HALLYU GELOMBANG KOREA DI ASIA DAN INDON

HALLYU
‘GELOMBANG KOREA’ DI ASIA DAN INDONESIA:TREND
MEREBAKNYA BUDAYA POP KOREASuray Agung Nugroho
Staf Pengajar Prodi III Bahasa Korea, Fakultas Ilmu Budaya UGM
Korea-Japan World Cup 2002
yang berakhir dengan masuknya Korea sebagaikekuatan empat besar
dunia dalam hal persepakbolaan semakin mempersohor Koreadi
mata dunia. Contohnya adalah beberapa waktu menjelang,
selama, dan setelahhiruk pikuk
World Cup
, beberapa stasiun televisi swasta di tanah air gencar
bersaingmenayangkan film-film maupun sinetron-sinetron
Korea. Bahkan, terdapat beberapasinetron Korea yang
‘sukses’ di layar kaca, sebut saja
Winter Sonata
dan
Endless Love.
Dua sinetron buatan negeri ginseng ini telah berhasil menarik
perhatian seba-gian masyarakat Indonesia, bahkan beberapa
bintang sinetron tersebut telah menjadiidola di tanah air.Situasi di
atas adalah sebagian kecil dari apa yang disebut

Hallyu
—istilah bu-atan yang bermakna pengaruh budaya modern Korea di
negara-negara lain—yang mu-lai merebak di banyak negara Asia,
termasuk Indonesia. Mungkin banyak yang tidak menyadari
bahwa Indonesia pun tidak luput dari pengaruh budaya Korea ini.Satu
gambaran mudah untuk mengetahui apa yang disebut dengan
Hallyu
iniadalah bisa disamakannya istilah ini dengan begitu besarnya
pengaruh Bollywood di beberapa negara Asia Tenggara, seperti

Malaysia dan Indonesia. Mungkin terkesanterlalu dini untuk
menyebut bahwa Indonesia sudah ‘terhanyut’ dalam
Hallyu.
Na-mun,, bila dilihat lebih dalam, Indonesia pun ternyata juga
tidak jauh berbeda dengannegara-negara Asia lain seperti China,
Singapura, Taiwan, Malaysia, Thailand, Viet1
nam dan bahkan Jepang dalam hal besarnya pengaruh
Hallyu
terhadap negera-negaraitu.Tidak banyak yang menyangka bahwa
Korea akan berhasil ‘mengekspor’ bu-daya popnya sebegitu besar

dan gencar seperti halnya yang terjadi dengan budaya popJepang yang
telah terlebih dahulu menyerbu Asia pada era 90-an.Dalam
kesempatan lokakarya kali ini, dipaparkan apa yang
disebut dengangelombang Korea ‘
Hallyu
’ itu dan apa saja yang termasuk di dalamnya. Kemudian,akan
dicoba dipaparkan pengaruh
Hallyu
di beberapa negara Asia dan akhirnya akandipaparkan pengaruh
Hallyu
di Indonesia.Untuk itu, paparan dalam makalah ini dimulai
dengan menengok kembali bagaimana situasi budaya pop
Korea di negerinya sendiri sebelum seperti sekarangini.
Kemudian, akan disinggung bagaimana masyakarat
dan pemerintah Korea menyikapi fenomena ini serta bagaimana
perkembangannya.
1. Situasi Budaya Pop Korea di Negerinya Sendiri
Selama hampir 50 tahun sejak Korea lepas dari
p e n d u d u k a n J e p a n g , pemerintah Korea menerapkan


larangan masuknya budaya Jepang. Impor musik danfilm Jepang
atau apa pun yang berbau budaya Jepang telah lama mengalami
kesulitan.Hal ini disebabkan masih adanya rasa sentimen atas 35
tahun penjajahan Jepang diKorea di awal abad ke-20.
Namun, pada tahun 1998 pemerintah Korea
Selatan mencabut larangan itu dan mulailah dengan apa
yang disebut dengan maraknya pengaruh Jepang di Korea.
Perlu juga diketahui bahwa walaupun selama masa itularangan
masuknya budaya Jepang ke Korea diberlakukan, tidak sedikit
masyarakatKorea yang tetap bisa menerima dan menikmati
berbagai produk budaya Jepang.Melihat kenyataan ini,
Korea bisa dianggap ‘tertinggal’ dalam hal terkena
pengaruhJepang pada tahun 90-an, karena negara-negara Asia
lain termasuk Indonesia telah
2
lama terbiasa atau terkena budaya pop atau modern Jepang, baik
lewat film, musik,maupun kartun.Sejak dicabutnya larangan itu,
situasi budaya pop Korea dalam hal ini musik,film,
fashion,
dan lain sebagainya, mulai terpengaruh lagi oleh Jepang. Kaum

mudaKorea menggandrungi apa pun yang berbau Jepang.
Penjualan lagu-lagu Jepang, bahkan mengalahkan penjualan
kaset dari penyanyi dalam negerinya. Film-filmJepang juga
mulai mendapat hati di kalangan masyarakat Korea.
Game-game
dariJepang pun juga mulai mendapatkan tempat di hati para remaja
Korea. Yang menarik adalah apa yang mulai disukai oleh para
remaja Korea itu adalah sesuatu yang masih banyak dibenci oleh
kaum tua yang masih teringat pahitnya larangan
menggunakan bahasa Korea dan hal-hal yang berbau Korea saat

pendudukan Jepang dulu. Namun, terlepas dari itu semua, mulai
masuknya budaya Jepang dengankebebasannya sedikit
banyak juga telah mewarnai perubahan budaya pop
Koreadalam hal ini musik dan film—
suatu topik yang akan dibahas di akhir makalah ini.
2. Dulu Jepang Sekarang Korea
Hanya dalam waktu sekitar 2 tahun, keadaan telah berubah
drastis. Bila padaawal milenium budaya Jepang masih kental
terasa di Korea, sekarang keadaan justruterbalik. Korea telah

berhasil menciptakan suatu budaya sendiri yang sanggup menjadituan
rumah di negeri sendiri dan bahkan telah berhasil
membuat negara-negaratetangganya terpengaruh oleh budaya pop
Korea ini, tak terkecuali Jepang.Banyak pendapat pro dan kontra
tentang apa yang sebenarnya menjadikan budaya pop Korea
menjadi seperti ini. Apabila melihat sejarah, Jepang
mulaimengekspor ‘imperialisme budaya’-nya seiring dengan
kuatnya daya saing produk- produk industrinya yang merambah
Asia pada saat itu. Sepertinya tidak ada negaramana pun yang
‘aman’ dari pengaruh budaya pop Jepang saat itu.
3
Situasi yang hampir mirip kini telah terjadi dengan Korea.
Seiring denganstagnannya ekonomi Jepang, Korea semenjak keluar
dari krisis moneter di akhir 90-anlalu telah bisa dikatakan berhasil
kembali ke jalur ekonomi yang ‘mulus’. Didukungdengan mulai
gencarnya produk-produk Korea di dunia termasuk Asia, Korea
secaradisadari atau tidak juga telah mulai ‘mengekspor’ budaya
modernnya ke kehidupanmasyarakat Asia yang terlebih dahulu telah
mengenal produk-produk industri Korea.Di Indonesia, misalnya,
beberapa tahun terakhir ini masyarakat Indonesia telah


mengenal merk-merk Korea seperti Samsung dan LG untuk
produk elektronik; berbagai macam merek mobil Korea sampaii
magic-jar
bermerek Yongma yang bahkan tidak semua orang Korea
menyadari bahwa itu adalah merek Korea!Berbagai penyewaan
VCD dan DVD pun marak di berbagai pelosok negeriini. Insan
Indonesia sudah begitu terbiasa dengan film-film Hollywood
yang hampir menguasai rak-rak film di tempat-tempat seperti
itu. Namun, sejak tahun 2002 yanglalu, selain film-film
Mandarin dan India, ternyata film-film Korea juga telah
mulaitermasuk dalam jajaran film-film yang disewakan—terlepas asli
atau bajakan.Hal di atas menandakan bahwa film-film Korea
pun telah masuk ke dalamlingkaran film-film yang mulai
diminati. Berhubungan dengan
Hallyu
, fenomena inidimulai dari negeri China daratan yang sejak
tahun 2000 lalu mulai ‘tergila-gila’dengan apa pun yang
berbau Korea. Dipicu dengan diputarnya sinetron dan lagulagugrup musik Korea di China, terjadilah suatu
perubahan yang dimotori oleh pararemaja yang mulai

meniru apa yang mereka lihat, dari pakaian sampai gaya
rambut para penyanyi dan model Korea.Fenomena-fenomena ini
ternyata tidak hanya terjadi di China saja namun jugamulai merambah
Taiwan, Thailand, Singapura, dan Vietnam. Khusus negara yang disebut terakhir ini, pengaruh
Hallyu
sangatlah kuat hingga beberapa kali diadakan
4
Kemudian, pada tahun 2003 terdapat satu film lagi, yaitu

Simildo
yang berhasilmenarik lebih dari 10 juta penonton.W a l a u p u n b i s a
dikatakan bahwa mutu film-film Korea sudah
s a n g a t berkembang dan bisa bersaing dengan produk
Hollywood, terlepas dari masalah mutufilm-film yang terus
diproduksi, film Korea telah menjadi salah satu pilihan
hiburanmasyarakat Korea.Preferensi masyarakat Korea untuk
menonton filmnya sendiri bisa dilihatsebagai tanda bahwa
menonton film buatan dalam negeri yang box-office
telahmenjadi semacam
social integrator

dalam kehidupan seseorang (Nugroho, SurayAgung, 2002).
Film dalam negeri yang sedang populer merupakan bahan
percakapanyang umum. Hal yang sama pernah terjadi di Indonesia
tatkala film “Ada Apa denganCinta (AADC)” sukses luar biasa
dengan banyaknya jumlah penonton. Mulai saatitulah banyak
orang yang mulai menjadikan AADC ini sebagai bahan
pembicaraan.Apa yang terjadi di Korea menggambarkan bahwa
film Korea sebagai salahsatu budaya pop telah membentuk suatu
mass culture
di masyarakat Korea. Di lihatdari kacamata lain, perfilman
Korea yang sedang
booming
di negeri sendiri itu telahmenjadi semacam prestise dalam
menaikkan gengsi negara Korea mengingat tidak banyak negara
yang berhasil menaklukkan penetrasi kekuatan
Hollywood.Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir
ini, film Korea juga berhasilmendapat tempat di beberapa negara
asing seperti China, Jepang, Vietnam, Malaysia, bahkan beberapa
negara Eropa dan Amerika (Pacquet, 2002). Beberapa film
Koreamulai dibeli hak ciptanya untuk di-


remake
dalam versi Hollywood. Tahun 2001sebuah film berjudul
My Wife is a Gangster
dibeli hak ciptanya oleh Miramax sehargaUS$1,1 juta, suatu nilai
yang sangat besar yang pernah diterima oleh film
Korea(Pacquet, 2001b). Film-film lain yang juga telah dibeli
hak ciptanya oleh Hollywoodadalah
My Sassy Girl
and
Hi, Dharma
(Pacquet, 2002a). Ketiga film tersebut telah
11
dijual luas di Indonesia dalam bentuk VCD maupun DVD asli.
Hal ini menunjukkan pula bahwa film Korea telah mampu
bersaing dengan produk raksasa perfilman dunia —Hollywood.
5.
Hallyu
sebagai Titik Tolak Kajian tentang Korea
Merebaknya

Hallyu
di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara
AsiaTenggara telah menunjukkan adanya aliran budaya
dari Korea ke negara-negaratetangganya. Terlepas dari dampak
panjang yang akan terus berlanjut,
Hallyu
memangsuatu fenomena tersendiri dalam dunia industri hiburan
modern Korea. Dalam situasidunia pada saat pertukaran
informasi terjadi hampir tanpa halangan apa pun, Koreatelah
menjejakkan pengaruhnya di kawasan Asia.Meluasnya
Hallyu

ini, sekali lagi, tidak bisa dilepaskan dari peran
mediamassa yang secara sadar maupun tidak telah membantu
terjadinya aliran budaya ini.Bahkan, bisa dikatakan bahwa
dengan media massa-lah
Hallyu
memasuki semuasudut negara-negara Asia.Perubahan yang dialami
oleh industri budaya pop Korea, baik produk budayatelevisi,
film, maupun industri rekaman merupakan suatu fenomena yang

menarik untuk dikaji. Sebagai sebuah negara yang banyak
diperhitungkan kiprahnya dikawasan Asia, Korea tidak bisa
begitu saja dilihat sebelah mata. Banyak hal yang bisadipelajari dari
fenomena itu, terutama bagaimana semua pihak di dalam negeri
bersatu padu membuat fenomena tiba-tiba itu menjadi suatu
komoditas yang berharga bagi bangsa.Pada titik inilah perlunya
Korean Studies
sebagai salah satu kajian yang mulai berkembang patut
dipertimbangkan. Apabila selama ini kajian tentang budaya
luar negeri sering dititikberatkan atau lebih condong kepada
beberapa negara, misalnya
12
Amerika atau Jepang sebagai referensi, maka dengan lahirnya Korea
sebagai kekuatanekonomi Asia berikut produk-produk budayanya perlu
juga mendapat perhatian.Di kalangan akademisi perguruan tinggi
di luar negeri, kajian tentang Koreatelah banyak dan semakin
berkembang, sedangkan di Indonesia bisa dikatakan
mulai berkembang. Dengan semakin banyaknya produk budaya
Korea yang secara sadar atau tidak telah menemani
kehidupan masyarakat Indonesia, pentinglah
kiranya pemahaman terhadap budaya Korea mulai
diperkenalkan di tingkat pendidikan yanglebih luas lagi; tidak

hanya di kalangan perguruan tinggi seperti saat ini, namun
bisa juga dimulai dari kalangan sekolah menengah sehingga
pemahaman tentang Koreasemakin luas yang akhirnya
diharapkan hubungan budaya antarkedua negara
bisasemakin diterima dan berlanjut lebih baik.
13