MAKALAH BELAJAR DAN ID PEMBELAJARAN

MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Hakikat Kesulitan Belajar

Dosen Pengampu

: Bapak Husamah S.pd,M.pd
Oleh :

1. Yudrika Oktaviana

(201710070311091)

2. Widiya Yuliningsih

(201710070311087)

3. Nuril Alfi Zuhroh

(201710070311097)


4. Satya Rizki Nur Afni (201710070311116)
BIOLOGI 2 C

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas rahmat dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini, penulis
membahas tentang Hakikat Kesulitan Belajar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah belajar dan pembelajaran.
Dalam proses penyelesaian makalah ini, walaupun banyak kesulitan yang penulis
hadapi, namun berkat bimbingan, arahan, koreksi, dan saran, untuk itu rasa terimakasih
yang dalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan makalah
ini
2. Bapak Husamah S.pd,M.pd selaku dosen pengampu yang telah memberi wawasan
pada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil

kepada penulis.
4. Teman-teman yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, serta masukan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Malang, 24 Mei 2018
Penulis

[i]

Daftar Isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

i

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

1

1

BAB II PEMBAHASAN
A. Devinisi Kesulitan Belajar

2

B. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar

3


C. Manifestari Kesulitan Belajar

7

D. Beberapa Penyebab Kesulitan Belajar
E. Diagnosis Kesulitan Belajar

11

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

11

B. Kritik dan Saran

14

DAFTAR PUSTAKA


15

[ii]

10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktifitas belajar pada setiap individu, tidak selalu dapat berlangsung secara wajar dan
lancar. Terkadang dapat dengan cepat dan mudah mempelajari sesuatu, kadang terasa
amat sulit, kadang semangatnya tinggi, kadang juga sulit untuk konsentrasi. Demikianlah
kenyataan yang sering dijumpai pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari kaitannya
dengan aktivitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan
individu inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan
tetapi disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian IQ yang tinggi
belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan
belajar bisa dikarenakan metode mengajar yang tidak sesuai, penekanan kurikulum yang
tidak cocok atau bahkan pembelajaran yang kompleks. Karena itu dalam rangka

memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu
memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.
Terdapat berbagai macam definisi mengenai kesulitan belajar yang dikemukakan oleh
para ahli. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut kami mencoba untuk
menyimpulkan apa sebenarnya definisi dari kesulitan belajar, dan juga melalui makalah
ini kami akan memaparkan mengenai seperti apa jenis-jenis kesulitan belajar, bagaimana
manifestarinya, kemudian ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab kesulitan
belajar dan diagnosa menganai kesulitan belajar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar?
2. Apa yang menyebabkan kesulitan belajar?
3. Bagaimana cara untuk mengatasi masalah kesulitan belajar?
1.3 Tujuan
1. Memaparkan mengenai makna dari kesulitan belajar.
2. Memaparkan mengenai penyebab yang menimbulkan kesulitan belajar.
3. Menyimpulkan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan pelajar pada anak
atau peserta didik jika kita sebagai orang tua ataupun tenaga pendidik.

[1]


BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar atau learning disability, biasa juga disebut dengan istilah
learning disorder atau learning difficulty. Kesulitan belajar memang menjadi suatu
masalah yang dialami siswa di sekolah dasar dan menengah maupun mahasiswa di level
perguruan tinggi. Masalah kesulitan belajar dijumpai pada siswa sekolah perkotaan
maupun siswa sekolah pelosok atau pedesaan.
Terdapat dua definisi tentang kesulitan belajar yang digunakan oleh Public Law:
Education for All, Amerika Serikat. Definisi pertama dari Congress of the National
Advisory Committee on Handicapped Children menghasilkan konsep-konsep sebagai
berikut:
1. Adanya kesulitan belajar dalam salah satu atau beberapa proses psikologis yang
melibatkan kemampuan memahami dan menggunakan bahasa yaitu memori,
persepsi, penglihatan dan presepsi pendengaran.
2. Adanya hambatan dalam belajar antara lain membaca, berhitung, dan membaca.
3. Bukan disebabkan adanya gangguan-gangguan visual-auditoris, reterdasi mental,
gangguan emosional, serta kurangnya stimulus lingkungan, budaya, dan ekonomi.
4. Adanya perbedaan mencolok antara potensi siswa dengan capaian kecakapan siswa
pada taraf rendah.

Definisi kedua dari the National Joint Committee on Learning Disabilities,
memulai konsep-konsepnya, yaitu :
1. Kesulitan belajar merupakan kelompok kelainan yang beragam.
2. Permasalahan yang dialami murni dipengaruhi oleh faktor internal siswa dan
bukanlah faktor eksternal.
3. Perhatian sebaiknya ditujukan pada ketidakfungsian sistem saraf pusat,
sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi biologis.
4. Gangguan dapat disertai dengan adnya kelainan lainnya, misalnya disleksia dan
gangguan emosional.
Kesulitan belajar adalah suatu kelainan yang membuat individu yang
bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif. Kesulitan
belajar merupakan suatu keadaan di mana siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya yang disebabkan oleh hambatan atau gangguan tertentu dalam proses
pembelajaran siswa tidak dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang dialami siswa atau mahasiswa
yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu yang menyebabkan
tidak tercapainya tujuan belajar. Siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan
belajar apabila mereka mengalami kegagalan dalam mencapai tingkat penguasaan
materi atau tujuan pembelajaran tertentu dalam suatu waktu yang telah ditetapkan.
Terkait permasalahan pembelajaran di kelas, kesulitan belajar merupakan suatu

bentuk gangguan dalam satu atau lebih faktor fisik dan psikis mendasar. Hal ini
meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan, dengan sendirinya
muncul sebagai kemampuan tidak sempurna untuk mendengarkan, berfikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau embuat perhitungan matematika.
Termasuk dalam hal ini juga kelemahan motorik ringan dan gangguan emosional
akibat keadaan ekonomi, budaya, atau lingkungan tidak menguntungkan. Batasan
tersebut mencakup kondisi gangguan peseptual, trauma otak, dan disleksia.

[2]

B. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
1. Prespektif Tugas-Tugas Perkembangan
Tugas-tugas perkembangan atau development taks yang perlu dituntaskan anak
yaitu perhatian, mengingat, berpikir, bahasa, dan persepsi dan perseptual motor.
a. Kesulitan dalam Pemusatan Perhatian
Ketidakmampuan menentukan pilihan perhatian akan menyebabkan
anak tidak memproses stimulus dengan cermat dan tidak fokus. Ia mudah
memindahkan perhatiannya sebelum dapat mengambil manfaat dari stimulus
yang diperhatikan. Kesulitan dalam memusatkan perhatian penghambat proses
selanjutnya. Kesulitan dalam memecahkan perhatian mengakibatkan anak sulit

mengalihkan perhatian terhadap hal lain yang penting. Hal ini menjadi
penyebab masalah penerimaan informasi dan kesulitan belajar. Kesulitan
perhatian mencakup kesulitan memusatkan perhatian (inattention) dan
kesulitan menghentikan perhatian (overattention).
b. Kesulitan dalam Mengingat
Kesulitan dalam menginat apa yang telah dilihat dan didengar atau apa yang
telah dialami, merupakan faktor penyebab kesulitan dalam berfikir. Hal ini
disebabkan kemampuan berfikir sangat erat hubungannya dengan kemampuan
dalam mengingat halhal yang telah dialami yang memberi nformasi dalam
mengoperasikan kemampuan berfikir. Kesulitan dalam mengingat akan
menyebabkan kesulitan dalam melakukan proses berfikir dan selanjutnya akan
menyebabkan kesulitan belajar.
c. Kesulitan dalam Berfikir
Kemampuan berfikir adalah kemampuan mengoperasikan kemampuan
kognitif yang mencakup kemampuan bertranformasi konsep dan
mengasosiasikan formasi konsep dalam memecahkan masalah. Pemecahan
masalah membantu individu dalam merenspon situasi baru dengan tindakan
sesuai. Kemampuan berfikir sangat dipengaruhi oleh kemampuan mengingat
berbagai formasi konsep dan hubungan-hubungan dari formasi konsep
tersebut. Kesulitan dalam berfikir aan menyebabkan kesulitan belajar.

d. Kesulitan dalam Bahasa
Kesulitan bahasa sudah dapat diidentifikasi sejak usia dini. Secara umum,
anak yang mengalami kesuitan bahasa tidak dapat berbicara seperti anak-anak
sebayanya dan tidak dapat merespon secara tepat terhadap berbagai
pernyataan verbal, seperti sapaan, perintah, dan permintaan
e. Kesulitan dalam Persepsi dan Perseptual Motor
Persepsi adalah proses yang terjadi dalam otak untuk mengolah semua
informasi yang diterima oleh panca indera dan memaknai informasi tersebut
dalam memberikan respon sesuai dengan informsi yang diterimapanca indera.
Kemampuan bayi dalam merespon informasi tumpang tindih merupakan
tonggak perkembangan perseptual motor. Anak yang mengalami kesulitan
persepsi tidak dapat memahami petunjuk arah di jalan, tidak dapat memahami
kata tertulis, dan simbol-simbol visual lainnya. Ian tidak dapat memahami arti
dari suatu gambar yang dilihatnya atau suara yang didengarnya. Ia mungkin
saja tidak memahami posisi, kiri, kanan, atas, bawah, dalam, luar, dan tidak
memahami gerakan yang sesuai dengan pemecahan masalah yang
dihadapinya.

[3]

2.

Pengolahan Informasi
Menurut Jamaris (2014) kesulitan dalam proses pengolahan informasi ada tiga
dimensi, yaitu a) kesulitan dalam mengintegrasikan input informasi, b) keslutian dalam
menyimpan informasi, dan c) kesulitan dalam memberikan respon terhadap informasi yang
diterima (output). Hal ini secara ringkas dapat dilihat pada gambar 9.2.
a.
Mengintegrasikan Input Informasi
Siswa yang mengalami kesulitan mengintegrasikan input informasi akan mengalami
kesulitan dalam bercerita dengan utrutan yang benar dan tidak dapat mengingat informasi
sesuai dengan urutanya. Ia dapat memahami konsep baru, tetapi tidak dapat mengambil
kesimpulan umum dari konsep yang baru diterimanya. Ia dapat mempelajari fakta baru, tetapi
tidak dapat mengaitkan fakta tersebut dengan fakta lainya sehingga mengandung makna
tentang suatu kejadian atau peristiwa.
b.

Menyimpan Informasi
penyimpanan informasi erat hubunganya dengan ingatan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Umumnya, kesulitan dalam mengingat terjadi pada area yang berkaitan
dengan ingatan jangka pendek, menyebabkan individu bersangkutan sulit mempelajari hal-hal
baru tanpa pengulanganyang lebih baik dari biasanya. Kesulitan dalam ingatan visual
mnyebabkan ksulitan belajar mengeja kata.
c.

Memberikan Respon yang Sesuai dengan Informasi yang Diterima
kesulitan memberikan respon terhadap informasi yang diterima melalui bahasa
disebabkan oleh kesulitan berbahasa secara lisan. Hal ini karena dalam menjawab suatu
pertanyaan yang sesuai dengan jawaban yang seharusnya, dibutuhkan kemampuan dalam
menggali informasi informasi yang relevan dan telah disimpan di schemata. Selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menjalin pikiran yang diungkapkan secara lisan. Oleh
sebab itu, kesulitan dalam memproses informasi dapat menyebabkan kesulitan berbahasa
lisan. Halini sama dapat pula terjadi dalam menulis dan menggambar.
Environment

Sensory ReceptorSensory Register

Physical energy
Sound movement touch
Light
Physical
Chage

Ear

Auiditory

Muscle

Motor

Skin

Tacticle

Eye

Visual

Nose

Smell

CENTRAL PROCESSING SYSTEM

Metacognitive
Process
Select, Evacuate,
revise, Abandon

Control
Process
Selection
Attention

Working memory

Encoding

Articulatory

Monitor
Internal
Feed
Back

Visual spatial
Scratch Pad
General Strategic
Process
?????

Gland
Large/
Small
Muscle
Speechc

Effectors

Relation Knowledge

Retreival

Affective Knowledge
Monitor
Internal
Item
Feed Back

specifc Knowledge

Empircal Knowledge
Strategic Knowledge

Psycal
Gross/
Fine
Motor
Skill

Effectors

Control
Process
Expectati
on

Long ???? memory

[4]

System

3.

Perspektif Aktivitas Belejar
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, di antaranya (a) learning
disorder, (b) learning disfunction, (c) underarchiever, (d) slow learner, dan (e) learning
disabilities. Manifestasi dari kesulitan belajar tersebutdan dapat bersifat psikologis, aspek
kognitif, psikomotorik,konatif maupun afektif, dapat pula termanifestasi secara sosiologis,
maupun fisiologis, sehingga akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai tidak
sesuai kriteria usia dan teman-teman di kelasnya (Nurmelly, 2012). Bagian dibawah ini akan
menguraikan masing-masing pengertian tersebut.
a. Learning Disorder
Learning Disorder (LD) atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada
dasarnya , yang mengalami kekacauan belajar, potensidasarnnya tidak diragukan,
akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya repon-respon yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang
dimilikinya. Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olahraga keras seperti karate,
tinju dan sejenisnya, mungkin akan kesulitan dalam belajar menari yang menuntut
gerakan lemah gemulai (Nurmelly,2012).
Menurut Nurwidodo (2011) jenis kesulitan belajar ini adalah munculnya kekacauan
belajar karena timbulnya respons yang bertentangan akibat telah dimilikinya
kemampuan dan keterampilan sebelumnya. Sebernarnya siswa yang mengalami
kekacauan belajar seperti ini,potensi dasarnya tidak dirugikan akan tetapi
belajarnyaterganggu atau terhambat oleh respon respon bertentangan, sehingga hasil
belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Meskipun tidak
akan merugikan secara potensial tetapi akan merugikan siswa dalam pretasi
akademik. Misalnya, siswa yang sudah terbiasa dengan latihan menari dengan
gerakan lemah gemulai, akan kesulitan dalam mempelajari olahraga dengan gerakan
keras seperti yudo, taekwondo, dan sebagainya. Demikian pula kalau anak terbiasa
bermain bulu tangkis dengan tumpuan pukulan ada pada sendi bahu. Jenis kesulitan
belajar ini mudah untuk dideteksi tetapi dalam memberikan bantuan memerlukan
waktu panjang dan ketalentaan.
b. Learning Disfunction
Learning Disfunction merupakan gejala dalam proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, tau gangguan
psikologis lainya. Contoh: siswa yang memiliki postur tubuh tinggi atletis dan sangat
cocok menjadi atlet bola volly, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volly,
maka dia tidak dapat menguasai permainan volly dengan baik (Nurmelly, 2012).
Gejala yang nampak jelas pada anak yang mengalami kesulitan belajar pada jenis
ini akan nampak pada proses belajar yang dilakukan siswa tidak dapat berfungsi
dengan baik, meskipun bila dilihat dari ciri ciri yang dimiliki, sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukan adanya ketunaan dalam aspek mental maupun phisik,
misalnya kemampuan berbicaranya lancar, tidak gagap, kemampuan intelektual
normal atau bahkan tinggi. Tidak memiliki gangguan fungsi alat indra dan
sebagainya, namun dalam kenyataan anak mengalami kesuliatan. Misalnya anak yang
tidak pernah dilatih untuk berolahraga, meskipun dia anak cerdas dengan postur tubuh
yang bagus, tetapi dalam kenyataan sangat sulit untuk melakukan/menirukan gerakan

[5]

senam atau tidak dapat melempar bola dengan arah yang tepat, karena koordinasi
tubuhnya tidak berfungsi secara baik akibat kurangnya latihan (Nurwidodo, 2011).
c. Underachiever
Underachievermengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukan tingkat kecerdasaan
tergolong sangat unggul (IQ= 130-140), namunprestasi belajarnya biasa-biasa saja
atau malah sangat rendah (Nurmelly,2012)
Menurut Haniah (1993) anak yang termasuk Underachieverbiasanya menunjukkn
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kurang mampu menyusaikan diri , kurang percaya diri, banyak mengalami
kekecewaan, dan kurang mampu mengontrol diri terhadap kecemasannya.
2) Anak kurang mampu mengikuti otoritas, seringkali juga kurang berhasil dalam
penerimaan sosial, karena kegiatan anak kurang berorientasi pada bidang
akademik dan sosial.
3) Banyak mengalami konflik dan ketergantungan serta sering menunjukan
gejala-gejala psikotik dan neorotik.
4) Bersikap negatif terhadap sekolah dan kurang berminat embaca dan berhitung.
5) Kurang mampu menggunakan waktu luang.
Penyebab anak Underachieverseringkali bersifat sosial diantarannya:
1) Rendahnya dukungan orangtua; harus dingat bahwa capaian prestasi siswa
disekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dalam menghargai
prestasi dan mendorong anak untu mencapaai keberhasilan.
2) Kebiasaan belajar; kualitas belajar yang biasa dilakukan siswa, baik di
kelas maupun di luar kelas perlu mendapatkan perhatian, baik menyangkut
kebiasaan mengikuti pelajaran, kosentrasi, waktu belajar, dan sebagainya.
3) Lingkungan belajar; siswa yang berkemampuan intelektual memiliki
dorongan untuk diakui, disayangi, diterima dan dihargai sebagai suatu
ompleksitas kebutuhan, bila tidak terpenuhi oleh lingkungannya akan
menjadi bumerang bagi prestasinya.
d. Slow Learner
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama (Nurmelly, 2012). Siswa
lambat belajar ditunjukkan dengan adanya kesulitan menyelesaikan tugas sekolah
oleh karena hambatan dalam memproses informasi. Keberadaan siswa lambat belajar
merupakan fenomena yang kurang mendapatan keturunan, sehingga guru dan
orangtua tidak menaruh curiga karena ketiadaan perbedaan fisik dibandingkan siswa
pada umumnya.
Anak yang lambat belajar dalah anak yang mempunyai kecerdasan di bawah ratarata, tetapi tidak sampa pada taraf imbisil atau idiot. Anak yang lambat belajar disebut
juga anak yang “subnormal” atau “mentally retarted”. Gejala-gejala anak yang lambat
belajar antara lain sebagai berikut :
1) Perhatian dan kosentrasi singkat dan reaksinya lambat.
2) Kembampuannya terbatas untuk mengerjakan hal-hal yang abstrak dan
menyimpulkan, menghubungkan dan menilai bahan yang relevan.
3) Kelambatan dalam menghubungkan dan mewujudkan ide dengan kata-kata.
4) Gagal mengenal unsur dalam situasi baru, karena elajar lambat dan mudah
lupa serta berpandangan sempit.
[6]

5) Tidak mampu menganalisa, memecahkan masalah, dan berfikir kritis.
Gejala Slow Learnermenggambarkan kurang sempurnanya pusat susunan
syaraf, kemungkinan ada syaraf yang tidak berfungsi kondisi ini pada
umumnya merupakan faktor yang sudah dibawa sejak lahir. Bisa terjadi
karena penyebab waktu anak dalam kandungan atau pada waktu dilahirkan,
dapat pula terjadi karena adanya faktor-faktor dari dalam (endogen) atau dari
luar (eksogen).
e. Learning Disabilities
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana
siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah
potensi intelektualnya (Nurmelly, 2012).
Menurut Nurwidodo (2011) ciri-ciri perilaku yang sering muncul pada anak-anak
yang mengalami learning disabilitiesadalah sebagai berikut:
1) Daya ingatan terbatas (relatif kurang baik).
2) Sering melakukan kesalahan yang kosisten dalam mengeja dan membaca,
biasanya huruf d dibaca b (misalnya duku dibaca buku atau sebaliknya), bila
menefestasi ini yang muncul, anak ini termasuk dalam kelompok berkesulitan
belajar dislektif.
3) Lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengn bunyi
pengucapannya.
4) Bingung dengan oprasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika.
5) Kesulitan dalam mengurutkan angka secara benar, padahal kemampuan
berhitung tergantung pada urutan angka.
6) Sulit dala mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan
kemampuan daya ingat.
7) Tidak stabil memegang alat tulis, sehingga sering menolak bersekolah
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan anak mengalami DL, ditengarai
adanya beberapa penyebab yaitu karena faktor keturunan karena adanya gangguan
koordinasi pada otak, dan bukan disebabkan pola asuh yang salah. Hal yang penting guru
dan orang tua harus mengenali gangguan tersebut sejak dini untuk dapat membantu anak
mengatasi kesulitan.
C. Manifestari Kesulitan Belajar
Anak yang mengalami kesulitan belajar dapat dideteksi dengan prestasi belajar yang
tidak memenuhi harapan. Gejalanya akan tampak pada peilakunya, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif (Nurmelly, 2012). Terjadi penurunan
kinerja akademik maupun prestasi akademik, serta munculnya kelainan perilaku
(misbehaviour) merupakan salah satu indikator terjadinya kesulitan belajar (Rahayu &
sukarmin, 2014). Berikut adalah gejala yang merupakan manifestasi yang berlaku umum
anatara lain (Nurwidodo, 2011; Nurmelly, 2012):
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin
ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tetapi nilai yang diperolehnya selalu
rendah.

[7]

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal
dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap yang tidak wwajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat,
tidak mngerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam ataupun diluar kelas,
tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan
sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dlam menghadapi saituasi
terterntu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan
sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Sementara itu, menurut Syamsuddin (2003) Burton mengidentifikasi siwa yang
diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa
dalam mencapi tujuan-tujuan belajar. Menurut Burton siswa dikatakan gagal dalam
belajar apabila,
1. Dalam batas tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam
pelajaran tertentu yang ditetapkan oleh guru (criterion reference). Contoh
kasusnya dalam pembelajaran disekolah nampak pada anak yang tidak dapat
mencapai KKM (Kriteria Ketentuan Minimal) yang ditetapkan.
2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat
berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang
dimiliknya. Siswa ini dapat digolongka kedalam underachivier.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan
sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini
digolongkan kedalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga
harus menjadi pengulang (repeater).
Menurut Nurwidodo (2011) terkait dengan anak usia sekolah dasar, kesulitan
belajar yang dihadapi anak di kelas awal pada umumnya terkait dengan kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung, sedang pada anak kelas atas bisa lebih kompleks
karena kompetensi dasar yang harus dikuasai juga semakin kompleks juga. Gejala
kesulitan belajar yang dialami anak terkadang dimanifestasikan secara langsung
dalam kegiatan pembelajaran, namun seringkali juga dalam manifestasi tidak
langsung dalam bentuk penyimpangan perilaku, sosial dan emosional, diantaranya
adalah
1. Distractibility Child: Dalam kegiatan belajar anak menunjukkan gejala cepat
bosan, mudah mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek di kelas, mudah
dipengaruhi, dan sulit memusatkan perhatian pada kegiatan yang berlangsung
di kelas, dan mengganggu teman.

[8]

2. Hyperactif / hiperaktif: Anak kesulitan belajar dengan gejala ini memiliki ciri
tidak bisa duduk diam dikelas, terus bergerak. Seringkali berteriak-teriak,
berlarian dan meloncat, tanpa kooordinasi, sehingga kadang sulit untuk
melakukan aktivitas secara teratur dan tertib. Anak ini suka mengganggu
teman sekelasnya. Gejala ini sering diikuti dengan sikap agresif kearah negatif,
suka membanting atau melempar, mudah tersinggung dengan tempramen yang
tinggi dan merusak.
3. Poor Self Consept: Anak yang tidak memiliki konsep diri yang baik, ciri anak
ini pendiam, sangat sensitif, mudah tersinggung, bersikap pasif dan cenderung
tidak berani bertanya, karena merasa diri tidak mampu dan kurang bergaul,
secara umum anak ini mersa tidak aman secara sosial.
4. Impulsive: Gejala ini nampak pada perilaku bereaksi secara spontan. Anak
serupa ini langsung berbicara, tanpa menghiraukan pertanyaan guru, kurang
didukung kemampuan berfikir logis. Anak ini berteriak pada saat menjawab,
ingin menunjukkan diri sebagai anak pandai, namun jaban/reaksinya
mencerminkan ketidakmampuannya, karena jawaban yang diberikan sering
tidak kotekstual.
5. Dependency: Anak ini tidak mau tinggal dikelas tanpa ditemani oleh ibunya.
Hal ini sering disebabkan sikap orang tua yang sangat melindungi anak
sehingga saat anak ke sekolah harus ditemani orang tuanya, sikap ini sering
pula dibarengi dengan ciri anak yang pemalu dan menganggap dirinya bodoh,
sehingga malu pergi ke sekolah. Harga diri yang rendah menyebabkan dia
menarik diri dari bergaulan dengan teman (Withdrawl).
6. Underachivier: Semangat belajarnya sangat rendah sehingga prestasinya
rendah meskipun tidak termasuk anak “bodoh” atau “tolol”, sering melupakan
PR, dam hasil ulangannya selalu rendah. Anak ini potensi intelektualnya diatas
rata-rata.
7. Overachivier: Anak ini memiliki motivasi belajar yang tinggi, cepat merespon
dan acapkali enggan untuk menerima kritik.
Sementara itu, menurut Adillida et al (2003) khusus bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR), kesulitan belajar disekolah dapat bermanifestasi sebagai berikut.
1. Gangguan fungsi visual motor; anak-anak BBLSR memiliki fungsi visual
motor yang rendah dibandingkan dengan teman sekelasnya yang lahir cukup
bulan.
2. Gangguan persepsi; dijumpai sebanyak 33% BBLSR dengan gangguan
persepsi/perceptual-motor difficulties.

[9]

3. Kesulitan membaca dan gejala; dijumpai 66% anak-anak BBLSR mengalami
kesulitan membaca. Kesulitan membaca ini dijumpai pada kelompok anak
dengan riwayat masa neonatus memiliki deviasi pada tonus, postur, gerakan,
refleks atau lingkar kepala, dan 80% pada anak serebral palsi.
4. Kesulitan berhitung; anak-anak BBLSR mengalami kesulitan berhitung.
Kesulitan berhitung merupakan tanda yang cukup sensitif untuk menilai
danya gangguan kesulitan belajar.
5. Bahasa; tingkat kemampuan membaca anak-anak BBLSR lebih rendah
daripada lahir normal. Masalah bahasa merupakan faktor yang paling
menonjol, 75% dari anak BBLSR memerlukan terapi bicara, latihan
membaca, atau bantuan belajar.
6. Gangguan tingkah laku; beberapa peneliti mendapatkan bahwa anak BBLSR
sering disertai dengan tingkahlaku yang tidak sesuai dikelas. Hal ini
dihubungkan dengan adanya masalah emosional (kecemasan, ketakutan, tidak
bahagia, tics, dan cerewet) serta aktifitas berlebihan (gelisah, resah, dan tidak
ada perhatian). Beberapa problem tingkah laku yang dinilai dengan the
behaviour problem index ditemukan sikap antisosial, depresi/ansietas, keras
kepala, hiperaktif, immature, dan konflik dengan temannya, sedangkan sikap
hiperaktif anak tampak mencolok.

D. Beberapa Penyebab Kesulitan Belajar
Para ahli seperti Cooney, Davis &Henderson (1975) telah mengidentifikasikan
beberapa faktor penyebab kesulitantersebut, di antaranya:
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkaitan
dengan kondisi fisik siswa seperti kerusakan yang terjadi pada saraf pusat,
ketikseimbangan biokimia, keturunan genetic, nutrisi dan pengaruh teratogenic (zat
kiia dan obat-obatan.)
2. Faktor Sosial
Faktor ini berkaitan dengan hubungan orang tua dengan anak dan tingkat
keperdulian tentang masalah belajarnya disekolah, merupakan faktor yang dapat
memberikan kemudahan, sebaliknya menjadi faktor kendala bahkan menambah
kesulitan belajar siwa. Faktor ini dapat bersumber antara lain dari :
a. Faktor keluarga yang terpengaruh oleh keadaan sosial ekonomi, situasi
rumah tangga, pola pendididkan orang tua, pola pendidikan orang tua, dan
harapan orang tua

[10]

b. Lingkungan masyarakat dapat bersifat positif maupun negatif yang
dipengaruhi ileh teman sepermainan dan lingkungan sekitar.
3. Faktor Emosional Dan Psikologis
Dalam faktor ini masalah siswa yang termasuk dalam faktor emosional dapat
disebabkan oleh obat-obatn tertentu(ekstasi,dll), kurang tidur, diet yang tidak tepat,
hubungan yang renggang dengan teman terdekat dan masalah tekanan dari situasi
keluarganya dirumah. Sedangkan fattor psikologis yakni situasi, kondisi serta
peristiwa kejiwaan yang meliputi:
a. Bakat khusus (Abtitude) merupakan suatu kualitas potensial yang
nampakpada perilaku anak pada suatu bidang tertentu
b. Minat terhadap pembelajaran (interest) merupakan gejala psiklis yang
berkaitan dengan objek atau aktifitas yang menimbulkan rasa senang dan
tertarik.
c. Kebiasaan dan cara belajar dianggap suatu yang dimiliki oleh seseorang yan
menyatu dengan pribadi seorang siswa.
d. Kondisi psikologis temporal adalah kualitas yang tidak menetap sehingga
banyak faktok yang dapat memicu munculnya kondisi psikologiayang
negatif, secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses dan
hasil belajar.
4. Faktor Intelektual (kecerdasan/intelegensi)
Siwa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor intelektual,
umumnya kurang berhasil dalam menguasai konsep atau prinsip maupun telah
berusaha mempelajarinya.
5.

Faktor pedagogis/pendidikan
Diantara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah kurang
tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menetapkan metologi. kondisi dan situasi
dapat pula menimbulkan kesulitan dalam belajar antara lain:
a. Strategi pembelajaran
Penggunaaan teknik mengajar yang tidak cocok dengan gaya belajar
siswa, penyajiannya bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan anak,
sedangakan gaya mengajak yang monoton akan membuat anak bosan.
b. Media dan sumber belajar
Kurangnya media belajar serta sumber belajar guru diharapkan guru
dapat mensiasati dengan kekurangan yang ada untuk tetap melaksanakan
proses pembelajaran.
c. Situasi sekolah

[11]

Faktor situasi dan kondisi sekolah yang kurang menguntungkan
diantaranya suasana yang gaduh karena dekat pabrik, dekat jalan raya, pasar
atau mall akan mudah menggangu konsentrasi dan dan suasana belajar.
d. Pengelolaan sekolah
seperti hal yang terkait dengan pengelolaan personel, keuangan yang
tidak baik akan mempergaruhi semangat belajar anak.
e. Fasilitas sekolah
Fasilitas sekolah yang tidak memadai akan mempengaruhi semangat
belajar siswa.
f. Teknik Evaluasi
Penggunann teknik evaluasi yang tidak dapat akan membuat anak
malas dalam belajar.

E. Diagnosis Kesulitan Belajar
Seorang guru mempunyai peranan dan tanggung jawab yang lebih luas dalam proses
belajar mengajar di sekolah. Dia tidak sekedar sebagai pengajar tetapi lebih dari itu,
membantu siswa dalam keseluruhan proses pemdidikannya untuk mencapai tingkat
perkembangan optimal. Dalam proses belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi
siswa (Junardi, 2004).
1. Ukuran kegagalan dan kemajuan belajar siswa
Terdapat 4 ukuran yang menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa,
yaitu :
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang
penting dalam keseluruhan sistem pendidikan, karena akan memberikan arah
proses kegiatan pendidikan.
b. Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran
dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan
belajar, apabila memperoleh prestasi belajar dibawah prestasi rata-rata
kelompok secara keseluruhan.
c. Perbandingan antara potensi dan prestasi

[12]

Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat
potensinya, baik yang berupa kecerdasan atau bakat. Siswa yang berpotensi
tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang
tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi rendah cenderung untuk
memperoleh prestasi belajar yang rendah pula.
d. Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam
seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahanperubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan
menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Pengenalan Kesulitan Belajar Siswa
Menurut Sugihartono et al (2007) dan Putra et al (2010) untuk membantu
mengatasi kesulitan belajar siswa, kita harus menentukan faktor penyebab dari
kesulitan belajar tersebut.

A. Teknik Nontes (Asesmen Informal)
Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik pengumpilan data
atu keterangan yang dilakukan dengan cara wawancara, observasi, angket,
sosiometri, biografi, pemeriksaan kesehatan dan fisik, dan dokumentasi.
B. Teknik Tes (Asesmen Formal)
Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang
dilakukan dengan memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan.
Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Tes hasil belajar, yaitu tes yang dilakukan oleh guru untuk
mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang telah disajikan dalam
proses pembelajaran.
b. Tes intelegensi dan psikologi, yaitu teknik pengumpulan data yang
bersifat potensial.
3. Prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis kesulitan belajar diartikan diartikan sebagai upaya yang bertujuan
untuk mengatur “jenis penyakit” yang merupakan jenis kesulitan belajar siswa.

[13]

Upaya tersebut merupakan usaha untuk mengetahui dengan cermat dengan segala
gejala atas fenomena kesulitan belajar yang melanda siswa (Syah, 2006).
Sehubung dengan itu, Sugihartono et al (2007) dan Putra et al (2010)
menguraikan langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar, yaitu :
a. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
b. Melokalisasi letak kesulitan belajar.
c. Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar.
d. Memperkirakan alternatif bantuan.
e. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya (Pemberian bantuan).
f. Tindak lanjut.
Sementara itu, Widdiharto (2008) secara khusus menguraikan diagnosis
kesulitan siswa yang terkait dengan kesulitan intelektual, yang pendekatan
diagnosisnya pun ada berbagai macam. Berikut ini 5 pendekatan yang dalam
implikasi dan implementasinya dikaitkan dengan pengembangan tes diagnostik
dan penerapannya di kelas.
a.
b.
c.
d.
e.

Pendekatan profil materi
Pendekatan prasyarat pengetahuan dan kemampuan
Pendekatan pencapaian kompetensi dasar dan indikator
Pendekatan kesalahan konsep
Pendekatan pengetahuan terstruktur
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana
anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada
dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi
tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar yang meliputi
faktor intrinsik (dari dalam diri anak itu sendiri), faktor ekstrinsik (dari luar diri,
berupa lingkungan sosial dan non-sosial) dan faktor pendekatan belajar yang
meliputi strategi dan metode anak untuk melakukan kegiatan belajar.
3. Selain banyaknya faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar, banyak
pula upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan mengatasi kesulitan
belajar pada anak. Berdasarka pemaparan diatas sudah sepatutnya kita sebagai
orang tua maupun pendidik untuk bisa membimbing dan mengarahkan siswanya
untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Guru dan siswa harus saling menyadari
adanya kesulitan yang dialami dan bersama-sama mencoba untuk memecahkan
kesulitan siswa tersebut.
B. Kritik dan Saran
[14]

Kesulitan belajar ini masih menjadi masalah yang sebagian besar dialami anak-anak
di Indonesia. Sudah sepatutnya para guru menyadari permasalahan ini dan berupaya
untuk memperbaikinya, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Degan disusunnya makalah ini selain untuk memenuhi Tugas Perkuliahan
Belajar dan Pembelajaran, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat. Dalam
penyusunan makalah ini kami berusaha untuk yang sebaik-baiknya, meskipun kami
juga sadar dahwa masih terdapat kekurangan. Kami akan menerima segala kritik dan
saran atas makalah ini.

Daftar Pustaka
Husamah, Pantiwati, Y., Restian, A., & Sumarsono, P. (2018). Belajar dan Pembelajaran.
Malang: UMM Press.

[15]