PERTIMBANGAN KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN PERKARA KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN MATINYA SESEORANG DI KABUPATEN KLATEN THE POLICE CONSIDERATIONS IN HANDLING TRAFFIC ACCIDENT CASE WHICH RESULT IN SOMEONE’S DEATH IN KLATEN DISTRICT

TALREV

Volume 1 Issue 1, June 2016: pp. 94-107. Copyright © 2016 TALREV.
Faculty of Law, Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2985 | e-ISSN: 2527-2977.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/TLR/index

PERTIMBANGAN KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN PERKARA
KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN MATINYA
SESEORANG DI KABUPATEN KLATEN
THE POLICE CONSIDERATIONS IN HANDLING TRAFFIC ACCIDENT
CASE WHICH RESULT IN SOMEONE’S DEATH IN KLATEN DISTRICT
Bayu Adi Wicaksana
Faculty Of Law Muhammadiyah Surakarta University
Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan KartasuraJawa Tengah 57102, Indonesia
Telp./Fax: +62-271-717417/714448 Email: bayuadiwicaksana@gmail.com
Submitted: Jun 05, 2016; Reviewed: Jun 17, 2016; Accepted: Jun 21, 2016

Abstrak
Dewasa ini kasus yang sering mengalami pro dan kontra di bidang hukum adalah
kasus yang berkaitan dengan kealpaan. Kealpaan biasanya dilakukan oleh

kebanyakan masyarakat yakni dalam kasus kecelakaan lalu lintas. Kepolisian
yang bertugas dalam menetapkan status tersangka harus paham mengenai
perumusan tindak pidana, karena kekurang pahaman dalam memaknai suatu
rumusan tindak pidana tentu akan berpengaruh dalam menunjukkan ada tidaknya
hubungan rangkaian perbuatan dengan akibatnya. Masalah yang hendak dikaji
adalah pertimbangan Kepolisian dalam memproses perkara kecelakaan lalu
lintas yang mengakibatkan matinya seseorang karena kealpaanUntuk
membuktikan terkait dengan dugaan Tersangka adalah dari aspek olah TKP,
mendengarkan keterangan saksi-saksi dan unsur-unsur pasal. Aspek-aspek
tersebut disesuaikan. Hambatan Aparat Penegak Hukum dalam memproses
kecelakaan lalu lintas adalah berhubungan dengan saksi dan tersangka.
Kata kunci: Kepolisian, Kecelakaan Lalu Lintas, Kealpaan
Abstract
The case that often gain pros and cons in the legal field in today’s world are cases
related to negligence. Negligence is usually done by most people that in case of a
traffic accident. The Police must have the understanding about the formulation of
the crime in relation to their duty in determine the status of the suspect, because
the lack of understanding on the formulation of criminal offense would be
influential in revealing the relationship of an action and its consequence. The
issue to be examined is the Police consideration in dealing with traffic accident

which resulted in someone’s death due to a negligence. In order to prove the
alleged suspect several things must be done such as investigating the crime the
crime scene, listening to witnesses and choosing applicable legal articles. The
obstacle faced by the police to process the traffic accident case is related to the
witness and the suspect.
Keywords : Police, Traffic Accident, Negligence

□ 94

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016

kesengajaan, sikap batin orang yang

PENDAHULUAN
D. Simons membedakan unsur-

melakukannya adalah berbeda. Dalam

unsur tindak pidana menjadi unsur


kesengajaan, sikap batin orang yang

objektif dan unsur subjektif. Unsur

melakukannya

objektif dalam tindak pidana meliputi;

larangan. Dalam kealpaan, orang yang

(1) perbuatan orang; (2) akibat yang

melakukannya kurang mengindahkan

kelihatan

(3)

larangan sehingga tidak berhati-hati


mungkin ada keadaan tertentu yang

dalam melakukan suatu perbuatan yang

menyertai perbuatan itu. Sementara itu,

objektif kausal menimbulkan keadaan

unsur subjektif dalam tindak pidana itu

yang dilarang. 2

dari

perbuatan

itu;

mencakup : (1) orang yang mampu
bertanggungjawab;


(2)

adanya

kesalahan (dolus ataupun culpa).1

adalah

menentang

Dewasa ini kasus yang sering
mengalami pro dan kontra di bidang
hukum adalah kasus yang berkaitan

Salah satu yang harus dipenuhi

dengan

kealpaan.


Kealpaan

yang

dalam tindak pidana adalah unsur

biasanya dilakukan oleh kebanyakan

subjektifnya,

masyarakat

yakni

culpa),

kecelakaan

lalu


perbedaan

kecelakaan

kesalahan

yaitu tentang adanya

(dolus

ataupun

adapun

persamaan

dan

antara


kesengajaan

(dolus)

dan

dalam
lintas

kasus
apalagi

tersebut

sampai

korban

meninggal


mengakibatkan

berikut,

dunia. Di dalam Kitab Undang-Undang

“Kesengajaan mengandung kesalahan

Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia

yang berlainan jenis dengan kealpaan,

seseorang

tetapi dasarnya adalah sama, yaitu : 1)

kealpaannya sebagaimana diatur dalam

adanya perbuatan yang dilarang dan


pasal

diancam dengan pidana; 2) adanya

kelalaian atau kealpaan dalam pasal

kemampuan

3)

359 KUHP dikatakan sifatnya lebih

tidak adanya alasan pemaaf. Akan

umum atau ruang lingkupnya luas.

tetapi

Memang semua tindakan kelalaian


kealpaan

(culpa)

sebagai

bertanggungjawab;

bentuknya

berbeda.

Dalam

359

dapat

dipidana

KUHP.

Dalam

karena
unsur

yang bisa menyebabkan orang lain
1

Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2005, Buku
Pegangan Kuliah Hukum Pidana, Surakarta:
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Surakarta, hal.115.

2

Pipin Syarifin, 2000, Hukum Pidana Di
Indonesia Bandung : CV Pustaka Setia, hal. 89
□ 95

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016

meninggal dasarnya bisa dijerat dengan

sendiri dan dilaporkan pada tahun 2013

pasal 359 KUHP. Akan tetapi dengan

mencapai

lahirnya Undang-Undang Nomor 22

WHO

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

kecelakaan terbesar pada pengendara

Angkutan Jalan, segala sesuatu yang

sepeda motor dan kendaraan roda tiga,

berkaitan

yaitu

dengan

kelalaian

yang

26.416,
mencapai

36

persen,

namun

estimasi

38.279.Korban

pengemudi

dan

berhubungan dengan lalu lintas maka

penumpang bus mencapai 35 persen,

sudah diatur lebih khusus di dalam

dan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun

persen.Sedangkan jumlah kendaraan di

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Indonesia mencapai 104 juta lebih

Jalan tersebut. Jadi unsur kelalaian atau

untuk semua jenis. 4

pejalan

kaki

mencapai

21

kealpaan yang ada di dalam pasal 359

Hal tersebut membuktikan bahwa

KUHP mengatur mengenai kelalaian

angka kecelakaan hari demi hari selalu

yang sifatnya umum dan ruang lingkup

mengalami peningkatan apalagi yang

yang luas bukan mengenai kelalaian

sampai

yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu

meninggal. Tersangka yang menjadi

lintas. 3

penyebab

Kecelakaan lalu lintas dijalan

menyebabkan

mengakibatkan

korban

kecelakaan

hingga

matinya

seseorang

menyebabkan kematian

selalu di dakwa dengan Pasal 310 ayat

sekitar 1,25 juta mausia setiap tahun di

(4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun

seluruh dunia. Demikian laporan yang

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

dirilis Organisasi Kesehatan Dunia

Jalan yang berkaitan dengan kealpaan

(World

Oganitation/WHO).

seseorang kecuali orang yang secara

Kasus kecelakaan lalu lintas jalan yang

jelas bermaksud untuk membunuh

mematikan yang terjadi di Indonesia

orang lain. Ironisnya tidak semua orang

raya

yang

Health

yang terlibat dalam kecelakaan tersebut
Sufyan Tsauri, et al, “Analisis Yuridis
Kelalaian dalam kecelakaan Lalu Lintas Yang
Mengakibatkan Orang Lain Meninggal Dunia
(Putusan Pengadilan Negeri Jember Nomor
1259/Pid.B/2010/PN.Jr)”, dalam artikel ilmiah
hasil
penelitian
mahasiswa,
2013,
http://reporsitory.unej.ac.id/bitstream/handle/12
3456789/57174/Sufyan%20Tsauri.pdf?sequenc
e=1 diunduh 28 September 2012, pukul 16:00.
3

4

Satuharapan.com, Selasa 20 Oktober 2015:
WHO: Tiap Tahun 1,25 juta Manusia Mati di
Jalan
raya,
dalam
http://www.satuharapan.com/readdetail/read/who-tiap-tahun-1,25-juta-manusiamati-di-jalan-raya, diunduh 20 Januari 2016,
pukul 20.30 WIB.
□ 96

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016

murni bersalahtetapi tetapsaja dijadikan

tersebut atau tidak. Aparat penegak

sebagai tersangka.

hukum dalam hal ini kepolisian dan

Kepolisian yang bertugas dalam

kejaksaan harus mampu membuktikan

menetapkan status tersangka harus

sehingga fakta-fakta terhadap unsur

paham mengenai perumusan tindak

kealpaan dapat dibuktikan di dalam

pidana,

pahaman

proses persidangan. Jangan sampai

dalam memaknai suatu rumusan tindak

pelaku yang sudah ditetapkan menjadi

pidana, tentu akan berpengaruh dalam

tersangka belum jelas mampu dan

menunjukkan ada tidaknya hubungan

sanggup memenuhi kualifikasi unsur

rangkaian perbuatan dengan akibatnya,

atau persyaratan yang telah ditetapkan

dan barang bukti yang diajukan di

oleh

persidangan

tersangka tersebut.

karena

kekurang

serta

yang

tercantum

dalam BAP berbeda dengan yang

Kepolisian
Namun

atas

penetapan

dalam

kenyataan

terungkap dalam persidangan tersebut

berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri

benar

sangat

Kabupaten Klaten bahwa terdakwa

proses

dinyatakan

adanya,

ini

memprihatinkan

jelas

dalam

bersalah

melakukan

penegakan hukum, karena pada saat

kealpaan yang mengakibatkan matinya

aparat melaksanakan penegakan hukum

seseorang oleh Hakim dan divonis

atau bertugas melaksanakan hukum

hukuman

demi tegaknya hukum, dan pada saat

kronologinya terdakwa tidak murni

itu pula terjadi pelanggaran hukum

bersalah melakukan tindak pidana yang

yang

didakwakan dan unsur kealpaan yang

dilakukan

petugas

(aparat

penegak hukum).5
Dalam

menentukan

membuat
unsur

kealpaan pada kasus kecelakaan lalu
lintas yang mengakibatkan matinya

matinya

penjara.

sehingga
seseorang

Padahal

dalam

mengakibatkan
itu

juga tidak

terbukti dilakukan olehnya.
Berkaitan dengan apa yang telah

seseorang aparat penegak hukum harus

dikemukakan

selektif menentukan apakah tersangka

tersebut, maka masalah yang hendak

tersebut benar murni memenuhi unsur

dikaji adalah pertimbangan Kepolisian

5

dalam memproses perkara kecelakaan

Sigid Suseno, Nella Sumika Putri, 2013,
Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, hal. 254.

pada

latar

belakang

□ 97

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016

lalu lintas yang mengakibatkan matinya

yang lain adalah ketika dua orang

seseorang karena kealpaan.

berboncengan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pertimbangan
Kejaksaan

Kepolisian

Dalam

dan

Memproses

Perkara Kecelakaan Lalu Lintas
Yang

Mengakibatkan

Matinya

yang

di

SP3

oleh

Penyidik salah satunya adalah perkara
kecelakaan

lalu

lintas

yang

Tersangkanya meninggal dunia. Kanit
Laka Lantas Polres Klaten Iptu Edy
Prasetyomemberikan
orang

yang

contoh

ditetapkan

bahwa
menjadi

Tersangka dalam kecelakaan lalu lintas
dan meninggal dunia misalnya A

kecelakaan

akan mendahului Truk di depannya
yang berada di posisi kiri jalan. Karena
terburu-buru dan tanpa melihat kondisi
sekelilingnya, A mendahului Truk dari
sisi kiri jalan. Pada saat mendahului
Truk, A terpeleset dan masuk di kolong
Truk karena di sisi kiri jalan terdapat
banyak pasir. Truk yang tidak tau tibatiba merasakan melindas sesuatu dan
ternyata itu adalah A. A meninggal
dan

ditetapkan

menjadi

Tersangka karena kejadian tersebut.
Selain itu perkara kecelakaan lalu lintas

mereka

lalu

mengalami

lintas

yang

mengakibatkan pembonceng meninggal
dunia. Kecelakaan tersebut diakibatkan
pembonceng sendiri yang melakukan
maka

menjadi

yang

ditetapkan

Tersangka

adalah

pemboncengi. Namun berbeda dengan
apa

yang

penulis

temukan

yakni

adanya putusan perkara kecelakaan lalu
lintas yang mengakibatkan matinya
seseorang yang seharusnya perkara
tersebut dapat di SP3 oleh pihak
Kepolisian tetapi justru dilanjutkan
hingga proses persidangan.
Perkara kecelakaan lalu lintas

seorang pengendara sepeda motor yang

dunia

dijalan

kealpaan,

Seseorang Karena Kealpaan
Perkara

motor,

menggunakan sepeda

yang

mengakibatkan

matinya

seseorang yang terjadi di Kabupaten
Klaten tidak sedikit diselesaikan hingga
proses

persidangan.

Perkara

yang

dilanjutkan hingga proses persidangan
tidak luput dari peran Penyidik yang
menentukan apakah perkara tersebut
layak dilimpahkan ke Kejaksaan atau
tidak.Karena

apabila

sudah

dilimpahkan ke Kejaksaan maka proses
penanganan

perkara

tidak

dapat

berhenti kecuali dari Penuntut Umum
menolak

berkas

perkara

untuk
□ 98

Tadulako Law Review | Vol. 1 Issue 1, June 2016

dilanjutkan.

Dari

hasil

penelitian,

Aparat

Penegak

Hukum

dalam

penulis menemukan tiga perkara tindak

menangani perkara kecelakaan lalu

pidana kecelakaan lalu lintas yang

lintas yang mengakibatkan matinya

mengakibatkan

seseorang. Sedangkanguna memahami

matinya

seseorang

dengan karakteristik yang berbeda-

perbandingannya,

beda. Guna memahami lebih lanjut

menguraikannya terlebih dahulu dalam

mengenai perkara tersebut, penulis

bentuk tabel. Perbandingan perkara-

akan memaparkan di pertimbangan

perkara tersebut sebagai berikut:

penulis

akan

Nomor

Nomor: 11 / Pid.Sus /

Nomor: 39 / Pid.Sus /

Nomor: 59 / Pid. Sus

Putusan

2014 / P.Kln

2014 / PN.Kln.

/2014/ PN.Kln

Terdakwa

Sariono Siswoyo
Terdakwa

Pardi

yang

mengemudikan

Kronologi

Eko Priyono Bin Sutomo

Terdakwa yang

sedang

Ngateman Als Bondot
Terdakwa

yang

bus

mengemudikan truk tiba-

mengemudikan

akan mendahului dua

tiba melihat ada korban

kendaraan Truk sedang

mobil

di

yang akan menyebrang

berjalan di bagian kiri

depannya, pada waktu

dari arah kiri. Pada saat

jalan. Terdakwa yang

yang bersamaan

sudah

menemui persimpangan

yang

ada

dari

dekat,

korban

arah yang berlawanan

tersebut

ada pengemudi sepeda

menyeberang

motor.

Tiba-tiba

berbalik arah, Terdakwa

akan lewat atau tidak,

sepeda

yang kaget dan sudah

setelah melihat kedepan

motor tersebut jatuh di

membanting stir ke kiri

lagi tiba-tiba ada sepeda

aspal jalan lalu terlindas

mengenai tubuh korban,

motor

(korban)

yang

oleh bus dan akhirnya

akhirnya korban tertabrak

oleng,

karena

kaget

meninggal.

truk

korban

pengemudi

tidak

dan

jadi

jalan

melihat

dan

ada

kendaraan

luka-luka

kemudian meninggal.

apakah
yang

tersebut

tertabrak oleh Terdakwa
dan

akhirnya

meninggal
karena

korban

di

tempat

terlindas

oleh

ban truk.

□ 99

Perkara

berkendara di depan Terdakwa tanpa

Nomor: 59 / Pid. Sus /2014/ PN.Kln

ada sebabnya tiba-tiba oleng. Karena

dan Perkara Nomor: 39 / Pid.Sus / 2014

oleng dan Terdakwa tidak sempat

/

melakukan

Apabila

PN.Kln.

dilihat

sesuai

dari

dengan

proses

pengereman

mengingat

penanganan perkara kecelakaan lalu

jarak yang sangat dekat pada akhirnya

lintas dan dari teori yang ada untuk

korban tertabrak. Jika dilihat dari

membuktikan

seseorang

kondisi seperti tersebut diatas, maka

apakah

seseorang yang ada di posisi Terdakwa

menggunakan

tidak menutup kemungkinan juga akan

prinsip kehati-hatian atau tidak, melihat

menabrak korban karena posisinya

bagaimana

yang

adalah

kealpaan

dengan

seseorang

itu

melihat
telah

orang

pada

umumnya

tiba-tiba

oleng.

Selain

itu

melakukan tindakan apabila dalam

kendaraan yang Terdakwa kemudikan

kondisi seperti yang dialami oleh

adalah kendaraan jenis truk yang belum

pelaku dan apakah seseorang itu sudah

tentu akan langsung berhenti apabila

melakukan tindakan yang seharusnya

dilakukan

dilakukan atau belum. 6 Bahwa dalam

Disinilah terlihat bahwa sebenarnya

perkara nomor 59 tersebut kealpaan

korban

yang dilakukan oleh Terdakwa tidak

mengakibatkan kecelakaan lalu lintas

terbukti karena unsur untuk memenuhi

terjadi.

pada

justru

pembuktian kealpaan juga terbukti

terbukti ada pada diri korban sendiri.

telah dilakukan oleh korban sendiri

Ditambah fakta yang diperoleh dalam

karena

persidangan

berkendara

pembuktian

kealpaan

Terdakwa

sudah

menggunakan prinsip penghati-hatian

pengereman
sebagai

orang

Unsur

dia

untuk

tidak
yang

mendadak.
yang

memenuhi

hati-hati

dalam

mengakibatkannya

oleng.
Tidak lain dengan perkara nomor

sebagaimana dia pada saat melintas di
memperhatikan

59 bahwa kejadian yang hampir sama

kondisi sekelilingnya dan Terdakwa

terjadi pada perkara nomor 39. Bahwa

juga sudah benar dalam memposisikan

menurut fakta-fakta yang diperoleh

laju kendaraannya. Tetapi korban yang

selama persidangan Terdakwa juga

6

tidak

persimpangan

jalan

Lihat juga Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori
Hukum dan Pembuktian, Jakarta: Erlangga, hal.
96.

terbukti

dalam

melakukan

kealpaan dalam berkendara. Kealpaan

□ 100

tersebut dilakukan oleh korban sendiri.

Selain itu apabila kita melihat

Karena dalam kronologinya Terdakwa

melalui unsur-unsur kealpaan7 bahwa

sudah

Terdakwa dalam perkara nomor 59 dan

mengendarai

kendaraannya

dengan benar dan menerapkan prinsip

perkara

kehati-hatian. Sebagaimana awalnya

mengendari

truk

Terdakwa

benar dan kemungkinan besar tidak ada

sedang melintas dijalan tiba-tiba di

akibat yang timbul dari dia berkendara

depan terdapat korban yang sedang

karena sudah dalam posisi yang benar.

menyeberang dari arah kiri. Karena

Hal ini juga sudah menghindarkan diri

korban kaget

dari

yang

dikemudikan

dan takut tertabrak

nomor

sifat

39

disini

kendaraannya

melawan

hukum

sudah
dengan

serta

ketempat

Terdakwa tidak dapat dipersalahkan

semula atau tidak jadi menyeberang

atas apa yang dilakukan. Melihat dari

jalan. Terdakwa pada saat kaget dan

sini bahwa unsur-unsur kealpaan sudah

sudah mengantisipasi kejadian agar

tidak dipenuhi oleh Terdakwa dan

tidak

langsung

justru dipenuhi oleh korban sebagai

membanting stir truk ke kiri. Akibat

syarat adanya pemidanaan.8 Maka dari

korban yang tidak jadi menyeberang

itu

tadi

oleh

melakukan tindak pidana adalah korban

Terdakwa yang sudah membanting stir

sendiri. Karena yang terbukti menjadi

ke arah kiri. Dalam unsur untuk

Tersangka adalah korban yang sudah

memenuhi

meninggal,

akhirnya

berbalik

menabrak

justru

korbanlah

arah

korban

malah

tertabrak

pembuktian
yang

kealpaan

memenuhi

yang

dapat

di

persangkakan

Penyidik

harus

unsur

tersebut. Korban disini adalah orang
yang

melakukan

kealpaan

sendiri

sehingga mengakibatkan kecelakaan
lalu lintas dan mengakibatkan dirinya
meninggal dunia.

7

Lihat J.E. Jonkers, 1987, Buku Pedoman
Hukum Pidana Hindia Belanda, Jakarta: PT
Bna Aksara, hal. 96.
Lihat juga Hartono, 2010, Penyidikan dan
Penegakan Hukum Pidana, Jakarta: Sinar
Grafika, hal. 67.
8
Lihat RB Budi Prastowo, Juli 2006, Delik
Formil/Materiil, Sifat Melawan Hukum
Formil/Materiil dan Pertanggungjawaban
Pidana Dalam Tindak Pidana Korporasi,
Volume
24
No.3,
http://journal.unpar.ac.id/index.php/projustitia/
article/viewFile/1157/1124, 9 Februari 2016.
□ 101

mengeluarkan SP3 atau disebut sebagai
surat penghentian Penyidikan.

9

Menurut penulis, Penyidik dalam

sudah penulis paparkan diatas. Apabila
hanya melihat dari ukuran kendaraan
hal tersebut tidak mencerminkan suatu

hal ini sebagai pintu awal proses

keadilan

dalam

penegakan

hukum

penanganan perkara harus lebih selektif

karena belum tentu kendaraan yang

dan teliti lagi untuk menetapkan status

lebih besar adalah penyebab terjadinya

karena menurut fakta yang ada bahwa

kecelakaan dan yang membuat banyak

ternyata proses penanganan kecelakaan

korban jiwa.

lalu lintas di Kepolisian tidak lebih dari

Selain itu sesuai dengan fakta-

7 hari. 10 Itu adalah waktu yang sangat

fakta yang ada dalam persidangan,

singkat karena disini kealpaan adalah

menurut penulis pada perkara nomor

salah satu delik yang memang cukup

59

sulit dalam membuktikannya. Sulit

seharusnya tidak terbukti melakukan

yang dimaksud adalah mengenai sangat

kealpaan, tetapi karena Tersangka tidak

tipisnya perbedaan apakah itu tindak

memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi)

pidana atau bukan tindak pidana. Maka

maka tetap harus diancamkan Pasal

dari itu perlu adanya beberapa tahap

281 Undang-undang No.22 Tahun

yang harus memang dipenuhi seperti

2009 Tentang Lalu Lintas Jalan dan

bahwa

Angkutan

Terdakwa

Jalan

dengan

memang

ancaman

9

Lihat juga Pasal 73 ayat (2) Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penanganan
Kecelakaan Lalu Lintas. Bahwa penghentian
Penyidikan kecelakaan lau lintas deng
an alasan demi hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi, (a) Tersangka
meninggal dunia, (b) Perkara telah melampaui
masa kadalaursa dan (c) nebis in idem.
10
Lihat juga Pasal 31 ayat (2) Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2009 Tentang Pengawasan dan
Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di
Lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Bahwa
batas
waktu
penyelesaianperkara
dihitung
mulai
diterbitkannya surat perintah Penyidikan yang
meliputi, (a) 120 hari untuk Penyidikan perkara
sangat sulit, (b) 90 hari untuk Penyidikan
perkara sulit, (c) 60 hari untuk Penyidikan
perkara sedang dan (d) 30 hari untuk
Penyidikan perkara mudah.

kurungan paling lama 4 bulan dan
dilakukan penyitaan kendaraan oleh
petugas Kepolisian sebagaimana pada
Pasal

232

ayat

(6)

Peraturan

Pemerintah No.80 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor di Jalan dan Penindakan
Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. Berbeda dengan perkara nomor
39 bahwa Terdakwa sudah memenuhi
syarat berkendara dengan memiliki
surat-surat lengkap. Menurut penulis

□ 102

pada perkara nomor 59 dan nomor 39

diperoleh

Penyidik pada perkara tersebut tidak

sedang

menggunakan

bahwa

Terdakwa

mengemudikan

bus

yang
akan

pertimbangan

asas

mendahului dua mobil yang ada di

dengan apa

yang

depannya. Pada waktu yang bersamaan

disampaikan oleh Kanit Laka Lantas

dari arah berlawanan ada korban

Polres Klaten Iptu Edy Prasetyo.

sebagai

Karena terlihat jelas bahwa Penyidik

Tiba-tiba korban tersebut jatuh di aspal

hanya melihat dari satu sisi yang

jalan lalu terlindas oleh bus dan

menyatakan bahwa Tersangkalah yang

akhirnya meninggal dunia. Apabila

bersalah dan harus bertanggungjawab

dilihat fakta lainnya, korban tersebut

dengan

kaget dan jatuh karena disebabkan oleh

manfaat

sesuai

ganti

rugi

dan

pengemudi

Terdakwa

pidana. Padahal apabila dilihat dari sisi

memperhatikan kondisi sekelilingnya.

yang lain Tersangka juga mengalami

Jelas tidak ada prinsip kehati-hatian

tekanan psikis karena telah membuat

yang

orang lain meninggal dunia yang itu

sehingga membahayakan pengendara

bukan disebabkan oleh kesengajaan

lainnya.

maupun kealpaannya.

tersebut sudah termasuk dalam unsur

dilakukan
Prinsip

kealpaan,

ugal-ugalan

motor.

bertanggungjawab dari segi hukum

Berbeda dengan perkara Nomor:

yang

sepeda

oleh

tanpa

Terdakwa

ketidakhati-hatian

ditambah

lagi

syarat

11 / Pid.Sus / 2014 / PN.Kln.,

pemidanaaan adalah seseorang yang

meskipun kronologi kasusnya yang

melakukan tindakan melawan hukum.

terdapat pada fakta-fakta persidangan

Oleh karena itu, Terdakwa sudah

hampir sama dengan perkara nomor 39

semestinya wajar ditetapkan menjadi

dan nomor 59, tetapi apabila kita lihat

Tersangka.

dari sisi yang lain bahwa Terdakwa

Penyidik

Kepolisian

dalam

benar sebagai orang yang melakukan

melakukan pembuktian terkait dengan

kealpaan

juga

dugaan bahwa Tersangka melakukan

Tetapi

kealpaan dilakukan dengan melihat

disamping

korban

melakukan

kealpaan.

Terdakwalah

yang

lebih

dulu

olah TKP

misalnya

posisi

mobil

menyebabkan terjadinya kecelakaan

apakah sudah pada jalur yang benar

lalu lintas. Sebagaimana fakta yang

atau belum. Tidak hanya olah TKP saja

□ 103

apakah

Penyidik untuk perkara kecelakaan lalu

menggunakan

lintas yang mengakibatkan matinya

atau

belum.

seseorang yaitu Pasal 310 ayat (4)

Menurut Edy Prasetyo, ukuran hati-hati

Undang-Undang Nomor 22 Tahun

ini dilihat dari jarak pengendara dengan

2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan

pengendara lainnya, kecepatan yang

Jalan. Karena unsur yang terpenting

digunakan oleh pengendara, apakah

adalah unsur kealpaan maka apabila

pengendara sudah mematuhi rambu-

tidak dipenuhinya unsur tersebut maka

rambu lalu lintas atau belum serta

seseorang

adakah perhatian yang dilakukan oleh

menjadi Tersangka.

Penyidik

juga

pengendara
prinsip

melihat

sudah

kehati-hatian

tidak

dapat

ditetapkan

di

Menurut Edy Prasetyo 11 dalam

sekelilingnya. Apabila tidak terdapat

menangani suatu perkara kecelakaan

prinsip kehati-hatian yang dilakukan

lalu

oleh pengendara yang mengakibatkan

matinya seseorang apabila Penyidik

kecelakaan lalu lintas dan Sket TKP

sudah menetapkan seseorang menjadi

menggambarkan pengendara tersebut

Tersangka tidak langsung dilimpahkan

salah,

ke

pengendara

terhadap

maka

situasi

Penyidik

dengan

lintas

hingga

Kejaksaan.

mengakibatkan

Penyidik

masih

kesempatan

untuk

pertimbangannya menetapkan menjadi

memberikan

Tersangka.

dilakukan proses penyelsesaian perkara

Penyidik

yang

sudah

menetapkan Tersangka dalam perkara

di

kecelakaan

sedikit

musyawarah

kemungkinan untuk tidak melimpahkan

kesepakatan

berkas perkara ke Kejaksaan. Penyidik

Musyawarah atau mediasi ini bertujuan

dalam menentukan seseorang menjadi

untuk memberikan ganti rugi kepada

Tersangka harus di dasari dengan

pihak korban yang diberikan oleh pihak

bukti-bukti yang cukup. Bukti-bukti

Tersangka dengan tidak melakukan

yang dimaksud selain melihat dari Sket

penuntutan pidana. Meskipun ganti

TKP dan keterangan saksi, Penyidik

rugi ini wajib diberikan oleh pihak

juga melihat dari pemenuhan unsur-

Tersangka dengan tidak menggugurkan

unsur Pasal yang dikenakan kepada

11

lalu

lintas

Tersangka. Pasal yang digunakan oleh

luar

Pengadilan

dengan

jalan

atau

mediasi

atas

kedua

belah

pihak.

Edy Prasetyo, Kanit Laka Lantas Polres
Klaten, Wawancara Pribadi,Jum’at 8April
2016, Pukul 15.15 WIB.
□ 104

pidana,12

tetapi

menyelsesaikan perkara tersebut di luar

Penyidik dapat mengesampingkan itu

Pengadilan dengan jalan musyawarah

dengan dasar asas manfaat. Asas

atau mediasi.

tuntutan

perkara

manfaat ini digunakan agar tidak ada
pihak yang dirugikan secara berlebih
atas kejadian kecelakaan lalu lintas,
karena tidak sedikit
kecelakaan

lalu

juga perkara
lintas

yang

mengakibatkan pihak Tersangka juga
merasakan kerugian baik itu kerugian
fisik

atau kerugian psikis.

Dapat

diambil contoh misalnya ada kejadian
kecelakaan lalu lintas antara A dengan
B yang mengendarai sepeda motor. A
melakukan

kealpaan

yang

mengakibatkan terjadinya kecelakaan
lalu lintas. Akibat kecelakaan lalu
lintas tersebut B meninggal dunia dan
A mengalami patah tulang. Apabila
berlandasakan

pada

yang

mempunyai

tidak

kemanusiaan
dipidana.

maka

Tetapi

undang-undang
jelas

prinsip
A

Penyidik

akan
dengan

kesepakatan kedua belah pihak dapat
menggunakan
12

asas

manfaat

untuk

Lihat Pasal 235 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan. Bahwasanya Jika korban
meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat
(1) huruf c, pengemudi, pemilik dan/atau
perusahaan angkutan umum wajib memberikan
bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya
pengobatan dan/atau biaya pemakaman dengan
tidak mengugurkan tuntutan perkara pidana.

PENUTUP
Hasil pembahasan masalah dalam
penulisan hukum yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Pada pertimbangan Kepolisan,
untuk membuktikan terkait dengan
dugaan bahwa Tersangka melakukan
kealpaan dilakukan dengan melihat
olah TKP dan mendengarkan
keterangan saksi-saksi, serta melihat
dari pemenuhan unsur-unsur pasal yang
dikenakan kepada Tersangka.
Adanya berbagai temuan dari
penelitian di atas, maka penulis
memberikan saran kepada pihak-pihak
yang terlibat sebagai berikut:
Bagi Kepolisian, sebaiknya harus
lebih teliti lagi dalam memeriksa
perkara kecelakaan lalu lintas, karena
dalam perkara kecelakaan lalu lintas
sering ditemukan hal-hal yang tipis
apakah perkara yang terjadi merupakan
tindak pidana kealpaan atau bukan.

□ 105

BIBLIOGRAFI

hp/projustitia/article/viewFile/11

Buku

57/1124.

Hartono.

2010.

Penyidikan

dan

Prasetyo,

Edy

interview.

2016.

Penegakan Hukum Pidana. Jakarta:

Pertimbangan Kepolisian. Satuan

Sinar Grafika.

Lalu Lintas Polres Klaten

Hiariej, Eddy O.S. 2012. Teori Hukum

Sabar Subekti. (2015, 20 Oktober).

dan Pembuktian. Jakarta: Erlangga.

WHO: Tiap Tahun 1,25 juta

Jonkers, J.E.. 1987. Buku Pedoman

Manusia Mati di Jalan raya.

Hukum Pidana Hindia Belanda.

Satuharapan.com.

Jakarta: PT Bina Aksara.

Tersedia:

[Online].

Sudaryono & Natangsa Surbakti. 2005.

http://www.satuharapan.com/read

Buku Pegangan Kuliah Hukum

-detail/read/who-tiap-tahun-1,25-

Surakarta:

juta-manusia-mati-di-jalan-raya,

Pidana.
Hukum

Fakultas
Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

[20 Januari 2016].
Sufyan Tsauri, et al, (2013). Analisis

Suseno, Sigid & Nella Sumika Putri.

Yuridis

Kelalaian

dalam

2013. Hukum Pidana Indonesia.

kecelakaan Lalu Lintas Yang

Bandung

Mengakibatkan

:

PT

Remaja

Rosdakarya.

Meninggal

Syarifin, Pipin. 2000. Hukum Pidana

Pengadilan

Orang

Dunia
Negeri

Lain

(Putusan
Jember

Di Indonesia. Bandung : CV

Nomor 1259/Pid.B/2010/PN.Jr).

Pustaka Setia.

[Online].

Tersedia:

http://reporsitory.unej.ac.id/bitstr
Jurnal, Website dan Wawancara:
Prastowo,

RB Budi.

2006.

eam/handle/123456789/57174/Su

Delik

Formil/Materiil, Sifat Melawan
Hukum

Formil/Materiil

Pertanggungjawaban

fyan%20Tsauri.pdf?sequence=1.
[8 September 2012].

dan
Pidana

Undang-Undang:

Dalam Tindak Pidana Korporasi.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Volume

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

24

No.3,

http://journal.unpar.ac.id/index.p

tentang Hukum Acara Pidana

□ 106

Undang-Undang Nomor 22 Tahun

Tahun 2009 Tentang Pengawasan

2009 tentang Lalu Lintas dan

dan Pengendalian Penanganan

Angkutan Jalan

Perkara Pidana di Lingkungan

Peraturan Pemerintah No.80 Tahun
2012

tentang

Pemeriksaan

Tata

Cara

Kendaraan

Bermotor

di

Jalan

Penindakan

Pelanggaran

Kepolisian

Negara

Republik

Indonesia.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara

dan

Republik Indonesia Nomor 15

Lalu

Tahun 2013 Tentang Tata Cara

Lintas dan Angkutan Jalan

Penanganan

Peraturan Kepala Kepolisian Negara

Kecelakaan

Lalu

Lintas

Republik Indonesia Nomor 12

***

□ 107