Requitmen Politik Calon Anggota Legislat

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
“Requitmen Politik Calon Anggota Legislatif DPR RI dan Keterwakilan Perempuan Pada
Partai Kebangkitan Bangsa di Pemilu Legislatif 2014”
Febryna Mulya
1306427226
Abstrak
Paper ini menuliskan rekruitmen calon legislative partai kebangkitan bangsa pada
pemilu 2014 dan porsi caleg perempuan. Sebagai partai yang dikenal dengan pluralisme, PKB
memiliki regulasi mekanisme rekruitmen caleg yang diatur oleh AD/ART yang disesuaikan
dengan sistem pemilu dan kondisi internal partai politik. Dan tentunya keterwakilan perempuan
tidak diabaikan olehPKB. Upaya konsilidasi internal sangat menjadi fokus PKB agar memenuhi
target dalam pemilu 2014
Keywords : Rekrutmen Politik, Calon Legislatif, PKB
Pendahuluan
Dalam konteks rekrutmen politik parlemen, ada sejumlah gejala yang tidak kondusif bagi
proses membangun demokrasi. Pertama, sistem pemilihan umum proporsional telah
mengabadikan dominasi oligarki dalam proses rekrutmen. Kedua, proses rekrutmen tidak
berlangsung secara terbuka dan partisipatif. Pihak kandidat sama sekali tidak mempunyai sense
terhadap konstituen yang menjadi basisnya karena dia hanya “mewakili” daerah administratif
(bukan konstituen yang sebenarnya). Ketiga, dalam proses rekrutmen tidak dibangun relasi

(linkage) yang baik antara partai politik dan masyarakat sipil. Keempat, dalam proses rekrutmen,
partai politik sering menerapkan pendekatan “asal comot” terhadap kandidat yang dipandang
sebagai “mesin politik”. Kelima, proses kampanye (sebagai bagian dari mekanisme rekrutmen)
tidak diisi dengan pengembangan ruang publik yang demokratis, dialog yang terbuka dan
sebagai arena untuk kontrak sosial untuk membangun visi bersama. Keenam, proses pemilihan
umum dan proses rekrutmen bekerja dalam konteks “massa mengambang” yang kurang terdidik
dan kritis.1
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai salah satu partai yang lahir di era Reformasi,
dideklarasikan di Ciganjur Jakarta oleh lima kyai besar Nadhlatul Ulama (NU), yaitu K.H.
Abdurrahman Wahid (Jakarta), K.H. Mustofa Bisri (Rembang), K.H. Munasir Ali (Mojokerto),
K.H. Muchit Muzadi (Jember), dan K.H. Ilyas Ruchiyat (Tasikmalaya) pada 23 Juli 1998.
1 Sutoro Eko, Membuat Rekrutmen Legislatif Lebih Bermakna, Makalah pada Diskusi “Menyukseskan
Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2002 di Provinsi DIY”, Yogyakarta, 17 Desember 2003.

1

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
Meskipun PKB lahir dari organisasi keagamaan Islam terbesar, yakni NU, namun Islam yang
dianut PKB adalah Islam moderat dan inklusif yang kemudian mendasari platform PKB sebagai

partai terbuka.2
Menurut Yudi Latif, keberadaan PKB merupakan kelanjutan dari tradisi pemikiran dan
gerakan NU yang berpijak pada keislaman yang moderat dan ke Indonesiaan yang multikultural.
Sebagaimana NU, pandangan keislaman dan kebangsaan PKB adalah khas ulama-ulama
ahlusunnah wal jama’ah (aswaja) yang memelihara hal-hal lama yang baik dan menerima halhal baru yang lebih baik. Karakter dasar dari tradisi politik aswaja cenderung terbuka pada
kompromi dan konsensus, tidak ekstrim, bersikap tawasuth, tawazun dan tasamuh terhadap
perbedaan pandangan dan sikap politik.3
Dalam pandangan yang ada selama ini, memang sulit untuk mengingkari bahwa PKB
adalah ‘anak kandung’ NU. Namun tidak berarti semua warga NU memberikan suara mereka
kepada PKB dalam pemilu.4 Pada pemilu 2009, pemilih berlatar belakang NU sekitar 21 persen
dan jika mereka memilih partai terkait NU, seperti PKB, PPP, dan PKNU seharusnya total suara
yang diperoleh sekitar 21 persen. Namun yang terjadi, PPP hanya memperoleh 5,32 persen, PKB
4,94 persen, dan PKNU 1,47 persen. Totalnya hanya 11 persen. Berarti ada separuh pemilih NU
yang menyalurkan aspirasi politiknya ke partai politik lain, seperti Partai Golkar, PDI-P, dan
Partai Demokrat.5
Jika NU cenderung mementingkan tradisi dan tokoh ketimbang sistem atau organisasi,
demikian pula halnya dengan PKB yang mengikuti kecenderungan itu. Akibatnya upaya
pelembagaan PKB sebagai partai modern dan demokratis yang tidak tergantung pada satu figur
tertentu menghadapi sejumlah kendala. Hal ini dibuktikan dari sering munculnya konflik internal
di dalam tubuh PKB selama hampir satu dasawarsa partai ini berdiri. Tiga di antara konflik

beberapa konflik besar adalah: pertama, konflik antara K.H. Abdurrahman Wahid – Alwi Shihab
dengan Matori Abdul Djalil, tahun 2001; kedua, konflik K.H. Abdurrahman Wahid –Muhaimin

2 Tri Ratnawati, “Beberapa Masalah Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa dan Alternatif Solusi”, dalam Lili
Romli (Ed), Pelembagaan Partai Politik Pasca-Orde Baru: Studi Kasus Partai Golkar, PKB, PBB, PBR dan PDS,
Jakarta: P2P LIPI, 2008, hal. 72.
3 Yudi Latif, “Transformasi PKB: Dari Jaringan Kultural ke Jaringan Fungsional”, dalam Yenny Zanuba Wahid, dkk
(Ed), op.cit, hal. 145
4 Tim Kompas, Partai -partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 2004-2009, Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2004, h. 255. Lihat juga “Pasang Surut Hubungan NU dengan Parpol”, Kompas, 24 Maret 2010, hal. 5.
5 “Pasang Surut Hubungan NU dengan Parpol”, Kompas, 24 Maret 2010, hal. 5.

2

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
Iskandar dengan Alwi Shihab – Saifullah Yusuf (2005); dan ketiga, K.H. Abdurrahman Wahid –
Yenny Wahid dengan Muhaimin Iskandar – Lukman Edy (2008).6
Sebagai partai politik islam yang pernah mengantarkan Ulama besar NU, Gusdur menjadi
presiden RI. Tentunya kendala baik internal maupun eksternal merupakan fluktuasi partai politik

semata. Namun, persoalan ini jelas akan berefek pada perolehan suara dan tentunya mekanisme
requiment yang dilakukan PKB sendirinya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan data KPU dalam pemilu tahun 2004 dan 2009, menunjukkan terjadinya
penurunan jumlah suara PKB pada pemilu 2009, dari 52 kursi menjadi 28 kursi saja. Namun
menariknya, perempuan PKB didalam parlemen tidak mengalami penambahan jumlah artinya
tahun 2004 dan 2009 sama-sama 7 aleg perempuan, meskipun angka persentasi keterwakitan
perempuan bisa dikatakan naik. Hal ini dapat diamati dari tael berikut :
Tabel 1
Perbandingan Tingkat Keterwakilan berdasarkan Segregasi Jender di DPR-RI
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009
Anggota DPR

2004
Jumlah

2009
%
Jumlah
%

Laki-laki
45
86,5
21
74,0
Perempuan
7
13,5
7
26,0

52
100
28
100
Sumber : data diolah dari KPU 2004 dan 2009 (Ainur Rofieq : 2009)


65
14

79

Kondisi ini disebabkan oleh sejumlah faktor, utamanya adalah faktor konflik internal
partai dan faktor Gus Dur. Untuk faktor kohesivitas partai jelas membawa pengaruh terhadap
tingkat perolehan suara dan ini sudah dibuktikan selama tiga kali penyelenggaraan pemilu
legislatif di Era Reformasi, dimana setiap menjelang pemilu legislatif selalu timbul konflik
internal partai. Adapun faktor Gus Dur memang masih mempunyai pengaruh yang cukup kuat,
terutama untuk daerah-daerah di luar Jawa, misalnya di daerah Papua. Adapun mengenai jumlah
anggota legislatif berdasarkan segregasi gender daerah pemilihan seperti terdapat pada Tabel 2
berikut.

6 Tri Ratnawati, op.cit, hal. 75.
3

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
Tabel 2
Jumlah Anggota Legislatif berdasarkan Segregasi Jender Daerah Pemilihan di
DPR-RI Partai Kebangkitan Bangsa pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009
Daerah Pemilihan

Riau
Sumatera Selatan
Lampung
Jawa Barat
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Banten
Kalimantan Selatan
Papua
Maluku


L
1
1
1
3
12
23

2
1
1
45

Pemilu 2004
%
P
100
100
100
100
92
1
1
82
5
100
100
100

86,5
7

%
8
100
18
13,5

L
1
3
6
1
9
1
21

Pemilu 2009
%

P
100
1
100
100
100
66,7
4
1
100
1
1
74,0
7

%
100
33,3
100
100

100
26,0

Sumber : Diolah dari data KPU2004 dan 2009 (Ainur Rofieq : 2009)

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa daerah penyumbang terbesar anggota legislatif
masih didominasi daerah Jawa Timur baik pada pemilu 2004 dan pemilu 2009. Dari sisi
keterwakilan perempuan, dapat dikatakan masih belum merata. Namun muncul daerah-daerah
baru sebagai penyumbang anggota perempuan, seperti Lampung, Papua dan Maluku. Data juga
menunjukkan bahwa walaupun PKB menyatakan dirinya sebagai ‘partai nasional’, namun riilnya
PKB adalah ‘partai lokal’ (‘partai Jawa’).7
Dengan kondisi pemilu legislatif 2004dan 2009 ini, penulis tertarik untuk melihat
bagaimana rekrutmen politik calon anggota legislatif PKB dalam mengahdapi pemilu legislatif 9
April 2014 dan bagaimana keterwakitan perempuan?
Rekrutmen Politik
Suatu organisasi partai politik akan melaksanakan tiga bentu kegiatan yaitu; pertama,
menyiapkan dan memantu bagi kampanye untuk pemilihan umum. Beberapa aktivitas dalam
pemilihan umum diantaranya adalah pengumpulan dan atau kegiatan yang berkaitan dengan
huungan masyarakat.Partai politik tidak hanya aktor yang berpartisiapasi dalam hal itu.
Kedua,mempertahankan organiasi kepartai, keanggotaan dan sumer daya lainnya. Ketika
partaisudah memangun basis sumer daya, mereka harus menjaganya misalnya Koran partai yang
harus disusidi, konferensipartai untuk memerikan semangat bagi aktivis yang loyal, metode baru

7 A. Effendi Choirie, “Menjadikan PKB Partai Nasional dan Terbuka”, dalam Yenny Zanuba Wahid, dkk (Ed), 9
Tahun PKB, Kritik dan Harapan, Jakarta: Panitia Nasional Harlah ke-9 PKB,2007, hal. 187.

4

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
dalam pendanaan partai. Ketiga mengatur kebijakan publik dan strategi bagi anggota partai yang
terpilih dalam lembaga negara.8
Merujuk pernyataan Alan Ware ini, artinya ada mekanisme di partai politik yang
sangatlah krusial yakni perekrutan anggota/ kaderisasi. Alan Ware memberikan 3 jenis klasifikasi
yang sering menjadi bias dalam pola rekrutmen dan partisipasi oleh partai politik, yaitu Kelas
Sosial, Kelompok Etnis, dan Gender.9 Konsep rekrutmen politik adalah konsep yang sering
disebutkan atau disinggung dalam kajian-kajian sosiologi politik. salah satu perhatian utama
dalam sosilogi politik adalah untuk menyelidiki dan menerangkan perekrutan orang-orang yang
menjalankan kekuasaan politik. Dalam penulisan jurnal ini, penulis menggunakan proses
rekuitment. Pola rekrutmen terbagi menjadi 3 tahap yaitu, Pertama sertifikasi, meliputi undangundang pemilu,aturan-aturan partai dan norma-norma sosial informal yang menentukan kriteria
untuk kandidasi yang memenuhi syarat. Kedua adalah nominasi, meliputi tersedianya jabatan
yang memenuhi syarat dan adanya permintaan dari selektor untuk memutuskan siapa yang
dinominasikan. Dan tahap Ketiga adalah, pemilihan yaitu tahap terakhir yang menentukan siapa
yang menang dalam jabatan legislatif (Norris, 2006 : 90-91)
Bagan 1
Tahap-tahap Rekrutmen politik
Tahap sertifikasi

Tahap Penominasian

Tahap Pemilu

Kandidat independen tanpa
penominasian partai apapun
Persyaratan legal
untuk dapat
mencalonkan

Sistem Pemilu dan
hukum

Norma-norma
informal dan nilai-nilai
budaya

Permintaan oleh
penyeleksi partai

Prosedur nominasi
kandidat dalam
masing-masing
partai

Permintaan oleh
pemilih

Kumpulan kandidat
yang dinominasikan

Ketersedian kandidat
yang memenuhi

Anggota terpilih

Permintaan oleh media
massa, pendukung ckup
lainnya finansial,
pembackup lainnya

Sumber : Noris, dalam Katz dan Crotty (2006: 90)
8 Alan Ware, Political parties and party systems, oxford : Oxford University Press, 1996 hal.111
9 Allan Ware, ibid. hal. 79

5

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
Pola Requitmen Politik Caleg PKB Dan Keterwakilan Perempuan
Pola rekrutmen partai politik, termasuk di dalamnya mengenai keterwakilan perempuan
di legislatif didasarkan pada UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,
DPD, DPRD10 dan UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 11 Dalam Anggaran Dasar
PKB menyebutkan bahwa partai salah satu fungsinya adalah sebagai sarana mempersiapkan,
memunculkan dan melahirkan pemimpin politik, bangsa dan negara. Sehingga perlu adanya
proses kaderisasi agar fungsi partai politik dapat berjalan dengan baik. Mengenai pengkaderan,
sejak Muktamar I di Surabaya tahun 2000, PKB sudah memiliki gagasan yang komprehensif,
yaitu, pertama, geopolitik, pelatihan kader yang dilakukan dengan pendekatan melalui tokohtokoh masyarakat, pemahaman terhadap ideologi untuk dijadikan motivasi; kedua, geoda’wah,
pelatihan dilakukan dengan pendekatan terhadap masyarakat agar tidak menimbulkan kecurigaan
atau keraguan; dan ketiga, andragogi, pelatihan dilakukan sendiri oleh dan antar peserta yang
dipimpin oleh fasilitator.12
Tetapi dalam praktiknya konsep tersebut kurang diaplikasikan karenafaktor-faktor yang
tidak obyektif, seperti faktor keluarga ”Gus” atau bukan, faktor kedekatan pribadi dengan
petinggi partai, dan faksionalisme di tubuh PKB yang lebih berperan. Menghadapi pemilu 2014,
menurut Abdul Malik Harmain, DPP PKB yang dihubungi disela-sela persiapan 9 April di
Dapilnya mengatakan bahwa,
”belajar dari pengalaman pemilu 2009 yang kami mengalami kendala dan problem
atas kaderisasi di luar pulau Jawa dan tidak semua wilayah berbasis NU serta faktor
minimnya dana, Membuat DPP berpikir bagaimana merancang proses kaderisasi? dan
pada akhirnya kami sudah memiliki pedoman bagaimana membina para kader
terutama untuk kader-kader yang memungkinkan untuk nyaleg di pemilu 2014. ya,
tentunya masih banyak kelemahan dan kekurangan yang akan menjadi acuan
10 Klausul dalam UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD, DPRD terkait dengan
affirmative action antara lain terdapat pada pasal 8 ayat 1, pasal 15, pasal 53, pasal 55, pasal 57, pasal 58.

11 Klausul dalam UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik terkait dengan affirmative action antara lain
terdapat pada pasal 2, pasal 20.

12 Dalam Bab IV Pasal 6 AD PKB menyatakan bahwa partai berfungsi:
a.
b.
c.
d.

e.

Sebagai wadah berhimpun bagi setiap warga negara Indonesia dengan tanpa membedakan asal- usul,
keturunan, suku, golongan, agama dan profesi;
Sebagai salah satu wadah untuk meningkatkan pendidikan, hak sipil dan partisipasi politik;
Sebagai saluran aspirasi politik rakyat bagi terwujudnya hak-hak sipil dan politik rakyat;
Sebagai sarana artikulasi dan agregasi kepentingan-kepentingan rakyat di dalam lembaga-lembaga dan
proses-proses politik;
Sebagai sarana mempersiapkan, memunculkan dan melahirkan pemimpin politik, bangsa dan negara.

6

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
kedepannya.Namun kami berkomitmen untuk requitmen dapat berjalan sesuai
aturannya”13
Dalam proses rekrutmen di PKB didasarkan pada mekanisme penjaringan calon legislatif
yang telah ditetapkan dalam UU, serta peraturan partai yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Pusat (DPP) PKB. Tahapan yang dilalui adalah dengan melakukan pendaftaran, diseleksi secara
administratif, mengikuti uji kompetensi, dan tahapan pengesahan dan penetapan sebagai calon
tetap anggota legislatif. Untuk mekanisme pendaftaran calon legislatif diumumkan secara
terbuka kepada publik.Adapun prinsip dasar rekrutmen caleg didasarkan pada: 1) konstitusional;
2) keterbukaan; 3) partisipatif; dan 4) visioner.14
Terkait dengan calon legislatif perempuan, dalam bab sumber rekrutmen caleg berasal
dari pengurus PKB, badan otonom, pengurus NU dan badan otonom NU pada semua tingkatan
serta dari kalangan profesional dan cendekiawan dengan komposisi sebesar 70:30. Di samping
itu dalam daftar caleg diharuskan untuk menyertakan sedikitnya 30% unsur perempuan. 15 Dalam
pemilu 2009, Daftar Calon Tetap (DCT) yang ditetapkan KPU terdapat 398 caleg PKB yang
terdiri dari 264 laki-laki (66,3%) dan 134 perempuan (33,7%). Sedangkan pada pemilu 2014 ini
PKB menyiapkan 558 Caleg DPR RI, (37 %) adalah caleg perempuan. Dari latar belakang usia
dan dapil (12 %) caleg muda, usia 51 tahun lebih (5 %) dan (58 %) adalah caleg yang sesuai
dengan domisilinya. Sedangkan dari jenis pekerjaan dan pengalaman, karyawan (26 %) dan
pengusaha (17,4 %), agamais (4%), akademisi (10%) dan hampir sebahagian merupakan calegcaleg berpengalaman pada parlemen baik kota/kab, propinsi dan pusat.16
Jika dilihat, porsi keterwakilan perempuan PKB lebih besar dibanding partai lain yang
hanya berkisar 34,5% saja. Dengan demikian dari segi keterwakilan perempuan, PKB telah
melampaui ambang batas jumlah. Namun dalam pemilu 2009, caleg perempuan yang mampu
memasuki parlemen hanya 7 orang dari 28 kursi yang diperoleh oleh PKB, artinya keterwakilan
perempuan PKB diparlemen hanya berkisar 26 % saja. 17 Terkait porsi dari caleg perempuan,
Adul Malik Harmain menegaskan bahwa,
”PKB sudah menerapkan kebijakan yang mengakomodasi peran serta perempuan
di dalam kancah politik. Kesetaraan jender sudah membudaya sejak lama, karena
13 Wawancara dengan Abdul Malik Harmain pada tanggal 4 April 2014 via telekomunikasi.
14 Peraturan Partai yang dimaksud adalah Peraturan Partai Nomor 02 Tahun 2008 tentang Mekanisme Rekrutmen
Calon Anggota Legislatif Partai Kebangkitan Bangsa Tahun 2009 Bab V, pasal 5 dan pasal 6, Peraturan Partai
Nomor 02 Tahun 2008. Bab II, pasal 2, Peraturan Partai Nomor 02 Tahun 2008.
15 Bab III, pasal 3 ayat 2, Peraturan Partai Nomor 02 Tahun 2008.
16 http://www.dpp-pkb.or.id/
17 berdasarkan data dari KPU 2009

7

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
para perempuan di PKB sudah berperan lama, bahkan jauh sebelum PKB berdiri.
Mereka bergerak di lembaga-lembaga kewanitaan NU, seperti Fatayat NU,
Muslimat NU dan sebagainya. Di PKB sendiri ada Persatuan Perempuan
Kebangkitan Bangsa (PPKB)”. Namun, memang porsi dari perempuan PKB di
parlemen dari 2004dan 2009 sama 7 orang kurang dari 30%, untuk pemilu 2014
PKB mencoba agar porsi perempuan PKB diparlemen meningkat tentunya dengan
usaha-usaha partai dalam mengatur daerah pemilihan mereka.Tapi perlu diingat
sistem pemilu proposional terbuka saat ini juga mempengaruhi perolehan suara
perempuan apalagi putusan MK itu berdasarkan perolehan suara terbanyak18
Sistem pemilu yang dipergunakan memang sangat mendukung perempuan dengan sistem
proporsional terbuka dengan zipper system. Sebaliknya, kondisi ini tidak didukung dengan
putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa penentuan caleg berdasarkan suara
terbanyak. Dengan demikian memanglah putusan Mahkamah Konstitusi jelas akan berdampak
pada keterwakilan perempuan di legislatif.
Dalam proses rekrutmen caleg pada pemilu 2009, DPP PKB membentuk ”Tim Mantap”
yang beranggotakan Ketua dan Sekretaris Dewan Syuro, Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal
DPP PKB dan ditambah satu orang perwakilan yang direkomendasikan resmi oleh PBNU. Hal
serupa kembali dilakukan oleh DPP, namun dengan penegakan mekanisme rekrutmen yang lebih
transparan dan mengutamakan kapabilitas caleg yang akan maju.
Pada pemilu kali ini, PKB lebih variatif dalam membuka gerbang pencalegan, ada
agamais tidak saja ustad tetapi ada pendeta, artis, adi negara dari PNS, eks Militer, Penegak
hukum, akademisi, pengusaha dan birokrat serta

pembagian porsi caleg muda, caleg

berpengalamn dan caleg sesuai dapil serta caleg tua sangat dipertimbangkan. Kemungkinan
terjadinya variasi dalam proses penempatan caleg tersebut biasanya tidak terlepas dari adanya
faksi-faksi yang berkembang di organisasi partai. Terdapat kebutuhan bagi elit dalam
mengendalikan jalannnya organisasi partai dengan alasan kestabilan internal dan menghindarkan
terjadinya perpecahan.19 Dan memang PKB melakukan ini karena konfik internal antar faksi
yang mengakibatkan kemudnuran pemilu pada 2009. Sehingga, konsilidasi internal partai terus
digiatkan menjelang pemilu 9 April, mengingat konflik internal PKB yang jelang pemilu 2009
mengakibatkan merosotnya perolehan suara PKB. Adapun mengenai penetapan daerah pemilihan
dan nomor urut ditetapkan oleh Tim Seleksi Internal dengan tetap memperhatikan aspirasi bakal
caleg dan proyeksi kemenangan PKB di daerah setempat. Ini dibenarkan oleh Adul Malik
Harmain bahwa,
18 Wawancara abdul malik harmain
19 Alan ware, op.cit. hal 109

8

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
“PKB saat ini terus berupaya melakukan konsilidasi internal agar tidak
mengalami nasib yang sama dengan 2009. Pada mekanisme rekrutmen
calegpun sedikit membuka kelonggaran terutama didaerah-daerah dengan
mengutamakan ideologi pluralisme”20
Ini berarti, pola requiment yang dilakukan PKB tidak saja sesuai dengan mekanisme tetapi juga
mengutamakan Nilai dasar dari PKB yakni Pluralisme. Sehingga terlihat bahwa PKB mau
melepaskan diri dari justifikasi usai pemilu 2009 yang mengatakan bahwa “PKB adalah partai
nasional yang rillnya partai lokal jawa”. Artinya, jika merujuk kepada klasifikasi rekutment
partai politik Alan Ware maka, PKB tidak memandang kelas sosial,etnis dan gender dalam
melakukan rekrutmennya. Sehingga, PKB saat ini menjadi partai politik islam yang teruka yang
terus menjunjung pluralism sebagai ideologi pergerakannya.
Penutup
Berdasarkan uraian dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses rekrutmen caleg PKB
sudah menggunakan mekanisme yang ditetapkan oleh pengurus partai yang tertuang dalam
peraturan partai. Di dalam peraturan itu tercantum mengenai prinsip, sumber, mekanisme dan
tahapan pencalegan, dan sebagainya. Dalam mekanisme rekrutmen yang ditetapkan sudah
mengakomodasi keterwakilan perempuan sebesar 30% dan mekanisme itu sudah sesuai dengan
mekanisme yang ditetapkan dalam UU Pemilihan Anggota DPR, DPD, DPRD dan UU tentang
Partai Politik.
Adapun makna yang dapat dipetik dari proses rekrutmen itu adalah bahwa secara
kelembagaan PKB telah memiliki mekanisme yang relative baku dan tidak mengabaikan
persoalan-persoalan masa lalu sehingga adanya perbaikan-perbaikan dalam mekanisme
rekrutmen. Namun faktor kohesivitas partai yang selalu dirundung konflik seperti menjelang
pemilu 2009, memang masih belum terselesqikan, gesekan itu masih ada. Akan tetapi, PKB terus
berupaya melakukan konsilidasi internal partai politik guna mencapai target pemilu 2014 ini.
Setidaknya, berdasarkan hasil Quick Count Pemilu 2014 dari berbagai lembaga survey
menunjukan bahwa memang sepertinya konsilidasi internal yang terus diupayakan oleh PKB
dalam membangun caleg berkualitas dan partai politik islam yang plural memuahkan hasil
dengan perolehan suara dikisaran 9% artinya naik dari pemilu 2009.
Sumber Referensi
20 Wawancara Abdul Malik Harmain

9

Ujian Tengah Semester
Study Partai Politik dan Lembaga Perwakilan
Alan Ware, Political parties and party systems, Oxford : Oxford University Press, 1996
Junaidi, H.Z. Arifin, “Belajar dari Sejarah PKB”, dalam Yenny Zanuba Wahid, dkk (Ed), 9
Tahun PKB, Kritik dan Harapan, Jakarta: Panitia Nasional Harlah ke-9 PKB, 2007.
Kang, Young Soon, Antara Tradisi dan Konflik: Kepolitikan Nahdlatul Ulama, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
Kristiadi, J., “Pergulatan dan Tantangan PKB Memenuhi Harapan Bangsa”, dalam Yenny Zanuba
Wahid, dkk. (Ed), 9 Tahun PKB, Kritik dan Harapan, Jakarta: Panitia Nasional Harlah ke-9
PKB, 2007.
Latif, Yudi, “Transformasi PKB: Dari Jaringan Kultural ke JaringanFungsional”, dalam Yenny
Zanuba Wahid, dkk (Ed), 9 Tahun PKB, Kritik dan Harapan, Jakarta: Panitia Nasional
Harlah ke-9 PKB, 2007.
Tim Kompas, Partai-partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 2004-2009, Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2004.
Wahid, Yenny Zanuba, dkk (Ed), 9 Tahun PKB, Kritik dan Harapan, Jakarta: Panitia Nasional
Harlah ke-9 PKB, 2007.
Witianti, Siti, “Rekrutmen Politik dan Kinerja Legislatif pada Pemilu 2004”,Publicsphere, Vol. 1,
No. 1, Januari – Juni 2007.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
http://www.dpp-pkb.or.id/
http://www.kpu.go.id/
http://www.fpkb-dpr.or.id/
.

10