PENGARUH DETERJEN TERHADAP PERTUMBUHAN A
PENGARUH DETERJEN TERHADAP PERTUMBUHAN
AKAR BAWANG MERAH
Disusun oleh :
MUHAMMMAD ANSHORI
XII IPA 1 / 20
SMA NEGERI 3 TEMANGGUNG
JL. MUJAHIDIN NO.1 TEMANGGUNG
KODE POS.56225, TELEPON: 0293-491529
2016/2017
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan percobaan berjudul “ Pengaruh Deterjen Terhadap
Pertumbuhan Akar Bawang Merah “.
Adapun penulisan laporan percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
dampak apa saja yang ditimbulkan terhadap tanaman bawang merah dengan
pemberian deterjen. Dalam penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah
penulis alami. Oleh karena itu, terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja
bukan karena kemampuan penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan
dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
kiranya penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Sri Adi Nur Suharto, S.Pd selaku pengajar mata pelajaran biologi kelas XII IPA 1
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan percobaan ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan laporan percobaan ini.
Dalam penyusunan laporan percobaan ini, penulis menyadari pengetahuan
dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan percobaan
ini lebih baik dan bermanfaaat.
Serta akhir kata penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
membalas budi baik anda semua. Terimakasih.
Temanggung, 8 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan............................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka.....................................................................................3
2.1 Landasan Teori......................................................................................3
2.2 Hipotesis...............................................................................................12
BAB III Metodologi Penelitian.............................................................................13
3.1 Variabel Penelitian................................................................................13
3.2 Populasi Dan Sampel............................................................................13
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................13
3.4 Langkah Penelitian................................................................................14
a. Alat dan Bahan..........................................................................14
b. Cara Kerja.................................................................................14
BAB IV Hasil Dan Pembahasan............................................................................16
4.1 Hasil Pengamatan..................................................................................16
4.2 Pembahasan...........................................................................................16
4.3 Uji Hipotesis.........................................................................................17
BAB V Penutup.....................................................................................................18
5.1 Kesimpulan...........................................................................................18
5.2 Saran.....................................................................................................18
Daftar Pustaka.......................................................................................................19
Lampiran................................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri makhluk hidup.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang
tidak dapat dipisahkan, karena prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan
diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah
sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Dalam pertumbuhan tanaman bawang merah, memerlukan media dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah air. Sehubungan
dengan adanya bawang merah yang dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh
air, pada percobaan ini akan membahas mengenai perlakuan yang akan
ditimbulkan dari pemberian larutan deterjen yang berbeda. Untuk mengetahui
secara detail, maka perlu diketahui bahwa semua tumbuhan memerlukan air
untuk dapat tumbuh. Air sendiri berfungsi antara lain untuk fotosintesis,
mengaktifkan reaksi enzimatik dan menjaga kelembapan. Tanpa air reaksi
kimia dalam sel tidak dapat berlangsung sehingga mengakibatkan tumbuhan
mati. Kadar larutan deterjen yang diberikan pada tumbuhan kacang hijau akan
sangat berpengaruh dalam pertumbuhannya.
Berdasarkan penuturan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
pembuktian dengan mengadakan percobaan tentang pengaruh larutan deterjen
terhadap pertumbuhan kacang hijau. Disini kami memilih larutan murni (air
ledeng), larutan deterjen 25%, larutan deterjen 50%, larutan deterjen 75%, dan
larutan deterjen 100% sebagai media tanam untuk diteliti pengaruhnya
terhadap pertumbuhan akar bawang merah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah deterjen berpengaruh terhadapa pertumbuhan akar bawang
merah?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuktikan dan mengetahui
pengaruh deterjen dengan kadar tertentu pada pertumbuhan akar bawang
merah.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui pengaruh
deterjen terhadap pertumbuhan bawang merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
Pengertian perkecambahan ini tidak hanya dipakai khusus untuk biji
tetapi juga dipakai untuk bagian tumbuhan lainnya. Secara visual dan
morfologis suatu biji yang berkecambah, umumnya ditandai dengan
terlihatnya akar atau daun yang menonjol keluar dari biji. Sebenarnya proses
perkecambahan telah mulai dan berlangsung sebelum peristiwa ini muncul.
Tumbuhnya tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Air
2. Suhu
3. Oksigen
4. Cahaya
Air berfungsi untuk menyiram tanaman agar tetap segar dan tidak layu
serta sebagai media reaksi kimia dalam sel, menunjang fotosintesis dan
menjaga kelembapan. Bila tanaman kekurangan air, akan mengakibatkan
tanaman menjadi kering kekurangan nutrisi. Kelebihan air juga tidak baik
untuk tanaman
karena pertumbuhan
tanaman
akan terhambat
dan
kemungkinan terburuk tanaman akan mati.
Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, suhu di lingkungan tanaman
tersebut juga harus ditentukan. Suhu yang baik untuk tumbuhan adalah 30⁰C.
Semakin tinggi suhu yang ada di lingkungan suatu tumbuhan, maka semakin
laju transpirasi dan semakin rendah kandungan air pada tumbuhan sehingga
proses pertumbuhan semakin lambat dan perlakuan tumbuhan pada suhu yang
rendah memacu pertumbuhan ruas yang lebih panjang dari pada perlakuan
tanaman di suhu yang tinggi. Fungsi dari suhu sendiri adalah untuk aktivitas
enzim serta kandungan air dalam tubuh tumbuhan. Suhu yang terlalu ekstrim
yaitu terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat atau terhenti karena enzim idak dapat bekerja.
Faktor lainnya adalah oksigen. Oksigen tersebar luas di udara. Tanaman
tidak akan pernah kehabisan oksigen bila hidup di lingkungan yang bebas.
Oksigen berfungsi sebagai respirasi sel-sel akar yang akan berkaitan dengan
penyerapan unsur hara. Bila oksigen yang tumbuhan dapat hanya sedikit,
maka pertumbuhan pada tumbuhan akan terhambat karena akan susah dalam
penyerapan unsur hara dalam tanah.
Faktor terakhir yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
intensitas cahaya. Tanaman yang diletakkan di tempat yang teduh, akan
tumbuh dengan ciri-ciri : berdaun hijau tua, pertumbuhannya lebih lambat
namun stomatanya berjumlah sedikit namun ukurannya besar, perakarannya
tidak terlalu lebat. Berbeda dengan tanaman yang ditanam di tempat yang
mendapatkan banyak cahaya, maka tanaman itu akan mempunyai ciri-ciri :
berdaun hijau muda, stomatanya akan berjumlah banyak namun berukuran
kecil, perakarannya lebih lebat dan pertumbuhannya lebih cepat. Hal ini
karena cahaya bersifat menghambat pertumbuhan karena dapat menguraikan
auksin menjadi zat yang menghambat pemanjangan sel.
Beberapa proses dalam pertumbuhan tanaman yang dikendalikan oleh air
antara lain : perkecambahan, perpanjangan batang, perluasan daun, sintesis
klorofil, gerakan batang, gerakan daun, pembukaan bunga dan dominasi
tunas.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran
atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke
bentuk semula. Pertumbuhan merupakan peristiwa perubahan biologis yang
bersifat kuantitatif.
Pada proses pertumbuhan selalu terjadi peningkatan volume dan bobot
tubuh peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Proses pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan diawali dengan aktivitas sintetis bahan mentah
(bahan baku) berupa molekul sederhana dan molekul kompleks. Tahapan
yang dilalui selama melangsungkan proses tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap pembelahan sel, yaitu sel induk membelah menjadi beberapa
sel anak.
2. Tahap pembentangan, yaitu pembesaran atau peningkatan volume
sel anak. Pada sel tumbuhan, peningkatan tersebut biasanya
disebabkan oleh penyerapan air kedalam vakuola.
3. Tahap pematangan, yaitu perkembangan sel anak yang telah
mencapai ukuran tertentu menjadi bentuk khusus (terspesialisasi)
melalui proses diferensiasi. Pada akhirnya terbentuk jaringan, organ,
dan individu.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
a. Faktor eksternal/lingkungan (ekstraseluler) factor ini merupakan
faktor
luar
yang
erat
sekali
hubungannya
dengan
proses
pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa factor eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan adalah sebagai berikut:
1. Air dan mineral
2. Kelembaban.
3. Suhu
4. Cahaya
b. Faktor internal (interseluler) faktor yang melibatkan hormon dan gen
yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Dimana dalam hal ini ada beberapa hormone yang dapat mengontrol
proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tersebut yaitu:
1. Hormon Auksin
: merangsang pertumbuhan bunga.
2. Hormon Giberelin : merangsang pertumbuhan batang.
3. Hormon Sitokinin : memperpanjang akar.
4. Hormon Afserat
: menghambat perpanjangan sel.
c. Faktor Intraseluler (gen) Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi
didaerah meristematik (titik tumbuh) yaitu ujung akar dan batang.
Daerah pertumbuhan ada 3 yaitu zona meristematik, pemanjangan,
dan diferensiasi.
Pertumbuhan dibedakan menjadi 2, yaitu pertumbuhan primer dan
pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan
memanjang akibat kegiatan meristem apical diujung akar dan ujung batang.
Sedangkan pertumbuhan sekunder merupakan pertumbuhan membesar akibat
kegiatan cambium dan hanya terjadi pada tumbuhan dikotil dan
Gymnospermae.
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya
tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam,
sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya.
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak
meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan
atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah.
Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun
tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.
Dampak dari pencemaran langsung misalnya, berupa gangguan
kesehatan langsung (penyakit akut) maupun yang akan dirasakan setelah
jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki
kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam
memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan
berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada
manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan yang
disebakan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka
diperlukan
pengendalian
terhadap
pencemaran
lingkungan
dengan
menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas
kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di
lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,
tumbuhan atau benda lainnya. Salah satu contoh pencemaran lingkungan
adalah pencemaran air.
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air
oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas air turun sampai
ketingkat tertentu yang menyebabkan air kurang atau tidak dapat lagi
berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Pelaksanakan penilaian terhadap kualitas air, yaitu membandingkan
beberapa ukuran/parameter kunci dengan bakumutu yang ditetapkan.
Jenis ukuran pencemaran air antara lain:
1.
Kebutuhan oksigen untuk proses biologi (BOD)
Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari
unsur karbon, hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang
lain seperti nitrogen, belerang, dll dimana unsur-unsur tersebut
cenderung menyerap oksigen. Oksigen itu dibutuhkan bagi
mikroba untuk kehidupannya dan untuk menguraikan senyawaan
organik tersebut sehingga kadar oksigen akan menurun yang
menyebabkan air menjadi keruh dan berbau.
2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi
Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen adalah
ukuran COD atau kebutuhan oksigen kimiawi. Nilai COD ini
akan menunjukan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan kandungan bahan organik dalam air secara kimiawi
khususnya bagi senyawaan organik yang tidak dapat teruraikan
karena proses biologis, sehingga dibutuhkan bantuan pereaksi
oksidator sebagai sumber oksigen.
3.
Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas
permukaan air meskipun sebagian terdapat dibawah permukaan
air. Lemak dan minyak merupakan senyawa ester dari turunan
alkohol yang tersusun dari atom karbon, hidrogen dan oksigen.
Lemak sukar diuraikan oleh bakteri tetapi dapat dihidrolisa oleh
alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah larut.
Adanya minyak dan lemak dipermukaan air akan menghambat
proses biologis dalam air sehingga tidak terjadi proses fotosintesa.
4.
Nitrogen
Gas yang tidak berwarna dan tidak beracun, dalam air pada
umumnya terdapat dalam bentuk organik dan bakteri merubahnya
menjadi ammonia. Dalam kondisi aeribik dan dalam waktu
tertentu bakteri dapat mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan
nirtat.
5.
Suspended Solids (SS)
Padatan tersuspensi (SS) dalam air atau padatan tidak
terlarut dalam air adalah senyawa kimia yang terdapat dalam air
baik dalam keadaan melayang, terapung maupun mengendap.
Senyawa ini dijumpai dalam bentuk organik maupun anorganik.
Padatan tidak terlarut ini menyebabkan air berwarna keruh.
6. Total Disolved Solid (TDS)
Padatan terlarut dalam air (TDS) banyak ditemukan dalam
air adalah golongan senyawa alkali seperti karbonat, bikarbonat,
dan hidroksida.
Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia.
Besar kecilnya pencemaran akan tergantung dari jumlah dan kualitas limbah
yang
dibuang
kesungai,
baik
limbah
padat
maupun
cair.
Berdasarkan jenis kegiatannya maka sumber pencemaran air dibedakan
menjadi:
a. Effluent industri pengolahan
Effluent adalah pencurahan limbah cair yang masuk
kedalam air bersumber dari pembuangan sisa produksi, lahan
pertanian, peternakan dan kegiatan domestik. Dari hasil statistik
industri di DKI Jakarta, sumber industri pengolahan yang menjadi
sumber pencemaran air yaitu agro industri (peternakan sapi, babi
dan kambing), industri pengolahan makanan, industri miniman,
industri tekstil, industri kulit, industri kimia dasar, industri
mineral non logam, industri logam dasar, industri hasil olahan
logam dan industri listrik dan gas.
b. Sumber domestik/buangan rumah tangga
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud
dengan buangan rumah tangga adalah buangan yang berasal
bukan dari industri melainkan berasal dari rumah tangga, kantor,
hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan
dan rumah sakit. Limbah domestik sering kali mengandung
deterjen.
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air.
Pada umumnya deterjen mengandung surfaktan, builder, filler dan
aditif. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh
Sodium sulfat. Dan aditif merupakan bahan suplemen / tambahan untuk
membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih,
pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh :
Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Deterjen mempunyai sifat fisis antara lain polar dan non polar.. Bila
terhadap jasad renik rantai C yang lurus bersifat biogradable dan rantai C
yang bercabang bersifat unbiogradable. Sifat kimianya dapat melarutkan
lemak dan tidak dipengaruhi oleh kesadahan air.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen
dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan
dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya
kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan
permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit
manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia
dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada
kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan
surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam
deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan
air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat
racun dan berbahaya bagi kesehatan.
Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri
deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai
risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan
dengan bahan lain yaitu LAS.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk
kimia aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai
(biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable
sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘nonbiodegradable’. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat
terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk
dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan
pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik
lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS
mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat
diurai oleh mikroorganisme.
Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak
insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan
terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun.
Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak
udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan
demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat
menyebabkan kematian.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen
adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk
deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air
dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya,
efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa
dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP).
Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah
satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah
yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara
(eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan
oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan
yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan
menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi
kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan
kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan
phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah
dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam
deterjen.
Bawang merah termasuk sayuran umbi yang multiguna paling utama
kegunaannya adalah sebagai bumbu penyedap masakkan. Kegunaan lain
bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal
sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dari senyawa alliin atau
allisin yang oleh enzim alliin liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia
dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida. Dalam dunia industri
makanan bawang merah sering diawetkan dalam kaleng (canning), sous, sop
kalengan, tepung bawang dan lain-lain.
Tanaman bawang merah mengalami beberapa fase pertumbuhan yang
penting.
Pertumbuhan bawang merah dimulai
dengan fase awal
pertumbuhan, fase pertumbuhan vegetatif, fase pertumbuhan umbi dan fase
pematangan umbi. Fase awal pertumbuan dimulai sejak umbi ditanam
sampai semua umbi tumbuh seragam. Pada fase ini bawang merah relatif
banyak memerlukan air, yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan
yang serempak. Fase pertumbuhan vegetatif berlangsung selama tanaman
membentuk tunas dan daun, energi/unsur hara yang tersedia digunakan
untuk membentuk tunas dan daun. Pada fase pembentukan dan pematangan
umbi, pola pertumbuhannya berupa energi/unsur hara yang tersedia
dialihkan untuk pembentukan umbi.
Tanaman bawang merah dalam taksonominya digolongkan ke dalam
famili Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman sayuran semusim yang
berumbi lapis (bulb), berakar serabut dan berdaun bentuk silindris. Pangkal
daun bersatu membentuk batang semu yang berubah bentuk dan fungsinya,
membengkak membentuk seperti umbi, sehingga menghasilkan umbi
bawang merah. Daun bawang merah hanya memiliki satu permukaan
berbentuk
bulat
memanjang
yang
di
dalamnya
terdapat
rongga
udara/ruangan seperti pipa dimana semakin jauh dari akar, semakin runcing.
2.2 HIPOTESIS
Deterjen berpengaruh terhadap pertumbuhan akar bawang merah.
Semakin tinggi konsentrasi deterjen maka pertumbuhan akar bawang merah
juga semakin terhambat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 VARIABEL PENELITIAN
Variabel bebas
Variabel bebas atau variabel manipulasi adalah variabel (bisa berupa
suatu zat) yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya
perubahan atau timbulnya variabel terikat merupakan faktor (perlakuan)
yang dibuat tidak sama (bervariasi).
Variabel bebas dalam percobaan ini adalah Variasi banyaknya
larutan deterjen yaitu 0% (air ledeng), 25%, 50%, 75% dan 100%.
Variabel terikat
Variabel terikat atau variable respon merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Merupakan faktor yang muncul akibat variable bebas.
Dalam percobaan ini yang merupakan variable terikat adalah
Pertumbuhan akar bawang merah.
Variabel Kontrol
Variabel control adalah faktor (perlakuan) yang berpengaruh yang
dibuat sama dan terkendali (bertolak belakang dengan variabel bebas).
Yang merupakan variabel control adalah suhu, cahaya, kelembapan,
bawang merah dan usia tanaman bawang merah.
3.2 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
: Bawang merah (Allium Cepa).
Sempel
: 4 bawang merah yang berukuran sama.
3.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu
: Senin, 01 Agustus 2016 sampai dengan Sabtu, 4 Agustus
2016.
Tempat
: Rumah Peneliti. Dsn. Batursari RT.02/RW.03, Ds.
Tleter, Kec. Kaloran, Kab. Temanggung.
3.1 LANGKAH PENELITIAN
a. Alat dan Bahan
1. sediakanPengggaris
2. Plaron diameter 2 cm panjang 8 cm 5 buah
3. Kertas label secukupnya
4. Alat tulis
5. Kamera
6. Air ledeng secukupnya
7. Bawang merah 5 siung
8. Deterjen serbuk 1 gram
b. Cara Kerja
1. Sediakan larutan deterjen serbuk 100%, pengenceran 75%,
pengenceran 50%, pengenceran 25%, serta kontrol yang berupa air
ledeng.
2. Sediakan bawang merah berukuran sama yang memiliki diameter
hampir sama dengan diameter plaron berjumlah 5 buah. Kupas kulit
epidermis untuk menghindari bahan kimia tersisa yang terdapat di
kulit epidermis tersebut. Kupas juga bagian akar primordial yang
berwarna kecoklatan dari bawang merah tersebut. Hati-hati agar
lingkaran primordial itu tetap tersisa untuk pertumbuhan akar.
3. Isikan larutan deterjen yang sudah disediakan ke dalam plaron
hingga penuh.
4. Letakkan bawang merah dengan posisi calon akar primordial terletak
di bawah hingga menyentuh larutan deterjen.
5. Letakkan pula bawang merah dengan posisi yang sama dengan
bawang merah lain di atas tabung kontrol (yang hanya berisi air
ledeng).
6. Amati pertumbuhan setiap 24 jam, bila larutannya tampak berkurang
tambahkan lagi hingga penuh.
7. Setelah 72 jam, angkat bawang merah tersebut lalu hitung panjang
akarnya. Rata-ratakan panjang akar yang diperoleh untuk setiap
perlakuan. Bila ada panjang akar yang mencolok perbedaannya
diabaikan (tidak usah dirata-ratakan). Tulis dan dokumentasikan
hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
Panjang Akar
Konsentrasi
NO
Rata-Rata
Larutan
24 jam
48 jam
72 jam
1
Kontrol
1
2
3,5
2,2
2
25%
0,6
0,8
1
0,8
3
50%
0,5
0,7
0,7
0,6
4
75%
0,4
0,4
0,4
0,4
5
100%
0,4
0,4
0,4
0,4
4.2 PEMBAHASAN
Limbah domestik yang selama ini sering kali digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah deterjen. Deterjen mengandung zat -zat yang
berbahaya. Mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
manusia dan lingkungannya. Percobaan ini menggunakan tanaman bawang
merah karena bawang merupakan salah satu tanaman yang sangat mudah
diamati karena bisa langsung diamati dengan bantuan mikroskop dan tahapan
pembelahan selnya bisa terlihat jelas. Bagian yang digunakan adalah akar
karena pada akar primordial merupakan meristem yang masih berkembang
dengan baik sehingga masih mudah untuk diamati.
Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa makin tinggi konsentrasi
deterjen menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar primordial bawang
merah.
Pada hasil pengamatan terlihat beberapa akar tumbuh tidak optimal
pada konsentrasi 25%, 50%. Sedangkan pada konsentrasi 75% dan 100%
tidak terjadi pertumbuhan sama sekali. Tetapi pada kontrol (air ledeng) terjadi
pertumbuhan yang sangat cepat.
4.3 UJI HIPOTESIS
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan selama 72 jam (3 hari) dan
berdasarkan hasil analisis data dapat ditemukan bahwa terdapat perbedaan
pertumbuhan akar bawang merah yang diberi perlakuan dengan air ledeng
(larutan deterjen 0%), diberi larutan deterjen 25%, larutan deterjen 50%,
larutan deterjen 75% dan diberi larutan deterjen 100%. Dari hasil pengamatan
juga dapat ditemukan bahwa semakin besar konsentrasi larutan deterjen maka
pertumbuhan akar bawabg merah akan terhambat. Sehingga, dengan
demikian berarti hipotesis yang diajukan terbukti benar.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya, pertumbuhan membutuhkan air. Maka, pemberian air
terhadap tanaman khususnya bawang merah perlu diperhatikan. Karena, bila
air terkontaminasi deterjen dalam kadar berapapun akan memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah. Perlu diketahui bahwa air
deterjen merupakan limbah yang mempunyai berbagai dampak negative
terhadap pertumbuhan ataupun perkembangan tumbuhan. Jadi, deterjen
menghambat pertumbuhan tumbuhan.
5.2 SARAN
1. Dalam melakukan suatu percobaan, lebih baik melakukan percobaan di
tempat yang sekiranya tidak ada sesuatu yang mengganggu sehingga
percobaan akan aman dan berhasil.
2. Dalam mengukur panjang akar, harus dilakukan secara teliti.
3. Dalam melakukan percobaan, hendaknya memperhatikan kualitas
bawang merah yang akan diteliti dan memperhatikan kondisi lingkungan
yang sesuai dengan apa yang ingin diteliti sehingga hasil percobaan itu
baik dan valid.
4. Seharusnya limbah deterjen tidak boleh dibuang sembarangan, seperti ke
sungai karena dapat menggangu ekosistem sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rumanta, Maman dkk. 2008. Praktikum IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
http://organisasi.org/
penyebab_sebab_dan_akibat_pencemaran_lingkungan_pada_air_dan_tanah_
kesehatan_lingkungan_ilmu_sains_biologi
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/ilmu-kalaman-dasar/
dampak-pencemaran-lingkungan-terhadap-kesehatan-0
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air
http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen
http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah
http://dokumen.tips/documents/pengaruh-deterjen-terhadap-pertumbuhan-akarbawang-merah-allium-cepa.html
https://rayiheristyaraelf.wordpress.com/2012/12/19/laporan-percobaan-pengaruhdeterjen-terhadap-pertumbuhan-kacang-hijau/
AKAR BAWANG MERAH
Disusun oleh :
MUHAMMMAD ANSHORI
XII IPA 1 / 20
SMA NEGERI 3 TEMANGGUNG
JL. MUJAHIDIN NO.1 TEMANGGUNG
KODE POS.56225, TELEPON: 0293-491529
2016/2017
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan percobaan berjudul “ Pengaruh Deterjen Terhadap
Pertumbuhan Akar Bawang Merah “.
Adapun penulisan laporan percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
dampak apa saja yang ditimbulkan terhadap tanaman bawang merah dengan
pemberian deterjen. Dalam penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah
penulis alami. Oleh karena itu, terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja
bukan karena kemampuan penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan
dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
kiranya penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Sri Adi Nur Suharto, S.Pd selaku pengajar mata pelajaran biologi kelas XII IPA 1
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan percobaan ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan laporan percobaan ini.
Dalam penyusunan laporan percobaan ini, penulis menyadari pengetahuan
dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan percobaan
ini lebih baik dan bermanfaaat.
Serta akhir kata penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
membalas budi baik anda semua. Terimakasih.
Temanggung, 8 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan............................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka.....................................................................................3
2.1 Landasan Teori......................................................................................3
2.2 Hipotesis...............................................................................................12
BAB III Metodologi Penelitian.............................................................................13
3.1 Variabel Penelitian................................................................................13
3.2 Populasi Dan Sampel............................................................................13
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................13
3.4 Langkah Penelitian................................................................................14
a. Alat dan Bahan..........................................................................14
b. Cara Kerja.................................................................................14
BAB IV Hasil Dan Pembahasan............................................................................16
4.1 Hasil Pengamatan..................................................................................16
4.2 Pembahasan...........................................................................................16
4.3 Uji Hipotesis.........................................................................................17
BAB V Penutup.....................................................................................................18
5.1 Kesimpulan...........................................................................................18
5.2 Saran.....................................................................................................18
Daftar Pustaka.......................................................................................................19
Lampiran................................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri makhluk hidup.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang
tidak dapat dipisahkan, karena prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan
diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah
sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Dalam pertumbuhan tanaman bawang merah, memerlukan media dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah air. Sehubungan
dengan adanya bawang merah yang dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh
air, pada percobaan ini akan membahas mengenai perlakuan yang akan
ditimbulkan dari pemberian larutan deterjen yang berbeda. Untuk mengetahui
secara detail, maka perlu diketahui bahwa semua tumbuhan memerlukan air
untuk dapat tumbuh. Air sendiri berfungsi antara lain untuk fotosintesis,
mengaktifkan reaksi enzimatik dan menjaga kelembapan. Tanpa air reaksi
kimia dalam sel tidak dapat berlangsung sehingga mengakibatkan tumbuhan
mati. Kadar larutan deterjen yang diberikan pada tumbuhan kacang hijau akan
sangat berpengaruh dalam pertumbuhannya.
Berdasarkan penuturan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
pembuktian dengan mengadakan percobaan tentang pengaruh larutan deterjen
terhadap pertumbuhan kacang hijau. Disini kami memilih larutan murni (air
ledeng), larutan deterjen 25%, larutan deterjen 50%, larutan deterjen 75%, dan
larutan deterjen 100% sebagai media tanam untuk diteliti pengaruhnya
terhadap pertumbuhan akar bawang merah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah deterjen berpengaruh terhadapa pertumbuhan akar bawang
merah?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuktikan dan mengetahui
pengaruh deterjen dengan kadar tertentu pada pertumbuhan akar bawang
merah.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui pengaruh
deterjen terhadap pertumbuhan bawang merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
Pengertian perkecambahan ini tidak hanya dipakai khusus untuk biji
tetapi juga dipakai untuk bagian tumbuhan lainnya. Secara visual dan
morfologis suatu biji yang berkecambah, umumnya ditandai dengan
terlihatnya akar atau daun yang menonjol keluar dari biji. Sebenarnya proses
perkecambahan telah mulai dan berlangsung sebelum peristiwa ini muncul.
Tumbuhnya tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Air
2. Suhu
3. Oksigen
4. Cahaya
Air berfungsi untuk menyiram tanaman agar tetap segar dan tidak layu
serta sebagai media reaksi kimia dalam sel, menunjang fotosintesis dan
menjaga kelembapan. Bila tanaman kekurangan air, akan mengakibatkan
tanaman menjadi kering kekurangan nutrisi. Kelebihan air juga tidak baik
untuk tanaman
karena pertumbuhan
tanaman
akan terhambat
dan
kemungkinan terburuk tanaman akan mati.
Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, suhu di lingkungan tanaman
tersebut juga harus ditentukan. Suhu yang baik untuk tumbuhan adalah 30⁰C.
Semakin tinggi suhu yang ada di lingkungan suatu tumbuhan, maka semakin
laju transpirasi dan semakin rendah kandungan air pada tumbuhan sehingga
proses pertumbuhan semakin lambat dan perlakuan tumbuhan pada suhu yang
rendah memacu pertumbuhan ruas yang lebih panjang dari pada perlakuan
tanaman di suhu yang tinggi. Fungsi dari suhu sendiri adalah untuk aktivitas
enzim serta kandungan air dalam tubuh tumbuhan. Suhu yang terlalu ekstrim
yaitu terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan pertumbuhan
terhambat atau terhenti karena enzim idak dapat bekerja.
Faktor lainnya adalah oksigen. Oksigen tersebar luas di udara. Tanaman
tidak akan pernah kehabisan oksigen bila hidup di lingkungan yang bebas.
Oksigen berfungsi sebagai respirasi sel-sel akar yang akan berkaitan dengan
penyerapan unsur hara. Bila oksigen yang tumbuhan dapat hanya sedikit,
maka pertumbuhan pada tumbuhan akan terhambat karena akan susah dalam
penyerapan unsur hara dalam tanah.
Faktor terakhir yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
intensitas cahaya. Tanaman yang diletakkan di tempat yang teduh, akan
tumbuh dengan ciri-ciri : berdaun hijau tua, pertumbuhannya lebih lambat
namun stomatanya berjumlah sedikit namun ukurannya besar, perakarannya
tidak terlalu lebat. Berbeda dengan tanaman yang ditanam di tempat yang
mendapatkan banyak cahaya, maka tanaman itu akan mempunyai ciri-ciri :
berdaun hijau muda, stomatanya akan berjumlah banyak namun berukuran
kecil, perakarannya lebih lebat dan pertumbuhannya lebih cepat. Hal ini
karena cahaya bersifat menghambat pertumbuhan karena dapat menguraikan
auksin menjadi zat yang menghambat pemanjangan sel.
Beberapa proses dalam pertumbuhan tanaman yang dikendalikan oleh air
antara lain : perkecambahan, perpanjangan batang, perluasan daun, sintesis
klorofil, gerakan batang, gerakan daun, pembukaan bunga dan dominasi
tunas.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran
atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke
bentuk semula. Pertumbuhan merupakan peristiwa perubahan biologis yang
bersifat kuantitatif.
Pada proses pertumbuhan selalu terjadi peningkatan volume dan bobot
tubuh peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Proses pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan diawali dengan aktivitas sintetis bahan mentah
(bahan baku) berupa molekul sederhana dan molekul kompleks. Tahapan
yang dilalui selama melangsungkan proses tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap pembelahan sel, yaitu sel induk membelah menjadi beberapa
sel anak.
2. Tahap pembentangan, yaitu pembesaran atau peningkatan volume
sel anak. Pada sel tumbuhan, peningkatan tersebut biasanya
disebabkan oleh penyerapan air kedalam vakuola.
3. Tahap pematangan, yaitu perkembangan sel anak yang telah
mencapai ukuran tertentu menjadi bentuk khusus (terspesialisasi)
melalui proses diferensiasi. Pada akhirnya terbentuk jaringan, organ,
dan individu.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
a. Faktor eksternal/lingkungan (ekstraseluler) factor ini merupakan
faktor
luar
yang
erat
sekali
hubungannya
dengan
proses
pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa factor eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan adalah sebagai berikut:
1. Air dan mineral
2. Kelembaban.
3. Suhu
4. Cahaya
b. Faktor internal (interseluler) faktor yang melibatkan hormon dan gen
yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Dimana dalam hal ini ada beberapa hormone yang dapat mengontrol
proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tersebut yaitu:
1. Hormon Auksin
: merangsang pertumbuhan bunga.
2. Hormon Giberelin : merangsang pertumbuhan batang.
3. Hormon Sitokinin : memperpanjang akar.
4. Hormon Afserat
: menghambat perpanjangan sel.
c. Faktor Intraseluler (gen) Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi
didaerah meristematik (titik tumbuh) yaitu ujung akar dan batang.
Daerah pertumbuhan ada 3 yaitu zona meristematik, pemanjangan,
dan diferensiasi.
Pertumbuhan dibedakan menjadi 2, yaitu pertumbuhan primer dan
pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan
memanjang akibat kegiatan meristem apical diujung akar dan ujung batang.
Sedangkan pertumbuhan sekunder merupakan pertumbuhan membesar akibat
kegiatan cambium dan hanya terjadi pada tumbuhan dikotil dan
Gymnospermae.
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya
tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam,
sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya.
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak
meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan
atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah.
Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun
tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.
Dampak dari pencemaran langsung misalnya, berupa gangguan
kesehatan langsung (penyakit akut) maupun yang akan dirasakan setelah
jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki
kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam
memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan
berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada
manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan yang
disebakan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka
diperlukan
pengendalian
terhadap
pencemaran
lingkungan
dengan
menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas
kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di
lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,
tumbuhan atau benda lainnya. Salah satu contoh pencemaran lingkungan
adalah pencemaran air.
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air
oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas air turun sampai
ketingkat tertentu yang menyebabkan air kurang atau tidak dapat lagi
berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Pelaksanakan penilaian terhadap kualitas air, yaitu membandingkan
beberapa ukuran/parameter kunci dengan bakumutu yang ditetapkan.
Jenis ukuran pencemaran air antara lain:
1.
Kebutuhan oksigen untuk proses biologi (BOD)
Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari
unsur karbon, hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang
lain seperti nitrogen, belerang, dll dimana unsur-unsur tersebut
cenderung menyerap oksigen. Oksigen itu dibutuhkan bagi
mikroba untuk kehidupannya dan untuk menguraikan senyawaan
organik tersebut sehingga kadar oksigen akan menurun yang
menyebabkan air menjadi keruh dan berbau.
2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi
Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen adalah
ukuran COD atau kebutuhan oksigen kimiawi. Nilai COD ini
akan menunjukan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan kandungan bahan organik dalam air secara kimiawi
khususnya bagi senyawaan organik yang tidak dapat teruraikan
karena proses biologis, sehingga dibutuhkan bantuan pereaksi
oksidator sebagai sumber oksigen.
3.
Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas
permukaan air meskipun sebagian terdapat dibawah permukaan
air. Lemak dan minyak merupakan senyawa ester dari turunan
alkohol yang tersusun dari atom karbon, hidrogen dan oksigen.
Lemak sukar diuraikan oleh bakteri tetapi dapat dihidrolisa oleh
alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah larut.
Adanya minyak dan lemak dipermukaan air akan menghambat
proses biologis dalam air sehingga tidak terjadi proses fotosintesa.
4.
Nitrogen
Gas yang tidak berwarna dan tidak beracun, dalam air pada
umumnya terdapat dalam bentuk organik dan bakteri merubahnya
menjadi ammonia. Dalam kondisi aeribik dan dalam waktu
tertentu bakteri dapat mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan
nirtat.
5.
Suspended Solids (SS)
Padatan tersuspensi (SS) dalam air atau padatan tidak
terlarut dalam air adalah senyawa kimia yang terdapat dalam air
baik dalam keadaan melayang, terapung maupun mengendap.
Senyawa ini dijumpai dalam bentuk organik maupun anorganik.
Padatan tidak terlarut ini menyebabkan air berwarna keruh.
6. Total Disolved Solid (TDS)
Padatan terlarut dalam air (TDS) banyak ditemukan dalam
air adalah golongan senyawa alkali seperti karbonat, bikarbonat,
dan hidroksida.
Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia.
Besar kecilnya pencemaran akan tergantung dari jumlah dan kualitas limbah
yang
dibuang
kesungai,
baik
limbah
padat
maupun
cair.
Berdasarkan jenis kegiatannya maka sumber pencemaran air dibedakan
menjadi:
a. Effluent industri pengolahan
Effluent adalah pencurahan limbah cair yang masuk
kedalam air bersumber dari pembuangan sisa produksi, lahan
pertanian, peternakan dan kegiatan domestik. Dari hasil statistik
industri di DKI Jakarta, sumber industri pengolahan yang menjadi
sumber pencemaran air yaitu agro industri (peternakan sapi, babi
dan kambing), industri pengolahan makanan, industri miniman,
industri tekstil, industri kulit, industri kimia dasar, industri
mineral non logam, industri logam dasar, industri hasil olahan
logam dan industri listrik dan gas.
b. Sumber domestik/buangan rumah tangga
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud
dengan buangan rumah tangga adalah buangan yang berasal
bukan dari industri melainkan berasal dari rumah tangga, kantor,
hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan
dan rumah sakit. Limbah domestik sering kali mengandung
deterjen.
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air.
Pada umumnya deterjen mengandung surfaktan, builder, filler dan
aditif. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh
Sodium sulfat. Dan aditif merupakan bahan suplemen / tambahan untuk
membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih,
pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh :
Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Deterjen mempunyai sifat fisis antara lain polar dan non polar.. Bila
terhadap jasad renik rantai C yang lurus bersifat biogradable dan rantai C
yang bercabang bersifat unbiogradable. Sifat kimianya dapat melarutkan
lemak dan tidak dipengaruhi oleh kesadahan air.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen
dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan
dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya
kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan
permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit
manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia
dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada
kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan
surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam
deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan
air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat
racun dan berbahaya bagi kesehatan.
Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri
deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai
risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan
dengan bahan lain yaitu LAS.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk
kimia aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai
(biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable
sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘nonbiodegradable’. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat
terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk
dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan
pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik
lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS
mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat
diurai oleh mikroorganisme.
Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak
insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan
terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun.
Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak
udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan
demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat
menyebabkan kematian.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen
adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk
deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air
dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya,
efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa
dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP).
Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah
satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah
yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara
(eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan
oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan
yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan
menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi
kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan
kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan
phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah
dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam
deterjen.
Bawang merah termasuk sayuran umbi yang multiguna paling utama
kegunaannya adalah sebagai bumbu penyedap masakkan. Kegunaan lain
bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal
sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dari senyawa alliin atau
allisin yang oleh enzim alliin liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia
dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida. Dalam dunia industri
makanan bawang merah sering diawetkan dalam kaleng (canning), sous, sop
kalengan, tepung bawang dan lain-lain.
Tanaman bawang merah mengalami beberapa fase pertumbuhan yang
penting.
Pertumbuhan bawang merah dimulai
dengan fase awal
pertumbuhan, fase pertumbuhan vegetatif, fase pertumbuhan umbi dan fase
pematangan umbi. Fase awal pertumbuan dimulai sejak umbi ditanam
sampai semua umbi tumbuh seragam. Pada fase ini bawang merah relatif
banyak memerlukan air, yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan
yang serempak. Fase pertumbuhan vegetatif berlangsung selama tanaman
membentuk tunas dan daun, energi/unsur hara yang tersedia digunakan
untuk membentuk tunas dan daun. Pada fase pembentukan dan pematangan
umbi, pola pertumbuhannya berupa energi/unsur hara yang tersedia
dialihkan untuk pembentukan umbi.
Tanaman bawang merah dalam taksonominya digolongkan ke dalam
famili Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman sayuran semusim yang
berumbi lapis (bulb), berakar serabut dan berdaun bentuk silindris. Pangkal
daun bersatu membentuk batang semu yang berubah bentuk dan fungsinya,
membengkak membentuk seperti umbi, sehingga menghasilkan umbi
bawang merah. Daun bawang merah hanya memiliki satu permukaan
berbentuk
bulat
memanjang
yang
di
dalamnya
terdapat
rongga
udara/ruangan seperti pipa dimana semakin jauh dari akar, semakin runcing.
2.2 HIPOTESIS
Deterjen berpengaruh terhadap pertumbuhan akar bawang merah.
Semakin tinggi konsentrasi deterjen maka pertumbuhan akar bawang merah
juga semakin terhambat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 VARIABEL PENELITIAN
Variabel bebas
Variabel bebas atau variabel manipulasi adalah variabel (bisa berupa
suatu zat) yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya
perubahan atau timbulnya variabel terikat merupakan faktor (perlakuan)
yang dibuat tidak sama (bervariasi).
Variabel bebas dalam percobaan ini adalah Variasi banyaknya
larutan deterjen yaitu 0% (air ledeng), 25%, 50%, 75% dan 100%.
Variabel terikat
Variabel terikat atau variable respon merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Merupakan faktor yang muncul akibat variable bebas.
Dalam percobaan ini yang merupakan variable terikat adalah
Pertumbuhan akar bawang merah.
Variabel Kontrol
Variabel control adalah faktor (perlakuan) yang berpengaruh yang
dibuat sama dan terkendali (bertolak belakang dengan variabel bebas).
Yang merupakan variabel control adalah suhu, cahaya, kelembapan,
bawang merah dan usia tanaman bawang merah.
3.2 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
: Bawang merah (Allium Cepa).
Sempel
: 4 bawang merah yang berukuran sama.
3.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu
: Senin, 01 Agustus 2016 sampai dengan Sabtu, 4 Agustus
2016.
Tempat
: Rumah Peneliti. Dsn. Batursari RT.02/RW.03, Ds.
Tleter, Kec. Kaloran, Kab. Temanggung.
3.1 LANGKAH PENELITIAN
a. Alat dan Bahan
1. sediakanPengggaris
2. Plaron diameter 2 cm panjang 8 cm 5 buah
3. Kertas label secukupnya
4. Alat tulis
5. Kamera
6. Air ledeng secukupnya
7. Bawang merah 5 siung
8. Deterjen serbuk 1 gram
b. Cara Kerja
1. Sediakan larutan deterjen serbuk 100%, pengenceran 75%,
pengenceran 50%, pengenceran 25%, serta kontrol yang berupa air
ledeng.
2. Sediakan bawang merah berukuran sama yang memiliki diameter
hampir sama dengan diameter plaron berjumlah 5 buah. Kupas kulit
epidermis untuk menghindari bahan kimia tersisa yang terdapat di
kulit epidermis tersebut. Kupas juga bagian akar primordial yang
berwarna kecoklatan dari bawang merah tersebut. Hati-hati agar
lingkaran primordial itu tetap tersisa untuk pertumbuhan akar.
3. Isikan larutan deterjen yang sudah disediakan ke dalam plaron
hingga penuh.
4. Letakkan bawang merah dengan posisi calon akar primordial terletak
di bawah hingga menyentuh larutan deterjen.
5. Letakkan pula bawang merah dengan posisi yang sama dengan
bawang merah lain di atas tabung kontrol (yang hanya berisi air
ledeng).
6. Amati pertumbuhan setiap 24 jam, bila larutannya tampak berkurang
tambahkan lagi hingga penuh.
7. Setelah 72 jam, angkat bawang merah tersebut lalu hitung panjang
akarnya. Rata-ratakan panjang akar yang diperoleh untuk setiap
perlakuan. Bila ada panjang akar yang mencolok perbedaannya
diabaikan (tidak usah dirata-ratakan). Tulis dan dokumentasikan
hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
Panjang Akar
Konsentrasi
NO
Rata-Rata
Larutan
24 jam
48 jam
72 jam
1
Kontrol
1
2
3,5
2,2
2
25%
0,6
0,8
1
0,8
3
50%
0,5
0,7
0,7
0,6
4
75%
0,4
0,4
0,4
0,4
5
100%
0,4
0,4
0,4
0,4
4.2 PEMBAHASAN
Limbah domestik yang selama ini sering kali digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah deterjen. Deterjen mengandung zat -zat yang
berbahaya. Mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
manusia dan lingkungannya. Percobaan ini menggunakan tanaman bawang
merah karena bawang merupakan salah satu tanaman yang sangat mudah
diamati karena bisa langsung diamati dengan bantuan mikroskop dan tahapan
pembelahan selnya bisa terlihat jelas. Bagian yang digunakan adalah akar
karena pada akar primordial merupakan meristem yang masih berkembang
dengan baik sehingga masih mudah untuk diamati.
Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa makin tinggi konsentrasi
deterjen menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar primordial bawang
merah.
Pada hasil pengamatan terlihat beberapa akar tumbuh tidak optimal
pada konsentrasi 25%, 50%. Sedangkan pada konsentrasi 75% dan 100%
tidak terjadi pertumbuhan sama sekali. Tetapi pada kontrol (air ledeng) terjadi
pertumbuhan yang sangat cepat.
4.3 UJI HIPOTESIS
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan selama 72 jam (3 hari) dan
berdasarkan hasil analisis data dapat ditemukan bahwa terdapat perbedaan
pertumbuhan akar bawang merah yang diberi perlakuan dengan air ledeng
(larutan deterjen 0%), diberi larutan deterjen 25%, larutan deterjen 50%,
larutan deterjen 75% dan diberi larutan deterjen 100%. Dari hasil pengamatan
juga dapat ditemukan bahwa semakin besar konsentrasi larutan deterjen maka
pertumbuhan akar bawabg merah akan terhambat. Sehingga, dengan
demikian berarti hipotesis yang diajukan terbukti benar.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya, pertumbuhan membutuhkan air. Maka, pemberian air
terhadap tanaman khususnya bawang merah perlu diperhatikan. Karena, bila
air terkontaminasi deterjen dalam kadar berapapun akan memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah. Perlu diketahui bahwa air
deterjen merupakan limbah yang mempunyai berbagai dampak negative
terhadap pertumbuhan ataupun perkembangan tumbuhan. Jadi, deterjen
menghambat pertumbuhan tumbuhan.
5.2 SARAN
1. Dalam melakukan suatu percobaan, lebih baik melakukan percobaan di
tempat yang sekiranya tidak ada sesuatu yang mengganggu sehingga
percobaan akan aman dan berhasil.
2. Dalam mengukur panjang akar, harus dilakukan secara teliti.
3. Dalam melakukan percobaan, hendaknya memperhatikan kualitas
bawang merah yang akan diteliti dan memperhatikan kondisi lingkungan
yang sesuai dengan apa yang ingin diteliti sehingga hasil percobaan itu
baik dan valid.
4. Seharusnya limbah deterjen tidak boleh dibuang sembarangan, seperti ke
sungai karena dapat menggangu ekosistem sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rumanta, Maman dkk. 2008. Praktikum IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
http://organisasi.org/
penyebab_sebab_dan_akibat_pencemaran_lingkungan_pada_air_dan_tanah_
kesehatan_lingkungan_ilmu_sains_biologi
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/ilmu-kalaman-dasar/
dampak-pencemaran-lingkungan-terhadap-kesehatan-0
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air
http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen
http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah
http://dokumen.tips/documents/pengaruh-deterjen-terhadap-pertumbuhan-akarbawang-merah-allium-cepa.html
https://rayiheristyaraelf.wordpress.com/2012/12/19/laporan-percobaan-pengaruhdeterjen-terhadap-pertumbuhan-kacang-hijau/