afrika.
b. Sebagai Usaha Membantu Mewujudkan Pembangunan Ekonomi untuk
Menghambat Perkembangan Komunisme
Paham Komunisme telah melahirkan beberapa Negara Komunis baru. Rusia
merupakan Negara Komunis pertama yang muncul pada tahun 1917. Sebagai
salah satu usaha untuk membendung perkembangan Komunisme, Negara maju
terutama Amerika Serikat melakukan berbagai usaha untuk mempercepat
pembangunan di Negara berkembang. Usahanya yang pertama sesudah Perang
Dunia II tertumpu kepada membantu memulihkan perekonomian di berbagai
Negara di Eropa Barat dan di Jepang. Bantuan Amerika Serikat dalam
membangun Korea, Taiwan, Thailand banyak dilandaskan kepada pemikiran
untuk membendung perluasan paham Komunisme di Asia.
c. Sebagai Usaha untuk meningkatkan hubungan Ekonomi
Bantuan Negara maju kepada usaha pembangunan ekonomi di beberapanegara
berkembang sering juga merupakan suatu alat untuk mempererat hubungan
ekonomi di antara kedua Negara tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan nyata
dalam hubungan dengan Negara berkembang dengan bekas penjajahanya terutama
di antara neara Inggris dan Perancis dengan Negara bekas jajahannya. Kedua
Negara ini masih mempunyai posisi yang istimewa dengan Negara-negara yang
pernah menjadi jajahan mereka. Dengan adanya hak istimewa tersebut, Negara
bekas penjajah masih dapat mengembangkan pasar untuk hasil-hasil industry
mereka.
d. Berkembangnya keinginan untuk Membantu Negara Berkembang
Usaha Negara maju untuk membantu Negara berkembang secara keseluruhannya
mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan, kekurangan modal, dan berbagai
masalah serius lain yang dihadapi. Adanya keinginan untuk memberi bantuan
tersebut dapat dilihat dari sifat pinjaman atau bantuan lain yang diberikan.
Sebagian dari bantuan yang diberikan adalah dalam bentuk grant atau pemberian
yang berarti Negara berkembang yang bersifat pemberian dapat berupa bantuan
dana, bantuan teknik, dan tenaga ahli, bantuan penelitian, bantuan dalam bentuk
material seperti bahan makanan atau bantuan pembuatan infrastruktur dan bentuk
lain dari usaha untuk membantu Negara berkembang adalah pemberian pinjaman
dengan syarat yang lebih relatif.
Sasaran Pembangunan Ekonomi
-
Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian /pemerataan bahan
pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti perumahan, kesehatan
-
dan lingkungan.
Mengangkat taraf hidup termaksut menambah dan mempertinggi pendapat
dan penyedian lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian
yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi untuk meningkatka
-
kesadaran akan harga diri baik individu maupun nasional.
Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu
dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan
ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain,
tetapi juga dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan.
Kebijakan Pembangunan Ekonomi
Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan di bidang
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi
adalah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat.
Selain kebijakan ekonomi diperlukan juga kebijakan nonekonmi, seperti
kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan
ekonomi dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1)
Kebijakan Mikro
Kebijakan mikro adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua
perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor mana
dan di wilayah mana perusahaan yang bersangkutan beroperasi.
Contoh kebijakan pemerintah :
a)
Peraturan pemerintah yang mempengaruhi pola hubungan kerja (manajer
dengan para pekerja), kondisi kerja dalam perusahaan.
b)
Kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil di semua
sektor ekonomi.
c)
d)
Kebijakan kredit bagi perusahaan kecil di semua sektor dan lain-lain.
Menetapkan harga minimum dan maksimum untuk melindungi produsen
atau konsumen.
2)
Kebijakan Meso
Kebijakan Meso di bagi menjadi 2 arti yaitu:
1.
Kebijakan ekonomi meso dalam arti sektoral adalah kebijakan ekonomi
yang khusus ditunjukan pada sektor-sektor tertentu. Setiap departemen pemerintah
mengeluarkan kebijakan sendiri, yang bisa sama / berbeda, untuk sektornya.
Kebijakan ini mencangkup keuangan, distribusi, produksi, tata niaga, sistem
pengadaan bahan baku, ketenagakerjaan, termasuk system penggajian, investasi,
jaminan sosial bagi bekerja dan sebagainya.
2.
Kebijakan ekonomi meso dalam arti regional adalah kebijakan ekonomi
yang ditunjukan pada wilayah tertentu. Misalnya, kebijakan industri regional
dikawasan timur Indonesia (KTI) yang menyangkup kebijakan industri regional,
kebijakan investasi regional, kebijakan fiscal regional, kebijakan pembangunan
infrastruktur regional, kebijakan pendapatan, dan pengeluaran pemerintah
daerah,kebijakan distribusi pendapatan regional, kebijakan pendapatan, kebijakan
perdagangan regional, dan sebagainya. Kebijakan ekonomi regional bisa
dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
3)
Kebijakan Makro
Kebijakan ini mencakup semua aspek ekonomi pada tingkat nasional, misalnya
kebijakan uang ketat (kebijakan moneter). Kebijakan makro ini bisa
mempengaruhi kebijakan meso (sektoral atau regional), kebijakan mikro menjadi
lebih atau kurang efektif. Instrumen yang digunakan untuk kebijakan ekonomi
makro adalah tarif pajak, jumlah pengeluaran pemerintah melalui APBN,
ketetapan
pemerintah
dan
intervensi
langsung
di
pasar
valuta
untuk
mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah terhadap valas. (Tulus Tambunan,
1996).
Untuk menjalankan kebijakan yang sudah dijelaskan tersebut harus disusun
strategi tertentu. Berikut ini strategi pembangunan ekonomi di Indonesia.
1.
Mengembangkan koridor pembangunan ekonomi Indonesia dengan cara
membangun pusat-pusat perekonomian di setiap pulau. Selain mengembangkan
klaster industri berbasis sumber-sumber superior. Baik komoditas maupun sektor.
Koridor pembangunan ekonomi Indonesia terbagi dalam empat tahap:
1)
Mengindentifikasikan pusat-pusat perekonomian, misalnya ibukota provinsi.
2)
Menentukan kebutuhan pengubung antara pusat ekonomi tersebut, seperti
trafik barang.
3)
Validasi untuk memastikan sejalan dengan pembangunan nasional, yakni
pengaturan area tempat tinggal dengan sistem infrastruktur serta fasilitas.
4)
Menentukan hubungan lokasi sektor fokus, guna menunjang fasilitas.
Misalnya menghubungkan area pertambangan dengan kawasan pemrosesnya.
2.
Memperkuat hubungan nasional baik secara lokal maupun internasional. Hal
ini bisa mengurangi biaya transaksi, menciptakan sinergi antara pusat-pusat
pertumbuhan dan menyadari perlunya akses-akses ke sejumlah layanan. Seperti
intra dan inter-konektivitas antara pusat pertumbuhan serta pintu perdagangan dan
pariwisata internasional. Integrasi ekonomi merupakan hal terbaik untuk mencapai
keuntungan langsung dari konsentrasi produksi. Serta dalam jangka panjang,
meningkatkan standar kehidupan.
Saat ini, aktivitas ekonomi Indonesia terpusat di kota-kota, khususnya Jawa dan
Sumatra. Fasilitas transportasi yang bisa menyebabkan area industri tak
menjangkau pelosok. Pada jangka pendek, proyek-proyek yang perlu dibangun di
Jawa adalah TransJawa, TransJabodetabek, kereta jalur dua, Tanjung Priok.
Pembangunan tersebut diharapkan bisa berdampak langsung mengurangi
kemiskinan di Jawa yang melebihi 20 juta jiwa, dua kali populasi miskin Sumatra
yang sekitar tujuh juta jiwa. Pembangunan infrastruktur di Jawa bisa
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
3.
Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau
Iptek. Selain tiga strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti
kebijakan investasi, perdagangan dan finansial. Beberapa elemen utama di sektor
Iptek adalah meningkatkan kualitas pendidikan termasuk pendidikan kejuruan
tinggi serta pelatihannya. Meningkatkan level kompetensi teknologi dan sumber
daya ahli. Peningkatan aktivitas riset dan pengembangan, baik pemerintah
maupun swasta, dengan memberikan insentif serta menaikkan anggaran.
Kemudian mengembangkan sistem inovasi nasional, termasuk pembiayaannya.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi adalah kemampuan riset dan
pengembangan yang digunakan untuk mencari solusi teknologi. Kemampuan
pengguna untuk menyerap teknologi yang ada. Serta transaksi antara riset dan
pengembangan sebagai pemasok solusi teknologi dengan penggunanya tak
terbangun dengan baik.
Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Salah satu tujuan penting perencanaan ekonomi di negara sedang berkembang
seperti negara kita, negara Indonesia adalah untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut
berarti perlu juga meningkatkan laju pembentukan modal dengan cara
meningkatkan tingkat pendapatan, tabungan, dan investasi.
Peningkatan laju pembentukan modal pada Indonesia ini menghadapi berbagai
kendala, salah satunya yaitu kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal ini
diakibatkan karena tingkattabungan yang rendah, tingkat tabungan rendah
dikarenakan tingkat pendapatan rendah. Dankarena itu semua berakibat pada laju
investasi, laju investasi juga rendah dan berpengaruh pada rendahnya modal dan
produktivitas indonesia.
Tahapan Perencanaan Pembangunan
1. Penyusunan Rencana: Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang
bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur, Setiap Instansi Pemerintah
menyiapkan rancangan rencana kerja, Partisipasi dan keterlibatan
masyarakat untuk penyelarasan rencana pembangunan, Penyusunan
rancangan akhir perencanaan pembangunan.
2. Penetapan Rencana: Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga
mengikat semua pihak untuk melaksanakannya, RPJP Nasional-UU, RPJP
Daerah-Peraturan Daerah, RPJM & Tahunan Nasional-PP, RPJM &
Tahunan Daerah-Perkada.
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana: Untuk menjamin tercapainya tujuan
dan
sasaran
pembangunan,
Kementrian/Lembaga/SKPD,
Menteri/Kepala
Bappeda
Dilakukan
Dihimpun
hasil
oleh
dan
pemantauan
pimpinan
dianalisis
pelaksanaan
oleh
rencana
pembangunan.
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana: Mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja
pembangunan, Evaluasi dilakukan berdasarkan indikator dan kinerja
mencakup
input,
output,
Kementrian/Lembaga/SKPD
result,
wajib
benefit,
melaksanakan
dan
impact,
evaluasi
kinerja
pembangunan yang terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya.
Pembangunan Ekonomi di Negara Sedang Berkembang
a.
Pengertian Negara Sedang Berkembang
Negara sedang berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan
yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan
manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Perkembangan
mencakup perkembangan sebuah infarstruktur modern (baik secar fisik maupun
institusional) dan sebuah pergerakan dari sektor bernilai tambah rendah seperti
agrikultur dan pengambilan sumber daya alam. Negara maju biasanya memiliki
sistem ekonomi berdasakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
menahan sendiri.
Penerapan istilah negara berkembang keseluruh negara yang kurang berkembang
dianggap tidak tepat bila kasus negara tersebut adalah sebuah negara miskin, yaitu
negara yang tidak mengalami pertumbuhan situasi ekonominya dan juga telah
mengalami periode penurunan ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam hal ini Indonesia termasuk dalam kategori Negara Sedang Berkembang.
Hal itu dikarenakan di Indonesia masih rendahnya rata-rata riil pendapatan
penduduk Indonesia, infrastruktur yang masih belum memadahi.
Tujuan Pembangunan Ekonomi
Tujuan pembangunan ekonomi jangka pendek yang berhubungan dengan tujuan
pembanguinan nasional adalah untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan,
kesejahteraan masyarakat yang semakin adil dan merata serta meletakkan
landasan yang kuat untuk pembangunan berikutnya.
Tujuan pembangunan ekonomi jangka panjang adalah mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
bersatu berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,
tenteram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,
bersahabat, tertib, dan damai. Pada tahap awal pembangunan dititikberatkan pada
bidang ekonomi dengan harapan akan berpengaruh pada bidang lain.
Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat pada
umunya dan untuk menelaah faktor-faktor yang menimbulkan ketiadaan
pembangunan, atau pembangunan yang lambat, di Negara-negara berkembang
dan selanjutnya mengemukakan cara pendekatan yang dapat di tempuh untuk
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehingga dapat mempercepat laju
jalanya pembangunan ekonomi di Negara-negara tersebut.
Manfaat Pembangunan Ekonomi
Dengan melihat tujuan pembangunan ekonomi yang telah diuraikan diatas, dapat
diuraikan manfaat pembangunan ekonomi yang dilakukan suatu negara. Adapula
manfaatnya antara lain:
1.
Dengan adanya pembangunan ekonomi, kekayaan negara dan masyarakat
akan meningkat.
2.
Masyarakat memiliki kesempatan untuk mengadakan pilihan, baik untuk
mengkonsumsi atau memproduksi.
3.
Memberikan kemampuan yang lebih besar kepada manusia untuk
menguasai alam dan mempertinggi kebebasan manusia untuk melakukan berbagai
tindakan.
4.
Dapat diperoleh suatu tambahan kebebasan untuk memilih kesenangan
yang lebih luas.
5.
Pembangunan ekonomi dapat mengurangi perbedaan antara kaum kaya
dengan kaum miskin.
Kriteria Pengukuran Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Terdapat beberapa faktor yang terjadi ukuran keberhasilan pembangunan
ekonomi, yaitu sebagai berikut:
a.
Pendapatan Nasional
Tingkat pendapatan nasional yang tinggi menandakan kapasitas produksi nasional
yang tinggi. Hal ini berarti jumlah barang dan jasa yang dihasilkan besar dan
tingkat kesempatan kerja tinggi. Dengan demikian, pembangunan ekonomi dapat
dianggap berhasil.
b.
Pendapatan per Kapita
Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat juga diukur dengan pendapatan per
kapita. Tinggi-rendahnya pendapatan per kapita dapat menggambarkan sejauh
mana kemampuan penduduk untuk mengonsumsi barang-barang hasil produksi.
Pendapatan per kapita memberikan petunjuk mengenai kemampuan yang dicapai
oleh sebuah negara dalam memenuhi kebutuhan warganya.
c.
Distribusi pendapatan
Distribusi pendapatan yang merata juga merupakan ukuran yang penting. Jika
hanya sebagian kecil penduduk yang berpenghasilan tinggi, sedangkan yang
lainnya berpendapatan rendah, keberhasilan pembangunan belumlah sempurna.
Distribusi pendapatan yang timpang atau tidak merata juga tidak bermanfaat bila
ditinjaudari kemungkinan investasi karena penduduk berpenghasilan tinggi
biasanya konsumtif.
d.
Peranan sektor industri dan jasa
Pada umumnya semakin besar kontribusi sektor industri dan jasa, maka akan
semakin maju suatu negara. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa
besarnya proporsi kontribusi sektor industri dan jasa merupakan salah satu
indikasi yang penting bagi tingkat kemajuan ekonomi.
e.
Kesempatan kerja
Apabila suatu negara mampu mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang
tinggi (full employment) berarti masyarakat mampu mempercepat laju
perkembangan ekonominya. HaI ini dapat dilihat dari meningkatnya investasi,
meningkatnya lapangan kerja baru, dan berkurangnya pengangguran.
f.
Stabilitas ekonomi
Tingkat perekonomian yang stabil meliputi stabilitas tingkat pendapatan dan
kesempatan kerja serta tingkat harga mempengaruhi pasar produk dalam negeri.
Suatu negara dikatakan berhasil di dalam perkembangan ekonominya apabila
mampu menjaga stabilitas ekonominya.
g.
Neraca pembayaran luar negeri
Pada umumnya setiap negara menginginkan agar neraca pembayarannya
seimbang sebab jika neraca pembayaran mengalami defisit berpengaruh terhadap
kredibilitas negara tersebut. Apalagi bila neraca pembayaran mengalami surplus.
Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan kondisi seimbang karena berpengaruh
terhadap kemajuan ekonomi negara tersebut.
Dampak Positif Pembangunan Ekonomi dan Dampak Negatif Pembangunan
Ekonomi
Dampak Positif Pembangunan Ekonomi:
-
Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan
berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan
-
ekonomi.
Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan
pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga akan mengurangi
-
pengangguran.
Terciptanya lapangan pekerjaan dari pembangunan ekonomi secara
-
langsung memperbaiki tingkat pendapatan nasional
Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur
perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi
industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan
-
menjadi semakin beragam dan juga dinamis.
Pembangunan ekonomi menuntut adanya peningkatan kualitas SDM
sehingga dimungkinkan ilmu pengetahan dan teknologi menjadi semakin
berkembang
pesat.
Sehingga
makin
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi:
-
Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
-
sehingga mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
Tersingkirnya/hilangnya habitat alam baik itu alam hayati atau hewani
Terjadinya pencemaran air, udara, dan tanah dari ketidakdisiplinannya
manusia.
PERKEMBANGAN EKONOMI
Menurut Sadono Sukirno (1994;10) Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth)
adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
daripada tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah
standar hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja meningkat.
Manfaat Pertumbuhan Ekonomi
1. Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil
pembangunan nasional Pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk
mengukur tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat
pendapatan perkapita dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat
kemakmuran penduduk dan juga produktivitasnya.
2. Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara
untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional.
Sebagai dasar penentuan prioritas pemberian bantuan luar negari oleh
Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.
Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
• Tingkat Pertumbuhan PDB atau GDP (Produk Domestik Bruto): semua barang
dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam jangka waktu tertentu dalam kurun
waktu satu tahun, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang lain dari
perusahaan asing di dalam negeri. (Di level provinsi di Indonesia biasanya disebut
Produk Domestik Regional Bruto-PDRB)
• Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto): jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan oleh seluruh warga Negara dari suatu negara dalam suatu periode
tertentu.
Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer
dipakai adalah PDB, karena angka PDB hanya melihat batas wilayah,terbatas
pada negara yang bersangkutan.
PDB jika dibagi dengan jumlah penduduk maka menjadi PDB per kapita. Ukuran
ini lebih spesifik karena memperhitungkan jumlah penduduk serta mencerminkan
kesejahteraan penduduk di suatu tempat.
Ada banyak pendapat mengenai penyebab naik turunnya total produksi barang
dan jasa, namun banyak ahli ekonomi yang setuju akan dua penyebab berikut ini :
(1)
Sumber pertumbuhan. Ahli-ahli ekonomi sering merujuk pada tiga sumber
pertumbuhan, yaitu:
(a) Peningkatan tenaga kerja: Jumlah tenaga kerja dapat meningkat jika pekerja
yang telah tersedia bekerja lebih lama, atau jika ada tambahan tenaga kerja baru.
(b) Peningkatan modal: Sedangkan persediaan modal dapat meningkat jika
perusahaan mendorong kapasitas produktifnya dengan menambah pabrik dan
peralatan (investasi).
(c) Peningkatan efisiensi dimana kedua faktor ini digunakan. Sedangkan
persediaan modal dapat meningkat jika perusahaan mendorong kapasitas
produktifnya dengan menambah pabrik dan peralatan (investasi). Efisiensi
bertambah ketika output yang lebih dapat diperoleh dari jumlah tenaga kerja dan
atau modal yang sama. Ini sering disebut sebagai Total Factor Productivity (TFP).
(2) Terjadinya penurunan (downturns) pada ekonomi. Ini menjawab pertanyaan
mengapa output dapat turun atau naik lebih lambat. Secara logika, apapun yang
menyebabkan penurunan pada tenaga kerja, modal, atau TFP akan menyebabkan
penurunan pada output atau setidaknya pada tingkat pertumbuhan output.
Misalnya, peristiwa seperti bencana alam, penyebaran penyakit berbahaya dan
kerusuhan.
Lalu PDB dapat diukur dengan cara, total nilai berbagai macam barang
dan jasa diagregasikan. Namun karena berton-ton baja tidak mungkin dijumlahkan
begitu saja dengan, misalnya, produksi roti, maka proses agregasi dilakukan
berdasarkan nilai uang produksi barang-barang tersebut. Di Indonesia PDB diukur
setiap tiga bulanan dan tahunan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
Nilai total pendapatan nasional dalam satuan harga sekarang disebut
dengan PDB nominal (PDB atas dasar harga berlaku). Nilainya tentu berubah dari
waktu ke waktu, seiring dengan perubahan kuantitas produksi barang/jasa atau
dalam harga dasarnya.
Jika nilai nominal ini dihitung dalam harga yang tetap atau dipatok,
didapatlah nilai PDB riil (PDB atas dasar harga konstan). Untuk menghitung nilai
riil tersebut dipilihlah satu tahun dasar—misalnya tahun 2000. Kemudian, nilai
semua barang dan jasa dihitung berdasarkan harga masing-masing yang berlaku
pada tahun tersebut. Karena harga barang sudah tetap, PDB riil dianggap hanya
berubah sesuai dengan adanya perubahan kuantitas barang/jasa.
Perubahan PDB ini mencerminkan perubahan kuantitas output produksi
secara riil. Inilah yang sehari-hari disebut dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi
yang disebut sebagai “pertumbuhan ekonomi” tidak lain mengacu pada
peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah
perekonomian.
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
Keterangan:
g = tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
Contoh soal:
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007
adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007?.
jawab:
g = {(467-420)/420} x 100% = 11,19%
Sumber Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per
kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar
keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan
jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor
produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara.
Kenaikan GDP dapat muncul melalui:
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran
yang lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja
baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.
2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia
Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak
disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas
tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi
dalam modal sumber daya manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan
ekonomi.
3. Kenaikan produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan
tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan
pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi. (Case dan Fair, 1999;326)
PERKEMBANGAN EKONOMI
MASA PASCA KEMERDEKAAN (1945-1950)
Pada masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang
antara lain disebabkan oleh :
– Inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata
uang De Javashe Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang
pendudukan Jepang. Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces
for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang
NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946,
pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik
Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya
jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
–
Adanya blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
–
Kas Negara kosong
–
Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi antara lain:
1.
Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan IR.
Surachman pada bulan Juli 1946.
2.
Upaya menembus blockade dengan diplomasi beras ke, mengadakan
kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blockade Belanda di
Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3.
Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, yaitu: masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang,
serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
4.
Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari
1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan
tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
5. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan,
diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat :
sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
ORDE BARU (1966-1997)
Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi
prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi
kurang lebih 650 % per tahun.
Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal
ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan
sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi
campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan
praktek dari salahsatu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam
perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi dan masalah-masalah
tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri. Misalnya dalam penentuan
UMR dan perluasan kesempatan kerja. Ini adalah awal era Keynes di Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori Keynesian.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin
dalam 8 jalur pemerataan: kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan,
pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi
wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Maka sejak
tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang
disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Berikut penjelasan
singkat tentang beberapa REPELITA:
REPELITA I (1967-1974)
Mulai berlaku sejak tanggal 1april 1969. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah
cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang
pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
REPALITA II (1974-1979)
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya
adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan
dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan baku.
REPALITA III (1979-1984)
Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada sector
pertanian menuju swasembada pangan, serta peningkatan industri yang mengolah
bahan baku menjadi bahan jadi.
REPALITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan dari REPELITA III. Peningkatan usaha-usaha untuk
memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih
adil dan merata, memperluas kesempatan kerja. Priorotasnya untuk melanjutkan
usaha memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah
mengacu pada sektor pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti
pertumbuhan industri bertahap.
Dampak negatif kondisi ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru antara lain:
1.
Ketergantungan terhadap Minyak dan Gas Bumi (Migas)
Migas merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi anggaran belanja
negara. Jadi harga Migas sangat berpengaruh bagi pendapatan negara sehingga
turunnya harga minyak mengakibatkan menurunnya pendapatan negara.
2.
Ketergantungan terhadap Bantuan Luar Negeri
Akibat berkurangnya pendapatan dari Migas, pemerintah melakukan penjadualan
kembali proyek – proyek pembangunan yang ada, terutama yang menggunakan
valuta asing. Mengusahakan peningkatan ekspor komoditi non migas dan terakhir
meminta peningkatan pinjaman luar negeri kepada negara – negara maju.
Akhir 1970-an, proses pembangunan di Indonesia mengalami “non market
failure” sehingga banyak kerepotan dalam proses pembangunan, misalnya
merebaknya kemiskinan dan meluasnya kesenjangan pendapatan, terutama
disebabkan oleh “market failure”.
Mendekati pertengahan 1980-an, terjadi kegagalan pemerintah (lembaga non
pasar) dalam menyesuaikan mekanisme kinerjanya terhadap dinamika pasar.
Ekonomi Indonesia menghadapi tantangan berat akibat kemerosotan penerimaan
devisa dari ekspor minyak bumi pada awal 1980-an. Kebijakan pembangunan
Indonesia yang diambil dikenal dengan sebutan “structural adjustment” dimana
ada 4 jenis kebijakan penyesuaian sebagai berikut:
a.
Program stabilisasi jangka pendek atau kebijakan manajemen permintaan
dalam bentuk kebijakan fiskal, moneter dan nilai tukar mata uang dengan tujuan
menurunkan tingkat permintaan agregat.
b. Kebijakan struktural demi peningkatan output melalui peningkatan efisiensi
dan alokasi sumber daya dengan cara mengurangi distorsi akibat pengendalian
harga, pajak, subsidi dan berbagai hambatan perdagangan, tarif maupun non tarif.
Kebijakan “Paknov 1988” yang menghapus monopoli impor untuk beberapa
produk baja dan bahan baku penting lain, telah mendorong mekanisme pasar
berfungsi efektif pada saat itu.
c. Kebijakan peningkatan kapasitas produktif ekonomi melalui penggalakan
tabungan dan investasi. Perbaikan tabungan pemerintah melalui reformasi fiskal,
meningkatkan tabungan masyarakat melalui reformasi sektor finansial dan
menggalakkan investasi dengan cara memberi insentif dan melonggarkan
pembatasan.
d.
Kebijakan menciptakan lingkungan legal yang bisa mendorong agar
mekanisme pasar beroperasi efektif termasuk jaminan hak milik dan berbagai
tindakan pendukungnya seperti reformasi hukum dan peraturan, aturan main yang
menjamin kompetisi bebas dan berbagai program yang memungkinkan
lingkungan seperti itu.
Dampak dari kebijakan tersebut cukup meyakinkan terhadap ekonomi makro,
seperti investasi asing terus meningkat, sumber pendapatan bertambah dari
perbaikan sistem pajak, produktivitas industri yang mendukung ekspor non-migas
juga meningkat. Pemerintahan Orde Baru membangun ekonomi hanya
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pengendalian inflasi
tanpa memperhatikan pondasi ekonomi yang memberikan dampak sebagai
berikut:
•
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia, sebagai salah
satu faktor produksi, tidak disiapkan untuk mendukung proses industrialisasi.
•
Barang – barang impor (berasal dari luar negeri) lebih banyak digunakan
sebagai bahan baku dalam proses industri sehingga industri Indonesia sangat
bergantung pada barang impor tersebut.
•
Pembangunan tidak didistribusikan merata ke seluruh wilayah Indonesia
dan ke seluruh rakyat Indonesia sehingga hanya sedikit elit politik dan birokrat
serta pengusaha – pengusaha Cina yang dekat dengan kekuasaan saja yang
menikmati hasil pembangunan.
MASA REFORMASI
Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh
ribuan mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari
jabatannya dikarenakan pemerintahan Bapak Soeharto dianggap telah banyak
merugikan Negara dan banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN). Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di
Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat terasa di
Indonesia. Nilai rupiah yang semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,- menjadi sekitar Rp.
10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali lipat penurunan nilai rupiah
terhadap dolar). Artinya, nilai Rp. 1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai dengan
500 US$ namun setelah tahun 1998 menjadi hanya 100 US$. Hutang Negara
Indonesia yang jatuh tempo saat itu dan harus dibayar dalam bentuk dolar,
membengkak menjadi lima kali lipatnya karena uang yang dimiliki berbentuk
rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika. Ditambah lagi dengan
hutang swasta yang kemudian harus dibayar Negara Indonesia sebagai syarat
untuk mendapat pinjaman dari International Monetary Fund (IMF). Tercatat
hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar (US$20 milyar adalah
hutang komersial swasta). Pemerintahan reformasi dari tahun 1998 sampai
sekarang sudah mengalami beberapa pergantian presiden, antara lain yaitu :
1.
Bapak B.J Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Pada saat pemerintahan presdiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi
belum melakukan perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi.
Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk menstabilkan keadaan politik di
Indonesia. Presiden B.J Habibie jatuh dari pemerintahannya karena melepaskan
wilayah Timor-timor dari Wilayah Indonesia melalui jejak pendapat
2.
Bapak Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum ada tindakan
yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan.
Kepemimpinan
Abdurraman
Wahid
berakhir
karena
pemerintahannya
mengahadapi masalah konflik antar etnis dan antar agama.
3.
Ibu Megawati (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)
Masa kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah yang mendesak yang
harus diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hokum. Kebijakankebijakan yang ditempuh untuk mengatasai persoalan-persoalan ekonomi antara
lain :
–
Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada
pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri
sebesar Rp 116.3 triliun
–
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara
di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari
intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil
penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %.
Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang
diprivatisasi dijual ke perusahaan asing. Megawati bermaksud mengambil jalan
tengah dengan menjual beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar
negeri. Akan tetapi, hutang Negara tetap saja menggelembung karena pemasukan
Negara dari berbagai asset telah hilang dan pendapatan Negara menjadi sangat
berkurang.
4.
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-sekarang)
Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu :
–
Mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM.
Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran
subsidi BBM dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang
yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
–
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial
kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya
menimbulkan berbagai masalah sosial.
–
Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong
pertumbuhan
ekonomi
serta
mengundang
investor
asing
dengan
janji
memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian
Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan
para investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi merupakan faktor utama
untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan
pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor,
terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang
ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan
jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
–
Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan
pada pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor tetapi masih
tertinggal jauh dari jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft
Law bukan Hard Law. Artinya SBY tidak menindak tegas orang-orang yang
melakukan KKN sehingga banyak terjadi money politic dan koruptor-koruptor
tidak akan jera dan banyak yang mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara
dapat dirugikan secara besar-besaran dan sampai saat ini perekonomian Negara
tidak stabil.
–
Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan
persediaan bahan bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
–
Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit
karena harga gabah menjadi anjlok atau turun drastis
Pada tahun 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF (International
Monetary Fund). Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti
agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana
untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan
bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan
jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005
menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena
beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih
sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja
sektor riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Pengeluaran Negara pun
juga semakin membengkak dikarenakan sering terjadinya bencana alam yang
menimpa negeri ini.