TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORI 2
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberap ribu tahun lalu.
Dalam pengalaman sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan
tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini. Bangsa Mesir sudah mengenal sejak
3200-2700 SM, bangsa Yunani kuno sejak 2100 SM, sedangkan di Israel telah
ditemukan sejak 1500 SM. Hal ini dapat diketahui dari bukti-bukti peninggalan
sejarah seperti patung, tugu dan batu-batuan pada jaman dinasti Mesir, Yunani
kuno, Israel dan lain-lain (Rahayu,1999).
Di Indonesia, bawang merah juga merambah ke berbagai daerah sehingga
komoditi ini memilliki nama khas di masing-masing daerah. Bahkan di daerah
tertentu terdapat beberapa nama panggilan yang beragam. Di Minahasa misalnya,
paling tidak terdapat lima panggilan khas untuk bawang merah yaitu isuna,
makamu, isuna radang, isuna raidang, isuna mahadong dan jantuna mopura
(Rahayu,1999).
Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak mencapai 15-50 cm,
membentuk
rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa
perakaran serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu panjang ke dalam tanah.
Bawang merah adalah tanaman yang tidak tahan kering ( Wibowo, 2008).
Bawang
merah
memang
berbeda
dengan bawang putih.
Daunnya hanya
mempunyai satu permukaan, bentuknya bulat kecil memanjang dan berlubang
seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
seperti kelopak dan membengkak. Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu
melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya ( Wibowo, 2008).
Pada pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak
sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram ini tumbuh akar-akar serabut
yang tidak terlalu panjang. Sedang dibagian atas cakram, di antara bagian daun
yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman
baru. Lalu dibagian tengah cakram terdapat mata tunas utama yang nantinya dari
bagia ini dapat muncul bunga ( Wibowo, 2008).
Varietas bawang merah yang ditanami di Indonesia cukup banyak macamnya,
tetapi umumnya produksi varietas tersebut masih rendah ( kurang 10 Ha ton/ha).
Beberapa hal lain yang membedakan varietas bawang merah satu dengan lain
biasanya di dasarkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi, umur
tanaman, ketahanan terhadap penyakit serta hujan (Rahayu, 1999).
Varietas medan banyak ditanam di daerah Samosir, Sumatera Utara. Umur
panennya lebih lama dari bima brebes, yakni 70 hari setelah tanam. Jumlah
produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Susut bobot umbi tergolong tinggi yakni
25% dari bobot panen basah. Varietas ini mudah berbunga. Bunganya berwarna
putih (Rahayu, 1999).
Bawang merah varietas medan berasal dari daerah samosir, cocok ditanam
didaerah
dataran
rendah
maupun
dataran
tinggi.
Varietas
ini
memiliki
karakteristik sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar antara 26,9 cm – 41,3 cm,
jumlah anakan berkisar antara 6- 12, daun berbentuk silindris dan berlubang,
warna daun hijau, jumlah daun 22 – 43 helai dan umur panen 70 hari. Secara
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
alami, tanaman mudah berbunga, yakni pada umur 52 hari. Bunga berkisar antara
90 – 120. Jumlah buah pertangkai berkisar antara 60 – 80, dengan biji berbentuk
bulat, gepeng, keriput dan berwarna hitam (Pitojo, 2005).
Umbi berbentuk bulat dengan ujung runcing berwarna merah. Produksi umbi
kering dapat mencapai 7,4 ton/ha, dengan susut umbi basah menjadi umbi kering
sekitar 24,7%. Umbi bawang merah varietas medan cukup tahan terhadap
penyakit busuk umbi, namun peka terhadap penyakit busuk daun (Pitojo, 2005).
Bawang merah di dataran rendah lebih cepat panen dibandingkan dengan di
dataran tinggi. Ciri tanaman siap panen adalah leher batang mengeras dan daun
menguning. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan tanah kering. Panen
dilakukan dengan cara mencabut tanaman, kemudian dijemur untuk mendapatkan
kadar air umbi 80% (http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php).
Landasan Teori
Sosial-Ekonomi Pertanian
Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses produksi (teknis), dan
hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, serta hubungan antara
faktor-faktor produksi, hubungan antara faktor dan hasil produksi. Ilmu ekonomi
pertanian sangat erat kaitannya dengan ilmu sosial lainnya yaitu ilmu sosiologi.
Faktor-faktor sosiologis, tradisi, moral dan faktor lainya tetap memegang
peran
penting dalam perilauku manusia (Hanafie, 2010).
Pertanian merupakan proses produksi khas yang didasarkan atas proses
pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
usahatani merupakan
suatu
bagian
usaha,
dimana biaya dan penerimaan
merupakan hal yang harus diperhatikan (Antriyandarti, 2012).
Teori produksi menjelaskan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil
produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input, sedangkan hasil produksi
disebut sebagai output. Hubungan kedua faktor tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut : Q = f (K,L,N dan T). Dimana Q adalah output,
sedangkan K,L,N dan T adalah input. Input K adalah teknologi, L adalah tenaga
kerja, N adalah sumberdaya alam dan T adalah teknologi (Wilson, 2007).
Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi
adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut
mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula
dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat
menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi yang
dimaksud adalah lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan
tenaga kerja dan aspek manajemen. Hubungan antara faktor produksi (input) dan
produksi
(output)
biasanya
disebut
dengan
fungsi produksi atau
faktor
relationship.
Sebagian besar petani indonesia terlibat dalam usahatani atau mikro bisnis
pertanian on-farm, baik di subsektor pangan, perkebunan, peternakan, perikanan,
dan kehutanan. Prinsip utama mikro usahatani adalah efisiensi dalam sistem
produksi. Mulai dari penggunaan atau kombinasi dan alokasi faktor produksi
pertanian dari lahan, tenaga kerja, modal usaha, serta input modern seperti pupuk,
pestisida dan herbisida. Aspek best practies
menjadi sangat krusial dalam
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
keputusan
untuk
menggunakan
faktor
produksi satu
yang
lebih
banyak
dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. Elemen harga faktor produksi dan
harga output dalam proses pengambilan keputusan ekonomi menjadi sangat
sentral dalam proses alokasi faktor produksi dan hasil tinggkat produksi yang
ingin dipakai (Antriyandarti, 2012).
Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan
usahatani. Menurut Vink, benda-benda termasuk tanah yang dapat mendatangkan
pendapatan diangggap sebagai modal. Namun tidak demikian halnya dengan
Koens yang menganggap hanya uang tunai saja yang dianggap modal usahatani.
Dalam usahatani, keluarga cenderung memisahkan faktor tanah dari alat-alat
produksi lainnya. Hal ini dikarenakan belum ada pemisahan yang jelas antara
modal usaha dengan modal pribadi (Suratiyah, 2006).
Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung
dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi
dalam kehidupannya sehari-hari. Selain merupakan usaha, bagi si petani pertanian
sudah merupakan bagian dari hidupnya bahkan suatu cara hidup, sehingga tidak
hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan
dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi semuanya memegang peran penting
dalam tindakan-tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian
berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani
untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prilaku dan
kehidupan petani (Mubyarto, 1984).
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Petani atau pelaku ekonomi lain pasti bekerja berdasarkan ekspektasi untuk
memperoleh tambahan pendapatan yang lebih tinggi. Apabila ekspetasi positif ini
tidak
terpenuhi,
sulit
bagi
siapapun
untuk
meningkatkan
produksi
dan
produktivitas pertanian (Arifin, 2013).
Rendahnya kualitas sumberdaya petani merupakan salah satu sebab utama
rendahnya produktivitas petani di Indonesia. Kondisi rendahnya mutu sumberdaya
manusia tersebut lebih memprihatinkan lagi jika melihat usia para petani. Umur
rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh terhadap
produktivitas pertanian Indonesia. Petani yang berusia tua biasanya cenderung
sangat
konservatif
dalam
menyikapi
perubahan
atau
inovasi
teknologi
(Soetrisno,2002).
Umur
dan
tingkat
pendidikan berpengaruh bagi petani dalam mengambil
keputusan. Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani
lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru. Dengan kondisi tersebut
petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga
fisik yang tersedia (e-journal universitas udayana).
Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi
pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana
selanjutnya
diperkirakan
akan
menanamkan
pengertian
sikap
yang
menguntungkan menuju praktek pertanian modern. Pengalaman seseorang dalam
berusaha tani juga dalam menerima inovasi dari luar (Fauzia & Tampubolon,
1991)
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Keterbatasan teknologi modern dan rendahnya pendidikan petani membuat pola
produksi pertanian yang diterapkan sangat sederhana sehingga tidak menghasilkan
produksi yang optimal ( Tambunan, 2003).
Rendahnya
mutu
tenaga
kerja
tidak
hanya
mengakibatkan
rendahnya
produktivitas kerja dan penghasilan, tapi juga menyulitkan usaha pemanfaatan
sumber daya alam yang melimpah (Soeharsono, 1989).
Aspek kelembagaan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertanian dan
pembangunan
pertanian
yaitu
administrasi
pemerintahan,
pendidikan
dan
penyuluhan, kegiatan gotong royong dan lain-lain faktor sosial budaya yang
mempunyai pengaruh dalam pembangunan pertanian (Mubyarto, 1984).
Pengembangan sumber daya manusia dalam arti peningkatan kualitas manusia,
pada dasarnya harus merupakan suatu rangkaian proses berlanjut dari pendidikan,
latihan dan pengembangan yang disesuaikan dengan tuntutan kemajuan ilmu dan
teknologi maupun tuntutan pembangunan (Soeharsono, 1989).
Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi
pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana
selanjutnya
diperkirakan
akan
menanamkan
pengertian
sikap
yang
menguntungkan menuju pertanian yang modern (Mosher, 1981).
Latar belakang sosial ekonomi dan budaya sangat mempengaruhi cepat atau
lambatnya suatu inovasi dapat diterima oleh petani. Beberapa faktor yang penting
yang mempengaruhi penerapan inovasi adalah sebagai berikut : umur, pendidikan,
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan
sikap terhadap perubahan (Mosher, 1981).
Penyuluhan yang merupakan pendidikan non formal. Tujuan dasar penyuluhan
adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat sasaran penyuluhan. Penyuluhan
adalah merupakan penghubung saluran atau jembatan antara lembaga-lembaga
penelitian dengan masyarakat sasaran penyuluhan (Ginting, 2013).
Dalam penelitian ini yang di ukur adalah sikap petani dalam menentukan luas
tanam usahatani bawang merah. Yang diukur adalah faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi petani dalam menetukan luas tanam usahatai bawang merah.
Teori Sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sedangkan sikap
seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)
pada obyek tersebut. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting,
media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor
emosi dalam diri individu (Azwar, 2005).
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia
adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement)
sikap. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini
dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar
pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
skala sikap. Metode rating yang dijumlahkan populer dengan nama penskalaan
model Likert yaitu merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang
menggunakan ditribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya (Azwar, 2005).
Skala Likert
Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau kelompok orang terhadap suatu kejadian atau keadaan
sosial, dimana faktor yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator faktor
kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun itemitem pernyataan.
Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 1 untuk jawaban sangat tidak
setuju, skor 2 untuk tidak setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 4 untuk
jawaban setuju dan skor 5 untuk jawaban sangat setuju. Sementara itu, pernyataan
yang negatif diberi skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 4 untuk tidak
setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 2 untuk jawaban setuju dan skor 1.
Kelebihan skala likert dibandingkan dengan model skala sikap lainya adalah
(1)skala Likert mudah dibuat dan diterapkan, (2)terdapat kebebasan dalam
membuat
pernyataan
selama
pernyataan
masih
sesuai
dengan
konteks
permasalahan dan indikator, serta (3)mampu memperjelas item pernyataan karena
jawaban berupa alternatif (permasalahan) (Umar, 2007).
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Analisis Jalur
Teknik
analisis
ini
akan
digunakan
dalam menguji besarnya
sumbangan
(kontribusi) yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari
hubungan kausal antar faktor X1, X2, X3 yerhadap Y serta dampaknya kepada Z.
Analisis korelasi dan regresi yang merupakan dasar dari perhitungan koefisien
jalur. Kemudian, dalam perhitungan jasa komputer dengan menggunakan program
SPSS for Windows (Suwarno, 2007).
Asumsi-asumsi path analisis antara lain sebagai berikut:
1. Hubungan diantara faktor bersifat linear dan adaptif (mudah menyesuaikan
diri)
2. Data yang digunakan berdistribusi normal.
3. Adanya keadaan dimana anak panah mempunyai hubungan satu arah dan
tidak boleh terjadi pemuratan kembali.
4. Faktor terikat (endogenus) setidaknya/minimal dalam ukuran interval dan
ratio.
5. Mengunakan simple probability sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Kerangka Pemikiran
Dalam melaksanakan usahatani bawang merah, petani dipengaruhi oleh berbagai
faktor dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah. Adapun faktor
yang menjadi pertimbangan petani dalam menentukan luas tanam usahatani
bawang merah adalah faktor sosial dan faktor ekonomi.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor umur, pendidikan formal, penyuluhan
dan inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani. Keempat faktor sosial yaitu
umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya yang
dimiliki petani berpengaruh langsung secara simultan maupun secara parsial
terhadap keputusan petani untuk menentukan luas tanam usahatani bawang merah
yang
akan
diusahakan.
Selanjutnya,
faktor umur,
pendidikan formal dan
penyuluhan secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap inovasi
teknologi budidaya dan secara tidak langsung melalui inovasi teknologi budidaya
yang dikuasai petani berpengaruh terhadap sikap petani untuk menentukan luas
tanam bawang merah.
Faktor ekonomi yang mempengaruhi petani dalam menentukan luas tanam untuk
usahatani bawang merah adalah faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida,
upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang
merah, dan keuntungan usahatani. Faktor harga bibit, harga pupuk, harga
pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga
bawang merah, dan keuntungan usahatani bawang merah berpengaruh secara
simultan maupun secara parsial terhadap keeputusan petani untuk menentukan
luas tanam bawang merah. Selanjutnya, faktor harga bibit, harga pupuk, harga
pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga secara simultan maupun secara
parsial berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan petani dalam
menentukan luas tanam bawang merah melalui modal usaha.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Secara singkat dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut:
UMUR
PENDIDIKAN
FORMAL
INOVASI
TEKNOLOGI
PENYULUHAN
LUAS TANAM
HARGA BIBIT
HARGA PUPUK
MODAL
USAHA
HARGA PERTISIDA
UPAH TKLK
KETERSEDIAAN
LAHAN
HARGA BAWANG
MERAH
KEUNTUNGAN
USAHA
Keterangan :
Pengaruh
Gambar 1. Model kerangka pemikiran
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Hipotesis penelitian
1.
Faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi
budidaya),
secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap
keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.
2.
Faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan, secara simultan dan parsial
berpengaruh signifikan terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang
merah.
3.
Faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja,
modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan
usaha) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.
4.
Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja, secara
simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor modal usaha.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberap ribu tahun lalu.
Dalam pengalaman sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan
tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini. Bangsa Mesir sudah mengenal sejak
3200-2700 SM, bangsa Yunani kuno sejak 2100 SM, sedangkan di Israel telah
ditemukan sejak 1500 SM. Hal ini dapat diketahui dari bukti-bukti peninggalan
sejarah seperti patung, tugu dan batu-batuan pada jaman dinasti Mesir, Yunani
kuno, Israel dan lain-lain (Rahayu,1999).
Di Indonesia, bawang merah juga merambah ke berbagai daerah sehingga
komoditi ini memilliki nama khas di masing-masing daerah. Bahkan di daerah
tertentu terdapat beberapa nama panggilan yang beragam. Di Minahasa misalnya,
paling tidak terdapat lima panggilan khas untuk bawang merah yaitu isuna,
makamu, isuna radang, isuna raidang, isuna mahadong dan jantuna mopura
(Rahayu,1999).
Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak mencapai 15-50 cm,
membentuk
rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa
perakaran serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu panjang ke dalam tanah.
Bawang merah adalah tanaman yang tidak tahan kering ( Wibowo, 2008).
Bawang
merah
memang
berbeda
dengan bawang putih.
Daunnya hanya
mempunyai satu permukaan, bentuknya bulat kecil memanjang dan berlubang
seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
seperti kelopak dan membengkak. Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu
melingkar dan menutup daun yang ada didalamnya ( Wibowo, 2008).
Pada pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak
sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram ini tumbuh akar-akar serabut
yang tidak terlalu panjang. Sedang dibagian atas cakram, di antara bagian daun
yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman
baru. Lalu dibagian tengah cakram terdapat mata tunas utama yang nantinya dari
bagia ini dapat muncul bunga ( Wibowo, 2008).
Varietas bawang merah yang ditanami di Indonesia cukup banyak macamnya,
tetapi umumnya produksi varietas tersebut masih rendah ( kurang 10 Ha ton/ha).
Beberapa hal lain yang membedakan varietas bawang merah satu dengan lain
biasanya di dasarkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi, umur
tanaman, ketahanan terhadap penyakit serta hujan (Rahayu, 1999).
Varietas medan banyak ditanam di daerah Samosir, Sumatera Utara. Umur
panennya lebih lama dari bima brebes, yakni 70 hari setelah tanam. Jumlah
produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Susut bobot umbi tergolong tinggi yakni
25% dari bobot panen basah. Varietas ini mudah berbunga. Bunganya berwarna
putih (Rahayu, 1999).
Bawang merah varietas medan berasal dari daerah samosir, cocok ditanam
didaerah
dataran
rendah
maupun
dataran
tinggi.
Varietas
ini
memiliki
karakteristik sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar antara 26,9 cm – 41,3 cm,
jumlah anakan berkisar antara 6- 12, daun berbentuk silindris dan berlubang,
warna daun hijau, jumlah daun 22 – 43 helai dan umur panen 70 hari. Secara
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
alami, tanaman mudah berbunga, yakni pada umur 52 hari. Bunga berkisar antara
90 – 120. Jumlah buah pertangkai berkisar antara 60 – 80, dengan biji berbentuk
bulat, gepeng, keriput dan berwarna hitam (Pitojo, 2005).
Umbi berbentuk bulat dengan ujung runcing berwarna merah. Produksi umbi
kering dapat mencapai 7,4 ton/ha, dengan susut umbi basah menjadi umbi kering
sekitar 24,7%. Umbi bawang merah varietas medan cukup tahan terhadap
penyakit busuk umbi, namun peka terhadap penyakit busuk daun (Pitojo, 2005).
Bawang merah di dataran rendah lebih cepat panen dibandingkan dengan di
dataran tinggi. Ciri tanaman siap panen adalah leher batang mengeras dan daun
menguning. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dan tanah kering. Panen
dilakukan dengan cara mencabut tanaman, kemudian dijemur untuk mendapatkan
kadar air umbi 80% (http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php).
Landasan Teori
Sosial-Ekonomi Pertanian
Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses produksi (teknis), dan
hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, serta hubungan antara
faktor-faktor produksi, hubungan antara faktor dan hasil produksi. Ilmu ekonomi
pertanian sangat erat kaitannya dengan ilmu sosial lainnya yaitu ilmu sosiologi.
Faktor-faktor sosiologis, tradisi, moral dan faktor lainya tetap memegang
peran
penting dalam perilauku manusia (Hanafie, 2010).
Pertanian merupakan proses produksi khas yang didasarkan atas proses
pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
usahatani merupakan
suatu
bagian
usaha,
dimana biaya dan penerimaan
merupakan hal yang harus diperhatikan (Antriyandarti, 2012).
Teori produksi menjelaskan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil
produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input, sedangkan hasil produksi
disebut sebagai output. Hubungan kedua faktor tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut : Q = f (K,L,N dan T). Dimana Q adalah output,
sedangkan K,L,N dan T adalah input. Input K adalah teknologi, L adalah tenaga
kerja, N adalah sumberdaya alam dan T adalah teknologi (Wilson, 2007).
Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi
adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut
mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula
dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat
menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi yang
dimaksud adalah lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan
tenaga kerja dan aspek manajemen. Hubungan antara faktor produksi (input) dan
produksi
(output)
biasanya
disebut
dengan
fungsi produksi atau
faktor
relationship.
Sebagian besar petani indonesia terlibat dalam usahatani atau mikro bisnis
pertanian on-farm, baik di subsektor pangan, perkebunan, peternakan, perikanan,
dan kehutanan. Prinsip utama mikro usahatani adalah efisiensi dalam sistem
produksi. Mulai dari penggunaan atau kombinasi dan alokasi faktor produksi
pertanian dari lahan, tenaga kerja, modal usaha, serta input modern seperti pupuk,
pestisida dan herbisida. Aspek best practies
menjadi sangat krusial dalam
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
keputusan
untuk
menggunakan
faktor
produksi satu
yang
lebih
banyak
dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. Elemen harga faktor produksi dan
harga output dalam proses pengambilan keputusan ekonomi menjadi sangat
sentral dalam proses alokasi faktor produksi dan hasil tinggkat produksi yang
ingin dipakai (Antriyandarti, 2012).
Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan
usahatani. Menurut Vink, benda-benda termasuk tanah yang dapat mendatangkan
pendapatan diangggap sebagai modal. Namun tidak demikian halnya dengan
Koens yang menganggap hanya uang tunai saja yang dianggap modal usahatani.
Dalam usahatani, keluarga cenderung memisahkan faktor tanah dari alat-alat
produksi lainnya. Hal ini dikarenakan belum ada pemisahan yang jelas antara
modal usaha dengan modal pribadi (Suratiyah, 2006).
Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung
dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi
dalam kehidupannya sehari-hari. Selain merupakan usaha, bagi si petani pertanian
sudah merupakan bagian dari hidupnya bahkan suatu cara hidup, sehingga tidak
hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan
dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi semuanya memegang peran penting
dalam tindakan-tindakan petani. Namun demikian dari segi ekonomi pertanian
berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang diterima oleh petani
untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prilaku dan
kehidupan petani (Mubyarto, 1984).
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Petani atau pelaku ekonomi lain pasti bekerja berdasarkan ekspektasi untuk
memperoleh tambahan pendapatan yang lebih tinggi. Apabila ekspetasi positif ini
tidak
terpenuhi,
sulit
bagi
siapapun
untuk
meningkatkan
produksi
dan
produktivitas pertanian (Arifin, 2013).
Rendahnya kualitas sumberdaya petani merupakan salah satu sebab utama
rendahnya produktivitas petani di Indonesia. Kondisi rendahnya mutu sumberdaya
manusia tersebut lebih memprihatinkan lagi jika melihat usia para petani. Umur
rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh terhadap
produktivitas pertanian Indonesia. Petani yang berusia tua biasanya cenderung
sangat
konservatif
dalam
menyikapi
perubahan
atau
inovasi
teknologi
(Soetrisno,2002).
Umur
dan
tingkat
pendidikan berpengaruh bagi petani dalam mengambil
keputusan. Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani
lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru. Dengan kondisi tersebut
petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga
fisik yang tersedia (e-journal universitas udayana).
Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi
pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana
selanjutnya
diperkirakan
akan
menanamkan
pengertian
sikap
yang
menguntungkan menuju praktek pertanian modern. Pengalaman seseorang dalam
berusaha tani juga dalam menerima inovasi dari luar (Fauzia & Tampubolon,
1991)
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Keterbatasan teknologi modern dan rendahnya pendidikan petani membuat pola
produksi pertanian yang diterapkan sangat sederhana sehingga tidak menghasilkan
produksi yang optimal ( Tambunan, 2003).
Rendahnya
mutu
tenaga
kerja
tidak
hanya
mengakibatkan
rendahnya
produktivitas kerja dan penghasilan, tapi juga menyulitkan usaha pemanfaatan
sumber daya alam yang melimpah (Soeharsono, 1989).
Aspek kelembagaan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertanian dan
pembangunan
pertanian
yaitu
administrasi
pemerintahan,
pendidikan
dan
penyuluhan, kegiatan gotong royong dan lain-lain faktor sosial budaya yang
mempunyai pengaruh dalam pembangunan pertanian (Mubyarto, 1984).
Pengembangan sumber daya manusia dalam arti peningkatan kualitas manusia,
pada dasarnya harus merupakan suatu rangkaian proses berlanjut dari pendidikan,
latihan dan pengembangan yang disesuaikan dengan tuntutan kemajuan ilmu dan
teknologi maupun tuntutan pembangunan (Soeharsono, 1989).
Pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi
pertanian yang baru, karena pendidikan merupakan sarana belajar dimana
selanjutnya
diperkirakan
akan
menanamkan
pengertian
sikap
yang
menguntungkan menuju pertanian yang modern (Mosher, 1981).
Latar belakang sosial ekonomi dan budaya sangat mempengaruhi cepat atau
lambatnya suatu inovasi dapat diterima oleh petani. Beberapa faktor yang penting
yang mempengaruhi penerapan inovasi adalah sebagai berikut : umur, pendidikan,
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan
sikap terhadap perubahan (Mosher, 1981).
Penyuluhan yang merupakan pendidikan non formal. Tujuan dasar penyuluhan
adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat sasaran penyuluhan. Penyuluhan
adalah merupakan penghubung saluran atau jembatan antara lembaga-lembaga
penelitian dengan masyarakat sasaran penyuluhan (Ginting, 2013).
Dalam penelitian ini yang di ukur adalah sikap petani dalam menentukan luas
tanam usahatani bawang merah. Yang diukur adalah faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi petani dalam menetukan luas tanam usahatai bawang merah.
Teori Sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sedangkan sikap
seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)
pada obyek tersebut. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting,
media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor
emosi dalam diri individu (Azwar, 2005).
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia
adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement)
sikap. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini
dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar
pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
skala sikap. Metode rating yang dijumlahkan populer dengan nama penskalaan
model Likert yaitu merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang
menggunakan ditribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya (Azwar, 2005).
Skala Likert
Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau kelompok orang terhadap suatu kejadian atau keadaan
sosial, dimana faktor yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator faktor
kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun itemitem pernyataan.
Skala likert memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 1 untuk jawaban sangat tidak
setuju, skor 2 untuk tidak setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 4 untuk
jawaban setuju dan skor 5 untuk jawaban sangat setuju. Sementara itu, pernyataan
yang negatif diberi skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju, skor 4 untuk tidak
setuju, skor 3 untuk jawaban netral, skor 2 untuk jawaban setuju dan skor 1.
Kelebihan skala likert dibandingkan dengan model skala sikap lainya adalah
(1)skala Likert mudah dibuat dan diterapkan, (2)terdapat kebebasan dalam
membuat
pernyataan
selama
pernyataan
masih
sesuai
dengan
konteks
permasalahan dan indikator, serta (3)mampu memperjelas item pernyataan karena
jawaban berupa alternatif (permasalahan) (Umar, 2007).
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Analisis Jalur
Teknik
analisis
ini
akan
digunakan
dalam menguji besarnya
sumbangan
(kontribusi) yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari
hubungan kausal antar faktor X1, X2, X3 yerhadap Y serta dampaknya kepada Z.
Analisis korelasi dan regresi yang merupakan dasar dari perhitungan koefisien
jalur. Kemudian, dalam perhitungan jasa komputer dengan menggunakan program
SPSS for Windows (Suwarno, 2007).
Asumsi-asumsi path analisis antara lain sebagai berikut:
1. Hubungan diantara faktor bersifat linear dan adaptif (mudah menyesuaikan
diri)
2. Data yang digunakan berdistribusi normal.
3. Adanya keadaan dimana anak panah mempunyai hubungan satu arah dan
tidak boleh terjadi pemuratan kembali.
4. Faktor terikat (endogenus) setidaknya/minimal dalam ukuran interval dan
ratio.
5. Mengunakan simple probability sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Kerangka Pemikiran
Dalam melaksanakan usahatani bawang merah, petani dipengaruhi oleh berbagai
faktor dalam menentukan luas tanam usahatani bawang merah. Adapun faktor
yang menjadi pertimbangan petani dalam menentukan luas tanam usahatani
bawang merah adalah faktor sosial dan faktor ekonomi.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor umur, pendidikan formal, penyuluhan
dan inovasi teknologi budidaya yang dikuasai petani. Keempat faktor sosial yaitu
umur, pendidikan formal, penyuluhan dan inovasi teknologi budidaya yang
dimiliki petani berpengaruh langsung secara simultan maupun secara parsial
terhadap keputusan petani untuk menentukan luas tanam usahatani bawang merah
yang
akan
diusahakan.
Selanjutnya,
faktor umur,
pendidikan formal dan
penyuluhan secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap inovasi
teknologi budidaya dan secara tidak langsung melalui inovasi teknologi budidaya
yang dikuasai petani berpengaruh terhadap sikap petani untuk menentukan luas
tanam bawang merah.
Faktor ekonomi yang mempengaruhi petani dalam menentukan luas tanam untuk
usahatani bawang merah adalah faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida,
upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang
merah, dan keuntungan usahatani. Faktor harga bibit, harga pupuk, harga
pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, modal usaha, ketersediaan lahan, harga
bawang merah, dan keuntungan usahatani bawang merah berpengaruh secara
simultan maupun secara parsial terhadap keeputusan petani untuk menentukan
luas tanam bawang merah. Selanjutnya, faktor harga bibit, harga pupuk, harga
pestisida dan upah tenaga kerja luar keluarga secara simultan maupun secara
parsial berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan petani dalam
menentukan luas tanam bawang merah melalui modal usaha.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Secara singkat dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut:
UMUR
PENDIDIKAN
FORMAL
INOVASI
TEKNOLOGI
PENYULUHAN
LUAS TANAM
HARGA BIBIT
HARGA PUPUK
MODAL
USAHA
HARGA PERTISIDA
UPAH TKLK
KETERSEDIAAN
LAHAN
HARGA BAWANG
MERAH
KEUNTUNGAN
USAHA
Keterangan :
Pengaruh
Gambar 1. Model kerangka pemikiran
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD
Hipotesis penelitian
1.
Faktor sosial (umur, pendidikan formal, penyuluhan, dan inovasi teknologi
budidaya),
secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap
keputusan petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.
2.
Faktor umur, pendidikan formal dan penyuluhan, secara simultan dan parsial
berpengaruh signifikan terhadap faktor inovasi teknologi budidaya bawang
merah.
3.
Faktor ekonomi (harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, upah tenagakerja,
modal usaha, ketersediaan lahan, harga bawang merah, dan keuntungan
usaha) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
petani dalam menentukan luas tanam bawang merah.
4.
Faktor harga bibit, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga kerja, secara
simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap faktor modal usaha.
8QLYHUV LWDV 6 XPDWHUD8WDUD