PERBEDAAN STATUS GIZI STUNTING DAN PERKE

PERBEDAAN STATUS GIZI STUNTING DAN PERKEMBANGAN ANTARA
BALITA RIWAYAT BBLR DENGAN BALITA BERAT LAHIR NORMAL
The Differences of Nutritional Status and Development Between Child With History Of Low
Birth Weight Infant and Normal Weight Infant
1, 2

Ema Wahyu Ningrum1*, Tin Utami2
STIKES Harapan Bangs a Purwokerto Jalan
Raden Patah No.100 Ledug Purwokerto
*em4wahyuningru m@gmail.com

ABSTRAK
Balita dengan riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) memiliki pertumbuhan dan
perkembangannya lebih lambat dibandingkan anak yang lahir dengan berat badan normal.
Kejadian BBLR di Puskesmas Padamara meningkat dalam 3 tahun terakhir 2012 -2014 dan
memiliki proporsi kejadian status gizi pendek tertinggi. Desain
penelitian
deskriptif
komparatif dengan pendekatan cr oss sect iona l . J umla h s ampel 60 balita usia 12-59
bulan terdiri dari 30 balita riwayat BBLR dan 30 balita riwayat berat lahir normal.Teknik
sampling quota sampling dengan teknik matching berdasar umur dan jenis kelamin.

Instrument menggunakan microtoase, z-score, Denver II. Analisis bivariat menggunakan chi
square dan kolmogorof smirnov . Hasil penelitian adalah tidak ada perbedaan status gizi antara
balita riwayat BBLR dengan balita riwayat berat lahir normal (p=0,069). Tidak ada perbedaan
perkembangan antara balita
riwayat BBLR dengan balita riwayat berat lahir normal
(p=1,000).
Kata kunci: Balita riwayat BBLR, balita riwayat berat lahir normal, status gizi stunting,
perkembangan balita
ABSTRACT

Toddlers with a history of Low Birth Weight (LBW) have growth and development is
slower than children born with normal weight. The incidence of LBW in Padamara Public
Health Centre increased in the last 3 years 2012-2014 and has the highest proportion of
short nutritional status occurrence. Comparative descriptive research design with cross
sectional approach. The number of samples of 60 toddlers aged 12-59 months consisted of 30
toddlers history of BBLR and 30 under five birth weight history normal.Teknik sampling
quota sampling with matching techniques based on age and gender. Instrument using
microtoase, z-score, Denver II. Bivariate analysis using chi square and kolmogorof smirnov.
The result of this research is there is no difference of nutrient status between Toddler history
of LBW with toddler history of normal birth weight (p = 0,069). There was no difference of

development between under five years of LBW with toddler history of normal birth weight (p
= 1,000)
Keywords : Toddler history of LBW, toddler history of normal birth weight, stunting nutrition
status, toddler development

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

46

dalam

PENDAHULUAN
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)

dianggap

kesehatan

masyarakat


hubungannya
kesakitan

sebagai

dengan
dan

indikator

karena
angka

kejadian

erat

kematian,


gizi

kurang

waktu

pemberian

cukup

makanan

lama

akibat

yang tidak

dengan


kebutuhan

gizi.

stunting

meningkat

secara

sesuai

Prevalensi
nasional

sebanyak 1,6%. Angka prevalensi tersebut
masih

lebih


tinggi dibandingkan

angka

dikemudian hari (Rosha, 2013). Hal ini

prevalensi gizi kurang dan buruk (17,9%),

sesuai dengan hasil observasi dari WHO

kekurusan

yang

(14%)

menyatakan

BBLR


berisiko

(13,3%)

(Riskesdas,

mengalami kematian 6,5 kali lebih besar

Kabupaten

daripada bayi yang lahir dengan berat

didapatkan

badan normal.

gizi kurang

Secara


nasional

prevalensi

BBLR

serta

kegemukan

2013).

Adapun di

Purbalingga
prevalensi
dan

tahun


2014

stunting (20,2%),

buruk

(7,06%) dan

kekurusan (4,06%).
Pertumbuhan

pada tahun 2013 dan 2010 masing-masing

dan

perkembangan

sebesar 10,2% dan 11,1% (Riskesdas,

balita dengan riwayat BBLR perlu terus


2013). Walaupun ada penurunan, namun

dipantau.

prevalensi tersebut masih tergolong tinggi

penurunan

dan perlu mendapat perhatian yang intens.

produktivitas,

Adapun di Kabupaten Purbalingga, terjadi

degeneratif dan kelahiran bayi BBLR serta

peningkatan prevalensi BBLR dalam 3

perkembangan di masa mendatang (Amalia,


tahun terakhir, pada tahun 2012 (2,9%),

2011). Penelitian ini sejalan dengan penelitian

tahun 2013 (3,9%) dan tahun 2014 sebesar

di Brazil melaporkan bahwa kelompok BBLR

(4,1%) (Dinkes Purbalingga, 2014).

memiliki resiko

Anak

yang lahir

BBLR,

memiliki

Hal

tersebut

untuk

kemampuan

intelektual

peningkatan risiko

sebesar 2,35 kali dan saat usia
sebesar 2,30 kali (Hana,

lebih

2016).

lahir

dengan

dibandingkan anak
berat

yang

Selain

dan

penyakit

stunting saat usia 12 bulan

pertumbuhan dan perkembangan cenderung
lambat

mencegah

pertumbuhan

24

bulan

berdasarkan

badan normal. Salah

penelitian Martika Esty Wulandary (2012)

satunya adalah status gizi pendek atau

menunjukkan balita dengan riwayat BBLR

stunting. Stunting merupakan masalah kurang

memliki suspect terjadinya keterlamabatan

gizi kronis yang disebabkan oleh asupan

perkembangan

gizi yang kurang

dibandingkan balita normal, dan suspect

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

motorik

halus

27,6

kali

47

mengalami

keterlambatan

perkembangan

Padamara Kabupaten Purbalingga, bulan

motorik kasar sebesar 8,18 kali lebih besar

Mei-Juli 2017.

dibandingkan balita normal.

deskriptif

Selama 3

tahun terakhir (2012-

Desain

penelitian
dengan

komparatif

pendekatan cr oss sect iona l . T e k nik s

2014) Puskesmas Padamara mengalami

a mp ling

me ngguna k a n

quota s

peningkatan jumlah BBLR. Pada tahun

a mpling .

J umla h s ampel

60 balita

2012 sebesar 4,03%, meningkat menjadi

usia 12-59 bulan terdiri dari 30 balita

6,2%

tahun 2013 dan sedikit

dengan

riwayat

BBLR

dan 30 balita

menurun menjadi 3,4%. Berdasar data

dengan

berat

lahir

normal.Teknik

surveilans

sampling

quota sampling dengan teknik

pada

gizi

Kabupaten

proporsi kejadian
tertinggi

(Dinkes

Tujuan

dalam

untuk
gizi

status

gizi pendek

matching

berdasar

dan

jenis

kelamin. Data yang dikumpulkan berupa

ini

adalah

data

perbedaan

status

penelitian

dengan

perkembangan

primer.

score,

untuk

menggunakan

balita

univariat

riwayat

berat

lahir

Responden

diukur

tinggi

badan menggunakan microtoase dan z-

balita antara balita riwayat BBLR dan
dengan

umur

2015).

Purbalingga,

mengetahui
stunting

memiliki

mendeteksi perkembangan
Denver

dengan

II.

Analisis

distribusi

frekuensi,

normal.

analisis bivariat menggunakan chi square

METODE

dan uji alternatif kolmogorof smirnov .

Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas

Penyajian data dalam bentuk tabel.

HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Stunting dan perkembangan pada balita riwayat BBLR dan
balita riwayat lahir normal di wilayah Puskesmas Padamara Kabupaten Purbalingga
S tatus Gizi balita riwayat BBLR
Pendek
Normal
Total
S tatus Gizi balita riwayat berat lahir normal
Pendek
Normal
Total
Perk embangan balita riwayat BBLR
Sus pek
Normal
Tidak dapat diuji
Total
Perk embangan balita riwayat berat lahir normal
Sus pek
Normal
Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

f
17
13
30
f
10
20
30
f
3
27
0
30
f
1
28

%
56,7
43,3
100
%
33,3
66,7
100
%
10
90
0
100
%
3,3
93,3
48

Tidak dapat diuji
Total

3,3
100

1
30

Analisis Bivariat
Tabel 2 Perbedaan status gizi antara balita riwayat BBLR dengan balita riwayat berat lahir
normal di wilayah Puskesmas Padamara Kabupaten Purbalingga
Riwayat
Lahir

Status Gizi

Jumlah

Normal
f
13
20

BBLR
Normal

p value

Pendek
%
43,3
66,6

f
17
10

%
56,6
33,3

F
30
30

%
100%
100%

0,069

Tabel 3 Perbedaan perkembangan antara balita riwayat BBLR dengan balita riwayat berat
lahir normal di wilaya h Puskesmas Padamara Kabupaten Purbalingga
Riwayat
Lahir

Perkembangan
Sus pek

Normal
f
27
28

BBLR
Normal

%
90
93,3

f
3
1

Jumlah
Tidak dapat
diuji
f
%
0
0
1
3,3

%
10
3,3

juga

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan balita
dengan

f
30
30

riwayat

BBLR

sebagian

besar

p value

%
100%
100%

1,000

mencerminkan

maternoplasenta
nutrien

untuk

dalam

kemampuan
memasok

cukup

mempertahankan kebutuhan

memiliki stunting yaitu 17 balita (56,7%).

proses tersebut. Kegagalan maternoplasenta

Penelitian

memasok

ini

hampir

serupa

dengan

kebutuhan

nutrien

janin

penelitian yang dilakukan oleh Ristanti di

mengakibatkan berbagai adaptasi fetal dan

Wonosobo

perubahan

yang

mendapatkan

bahwa

perkembangan

yang

dapat

BBLR memiliki hubungan yang signifikan

menimbulkan

terhadap kejadian stunting. (Antarini, 2014).

struktur serta metabolisme tubuh. Hal ini

BBLR

juga

merupakan

terjadinya

prediktor

stunting.

Penelitian

terkuat
oleh

perubahan

berdampak

permanen

terhadap

pada

pertumbuhan

tubuh selanjutnya (Ades, 2014).

Sirajudin tahun 2011 menyatakan bahwa

Dalam penelitian ini balita dengan

anak pendek 3 kali lebih besar terjadi pada

riwayat berat lahir normal sebagian besar

balita riwayat BBLR (Ades, 2014). Ukuran

memiliki tinggi tubuh normal yaitu 20 balita

tubuh

produk

(66,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan

sudah

penelitian Arifin (2012), diperoleh hasil uji

proses

saat

lahir

pertumbuhan

mencerminkan
janin

yang

disetel pada awal perkembangannya dan

statistik

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

p

value = 0,015,

disimpulkan

49

terdapat hubungan antara berat badan saat

lipat untuk masalah keterlambatan motorik

lahir

halus.

dengan

analisis

kejadian

stunting.

Hasil

nilai

OR=2,3

(CI

artinya

bahwa

diperoleh

95%;1,17-4,711),

balita

BBLR

tanda-tanda
reflex,

rentan

terhadap

neurologis,

karena

abnormal

koordinasi

dan

komplikasi neonatal yang

dengan berat badan lahir rendah mempunyai

menyebabkan perkembangan defisit motor

risiko 2,3 kali lebih besar terkena stunting

dan penundaan pada anak yang menunjukkan

dibandingkan balita dengan berat lahir normal.

gangguan motorik yang akan mempengaruhi

Hal ini dapat disimpulkan bahwa, balita yang

fungsi tangan dan kinerja sekolah mereka

memiliki riwayat

(Iman, 2016).

memiliki

tinggi

lahir

normal cenderung

badan

yang normal sesuai

Terdapat beberapa faktor eksternal
yang

ukurannya.
Bayi yang lahir dengan berat lahir

mempengaruhi

antara

lain

perkembangan anak,

lingkungan

pengasuhan

normal, tak lepas dari gizi ibu saat hamil.

stimulasi.Soetjiningsih

Gizi ibu hamil merupakan faktor prenatal

bahwa anak yang diasuh oleh orangtua akan

yang

menciptakan

dapat

mempengaruhi perkembangan

(2012)

dan

interaksi

antara

dan

orangtua

menyebabkan kelahiran bayi dengan berat

keakraban dalam keluarga. Kemudian dari

normal. Asupan energi dan protein yang

keakraban

tersebut

tidak

memberikan

stimulasi yang optimal agar

pada

saat

kehamilan

dapat

anak

anak. Ibu hamil dengan gizi yang baik dapat

mencukupi

sehingga

menyatakan

orang

membangun

tua

dapat

menyebabkan KEK. Ibu hamil dengan KEK

perkembangan anak menjadi lebih baik dan

berisiko

maksimal.

melahirkan

Bayi

Berat

Lahir

Faktor

eksternal

memungkinkan

BBLR dan stunting akan membawa risiko

BBLR sebagian besar memiliki perkembangan

kematian,

normal.

pertumbuhan

dan

Dalam penelitian ini balita dengan
BBLR

riwayat

Dalam penelitian ini terdapat 3 balita

perkembangan anak.
riwayat

dengan

yang

Rendah (BBLR), bayi pendek (stunting).

gangguan

balita

ini

sebagian

besar

memiliki

(10%)

yang

perkembangan.

mengalami

suspek

Keterlambatan

dalam

ditemukan

balita

hampir dalam semua aspek baik bahasa,

(90%), suspek sejumlah 3 balita (10%).

personal sosial, motorik halus dan motorik

Hasil

dengan

kasar. Ketiga balita tersebut lahir prematur

penelitian dari Iman (2016), dimana dalam

dan pada saat tumbuh mengalami kecacatan

penelitiannya

dengan

fisik.

Satu balita mengalami tuna rungu,

riwayat BBLR mempunyai risiko 5 kali

satu

balita mengalami kelumpuhan,

perkembangan

normal

penelitian

ini

yaitu

27

berbeda

menyatakan

anak

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

satu
50

telinga.

terdekat dengan anak, pengganti/pengasuh

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa

anak, anggota keluarga lain dan kelompok

kekurangan

masyarakat

balita

hanya

kehamilan

memiliki

gizi

1

daun

berat

dapat

dalam

masa

menimbulkan

kelainan

di lingkungan rumah tangga

masing-masing

dan

dalam

kongenital. Frekuensi kelainan pada bayi

sehari-hari.

yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan

diberikan berbagai cara, seperti mengajak

zat

anak

gizi

tertentu

lebih

tinggi

bila

Pemberian

kehidupan

bermain,

stimulasi

bernyanyi,

ini bisa

bervariasi,

dibandingan dengan bayi-bayi yang lahir

menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada

dari ibu yang status gizinya baik.

hukuman,

Untuk
lahir

balita dengan riwayat berat

normal

sebagian

perkembangan

besar

normal

yaitu

memiliki
28

balita

(93,3%). Hal ini sesuai teori bahwa tumbuh

menggunakan

alat

bantu/permainan yang sederhana dan aman.
Kurangnya

stimulasi

penyimpangan

dapat

tumbuh

menyebabkan

kembang

anak

bahkan gangguan menetap.

kembang anak dipengaruhi oleh berbagai

Selain itu, ditemukan 1 balita yang

faktor antara lain seperti stimulasi orangtua,

tidak dapat diuji (3,3%). Menurut Denver II

nutrisi.

anak yang tidak dapat diuji disebabkan anak

Nutrisi

dan

stimulasi

orangtua

menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam

menolak

keberlangsungan

perkembangan,

proses

tumbuh kembang

(M)

melakukan
bukan

tugas

oleh

karena

kegagalan (G). Hal ini bisa terjadi karena

anak.
Anak
nutrisi

yang mendapatkan kebutuhan

yang

cukup

dan

stimulasi

yang

anak

malu,

pemeriksaan.

takut, kelelahan, sakit saat
Jika

hasil

ini

didapat,

terarah dari orangtua akan memiliki tumbuh

dilakukan

uji ulang dalam 1-2

kembang yang optimal (Ades, 2014). Namun

mendatang.

demikian masih ada anak dengan riwayat berat

karena keterbatasan waktu tidak dilakukan

lahir normal yang perkembangannya suspek

kunjungan ulang kedua.

Namun

minggu

dalam penelitian ini,

sebesar 1 balita (3,3%), balita mengalami

Berdasar hasil analisis diperoleh nilai

keterlambatan perkembangan, hal ini mungkin

p=0,069, artinya tidak ada perbedaan status

disebabkan oleh

yang

gizi stunting antara balita dengan riwayat

pemberian

BBLR dengan balita dengan riwayat berat

yang kurang baik. Menurut Depkes

lahir normal. Hasil penelitian ini berbeda

faktor

mempengaruhi diantaranya
stimulasi

(2006) stimulasi

tumbuh

dilakukan oleh

ibu

merupakan orang

dan

lain

kembang

anak

dengan

ayah

yang

Arifin

penelitian
(2012),yang

yang

dilakukan

menyatakan

oleh
bahwa

balita dengan berat badan lahir rendah

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

51

mempunyai

risiko

2,3

kali lebih besar

dalam

Andriani

dan

kartika

bahwa

ada

(2011),

terkena stunting dibandingkan balita dengan

menunjukkan

hubungan

berat lahir normal.

pemberian MP-ASI dengan status gizi pada
memengaruhi

bayi usia 6-12 bulan. Sebagian besar bayi

timbulnya kejadian stunting antara lain, riwayat

yang diberi MP-ASI sesuai dengan umur,

berat

jenis dan jumlah pemberiannya maka bayi

Banyak

faktor

badan lahir,

yang

riwayat pemberian ASI

Eksklusif, pola pengasuhan, riwayat
infeksi,

persediaan pangan, pengetahuan ibu,

pelayanan kesehatan,
sosial

penyakit

ekonomi.

sosial

Jadi

merupakan prediktor

terjadinya

Arifin

gizi
(2012),

baik.

Adapun

hasil

uji

penelitian

statistik

p

dan

value=0,0001 dan OR=3,7 (CI 95%; 1,740-

BBLR

7,940), artinya balita dengan ASI tidak

stunting,

eksklusif mempunyai resiko 3,7 kali lebih

budaya

walaupun,

berstatus

mungkin karena faktor-faktor lain berperan

besar

terkena stunting dibanding dengan

dalam proses pertumbuhan balita, sehingga

balita dengan ASI Eksklusif.

dalam penelitian ini tidak ditemukan ada

Pengasuhan anak adalah praktek yang

perbedaan status gizi stunting antara balita

dijalankan oleh orang yang lebih dewasa

dengan riwayat BBLR dengan balita dengan

terhadap anak yang dihubungkan dengan

riwayat berat lahir normal. Namun dalam

pemenuhan kebutuhan gizi. Perawatan dasar

penelitian ini peneliti tidak meneliti faktor-

anak,

faktor kejadian stunting.

sanitasi

Pemberian ASI dan MP-ASI tepat

tempat

tinggal/rumah

lingkungan,

sandang,

higiene

kesegaran

yang

layak,

perorangan,

jasmani.

Pola

akan memperkecil resiko

pengasuhan anak memengaruhi pertumbuhan

terjadinya stunting. Umur anak 6 bulan

dan perkembangan anak karena anak yang

merupakan

mendapat perhatian lebih baik

sesuai usianya

titik

awal timbulnya masalah

secara

fisik

gizi, hal ini disebabkan karena pada usia 6

maupun

bulan kandungan zat gizi ASI sudah mulai

baik

dibandingkan dengan teman sebayanya

berkurang, sedangkan pemberian MP-ASI

yang

kurang

tidak mencukupi. Pertumbuhan setelah usia

(Soetjiningsih,

6 bulan lebih dipengaruhi oleh pola asuh

penyakit infeksi merupakan faktor langsung

makan ibu yang baik dalam pemberian ASI

penyebab terjadinya kurang gizi. Timbulnya

Eksklusif,

kejadian kurang gizi tidak hanya karena

MP-ASI

maupun

perawatan

mendapat

Kusumaningsih

(2012)

perhatian

2012). Selain asupan pangan,

konsumsi makanan

kesehatan.
Penelitian

emosional keadaan gizinya lebih

terdapat juga penyakit

yang

kurang
infeksi

namun
yang

menyertainya.

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

52

Interaksi

infeksi

dan

gizi

dalam

tubuh

kebutuhan kesehatannya antara lain, pelayanan

seorang anak dikemukakan sebagai suatu

imunisasi,

peristiwa

terjadinya

pertumbuhan, morbiditas dan mortalitas anak.

infeksi, status gizi akan menurun dnegan

Dalam penelitian Kartika (2010), menyatakan

menurunnya status gizi, maka anak akan

posyandu

resisten terhadap penyakit.

memanfaatkan sumber daya masyarakat dan

sinergistik;

selama

perawatan

berkaitan

merupakan

dengan

sarana

yang

berpengaruh

dikelola oleh masyarakat dengan kegiatan 5

terhadap status gizi naknya. Jika ibu memili

program pokok prioritas mencakup KB, KIA,

pengetahuan yang baik, maka ibu akan

gizi, imunisasi dan penanggulangan diare.

Pengetahuan

menyiapkan

nutrisi

kebutuhan

gizi,

diperlukan

anak.

tersebut

ibu

sesuai

jenis

dan

jumlah yang

Sebaliknya

pengetahuannya

Sosial buadaya dalam hal pangan

dengan

jika

kurang

ibu
maka

adalah

fungsi pangan

dalam masyarakat

yang berkembang sesuai dengan keadaan
lingkungan,

agama,

adat,

kebiasaan dan

dalam menyediakan makan untuk anaknya

pendidikan masyarakat

cenderung

berpengaruh pada pola makan, tabu atau

asal,

bahkan

cenderung

pantangan,

menyiapkan makanan siap saji dan praktis.

gaya

tersebut.

hidup,

gengsi

Hal ini

dalam

Persediaan pangan dalam keluarga

mengkonsumsi jenis bahan makanan tertentu.

adalah kemampuan keluarga untuk memenihi

Apabila keadaan tersebut berlangsung lama,

kebutuhan

maka mungkin berakibat timbulnya

pangan

bagi

seluruh

anggota

keluarga yang cukup baik jumlah maupun zat

masalah

gizi.

Penelitian Ali et.al

Sosial ekonomi dapat dilihat antara

(2013), menyebutkan stunting dan underweight

lain dari pendidikan, pengetahuan, kepemilikan

secara signifikan lebih tinggi pada keadaan

dan pendapatan. Pendapatan merupakan faktor

ketersediaan pangan di rumah tangga yang

yang paling penting menentukan

sangat kurang yang terjadi di Bangladesh

dan

(stunting;

dan

gizi

pangan

tersebut.

OR=1.36; underweight OR=1.28).

Sedangkan untuk ketersediaan
rumah

tangga dengan

terdapat

pangan

keadaan

di

kurang,

di Vietnam (stunting OR=1,39;

underweight OR=1.69).
Pelayanan kesehatan dibutuhkan oleh
masyarakat untuk

membantu memperoleh

kuantitas makanan, antara pendapatan
gizi

sangat erat

kaitannya

pemenuhan makanan kebutuhan
keluarga,

makin

semakin

dalam
hidup

tinggi daya beli keluarga

makin banyak makanan yang
dan

kualitas

baik

dikonsumsi

pula kualitas makanan

yang dikonsumsi. Hasil penelitian

Arifin

(2012), p value=0,007,

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

53

maka dapat disimpulkan terdapat hubungan

kelahiran

dengan

vakum ekstraksi atau

antara pendapatan keluarga dengan kejadian

forceps

dapat

menyebabkan

stunting.

kepaladan

Hasil

analisis

diperoleh

niali

berisiko

terjadinya

trauma
kerusakan

OR=2,8 (CI 95%; 1,315-5,996), artinya

jaringan otak, sehingga dapat menimbulkan

bahwa balita dengan pendapatan keluarga

gangguan

rendah mempunyai risiko 2,8 kali lebih

selanjutnya.

besar

lingkungan pengasuhan, posisi anak dalam

terkena

stunting

dibanding

balita

pada

tahap

Faktor

perkembangan

pascanatal

yaitu

keluarga dan stimulasi.. Menurut Hidayat

dengan pendapatan keluarga tinggi.
Hasil analisis selanjutnya diperoleh

(2008), anak pertama memiliki intelektual

hasil tidak ada perbedaan perkembangan

lebih menonjol dan cepat berkembang karena

antara balita dengan riwayat BBLR dengan

sering berinteraksi dengan orang dewasa,

balita dengan riwayat berat lahir normal

sehingga kesempatan mendapatkan stimulasi

(p=1,000).

perkembangan lebih banyak dan hal tersebut

Hasil

penelitian

ini

berbeda

dengan hasil penelitian dari Iman (2016),

akan

dimana

perkembangan anak.

anak

dalam

penelitiannya

menyatakan

Lingkungan

dengan riwayat BBLR mempunyai

risiko

5

kali

lipat

untuk

masalah

teori,

pengaruh

terhadap

pengasuhan

menurut

Soetjiningsih (2012) merupakan faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak. Anak

keterlambatan motorik halus.
Menurut

memberikan

faktor

yang

yang

diasuh

oleh

menciptakan

saat prenatal, faktor natal dan faktor pasca

orangtua

natal. Dalam penelitian ini perkembangan

keakraban dalam keluarga. Kemudian dari

balita dilihat dari faktor prenatal saja, yaitu

interaksi

riwayat kelahiran BBLR atau normal, tidak

kedekatan

hubungan

meneliti

orangtua,

sehingga

saat

kelahiran/natal

dan

sehingga

antara
dapat

tersebut

akan
antara

anak

akan

mempengaruhi perkembangan anak dimulai

faktor

interaksi

orangtua

dan

membangun

menimbulkan
anak

orangtua

dan
dapat

faktor pascanatal. Penulis menduga, tidak

memberikan stimulasi yang maksimal agar

ada perbedaan perkembangan antara balita

perkembanagn anak lebih baik dan optimal

dengan riwayat BBLR dengan balita dengan

(Gladys, 2011).

riwayat berat lahir normal karena faktor

KESIMPULAN

natal dan pascanatal. Namun kedua faktor

Tidak

tersebut tidak diteliti dalam penelitian ini.
Faktor natal/kelahiran yaitu riwayat
kelahiran

atau

cara

persalinan.

Riwayat

ada

perbedaan

status

gizi

stunting antara balita dengan riwayat BBLR
dengan balita dengan riwayat berat lahir
normal (p value =0,069, α=0,05). Tidak ada

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

54

perbedaan
dengan

perkembangan

riwayat

BBLR

antara

balita

dengan

balita

dengan riwayat berat lahir normal (p value
=1,000, α=0,05). Penulis menduga mungkin
karena ada faktor-faktor lain yang berperan
selama

proses

pertumbuhan

dan

perkembangan setelah balita tersebut lahir.

Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah
Untuk
Bidan
dan
Perawat.
Departemen Kesehatan RI:Jakarta

Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.2010.Modul Manajemen
Bayi Berat Lahir Rendah Untuk
Bidan dan Perawat . Departemen
Kesehatan RI: Jakarta
Esty

Namun faktor tersebut tidak diteliti dalam
penelitian ini. Oleh karena itu disarankan
kepada tenaga kesehatan untuk memberikan
pelatihan

kepada

ibu

balita

tentang

stimulasi perkembangan anak dan pola asuh
makan sehingga walapun balita lahir BBLR
bisa

dikejar

tumbuh

(catch

up)

kembangnya.

ketertinggalan

Kepada

peneliti

selanjutnya
faktor-faktor perlu
yang

dilakukan penelitian
mempengaruhi
status

gizi

perkembangan

stunting

dan

anak

Wulandary,
Martika.
2012.
Hubungan
BBLR
Terhadap
keterlambatan
Perkembangan
Motorik Anak Usia Balita . Karya
Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakara.

El Taquri A, et al.2008.Risk Factors for
stunting among under-fives in Libya,
Public Health Nutrition: 12(8); 11411149
Gunawan, gladys, et.al.”Hubungan Status
Gizi dan Perkembangan Anak usia 12 tahun”.Sari Pediatri.Vol.13,No.2
Ag ustus (2011):142-146

dengan riwayat BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lia,2011. “Faktor Risiko Kejadian
BBLR di RSU Dr. MM Dunda
Limboto
Kabupaten
Gorontalo,”Jurnal Sainstek Volume 6
Nomor 3; 249-260
Departemen
Kesehatan
RI,2012.,
Peraturan
tentang
MPASI.http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/05/SKMPASI.pdf.(diperoleh tanggal 26 Mei
2016)
Dinas

Kesehatan
Kabupaten
Purbalingga.2014.Profil
Kesehatan
Kabupaten
Purbalingga . Dinkes
Purbalingga: Purbalingga.

Direktorat
Jenderal
Masyarakat.2010.

Idriansari, Antarini. "Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Pertumbuhan
dan
Perkembangan Anak
Usia
Toddler (1-3 Tahun) dengan Riwayat
Bayi Berat Lahir Rendah." Jurnal
Kesehatan Masyarakat 5.1 (2014):
63-70.
Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar . Jakarta
: Kemenkes RI, 2010.
Kementerian Kesehatan RI.2013. Riset
Kesehatan
Dasar
2013.
http://depkes.go.id/downloads/riskesd
as2013/Hasil%20Riskesdas%202013.
pdf (diperoleh tanggal 10 April 2016)

Bina Kesehatan
Buku
Acuan

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

55

Badan Lahir Rendah (BBLR) di
Indonesia (Analisis Data Riskesdas
2007-2010).”Jurnal
Ekologi
Kesehatan 12.3 Sep (2013): 195-205

Pantiawati, I. 2010 Asuhan Bayi Dengan
Berat Badan Lahir Rendah . Nuha
Medika,Yogyakarta,2010
Proverawati, Atika. Sulistyowati, Cahya
Ismawati. Asuhan Pada Bayi Berat
Lahir
Rendah.Nuha
Medika,
Yogyakarta, 2010
Puskesmas Padamara. Profil Puskesmas
Padamara Kabupaten Purbalingga .
Purbalingga : 2014
Nasution, Darwin.2014. Hubungan Berat
Lahir
Rendah
(BBLR)
dengan
kejadian stunting pada anak usia 6-24
bulan di Kota Yogyakarta. Tesis
Program Pasca
Sarjana
akultas
Kedokteran UGM:Yogyakarta
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan .
PT
Rineka
Cipta,Jakarta,2010
Rahayu, Leni Sri, Mira Sofyaningsih, and
Muhammadiyah Prof Dr HAMKA.
"Pengaruh BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) dan pemberian ASI eksklusif
terhadap perubahan status stunting
pada balita di Kota dan Kabupaten
Tangerang
Provinsi
Banten." Prosiding Seminar Nasional
Peran Masyarakat dalam Pencapaian
MDG ’s di Indonesia . 2011.

Saputra, Maulan.2012.Hubungan Antara
Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Dengan Status Gizi Pada
Anak
Balita
Di
Kelurahan
Pringgokusuman,
Kecamatan
Gedongtengen, Kota Yogyakarta .
Diss.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Santi,
Ades,”Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan anak usia toddles (1-3
tahun) dengan riwayat bayi berat lahir
rendah”.Jurnal
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat.Vol.5,No.1
Maret
(2014):63-70
Soetjiningsih.Tumbuh
Kembang
Jakarta : EGC, 2012
Sofia,

Anak .

Hana.2012.“
Faktor
Risiko
Kejadian Stunting pada Anak Usia
12-36 bulan di Kecamatan Pati,
Kabupaten Pati”. Eprint jurnal
undip.ac.id

Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif. CV Alfabeta, Bandung,
2009

Rosha, B,”Determinan Status Gizi Pendek
Anak Balita Dengan Riwayat Berat

Jurnal Kes ehatan Al Irs yad (JKA ).Vo l.X.No.2, September 2017

56