PERMINTAAN and PENAWARAN DAN ISALAM.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan perekonomian semakin hari semakin kompleks, sebagai tuntutan dari
perkembangan hidup yang lebih maju dan modern. Kegiatan perekonomian tersebut terutama
adalah kegiatan produksi, konsumsi dan perdagangan. Ketiga kegiatan ekonomi yang utama
tersebut, menimbulkan masalah yang pokok dalam perekonomian. Permasalahan yang
pertama adalah apakah barang dan jasa yang akan diproduksi dan berapa jumlahnya, yang
kedua adalah bagaimanakah caranya memproduksi barang dan jasa tersebut dan yang terakhir
adalah untuk siapakah barang dan jasa tersebut diproduksi. Permasalahan pokok yang
pertama, yaitu apakah barang dan jasa yang akan diproduksi dan berapa jumlahnya, dapat
dipecahkan dengan mengamati interaksi antara penjual dan pembeli sehingga dapat ditentuan
harga barang yang wujud di pasar dan jumlah barang yang diperdagangkan. Dalam upaya
mengamati interaksi antara penjual dan pembeli, diperlukan sebuah teori yang dapat
menerangkan sifat atau karakter dari interaksi tersebut.
Suatu kegiatan ekonomi baik itu skala kegiatan ekonomi mikro maupun makro,
selalu diawali dengan adanya interaksi antara produsen dengan konsumen. Adapun interaksi
antara produsen dengan konsumen dalam kegiatan ekonomi mikro diwujudkan dalam
permintaan dan penawaran.
Dalam teori ekonomi mikro, dikenal teori permintaan dan penawaran. Teori
permintaan berusaha menjelaskan sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang
sedangkan teori penawaran menjelaskan sifat penawaran para penjual atau produsen. Pada
kajian ekonomi mikro, pada dasarnya harga dan permintaan (demand) maupun penawaran
(supply) bergantung pada individu dalam suatu perekonomian. Permintaan yang berarti dari
pihak konsumen dan penawan dari pihak produsen. Kedua hal ini adalah pokok dalam suatu
permasalahan ekonomi, karena dua hal tersebut yang membuat perekonomian pasar bekerja.
Oleh karena itu sebelum melihat apakah kebijakan atau peristiwa mampu mempengaruhi
perekonomian kita harus lebih dulu melihat pengaruhnya kepada permintaan dan penawaran.
Konsumen akan melakukan pilihan terhadap semua barang yang diinginkan
berdasarkan rupiah yang dimilikinya. Suatu rumah tangga setiap bulannya akan
membutuhkan berbagai macam barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan penghasilan yang dimiliki terbatas jumlahnya. Dengan penghasilan yang terbatas
tersebut, rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang rasional akan melakukan pilihan yang
terbaik untuk mengonsumsi barang-barang kebutuhannya. Tentu saja pilihan akan dilakukan
1
terhadap barang yang memberikan manfaat atau kepuasan yang paling tinggi. Semakin
banyak barang yang dimliki, konsumen akan merasa semakin terpenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian konsumen menginginkan membeli barang yang dibutuhkan serendah
mungkin.
Pandangan ekonomi islam mengenai permintaan relatif sama dengan ekonomi
konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk berperilaku ekonomi yang
sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan moral “islami” yang
merupakan prinsip islam dalam melakukan kegiatan ekonomi, merupakan faktor yang
menentukan suatu individu maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya
sehingga teori ekonomi yang terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi
konvensional. Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan tentang teori permintaan Islami
dan apa saja yang terkait dalam pembahasan teori permintaan Islami tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Permintaan Dan Penawaran.
2. Hukum Permintaan Dan Penawaran.
3. Teori Permintaan Dan Penawaran Dalam Pandangan Konvensional Dan Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERMINTAAN
1. Pengertian Permintaan
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu
dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dalam periode tertentu dan
dalam periode tertentu.1[1]
Permintaan dapat dibagi menjadi dua macam:
a.
Permintaan absolut (absolut demand)
Permintaan absolut adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa baik yang bertenaga
beli/berkemampuan membeli, maupun yang tidak bertenaga beli.
b.
Permintaan efektif (effective demand)
Permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang disertai kemampuan
membeli.
Adapun permintaan menurut ekonomi Islam, misalnya Ibnu Taimiyah, permintaan
adalah hasrat atau keinginan terhadap suatu barang (raghbah fi al-syai).2[2]
2. Faktor-faktor Penentu Permintaan
Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara
permintaan dan harga.3[3] Dari definisi ini dapat diketahui, bahwa permintaan terjadi karena
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
1)
Harga barang yang diminta, naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi
banyaknya barang yang diminta
1[1] Muhammad. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. (Yogyakarta:
BPFE,2004), hal. 113.
2[2]Adiwarman A. Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga.
(Jakarta: PT. RajaGrafndo Persada, 2012), hal. 364.
3[3] Sadono Sukirno. Mikroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. (Jakarta:
PT RajaGrafndo Persada, 2013), hal. 5..
3
2)
Tingkat pendapatan masyarakat, pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli
masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas permintaan.
3)
Jumlah penduduk, semakin banyak penduduk, maka jumlah permintaan akan meningkat.
4)
Selera dan estimasi, perkembangan mode, pendidikan, lingkungan akan mempengaruhi
selera masyarakat, yang akan mempunyai pengaruh terhadap jumlah permintaan.
5)
Harga barang lain atau substitusi, adanya barang pengganti akan berpengaruh terhadap
jumlah permintaan. Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah
permintaan akan dipengaruhinya.
6)
Intensitas kebutuhan, mendesak atau tidaknya atau penting tidaknya kebutuhan seseorang
terhadap jasa, mempengaruhi jumlah permintaan. Kebutuhan primer, lebih penting dibanding
kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder lebih penting dibanding tersier, sehingga
pengaruhnya terhadap jumlah permintaan berbeda.
7)
Distribusi pendapatan, makin merata pendapatan maka jumlah permintaan semakin
meningkat, sebaliknya pendapatan yang hanya diterima/dinikmati oleh kelompok tertentu,
maka secara keseluruhan jumlah permintaan akan turun.
Bila faktor tingkat pendapatan jumlah penduduk selera dan estimasi barang serta
harga barang subtitusi tetap . maka permintaan hanya ditentukan oleh harga. Hal demikian,
besarnya kecilnya perubahan permintaan ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga.
Jika ini terjadi, maka berlaku perbandingan terbalik antara harga. Jika ini terjadi, maka
berlaku perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan dan berbanding lurus dengan
penawaran. Perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan disebut sebagai hukum
permintaan.
3. Hukum Permintaan
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang
dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis
yang menyatakan :
Makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang
tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan
terhadapbarang tersebut.
4
Hukum (Sunnatullah) permintaan tersebut berlaku, jika asumsi-asumsi yang
dibutuhkan terpenuhi, yaitu : cateris paribus atau dengan kata lain faktor-faktor lain selain
harga dianggap tetap (tidak mengalami perubahan).
Berdasarkan hukum permintaan tersebut, dapat dipahami adanya hubungan antara
permintaan dengan harga. Secara teori, hukum ini dijelaskan yaitu : manakala pada suatu
pasar terdapat permintaan suatu produk yang relatif sangat banyak, sehingga :
1) Barang yang tersedia pada produsen tidak dapat memenuhi semua permintaan tersebut
sehingga untuk membatasi jumlah pembelian produsen akan menaikkan harga jual produk
tersebut.
2) Penjual akan berusaha menggunakan kesempatan tersebut untuk meningkatkan dan
memperbesar keuntungannya dengan cara menaikkan harga jual produknya.
Sebaliknya, manakala pada suatu pasar permintaan suatu produk relatif sedikit, maka
yang terjadi adalah harga turun. Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Barang tersedia pada produsen/penjual relatif sangat banyak sehingga manakala jumlah
permintaan sedikit produsen akan berusaha menjual produknya sebanyak mungkin dengan
cara menurunkan harga jual produknya;
2. Produsen/penjual hanya akan meningkatkan keuntungannya dari volume penjualannya.
Perilaku ekonomi seperti ini pernah ditangkap dan dirumuskan oleh para pemikir
ekonomi Islam masa silam, yaitu : Abu Yusuf, Ibn Taymiyah, Al-Ghazali dan Ibn Khaldun. 4
[4]
a.
Abu Yusuf (113-182 H/ 731-798 M)
Beliau tercatat sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung tentang mekanisme
pasar. Fenomena yang terjadi pada masa beliau adalah kelangkaan barang maka harga
cenderung akan tinggi, sedangkan pada saat barang tersebut melimpah, maka harga
cenderung untuk turun atau lebih rendah.
Pemahaman pada zaman Abu Yusuf tentang hubungan antara harga dan kuantitas
hanya memerhatikan kurva demand. Dalam literatur kontemporer, fenomena yang berlaku
4[4] Ibid., hal. 11..
.
pada zaman Abu Yusuf dapat dijelaskan dengan teori permintaan. Teori ini menjelaskan
hubungan antara harga dengan kuantitas yang diminta. 5[5] Dimana hubungan harga dan
kuantitas dapat diformulasikan sebagai berikut:
D = Q = f (P)
Formulasi ini menujukkan bahwa pengaruh harga terhadap jumlah permintaan suatu
komoditi adalah negatif, apabila P (harga) naik maka Q (barang yang diminta) turun, begitu
pula sebaliknya. Abu Yusuf membantah pemahaman seperti ini, karena pada kenyataannya
tidak selalu terjadi bahwa bila persediaan barang sedikit, harga akan mahal dan bila
persediaan barang melimpah, harga akan murah. Ia menyatakan,
Kadang-kadang makanan berlimpah, tetapi mahal dan kadang-kadang makanan sangat
sedikit tetapi murah.:
Abu Yusuf menyangkal pendapat umum mengenai hubungan terbalik antara
persediaan barang dan harga, karena pada kenyataannya harga tidak bergantung pada
permintaan saja, tetapi juga pada kekuatan penawaran. Oleh karena itu, peningkatan atau
penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan peningkatan atau penurunan permintaan,
atau penurunan atau peningkatan dalam produksi. Beliau menyatakan:
Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut
ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya
makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan karena kelangkaan makanan. Murah dan
mahal merupakan ketentuan Allah.
Di lain pihak pihak beliau juga menegaskan bahwa ada beberapa variabel lain yang
memengaruhi, tetapi dia tidak menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi variabel itu adalah
pergeseran dalam permintaan atau jumlah uang yang beredar di suatu negara atau
penimbunan dan penahanan barang, atau semua hal tersebut. Beberapa abad sesudahnya,
ketidakjelasan apa variabel lain yang memengaruhi dalam permintaan juga dialami oleh
Adam Smith (1776 M) dengan mengatakan bahwa harga ditentukan oleh suatu kekuatan yang
tidak terlihat (The Invisible Hands).
b.
Al- Ghazali ( 450-505 H/ 1058-1111 M)
.[.] Adiwarman A. Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga.
(Jakarta: PT. RajaGrafndo Persada, 2012), hal. 2.0.
6
Kontribusi beliau dalam pemikiran ekonomi salah satunya adalah tentang
keseimbangan permintaan dan penawaran. Pemahamannya tentang kekuatan pasar terlihat
jelas ketika membicarakan harga makanan yang tinggi, ia menyatakan bahwa harga tersebut
harus didorong ke bawah dengan menurunkan permintaan.
c.
Ibnu Taimiyah (661-728 H/ 1263-1328 M)
Ibnu Taimiyah memiliki sebuah pemahaman yang jelas mengenai hubungan antara
harga dengan kekuatan permintaan dan penawaran. Beliau menyatakan:
Naik dan turunnya harga tidak selalu diakibatkan oleh kezaliman orang-orang tertentu.
Terkadang, hal tersebut disebabkan oleh kekurangan produksi atau penurunan impor
barang-barang yang diminta. Oleh karena itu, apabila permintaan naik dan penawaran
turun, harga-harga naik. Di sisi lain, apabila persediaan barang meningkat dan permintaan
terhadapnya menurun, harga pun turun. Kelangkaan atau kelimpahan ini bukan disebabkan
oleh tindakan orang-orang tertentu. Ia bisa jadi disebabkan oleh sesuatu yang tidak
mengandung kezaliman, atau terkadang, ia juga bisa disebabkan oleh kezaliman. Hal ini
adalah kemahakuasaan Allah yang telah menciptakan keinginan dihati manusia.
Dari pernyataan tersebut, tampaknya pada masa beliau kenaikan harga-harga
dianggap sebagai akibat dari kezaliman para pedagang. Namun menurut beliau pandangan
tersebut tidak selalu benar. Lebih jauh, ada berbagai alasan ekonomi terhadap naik turunnya
harga-harga.
4. Teori Permintaan
1. Pengertian Teori Permintaan konvensional
Teori permintaan adalah teori yang menerangkan hubungan antara permintaan
terhadap harga merupakan pernyataan positif tersebut dikenal dengan teori permintaan.
Dengan demikian, teori permintaan dapat dinyatakan :
Permintaan lurus antara permintaan terhadap harganya, yaitu apabila permintaan
naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relatif
akan turun.
5
2. Teori Permintaan Islami
Hal penting yang harus dicatat adalah bagaimana teori ekonomi yang dikembangkan
Barat membatasi analisisnya dalam jangka pendek yakni hanya sejauh bagaimana manusia
memenuhi keinginannya saja. Tidak ada analisis yang memasukkan nilai-nilai moral dan
sosial. Analisis hanya dibatasi pada variabel-variabel pasar semata seperti harga, pendapatan
dan sebagainya. Variabel-variabel lain tidak dimasukkan, seperti variabel nilai moral dan
kesederhanaan, keadilan, sikap mendahulukan orang lain, dan sebagainya.6[7]
Dalam ajaran Islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta
diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah
berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran belum cukup dalam membatasi konsumsi.
Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (israf),
dan harus mengutamakan kebaikan (maslahah). Islam tidak menganjurkan permintaan
terhadap suatu barang dengan tujuan kemegahan, kemewahan dan kemubadziran.
Permintaan dan penawaran merupakan perilaku konsumen dalam kegiatan ekonomi,
oleh karena itu Islam mengajarkan kepada manusia dalam berperilaku ekonomi agar sesuai
dengan perintah Al-Qur’an dan Hadis. Permintaan erat sekali kaitannya dengan perilaku
konsumen, yakni suatu barang/jasa yang diminta oleh konsumen pada akhirnya akan
digunakan untuk diambil manfaatnya.
Islam memiliki paradigma agar manusia dalam melakukan kegiatan ekonomi yakni
konsumsi harus mempertimbangkan terlebih dahulu barang/jasa tersebut halal atau tidak.
Sebab Islam melarang umatnya untuk mengonsumsi atau mempergunakan barang/jasa yang
haram. Di dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai bahwa kemampuan dan
pendapatan setiap individu itu berbeda-beda, sehingga dalam melakukan kegiatan ekonomi
tidak akan maksimal untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. i
B. PENAWARAN
1. Pengertian Penawaran
6[5] Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 8..
8
Dalam
ilmu
ekonomi
penawaran (supply) diartikan
kesediaan
penjual
untuk
menjual/menyerahkan berbagai jumlah barang pada berbagai tingkat harga dalam waktu
tertentu dan keadaan tertentu. Waktu tertentu menunjukkan periode atau saat tertentu dan
kondisi tertentu menunjukkan keadaan ceteris paribus. Dalam rangka menjawab kebutuhan
konsumen, pihak produsen menyediakan berbagai barang dan jasa. Barang dan jasa hasil
produksi ini kemudian dijual kepada konsumen di pasar menurut tingkat harga tertentu.
Permintaan bersangkut paut dengan pembelian dan pemakaian sedangkan penawaran
bersangkut paut dengan penyediaan dan penjualan. Jadi penawaran adalah jumlah barang dan
jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan situasi.
.
2. Hukum Penawaran
Sebagaimana yang kita kenal semenjak pertama kali kita belajar ilmu ekonomi kita
mengenal hukum penawaran yang sangat sederhana yaitu : bila harga naik maka kuantitas
yang ditawarkan naik, dan bila harga turun maka demikian pula kuantitas yang ditawarkan,
hubungan ini disebut kurva penawaran.[1]
Penawaran barang atau jasa bisa juga didefinisikan sebagai berkut:
Kuantitas barang atau jasa yang orang bersedia untuk menjualnya pada berbagai tingkat harga
dalam suatu periode waktu tertentu. Pebedaan defenisi penawaran dengan defenisi
permintaan hanya terlerak pada satu kata. Jika permintaan menggunakan kata membeli, maka
penawaran menggunakan kata menjual. Seperti juga dalam permintaan analisis penawaran
juga mengasumsikan suatu periode waktu tertentu, dan bahwa faktor-faktor penentu
penawaran selain harga barang tersebut dianggap tidak berubah atau konstan ( Ceteris
paribus).[2]
Dengan kata lain definisi penawaran bisa juga dijelaskan dengan proses atau gejala
subtitusi pada umumnya sumber-sumber dan teknik produksi yang digunakan oleh seorang
produsen dapat digunakan untuk memproduksi berbagai macam dan jumlah produk.[3]
Hubungan antara jumlah barang yang di tawarkan (jumlah penawaran atau Quantity
Supplied ) dengan harga barang adalah hubungan searah. Jika harga barang tinggi maka akan
lebih banyak orang yang melihat potensi mendapat keuntungan dengan menjual barang yang
diproduksi atau dimilikinya, sehingga jumlah penawaran barang tersebutpun tinggi.7
5
[1]
Faried Wijaya, Seri Pengantar Ekonomi Mikro (Yogyakarta: BPFE,1991), hal. 114
Mustafa Edwin Nasotin et. al., Ekonomi Islam ( Jakarta : Kencana, 2006 ), Hal.89
[3]
Faried Wijaya, Op. Cit, hal. 114-115
[2]
9
Sebaliknya apabila harga turun maka jumlah penawaranpun akan turun. Lebih
sedikit orang yang dapat memperoleh keuntungan dari harga yang rendah, sedangkan mereka
yang tidak memperoleh keuntungan dari harga yang rendah akan menunda penjualan,
akibatnya jumlah penawaran di pasarpun berkurang.
Hubungan antara penawaran barang atau jasa itu sendiri dinyatakan dalam hukum
penawaran yang bunyinya: semakin tinggi harga suatu barang maka semakin besar jumlah
penawaran barang tersebut, semakin rendah harga suatu barang maka semakin rendah pula
jumlah penawaran barang tersebut.
Dalam
menganalisis
penawaran
perlu
pula
dibedakan
antara
penawaran (supply) dan jumlah penawaran Quantity Supplied. Pembedaan diantara keduanya
sama seperti ketika kita membedakan diantara keduanya sama seperti ketika kita
membedakan
antara
permintaan
(demand)
dengan
jumlah
permintaan (quantity
demanded) secara ringkas bisa dikatakan bahwa perubahan pada harga barang atau jasa
mengakibatkan perubahan pada jumlah penawaran barang atau jasa tersebut.
Perubahan pada variabel-variabel lain akan mengakibatkan perubahan jasa atau
barang tersebut.Seperti juga permintaan, penawaran terhadap suatu barang tidak hanya
dipengaruhi harga barang tersebut. Banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran
suatu barang selain harga barang tersebut sebagaimana telah diterangkan diatas, perubahan
pada faktor selain harga yang akan diuraiakan dibawah ini akan menyebabkan kurva
penawaran bergeser. Adapun arah pergeseran apakah keatas atau kebawah tentu bergantung
kepada efek perubahan masing-masing variabel terhadap jumlah penawaran pada harga yang
tetap.[4]
Ada juga yang disebut dengan Schedul penawaran output. Schedul penawaran
output dapat dinyatakan dengan kurva yang disebut kurva penawaran. Disinipun dapat
dibedakan antara kurva penawaran produsen individual dengan kurva penawaran pasar.
Kurva penawaran pasar adalah penjumlahan secara horisontal kurva-kurva penawaran
produsen individual. Bila masing-masing individual sama-sama besar maka permintaan pasar
dapat diperoleh dengan mengalikan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen typikal
individual dengan banyaknya produsen.[5]
Untuk mempelajari teori-teori penawaran, baik itu penawaran produsen tunggal
maupun penawaran agregat (pasar), kita juga perlu mengambil pelajaran dari ekonomi
konvensional agar dapat bersaing dengan mereka dengan menyesuaikanya pada
ajaran syari’at.
10
Teori penawaran produsen tunggal yaitu apabila faktor yang kita anggap konstan
dalam memperoleh sechedul penawaran dan kurva penawaran (syarat ceteris paribus )
berubah, maka seluruh kurva penawaran akan bergeser hal ini disebut sebagai perubahan atau
pergeseran penawaran dan harus dibedakan secara tajam dari perubahan jumlah yang
ditawarkan (yang menunjukan pergerakan sepanjang kurva penawaran yang sama).
Sedangkan teori penawaran pasar yaitu dari suatu komoditi memberikan jumlah
alternatif dari penawaran komoditi dalam periode waktu tentu pada berbagai harga alternatif
oleh semua produsen yang ada dalam pasar. Penawaran pasar komoditi tergantung pada
semua faktor yang menentukan penawaran produsen secara individu dan seterusnya pada
jumlah produsen dalam pasar.[6]
Adapun faktor-faktor lain yang menentukan penawaran suatu barang adalah:
1.
Biaya dan teknologi
Biaya dan teknologi adalah dua konsep yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Yang
dimaksud dengan biaya adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang dan jasa
mencakup biaya tenaga kerja,biaya bahan baku, jika sistem ekonomi konvensional dalam
operasionalnya.
Teknologi adalah penemuan dan peningkatan teknologi yang diterapkan untuk menurunkan
biaya produksi contohnya adalah penggunaan robot dan komputer. Jika diterapkan teknologi
baru dan sebagainya.
2.
Jumlah penjual
Jumlah penjual memiliki dampak langsung terhadap penawaran makin banyak jumlah penjual
yang mampu menjual pada tingkat harga tertentu makin tinggi penawaran.
3.
Dugaan tentang masa depan
Aspek dugaan atau ekspektasi terhadap masa depan mencakup dugaan mengenai perubahan
harga dari barang tersebut. Misalnya, jika penjual menduga bahwa harga barangnya akan
meningkat dimasa depan, ia akan mengurangi penawarannya pada saat ini. Akibatnya
penawaran berkurang. Hal ini dilarang oleh nabi, karena seperti yang nanti akan kita lihat,
perilaku ini mengakibatkan harga dipasar melonjak.8
4.
Kondisi alam
8
[4]
Mustafa Edwin Nasotin et. al.,Op. Cit., Hal.90-91
[5]
Faried Wijaya, Loc. Cit, hal. 115
[6]
Dominick Salvatore, Teori Mikro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 1990), hal. 19-20
11
Kondisi alam seperti terjadi bencana banjir, gempa bumi, dan sebagainya. Bisa
mengakibatkan penawaran barang-barang tertentu berkurang khususnya barang-barang hasil
pertanian.[7]
3.Teori Penawaran Islami
Islam mengajarkan umatnya menjadi umat yang kuat, umat yang tidak boros, umat
yang memiliki manajemen hidup dan selalu sigap setiap saat tanpa harus membalikkan
tangan (meminta-minta). Islam mengajarkan umatnya untuk kaya. al-Qur'an dan Sunnah
baginda nabi Muhammad tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk miskin, lebih-lebih
meminta-minta, yang ada adalah ajaran-ajaran yang mengisaratkan untuk selalu hidup
berkecukupan.
َوقُ ِل ا ؤع َملُوا فَ َسيَ َرى ا
َاُ َع َملَ ُك ؤم َو َرسُولُهُ َو ؤال ُم ؤؤ ِمنُون
"Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaan itu."
Perintah untuk bekerja tidak lain adalah supaya mampu menjalani hidup menuju
tatanan yang sakinah, mawaddah wa rohmah. Untuk itu, bekerja dipastikan untuk mencari
keuntungan, keuntungan didasarkan dari nilai tawar yang diberikan. Artinya, Islam tidak serta
merta mengajarkan untuk bekerja saja, akan tetapi juga untuk untung dalam bekerja. [8]
Dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam klasik, penawaran telah dikenali sebagai
kekuaatan penting di dalam pasar. Penawaran sebagai ketersdiaan barang di pasar. Penawaran
barang atau jasa dapat berasal dari hasil impor (barang dari luar) dan produksi lokal. Kegiatan
ini dilakukan oleh produsen maupun penjual. Nilai tawar dalam islam didasarkan pada:
1.
Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pad dasarnya akantergantung pada tingkat
keimanan adri produsen। jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang
diproduksi semakin meningkat maka produsen muslim akan memperbanyak jumlah
produksinya cateris paribus.
2.
Keuntungan
Keuntungan meupakan bagian dari mashlahah karenan ia dapat mengakumulasi modal yang
pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya dengan kata lain. keuntungan
12
akan menjadi tambahan modal guna memperoleh mahlahah lebih besar lagi untuk mencapai
falah. faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah anatra lain :
a. Harga Barang
Jika harga turun,maka produen akan cenderung mengurangi penawaran nya sebab tingkat
keuntungan yang diperoleh juga akan turun.
b. Biaya Produksi
Jika biaya turun, caterisparibus maka keuntungan produsen penjual akan meningkat yang
seterusnya akan mendorongnya untuk meningkatkan jumlahpasokan pasar,sebaliknya.-Harga
Input Produksi Kenaikan harga input produksi berpengaruh negatif terhadap penawaran yaitu
akan mendorong produsen untuk mengurangi jumlah penawaranya, demikian sebaliknya.
- Teknologi Produksi Kenaikan teknologi dapat menurunkan biaya produksi sehingga
meninggkatkan keuntungan produsen akhirnya meningkatnya keuntungan ini mendorong
produsen untuk menaikkan penawaraanya.
Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang dalam menjalankan
aktivitas ekonomi, yaitu : mafsadah, gharar, maisir, dan transaksi riba.
Mafsadah, gharar dan maisir sebagai tindakan yang menyebabkan kerusakan (negative
externalities) sebagai akibat yang melekat dari suatu aktivitas produksi yang hanya
memperhatikan
keuntungan
semata,
walaupun
sudah
dikemukakan,
namun
tidak
tercerminkan dengan baik di dalam konsep dan model dalam ekonomi Islam, sehingga sisi ini
akan mendapat perhatian lebih banyak. Sedangkan pelarangan terhadap transaksi riba tidak
akan begitu mewarnai pembahasan tentang konsep biaya produksi dalam Islam, karena sudah
dijelaskan dengan lebih detail pada buku ataupun paper makalah dan jurnal lainnya. Sehingga
makalah ini akan lebih banyak mencoba membuktikan bagaimana dampak positif terhadap
tingkat efisiensi produk apabila dalam proses produksi sebuah perusahaan yang sesuai
syariah tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya mafsadah,gharar dan maisir.9
Adapun konsep penawaran merupakan bentuk perilaku ekonomi yang sangat penting
dalam teori ekonomi, baik makro maupun mikro. Konsep ini juga dapat menjelaskan
hubungannya dengan perilaku produsen dalam penetapan harga yang didahului dengan
perhitungan biaya produksinya. Bila hukum penawaran ditetapkan dengan mengasumsikan
9
[8]
[7]
Mustafa Edwin Nasotin et. al.,Op. Cit, Hal.93-94
Mustafa Edwin Nasotin et. al., Ekonomi Islam ( Jakarta : Kencana, 2006 ), Hal.93
13
faktor-faktor yang mempengaruhi determinasi harga terhadap penawaran dianggap tetap
(ceteris paribus), sedangkan bila penawaran yang menentukan harga maka disebut teori
penawaran (tanpa asumsi ceteris paribus). Maka, diperlukan konsensus yang baru terkait
tanggung jawab sosial dan lingkungan yang perlu untuk diperhitungkan di dalam penawaran
terkait aspek mafsadah,gharar dan maisir.
14
i
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan perekonomian semakin hari semakin kompleks, sebagai tuntutan dari
perkembangan hidup yang lebih maju dan modern. Kegiatan perekonomian tersebut terutama
adalah kegiatan produksi, konsumsi dan perdagangan. Ketiga kegiatan ekonomi yang utama
tersebut, menimbulkan masalah yang pokok dalam perekonomian. Permasalahan yang
pertama adalah apakah barang dan jasa yang akan diproduksi dan berapa jumlahnya, yang
kedua adalah bagaimanakah caranya memproduksi barang dan jasa tersebut dan yang terakhir
adalah untuk siapakah barang dan jasa tersebut diproduksi. Permasalahan pokok yang
pertama, yaitu apakah barang dan jasa yang akan diproduksi dan berapa jumlahnya, dapat
dipecahkan dengan mengamati interaksi antara penjual dan pembeli sehingga dapat ditentuan
harga barang yang wujud di pasar dan jumlah barang yang diperdagangkan. Dalam upaya
mengamati interaksi antara penjual dan pembeli, diperlukan sebuah teori yang dapat
menerangkan sifat atau karakter dari interaksi tersebut.
Suatu kegiatan ekonomi baik itu skala kegiatan ekonomi mikro maupun makro,
selalu diawali dengan adanya interaksi antara produsen dengan konsumen. Adapun interaksi
antara produsen dengan konsumen dalam kegiatan ekonomi mikro diwujudkan dalam
permintaan dan penawaran.
Dalam teori ekonomi mikro, dikenal teori permintaan dan penawaran. Teori
permintaan berusaha menjelaskan sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang
sedangkan teori penawaran menjelaskan sifat penawaran para penjual atau produsen. Pada
kajian ekonomi mikro, pada dasarnya harga dan permintaan (demand) maupun penawaran
(supply) bergantung pada individu dalam suatu perekonomian. Permintaan yang berarti dari
pihak konsumen dan penawan dari pihak produsen. Kedua hal ini adalah pokok dalam suatu
permasalahan ekonomi, karena dua hal tersebut yang membuat perekonomian pasar bekerja.
Oleh karena itu sebelum melihat apakah kebijakan atau peristiwa mampu mempengaruhi
perekonomian kita harus lebih dulu melihat pengaruhnya kepada permintaan dan penawaran.
Konsumen akan melakukan pilihan terhadap semua barang yang diinginkan
berdasarkan rupiah yang dimilikinya. Suatu rumah tangga setiap bulannya akan
membutuhkan berbagai macam barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan penghasilan yang dimiliki terbatas jumlahnya. Dengan penghasilan yang terbatas
tersebut, rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang rasional akan melakukan pilihan yang
terbaik untuk mengonsumsi barang-barang kebutuhannya. Tentu saja pilihan akan dilakukan
1
terhadap barang yang memberikan manfaat atau kepuasan yang paling tinggi. Semakin
banyak barang yang dimliki, konsumen akan merasa semakin terpenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian konsumen menginginkan membeli barang yang dibutuhkan serendah
mungkin.
Pandangan ekonomi islam mengenai permintaan relatif sama dengan ekonomi
konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk berperilaku ekonomi yang
sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan moral “islami” yang
merupakan prinsip islam dalam melakukan kegiatan ekonomi, merupakan faktor yang
menentukan suatu individu maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya
sehingga teori ekonomi yang terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi
konvensional. Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan tentang teori permintaan Islami
dan apa saja yang terkait dalam pembahasan teori permintaan Islami tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Permintaan Dan Penawaran.
2. Hukum Permintaan Dan Penawaran.
3. Teori Permintaan Dan Penawaran Dalam Pandangan Konvensional Dan Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERMINTAAN
1. Pengertian Permintaan
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu
dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dalam periode tertentu dan
dalam periode tertentu.1[1]
Permintaan dapat dibagi menjadi dua macam:
a.
Permintaan absolut (absolut demand)
Permintaan absolut adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa baik yang bertenaga
beli/berkemampuan membeli, maupun yang tidak bertenaga beli.
b.
Permintaan efektif (effective demand)
Permintaan efektif adalah permintaan terhadap barang dan jasa yang disertai kemampuan
membeli.
Adapun permintaan menurut ekonomi Islam, misalnya Ibnu Taimiyah, permintaan
adalah hasrat atau keinginan terhadap suatu barang (raghbah fi al-syai).2[2]
2. Faktor-faktor Penentu Permintaan
Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara
permintaan dan harga.3[3] Dari definisi ini dapat diketahui, bahwa permintaan terjadi karena
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
1)
Harga barang yang diminta, naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi
banyaknya barang yang diminta
1[1] Muhammad. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. (Yogyakarta:
BPFE,2004), hal. 113.
2[2]Adiwarman A. Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga.
(Jakarta: PT. RajaGrafndo Persada, 2012), hal. 364.
3[3] Sadono Sukirno. Mikroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. (Jakarta:
PT RajaGrafndo Persada, 2013), hal. 5..
3
2)
Tingkat pendapatan masyarakat, pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli
masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas permintaan.
3)
Jumlah penduduk, semakin banyak penduduk, maka jumlah permintaan akan meningkat.
4)
Selera dan estimasi, perkembangan mode, pendidikan, lingkungan akan mempengaruhi
selera masyarakat, yang akan mempunyai pengaruh terhadap jumlah permintaan.
5)
Harga barang lain atau substitusi, adanya barang pengganti akan berpengaruh terhadap
jumlah permintaan. Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah
permintaan akan dipengaruhinya.
6)
Intensitas kebutuhan, mendesak atau tidaknya atau penting tidaknya kebutuhan seseorang
terhadap jasa, mempengaruhi jumlah permintaan. Kebutuhan primer, lebih penting dibanding
kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder lebih penting dibanding tersier, sehingga
pengaruhnya terhadap jumlah permintaan berbeda.
7)
Distribusi pendapatan, makin merata pendapatan maka jumlah permintaan semakin
meningkat, sebaliknya pendapatan yang hanya diterima/dinikmati oleh kelompok tertentu,
maka secara keseluruhan jumlah permintaan akan turun.
Bila faktor tingkat pendapatan jumlah penduduk selera dan estimasi barang serta
harga barang subtitusi tetap . maka permintaan hanya ditentukan oleh harga. Hal demikian,
besarnya kecilnya perubahan permintaan ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga.
Jika ini terjadi, maka berlaku perbandingan terbalik antara harga. Jika ini terjadi, maka
berlaku perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan dan berbanding lurus dengan
penawaran. Perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan disebut sebagai hukum
permintaan.
3. Hukum Permintaan
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang
dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis
yang menyatakan :
Makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang
tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan
terhadapbarang tersebut.
4
Hukum (Sunnatullah) permintaan tersebut berlaku, jika asumsi-asumsi yang
dibutuhkan terpenuhi, yaitu : cateris paribus atau dengan kata lain faktor-faktor lain selain
harga dianggap tetap (tidak mengalami perubahan).
Berdasarkan hukum permintaan tersebut, dapat dipahami adanya hubungan antara
permintaan dengan harga. Secara teori, hukum ini dijelaskan yaitu : manakala pada suatu
pasar terdapat permintaan suatu produk yang relatif sangat banyak, sehingga :
1) Barang yang tersedia pada produsen tidak dapat memenuhi semua permintaan tersebut
sehingga untuk membatasi jumlah pembelian produsen akan menaikkan harga jual produk
tersebut.
2) Penjual akan berusaha menggunakan kesempatan tersebut untuk meningkatkan dan
memperbesar keuntungannya dengan cara menaikkan harga jual produknya.
Sebaliknya, manakala pada suatu pasar permintaan suatu produk relatif sedikit, maka
yang terjadi adalah harga turun. Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Barang tersedia pada produsen/penjual relatif sangat banyak sehingga manakala jumlah
permintaan sedikit produsen akan berusaha menjual produknya sebanyak mungkin dengan
cara menurunkan harga jual produknya;
2. Produsen/penjual hanya akan meningkatkan keuntungannya dari volume penjualannya.
Perilaku ekonomi seperti ini pernah ditangkap dan dirumuskan oleh para pemikir
ekonomi Islam masa silam, yaitu : Abu Yusuf, Ibn Taymiyah, Al-Ghazali dan Ibn Khaldun. 4
[4]
a.
Abu Yusuf (113-182 H/ 731-798 M)
Beliau tercatat sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung tentang mekanisme
pasar. Fenomena yang terjadi pada masa beliau adalah kelangkaan barang maka harga
cenderung akan tinggi, sedangkan pada saat barang tersebut melimpah, maka harga
cenderung untuk turun atau lebih rendah.
Pemahaman pada zaman Abu Yusuf tentang hubungan antara harga dan kuantitas
hanya memerhatikan kurva demand. Dalam literatur kontemporer, fenomena yang berlaku
4[4] Ibid., hal. 11..
.
pada zaman Abu Yusuf dapat dijelaskan dengan teori permintaan. Teori ini menjelaskan
hubungan antara harga dengan kuantitas yang diminta. 5[5] Dimana hubungan harga dan
kuantitas dapat diformulasikan sebagai berikut:
D = Q = f (P)
Formulasi ini menujukkan bahwa pengaruh harga terhadap jumlah permintaan suatu
komoditi adalah negatif, apabila P (harga) naik maka Q (barang yang diminta) turun, begitu
pula sebaliknya. Abu Yusuf membantah pemahaman seperti ini, karena pada kenyataannya
tidak selalu terjadi bahwa bila persediaan barang sedikit, harga akan mahal dan bila
persediaan barang melimpah, harga akan murah. Ia menyatakan,
Kadang-kadang makanan berlimpah, tetapi mahal dan kadang-kadang makanan sangat
sedikit tetapi murah.:
Abu Yusuf menyangkal pendapat umum mengenai hubungan terbalik antara
persediaan barang dan harga, karena pada kenyataannya harga tidak bergantung pada
permintaan saja, tetapi juga pada kekuatan penawaran. Oleh karena itu, peningkatan atau
penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan peningkatan atau penurunan permintaan,
atau penurunan atau peningkatan dalam produksi. Beliau menyatakan:
Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut
ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya
makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan karena kelangkaan makanan. Murah dan
mahal merupakan ketentuan Allah.
Di lain pihak pihak beliau juga menegaskan bahwa ada beberapa variabel lain yang
memengaruhi, tetapi dia tidak menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi variabel itu adalah
pergeseran dalam permintaan atau jumlah uang yang beredar di suatu negara atau
penimbunan dan penahanan barang, atau semua hal tersebut. Beberapa abad sesudahnya,
ketidakjelasan apa variabel lain yang memengaruhi dalam permintaan juga dialami oleh
Adam Smith (1776 M) dengan mengatakan bahwa harga ditentukan oleh suatu kekuatan yang
tidak terlihat (The Invisible Hands).
b.
Al- Ghazali ( 450-505 H/ 1058-1111 M)
.[.] Adiwarman A. Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Ketiga.
(Jakarta: PT. RajaGrafndo Persada, 2012), hal. 2.0.
6
Kontribusi beliau dalam pemikiran ekonomi salah satunya adalah tentang
keseimbangan permintaan dan penawaran. Pemahamannya tentang kekuatan pasar terlihat
jelas ketika membicarakan harga makanan yang tinggi, ia menyatakan bahwa harga tersebut
harus didorong ke bawah dengan menurunkan permintaan.
c.
Ibnu Taimiyah (661-728 H/ 1263-1328 M)
Ibnu Taimiyah memiliki sebuah pemahaman yang jelas mengenai hubungan antara
harga dengan kekuatan permintaan dan penawaran. Beliau menyatakan:
Naik dan turunnya harga tidak selalu diakibatkan oleh kezaliman orang-orang tertentu.
Terkadang, hal tersebut disebabkan oleh kekurangan produksi atau penurunan impor
barang-barang yang diminta. Oleh karena itu, apabila permintaan naik dan penawaran
turun, harga-harga naik. Di sisi lain, apabila persediaan barang meningkat dan permintaan
terhadapnya menurun, harga pun turun. Kelangkaan atau kelimpahan ini bukan disebabkan
oleh tindakan orang-orang tertentu. Ia bisa jadi disebabkan oleh sesuatu yang tidak
mengandung kezaliman, atau terkadang, ia juga bisa disebabkan oleh kezaliman. Hal ini
adalah kemahakuasaan Allah yang telah menciptakan keinginan dihati manusia.
Dari pernyataan tersebut, tampaknya pada masa beliau kenaikan harga-harga
dianggap sebagai akibat dari kezaliman para pedagang. Namun menurut beliau pandangan
tersebut tidak selalu benar. Lebih jauh, ada berbagai alasan ekonomi terhadap naik turunnya
harga-harga.
4. Teori Permintaan
1. Pengertian Teori Permintaan konvensional
Teori permintaan adalah teori yang menerangkan hubungan antara permintaan
terhadap harga merupakan pernyataan positif tersebut dikenal dengan teori permintaan.
Dengan demikian, teori permintaan dapat dinyatakan :
Permintaan lurus antara permintaan terhadap harganya, yaitu apabila permintaan
naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relatif
akan turun.
5
2. Teori Permintaan Islami
Hal penting yang harus dicatat adalah bagaimana teori ekonomi yang dikembangkan
Barat membatasi analisisnya dalam jangka pendek yakni hanya sejauh bagaimana manusia
memenuhi keinginannya saja. Tidak ada analisis yang memasukkan nilai-nilai moral dan
sosial. Analisis hanya dibatasi pada variabel-variabel pasar semata seperti harga, pendapatan
dan sebagainya. Variabel-variabel lain tidak dimasukkan, seperti variabel nilai moral dan
kesederhanaan, keadilan, sikap mendahulukan orang lain, dan sebagainya.6[7]
Dalam ajaran Islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta
diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah
berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran belum cukup dalam membatasi konsumsi.
Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (israf),
dan harus mengutamakan kebaikan (maslahah). Islam tidak menganjurkan permintaan
terhadap suatu barang dengan tujuan kemegahan, kemewahan dan kemubadziran.
Permintaan dan penawaran merupakan perilaku konsumen dalam kegiatan ekonomi,
oleh karena itu Islam mengajarkan kepada manusia dalam berperilaku ekonomi agar sesuai
dengan perintah Al-Qur’an dan Hadis. Permintaan erat sekali kaitannya dengan perilaku
konsumen, yakni suatu barang/jasa yang diminta oleh konsumen pada akhirnya akan
digunakan untuk diambil manfaatnya.
Islam memiliki paradigma agar manusia dalam melakukan kegiatan ekonomi yakni
konsumsi harus mempertimbangkan terlebih dahulu barang/jasa tersebut halal atau tidak.
Sebab Islam melarang umatnya untuk mengonsumsi atau mempergunakan barang/jasa yang
haram. Di dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai bahwa kemampuan dan
pendapatan setiap individu itu berbeda-beda, sehingga dalam melakukan kegiatan ekonomi
tidak akan maksimal untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. i
B. PENAWARAN
1. Pengertian Penawaran
6[5] Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 8..
8
Dalam
ilmu
ekonomi
penawaran (supply) diartikan
kesediaan
penjual
untuk
menjual/menyerahkan berbagai jumlah barang pada berbagai tingkat harga dalam waktu
tertentu dan keadaan tertentu. Waktu tertentu menunjukkan periode atau saat tertentu dan
kondisi tertentu menunjukkan keadaan ceteris paribus. Dalam rangka menjawab kebutuhan
konsumen, pihak produsen menyediakan berbagai barang dan jasa. Barang dan jasa hasil
produksi ini kemudian dijual kepada konsumen di pasar menurut tingkat harga tertentu.
Permintaan bersangkut paut dengan pembelian dan pemakaian sedangkan penawaran
bersangkut paut dengan penyediaan dan penjualan. Jadi penawaran adalah jumlah barang dan
jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan situasi.
.
2. Hukum Penawaran
Sebagaimana yang kita kenal semenjak pertama kali kita belajar ilmu ekonomi kita
mengenal hukum penawaran yang sangat sederhana yaitu : bila harga naik maka kuantitas
yang ditawarkan naik, dan bila harga turun maka demikian pula kuantitas yang ditawarkan,
hubungan ini disebut kurva penawaran.[1]
Penawaran barang atau jasa bisa juga didefinisikan sebagai berkut:
Kuantitas barang atau jasa yang orang bersedia untuk menjualnya pada berbagai tingkat harga
dalam suatu periode waktu tertentu. Pebedaan defenisi penawaran dengan defenisi
permintaan hanya terlerak pada satu kata. Jika permintaan menggunakan kata membeli, maka
penawaran menggunakan kata menjual. Seperti juga dalam permintaan analisis penawaran
juga mengasumsikan suatu periode waktu tertentu, dan bahwa faktor-faktor penentu
penawaran selain harga barang tersebut dianggap tidak berubah atau konstan ( Ceteris
paribus).[2]
Dengan kata lain definisi penawaran bisa juga dijelaskan dengan proses atau gejala
subtitusi pada umumnya sumber-sumber dan teknik produksi yang digunakan oleh seorang
produsen dapat digunakan untuk memproduksi berbagai macam dan jumlah produk.[3]
Hubungan antara jumlah barang yang di tawarkan (jumlah penawaran atau Quantity
Supplied ) dengan harga barang adalah hubungan searah. Jika harga barang tinggi maka akan
lebih banyak orang yang melihat potensi mendapat keuntungan dengan menjual barang yang
diproduksi atau dimilikinya, sehingga jumlah penawaran barang tersebutpun tinggi.7
5
[1]
Faried Wijaya, Seri Pengantar Ekonomi Mikro (Yogyakarta: BPFE,1991), hal. 114
Mustafa Edwin Nasotin et. al., Ekonomi Islam ( Jakarta : Kencana, 2006 ), Hal.89
[3]
Faried Wijaya, Op. Cit, hal. 114-115
[2]
9
Sebaliknya apabila harga turun maka jumlah penawaranpun akan turun. Lebih
sedikit orang yang dapat memperoleh keuntungan dari harga yang rendah, sedangkan mereka
yang tidak memperoleh keuntungan dari harga yang rendah akan menunda penjualan,
akibatnya jumlah penawaran di pasarpun berkurang.
Hubungan antara penawaran barang atau jasa itu sendiri dinyatakan dalam hukum
penawaran yang bunyinya: semakin tinggi harga suatu barang maka semakin besar jumlah
penawaran barang tersebut, semakin rendah harga suatu barang maka semakin rendah pula
jumlah penawaran barang tersebut.
Dalam
menganalisis
penawaran
perlu
pula
dibedakan
antara
penawaran (supply) dan jumlah penawaran Quantity Supplied. Pembedaan diantara keduanya
sama seperti ketika kita membedakan diantara keduanya sama seperti ketika kita
membedakan
antara
permintaan
(demand)
dengan
jumlah
permintaan (quantity
demanded) secara ringkas bisa dikatakan bahwa perubahan pada harga barang atau jasa
mengakibatkan perubahan pada jumlah penawaran barang atau jasa tersebut.
Perubahan pada variabel-variabel lain akan mengakibatkan perubahan jasa atau
barang tersebut.Seperti juga permintaan, penawaran terhadap suatu barang tidak hanya
dipengaruhi harga barang tersebut. Banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran
suatu barang selain harga barang tersebut sebagaimana telah diterangkan diatas, perubahan
pada faktor selain harga yang akan diuraiakan dibawah ini akan menyebabkan kurva
penawaran bergeser. Adapun arah pergeseran apakah keatas atau kebawah tentu bergantung
kepada efek perubahan masing-masing variabel terhadap jumlah penawaran pada harga yang
tetap.[4]
Ada juga yang disebut dengan Schedul penawaran output. Schedul penawaran
output dapat dinyatakan dengan kurva yang disebut kurva penawaran. Disinipun dapat
dibedakan antara kurva penawaran produsen individual dengan kurva penawaran pasar.
Kurva penawaran pasar adalah penjumlahan secara horisontal kurva-kurva penawaran
produsen individual. Bila masing-masing individual sama-sama besar maka permintaan pasar
dapat diperoleh dengan mengalikan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen typikal
individual dengan banyaknya produsen.[5]
Untuk mempelajari teori-teori penawaran, baik itu penawaran produsen tunggal
maupun penawaran agregat (pasar), kita juga perlu mengambil pelajaran dari ekonomi
konvensional agar dapat bersaing dengan mereka dengan menyesuaikanya pada
ajaran syari’at.
10
Teori penawaran produsen tunggal yaitu apabila faktor yang kita anggap konstan
dalam memperoleh sechedul penawaran dan kurva penawaran (syarat ceteris paribus )
berubah, maka seluruh kurva penawaran akan bergeser hal ini disebut sebagai perubahan atau
pergeseran penawaran dan harus dibedakan secara tajam dari perubahan jumlah yang
ditawarkan (yang menunjukan pergerakan sepanjang kurva penawaran yang sama).
Sedangkan teori penawaran pasar yaitu dari suatu komoditi memberikan jumlah
alternatif dari penawaran komoditi dalam periode waktu tentu pada berbagai harga alternatif
oleh semua produsen yang ada dalam pasar. Penawaran pasar komoditi tergantung pada
semua faktor yang menentukan penawaran produsen secara individu dan seterusnya pada
jumlah produsen dalam pasar.[6]
Adapun faktor-faktor lain yang menentukan penawaran suatu barang adalah:
1.
Biaya dan teknologi
Biaya dan teknologi adalah dua konsep yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Yang
dimaksud dengan biaya adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang dan jasa
mencakup biaya tenaga kerja,biaya bahan baku, jika sistem ekonomi konvensional dalam
operasionalnya.
Teknologi adalah penemuan dan peningkatan teknologi yang diterapkan untuk menurunkan
biaya produksi contohnya adalah penggunaan robot dan komputer. Jika diterapkan teknologi
baru dan sebagainya.
2.
Jumlah penjual
Jumlah penjual memiliki dampak langsung terhadap penawaran makin banyak jumlah penjual
yang mampu menjual pada tingkat harga tertentu makin tinggi penawaran.
3.
Dugaan tentang masa depan
Aspek dugaan atau ekspektasi terhadap masa depan mencakup dugaan mengenai perubahan
harga dari barang tersebut. Misalnya, jika penjual menduga bahwa harga barangnya akan
meningkat dimasa depan, ia akan mengurangi penawarannya pada saat ini. Akibatnya
penawaran berkurang. Hal ini dilarang oleh nabi, karena seperti yang nanti akan kita lihat,
perilaku ini mengakibatkan harga dipasar melonjak.8
4.
Kondisi alam
8
[4]
Mustafa Edwin Nasotin et. al.,Op. Cit., Hal.90-91
[5]
Faried Wijaya, Loc. Cit, hal. 115
[6]
Dominick Salvatore, Teori Mikro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 1990), hal. 19-20
11
Kondisi alam seperti terjadi bencana banjir, gempa bumi, dan sebagainya. Bisa
mengakibatkan penawaran barang-barang tertentu berkurang khususnya barang-barang hasil
pertanian.[7]
3.Teori Penawaran Islami
Islam mengajarkan umatnya menjadi umat yang kuat, umat yang tidak boros, umat
yang memiliki manajemen hidup dan selalu sigap setiap saat tanpa harus membalikkan
tangan (meminta-minta). Islam mengajarkan umatnya untuk kaya. al-Qur'an dan Sunnah
baginda nabi Muhammad tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk miskin, lebih-lebih
meminta-minta, yang ada adalah ajaran-ajaran yang mengisaratkan untuk selalu hidup
berkecukupan.
َوقُ ِل ا ؤع َملُوا فَ َسيَ َرى ا
َاُ َع َملَ ُك ؤم َو َرسُولُهُ َو ؤال ُم ؤؤ ِمنُون
"Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaan itu."
Perintah untuk bekerja tidak lain adalah supaya mampu menjalani hidup menuju
tatanan yang sakinah, mawaddah wa rohmah. Untuk itu, bekerja dipastikan untuk mencari
keuntungan, keuntungan didasarkan dari nilai tawar yang diberikan. Artinya, Islam tidak serta
merta mengajarkan untuk bekerja saja, akan tetapi juga untuk untung dalam bekerja. [8]
Dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam klasik, penawaran telah dikenali sebagai
kekuaatan penting di dalam pasar. Penawaran sebagai ketersdiaan barang di pasar. Penawaran
barang atau jasa dapat berasal dari hasil impor (barang dari luar) dan produksi lokal. Kegiatan
ini dilakukan oleh produsen maupun penjual. Nilai tawar dalam islam didasarkan pada:
1.
Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pad dasarnya akantergantung pada tingkat
keimanan adri produsen। jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang yang
diproduksi semakin meningkat maka produsen muslim akan memperbanyak jumlah
produksinya cateris paribus.
2.
Keuntungan
Keuntungan meupakan bagian dari mashlahah karenan ia dapat mengakumulasi modal yang
pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya dengan kata lain. keuntungan
12
akan menjadi tambahan modal guna memperoleh mahlahah lebih besar lagi untuk mencapai
falah. faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah anatra lain :
a. Harga Barang
Jika harga turun,maka produen akan cenderung mengurangi penawaran nya sebab tingkat
keuntungan yang diperoleh juga akan turun.
b. Biaya Produksi
Jika biaya turun, caterisparibus maka keuntungan produsen penjual akan meningkat yang
seterusnya akan mendorongnya untuk meningkatkan jumlahpasokan pasar,sebaliknya.-Harga
Input Produksi Kenaikan harga input produksi berpengaruh negatif terhadap penawaran yaitu
akan mendorong produsen untuk mengurangi jumlah penawaranya, demikian sebaliknya.
- Teknologi Produksi Kenaikan teknologi dapat menurunkan biaya produksi sehingga
meninggkatkan keuntungan produsen akhirnya meningkatnya keuntungan ini mendorong
produsen untuk menaikkan penawaraanya.
Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang dalam menjalankan
aktivitas ekonomi, yaitu : mafsadah, gharar, maisir, dan transaksi riba.
Mafsadah, gharar dan maisir sebagai tindakan yang menyebabkan kerusakan (negative
externalities) sebagai akibat yang melekat dari suatu aktivitas produksi yang hanya
memperhatikan
keuntungan
semata,
walaupun
sudah
dikemukakan,
namun
tidak
tercerminkan dengan baik di dalam konsep dan model dalam ekonomi Islam, sehingga sisi ini
akan mendapat perhatian lebih banyak. Sedangkan pelarangan terhadap transaksi riba tidak
akan begitu mewarnai pembahasan tentang konsep biaya produksi dalam Islam, karena sudah
dijelaskan dengan lebih detail pada buku ataupun paper makalah dan jurnal lainnya. Sehingga
makalah ini akan lebih banyak mencoba membuktikan bagaimana dampak positif terhadap
tingkat efisiensi produk apabila dalam proses produksi sebuah perusahaan yang sesuai
syariah tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya mafsadah,gharar dan maisir.9
Adapun konsep penawaran merupakan bentuk perilaku ekonomi yang sangat penting
dalam teori ekonomi, baik makro maupun mikro. Konsep ini juga dapat menjelaskan
hubungannya dengan perilaku produsen dalam penetapan harga yang didahului dengan
perhitungan biaya produksinya. Bila hukum penawaran ditetapkan dengan mengasumsikan
9
[8]
[7]
Mustafa Edwin Nasotin et. al.,Op. Cit, Hal.93-94
Mustafa Edwin Nasotin et. al., Ekonomi Islam ( Jakarta : Kencana, 2006 ), Hal.93
13
faktor-faktor yang mempengaruhi determinasi harga terhadap penawaran dianggap tetap
(ceteris paribus), sedangkan bila penawaran yang menentukan harga maka disebut teori
penawaran (tanpa asumsi ceteris paribus). Maka, diperlukan konsensus yang baru terkait
tanggung jawab sosial dan lingkungan yang perlu untuk diperhitungkan di dalam penawaran
terkait aspek mafsadah,gharar dan maisir.
14
i