MORFOLOGI TINGKAT KEMASAKAN BUAH DAN BIJ
MORFOLOGI TINGKAT KEMASAKAN BUAH DAN BIJI TERATAI
(Nymphaea pubescens Willd.) SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL
LAHAN RAWA
C. Nisa, BN. Ismuhajaroh, dan FB. Langai
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
ABSTRAK
Teratai (Nymphaea pubescens Willd.) merupakan tumbuhan tahunan. Masyarakat sekitar menjadikan sebagai bahan pangan yang dapat diolah menjadi berbagai macam olahan berbahan baku biji teratai. Kajian
mengenai biji teratai sangat diperlukan untuk menjadikannya sebagai bahan pangan fungsional lahan rawa. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Pertanian Fakultas Pertanian Unlam pada tanggal
1 – 30 Mei 2016 dengan menggunakan berbagai tingkatan umur biji teratai. Buah teratai diambil dari lahan rawa Hambuku Pasar HSS Kalimantan Selatan dengan berbagai tingkat kemasakan. Pengamatan morfologi buah teratai dilakukan secara visual dengan menggunakan Loop dan Mikroskop. Hasil pengamatan morfologi buah teratai menunjukkan bahwa buah muda sampai masak fisiologis menunjukkan adanya
perbedaan warna pada buah yang muda berwarna merah bata kemudian seiring tingkat kemasakan berubah menjadi coklat muda dan coklat tua. Pada biji muda tidak ada selaput yang menyelubungi biji, namun
semakin tua terdapat selaput putih yang mengelilingi biji dengan bentuk seperti tabung berfungsi sebagai pelampung.
Kata kunci : morfologi, buah teratai, kemasakan
PENDAHULUAN
Kue cincin tepung biji teratai
Perlu
pelestarian
mengetahui
dengan
morfologi
dimulai
buah
dari
yang
dihasilkan. Tingkat kemasakan buah dapat
Sumber pangan
masyarakat sekitar rawa
Bipang Biji Teratai
digunakan sebagai tolak ukur buah yang
dapat digunakan baik sebagai benih maupun buah yang umur layak dikonsumsi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengenali morfologi buah teratai.
Kegiatan ini juga bertujuan sebagai upaya
Kalimantan Selatan mempunyai lahan rawa yang luas
dan ditumbuhi teratai
pelestarian plasma nutfah tumbuhan rawa
Sayur Karuh Batang Tanding Teratai
BAHAN DAN METODE
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Pertanian Fakultas Pertanian ULM. Pelaksanaan
penelitian diamati buah dan biji keseluruhan secara
visual menggunakan alat bantu loop dan mikroskop,
kemudian hasilnya didokumentasikan dengan kamera.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Buah teratai yang telah terkumpul diamati morfologinya dengan mengamati buah dan biji dengan hasil sebagai berikut:
1a
1a
1b
1c
1d
2a
2b
2c
2d
1e
2e
2b
a
3a
3b
3c
3d
3e
1a
a
3a
1b
a
1c
a
4a
4b
4c
4d
4e
Morfologi buah dan biji teratai menunjukkan bahwa pada buah terlihat daun buah (carpellum) yang masih hijau muda (1a), semakin tua buah tersebut carpellum
berubah warna menjadi hijau tua mendekati hitam (4b). Morfologi buah yang dibelah menunjukkan adanya ruang dengan biji-biji yang mempunyai salut biji (arillus).
Perubahan warna, buah yang masih muda berwarna merah bata (1b, 1c) semakin tua buah tersebut berubah warna menjadi coklat muda dan kemudian coklat tua
(4b, 4c). Biji yang masih muda belum diselubungi kantung selaput putih (1d), namun seiring pertambahan umur kantung selaput putih makin tampak (4d). Biji yang
diamati dibawah mikroskop menunjukkan bahwa buah yang masih muda terlihat jelas tali pusar (funiculus) berwarna putih, biji semakin tua selaput makin jelas dan biji terlihat guratan-guratan.
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan morfologi buah dan biji seiring dengan tingkat kemasakannya. Buah dan biji yang masih muda berwarna merah bata (1), buah
ini tidak layak untuk dikonsumsi atau diolah menjadi tepung karena rasanya yang sepat. Buah yang layak dikonsumsi atau dijadikan bibit adalah
buah 3 dan 4, dengan ciri-ciri morfologi buah sudah berwarna hijau tua gelap dengan warna biji coklat tua dan dipenuhi selaput warna putih.
(Nymphaea pubescens Willd.) SEBAGAI BAHAN PANGAN FUNGSIONAL
LAHAN RAWA
C. Nisa, BN. Ismuhajaroh, dan FB. Langai
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
ABSTRAK
Teratai (Nymphaea pubescens Willd.) merupakan tumbuhan tahunan. Masyarakat sekitar menjadikan sebagai bahan pangan yang dapat diolah menjadi berbagai macam olahan berbahan baku biji teratai. Kajian
mengenai biji teratai sangat diperlukan untuk menjadikannya sebagai bahan pangan fungsional lahan rawa. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Pertanian Fakultas Pertanian Unlam pada tanggal
1 – 30 Mei 2016 dengan menggunakan berbagai tingkatan umur biji teratai. Buah teratai diambil dari lahan rawa Hambuku Pasar HSS Kalimantan Selatan dengan berbagai tingkat kemasakan. Pengamatan morfologi buah teratai dilakukan secara visual dengan menggunakan Loop dan Mikroskop. Hasil pengamatan morfologi buah teratai menunjukkan bahwa buah muda sampai masak fisiologis menunjukkan adanya
perbedaan warna pada buah yang muda berwarna merah bata kemudian seiring tingkat kemasakan berubah menjadi coklat muda dan coklat tua. Pada biji muda tidak ada selaput yang menyelubungi biji, namun
semakin tua terdapat selaput putih yang mengelilingi biji dengan bentuk seperti tabung berfungsi sebagai pelampung.
Kata kunci : morfologi, buah teratai, kemasakan
PENDAHULUAN
Kue cincin tepung biji teratai
Perlu
pelestarian
mengetahui
dengan
morfologi
dimulai
buah
dari
yang
dihasilkan. Tingkat kemasakan buah dapat
Sumber pangan
masyarakat sekitar rawa
Bipang Biji Teratai
digunakan sebagai tolak ukur buah yang
dapat digunakan baik sebagai benih maupun buah yang umur layak dikonsumsi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengenali morfologi buah teratai.
Kegiatan ini juga bertujuan sebagai upaya
Kalimantan Selatan mempunyai lahan rawa yang luas
dan ditumbuhi teratai
pelestarian plasma nutfah tumbuhan rawa
Sayur Karuh Batang Tanding Teratai
BAHAN DAN METODE
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Pertanian Fakultas Pertanian ULM. Pelaksanaan
penelitian diamati buah dan biji keseluruhan secara
visual menggunakan alat bantu loop dan mikroskop,
kemudian hasilnya didokumentasikan dengan kamera.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Buah teratai yang telah terkumpul diamati morfologinya dengan mengamati buah dan biji dengan hasil sebagai berikut:
1a
1a
1b
1c
1d
2a
2b
2c
2d
1e
2e
2b
a
3a
3b
3c
3d
3e
1a
a
3a
1b
a
1c
a
4a
4b
4c
4d
4e
Morfologi buah dan biji teratai menunjukkan bahwa pada buah terlihat daun buah (carpellum) yang masih hijau muda (1a), semakin tua buah tersebut carpellum
berubah warna menjadi hijau tua mendekati hitam (4b). Morfologi buah yang dibelah menunjukkan adanya ruang dengan biji-biji yang mempunyai salut biji (arillus).
Perubahan warna, buah yang masih muda berwarna merah bata (1b, 1c) semakin tua buah tersebut berubah warna menjadi coklat muda dan kemudian coklat tua
(4b, 4c). Biji yang masih muda belum diselubungi kantung selaput putih (1d), namun seiring pertambahan umur kantung selaput putih makin tampak (4d). Biji yang
diamati dibawah mikroskop menunjukkan bahwa buah yang masih muda terlihat jelas tali pusar (funiculus) berwarna putih, biji semakin tua selaput makin jelas dan biji terlihat guratan-guratan.
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan morfologi buah dan biji seiring dengan tingkat kemasakannya. Buah dan biji yang masih muda berwarna merah bata (1), buah
ini tidak layak untuk dikonsumsi atau diolah menjadi tepung karena rasanya yang sepat. Buah yang layak dikonsumsi atau dijadikan bibit adalah
buah 3 dan 4, dengan ciri-ciri morfologi buah sudah berwarna hijau tua gelap dengan warna biji coklat tua dan dipenuhi selaput warna putih.