LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DAN BIOKIMIA
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
BIOKIMIA
DISUSUN OLEH :
NAMA
: FERI SANJAYA
NIM
: 15/17888/THP
KELAS
: STIPP-A
ACARA II
: KARBOHIDRAT
KELOMPOK/GOL
: III (TIGA)/GOLONGAN B
CO. ASS
: SITI SYARIFAH
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2016
I.
ACARA II
: KARBOHIDRAT
II.
TANGGAL PRAKTIKUM
: 18 April 2016
III. TUJUAN
:
1. Mengetahui adanya polisakarida dan untuk
2. Mengetahui gugus reduksi bebas pada senyawa sakarida (mono atau
oligosakarida.
VI. DASAR TEORI
Biomolekul
merupakan
senyawa-senyawa
organuk
sederhana
pembentukan organisme hidup dan bersifat khas sebagai produk aktivitas
biologis. Biomelekul dapat dipandang sebagai keturunan hidrokarbon, yaitu
senyawa karbon dan hidrogen yang mempunyai kerangka dasar yang
tersusun dari aton karbon, yang disatukan oleh ikatan kovalen. Kerangka
dasar hidrokarbon bersifat sangat stabil, karena ikatan tunggal dan ganda
karbon-karbon menggunakan pasangan elektron bersama-sama secara
merata. Biomelekul bersifat polifungsionil, yang mengandung dua atau lebih
jenis gugus fungsi yang berbeda. Pada molekul tersebut, tiap gugus fungsi
mempunyai sifat dan reaksi kimia sendiri-sendiri.(Anonim, 2016).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang
terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O.
Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan
mereka. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe-tipe karbohidrat
ialah
ukurannya.
Monosakarida
adalah
satuan
karbohidrat
yang
tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat
yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk
dimer,
trimer
dan
sebagainya
dan
akhirnya
polimer.
Sedangkan
monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa. Glukosa,
galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida
seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun
dari dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida
(Anna Poedjiadi, 2006)
Senyawa tersebut dapat digolongkan atas dasar jumlah satuan
penyusunnya yaitu : monosakarida, satuan penyusunnya hanya satu,
oligosakarida 2 sampai 10 satuan penyusun dan polisakarida lebih dari 10
satuan penyusun (sakarida ada kaitannya dengan saccharum officinarum =
tanaman tebu). Berdasarkan fungsinya, karbohdrat dapat dibagi penghasil
energi (kalori) dan penyusun struktur. Senyawa sakarida yang terdiri dari 2
satuan atau lebih dapat dihidrolisis yang biasa mengubah sifat seperti, daya
memproduksi, inversi dan beberapa sifat fisik seperti penyerapan Iod
(Anonim, 2016).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia, yang
menyediakan 4 kalori (kilojouole) energi per gram. Kerbohidrat juga
memiliki peranan penting dalam menentukan karateristik bahan makanan ,
misalnya : rasa, warna tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh,
karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh
protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu
metabiolisme lemak dan priotein. Karbohidrat adalah sumber kalori terbesar
dalam makanan sehari-hari dan bisanya merupakan 40-45% dari asupan
kalori kita. Selain menjadi sumber energi utama mahkluk hidup, karbohidrat
juga menjadi komponen struktur penting pada mahkluk hidup dalam serat
(fiber), seperti selulosa, pektin serta lignin ada dua macam karbohidrat yaitu
karbohidrat kompleks dan karbohidrat simpleks. Karbohidrat kompleks
misalnya nasi, biji-bijian, kentang dan jagung , sedangkan karbohidrat
simpleks adalah gula dan pemanis lainnya. Nama lain dari karbihidrat adalah
sakarida, berasal dari bahasa Arab “sakkar” yang artinya gula. Melihat
struktur
molekunya
didefenisikan
polihidroksilketon (Fessenden, 1990).
sebagai
polihidroksialdehid
atau
V.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Uji polisakarida
a. Tabung reaksi
: 3 buah
b. Rak tabung reaksi
: 1 buah
c. Pipet ukur
: 1 buah
d. Pipet tetes
: 1 buah
2. Uji Benedict
a. Tabung reaksi
: 3 buah
b. Gelas beker
: 1 buah
c. Pipet ukur
: 1 buah
d. Pipet tetes
: 1 buah
e. Termometer
: 1 buah
f. Pemanas
: 1 buah
B. Bahan
1. Uji polisakarida
a. Dekstrin
: 2 ml
b. Sukrosa
: 2 ml
c. Amilum
: 2 ml
d. Iodin e
: secukupnya
2. Uji Benedict
a. Reagen Benedict
: secukupnya
b. Dextrin
: 2 ml
c. Amilum
: 2 ml
d. Sukrosa
: 2 ml
e. Glukosa
: 2 ml
f. Fruktosa
: 2 ml
VI. CARA KERJA
A. Teoritis
a. Uji Polisakarida
1. Memasukkan 2-3 ml larutan yang akan diuji (dekstrin, amilum,
sukrosa) kendalam tabung reaksi yang telah dibersihkan.
2. Menambahkan setetes demi setetes larutan iodine encer dan
amati perubahan warna yang terjadi.
b. Uji Benedict
1. Memasukkan 2 ml larutan yang akan diuji kedalam tabung reaksi
(glukosa, amilum, sukrosa, dextrin, fruktosa) kedalam tabung
reaksi tambahkan 3 ml reagen benedict.
2. Memanaskan air di atas kompor listrik, mendidih selama 5 menit
kemudian didinginkan kedalam air mengalir.
3. Mengamati adanya perubahan warna dan terjadinya endapan
pada larutan. Gejala reaksi : terbentuknya endapan berwarna
merah bata dari senyawa Cu2O dan larutkan menjadi merah atau
kuning, kuning kehijauna, jernih kebiruan atau jernih tak
berwarna.
B. Skematis
a. Uji Polisakarida
a. Dimasukkan 3 ml larutan
dekstrin, sukrosa, amilum
ke dalam tabung reaksi
yang bersih
2. Ditambahkan tetes demi
tetes larutan iodin
3.
Diamati perubahan warna
yang terjadi
b. Uji benedict
1. Dimasukkan
glukosa,
2
ml
larutan
sukrosa,
dextrin,
amilum, dan fruktosa ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan
3 ml reagensia benedict.
2. Dipanaskan dalam waterbath
selama 5 menit
3. Didinginkan
pada
air
yang
mengalir dan diamati perubahan
warna
endapan.
dan
ada
tidaknya
VII. HASIL PENGAMATAN
A. Uji Polisakarida
Bahan
Warna Awal
Warna Akhir
Tetes Iodin
Sukrosa
Bening
kuning
5
Dekstrin
Bening
Merah bata
4
Amilum
Bening
Ungu
4
Warna awal
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Warna akhir
Biru kuning
Biru kuning
Biru kuning
Hujau
Biru kuning
keterangan
+
+
+
-
B. Uji benedict
Bahan
Amilum
Dextrin
Sukrosa
Fruktosa
glukosa
Keterangan:
+
: Terbentuk endapan
-
: Tidak terbentuk endapan
VIII. PEMBAHASAN
Dalam praktikum yang telah dilakukan, dipraktekkan dua metode,
yaitu uji polisakarida dan uji benedict. Pada uji Polosakarida digunakan
tiga jenis karbohidrat atau glukosa, yaitu amilum, dekstrin, dan sukrosa.
Sedangkan pada uji Benedict digunakan tiga jenis karbohidrat, yaitu
amilum, sukrosa, dan glukosa.
Dari hasil pengamatan praktikum pertama yaitu tentang uji
polisakarida, diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut, yaitu pada bahan
sukrosa yang ditetesi dengan iodine sebanyak 5 tetes, terjadi perubahan
warna dari bening menjadi kuning. Perubahan tersebut terjadi karena
kurangnya
ikatan-ikatan
glikosidik
ataupun
kandungan
dari
monosakaridanya. Selain itu, perubahan warna tersebut juga terjadi karena
konsentrasi iodine yang digunakan tidak terlalu banyak. Selanjutnya untuk
hasil percobaan pada peralakuan dekstrin yang ditambahkan dengan iodine
sebanyak 4 tetes, diperoleh perubahan warna dari bening menjadi merah
bata. Perubahan warna ini terjadi karena pada dekstrin, hanya terkandung
sedikit gugus monosakarida dan terkandung ikatan glikosidik yang sedikit.
Lalu hasil percobaan pada perlakuan pada amilum yang ditambahkan 4
tetes iodine terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu. Perubahan
warna tersebut karna bentuk helixsnya yang berikatan bereaksi dengan
iodine sehingga terjadi perubahan warna
menjadi ungu. Selain itu,
perubahan warna yang terjadi pada amilum juga terjadi karena amilum
mempunyai kandungan glukosa yang paling banyak diantara dekstrin dan
sukrosa.
Selanjutnya hasil percobaan pada uji Benedict yang dilakukan
pertama pada sukrosa menghasilkan data sebagai berikut, yaitu pada
sukrosa sebelum dipanaskan, warna awalnya adalah biru dan warna akhir
juga masih biru. Kemudian, setelah sukrosa dipanaskan, terjadi perubahan
warna sukrosa dari biru menjadi biru kuning dan tidak terbentuk endapan
pada larutan sukrosa. Dari hasil pengamatan, perubahan warna pada
sukrosa terjadi karena sukrosa mempunyai ikatan glikosidik yang lebih
sedikit dibandingkan dengan amilum dan glukosa. Selain itu, sukrosa juga
mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih sedikit dari amilum dan
glukosa, karena sukrosa lebih banyak mengandung serat-serat. Kemudian
untuk hasil pengamatan pada amilum. Sebelum amilum dipanaskan, warna
awal dari amilum adalah biru dan warna akhirnya juga masih biru.
Kemudian setelah dilakukan pemanasan, warna amilum berubah dari biru
menjadi biru kuning dan terbentuk endapan. Perubahan warna pada
percobaan tersebut terjadi karena amilum mempunyai ikatan-ikatan
glikosidik dan amilum mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih
tinggi dubandingkan dengan sukrosa.
Selanjutnya hasil pengamatan yang dilakukan pada fruktosa, pada
saat fruktosa belum dipanaskan warna awal biru dan warna akhir biru.
Kemudian stelah dipanaskan warna awal biru menjadi hujau. Terdapat
endapan pada dasar tabung reaksi. Untuk hasil pengamatan pada
percobaan ketiga yaitu uji Benedict yang dilakukan pada glukosa, pada
saat glukosa belum dipanaskan, warna awal glukosa biru dan warna
akhirnya masih biru. Kemudian, setelah glukosa dipanaskan, terjadi
perubahan warna dari biru muda menjadi biru kuning dan tidak terbentuk
endapan. Perubahan warna pada percobaan tersebut terjadi karena glukosa
mengandung ikatan-ikatan glikosidik yang cukup banyak didalamnya.
Kemudian, glukosa mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih banyak
dibandingkan dengan sukrosa.
Terjadinya endapan pada uji benedict dipengaruhi oleh kandungan
karbohidrat pada fruktosa dan glukosa cukup banyak. Sehingga saat
dicampurkan dengan reagen benedict dan dipanaskan, karbohidrat yang
tersusun dari monosakarida-monosakarida tersebut berikatan dengan
reagen benedict dan akhirnya membentuk endapan dasar tabung reaksi.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum tentang karbohidrat yang telah dilaksanakan,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada percobaan uji polisakarida larutan amilum yang ditetesi dengan 4
tetes iodine menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi ungu,
hal ini menunjukkan bahwa dalam amilum terkandung banyak ikatanikatan glikosidik.
2. Pada percobaan uji polisakarida larutan sukrosa yang ditetesi dengan 5
tetes iodine menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi kuning,
hal ini menunjukkan bahwa dalam sukrosa terkandung sedikit ikatanikatan glikosidik dan lebih banyak mengandung serat.
3. Pada percobaan uji polisakarida larutan dekstrin yang ditetesi dengan 4
tetes iodine menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi merah
bata, hal ini menunjukkan bahwa dalam dekstrin terkandung sedikit
ikatan-ikatan glikosidik.
4. Pada percobaan uji Benedict yang dilakukan pada amilum, setelah
amilum dipanaskan terjadi perubahan warna dari biru menjadi biru
kuning, hal ini disebabkan karena amilum mengandung ikatan-ikatan
glikosidik yang cukup banyak.
5. Pada percobaan uji Benedict yang dilakukan pada sukrosa, setelah
sukrosa dipanaskan terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi biru
kuning, hal ini disebabkan karena sukrosa mengandung ikatan-ikatan
glikosidik yang sedikit dan lebih banyak mengandung serat.
6. Pada percobaan uji Benedict yang dilakukan pada amilum, setelah
amilum dipanaskan terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi biru
kuning, hal ini disebabkan karena amilum mengandung ikatan-ikatan
glikosidik yang banyak.
7. Pada percobaan uji Benedict yang dilakukan pada glukosa, setelah
glukosa dipanaskan terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi biru
kuning, hal ini disebabkan karena glukosa mengandung ikatan-ikatan
glikosidik yang banyak
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Biomelekul Sumber: http://id.wikipedia.org. Diakses
pada tanggal 24 April 2016 pukul 9.16 WIB.
Fesseden, Ralp J. 1990. Kimia organik edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: UI-Press.
Tim Biokimia. 2015. Buku Petunjuk Praktikum Biokimia. Yogyakarta. Institut
Pertanian Stiper Yogyakarta.
Yogyakarta, 24 April 2016
Mengetahui
Co. Ass
Praktikan
(Siti Syarifah )
(Feri Sanjaya)
BIOKIMIA
DISUSUN OLEH :
NAMA
: FERI SANJAYA
NIM
: 15/17888/THP
KELAS
: STIPP-A
ACARA II
: KARBOHIDRAT
KELOMPOK/GOL
: III (TIGA)/GOLONGAN B
CO. ASS
: SITI SYARIFAH
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2016
I.
ACARA II
: KARBOHIDRAT
II.
TANGGAL PRAKTIKUM
: 18 April 2016
III. TUJUAN
:
1. Mengetahui adanya polisakarida dan untuk
2. Mengetahui gugus reduksi bebas pada senyawa sakarida (mono atau
oligosakarida.
VI. DASAR TEORI
Biomolekul
merupakan
senyawa-senyawa
organuk
sederhana
pembentukan organisme hidup dan bersifat khas sebagai produk aktivitas
biologis. Biomelekul dapat dipandang sebagai keturunan hidrokarbon, yaitu
senyawa karbon dan hidrogen yang mempunyai kerangka dasar yang
tersusun dari aton karbon, yang disatukan oleh ikatan kovalen. Kerangka
dasar hidrokarbon bersifat sangat stabil, karena ikatan tunggal dan ganda
karbon-karbon menggunakan pasangan elektron bersama-sama secara
merata. Biomelekul bersifat polifungsionil, yang mengandung dua atau lebih
jenis gugus fungsi yang berbeda. Pada molekul tersebut, tiap gugus fungsi
mempunyai sifat dan reaksi kimia sendiri-sendiri.(Anonim, 2016).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang
terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O.
Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan
mereka. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe-tipe karbohidrat
ialah
ukurannya.
Monosakarida
adalah
satuan
karbohidrat
yang
tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat
yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk
dimer,
trimer
dan
sebagainya
dan
akhirnya
polimer.
Sedangkan
monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa. Glukosa,
galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida
seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun
dari dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida
(Anna Poedjiadi, 2006)
Senyawa tersebut dapat digolongkan atas dasar jumlah satuan
penyusunnya yaitu : monosakarida, satuan penyusunnya hanya satu,
oligosakarida 2 sampai 10 satuan penyusun dan polisakarida lebih dari 10
satuan penyusun (sakarida ada kaitannya dengan saccharum officinarum =
tanaman tebu). Berdasarkan fungsinya, karbohdrat dapat dibagi penghasil
energi (kalori) dan penyusun struktur. Senyawa sakarida yang terdiri dari 2
satuan atau lebih dapat dihidrolisis yang biasa mengubah sifat seperti, daya
memproduksi, inversi dan beberapa sifat fisik seperti penyerapan Iod
(Anonim, 2016).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia, yang
menyediakan 4 kalori (kilojouole) energi per gram. Kerbohidrat juga
memiliki peranan penting dalam menentukan karateristik bahan makanan ,
misalnya : rasa, warna tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh,
karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh
protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu
metabiolisme lemak dan priotein. Karbohidrat adalah sumber kalori terbesar
dalam makanan sehari-hari dan bisanya merupakan 40-45% dari asupan
kalori kita. Selain menjadi sumber energi utama mahkluk hidup, karbohidrat
juga menjadi komponen struktur penting pada mahkluk hidup dalam serat
(fiber), seperti selulosa, pektin serta lignin ada dua macam karbohidrat yaitu
karbohidrat kompleks dan karbohidrat simpleks. Karbohidrat kompleks
misalnya nasi, biji-bijian, kentang dan jagung , sedangkan karbohidrat
simpleks adalah gula dan pemanis lainnya. Nama lain dari karbihidrat adalah
sakarida, berasal dari bahasa Arab “sakkar” yang artinya gula. Melihat
struktur
molekunya
didefenisikan
polihidroksilketon (Fessenden, 1990).
sebagai
polihidroksialdehid
atau
V.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Uji polisakarida
a. Tabung reaksi
: 3 buah
b. Rak tabung reaksi
: 1 buah
c. Pipet ukur
: 1 buah
d. Pipet tetes
: 1 buah
2. Uji Benedict
a. Tabung reaksi
: 3 buah
b. Gelas beker
: 1 buah
c. Pipet ukur
: 1 buah
d. Pipet tetes
: 1 buah
e. Termometer
: 1 buah
f. Pemanas
: 1 buah
B. Bahan
1. Uji polisakarida
a. Dekstrin
: 2 ml
b. Sukrosa
: 2 ml
c. Amilum
: 2 ml
d. Iodin e
: secukupnya
2. Uji Benedict
a. Reagen Benedict
: secukupnya
b. Dextrin
: 2 ml
c. Amilum
: 2 ml
d. Sukrosa
: 2 ml
e. Glukosa
: 2 ml
f. Fruktosa
: 2 ml
VI. CARA KERJA
A. Teoritis
a. Uji Polisakarida
1. Memasukkan 2-3 ml larutan yang akan diuji (dekstrin, amilum,
sukrosa) kendalam tabung reaksi yang telah dibersihkan.
2. Menambahkan setetes demi setetes larutan iodine encer dan
amati perubahan warna yang terjadi.
b. Uji Benedict
1. Memasukkan 2 ml larutan yang akan diuji kedalam tabung reaksi
(glukosa, amilum, sukrosa, dextrin, fruktosa) kedalam tabung
reaksi tambahkan 3 ml reagen benedict.
2. Memanaskan air di atas kompor listrik, mendidih selama 5 menit
kemudian didinginkan kedalam air mengalir.
3. Mengamati adanya perubahan warna dan terjadinya endapan
pada larutan. Gejala reaksi : terbentuknya endapan berwarna
merah bata dari senyawa Cu2O dan larutkan menjadi merah atau
kuning, kuning kehijauna, jernih kebiruan atau jernih tak
berwarna.
B. Skematis
a. Uji Polisakarida
a. Dimasukkan 3 ml larutan
dekstrin, sukrosa, amilum
ke dalam tabung reaksi
yang bersih
2. Ditambahkan tetes demi
tetes larutan iodin
3.
Diamati perubahan warna
yang terjadi
b. Uji benedict
1. Dimasukkan
glukosa,
2
ml
larutan
sukrosa,
dextrin,
amilum, dan fruktosa ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan
3 ml reagensia benedict.
2. Dipanaskan dalam waterbath
selama 5 menit
3. Didinginkan
pada
air
yang
mengalir dan diamati perubahan
warna
endapan.
dan
ada
tidaknya
VII. HASIL PENGAMATAN
A. Uji Polisakarida
Bahan
Warna Awal
Warna Akhir
Tetes Iodin
Sukrosa
Bening
kuning
5
Dekstrin
Bening
Merah bata
4
Amilum
Bening
Ungu
4
Warna awal
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Warna akhir
Biru kuning
Biru kuning
Biru kuning
Hujau
Biru kuning
keterangan
+
+
+
-
B. Uji benedict
Bahan
Amilum
Dextrin
Sukrosa
Fruktosa
glukosa
Keterangan:
+
: Terbentuk endapan
-
: Tidak terbentuk endapan
VIII. PEMBAHASAN
Dalam praktikum yang telah dilakukan, dipraktekkan dua metode,
yaitu uji polisakarida dan uji benedict. Pada uji Polosakarida digunakan
tiga jenis karbohidrat atau glukosa, yaitu amilum, dekstrin, dan sukrosa.
Sedangkan pada uji Benedict digunakan tiga jenis karbohidrat, yaitu
amilum, sukrosa, dan glukosa.
Dari hasil pengamatan praktikum pertama yaitu tentang uji
polisakarida, diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut, yaitu pada bahan
sukrosa yang ditetesi dengan iodine sebanyak 5 tetes, terjadi perubahan
warna dari bening menjadi kuning. Perubahan tersebut terjadi karena
kurangnya
ikatan-ikatan
glikosidik
ataupun
kandungan
dari
monosakaridanya. Selain itu, perubahan warna tersebut juga terjadi karena
konsentrasi iodine yang digunakan tidak terlalu banyak. Selanjutnya untuk
hasil percobaan pada peralakuan dekstrin yang ditambahkan dengan iodine
sebanyak 4 tetes, diperoleh perubahan warna dari bening menjadi merah
bata. Perubahan warna ini terjadi karena pada dekstrin, hanya terkandung
sedikit gugus monosakarida dan terkandung ikatan glikosidik yang sedikit.
Lalu hasil percobaan pada perlakuan pada amilum yang ditambahkan 4
tetes iodine terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu. Perubahan
warna tersebut karna bentuk helixsnya yang berikatan bereaksi dengan
iodine sehingga terjadi perubahan warna
menjadi ungu. Selain itu,
perubahan warna yang terjadi pada amilum juga terjadi karena amilum
mempunyai kandungan glukosa yang paling banyak diantara dekstrin dan
sukrosa.
Selanjutnya hasil percobaan pada uji Benedict yang dilakukan
pertama pada sukrosa menghasilkan data sebagai berikut, yaitu pada
sukrosa sebelum dipanaskan, warna awalnya adalah biru dan warna akhir
juga masih biru. Kemudian, setelah sukrosa dipanaskan, terjadi perubahan
warna sukrosa dari biru menjadi biru kuning dan tidak terbentuk endapan
pada larutan sukrosa. Dari hasil pengamatan, perubahan warna pada
sukrosa terjadi karena sukrosa mempunyai ikatan glikosidik yang lebih
sedikit dibandingkan dengan amilum dan glukosa. Selain itu, sukrosa juga
mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih sedikit dari amilum dan
glukosa, karena sukrosa lebih banyak mengandung serat-serat. Kemudian
untuk hasil pengamatan pada amilum. Sebelum amilum dipanaskan, warna
awal dari amilum adalah biru dan warna akhirnya juga masih biru.
Kemudian setelah dilakukan pemanasan, warna amilum berubah dari biru
menjadi biru kuning dan terbentuk endapan. Perubahan warna pada
percobaan tersebut terjadi karena amilum mempunyai ikatan-ikatan
glikosidik dan amilum mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih
tinggi dubandingkan dengan sukrosa.
Selanjutnya hasil pengamatan yang dilakukan pada fruktosa, pada
saat fruktosa belum dipanaskan warna awal biru dan warna akhir biru.
Kemudian stelah dipanaskan warna awal biru menjadi hujau. Terdapat
endapan pada dasar tabung reaksi. Untuk hasil pengamatan pada
percobaan ketiga yaitu uji Benedict yang dilakukan pada glukosa, pada
saat glukosa belum dipanaskan, warna awal glukosa biru dan warna
akhirnya masih biru. Kemudian, setelah glukosa dipanaskan, terjadi
perubahan warna dari biru muda menjadi biru kuning dan tidak terbentuk
endapan. Perubahan warna pada percobaan tersebut terjadi karena glukosa
mengandung ikatan-ikatan glikosidik yang cukup banyak didalamnya.
Kemudian, glukosa mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih banyak
dibandingkan dengan sukrosa.
Terjadinya endapan pada uji benedict dipengaruhi oleh kandungan
karbohidrat pada fruktosa dan glukosa cukup banyak. Sehingga saat
dicampurkan dengan reagen benedict dan dipanaskan, karbohidrat yang
tersusun dari monosakarida-monosakarida tersebut berikatan dengan
reagen benedict dan akhirnya membentuk endapan dasar tabung reaksi.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum tentang karbohidrat yang telah dilaksanakan,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada percobaan uji polisakarida larutan amilum yang ditetesi dengan 4
tetes iodine menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi ungu,
hal ini menunjukkan bahwa dalam amilum terkandung banyak ikatanikatan glikosidik.
2. Pada percobaan uji polisakarida larutan sukrosa yang ditetesi dengan 5
tetes iodine menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi kuning,
hal ini menunjukkan bahwa dalam sukrosa terkandung sedikit ikatanikatan glikosidik dan lebih banyak mengandung serat.
3. Pada percobaan uji polisakarida larutan dekstrin yang ditetesi dengan 4
tetes iodine menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi merah
bata, hal ini menunjukkan bahwa dalam dekstrin terkandung sedikit
ikatan-ikatan glikosidik.
4. Pada percobaan uji Benedict yang dilakukan pada amilum, setelah
amilum dipanaskan terjadi perubahan warna dari biru menjadi biru
kuning, hal ini disebabkan karena amilum mengandung ikatan-ikatan
glikosidik yang cukup banyak.
5. Pada percobaan uji Benedict yang dilakukan pada sukrosa, setelah
sukrosa dipanaskan terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi biru
kuning, hal ini disebabkan karena sukrosa mengandung ikatan-ikatan
glikosidik yang sedikit dan lebih banyak mengandung serat.
6. Pada percobaan uji Benedict yang dilakukan pada amilum, setelah
amilum dipanaskan terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi biru
kuning, hal ini disebabkan karena amilum mengandung ikatan-ikatan
glikosidik yang banyak.
7. Pada percobaan uji Benedict yang dilakukan pada glukosa, setelah
glukosa dipanaskan terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi biru
kuning, hal ini disebabkan karena glukosa mengandung ikatan-ikatan
glikosidik yang banyak
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Biomelekul Sumber: http://id.wikipedia.org. Diakses
pada tanggal 24 April 2016 pukul 9.16 WIB.
Fesseden, Ralp J. 1990. Kimia organik edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: UI-Press.
Tim Biokimia. 2015. Buku Petunjuk Praktikum Biokimia. Yogyakarta. Institut
Pertanian Stiper Yogyakarta.
Yogyakarta, 24 April 2016
Mengetahui
Co. Ass
Praktikan
(Siti Syarifah )
(Feri Sanjaya)