PENGARUH STAKEHOLDER TERHADAP LINGKUNGAN 1

TUGAS MAKALAH

ILMU LINGKUNGAN
PENGARUH STAKEHOLDER TERHADAP LINGKUNGAN

ERNA
D1A1 13 008
SOSIAL EKONOMI GENAP

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

ii

KATA PENGANTAR
Assalamualikum wr.wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dengan baik.
Tulisan ini disusun oleh penulis selain sebagai perbaikan nilai ujian tengah
semester mata kuliah Ilmu Lingkungan juga sebagai salah satu cara agar
mahasiswa

lebih

memahami

materi

Pengaruh

Stakeholder

Terhadap

Lingkungan.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga hasil
makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb.

Kendari, 9 April 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 latar belakang..........................................................................................1
1.2 rumusan masalah.....................................................................................2
1.3 tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

2.1 Definisi Stakeholder................................................................................3
2.2 Lingkungan Hidup dan Peran Stakeholder.............................................5
2.3 Pengaruh Stakeholder terhadap Lingkungan..........................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................................12
3.2 Saran......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................13

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam kerangka
melakukan berbagai perubahan yang bernilai positif. Munculnya suatu perubahan
sangat berpotensi untuk menimbulkan berbagai konflik, sehingga diperlukan suatu
perumusan pembangunan yang dilakukan secara matang, khususnya dalam
pengelolaan lingkungan. Pembangunan ekonomi, sosial budaya, pendidikan,

kesehatan dan pembangunan di bidang lainnya yang berhubungan dengan
pembangunan fisik atau berwujud senantiasa berhubungan dengan lingkungan
hidup yang rentan terhadap gangguan keseimbangan flora dan fauna, pencemaran
air dan udara, degradasi lahan dan masalah lainnya. Dengan berbagai masalah
yang ditimbulkan akibat pengelolaan lingkungan yang tidak tepat dapat
menyebabkan munculnya konflik.
Terdapat berbagai paradigma umum yang mendasari konsep pengelolaan
lingkungan. Salah satunya adalah paradigma pengelolaan lingkungan yang
berdasarkan pada konsep sustainable dan partisipatif multipihak. Paradigma yang
mengacu pada konsep sustainable merupakan suatu proses perubahan yang
terencana yang didalamya terdapat keselarasan serta peningkatan potensi masa
kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masnusia. Hal ini
mengartikan bahwa konsep sustainable dapat menjamin adanya pemerataan da
keadilan sosial yang ditandai dengan lebih meratanya akses peran dan
kesempatan. Konsep ini terfokus pada 3 pilar dasar yaitu sustainable lingkungan,
sustainable ekonomi dan sustainable sosial. Konsep kedua yaitu partisipatif
multipihak menekankan pada pentingnya pelibatan dari berbagai pihak terkait,
dimana didasari dengan adanya kesetaraan dan kebersamaan dalam pengelolaan
lingkungan. Diharapkan dengan adanya partisipasi dari berbagai pihak,
lingkungan dapat dikelola dengan efektif dan efisien.


ii

Pengelolaan lingkungan yang berdasarkan konsep sustainable dan
partisipatif multipihak tidak dapat berjalan dengan baik tanpa partisipasi dari
seluruh stakeholder. Adapun yang dimaksud stakeholder dalam pengelolaan
lingkungan yaitu individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik
secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta
kepentingan terhadap pengelolaan lingkungan baik di dalam suatu perusahaan
maupun di tengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, dalam makalah ini
penulis menyajikan pengaruh stakeholder terhadap lingkungan. Mengingat bahwa
keadaan lingkungan dan pengelolaannya sangat dipengaruhi oleh kebijakan,
aktivitas dan tanggungjawab seluruh stakeholder. Dengan demikian dapat
diketahui pengaruh kebijakan atau UU yang ditetapkan dan dilaksanakan
pemerintah terhadap lingkungan, pengaruh aktivitas pelaku usaha terhadap
lingkungan dan kepedulian masyarakat melihat kondisi lingkungan sekarang ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut ;
1) Apa yang dimaksud dengan stakeholder ?
2) Apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup dan bagaimana peran

stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup ?
3) Bagaimana pengaruh stakeholder terhadap lingkungan hidup?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini,
yaitu ;
1) Untuk memahami konsep stakeholder.
2) Untuk memahami konsep lingkungan hidup dan peran stakeholder
dalam pengelolaan lingkungan hidup.
3) Untuk mengetahui pengaruh stakeholder terhadap lingkungan hidup.

ii

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Stakeholder
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau
masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki
hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun

komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki
karakteristik yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap
perusahaan (Budimanta dkk, 2008).
Stakeholder is a group or an individual who can affect, or be affected by,
the success or failure of an organization (Luk at all dalam Hadi, 2011).
Stakeholder adalah semua pihak, internal maupun eksternal, yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengertian stakeholder dari buku "Rhenald Kasali Manajemen
Public Relations halaman 63" sebagai berikut: "Stakeholders adalah setiap
kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai peran
dalam menentukan perusahaan.” Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang
mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis manajemen yang lain
menyebutkan bahwa stakeholders terdiri atas berbagai kelompok penekan
(pressure group) yang mesti di pertimbangkan perusahaan.
Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun
eksternal, seperti : pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar,
lingkungan internasional, lembaga diluar perusahaan (LSM dan sejenisnya),
lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum minoritas dan lain
sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi
perusahaan.

Adapun jenis-jenis stakeholders dalam ruang lingkup perusahaan, adalah
sebagai berikut

ii

1) Orang-orang yang akan dipengaruhi oleh usaha dan dapat mempengaruhi
tapi yang tidak terlibat langsung dengan melakukan pekerjaan.
2) Di sektor swasta, orang-orang yang (atau mungkin) terpengaruh oleh
tindakan yang diambil oleh sebuah organisasi atau kelompok. Contohnya
adalah orang tua, anak-anak, pelanggan, pemilik, karyawan, rekan, mitra,
kontraktor, pemasok, orang-orang yang terkait atau terletak di dekatnya.
Setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau yang
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan kelompok.
3) Seorang individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam sebuah
kelompok atau kesuksesan organisasi dalam memberikan hasil yang
diharapkan dan dalam menjaga kelangsungan hidup kelompok atau produk
organisasi dan atau jasa. Stakeholder pengaruh program, produk, dan jasa.
4) Setiap organisasi, badan pemerintah, atau individu yang memiliki saham
di atau mungkin dipengaruhi oleh pendekatan yang diberikan kepada
regulasi lingkungan, pencegahan polusi, konservasi energi, dll

5) Seorang peserta dalam upaya mobilisasi masyarakat, yang mewakili
segmen tertentu dari masyarakat. Anggota dewan sekolah, organisasi
lingkungan, pejabat terpilih, kamar dagang perwakilan, anggota dewan
penasehat lingkungan, dan pemimpin agama adalah contoh dari
stakeholder lokal.
2.2 Lingkungan Hidup dan Peran Stakeholder
Menurut UU.No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Definisi Daya Dukung Lingkungan Menurut UU no 23/ 1997, daya dukung
lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Menurut Soemarwoto (2001),
daya dukung lingkungan pada hakekatnya adalah daya dukung lingkungan
alamiah, yaitu berdasarkan biomas tumbuhan dan hewan yang dapat dikumpulkan

ii

dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Menurut Khanna (1999),
daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas

penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative
capacity).
Dalam pengelolaan lingkungan hidup perlu diidentifikasi siapa saja yang
termaksud

stakeholdernya

untuk

mengetahui

peran,

wewenang

dan

kepentingannya. Adapun stakeholders yang berperan dalam pengelolaan
lingkungan hidup dibagi kedalam tiga bagian, yaitu masyarakat, pemerintah dan
dunia usaha (korporat).

1. Peran Pemerintah (DPRD dan Dewan Evaluasi Kota)
Secara umum, DPRD dan Dewan Evaluasi Kota memiliki peran yang
mengacu pada UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23
TAHUN 1997 (Pasal 10) kewajiban pemerintah adalah :
1) Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan
kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam
pengelolaan lingkungan hidup,
2) Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan
kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup,
3) Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan
kemitraan antara masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam upaya
pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,
4) Mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan
lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup,
5) Mengembangkan dan mengembangkan perangkat yang bersifat
preemtif, preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan
daya dukung dan daya tampung lingkunagn hidup,
6) Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan
hidup,

ii

7) Menyelenggarakan

penelitian

dan

pengembangan

di

bidang

lingkungan hidup,
8) Menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya
kepada masyarakat, dan
9) Memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di
bidang lingkungan hidup.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 6 tahun 2005,
DPRD secara mendasar memiliki fungsi legislatif, anggaran dan pengawasan.
DPRD memiliki wewenang untuk membentuk Perda dan melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam
konteks pengelolaan lingkungan, pihak DPRD diharapkan dapat membuat
berbagai regulasi yang dituangkan dalam bentuk Perda ataupun peraturan
perundang-undangan dimana pembentukan peraturan tersebut berdasarkan pada
prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan yang berbasis pada sustainibility dan
partisipatif. Dengan penerapan prinsip tersebut pengelolaan lingkungan lebih
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak atau stakeholder dan konflik
kepentingan

dapat

dihindari.

Pengelolaan

lingkungan

yang berdasarkan

sustainability dapat menjamin kerberlangsungan pelesatrian lingkungan alam baik
hasil dan manfaatnya secara terus-menerus untuk dapat dinikmati generasi
berikutnya.
Secara lebih spesifik, DPRD dan Dewan Evaluasi Kota memiliki berbagai
peran yang berada pada tataran kebijakan dan fasilitasi. Dalam hal ini DPRD dan
Dewan Evaluasi Kota diharapkan dapat berperan sebagai :
1) Regulator dalam pembuat kebijakan-kebijakan yang menyangkut
pengelolaan lingkungan hidup.
2) Mediator

multi

stakeholders,

dimana

berfungsi

memfasilitasi

stakeholders lain (masyarakat dan dunia usaha) dalam usaha
melakukan pengelolaan lingkungan yang baik dan berkelanjutan
3) Sebagai mitra dari eksekutif dan legislatif untuk melakukan evaluasi
atas berbagai kebijakan pembangunan lingkungan di suatu daerah
4) Menyiapkan rekomendasi atas berbagai temuan masalah dan hasil
evaluasi yang dilakukan
ii

Selain hal tersebut, DPRD dan Dewan Evaluasi Kota juga harus berada
pada koridor konsep environmental leadership dalam melaksanakan fungsi dan
perannya. Dalam melaksanakan fungsi dan perannya DPRD dan Dewan Evaluasi
Kota sebaiknya dapat membangun kesadaran kritis terhadap isu-isu lingkungan,
memotivasi dan mengembangkan kapasitas dan kapabilitas untuk melakukan aksi.
Hal ini mengartikan sejauh mana orang mempunyai pemahaman yang
komprehensif tentang pentingnya menjaga lingkungan, agar lingkungan itu
kondusif buat generasi selanjutnya sepanjang masa, ini terkait kepada tingkatan
DPRD dan Dewan Evaluasi Kota adalah pada pengambil kebijakan, sehingga
diharapkan segala regulasi yang dibentuk bersinergis dengan berbagai elemen
stakeholders. Perlu juga menjadi perhatian bahwa untuk mewujudkan konsep
environmental leadership, harus didukung oeh suatu sistem yang kondusif
sehingga peningkatan kapasitas dapat dilakukan seiring dengan perbaikan sistem.
2. Peran Masyarakat
Setiap orang adalah bagian dari masyarakat dan masyarakat memiliki hak,
kewajiban dan peran yang sama dalam pengelolaan lingkungan, tanpa terkecuali
masyarakat desa, pelosok maupun kota, karena ruang lingkup lingkungan bukan
hanya ditempat-tempat tertentu saja namun seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Keberadaan masyarakat akan efektif sekali jika peranya
dalam mengontrol pengelolaan lingkungan yang ada.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat (Pasal 5 ayat 1). Serta mempunyai hak untuk berperan
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pasal berikutnya menegaskan bahwa setiap
orang juga berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
(Pasal 6). Peranan informasi dalam pengelolaan lingkungan sangat penting oleh
karena itu setiap orang juga berhak atas dan berkewajiban untuk memberikan
informasi tentang lingkungan hidup yang benar dan akurat. Ada tiga hal utama
yang harus dilihat sebagai pesan konstitusional dalam kaitannya dengan
pengelolaan sumberdaya alam Indonesia, (1) bahwa pengelolaan sumberdaya

ii

alam Indonesia haruslah dilihat sebagai upaya untuk memenuhi kepentingan
mayoritas rakyat Indonesia; (2) bahwa pemerintah harus berperan aktif dalam
pengaturan pengelolaan sumberdaya alam sebagai manifestasi penguasaan Negara
terhadap sumberdaya alam; (3) bahwa rakyat dijamin haknya tidak saja untuk
berperan serta dalam pengelolaan sumberdaya alam tetapi juga dalam melakukan
kontrol terhadap pemerintah sebagai lembaga yang telah dimudahkan untuk
melakukan pengaturan.
3. Peran Pelaku Usaha
Dalam Pasal 68 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

disebutkan bahwa setiap orang yang melakukan usaha

dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup.
Setiap pelaku usaha hendaknya memenuhi kewajiban sebagaimana
terdapat dalam pasal tersebut, terutama dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan sehingga pemerintah juga terbantu dalam pengawasan lingkungan dan
dapat mempredikisi sejauh mana kerusakan atau pencemaran lingkungan yang
mungkin terjadi sehingga tidak merugikan banyak pihak.
2.3 Pengaruh Stakeholder terhadap Lingkungan
Pengaruh stakeholder terhadap lingkungan dapat dilihat pada studi kasus
Singkawang, Paser, Boyolali dan Bogor yang mengalami pencemaran dan
kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan tanpa izin di lahan akses
terbuka. Lahan akses terbuka adalah lahan yang memiliki akses secara terbuka
bagi pihak lain untuk memanfaatkan secara ilegal, sehingga berpotensi
menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Akses terbuka terjadi
karena pengawasan yang tidak memadai atau bahkan adanya pembiaran dari
berbagai pihak.
ii

Salah satu pemanfaatan lahan akses terbuka ini untuk kegiatan
pertambangan tanpa izin (PETI). Terdapat ribuan lokasi PETI dan melibatkan
sekitar 2 juta penambang. Pada bulan September-Oktober 2015, KLHK telah
melakukan verifikasi lapangan terhadap 302 lokasi. Dari hasil verifikasi ini
diperoleh data:
a) Jenis tambang : emas (22%), sirtu (13%), pasir kuarsa (9%), batu,
tanah dan timah (masing-masing 8%), pasir dan pasir urug (masingmasing 7%), batu gamping (6%), granit dan batu kuarsa (masingmasing 3%), serta lainnya (6%).
b) Verifikasi dilakukan di 31 propinsi, analisa data sementara 302 lokasi
yang terdiri 225 PETI, 40 lokasi IUP, dan 8 lokasi IPR.
c) Peralatan tambang : mekanik (57%) dan manual (43%).
d) Metode penambangan : terbuka (76%), dalam/bawah tanah (15%) dan
bawah air (9%).
e) Status tambang : dominan aktif (84%) dan tidak aktif (16%).
f) Status lahan : hutan konservasi (2%), hutan lindung (9%), hutan
produksi (6%), tanah negara lainnya (31%) dan hak milik (52%).
g) Mulai penambangan : sebelum 2010 (41%) dan periode 2010-2015
(59%).
h) Status penambang : penduduk setempat (62%) dan pendatang (38%).
i) Tingkat kesejahteraan : meningkat (77%), tetap (21%) dna menurun
(2%).
j) Ketenaga-kerjaan : terdapat anak-anak (36 lokasi), lansia dan
perempuan (53 lokasi).
k) Kecelakaan kerja : menimbulkan korban jiwa (23 lokasi) dan cacat (11
lokasi).
l) Jarak tambang dengan permukiman : kurang dari 0,5 km (53%).
m) Konflik sosial : 84 lokasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada Pasal 112 mengatur bahwa setiap pejabat
berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan pengawasan terhadap ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dan izin lingkungan, yang

ii

mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang mengakibatkan
hilangnya nyawa manusia dapat diancam pidana penjara atau denda. Di beberapa
daerah kegiatan PETI telah menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan,
konflik sosial dan bahkan korban jiwa. Untuk mendorong “pejabat yang
berwenang” melakukan pengawasan, dari data verifikasi lapangan KLHK
membangun basis data dan Sistem Informasi Lahan Akses Terbuka (SILAT).
Dengan sistem informasi ini diharapkan pemerintah daerah atau stakeholder
lainnya dapat memberikan input mengenai lokasi PETI atau kejadian pencemaran
dan kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan.
Untuk keperluan penanganan kegiatan PETI ini, dilaksanakan melalui
implementasi Nawacita ke-4 “memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan
reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya” dan Nawacita ke-7 “mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”. Dalam konteks
keadilan untuk usaha dan/atau kegiatan di sektor pertambangan, khususnya bagi
kegiatan pertambangan yang dilaksanakan oleh masyarakat, perlunya pembinaan
dan fasilitasi dari pemerintah dan pemerintah daerah sebagai wujud kehadiran
Negara. KLHK bersama-sama dengan kementerian/lembaga terkait, pemerintah
daerah, pelaku usaha dan lembaga swadaya masyarakat membangun komitmen
bersama melalui Deklarasi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Akibat Pertambangan. Melalui deklarasi ini diharapkan melalui isu pencemaran
dan kerusakan lingkungan yang merupakan kewenangan bersama antara
pemerintah,

pemerintah

provinsi

dan

pemerintah

kabupaten/kota

dapat

memperkuat kembali kondisi paska penetapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana kewenangan di bidang energi dan
sumber daya mineral menjadi kewenangan pemerintah dan pemerintah provinsi.
Komitmen

bersama

tersebut,

selanjutnya

diaktualisasikan

melalui

penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan. Upaya menjaring informasi
mengenai kondisi, permasalahan, kebijakan dan kegiatan saat ini serta kebutuhan
mendatang, telah dilakukan melalui rapat kerja ekoregion di Jawa, Kalimantan
dan Papua, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku serta Sumatera. Dari

ii

proses penjaringan tersebut selanjutnya dapat dirumuskan ruang lingkup aksi yang
meliputi:
a) Penyusunan Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) untuk
pelaksanaan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.
b) Tata kelola terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan yang
sedang terjadi.
c) Pemulihan lahan akses terbuka yang rusak dan/atau cemar berat.
d) Kerangka hukum, pengembangan peraturan dan kebijakan.
e) Pelembagaan dan peningkatan kemampuan SDM.
Untuk memulai aksi tersebut, saat ini KLHK melakukan proses
pelembagaan sosial “pelaku penambangan” di Singkawang (tambang emas), Paser
(tambang emas), Boyolali (tanah urug) dan Bogor (tambang emas) bekerjasama
dengan Fakultas Fisipol UGM. Sedangkan untuk upaya pemulihan dilakukan
penyusunan Detail Engineering Design (DED) di Singkawang, Paser dan
Gunungkidul (tambang batugamping).

ii

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

ii

DAFTAR PUSTAKA
Fatuki,

2014.

Stakeholders

dan

Tanggung

Jawab

Sosial

Perusahaan.

http://ahmadindrafatuki.blogspot.co.id Diakses tanggal 10 April 2016.
Harianto, 2013. Identifikasi Dampak Negatif dari Masalah Kependudukan dan
Lingkungan Hidup. http://dharianto97.blogspot.co.id Diakses tanggal 10
April 2016.
Kementerian Lingkungan Hidup RI. 2015. Deklarasi Pengendalian Pencemaran
dan

Kerusakan

Lingkungan

Akibat

Pertambangan.

http://www.menlh.go.id Diakses tanggal 11 April 2016.
Lazuardini, 2014. Analisis Peranan Pemerintah Terhadap Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Suatu Studi di Kawasan Industri Gresik/
KIG ). http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id Diakses tanggal 10
April 2016.

ii