kepemimpinan kepala sekolah id. docx

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok
Mata Kuliah : Manajemen Sekolah
Dosen Pengampu : Drs. Jaino, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 7
Anggota :
1.
2.
3.
4.

Pramesti Liasari
Erpin Agustina
Asih Wulandari
Juliana Ambarisma

1401413319

1401413328
1401413399
1401413400

Rombel : 08

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
manajemen berbasis sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala
sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara
efektif dengan para guru dengan kondisi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah
harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat,

dekat dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok.
Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan
secara langsung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai
individu maupun kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong
kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama
dalam kelompok untuk mewujudkan tujuan organisasi.
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya kepala sekolah ahrus
melakaukan pengelolaan dan pembinaan sekolah melalui kegiatan administrasi,
manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuannya.
Sehubungan dengan itu, kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk
mengawasi, membangun, mengkoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya
seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah.
Di samping itu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan berfungsi
mewujudkan hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam
rangka membina dan mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara
serempak bergerak kearah pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan
tugas masing-masing secara efisien dan efektif.

Oleh karena itu, segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah

kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru
dalam melaksanakan tugasnya secara operasional. Untuk itu kepala sekolah harus
melakukan supervisi sekolah yang memungkinkan kegiatan operasional itu
berlangsung dengan baik.
Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah sebagai
supervisor dalam pengawasan kinerja guru Pendidikan Agama Islam, maka usaha
untuk meningkatkan kinerja yang lebih tinggi bukanlah merupakan pekerjaan
yang mudah bagi kepala sekolah. Karena kegiatan berlangsung sebagai proses
yang tidak muncul dengan sendirinya. Pada kenyataannya banyak kepala sekolah
yang sudah berupaya secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
salah satu caranya memotivasi para guru-guru akan memilki kinerja lebih baik
tapi hasilnya masih lebih jauh dari harapan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah. Rumusan masalahnya adalah:
a. Apa saja kriteria kepala sekolah efektif?
b. Apa saja tipe/gaya kepemimpinan kepala sekolah?
c. Apa saja peran kepala sekolah?
Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
penyusunan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan memahami kriteria kepala sekolah efektif.
b. Untuk mengetahui dan memahami tipe/gaya kepemimpinan kepala sekolah.
c. Untuk mengetahui dan memahami peran kepala sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kriteria Kepala Sekolah Efektif
Seorang guru harus mempunyai kriteria atau kualifikasi umum untuk
menjadi seorang kepala sekolah, yaitu:
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV)
kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56
tahun.
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang
sekolah masing-masing. Untuk Taman Kanak-Kanak atau Raudhatul Athfal
(TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 tahun di
TK/RA.

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan non PNS disertakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan
atau lembaga yang berwenang.
Kriteria kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, diantaranya:

a. Mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang
baik, lancar, dan produktif.
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan tepat waktu.
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, melibatkan
masyarakat secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan
pendidikan
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
e. Bekerja dengan tim manajemen

f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Menurut Pidarta (dalam Mulyasa,2009:126) mengemukakan bahwa ada
tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan
kepemimpinanya,


antara

lain

keterampilan

konseptual

(memahami

dan

mengoperasikan organisasi), keterampilan manusiawi (kerja sama, memotivasi
dan memimpin), keterampilan teknik (menggunakan pengetahuan, metode, teknik,
serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu).
Untuk memiliki ketrampilan konsep, diharapkan melakukan kegiatan
sebagai berikut:

a. Senantiasa


belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama cara kerja guru dan

pegawai sekolah lain
b. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana

c. Membaca

berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang

dilaksanakan
d. Memanfaatkan hasil penelitian orang lain

e. Berfikir untuk masa yang akan datang
f. Merumuskan ide yang dapat di uji cobakan
g. Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif

sesuai dengan situasi dan

kebutuhan serta motivasi para guru dan pekerja lain.

B. Tipe/Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk
mempengaruhi para pengikutnya. Menurut Thoha (1995) gaya pemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Gaya
kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada
saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk
dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok
membentuk gaya kepemimpinan.

Untuk memahami gaya kepemimpinan, ada tiga pendekatan utama yang
dapat dikaji adalah:
 Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang
berhasil. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa individu merupakan pusat
kepemimpinan. Penganut pendekatan ini berusaha mengidentifikasi sifat-sifat
kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan tidak berhasil.
Menurut Sutisna (1993), pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat
sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensil, pada
kepemimpinan yang efektif. Sifat-sifat pribadi yang tak terpisahkan ini seperti

inteligensi. Karena tidak semua orang memiliki sifat-sifat ini, hanyalah mereka
yang memiliki ini yang bisa dipertimbangkan untuk menempati kedudukan
kepemimpinan.
Dengan demikian, ada seorang pemimpin yang memiliki sifat sifat
bawaan yang membedakannya dari yang bukan pemimpin. Menurut Tead
(1963) pendekatan ini menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki
pemimpin, yaitu:
 Kekuatan fisik dan susunan syaraf
 Penghayatan terhadap arah dan tujuan
 Antusiasme
 Keramah-tamahan
 Integritas
 Keahlian teknis
 Kemampuan mengambil keputusan
 Inteligensi
 Ketrampilan memimpin
 Kepercayaan.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak mampu menjawab berbagai
pertanyaan di sekitar kepemimpinan. Contoh dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah adakah kombinasi optimal dari sifat kepribadian dalam

menentukan keberhasilan pemimpin. Apakah sifat-sifat kepribadian itu mampu
mengindikasikan kepemimpinan yang potensial? Apakah karakteristik itu dapat
dipelajari atau telah ada sejak seseorang lahir? Hal ini menyebabkan banyak
kritikan dari berbagai pihak.

 Pendekatan Perilaku
Setelah pendekatan sifat kepribadian tidak mampu memberikan jawaban
yang memuaskan, perhatian para pakar berbalik dan mengarahkan studi mereka
kepada perilaku pemimpin. Studi ini memfokuskan dan mengidentifikasi
perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang
lain. Pendekatan perilaku kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya
kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin.
Berikut adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan pendekatan
perilaku:
 Studi Kepemimpinan Universitas OHIO
Pada tahun 1945, Biro urusan dan Penelitian Ohio State University
mendapat gambaran mengenai dua dimensi utama dari perilaku pemimpin
yang dikenal sebagai pembuatan insiatif dan perhatian.
Pembuatan inisiatif menggambarkan bagaimana seorang pemimpin
memberi batasan dan struktur terhadap peranannya dan peran bawahannya

untuk mencapai tujuan. Sedangkan perhatian menggambarkan derajat dan
corak hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang ditandai
dengan saling percaya, menghargai, dan menghormati dengan bawahannya.
Dengan mengkombinasikan dua dimensi, pembuatan inisiatif dan
perhatian dapat dibedakan menjadi empat gaya kepemimpinan yaitu:
 Perhatian rendah, pembuatan inisiatif rendah
 Perhatian tinggi, pembuatan inisiatif rendah
 Perhatian tinggi, pembuatan inisiatif tinggi
 Perhatian rendah, pembuatan inisiatif tinggi.
 Studi Kepemimpinan Universitas Michigan
Studi ini mengidentifikasi dua konsep yang disebut orientasi bawahan
dan produksi (Hersey and Blanchard, 1977). Pemimpin yang menekankan
pada orientasi bawahan sangat memperhatikan bawahan, mereka merasa
bahwa setiap karyawan itu penting, dan menerima karyawan sebagai
pribadi.
Sementara pemimpin yang menekankan pada orientasi produksi, sangat
memperhatikan produksi dan aspek-aspek teknik kerja, bawahan dianggap
sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Kedua orientasi ini hampir
sama dengan tipe otoriter dan tipe demokrasi.
 Jaringan Managemen

Jaringan managemen adalah salah satu pendekatan tentang teori
kepemimpinan yang menunjukkan gaya kepemimpinan yang jelas yang
dikembangkan oleh Blake dan Mouton. Dalam pendekatan ini, manajer
berhubungan dengan dua hal yaitu perhatian pada produksi di satu pihak dan
perhatian pada orang-orang di pihak lain.
Perhatian pada produksi adalah sikap pemimpin yang menekankan mutu
keputusan, prosedur, mutu pelayanan staf, efisiensi kerja, dan jumlah
pengeluaran. Perhatian pada orang-orang adalah sikap pemimpin yang
memperhatikan keterlibatan anak buah dalam rangka mencapai tujuan.
Dalam hal ini aspek-aspek yang perlu diperhatikan berkaitan dengan harga
diri anak buah, tanggung jawab berdasarkan kepercayaan, suasana kerja
yang menyenangkan, dan hubungan yang harmonis.
 Sistem Kepemimpinan Likert
Likert mengembangkan teori kepemimpinan dua dimensi yaitu orientasi
tugas dan individu. Melalui penelitian yang bertahun-tahun Likert berhasil
merancang empat sistem kepemimpinan yaitu:
Sistem 1 pemimpin sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan
kepada bawahannya, suka mengeksploitasi bawahannya, dan bersikap
paternalistik. Cara pemimpin ini memberikan motivasi kepada bawahannya
dengan memberi ketakutan dan hukuman-hukuman dan kadang-kadang
memberi penghargaan secara kebetulan.
Sistem 2 pemimpin dinamakan otokratis yang baik hati. Pemimpin
memilliki kepercayaan yang terselubung, percaya kepada bawahan, mau
meotivasi dengan hadiah-hadiah, memperbolehkan adanya komunikasi ke
atas, mendengarkan pendapat, ide-ide dari bawahan, serta memperbolehkan
adanya delegasi wewenang dalam proses keputusan. Dalam sistem ini
bawahan merasa tidak bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian
dengan tugas pekerjaan dengan atasan.
Sistem 3 gaya kepemimpinan lebih dikenal dengan sebutan manajer
konsultatif. Pemimpin dalam sistem ini mempunyai sedikit kepercayaan
pada bawahannya, membutuhkan informasi dan ide bawahan dan masih
menginginkan melakukan pengendalian terhadap keputusan-keputusan yang
dibuat. Ada dua pola dalam melakukan komunikasi yaitu ke atas dan ke

bawah. Dalam sistem ini, bawahan merasa sedikit bebas untuk
membicarakan sesuatu yang bertalian dengan pekerjaan bersama atasannya.
Sistem 4 Likert menamakan sistem ini dengan pemimpin yang bergaya
kelompok partisipatif. Dalam hal ini manajer mempunyai kepercayaan yang
sempurna

terhadap

bawahannya.

Dalam

setiap

persoalan,

selalu

mengandalkan ide-ide dan pendapat-pendapat, serta mempunyai niatan
untuk mempergunakan pendapat bawahan secara konstruktif. Memberikan
penghargaan yang bersifat ekonomis berdasarkan partisipasi kelompok.
 Pendekatan Situasional
Pendekatan ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang
paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Ada beberapa studi
kepemimpinan yang menggunakan pendekatan ini yaitu:
a. Teori Kepemimpinan Kontingensi
Teori ini dikembangkan oleh Fiedler and Chemers, berdasarkan
penelitiannya pada tahun 1950, dapat disimpulkan bahwa seseorang menjadi
seorang pemimpin bukan saja karena faktor kepribadian yang dimiliki,
tetapi juga karena berbagai faktor situasi dan hubungan antara pemimpin
dengan bawahannya. Keberhasilan pemimpin bergantung pada diri
pemimpin maupun keadaan organisasi.
Menurut Fiedler tak ada gaya kepemimpinan yang cocok dalam segala
situasi, namun ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
 Hubungan antara pemimpin dengan bawahan
Hubungan ini sangat penting bagi pemimpin, karena hal ini
menentukan bagaimana pemimpin diterima oleh anak buahnya. Pada
umumnya hal ini didasarkan pada persepsi pemimpin mengenai suasana
kelompok.
 Struktur tugas
Dimensi ini berhubungan dengan tugas yang dikerjakan termasuk
pekerjaan rutin atau tidak. Apabila struktur tugas cukup jelas maka
prestasi setiap orang akan lebih mudah diawasi, serta orang tersebut akan
lebih bertanggung jawab.
 Kekuasaan yang berasal dari organisasi
Dimensi ini menunjukkan sejauh mana pemimpin mendapat
kepatuhan anak buahnya, dengan menggunakan kekuasaan yang

bersumber dari organisasi. Pemimpin yang menerima kekuasaan yang
jelas dari organisasi akan mendapat kepatuhan lebih dari bawahan.
Kesimpulan dari penjelasan di atas, Fiedler menentukan dua jenis gaya
kepemimpinan. Yang pertama, gaya kepemimpinan yang mengutamakan
tugas, yaitu ketika pemimpin merasa puas jika tugas bisa dilaksanakan.
Yang kedua, gaya kepemimpinan yang mengutamakan pada hubungan
kemanusiaan.
b. Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi
Teori ini dikemukakan oleh Reddin. Menurutnya ada tiga dimensi yang
dapat dipakai untuk menetukan gaya kepemimpinan, yaitu perhatian pada
produksi atau tugas, perhatian pada orang dan dimensi efektivitas. Gaya
kepemimpinan Reddin sama dengan jaringan manajemen, memiliki empat
gaya dasar kepemimpinan, yaitu integrated, related, separated, dan
dedicated. Reddin mengatakan bahwa keempat gaya tersebut dapat menjadi
efektif atau tidak efektif, tergantung pada situasi.
Keempat gaya tersebut jika dilihat dari segi efektif dan tidak efektif akan
menjadi tujuh gaya kepemimpinan. Ketujuh gaya tersebut adalah:
 Gaya dasar integrated, yang apabila diekspresikan dalam situasi yang
efektif akan menjadi gaya eksekutif dan apabila diekspresikan dengan
gaya tidak efektif akan menjadi gaya compromiser
 Gaya dasar separated, apabila diekspresikan dalam situasi yang efektif
akan menjadi gaya bureaucrat dan apabila diekspresikan dalam situasi
tidak efektif akan menjadi gaya deserter
 Gaya dasar deducated, apabila diekspresikan dalam situasi yang efektif
akan menjadi gaya benevolent autrocrat
 Gaya dasar related, apabila diekspresikan dalam situasi yang efektif akan
menjadi gaya developer dan apabila diekspresikan dalam situasi yang
tidak efektif akan menjadi gaya missionary.
Gaya kepemimpinan tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi gaya
efektif dan tidak efektif.
a. Gaya Efektif

 Executif
Gaya ini menunjukkan adanya perhatian baik kepada tugas maupun
kepada hubungan kerja dalam kelompok. Pimpinan berusaha
memotivasi anggota dan menetapkan standar kerja yang tinggi serta
mau mengerti perbedaan individu.
 Developer
Gaya ini memberikan perhatian yang cukup tinggi terhadap hubungan
kerja dalam kelompok dan perhatian minimum terhadap tugas
pekerjaan. Pemimpin sangat memperhatikan perkembangan individu.
 Benevolent Authocrat
Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap tugas dan rendah
dalam hubungan kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini mengetahui
secara tepat apa yang ia inginkan dan bagaimana memperoleh yang
diinginkan tersebut tanpa menyebabkan ketidakseganan pihak lain.
 Birokrat
Gaya ini memberikan perhatian yang rendah terhadap tugas maupun
terhadap hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini menerima
setiap peraturan dan berusaha memeliharanya dan melaksanakannya.
b. Gaya Tidak Efektif
 Compromiser
Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi pada tugas maupun
hubungan kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini merupakan
pembuat keputusan yang tidak efektif dan sering menemui hambatan
dan masalah.
 Missionary
Gaya ini memberi perhatian yang tinggi pada hubungan kerja dan
rendah pada tugas. Pemimpin yang menganut gaya ini hanya tertarik
pada keharmonisan dan tidak bersedia mengontrol hubungan
meskipun tujuan tidak tercapai.
 Autocrat
Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi pada tugas dan rendah
pada hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini selalu menetapkan
kebijaksanaan dan keputusan sendiri.
 Deserter
Gaya ini memberi perhatian yang rendah pada tugas dan hubungan
kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini hanya mau memberikan

dukungan dan memberi struktur yang jelas serta tanggung jawab,
hanya pada waktu dibutuhkan.
c. Teori Kepemimpinan Situasional
Menurut teori ini gaya kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan
dengan tingkat kematangan anak buah. Makin matang anak buah, pemimpin
harus mengurangi perilaku tugas dan menambah perilaku hubungan.
Apabila anak buah bergeraak mencapai tingkat rata-rata kematangan,
pemimpin harus mengurangi perilaku tugas dan perilaku hubungan.
Selanjutnya, pemimpin dapat mendelegasikan wewenang kepada anak buah.
Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam keempat tingkat
kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan
perilaku hubungan adalah sebagai berikut:
 Gaya Mendikte (Telling)
Gaya ini diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah,
dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas. Gaya ini disebut
mendikte karena memimpin dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana,
kapan dan di mana tugas dilakukan. Gaya ini menekankan pada tugas,
sedangkan hubungan hanya dilakukan sekedarnyaa saja.
 Gaya Menjual (Selling)
Gaya ini diterapkan apabila kondisi anak buah dalam taraf rendah sampai
moderat. Mereka telah memiliki kemauan untuk melakukan tugas, tetapi
belum didukung oleh kemampuan yang memadai. Gaya ini disebut
menjual karena pemimpin selalu memberikan petunjuk yang banyak.
Dalam tingkat kematangan anak buah seperti ini, diperlukan tugas serta
hubungan yang tinggi agar dapat memelihara dan meningkatkan
kemauan yang telah dimiliki.
 Gaya Melibatkan Diri (Participating)
Gaya ini diterapkan apabila tingkat kematangan anak buah berada pada
taraf

kematangan

moderat

sampai

tinggi.

mereka

mempunyai

kemampuan, tetapi kurang memiliki kemauan kerja dan kepercayaan diri.
Gaya ini disebut mengikut sertakan karena pemimpin dengan anak buah
bersama-sama berperan di dalam proses pengambilan keputusan. Dalam
kematangan seperti ini upaya hubungan perlu ditingkatkan dengan
membuka komunikasi dua arah.

 Gaya Mendelegasikan (Delegating)
Gaya ini diterapkan jika kemampuan dan kemauan anak buah telah
tinggi. Gaya ini disebut mendelegasikan karena anak buah dibiarkan
melaksanakan kegiatan sendiri, melalui pengawasan umum. Hal biasa
dilakukan jika anak buah berada pada tingkat kedewasaan yang tinggi.
Dalam tingkat kematangan seperti ini upaya tugas dan hubungan hanyaa
diperlukan sekedarnya.
C. Peran Kepala Sekolah
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006),
terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: a.educator (pendidik);
b.manajer; c.administrator; d.supervisor; e.leader (pemimpin); f.pencipta iklim
kerja; dan g.wirausahawan.
Berikut adalah penjelasan dari peran kepala sekolah:
a. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan
guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah.
Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap
pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu
saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya,
sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar
para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
b. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus
dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya
dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru
untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai
kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti:
MGMP/MGP tingkat sekolah, diskusi profesional. Melalui kegiatan pendidikan

dan pelatihan di luar sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau
mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
c. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Nawawi (1983: 11) mengatakan: “Administrasi pendidikan adalah
rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan
sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama berupa
lembaga pendidikan formal”.
Mengacu pada pengertian administrasi secara umum dan administrasi
pendidikan pada khususnya, dalam kajian ini yang dimaksud dengan peranan
kepala sekolah sebagai administrator adalah kedudukan yang dimiliki kepala
sekolah untuk merangkai kegiatan dan sejumlah orang dalam lembaga
pendidikan formal untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan
sistematis. Manajemen sekolah tidak lain berarti pendayagunaan dan
penggunaan sumber daya yang ada dan yang dapat diadakan secara efisien dan
efektif untuk mencapa visi dan misi sekolah. Kepala sekolah bertanggung
jawab atas jalannya lembaga sekolah dan kegiatannya.
d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu

melaksanakan

pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan
supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan
dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004).
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002)
mengemukakan bahwa “menghadapi kurikulum yang berisi perubahanperubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi
pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan
bimbingan dari kepala sekolah mereka”.
Ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betulbetul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah
dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri
tidak menguasainya dengan baik.

Edmonds (dalam Sagala, 2005) tentang sekolah efektif menunjukkan
bahwa peran kepala sekolah sedemikian penting untuk menjadikan sebuah
sekolah pada tingkatan yang efektif. Asumsinya adalah bahwa sekolah yang
baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik, artinya kemampuan
profesional kepala sekolah dan kemauannya untuk bekerja keras dalam
memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi jaminan
keberhasilan sebuah sekolah.
Tiga hal penting yang menjiwai supervisi pendidikan, yaitu:
 Direncanakan secara matang sebelumnya.
 Dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah) dan secara langsung
berpengaruh terhadap kemampuan profesional guru.
 Meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik.
Kepala sekolah sebagai supervisor dimaksudkan untuk meningkatkan
pengawasan dan pengendalian terhadap guru-guru dan personel lain untuk
meningkatkan kinerja mereka. Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas
mengatur seluruh aspek kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat
memberikan hasil yang sesuai dengan target yang telah ditentukan. Aspekaspek kurikulum yang harus dikuasai oleh kepala sekolah sebagai supervisor
adalah materi pelajaran, proses belajar mengajar, evaluasi kurikulum,
pengelolaan kurikulum, dan pengembangan kurikulum.
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)
Kepala sekolah memiliki tanggung jawab melakukan perbaikan dan
peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran. Keadaan tersebut dilandasi oleh
anggapan bahwa tujuan utama penyeenggaraan pendidikan melalui sekolah
adalah tercapainya lingkungan yang kondusif, sehingga proses belajar
mengajar dapat tercapai secara efektif. Peran pokok pimpinan sekolah terletak
pada kesanggupannya mempengaruhi lingkungan sekolah melalui penerapan
proses kepemimpinan yang dinamis.
Dengan demikian, maka kepala sekolah adalah seorang pemimpin
pendidikan yang merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan,
mengawasi dan menyelesaikan seluruh kegiatan pendidikan di sekolah dalam

pencapaian tujuan pendidikan. Tugas dan tanggung jawab merupakan sesuatu
hal yang harus dilaksanakan oleh seseorang dalam memangku suatu jabatan.
Demikian pula dengan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Kepala
sekolah adalah pemimpin pendidikan yang memiliki peranan sangat besar
dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya
semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan
pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu
profesional di antara para guru, banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan
kepala sekolah. Dengan demikian kepala sekolah adalah salah satu kunci
keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.
f. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru
lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai
usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya
menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
o Para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya
menarik dan menyenangkan
o Tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan
kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru
juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut
o Para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya,
o Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan,
o Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga
memperoleh kepuasan (E. Mulyasa, 2003).
g. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan
peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat
menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan
berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan
berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk

perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa
beserta kompetensi gurunya.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa
mengenai kepemimpinan kepala sekolah, yaitu:
 Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah yang mengatur dan menetapkan
fungsi administrasi termasuk didalamnya fungsi pengawasan (supervisi)
 Selain kepala sekolah, guru juga mempunyai peran yang sangat menentukan
tercapainya tujuan pendidikan.
 Kepala Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan
arah jalannya pocily yang ada di sekolah dalam rangka pencapaian mutu
pendidikan yang maksimal.

Saran
Adapun beberapa saran yang dapat kami berikan adalah:
 Sebagai seorang kepala sekolah tidak seharusnya mencari kesalahan atau
kekurangan yang ada di sekolah dalam menjalankan fungsi pengawasan.
 Guru sebaiknya selalu mencari inisiatif lain untuk menutupi kekurangan yang
ada untuk mencapai tujaun pendidikan.
 Kepala sekolah diharapkan mampu memberi pengaruh yang baik dalam
menetapkan fungsi planning, organizing, actuating maupun controlling demi
pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.

Daftar Pustaka

Mulyasa, Enco. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_sekolah
http://sdntunaskarya.blogspot.com/2012/07/7-peran-utama-kepala-sekolah.html
Savitri, Susi. 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif.
http://manajemensekolah23.blogspot.com/2012/10/kepemimpinan-kepalasekolah-yang-efektif.html. 5 Maret 2015 (21:03).
http://tugassekolahdankuliah.blogspot.com/2013/07/kepemimpinan-kepalasekolah-yang.html