PPT ASURANSI KONVENSIONAL DAN ASURANSI S
Asuransi Syariah
Kelompok 5 Oleh :
Edo Amrizo Jasra
Mirmansyah
Reni Ariyanti
Surya Bakti
Winda Utari
Yusuf Satrio Bimo
1. Pengertian Asuransi Secara
Umum
• Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia berasal
dari kata Belanda assurantie yang kemudian menjadi “asuransi”
dalam bahasa Indonesia. Namun istilah assurantie bukanlah
berasal dari bahasa Belanda, tetapi berasal dari bahasa Latin,
yaitu assecure yang berarti “meyakinkan orang”. Sedangkan
assurance berarti menanggung sesuatu yang akan terjadi
• Asuransi dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha
perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tettanggung karena kerugian ,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan
diderita penanggung.
2. Pengertian Asuransi Syariah
Menurut Dewan Syariah Nasional pada tahun 2001 telah
mengeluarkan fatwa tentang asuransi syariah. Dalam fatwa
DSN/No.21/ DSN/MUI/X/21, disebutkan bahwa asuransi
syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
perikatan yang sesuai dengan syariah
3. Sejarah Berdirinya Asuransi
• Sejarah Asuransi bermula sejak lebih dari seratus tahun yang
lalu, yaitu semenjak masa penjajahan Belanda. Pada masa
itu pemerintah kolonial Belanda memang melakukan
penanaman perkebunan besar-besaran di Indonesia dan
sekaligus melakukan bisnis perdagangan.
• Sukses mendirikan asuransi pertama bernama De
Nederlanden Van 1845, sistem proteksi keuangan ini pun
akhirnya diterapkan di Indonesia. Adapun perusahaan
asuransi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Belanda
bernama Bataviasche Zee End Brand Asrantie Maatschappij
yang berbasis pada sektor asuransi kerugian akibat adanya
kebakaran dan juga kerugian yang mungkin ditimbulkan
akibat
adanya
permasalahan
saat
pengangkutan
(transportasi).
4. Sejarah Ansuransi Syariah
Sejarah terbentuknya Auransi Syariah dimulai sejak
tahun 1979 ketika sebuah perusahaan asuransi di Sudan,
yaitu Sudanese Islamic Insurance pertama kali
memperkenalkan asuransi syariah. Kemudian pada tahun
yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni
Emirat Arab juga memperkenalkan asuransi syariah di
wilayah Arab.
5. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Dalam hukum positif yang menjadi dasar hukum
dalam asuransi syariah adalah UU No. 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian yang masih bersifat global.
Sedangkan, dalam menjalankan usahanya secara syariah,
perusahaan asuransi dan reasuransi syariah menggunakan
pedoman fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001
tentang pedoman umum asuransi syariah. oleh karena
fatwa DSN tersebut tidak memiliki kekuatan hukum
maka dibentauk peraturan perundangan oleh pemerintah
yang berkaitan dengan asuransi syariah.
6. Pendapat Ulama Tentang Asuransi Syariah
A. Pendapat Ulama Yang Mengharamkan.
Yusuf al-Qardlawi dan Isa ‘Abduh. Menurut mereka, bahwa pada
asuransi yang ada pada sekarang ini terdapat unsur-unsur yang
diharamkan seperti judi, karena ketergantungan akan mengharapkan
sejumlah harta tertentu seperti halnya dalam judi. Dan juga
mengandung ketidak jelasan dan ketidak pastian (jahalat dan ghoror)
dan riba.
B. Pendapat yang Membolehkan.
Musthofa Ahmad Zarqo dan Muhammad Al-Bahi. Pendapat ini dapat
dijelaskan pada uraian berikut ini :
Bahwa asuransi tidak terdapat nash al-Qur’an atau hadits yang
melarang asuransi. Oleh karena itu, selama perbuatan tersebut tidak
digariskan kehalalan dan keharaman yang ada di kedua sumber
tersebut, sah untuk dilakukan
8. Ketentuan Operasi secara
Syariah
•
•
•
•
•
•
•
•
Dalam menjalankan operasinya, asuransi berpegang
pada ketentuan-ketentuan berikut:
1.Akad
a.Kejelasan akal dalam praktik muamalah merupakan
prinsip karena menentukan sah atau tidaknya secara
syariah
b.Syarat dalam transaksi jual beli adalah penjualan,
pembeli terdapatnya harga, dan barang yang
diperjualbelikan.
c.Akad jual beli pada asuransi biasa tidak jelas
(gharar), yaitu berapa besar yang akan dibayarkan
atau diterima pemegang polis
2.Gharar
3.Tabarru’
4.Maysir
5.Riba
9. Prinsip – prinsip Asuransi
Syariah
1. Prinsip saling membantu dan bekerjasama
2. Prinsip melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan
seperti membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam
transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
3. Prinsip saling bertanggung jawab ( Al-aqila)
4. Menghindari unsur gharar (unsur ketidakpastian tentang sumber
dana yand digunakan untuk menutupi klaim dan hak pemegang
polis), masyir (unsur perjudian), riba, zhulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram dan maksiat sehingga pihak-pihak
yang terikat akad saling bertanggung jawab.
5. Investasi atas dana yang terkumpul dari kliennya yang dikelola oleh
perusahaan asuransi syariah harus dilakukan sesuai ketentuan
asuransi syariah
6. perusahaan asuransi harus memiliki banyak pihak tertanggung
sehingga risiko dapat didistribusikan.
7. perusahaan asuransi harus dapat mengukur probabilitas munculnya
suatu kejadian.
10. Perbedaan Asuransi Konvensional Dan Asuransi
Syariah
• Asuransi syari'ah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
betugas mengawasi produk yang dipasarkan dan pengelolaan
investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini tidak ditemukan
dalam asuransi konvensional.
• Akad yang dilaksanakan pada asuransi syari'ah berdasarkan tolong
menolong. Sedangkan asuransi konvensional berdasarkan jual beli
• Investasi dana pada asuransi syari'ah berdasarkan bagi hasil
(mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional memakai
bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya
• Kepemilikan dana pada asuransi syari'ah merupakan hak peserta.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.
Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah
(premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas
menentukan alokasi investasinya.
Lanjutan....
• Dalam mekanismenya, asuransi syari'ah tidak mengenal dana
hangus seperti yang terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada
masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi
dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka
dana yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana
kecil yang telah diniatkan untuk tabarru'.
• Pembayaran klaim pada asuransi syari'ah diambil dari dana tabarru'
(dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan
bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong
menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada
asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening
dana perusahaan.
• Pembagian keuntungan pada asuransi syari'ah dibagi antara
perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi
yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi konvensional
seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan
12. Kendala Pengembangan Asuransi
Syariah
• Minimya modal
• Kurangnya SDM yang professional
• Ketidaktahuan Masyarakat Terhadap Produk
Asuransi Syariah
• Dukungan Pemerintah Belum Memadai
• Image
14. Strategi Pengembangan Asuransi Secara Syariah
• Untuk Memasyarakatkan dan Meningkatkan Asuransi syariah maka
LKS harus mengembangkan teknologi informasi yang terdepan,
serta meningkatkan promosi dan sosialisasi di segala lapisan
masyarakat. Menurutnya, semua pihak harus bekerja keras untuk
memperkenalkan sistem asuransi syariah di Indonesia agar
masyarakat mengetahui ada solusi dalam pengelolaan risiko secara
Islami.
• Pemerintah Juga harus lebih mendukung Asuransi Syariah, para
ekonom yang ada di kabinet saat ini sebaiknya meninggalkan sistem
ekonomi kapitalis dan mengikuti aturan main kapitalis, sehingga bisa
keluar dari krisis. Penerapan syariah yang makin meluas dari industri
keuangan dan permodalan membutuhkan regulasi yang tidak saling
bertentangan atau tumpang tindih dengan aturan sistem ekonomi
konvensional. Para pelaku ekonomi syariah sangat mengharapkan
regulasi untuk sistem ekonomi syariah ini bisa memudahkan mereka
untuk berekspansi bukan malah membatasi. Saat ini, peraturan
tentang permodalan masih menjadi kendala perbankan syariah untuk
melakukan penetrasi dan ekpansi pasar.
15. Isu – Isu Terbaru Mengenai Asuransi
• Pemerintah Diminta Bentuk BUMN Asuransi Syariah
Assosiasi Asuransi Syariah Indonesia(AASI) meminta
pemerintah membentuk perusahaan Badan Usaha Milik
Negara(BUMN) yang bergerak dalam pengelolaan
layanan asuransi syariah.
Ketua AASI, Adi Pramana mengatakan, saat ini belum ada
lembaga keuangan syariah yang dimiliki pemerintah.
Kalaupun ada, unit syariah atau lembaga keuangan
syariah. Merupakan anak perusahaan dari BUMN.
(13/10/2015)
16. Pengertian Produk Asuransi
• Produk asuransi adalah suatu produk yang ditawarkan
oleh penanggung dan diterima serta dipilih oleh
tertanggung, dimana produk tersebut berisi objek-objek
dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan
manusia, tanggung jawab hukum serta semua
kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan
atau berkurang.
17. Produk Takaful
Individu
1. Produk-Produk Tabungan
Produk-produk individu ada unsur tabungan,artinya suatu
produk yang diperuntukan untuk perorangan dan dibuat
secara khusus, didalamnya terdapat unsur tabarru’ juga
terdapat unsur tabungan yang dapat diambil kapan saja
oleh pemiliknya.
Beberapa contoh produk individu yang
mengandung unsur tabungan (saving) adalah
sebagai berikut :
•
•
•
•
Takaful dana investasi
Takaful dana siswa
Takaful Dana Haji
Takaful dana jabatan
Lanjutan..........
• 2 . Produk-produk non tabungan
Produk individu non tabungan adalah produkproduk syariah yang sifatnya individu dan didalam
struktur produknya tidak terdapat unsur tabungan,
atau semuanya bersifat tabarru’ dana tolongmenolong.
contoh produk non saving adalah sebagai berikut :
• Takaful kesehatan individu
• Takaful kecelakaan diri individu
• Takaful al-khairat individu.
Lanjutan......
• 3 . Produk Takaful Grup
Yaitu produk yang didesain untuk jumlah peserta yang
lebih banyak dan dalam struktur produknya ada yang
mengandung unsur
tabungan dan ada yang tidak
mengandung unsur tabungan.
contoh produk-produknya adalah :
• Takaful al-khairat + tabungan haji
• Takaful kecelakaan siswa
• Takaful wisata dan perjalanan
• Takaful kecelakaan dri individu kumpulan
• Takaful Majelis Taklim
• Takaful Pembiyaan
Lanjutan............
• 4 . Produk Takaful Umum
• Takaful kebakaran
• Takaful kendaraan bermotor
• Takaful rekayasa
• Takaful pengangkutan
• Takaful rangka kapal
• Asuransi takaful aneka
Sekian dan
Terima kasih
Kelompok 5 Oleh :
Edo Amrizo Jasra
Mirmansyah
Reni Ariyanti
Surya Bakti
Winda Utari
Yusuf Satrio Bimo
1. Pengertian Asuransi Secara
Umum
• Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia berasal
dari kata Belanda assurantie yang kemudian menjadi “asuransi”
dalam bahasa Indonesia. Namun istilah assurantie bukanlah
berasal dari bahasa Belanda, tetapi berasal dari bahasa Latin,
yaitu assecure yang berarti “meyakinkan orang”. Sedangkan
assurance berarti menanggung sesuatu yang akan terjadi
• Asuransi dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha
perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tettanggung karena kerugian ,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan
diderita penanggung.
2. Pengertian Asuransi Syariah
Menurut Dewan Syariah Nasional pada tahun 2001 telah
mengeluarkan fatwa tentang asuransi syariah. Dalam fatwa
DSN/No.21/ DSN/MUI/X/21, disebutkan bahwa asuransi
syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
perikatan yang sesuai dengan syariah
3. Sejarah Berdirinya Asuransi
• Sejarah Asuransi bermula sejak lebih dari seratus tahun yang
lalu, yaitu semenjak masa penjajahan Belanda. Pada masa
itu pemerintah kolonial Belanda memang melakukan
penanaman perkebunan besar-besaran di Indonesia dan
sekaligus melakukan bisnis perdagangan.
• Sukses mendirikan asuransi pertama bernama De
Nederlanden Van 1845, sistem proteksi keuangan ini pun
akhirnya diterapkan di Indonesia. Adapun perusahaan
asuransi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Belanda
bernama Bataviasche Zee End Brand Asrantie Maatschappij
yang berbasis pada sektor asuransi kerugian akibat adanya
kebakaran dan juga kerugian yang mungkin ditimbulkan
akibat
adanya
permasalahan
saat
pengangkutan
(transportasi).
4. Sejarah Ansuransi Syariah
Sejarah terbentuknya Auransi Syariah dimulai sejak
tahun 1979 ketika sebuah perusahaan asuransi di Sudan,
yaitu Sudanese Islamic Insurance pertama kali
memperkenalkan asuransi syariah. Kemudian pada tahun
yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni
Emirat Arab juga memperkenalkan asuransi syariah di
wilayah Arab.
5. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Dalam hukum positif yang menjadi dasar hukum
dalam asuransi syariah adalah UU No. 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian yang masih bersifat global.
Sedangkan, dalam menjalankan usahanya secara syariah,
perusahaan asuransi dan reasuransi syariah menggunakan
pedoman fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001
tentang pedoman umum asuransi syariah. oleh karena
fatwa DSN tersebut tidak memiliki kekuatan hukum
maka dibentauk peraturan perundangan oleh pemerintah
yang berkaitan dengan asuransi syariah.
6. Pendapat Ulama Tentang Asuransi Syariah
A. Pendapat Ulama Yang Mengharamkan.
Yusuf al-Qardlawi dan Isa ‘Abduh. Menurut mereka, bahwa pada
asuransi yang ada pada sekarang ini terdapat unsur-unsur yang
diharamkan seperti judi, karena ketergantungan akan mengharapkan
sejumlah harta tertentu seperti halnya dalam judi. Dan juga
mengandung ketidak jelasan dan ketidak pastian (jahalat dan ghoror)
dan riba.
B. Pendapat yang Membolehkan.
Musthofa Ahmad Zarqo dan Muhammad Al-Bahi. Pendapat ini dapat
dijelaskan pada uraian berikut ini :
Bahwa asuransi tidak terdapat nash al-Qur’an atau hadits yang
melarang asuransi. Oleh karena itu, selama perbuatan tersebut tidak
digariskan kehalalan dan keharaman yang ada di kedua sumber
tersebut, sah untuk dilakukan
8. Ketentuan Operasi secara
Syariah
•
•
•
•
•
•
•
•
Dalam menjalankan operasinya, asuransi berpegang
pada ketentuan-ketentuan berikut:
1.Akad
a.Kejelasan akal dalam praktik muamalah merupakan
prinsip karena menentukan sah atau tidaknya secara
syariah
b.Syarat dalam transaksi jual beli adalah penjualan,
pembeli terdapatnya harga, dan barang yang
diperjualbelikan.
c.Akad jual beli pada asuransi biasa tidak jelas
(gharar), yaitu berapa besar yang akan dibayarkan
atau diterima pemegang polis
2.Gharar
3.Tabarru’
4.Maysir
5.Riba
9. Prinsip – prinsip Asuransi
Syariah
1. Prinsip saling membantu dan bekerjasama
2. Prinsip melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan
seperti membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam
transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
3. Prinsip saling bertanggung jawab ( Al-aqila)
4. Menghindari unsur gharar (unsur ketidakpastian tentang sumber
dana yand digunakan untuk menutupi klaim dan hak pemegang
polis), masyir (unsur perjudian), riba, zhulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram dan maksiat sehingga pihak-pihak
yang terikat akad saling bertanggung jawab.
5. Investasi atas dana yang terkumpul dari kliennya yang dikelola oleh
perusahaan asuransi syariah harus dilakukan sesuai ketentuan
asuransi syariah
6. perusahaan asuransi harus memiliki banyak pihak tertanggung
sehingga risiko dapat didistribusikan.
7. perusahaan asuransi harus dapat mengukur probabilitas munculnya
suatu kejadian.
10. Perbedaan Asuransi Konvensional Dan Asuransi
Syariah
• Asuransi syari'ah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
betugas mengawasi produk yang dipasarkan dan pengelolaan
investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini tidak ditemukan
dalam asuransi konvensional.
• Akad yang dilaksanakan pada asuransi syari'ah berdasarkan tolong
menolong. Sedangkan asuransi konvensional berdasarkan jual beli
• Investasi dana pada asuransi syari'ah berdasarkan bagi hasil
(mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional memakai
bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya
• Kepemilikan dana pada asuransi syari'ah merupakan hak peserta.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.
Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah
(premi) menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas
menentukan alokasi investasinya.
Lanjutan....
• Dalam mekanismenya, asuransi syari'ah tidak mengenal dana
hangus seperti yang terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada
masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi
dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka
dana yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana
kecil yang telah diniatkan untuk tabarru'.
• Pembayaran klaim pada asuransi syari'ah diambil dari dana tabarru'
(dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan
bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong
menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada
asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening
dana perusahaan.
• Pembagian keuntungan pada asuransi syari'ah dibagi antara
perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi
yang telah ditentukan. Sedangkan pada asuransi konvensional
seluruh keuntungan menjadi hak milik perusahaan
12. Kendala Pengembangan Asuransi
Syariah
• Minimya modal
• Kurangnya SDM yang professional
• Ketidaktahuan Masyarakat Terhadap Produk
Asuransi Syariah
• Dukungan Pemerintah Belum Memadai
• Image
14. Strategi Pengembangan Asuransi Secara Syariah
• Untuk Memasyarakatkan dan Meningkatkan Asuransi syariah maka
LKS harus mengembangkan teknologi informasi yang terdepan,
serta meningkatkan promosi dan sosialisasi di segala lapisan
masyarakat. Menurutnya, semua pihak harus bekerja keras untuk
memperkenalkan sistem asuransi syariah di Indonesia agar
masyarakat mengetahui ada solusi dalam pengelolaan risiko secara
Islami.
• Pemerintah Juga harus lebih mendukung Asuransi Syariah, para
ekonom yang ada di kabinet saat ini sebaiknya meninggalkan sistem
ekonomi kapitalis dan mengikuti aturan main kapitalis, sehingga bisa
keluar dari krisis. Penerapan syariah yang makin meluas dari industri
keuangan dan permodalan membutuhkan regulasi yang tidak saling
bertentangan atau tumpang tindih dengan aturan sistem ekonomi
konvensional. Para pelaku ekonomi syariah sangat mengharapkan
regulasi untuk sistem ekonomi syariah ini bisa memudahkan mereka
untuk berekspansi bukan malah membatasi. Saat ini, peraturan
tentang permodalan masih menjadi kendala perbankan syariah untuk
melakukan penetrasi dan ekpansi pasar.
15. Isu – Isu Terbaru Mengenai Asuransi
• Pemerintah Diminta Bentuk BUMN Asuransi Syariah
Assosiasi Asuransi Syariah Indonesia(AASI) meminta
pemerintah membentuk perusahaan Badan Usaha Milik
Negara(BUMN) yang bergerak dalam pengelolaan
layanan asuransi syariah.
Ketua AASI, Adi Pramana mengatakan, saat ini belum ada
lembaga keuangan syariah yang dimiliki pemerintah.
Kalaupun ada, unit syariah atau lembaga keuangan
syariah. Merupakan anak perusahaan dari BUMN.
(13/10/2015)
16. Pengertian Produk Asuransi
• Produk asuransi adalah suatu produk yang ditawarkan
oleh penanggung dan diterima serta dipilih oleh
tertanggung, dimana produk tersebut berisi objek-objek
dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan
manusia, tanggung jawab hukum serta semua
kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan
atau berkurang.
17. Produk Takaful
Individu
1. Produk-Produk Tabungan
Produk-produk individu ada unsur tabungan,artinya suatu
produk yang diperuntukan untuk perorangan dan dibuat
secara khusus, didalamnya terdapat unsur tabarru’ juga
terdapat unsur tabungan yang dapat diambil kapan saja
oleh pemiliknya.
Beberapa contoh produk individu yang
mengandung unsur tabungan (saving) adalah
sebagai berikut :
•
•
•
•
Takaful dana investasi
Takaful dana siswa
Takaful Dana Haji
Takaful dana jabatan
Lanjutan..........
• 2 . Produk-produk non tabungan
Produk individu non tabungan adalah produkproduk syariah yang sifatnya individu dan didalam
struktur produknya tidak terdapat unsur tabungan,
atau semuanya bersifat tabarru’ dana tolongmenolong.
contoh produk non saving adalah sebagai berikut :
• Takaful kesehatan individu
• Takaful kecelakaan diri individu
• Takaful al-khairat individu.
Lanjutan......
• 3 . Produk Takaful Grup
Yaitu produk yang didesain untuk jumlah peserta yang
lebih banyak dan dalam struktur produknya ada yang
mengandung unsur
tabungan dan ada yang tidak
mengandung unsur tabungan.
contoh produk-produknya adalah :
• Takaful al-khairat + tabungan haji
• Takaful kecelakaan siswa
• Takaful wisata dan perjalanan
• Takaful kecelakaan dri individu kumpulan
• Takaful Majelis Taklim
• Takaful Pembiyaan
Lanjutan............
• 4 . Produk Takaful Umum
• Takaful kebakaran
• Takaful kendaraan bermotor
• Takaful rekayasa
• Takaful pengangkutan
• Takaful rangka kapal
• Asuransi takaful aneka
Sekian dan
Terima kasih