PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL tuga (1)

PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL
Penggolongan sosial adalah penggolongan masyarakat ke dalam berbagai kategori dari
lapisan teratas sampai lapisan paling bawah. Ada penggolongan masyarakat yang sangat ketat
dimana seseorang dari strata bawah tidak bisa dengan mudah berpindah ke strata atas namun ada
juga penggolongan masyarakat yang fleksibel dimana orang dari golongan strata bawah bisa saja
kemudian meningkat menjadi golongan strata atas demikian juga sebaliknya.
Ada nya golongan-golongan yang timbul di masyarakat muncul karena adanya perbedaan
status di dalamnya. Untuk menentukan stratifikasi sosial dapat diikuti dengan tiga metode, yaitu
1. Metode obyektif, dimana stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria yang objektif, yang
bisa dilihat dari jumlah pendapatan, tingginya pendidikan, jenis pekerjaan dan kriteria
lainnya. Keterangan yang didapat berdasarkan hasil sensus penduduk. Contoh pada
masyarakat di Amerika Serikat (1954) dari hasil sensusnya dapat diketahui bahwa
ternyata dokter menempati kedudukan tertinggi dalam masyarakat yang sama kedudukan
nya dengan gubernur. Guru lebih rendah dari kapten tentara sedangkan penyemir sepatu
menduduki tempat paling rendah (Nasution, 2009:27).
2. Metode subyektif, dimana masyarakat digolongkan menurut pandangan anggota
masyarakat yang menilai dirinya sendiri dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
Metode ini menggolongkan masyarakat sebagaimana dia merumuskan sendiri dan
menempatkan sendiri posisinya dalam masyarakat. Kelemahannya adalah kadang
tanggapan orang tidak sesuai dengan tanggapan dirinya mengenai posisinya dalam
masyarakat. Dengan metode ini bisa diajukan pertanyaan, menurut pendapat saudara

termasuk golongan manakah saudar di negeri ini, golongan atas, menengah atau rendah ?
3. Metode reputasi, Metode ini memberikan kesempatan pada orang dalam masyarakat itu
sendiri untuk menentukan golonan mana-mana yang terdapat dalam masyarakat itu lalu
mengidentifikasi anggota masyarakat ke golongan tertentu. Bisa dikatakan tidak ada
kriteria yang sama yang berlaku untuk menentukan golongan sosial dalam berbagai
masyarakat didunia ini. Semisal kriteria penggolongan di desa berbeda dengan kriteria
penggolongn di kota.
Dalam menganalisa masyarakat Warner menemukan 6 golongan yakni:
 Upper-Upper
 Lower-Upper

 Upper-Middle
 Lower-Middle
 Upper-Lower
 Lower-Lower
Keberatan yang diajukan terhadap metode W.L Warner :
 Metode ini hanya dapat digunakan bila masyarakat itu kecil sehingga masingmasing saling mengenal
 Metode ini tidak menggambarkan struktur stratifikasi sosial yang sebenarnya
dalam masyarakat kecil akan tetapi menurut pandangan golongan menengah dan
golongan atas yang digunakan menjadi informan utama

 Metode ini dinilai tidak cermat dan tidak akan memberikan hasil yang sama bila
diterapkan oleh peneliti lain. Jadi maksudnya lain peneliti bisa saja menghasilkan
hadil penelitian yang berbeda.
GOLONGAN SOSIAL SEBAGAI LINGKUNGAN SOSIAL
Golongan sosial menentukan lingkungan seseorang. Pengetahuan, kebutuhan dan tujuan,
sikap, watak seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.Sistem golongan sosial
menimbulkan batas-batas dan rintangan ekonomi, kultural dan sosial yang mencegah pergaulan
dengan golongan - golongan lain. Orang cenderung akan mencari pergaulan dikalangan yang
dianggap sama golongan sosialnya dengan dirinya. Dalam hal pendidikan, golongan sosial bisa
membatasi dan menentukan lingkungan belajar anak.
Orang yang termasuk golongan sosial yang sama cenderung bertempat tinggal di daerah
tertentu. Misalkan orang golongan atas akan tinggal di daerah elite karena anggota golongan
rendah tidak mampu tinggal di sana.Orang akan mencari pergaulan dikalangan yang dianggap
sama golongan sosialnya.Namun demikian ada kemungkinan terjadi perpindahan sosial.
TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGAKAT GOLONGAN SOSIAL
Dalam berbagai studi, disebutkan tingkat pendidikan tertinggi yang didapatkan seseorang
digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi
yang tinggi antara kedudukan sosial yang seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah
ditempuhnya, meski demikian pendidikan yang tinggi tidak dengan sendirinya menjamin
kedudukan sosial yang tinggi. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi

karena anak dari golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan
tinggi.Sementara orang yang termasuk golongan atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan
pendidikan sampai perguruan tinggi. Orang yang berkedudukan tinggi, bergelar akademis, yang

mempunyai pendapatan besar tinggal dirumah elite dan merasa termasuk golongan atas akan
mengusahakan anknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya anak
yang orangtuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok , tinggal
digubuk kecil, tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati perguruan tinggi.
Ditingkat SD belum tampak adanya pengaruh perbedaan golongan sosial, apalagi kalau
ada kewajiban belajar yang mengharuskan semua anak memasukinya, akan tetapi pada tingkat
yang lebih tinggi akan lebih tampak jelas. Dimana persentase anak-anak golongan yang berada
atau berpangkat makin meningkat dengan bertambah tingginya taraf pendidikan dan usia pelajar.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan seorang anak, Yaitu:
1.Pendapatan orangtua yang tidak mencukupi.
2.Kurangnya perhatian akan pendidikan dikalangan orangtua, banyak anak dari golongan
menengah kebawah yang mempunyai hasrat untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat
yang lebih tinggi tapi orangtua malah menghalangi karena tidak adanya biaya karena
pendidikan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Walau demikian ada juga beberapa
kasus si anak tetap ingin melanjutkan pendidikannya walaupun dia harus berusaha sendiri
untuk membiayai pendidikannya.

GOLONGAN SOSIAL DAN JENIS PENDIDIKAN
Golongan sosial tidak hanya berpengaruh terhadap tingginya jenjang pendidikan anak
tetapi juga berpengaruh terhadap jenis pendidikan yang dipilih. Tidak semua orangtua mampu
membiayai studi anaknya diperguruan tinggi.
Pada umumnya anak-anak yang orangtuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum
sebagai persiapan untuk belajar di perguruan tinggi.Sementara orangtua yang mengetahui batas
kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, dengan
pertimbangan setelah lulus dari kejuruan bisa langsung bekerja sesuai dengan keahliannya.Dapat
diduga sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari glongan rendah daripada
yang berasal dari golongan atas.
Karena itu sekolah menengah

dipandang

lebih

tinggi

statusnya


daripada

sekolah

kejuruan.Demikian pula dengan mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan dengan
perguruan tinggi dipandang mempunyai status yang lebih tinggi , misal matematika, fisika
dipandang lebih tinggi daripada Tata buku.Sikap demikian bukan hanya terdapat dikalangan
siswa tetapi juga dikalangan orangtua dan guru yang dengan sengaja atau tidak sengaja
menyampaikan sikap itu kepada anak-anaknya.
BAKAT DAN GOLONGAN SOSIAL

Berdasarkan penelitian tentang angka-angka murid menunjukkan bahwa angka-angka
yang tinggi lebih banyak ditemukan pada murid dari golongan sosial yang tinggi.Kegagalan
dalam pelajaran lebih banyak terdapat dikalangan murid dari golongan rendah. Walaupun dalam
tes intelegensi ternyata kelebihan IQ anak-anak golongan atas, namun tak semua kegagalan dan
angka - angka rendah yang kebanyakan dari anak golongan rendah dapat dijelaskan dengan IQ.
Ini menandakan bahwa Iq mengandung unsur pengaruh lingkungan.Atas pengaruh lingkungan
IQ dapat berubah. Lingkungan yang baik dapat meningkatkan IQ.
Pada umumnya ada perbedaan bakat atau pembawaan diantara anak-anak dari berbagai
golongan sosial. Disamping itu terdapat pula perbedaan pula perbedaan minat mereka terhadap

kurikulum yang berlaku dan motivasi untuk mencapai angka yang tertinggi. Guru-guru dapat
memperhatikan bahwa banyak anak dari golongan rendah mempunyai perhatian yang kurang
terhadap pelajaran akademis meskipun mempunyai IQ yang tinggi.Anak-anak dari golongan
rendah biasanya turut mencari nafkah keluarga sehingga mengurangi minat belajar. Selain itu ada
kemungkinan perbedan partisipasi anak-anak dari berbagai golongan sosial dalam berbagai
kegiatan ekstra kurikuler yang memerlukan waktu dan biaya, seperti kegiatan olahraga, kemping,
musik, seni lukis, kepranukaan dan sebagainya, kecuali bila diharuskan bagi semua siswa.
Guru pun secara tidak sadar cenderung lebih memperhatikan anak-anak dari golongan
menengah atas karena guru sendiri menganggap dirinya berada pisisi menengah atas sehingga
berbuat sesuai dengan norma itu. Aturan dijalankan sesuai dengan golongan menengah atas
sehingga tidak mungkin dapat dipahami oleh anak-anak dari golongan yang lebih rendah
SOSIOMETRI
Sosiometri digunakan untuk mengetahui hubungan sosial antara murid-murid dalam
kelas. Kepada anak-anak diminta menulis nama satu orang dengan siapa dia duduk sebangku,
dapat juga kita minta nama dua orang menurut prioritas anak itu bahkan ditambah dengan nama
ank yang tidak disukai. Selain teman sebangku, juga bisa diganti dengan teman menonton, teman
belajar, teman bermain dll. dari nama-nama yang ditulis dapat diolah menjadi sosiogram yang
menunjukkan gambar diagram hubungan sosial dalam kelas.Anak yang paling dipilih diberi
julukan " bintang ", anak yang tidak dipilih oleh siapapun disebut " isolate ". Selain itu akan
muncul dua orang yang saling memilih disebut " pair / pasangan ", kemudian tiga orang yang

saling memilih disebut " triangle / segitiga " dan ditemukan juga satu kelompok yang erat
hubungan anggotanya disebut " klik / clique ".

MOBILITAS SOSIAL
Dalam tiap masyarakat modern terdapat mobilitas sosial atau perpindahan golongan yang
cukup banyak. Perpindahan orang dari golongan sosial yang lain, yang lebih tinggi atau lebih
rendah disebut mobilitas sosial vertical. Mobilitas sosial ini berarti bahwa individu itu memasuki
lingkungan sosial yang berbeda dengan sebelumnya.
Ada faktor penghambant mobilitas seperti agama,kesukuan, jenis kelamin dan
sebagainya. Kenaikan golongn sosial dapat diselidiki dengan (a) meneliti riwayat pekerjaan
seseorang, (b) membandingkan kedudukan sosial indidu dengan kedudukan orang tuanya,. Jadi
tidak ada negara yang sepenuhnya “terbuka” atau “tertutup bagi mobilitas sosial, kerena dalam
masyarakat terbuka orang lebih mudah naik kegolongan sosial yang lebih tinggi.
Boleh dikatakan bahwa, status sosial seseorang bergantung pada usaha dan kemauannya
untuk meningkatkan golongan sosialnya. Sedangkan dalam masyarakat tertutup kenaikan sosial
mengalami banyak kesulitan, diantaranya ada yang tidak dapat diatasi oleh individu itu sendiri,
karena ditentukan oleh keturunan. Walaupun dalam madyarakat terbuka setiap orang mencapai
tingkat sosial yang paling tinggi yaitu, terdapat banyak mobilitas, yang naik lebih banyak dari
pada yang turun, namun kenaikan itu terbatas dinegara maju. Faktor lain yang memperluas
mobilitas sosial adalah perluasan dan peningkatan pendidikan untuk memenuhi tenaga kerja bagi

pembangunan yang kian meningkat, khususnya pendidikan tinggi.
Pada umumnya kenaikan status sosial dianggap bai, karena membuktikan keberhasilan
usaha seseorang. Namun, ada mensyinyalir aspek negatif, yakni bagi individu timbulnya rasa
ketegangan, keangkuhan dengan memamerkan kekayaan, keguncangan kehidupan, keluarga
dengan bertambahnya perceraian atau eretakan keluarga. Selain itu, moblitas sosial dapat
memeperlemah solidaritas kelompok karena, mereka yang beralih golongan sosial akan
menerima norma-norma baru dari golongan yang dimasukinya dengan meninggalkan normanorma golongan sodial semula.
PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk lebih baik didalam masyarakat. Makin tinggi
pendidikan diperoleh, makin besar untuk mencapai tujuan itu. Dengan demkian, terbuka
kesempatan untuk meningkat kegolongan sosial yang lebih tinggi. Oleh karena itu dikatakan
bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Ddengan memperluas dan merata
pendidikan, diharapkan dicairkannya batas-batas golongan-golongan sosial. Dengan demikian,
perbedaan golongan sosial akan dikuranngi jika tidak dapt dihapus seluruhnya.
Mengenai mobilitas sosial terdapat dua pengertian :

1. Suatu sektor dalam masyarakat secara keseluruhan berubah kedudukannya terhadap
sektor lain. Misalnya buruh industri yang dahulu mempunyai kedudukan yang rendah
mendapat posisi yang baik setelah mendapat gaji yang lebih tinggi, kekuasaan politik
yang lebih besar dan sebagainya.

2. Tentang mobilitas sosial ialah kemungkinan bagi individu untuk pindah dari lapisan satu
untuk pindah kelapisan yang satu lagi. Pendidikan membuka kemungkinan adanya
mobilitas sosial. Pendidikan secara merata memberikan persamaan dasar pendidikan dan
mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah. Walaupun terdapat mobilitas
sosial secara sektoral, banyak pula golongan randah yang tetap dianggap rendah. Namun,
kedudukan golongan rendah tidak statis, akan tetapi dapat terus bergerak maju bila diberi
pendidikan yang lebih banyak.
MOBILITAS SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN
Banyak contoh-contoh yang dapat kita liat disekitar kita, tentang orang yang meningkat
dalam status sosialnya berkat pendidikan yang diperolehnya. Salah satu contohnya yaitu pada
jaman dahulu orang yang menyelesaikan pelajarannya pada HIS yaitu SD pada jaman Belanda,
mempunyai harapan menjadi pegawai dan mendapatkan kedudukan sosial yang terhormat. Apa
lagi kalau ia lulus MULO, AMS, atau Perguruan Tinggi, maka makin besarlah kesempatannya
untuk mendapatkan kedudukan yang baik. Dengan demikian, masuk golongan sosial menengah
atas. Kini pendidikan SD bahkan SMA hampir tidak ada pengaruhnya dlam mobilitas sosial.
Karena, kini pendidikan tinggi dianggap suatu syarat bagi mobilitas sosal.di samping ijazah
perguruan tinggi, ada lagi faktor-faktor lain membawa seseorang kepada kedudukan tinggi dalam
pemerintahan atau dunia usaha. Dapat kita pahami bahwa, anak-anak golongan rendah lebih suka
mendapat kedudukan sebagai pimpinan perusahaan dibanding anak pemimpin perusahaan itu
sendiri. Hubungan pribadi, rekomendasi dari orang yang berkuasa disamping ijazah dan prestasi

turut berperan, untuk mendapatkan posisi yang tinggi. Mobilitas sosial bagi individu agak
kompleks karena adanya macam-macam faktor yang membantu sesorang meningkat dalam
jenjang sosial. Misalnya, sekolah sebagai jalan bagi mobilitas sosial.
TINGKAT SEKOLAH DAN MOBILITAS SOSIAL
Diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan. Makin besarnya kemungkinan
mobilitas bagi anak-anak golngan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak selalu benar, bila
pendidikan itu hanya terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Jadi, walaupun kewajiban
beljar ditingkatkan sampai SMA , masih menjadi pertanyaan, apakah mobilitas sosial akan

meningkat. Mungkin sekali tidak akan terjadi perluasan mobilitas sosial. Akan tetapi, pendidikan
tinggi masih dapat mamberikan mobilitas itu. Walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan
tinggi, makin berkurang ijazasah untuk meningkat dalam status sosial.
PENDIDIKAN MENURUT PERBEDAAN SOSIAL
Pada umumnya dinegara demokrasi, orang sukar menerima, adanya golongan-golongan
sosial dalam masyarakat. Menurut Undang-Undang semua warga negara sama, dalam
kenyataannya tak dapat disangkal adanya perbedaan sosial itu, yang tampak dari sikap rakyat
biasa terhadap pembesar, orang miskin terhadap orang kaya, pembantu terhadap majikan, dan
lain-lain. Perbedaan itu nyata dalam symbol-simbol status seperti; mobil mewah, rumah
mentereng, perabot luks, dll. Suka atau tidak suka perbedaan sosial terdapat disepanjang masa,
walaupun sering perbedaan tidak selalu mencolok.

Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju
dalam hidupnya mencapai tingkat setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu
meniadakan, batas-batas tingkat sosial itu. Pendidikan selalu merupakan bagian dari sistem
sosial. Namun, segera timbul keberatan terhadap pendirian yang demikian. Karena dianggap
bertentangan dengan prinsip demokrasi dengan mengadakan driskriminasi dalam pendidikan.
Cara demikian akan memperkuat penggolongn sosial dan menghambat mobilitas sosial yang
diharapkan dari pendidikan. Harapan ini tidak mudah diwujudkan karena banyak daya-daya lain
duluar sekolah yang menibulkan, stratifikasi sosial yang jauh lebih kuat daripada pendidikan
formal. Pada saat ini sekolah-sekolah meneruskan cita-cita untuk menebarluaskan ideal dan
norma-norma kesamaan dan mobilitas secara verbal. Disamping adanya daya-daya stratifikasi
yang berlangsung terus dalam masyarakat. Ini berarti bahwa usaha untuk mengajarkan kesamaan
dan mobilitas akan menghadapi kesulitan dalam dunia nyata.
Sumber Bacaan :
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Sosiologi Pendidikan. Bumi Aksara. 2009. Jakarta
Prof. Dr. Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Kencana. 2012. Jakarta