EFEKTIFITAS TERAPI BEKAM TERHADAP PENURU
EFEKTIFITAS TERAPI BEKAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
A. Pendahuluan
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Hipertensi menyerang lebih dari 700 juta penduduk dunia
dengan angka mortalitas 7 juta jiwa dan morbiditas 64 juta jiwa pertahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3%. Survei faktor risiko penyakit kardiovaskular oleh WHO di Jakarta,
menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria 12,1% (2000). Pada wanita,
angka prevalensi mencapai 12,2% (2000).
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. Komplikasi hipertensi
diantaranya: penyakit jantung koroner (PJK), infark miokard, stroke, dan gagal ginjal, aneurisma dan retinopati hipertensi.
Hipertensi juga merupakan resiko utama terjadinya perdarahan otak, yang merupakan salah satu penyebab kematian utama di
seluruh dunia (Underwood, 1999).
Pengobatan hipertensi secara farmakoterapi dapat dilakukan dengan pemberian diuretika, penyekat reseptor beta
adrenergic, penyekat saluran kalsium, inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) atau penyekat reseptor alfa adrenergic.
Pengobatan tersebut bergantung pada pertimbangan klien termasuk mengenai biaya, karakteristik demografik, penyakit penyerta,
dan kualitas hidup. Pengobatan hipertensi saat ini belum efektif karena hanya menurunkan prevalensi sebesar 8%, harganya
mahal, sering terjadi kekambuhan dan menimbulkan efek samping yang lebih berbahaya (Price dan Wilson, 2005).
Tren pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan terapi alternatif dan komplementer, salah satunya yaitu
terapi bekam atau hijamah yang sudah digunakan semenjak zaman Nabi Muhammad SAW (VITAHEALTH, 2006). Terbukti
dengan adanya hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, yaitu minuman madu,
sayatan alat bekam dan kay (pembakaran) dengaan api, dan sesungguhnya aku melarang umatku dari kay.” Sabda yang lain
“Sungguh, pengobatan paling utama yang kalian gunakan adalah bekam,” (Hadits Shohih). "Apabila ada atau ada kebaikan
pada sesuatu dari obatmu, maka ia ada pada hijamah atau meminum madu (herba)" (H.R. Bukhori dalam Yasin, 2005).
Manfaat terapi bekam belum banyak diteliti di Indonesia. Namun berdasarkan pengalaman praktisi bekam, sudah banyak
penyakit bisa disembuhkan, salah satu diantaranya adalah penyakit hipertensi (Yasin, 2005). Berdasarkan penjelasan di atas
penulis bermaksud melakukan kajian literatur tentang efektifitas terapi bekam dalam menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
B. Terapi Bekam
Berbekam atau Hijamah menurut bahasa adalah ungkapan tentang menghisap darah dan mengeluarkannya dari permukaan
kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas bekam, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah di sana. Lalu
dilakukan penyayatan permukaan kulit dengan pisau bedah, untuk mengeluarkan darah (Yasin, 2007).
Kata "Hijamah" berasal dari bahasa Arab, dari kata Al Hijmu yang berarti pekerjaan membekam. Al Hajjam berarti ahli
bekam. Nama lain bekam adalah canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa dikenal dengan istilah "Cuping Therapeutic
Method". Bekam dalam bahasa Mandarin disebut Pa Hou Kuan. (Subiyanto dan Leli, 2006).
Pengobatan dengan bekam sudah digunakan semenjak zaman Nabi. Terbukti dengan adanya hadis Nabi Muhammad SAW
yang berbunyi “Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, yaitu minuman madu, sayatan alat bekam dan kay (pembakaran) dengan
api, dan sesungguhnya aku melarang umatku dari kay.” Sabda yang lain “Sungguh, pengobatan paling utama yang kalian
gunakan adalah bekam ”(Hadits Shohih) (Anonim, 2006).
Terapi bekam berasal dari timur tengah namun telah menyebar ke daratan Eropa dan Asia seperti Cina dan Indonesia. Di
Indonesia terapi bekam memang belum banyak diteliti kebenaran manfaatnya. Namun berdasarkan pengalaman praktek Abu
Fabby, sudah banyak pasien bisa disembuhkan. seperti sakit kepala, pusing-pusing, sakit pinggang, sakit punggung dan sakit
berat lainnya. Menurut Abu, pasien bisa sembuh karena dilakukan bekam pada titik-titik saraf terkait dengan penyakit yang
dikeluhkan pasien (Anonim, 2006).
Jenis dan Teknik Bekam
Ullah (2007) mengatakan bahwa bekam dapat dilakukan dengan dua cara, yakni bekam kering atau bekam angin
(Hijamah Jaaffah atau Dry Cupping) dan bekam basah (Hijamah Rothbah atau Wet Cupping). Bekam kering menurut Nashr
(2005) merupakan upaya menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor dengan
tujuan pemindahan zat dalam tubuh dari satu tempat ke tempat lain. Pada teknik bekam ini darah akan keluar melalui urat-urat
kecil yang menimbulkan bekas seperti memar sementara. Fatahillah (2006) mengatakan bahwa bekam kering dapat dilakukan
dengan tekhnik meluncur dan tekhnik tarik. Penggunaan tekhnik meluncur merupakan pengganti kerokan. Tindakan ini dilakukan
untuk membuang angin pada tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran darah. Sedangkan tekhnik tarik biasa
digunakan untuk menghilangkan nyeri atau penat di bagian dahi, kening dan bagian yang terasa pegal. Adapun bekam basah
merupakan bekam kering yang mendapatkan tambahan perlakuan, yaitu darah dikeluarkan dengan cara disayat pada daerah yang
dibekam (Ullah, 2007).
Terapi Bekam harus diberikan sesuai dengan kondisi klien, sehingga tidak semua klien dapat diberikan terapi bekam yang
sama. Oleh karena itu, sebelum diberikan terapi, klien terlebih dahulu dipastikan kondisi fisiknya dengan diagnosa yang jelas
sebelum diberikan terapi basah atau kering. Beberapa manfaat dari pemberian terapi bekam basah (Fatahillah, 2006), di antaranya
:
1. Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat meningkatkan aktifitas saraf vertebrae.
2. Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan arteriosclerosis.
3. Menghilangkan rasa pusing, memar di bagian kepala, wajah, migrain dan sakit gigi.
4. Menghilangkan kejang-kejang dan keram otot.
5. Memperbaiki permeabilitas pembuluh darah.
6. Menyembuhkan reumatik.
7. Mengatasi kemalasan, lesu dan banyak tidur.
8. Mengatasi radang selaput jantung dan ginjal.
9. Mengatasi gangguan kulit, alergi, jerawat dan gatal-gatal.
Adapun pemberian terapi bekam kering dilakukan untuk mengatasi berbagai penyakit ringan seperti mengatasi masuk
angin, menghilangkan rasa sakit pada paru-paru kronis, menahan derasnya haid dan mimisan, meringankan rasa sakit dan
penumpukan darah, melenturkan otot-otot yang tegang, radang urat saraf dan radang sumsum tulang belakang, pembengkakan
liver, radang ginjal dan wasir (Fatahillah, 2006).
Larangan Berbekam
Terapi bekam ini dilarang digunakan pada penderita tekanan darah sangat rendah, penderita sakit kudis, penderita diabetes
mellius, wanita hamil, wanita yang sedang haid. Orang yang sedang minum obat pengencer darah, penderita leukemia,
thrombosit, alergi kulit serius, orang yang sangat letih, kelaparan, kenyang, kehausan dan orang yang sedang gugup. Adapun
anggota bagian tubuh yang tidak boleh di-bekam yaitu mata, telinga, hidung, mulut, puting susu, alat kelamin, dubur. Area tubuh
yang banyak simpul limpa. Area tubuh yang dekat pembuluh besar. Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan
luka . Menurut Imam asy-Syuyuthi berbekam dalam keadaan perut kosong itu adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat
kesembuhan. Dan dianjurkan untuk tidak makan selama 2- 3 jam sebelumnya (Aiman, 2004).
Waktu Bekam
Sebaiknya berbekam dilakukan pada pertengahan bulan, karena darah kotor berhimpun dan lebih terangsang (darah sedang
pada puncak gejolak). Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan penjagaan diri
terhadap penyakit. Adapun untuk pengobatan penyakit, maka harus dilakukan kapan pun pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini
Imam Ahmad melakukan bekam pada hari apa saja ketika diperlukan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW : "Jangan
sampai mengalami ketidakstabilan darah, karena itu bisa mematikan." (Fatahilllah, 2006).
Menurut Ibnul Qayyim perintah penggunaan bekam bukan pada awal bulan (Qamariyah), karena cairan-cairan dalam tubuh
kurang aktif bergerak dan tidak normal. Bukan pula akhir bulan, karena cairan-cairan itu berkurang. Yang baik ialah pada
pertengahan bulan, ketika cairan-cairan di dalam tubuh bergolak dan mencapai puncak penambahannya, karena bertambahnya
cahaya dari rembulan.
Teknik Bekam
Terapi bekam dilakukan dengan cara mengoleskan alkohol pada titik yang akan dibekam agar steril, proses berikutnya
dibekam hingga kulit terlihat tertarik dan berwarna kemerahan. Selanjutnya permukaan kulit (epidermis) disayat dengan pisau
bedah atau silet steril sehingga akan keluar darah kotor. Sayatan ini tidak berbahaya karena yang tersayat hanya lapisan kulit luar,
tidak sampai ke dalam lapisan daging. Setelah darah keluar disedot lagi dengan bekam hingga keluar getah bening. Getah bening
ini yang berfungsi menutup lapisan yang tersayat. Luka Sayatan tersebut dapat sembuh dalam waktu tiga hari (Sutomo,2008).
Bekam harus dilakukan dengan serba steril yaitu steril hatinya dalam arti ikhlas dalam melakukanya, jika
memungkinkan sebaiknya dilakukan sambil berpuasa baik pasien maupun yang mengobati, meminta kesembuhan dari-Nya. Alat
yang digunakan juga harus steril, seperti gelas bekam, penyedot udara, pisau/silet dan kantung tangan. Alat seperti silet dan
kantung tangan harus sekali pakai langsung dibuang. Walaupun tidak berbahaya, bekam tidak dianjurkan untuk penderita
diabetes, pasien yang fisiknya lemah, penderita infeksi kulit merata, kanker darah, sedang hamil dan rentan keguguran
kandungan, hepatitis A dan B, penderita anemia serta pasien yang sedang menjalani cuci darah. Jika dilakukan bekam pada
golongan ini, dimungkinkan akan terjadi efek samping yang tidak diinginkan.
Prinsip Kerja dan Manfaat Bekam
Sudah banyak penelitian di luar negeri tentang cara kerja dan manfaat dari terapi bekam, seperti yang dilakukan oleh Amir
Muhammad Sholih. Pengobatan bekam terbukti bermanfaat karena orang yang melakukan pengobatan dengan bekam dirangsang
pada titik saraf tubuh seperti halnya pengobatan akupuntur. Tetapi dalam akupuntur yang dihasilkan hanya perangsangan,
sedangkan bekam selain dirangsang juga terjadi pergerakan aliran darah.
Kerja terapi bekam berkaitan dengan unsur besi yang terdapat dalam darah manusia yaitu berupa unsur panas yang dapat
menyebabkan terhambatnya aktifitas sel-sel sehingga mengurangi imunitas terhadap virus. Karenanya pasien yang dalam darah
kandungan besinya tinggi, reaksi pengobatan lebih lambat dibandingkan pasien kandungan besinya rendah dalam darah. Selain
itu, pembuangan sebagian darah dalam terapi bekam terbukti mampu memulihkan reaksi pengobatan menjadi lebih cepat
sehingga bekam bisa diterapkan sebagai terapi pendamping pengobatan medis (Sutomo, 2008).
Hasil percobaan yang pernah dilakukan Amir pada pasien terinfeksi virus hepatitis C dan memiliki kadar besi cukup tinggi
dalam darahnya. Setelah pasien diterapi bekam dan diberi obat Interferon dan Riboviron memiliki reaksi positif dan kekebalan
meningkat. Padahal sebelum dibekam reaksi terhadap obat tersebut hampir tidak bereaksi.
Menurut Amani (2004) mekanisme kerja terapi bekam terjadi di bawah kulit dan otot yang terdapat banyak titik saraf. Titiktitik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehigga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang
sakit namun pada titik simpul saraf terkait. Pembekaman biasanya dilakukan pada permukaan kulit (kutis), jaringan bawah kulit
(sub kutis) jaringan ini akan “rusak”. Kerusakan disertai keluarnya darah akibat bekam akan ikut serta keluar beberapa zat
berbahaya seperti serotonin, bistamin, bradiknin dan zat-zat berbahaya lainnya. Bekam juga menjadikan mikrosirkulasi pembuluh
darah sehingga timbul efek relaksasi pada otot sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Sutomo, 2008).
C. Pembahasan
Pengobatan hipertensi yang selama ini dilakukan adalah dengan menggunakan obat-obatan farmakologis seperti
penghambat adreseptor α (α-bloker) yang dapat menghambat reseptor α 1 di pembuluh darah terhadap efek vasokontriksi NE dan
E sehingga terjadi dilatasi arteriol dan vena. Hal ini dapat menurunkan resitensi perifer dan dengan demikian menurunkan
tekanan darah. Akibatnya terjadi terjadi refleks takikardi tetapi hanya sedikit dan denyut jantung menurun kembali setelah
pemberian kronik. Selain itu obat ini dapat menurunkan resitensi insulin sehingga dapat digunakan pada pasien hipertensi dengan
kadar glukosa darah yang tinggi (Setiawati, 2004).
Menurut Arini dan Zunilda (2004) obat tersebut memiliki efek samping utama yaitu hipotensi ortostatik. Fenonema dosis
pertama adalah hipotensi ortostatik yang simtomatik dan terjadi pada beberapa dosis pertama namun dapat terjadi juga pada saat
peningkatan dosis dan dapat menyebabkan kehilangan kesadaran selintas dan pusing kepala. Fenonema ini terutama terjadi bila
dosis awal terlalu besar, pada penderita dengan deplesi cairan ( orang puasa atau orang yang membatasi garam) dan usia lanjut.
Efek samping lainnya yaitu sakit kepala, palpitasi, rasa lelah, udem perifer, hidung tersumbat dan nausea.
Selain itu penggunaan obat adronelitik sentral dapat menyebabkan beberapa efek samping yaitu mulut kering dan sedasi
yang terjadi pada 50% penderita, mual, konstipasi dan impotensi. Gejala ortostastik kadang-kadang terjadi. Efek samping sentral
termasuk mimpi buruk, insomnia, cemas dan depresi. Penghentian mendadak dapat menimbulkan reaksi putus obat dengan gejala
aktivitas simpatis yang berlebihan ( rasa gugup, sakit kepala, nyeri abdomen, takikardi dan berkeringat). Gejala ini dapat disertai
dengan krisis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah dengan cepat ke nilai yang sangat tinggi (Setiawati, 2004).
Fatahillah (2006) mengungkapkan bahwa beberapa proses (dikenal dengan konsep 4R) yang terjadi selama proses terapi
bekam diantaranya :
1. Release (mengeluarkan)
Release merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengobatan alami untuk membuang racun-racun dalam tubuh. Proses ini
disebut dengan istilah detoksifikasi pada organ-organ seperti jantung, hati, ginjal, sistem peredaran darah dan pencernaan (usus).
2. Relax (mengistirahatkan)
Memberikan kesempatan pada tubuh untuk menormalkan dan menstabilkan keadaan suhu, acid (asam), dan alkali (basa) agar
sistem imun dapat berfungsi kembali.
3. Regeneration (mengganti dengan yang baru)
Upaya tubuh dalam melakukan penggantian terhadap sel-sel yang mati atu rusak, sebagai proses anti aging. Sehingga pencegahan
terhadap munculnya penyakit degeneratif dapat dilakukan.
4. Refunction (memfungsikan kembali)
Langkah akhir yang dilakukan ialah dengan mengaktifkan dan memfungsikan kembali organ-organ tubuh dengan baik. Sehingga
dengan sendirinya tubuh dapat melawan serangan-serangan penyakit
Menurut Fatahillah (2006), apabila melakukan pembekaman pada satu titik, maka di kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub
kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari sel mast/basofil dan lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan
beberapa zat seperti serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zatzat ini menyebabkan terjadinya dilatasi (pengembangan) kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam.
Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadi perbaikan
microcirculation saluran darah. Akibatnya timbul relaksasi otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan
tekanan darah secara stabil (Fatahillah, 2006).
Pembekaman pada satu poin, di kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan
dari sel mast/basofil dan lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradikinin,
slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi
(pengembangan) kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang di bekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat
yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadi perbaikan microcirculation pembuluh darah. Akibatnya timbul
kesan relaksasi otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurun tekanan darah secara stabil maka terapi bekam
ini dapat menyembuhkan hipertensi (Dunsmuir, 2007).
D. Kendala-kendala
Sebagaimana di jelaskan di awal bahwa penelitian bekam di Indonesia masih sangat sedikit sehingga akan mempengaruhi
tingkat akseptabilitas terapi ini di dunia kesehatan baik medis maupun paramedis. Belum lagi adanya anggapan bahwa terapi ini
adalah milik orang-orang penyembuh tradisional atau pengobata alternatif/komplementer yang sangat jauh kualitasnya jika
dibandingkan dengan perkembangan ilmu kesehatan.
Di samping minimnya penelitian di Indonesia, terapi ini terkesan hanya dilakukan pada mereka yang mempunyai
keyakinan/agama tertentu, baik pelaku maupun pasiennya. Hal ini akan menghambat penyebaran terapi ini di tengah-tengah
masyarakat.
E. Penutup
Kesimpulan
Dari uraian di atas, kami menyimpulkan makalah ini sebagai berikut :
1. Penggunaan terapi farmakologi pada pasien hipertensi pada sisi lain dapat menurunkan tekanan darah seperti yang diharapkan,
tetapi juga dapat menimbulkan efek samping dari ringan hingga cukup berat.
2. Terapi bekam menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkan zat-zat alami di dalam tubuh yang mengakibatkan dilatasi
pada pembuluh dara sehingga tekanan darah dapat menurun. Sejauh ini belum ada efek samping yang serius.
Saran-saran:
1. Hendaknya penggunaan obat-obat farmakologi dilakukan dengan hati-hati. Menerapkan pendekatan 7 M. Sehingga efek
samping yang tidak diharapkan dapat dicegah atau ditangani dengan segera.
2. Menerapkan terapi bekam pada pasien-pasien hipertensi baik di klinik maupun di masyarakat untuk menjaga kondisi tekanan
darah tetap normal.
3. Perlunya penyebaran informasi tentang bekam dan manfaat yang di peroleh baik di tengah-tengah masyarakat maupun tenaga
kesehatan (perawat, dokter dll)
4. Perlunya penelitian-penelitian secara intensif untuk memperkuat manfaat bekam terhadap penurunan tekanan darah atau
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., Farhadi, K., Schwebel, D., Saeb, M., Choubsaz, M., Mohammadi, R. (2009). The effectiveness of wet-cupping for
nonspecific low back pain in Iran: A randomized Controlled Trial. Journal of Complementary Therapies in Medicine,
17, 9-15
Ahmadi, A., Schwebel, D.,Rezai, M. (2008) The Efficacy of Wet-Cupping in the treatment of tension and migraine headache.
The American Journal of Chinese Medicine, Vol 36, No. 1, page 37-44
Ahmed S.M., Madbouly N.H., Maklad S.S., dan Abu Shady E.A. (2005) Immunomodulatory effects of blood letting cupping
therapy in patients with rheumatoid arthritis. Egypt J Immunol. 12 (2) : 39-51.
Al-Jauziyah, I.Q. (2004) Metode Pengobatan Nabi cetakan I, Abu Umar Basyir Al Maidani (penerjemah). Jakarta : Griya Ilmu.
Astawan, Made. 2008. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. terdapat pada www.depkesRI.com.
Anonim. (2006) Bekam, Sembuhkan Hipertensi, Migrain, Sakit Pinggang Dan Kanker terdapat dalam
Bu, TW., Tian, XL., Wang, SJ., Liu, W., Li, XL., Tan YH.(2007) Comparison and analysis of therapeutic effects of different
therapies on simple Obesity 1: Zhongguo Zhen Jiu. 2007 May;27(5):337-40.
Dunsmuir, Ian. ( 2007). Acupuncture in the Treatment of Sports Injuries: A Western Perspective Terdapat dalam
www.heallingpoint.mht.
El Hennwy. (2007) Cupping therapy and Infertiliys, terdapat dalam http://www.activephysiotherapy.com
Fatahillah, A. (2007) Keampuhan bekam, Cetakan ke-III, Jakarta: Qultum Media.
Fatahillah. (2008). Rukyah dan Bekam.terdapat dalam www.Fatahillah.co.id.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Askupularis FKUI.
Nashr, MM,(2005), Bekam, Cara Pengobatan Menurut Nabi, cetakan I, Jakarta : Pustaka Imam As Syafi’i.
Price S.A., Lorraine M. W. (2000). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Song, S. J. 2007. Observation on therapeutic effect of ear point blood-letting combined with cupping on Back-shu
points for treatment of acne vulgaris. Zhongguo Zhen Jiu; 27(8):626-8.
Setiawati, A., Bustami,ZS. Bustasmi. (2004) Anti hipertensi dalam Farmakologi dan terapi. Edisi IV. Jakarta : FKUI
Song, SJ.(2007) Observation on therapeutic effect of ear point blood-letting combined with cupping on Back-shu points for
treatment of acne vulgaris. Zhongguo Zhen Jiu 2007 Aug;27(8):626-8.
Subiyanto, I., Mulyati, L.(2008) Bekam(Cara Terapi Nabi) sebagai Alternatif Pengobatan dan Intervensi Keperawatan.
Terdapat dalam ners.fk.unair.ac.id
Sutomo, B. (2008).Bekam Atasi Migrain dan Hipertensi terdapat dalam www.pijatkeluarga.co.id (diakses tanggal 10 Juni 2008)
Ullah, K., Younis,A., Wali, M. (2007) An investigation into the effect of Cupping Therapy as a treatment for Anterior Knee Pain
and its potential role in Health Promotion. The Internet Journal of Alternative Medicine. 4(1):626-8
Underwood, J.C.E.1999. Patologi Umum dan Sistemik.editor edisi bahasa Indonesia,Sarjadi/ed.2.vol 2. Jakarta:EGC.
Vitahelath (2004). Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia.
Yasin,S.A. (2007), Bekam, Sunnah nabi dan mukjizat medis, Cetakan VIII, Jakarta: al-Qowam
http://medsur.blogspot.com/2009/08/efektifitas-terapi-bekam-terhadap.html
DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI
A. Pendahuluan
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Hipertensi menyerang lebih dari 700 juta penduduk dunia
dengan angka mortalitas 7 juta jiwa dan morbiditas 64 juta jiwa pertahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3%. Survei faktor risiko penyakit kardiovaskular oleh WHO di Jakarta,
menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria 12,1% (2000). Pada wanita,
angka prevalensi mencapai 12,2% (2000).
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. Komplikasi hipertensi
diantaranya: penyakit jantung koroner (PJK), infark miokard, stroke, dan gagal ginjal, aneurisma dan retinopati hipertensi.
Hipertensi juga merupakan resiko utama terjadinya perdarahan otak, yang merupakan salah satu penyebab kematian utama di
seluruh dunia (Underwood, 1999).
Pengobatan hipertensi secara farmakoterapi dapat dilakukan dengan pemberian diuretika, penyekat reseptor beta
adrenergic, penyekat saluran kalsium, inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) atau penyekat reseptor alfa adrenergic.
Pengobatan tersebut bergantung pada pertimbangan klien termasuk mengenai biaya, karakteristik demografik, penyakit penyerta,
dan kualitas hidup. Pengobatan hipertensi saat ini belum efektif karena hanya menurunkan prevalensi sebesar 8%, harganya
mahal, sering terjadi kekambuhan dan menimbulkan efek samping yang lebih berbahaya (Price dan Wilson, 2005).
Tren pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan terapi alternatif dan komplementer, salah satunya yaitu
terapi bekam atau hijamah yang sudah digunakan semenjak zaman Nabi Muhammad SAW (VITAHEALTH, 2006). Terbukti
dengan adanya hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, yaitu minuman madu,
sayatan alat bekam dan kay (pembakaran) dengaan api, dan sesungguhnya aku melarang umatku dari kay.” Sabda yang lain
“Sungguh, pengobatan paling utama yang kalian gunakan adalah bekam,” (Hadits Shohih). "Apabila ada atau ada kebaikan
pada sesuatu dari obatmu, maka ia ada pada hijamah atau meminum madu (herba)" (H.R. Bukhori dalam Yasin, 2005).
Manfaat terapi bekam belum banyak diteliti di Indonesia. Namun berdasarkan pengalaman praktisi bekam, sudah banyak
penyakit bisa disembuhkan, salah satu diantaranya adalah penyakit hipertensi (Yasin, 2005). Berdasarkan penjelasan di atas
penulis bermaksud melakukan kajian literatur tentang efektifitas terapi bekam dalam menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
B. Terapi Bekam
Berbekam atau Hijamah menurut bahasa adalah ungkapan tentang menghisap darah dan mengeluarkannya dari permukaan
kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas bekam, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah di sana. Lalu
dilakukan penyayatan permukaan kulit dengan pisau bedah, untuk mengeluarkan darah (Yasin, 2007).
Kata "Hijamah" berasal dari bahasa Arab, dari kata Al Hijmu yang berarti pekerjaan membekam. Al Hajjam berarti ahli
bekam. Nama lain bekam adalah canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa dikenal dengan istilah "Cuping Therapeutic
Method". Bekam dalam bahasa Mandarin disebut Pa Hou Kuan. (Subiyanto dan Leli, 2006).
Pengobatan dengan bekam sudah digunakan semenjak zaman Nabi. Terbukti dengan adanya hadis Nabi Muhammad SAW
yang berbunyi “Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, yaitu minuman madu, sayatan alat bekam dan kay (pembakaran) dengan
api, dan sesungguhnya aku melarang umatku dari kay.” Sabda yang lain “Sungguh, pengobatan paling utama yang kalian
gunakan adalah bekam ”(Hadits Shohih) (Anonim, 2006).
Terapi bekam berasal dari timur tengah namun telah menyebar ke daratan Eropa dan Asia seperti Cina dan Indonesia. Di
Indonesia terapi bekam memang belum banyak diteliti kebenaran manfaatnya. Namun berdasarkan pengalaman praktek Abu
Fabby, sudah banyak pasien bisa disembuhkan. seperti sakit kepala, pusing-pusing, sakit pinggang, sakit punggung dan sakit
berat lainnya. Menurut Abu, pasien bisa sembuh karena dilakukan bekam pada titik-titik saraf terkait dengan penyakit yang
dikeluhkan pasien (Anonim, 2006).
Jenis dan Teknik Bekam
Ullah (2007) mengatakan bahwa bekam dapat dilakukan dengan dua cara, yakni bekam kering atau bekam angin
(Hijamah Jaaffah atau Dry Cupping) dan bekam basah (Hijamah Rothbah atau Wet Cupping). Bekam kering menurut Nashr
(2005) merupakan upaya menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor dengan
tujuan pemindahan zat dalam tubuh dari satu tempat ke tempat lain. Pada teknik bekam ini darah akan keluar melalui urat-urat
kecil yang menimbulkan bekas seperti memar sementara. Fatahillah (2006) mengatakan bahwa bekam kering dapat dilakukan
dengan tekhnik meluncur dan tekhnik tarik. Penggunaan tekhnik meluncur merupakan pengganti kerokan. Tindakan ini dilakukan
untuk membuang angin pada tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran darah. Sedangkan tekhnik tarik biasa
digunakan untuk menghilangkan nyeri atau penat di bagian dahi, kening dan bagian yang terasa pegal. Adapun bekam basah
merupakan bekam kering yang mendapatkan tambahan perlakuan, yaitu darah dikeluarkan dengan cara disayat pada daerah yang
dibekam (Ullah, 2007).
Terapi Bekam harus diberikan sesuai dengan kondisi klien, sehingga tidak semua klien dapat diberikan terapi bekam yang
sama. Oleh karena itu, sebelum diberikan terapi, klien terlebih dahulu dipastikan kondisi fisiknya dengan diagnosa yang jelas
sebelum diberikan terapi basah atau kering. Beberapa manfaat dari pemberian terapi bekam basah (Fatahillah, 2006), di antaranya
:
1. Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat meningkatkan aktifitas saraf vertebrae.
2. Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan arteriosclerosis.
3. Menghilangkan rasa pusing, memar di bagian kepala, wajah, migrain dan sakit gigi.
4. Menghilangkan kejang-kejang dan keram otot.
5. Memperbaiki permeabilitas pembuluh darah.
6. Menyembuhkan reumatik.
7. Mengatasi kemalasan, lesu dan banyak tidur.
8. Mengatasi radang selaput jantung dan ginjal.
9. Mengatasi gangguan kulit, alergi, jerawat dan gatal-gatal.
Adapun pemberian terapi bekam kering dilakukan untuk mengatasi berbagai penyakit ringan seperti mengatasi masuk
angin, menghilangkan rasa sakit pada paru-paru kronis, menahan derasnya haid dan mimisan, meringankan rasa sakit dan
penumpukan darah, melenturkan otot-otot yang tegang, radang urat saraf dan radang sumsum tulang belakang, pembengkakan
liver, radang ginjal dan wasir (Fatahillah, 2006).
Larangan Berbekam
Terapi bekam ini dilarang digunakan pada penderita tekanan darah sangat rendah, penderita sakit kudis, penderita diabetes
mellius, wanita hamil, wanita yang sedang haid. Orang yang sedang minum obat pengencer darah, penderita leukemia,
thrombosit, alergi kulit serius, orang yang sangat letih, kelaparan, kenyang, kehausan dan orang yang sedang gugup. Adapun
anggota bagian tubuh yang tidak boleh di-bekam yaitu mata, telinga, hidung, mulut, puting susu, alat kelamin, dubur. Area tubuh
yang banyak simpul limpa. Area tubuh yang dekat pembuluh besar. Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan
luka . Menurut Imam asy-Syuyuthi berbekam dalam keadaan perut kosong itu adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat
kesembuhan. Dan dianjurkan untuk tidak makan selama 2- 3 jam sebelumnya (Aiman, 2004).
Waktu Bekam
Sebaiknya berbekam dilakukan pada pertengahan bulan, karena darah kotor berhimpun dan lebih terangsang (darah sedang
pada puncak gejolak). Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan penjagaan diri
terhadap penyakit. Adapun untuk pengobatan penyakit, maka harus dilakukan kapan pun pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini
Imam Ahmad melakukan bekam pada hari apa saja ketika diperlukan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW : "Jangan
sampai mengalami ketidakstabilan darah, karena itu bisa mematikan." (Fatahilllah, 2006).
Menurut Ibnul Qayyim perintah penggunaan bekam bukan pada awal bulan (Qamariyah), karena cairan-cairan dalam tubuh
kurang aktif bergerak dan tidak normal. Bukan pula akhir bulan, karena cairan-cairan itu berkurang. Yang baik ialah pada
pertengahan bulan, ketika cairan-cairan di dalam tubuh bergolak dan mencapai puncak penambahannya, karena bertambahnya
cahaya dari rembulan.
Teknik Bekam
Terapi bekam dilakukan dengan cara mengoleskan alkohol pada titik yang akan dibekam agar steril, proses berikutnya
dibekam hingga kulit terlihat tertarik dan berwarna kemerahan. Selanjutnya permukaan kulit (epidermis) disayat dengan pisau
bedah atau silet steril sehingga akan keluar darah kotor. Sayatan ini tidak berbahaya karena yang tersayat hanya lapisan kulit luar,
tidak sampai ke dalam lapisan daging. Setelah darah keluar disedot lagi dengan bekam hingga keluar getah bening. Getah bening
ini yang berfungsi menutup lapisan yang tersayat. Luka Sayatan tersebut dapat sembuh dalam waktu tiga hari (Sutomo,2008).
Bekam harus dilakukan dengan serba steril yaitu steril hatinya dalam arti ikhlas dalam melakukanya, jika
memungkinkan sebaiknya dilakukan sambil berpuasa baik pasien maupun yang mengobati, meminta kesembuhan dari-Nya. Alat
yang digunakan juga harus steril, seperti gelas bekam, penyedot udara, pisau/silet dan kantung tangan. Alat seperti silet dan
kantung tangan harus sekali pakai langsung dibuang. Walaupun tidak berbahaya, bekam tidak dianjurkan untuk penderita
diabetes, pasien yang fisiknya lemah, penderita infeksi kulit merata, kanker darah, sedang hamil dan rentan keguguran
kandungan, hepatitis A dan B, penderita anemia serta pasien yang sedang menjalani cuci darah. Jika dilakukan bekam pada
golongan ini, dimungkinkan akan terjadi efek samping yang tidak diinginkan.
Prinsip Kerja dan Manfaat Bekam
Sudah banyak penelitian di luar negeri tentang cara kerja dan manfaat dari terapi bekam, seperti yang dilakukan oleh Amir
Muhammad Sholih. Pengobatan bekam terbukti bermanfaat karena orang yang melakukan pengobatan dengan bekam dirangsang
pada titik saraf tubuh seperti halnya pengobatan akupuntur. Tetapi dalam akupuntur yang dihasilkan hanya perangsangan,
sedangkan bekam selain dirangsang juga terjadi pergerakan aliran darah.
Kerja terapi bekam berkaitan dengan unsur besi yang terdapat dalam darah manusia yaitu berupa unsur panas yang dapat
menyebabkan terhambatnya aktifitas sel-sel sehingga mengurangi imunitas terhadap virus. Karenanya pasien yang dalam darah
kandungan besinya tinggi, reaksi pengobatan lebih lambat dibandingkan pasien kandungan besinya rendah dalam darah. Selain
itu, pembuangan sebagian darah dalam terapi bekam terbukti mampu memulihkan reaksi pengobatan menjadi lebih cepat
sehingga bekam bisa diterapkan sebagai terapi pendamping pengobatan medis (Sutomo, 2008).
Hasil percobaan yang pernah dilakukan Amir pada pasien terinfeksi virus hepatitis C dan memiliki kadar besi cukup tinggi
dalam darahnya. Setelah pasien diterapi bekam dan diberi obat Interferon dan Riboviron memiliki reaksi positif dan kekebalan
meningkat. Padahal sebelum dibekam reaksi terhadap obat tersebut hampir tidak bereaksi.
Menurut Amani (2004) mekanisme kerja terapi bekam terjadi di bawah kulit dan otot yang terdapat banyak titik saraf. Titiktitik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehigga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang
sakit namun pada titik simpul saraf terkait. Pembekaman biasanya dilakukan pada permukaan kulit (kutis), jaringan bawah kulit
(sub kutis) jaringan ini akan “rusak”. Kerusakan disertai keluarnya darah akibat bekam akan ikut serta keluar beberapa zat
berbahaya seperti serotonin, bistamin, bradiknin dan zat-zat berbahaya lainnya. Bekam juga menjadikan mikrosirkulasi pembuluh
darah sehingga timbul efek relaksasi pada otot sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Sutomo, 2008).
C. Pembahasan
Pengobatan hipertensi yang selama ini dilakukan adalah dengan menggunakan obat-obatan farmakologis seperti
penghambat adreseptor α (α-bloker) yang dapat menghambat reseptor α 1 di pembuluh darah terhadap efek vasokontriksi NE dan
E sehingga terjadi dilatasi arteriol dan vena. Hal ini dapat menurunkan resitensi perifer dan dengan demikian menurunkan
tekanan darah. Akibatnya terjadi terjadi refleks takikardi tetapi hanya sedikit dan denyut jantung menurun kembali setelah
pemberian kronik. Selain itu obat ini dapat menurunkan resitensi insulin sehingga dapat digunakan pada pasien hipertensi dengan
kadar glukosa darah yang tinggi (Setiawati, 2004).
Menurut Arini dan Zunilda (2004) obat tersebut memiliki efek samping utama yaitu hipotensi ortostatik. Fenonema dosis
pertama adalah hipotensi ortostatik yang simtomatik dan terjadi pada beberapa dosis pertama namun dapat terjadi juga pada saat
peningkatan dosis dan dapat menyebabkan kehilangan kesadaran selintas dan pusing kepala. Fenonema ini terutama terjadi bila
dosis awal terlalu besar, pada penderita dengan deplesi cairan ( orang puasa atau orang yang membatasi garam) dan usia lanjut.
Efek samping lainnya yaitu sakit kepala, palpitasi, rasa lelah, udem perifer, hidung tersumbat dan nausea.
Selain itu penggunaan obat adronelitik sentral dapat menyebabkan beberapa efek samping yaitu mulut kering dan sedasi
yang terjadi pada 50% penderita, mual, konstipasi dan impotensi. Gejala ortostastik kadang-kadang terjadi. Efek samping sentral
termasuk mimpi buruk, insomnia, cemas dan depresi. Penghentian mendadak dapat menimbulkan reaksi putus obat dengan gejala
aktivitas simpatis yang berlebihan ( rasa gugup, sakit kepala, nyeri abdomen, takikardi dan berkeringat). Gejala ini dapat disertai
dengan krisis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah dengan cepat ke nilai yang sangat tinggi (Setiawati, 2004).
Fatahillah (2006) mengungkapkan bahwa beberapa proses (dikenal dengan konsep 4R) yang terjadi selama proses terapi
bekam diantaranya :
1. Release (mengeluarkan)
Release merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengobatan alami untuk membuang racun-racun dalam tubuh. Proses ini
disebut dengan istilah detoksifikasi pada organ-organ seperti jantung, hati, ginjal, sistem peredaran darah dan pencernaan (usus).
2. Relax (mengistirahatkan)
Memberikan kesempatan pada tubuh untuk menormalkan dan menstabilkan keadaan suhu, acid (asam), dan alkali (basa) agar
sistem imun dapat berfungsi kembali.
3. Regeneration (mengganti dengan yang baru)
Upaya tubuh dalam melakukan penggantian terhadap sel-sel yang mati atu rusak, sebagai proses anti aging. Sehingga pencegahan
terhadap munculnya penyakit degeneratif dapat dilakukan.
4. Refunction (memfungsikan kembali)
Langkah akhir yang dilakukan ialah dengan mengaktifkan dan memfungsikan kembali organ-organ tubuh dengan baik. Sehingga
dengan sendirinya tubuh dapat melawan serangan-serangan penyakit
Menurut Fatahillah (2006), apabila melakukan pembekaman pada satu titik, maka di kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub
kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari sel mast/basofil dan lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan
beberapa zat seperti serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zatzat ini menyebabkan terjadinya dilatasi (pengembangan) kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam.
Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadi perbaikan
microcirculation saluran darah. Akibatnya timbul relaksasi otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan
tekanan darah secara stabil (Fatahillah, 2006).
Pembekaman pada satu poin, di kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan
dari sel mast/basofil dan lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradikinin,
slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi
(pengembangan) kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang di bekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat
yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadi perbaikan microcirculation pembuluh darah. Akibatnya timbul
kesan relaksasi otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurun tekanan darah secara stabil maka terapi bekam
ini dapat menyembuhkan hipertensi (Dunsmuir, 2007).
D. Kendala-kendala
Sebagaimana di jelaskan di awal bahwa penelitian bekam di Indonesia masih sangat sedikit sehingga akan mempengaruhi
tingkat akseptabilitas terapi ini di dunia kesehatan baik medis maupun paramedis. Belum lagi adanya anggapan bahwa terapi ini
adalah milik orang-orang penyembuh tradisional atau pengobata alternatif/komplementer yang sangat jauh kualitasnya jika
dibandingkan dengan perkembangan ilmu kesehatan.
Di samping minimnya penelitian di Indonesia, terapi ini terkesan hanya dilakukan pada mereka yang mempunyai
keyakinan/agama tertentu, baik pelaku maupun pasiennya. Hal ini akan menghambat penyebaran terapi ini di tengah-tengah
masyarakat.
E. Penutup
Kesimpulan
Dari uraian di atas, kami menyimpulkan makalah ini sebagai berikut :
1. Penggunaan terapi farmakologi pada pasien hipertensi pada sisi lain dapat menurunkan tekanan darah seperti yang diharapkan,
tetapi juga dapat menimbulkan efek samping dari ringan hingga cukup berat.
2. Terapi bekam menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkan zat-zat alami di dalam tubuh yang mengakibatkan dilatasi
pada pembuluh dara sehingga tekanan darah dapat menurun. Sejauh ini belum ada efek samping yang serius.
Saran-saran:
1. Hendaknya penggunaan obat-obat farmakologi dilakukan dengan hati-hati. Menerapkan pendekatan 7 M. Sehingga efek
samping yang tidak diharapkan dapat dicegah atau ditangani dengan segera.
2. Menerapkan terapi bekam pada pasien-pasien hipertensi baik di klinik maupun di masyarakat untuk menjaga kondisi tekanan
darah tetap normal.
3. Perlunya penyebaran informasi tentang bekam dan manfaat yang di peroleh baik di tengah-tengah masyarakat maupun tenaga
kesehatan (perawat, dokter dll)
4. Perlunya penelitian-penelitian secara intensif untuk memperkuat manfaat bekam terhadap penurunan tekanan darah atau
kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., Farhadi, K., Schwebel, D., Saeb, M., Choubsaz, M., Mohammadi, R. (2009). The effectiveness of wet-cupping for
nonspecific low back pain in Iran: A randomized Controlled Trial. Journal of Complementary Therapies in Medicine,
17, 9-15
Ahmadi, A., Schwebel, D.,Rezai, M. (2008) The Efficacy of Wet-Cupping in the treatment of tension and migraine headache.
The American Journal of Chinese Medicine, Vol 36, No. 1, page 37-44
Ahmed S.M., Madbouly N.H., Maklad S.S., dan Abu Shady E.A. (2005) Immunomodulatory effects of blood letting cupping
therapy in patients with rheumatoid arthritis. Egypt J Immunol. 12 (2) : 39-51.
Al-Jauziyah, I.Q. (2004) Metode Pengobatan Nabi cetakan I, Abu Umar Basyir Al Maidani (penerjemah). Jakarta : Griya Ilmu.
Astawan, Made. 2008. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. terdapat pada www.depkesRI.com.
Anonim. (2006) Bekam, Sembuhkan Hipertensi, Migrain, Sakit Pinggang Dan Kanker terdapat dalam
Bu, TW., Tian, XL., Wang, SJ., Liu, W., Li, XL., Tan YH.(2007) Comparison and analysis of therapeutic effects of different
therapies on simple Obesity 1: Zhongguo Zhen Jiu. 2007 May;27(5):337-40.
Dunsmuir, Ian. ( 2007). Acupuncture in the Treatment of Sports Injuries: A Western Perspective Terdapat dalam
www.heallingpoint.mht.
El Hennwy. (2007) Cupping therapy and Infertiliys, terdapat dalam http://www.activephysiotherapy.com
Fatahillah, A. (2007) Keampuhan bekam, Cetakan ke-III, Jakarta: Qultum Media.
Fatahillah. (2008). Rukyah dan Bekam.terdapat dalam www.Fatahillah.co.id.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Askupularis FKUI.
Nashr, MM,(2005), Bekam, Cara Pengobatan Menurut Nabi, cetakan I, Jakarta : Pustaka Imam As Syafi’i.
Price S.A., Lorraine M. W. (2000). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Song, S. J. 2007. Observation on therapeutic effect of ear point blood-letting combined with cupping on Back-shu
points for treatment of acne vulgaris. Zhongguo Zhen Jiu; 27(8):626-8.
Setiawati, A., Bustami,ZS. Bustasmi. (2004) Anti hipertensi dalam Farmakologi dan terapi. Edisi IV. Jakarta : FKUI
Song, SJ.(2007) Observation on therapeutic effect of ear point blood-letting combined with cupping on Back-shu points for
treatment of acne vulgaris. Zhongguo Zhen Jiu 2007 Aug;27(8):626-8.
Subiyanto, I., Mulyati, L.(2008) Bekam(Cara Terapi Nabi) sebagai Alternatif Pengobatan dan Intervensi Keperawatan.
Terdapat dalam ners.fk.unair.ac.id
Sutomo, B. (2008).Bekam Atasi Migrain dan Hipertensi terdapat dalam www.pijatkeluarga.co.id (diakses tanggal 10 Juni 2008)
Ullah, K., Younis,A., Wali, M. (2007) An investigation into the effect of Cupping Therapy as a treatment for Anterior Knee Pain
and its potential role in Health Promotion. The Internet Journal of Alternative Medicine. 4(1):626-8
Underwood, J.C.E.1999. Patologi Umum dan Sistemik.editor edisi bahasa Indonesia,Sarjadi/ed.2.vol 2. Jakarta:EGC.
Vitahelath (2004). Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia.
Yasin,S.A. (2007), Bekam, Sunnah nabi dan mukjizat medis, Cetakan VIII, Jakarta: al-Qowam
http://medsur.blogspot.com/2009/08/efektifitas-terapi-bekam-terhadap.html