MAKALAH PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARA

PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN
Elsa Barati, Moch. Rizki Taufik Kurnia, Suci Wulan Sari, Tri Aninda.
Pendidikan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
[email protected]
Dr. H. Dadang Sukirman, M.Pd, Ence Surahman, M.Pd
I.

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen
system pembelajaran (Tim pengembangan kurikulum, 2011:190). Learning is a process
of active construction; that learning is a social phenomenon, as well as an individual
experience; and that learner differences are resources, not obstacles (Wilson dan
Petersen, 2006:1). Pembelajaran memiliki makna luas dari istilah pengajaran. Kata
pengajaran mengandung makna bahwa kegiatan atau prosesnya hanya ada di dalam
konteks pengajar dan pembelajar di kelas secara formal, kata pembelajaran tidak hanya
ada dalam konteks pengajar dan pembelajar di kelas formal, akan tetapi juga meliputi
kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh pengajar secara fisik. Di dalam kata
pembelajaran ditekankan bahwa kegiatan belajar pembelajar melalui usaha-usaha yang

terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar proses belajar mengajar
dapat terlaksana.
Kegiatan

pembelajaran

merupakan

bagian

yang

paling

penting

dalam

implementasi kurikulum. Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pembelajaran,
dapat diketahui melalui kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran tersebut seorang pengajar sudah seharusnya mengetahui

1

bagaimana membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien
diperlukan adanya suatu inovasi untuk mengembangkan model-model pembelajaran
yang dilakukan oleh pengajar Dalam mengembangkan model-model pembelajaran,
seorang pengajar harus tahu apakah yang dimaksud dengan model pembelaran, dan polpola apa pembelajaran yang ada, kemudian apakah cirri-ciri model pembelajaran yang
dapat diterima secara umum, serta bagaimana menerapkan model-model pembelajaran
dalam kegiatan belajar mengajar. (Tim Pengembangan kurikulum, 2011:198)
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran,seorang guru harus terlebih dahulu memahami berbagai
pendekatan,strategi,dan model pembelajaran.Pemahaman tentang hal ini akan
memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah,memilih,dan menetapkan
dengan tepat metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran?
b) Bagaimana pendekatan,model,strategi dan metode pembelajaan?
c) Bagaimana jenis-jenis pendekatan,model,strategi dan metode pembelajaran?

C. Tujuan dan Manfaat
Diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk menjadi bahan bacaan yang
berkualitas tentang pendekatan,model,strategi dan metode pembelajaran. Manfaat
penulisan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui apa itu pendekatan,model,strategi
dan metode pembelajaran dan apa saja jenis-jenisnya,sehingga kita bisa menentukan
tindakan apa yang akan kita terapkan dalam pembelajaran.

II.

Pembahasan

A. Prinsip-prinsip pembelajaran
Menurut Chaedar Alwasilah dalam (Tim Pengembangan kurikulum., 2011:182) ,
dengan memerhatikan bahwa hakikat pembelajaran adalah “interaksi antara siswa
dengan lingkungan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran (perubahan
perilaku)”, maka terdapat beberapa prinsip umum pembelajaran, yaitu:
1) Prinsip Umum Pembelajaran
2

a) Belajar menghasilkan perubahan perilaku siswa yang relatif permanen.

b) Siswa memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang merupakan benih
kodratif untuk ditumbuhkembangkan.
c) Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami, linear, dan
sejalan dengan proses kehidupan.
2) Prinsip Khusus Pembelajaran
a) Prinsip Perhatian dan Motivasi
Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik dan
psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya. Perhatian dapat muncul secara
spontan atau karena direncanakan. Dalam pembelajaran, perhatian akan muncul dari diri
siswa apabila pelajaran yang diberikan menarik dan dibutuhkan oleh siswa.
Perhatian dalam proses pembelajaran memiliki peranan sebagai langkah awal dalam
memicu aktivitas-aktivitas belajar. Untuk memunculkan perhatian siswa, maka perlu
disusun sebuah rancangan bagaimana menarik perhatian siswa dalam proses
pembelajaran. Gage dan Berliner (1984) mengemukakan bahwa berdasarkan kajian teori
belajar pengolahan informasi tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi belajar.
Seseorang yang memiliki minat terhadap materi pelajaran tertentu, biasanya akan lebih
intensif memerhatikan dan selanjutnya timbul motivasi. motivasi adalah dorongan atau
kekuatan yang dapat menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut H. L.
Petri (1986), “motivation is the concept we use when we describe the forces acting or
on within an organism to initiate and direct behaviour”. Perhatian dan motivasi

seseorang tidak selamanya stabil, intensitasnya bisi tinggi, sedang, bahkan menurun.
Motivasi dapat bersifat internal (motif intrinsik), artinya muncul dari dalam diri
sendiri tanpa ada intervensi dari yang lain, misalnya harapan, cita-cita, minat, dan aspek
lain yang terdapat dalam diri sendiri. Motivasi juga dapat bersifat eksternal (motif
ekstrinsik), yaitu muncul karena adanya stimulus dari luar dirinya, misalnya kondisi
lingkungan kelas, sekolah, reward, pujian, dan rasa takut oleh hukuman. Motivasi dalam
belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah pada
pencapaian tujuan. Perilaku belajar yang terjadi dalam proses pembelajaran merupakan
pencapaian tujuan dan hasil belajar.

3

b) Prinsip Keaktifan
Anak merupakan makhluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk melakukan
sesuatu, memilikin kemauan, dan keinginan. Belajar pada hakikatnya adalah proses
aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu
perilaku, adanya respons terhadap setiap pembelajaran. Proses pembelajaran, siswa
harus aktif belajar dan guru hanya membimbing dan mengarahkan. Gage dan Berliner

Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukan adanya jiwa yang aktif dan tidak
sekedar merepsons informasi, namun jiwa mengolah dan melakukan transformasi
informasi yang diterima. (Tim Pengembang Kurikulum 2011:185).
Berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa sebagai subjek belajar memiliki
sifat aktif, kontruktif, dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi,
menganalisis,

mengidentifikasi,

memecahkan,

menyimpulkan,

dan

melakukan

transformasi kedalam kehidupan yang lebih luas. Menurut McKeachie, individu
merupakan manusia yang aktif dan selalu ingin tahu, dapat menjadi masukan bahwa
dalam proses pembelajaran, guru dapat menggali dan mengembangkan aktivitasaktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa.

c) Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus
melihat secara langsung untuk mengalaminya. Hal ini sejalan dengan pernyataan “I
hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand”. Pendekatan
pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan
pembelajaran lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Setiap
kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu) terjun mengalami. Edgar Dale
melalui penggolongan pengalaman belajarnya (kerucut pengalaman) menyatakan bahwa
“belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung.”
Idealnya, setiap belajar harus terjadi suatu proses internalisasi bagi pihak yang
belajar, sebab belajar bukan hanya sekadar proses mengahapal sejumlah konsep, prinsip
atau fakta. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsugn
secara aktif melakukan perbuatan belajar, hasilnya akan lebih efektif dibandingkan
dengan pendekatan yang hanya sekadar menuangkan pengetahuan/informasi.
d) Prinsip Pengulangan

4

Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan
dalam belajar, antara lain adalah dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L.

Thorndike. Kesimpulan penelitiannya telah memunculkan tiga dalil belajar, yaitu “Law
of Effect, Law of Exercise, and Law of Readiness”.
Law of effect mengindikasikan bahwa hubungan antara stimulus dan respons
menguat dalam keadaan yang memuaskan, dan sebaliknya akan melemah dalam
keadaan yang menyebalkan. Law of Exercise mengindikasikan bahwa hubungan antara
stimulus dan respons menguat ketika digunakan/dilakukan, dan sebaliknya akan
melemah ketika praktik dihentikan/tidak digunakan. Law of Readiness mengindikasikan
bahwa ketika siswa siap untuk melakukan, maka akan dilakukan dengan keadaan
memuaskan, sebaliknya bila tidak siap/terpaksa melakukan, maka akan dilakukan
dengan keadaan yang menyebalkan.
Teori lain yang berhubungan adalah teori Psikologi Gaya, manusia memiliki
sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi, mengigat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Oleh karena itu, menurut teori ini belajar adalah melebihi
daya-daya tersebut dengan pengulangan, agar setiap daya yang dimiliki manusia dapat
terarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang.
e) PrinsipTantangan
Teori medan (Field Theory) menurut Kurt Lewin, mengemukakan bahwa siswa
dalam setiap situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis, siswa
menghadapai suatu tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa
dihadapakan pada sejumlah hambatan/tantangan, yaitu materi/bahan belajar. Maka

timbulah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mepelajarinya. Pembelajaran
yang memberikan kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan
menemukannya.
Bila dilihat dari segi penggunaan metode pembelajaran, maka metode-metode
tersebut memiliki karakteristik yang menantang yang dapat menimbulkan motivasi
belajar. Begitu pula penguatan diberikan terhadap setiap hasil belajar siswa, apakah
penguatan positif/negatif akan menantang siswa, dan dapat menimbulkan motif belajar
untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman.
f) Prinsip Balikan dan Penguatan

5

Seperti ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B. F. Skinner,
menurutnya siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan
hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun, dorongan belajar itu tidak saja
oleh penguatan positif, tetapi juga negatif. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah
belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang menantang akan
membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

g) Prinsip Perbedaan Individual
Proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain,
baik secara fisik maupun psikis. Untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung
implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan
dirinya, dan selanjutnya mendapat perlakukan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan
siswa itu sendiri. Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa, maka guru
harus dapat memahami dengan benar ciri-ciri para siswanya, baik dalam menyiapkan
dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan bimbingan
belajar terhadap siswa tersebut.
B. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah suatu upaya mengahmpiri makna pembelajaran
melalui suatu cara pandang dan pandangan tertentu atau aplikasi suatau cara oandang
dan pandangan tertentu dalam memahami makna pembelajaran. Berbagai pendekatan
dalam rangka memahami makna pembelajaran, antara lain : a) pendekatan filasafati, b)
pendekatan psikologi, dan c) pendekatan sistem.
a.

Pendekatan Filasafati terhadap Pembelajaran
Sebagaimana telah


diuaraikan pada pokok bahasan “Landasan-landasan

Pengembangan Kurikulum”, di dalam filsafat terdapat berbagai aliran, antara lain:
Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, dan sebagainya. Sehubungan
dengan ini G. F. Kneller (1971), E.J. Power (1982), Callahan dan Cark (1989)
mengemukakan adanya berbagai aliran filsafat pendidikan. Setiap aliran filsafat
tersebut memiliki konsepsi dan makna pembelajaran berdasarkan pendekatan
beberapa aliran filsafat pendidikan yang berbeda tersebut dipaparkan sebagai
berikut:

6

1) Idealisme: Pembelajaran adalah kegiatan tanya jawab antara guru dengan
siswa, melatih keterampilan berpikir siswa, serta pemberian teladan dalam
hal pengetahuan, nilai dan moral dalam keyakinan dan tingkah laku guru,
agar siswa dapat menemukan jawaban atas masalah yang dihadapinya
sehingga dapat menguasai pengetahuan yang esensial yang sudah diterima
benar dan berlaku sepanjang zaman, serta dapat mengembangkan karakter
dan bakat-bakatnya.
Dalam pembelajaran, Idealisme menghendaki diaplikasikannya
strategi penemuan melalui tanya jawab dan berpikir deduktif. Jadi, guru
tidak menyajikan pesan atau materi pembelajaran yang telah selesai diolah
tuntas

olehnya

sendiri.

Sebaliknya,

sekalipun

pembelajaran

ini

sesungguhnya berpusat pada bahan ajar, maka pembelajaran dalam
konsepsi ini bersifat pragmentaris atau tidak terpadu.
2) Realisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi
lingkungan dengan disiplin tgertentu untuk dialami siswa, agar siswa
menguasai pengentahuan yang esensial dan terbentuk kebiasaan-kebiasaan,
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan lingkungan
sosialnya, serta mampu melaksanakan tanggung jawab sosial.
Realisme menghendaki pembelajaran dan penggelolaan kelas yang
berpusat pada guru. Siswa diharapkan belajar dari pengalaman langsung
maupun tidak langsung melalui strategi inquiry, discovery, pembiasaan,
dan berpikir induktif. Pembelajaran seperti ini sebgaimana dilakukan oleh
penganut psikologi behaviorisme yang menjadi dasar untuk model
pembelajaran modifikasi tingkah laku. Terdapat kesamaan antara konsepsi
pembelajaran menurut Realisme dengan konsepsi pembelajaran menurut
Idealisme, yaitu bahwa pembelajaran bersifat pragmentaris atau tidak
terpadu. Pembelajaran menurut Realisme dapat menggunakan strategi
heuristik, tetapi mungkin pula ekspositorik.
3) Pragmatisme: pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan
membimbing siswa belajar memecahkan masalah melalui aktivitas/kerja,
inquiry dan, atau discovery seesuai minat, bakat dan kebutuhan siswa, yang
dilakukan secara terpadu dan kontekstual dengan realitas yang dipandang

7

selalu berubah, agar siswa mampu memecahkan masalah berbagai masalah
hidup pribadi dan sosial yang dihadapinya secara demokratis.
Berbeda dengan realisme, Pragmatisme menghendaki pembelajaran
yang berpusat pada siswa, berpusat pada masalah, berpusat pada altivitas
dan bersifat interdisipliner atau terpadu. Karena Pragmatisme menghendaki
kurikulum pendidikan yang tidak boleh terpisahkan dari keadaan
masyarakat dimana siswa berada, maka pembelajarannya juga bersifat
kontekstual dan berbasis pada masyarakat. Pragmatisme menyarankan
pembelajaran melalui problem solving, discovery dan inquiry. Dengan
demikian, Pragmatisme menyarankan strategi heuristik dan mengutamakan
strategi berpikir deduktif-induktif.
4) Konstruktivisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan
membimbing siswa berpikir, agar siswa dapat mengembangkan konsep dan
pengertian tentang sesuatu sebagai hasil konstruksi aktif siswa sendiri
melalui pengalaman yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa.
Bagi penganut konstruktivisme, pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri.
Jadi pembelajaran bukanlah kegiatan guru mentransfer pengetaahuan
kepada siswa. Sebagaimana Pragmatisme, Konstruktivisme menghendaki
pembelajaran yang berpusat pada siswa, berpusat pada masalah, berpusat
pada aktivitas, bersifat intidisipliner dan kontekstual. Sebab itu, dalam
pembelajaran siswalah yang dituntut aktif belajar atau mengolah pesan.
Rorty menilai Konstruktivisme sebagai salah satu bentuk Pragmatisme
(Paul Suparno. 1997).
5) Eksistensialisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru mendampingi siswa
belajar berdasakan minat bakat dan kebutuhan-kebutuhannya untuk sampai
pada penyadaran diri dan mengembangkan komitmen yang berhasil
mengenai

sesuatu

yang

penting

dan

bermakna

bagi

eksistensi

keberadaannya.
Eksistensialisme menyarankan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Pembelajaran demikian adalah sebagaimana diaolikasikan oleh para

8

penganut psikologi humanisme yang menjadi dasar bagi model
pembelajaran personal.
6) Filsafat Pendidikan Nasional (Pancasila): Pembelajaran adalah interaksi
siswa dengan pendidik dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan
belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran
meliputi berbagai kompetensi yang dijabarkan dari tujuan pendidikan
nasional dan diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab.
b.

Pendekatan Psikologi terhadap Pembelajaran
Ada berbagai aliran psikologi yang dapat digunakan dalam mendekati
makna pembelajaran, tiga aliran pokok di antaranya adalah Behaviorisme,
Kognitif dan Humanisme. Yelon dan Weinstein dalam karyanya A Teacher’s
World Psychology in the Classroom (1977) mengidentifikasikan implikasi teori
belajar menurut ketiga aliran psikologi tersebut terhadap pendidikan. Apabila
kita mendekati pembelajaran dengan menggunakan cara pandang dan
pandangan tentang belajar menurut ketiga aliran psikologi tadi, maka akan
didapati makna pembelajaran yang berbeda-beda.
Berikut konsepsi tentang pembelajaran berdasarkan pendekatan ketiga
aliran psikologi tersebut:
1) Behaviorisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan ondisi
lingkungan sebagai stimulus – berupa tugas, disiplin dan sebagainya atau
latihan setahap demi setahap secara rinci, yang diikuti dengan penguatan
secara terus-menerus, agar terjadi modifikasi tingkah laku sehingga siswa
menguasai kemampuan melakukan sesuatu. Konsep pembelajaran ini
menjadi dasar bagi model pembelajaran modifikasi tingkah laku.
2) Kognitif: Pembelajaran adalah kegiatan guru membimbing siswa
melakukan proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi,
inquiry dan discovery, agar siswa dapat mengembangkan kemampuan atau
fungsi-fungsi kognitifnya secara optimal, kemampuan hubungan sosial, dan

9

menggunakan kecerdasannya secara bijaksana. Konsep pembelajaran ini
menjadi dasar bagi model pembelajaran pemrosesan informasi dan model
interaksi sosial.
3) Humanisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan
membimbing

siswa

belajar

melalui

proyek-proyek

terpadu

yang

menekankan pada studi-studi sosial yang didasarkan atas pemuasan
kebutuhan dan kepribadian siswa, agar siswa memperoleh pemahaman dan
pengertian, bukan hanya memperoleh pengetahuan dalam rangka
pengembangan sosial, pengembangan keterampilan berkomunikasi serta
kemampuan untuk tanggap terhadap kebutuhan kelompok dan individu,
yang pada akhirnya diarahkan untuk dapat mencapai kesempurnaan diri.
Konsep pembelajaran ini antara lain menjadi dasar bagi model
pembelajaran personal.
c.

Pendekatan Sistem terhadap Pembelajaran
Berdasarkan pendekatan sistem, pembelajaran dapat dipandang sebagai
suatu keseluruhan terpadu yang terdiri atas berbagai komponen yang saling
berinteraksi secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Terdapat berbagai komponen yang terlibat di dalam
pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran itu adalah tujuan atau
kompetensi yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan disajikan,
metode pembelajaran yang digunakan, alat bantu/media pembelajaran yang
dipakai, dan penilaian. Sebagai suatu sistem, semua komponen pembelajaran
hendaknya berinteraksi satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsinya
masing-masing dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Berdasarkan pendekatan sistem, pembelajaran didesain melalui
suatu model pembelajaran yang dulu dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional.

C. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum rencana interaksi antara siswa dengan
guru dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Oleh karena itu, bila kita menganalisis berbagai konsepsi

10

pembelajaran, khususnya berdasarkan pendekatan filsafat dan pendekatan psikologi,
maka dapat dipahami adanya berbagai strategi pembelajaran.
Berbagai jenis strategi pembelajaran yang dimaksud dapat dipilah berdasarkan
karakteristik sebagai berikut: a) berdasarkan rasio guru dan siswa yang terlibat dalam
pembelajaran; b) berdasarkan pola hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran; c)
berdasarkan peranan guru dan siswa dalam pengelolaan pembelajaran; d) berdasarkan
peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan atau materi pembelajaran; dan e)
berdasarkan proses berpikir dalam mengolah pesan atau materi pembelajaran. Berbagai
jenis strategi pembelajaran tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh T. Raka
Joni (1980). (Tim Pengembangan Kurikulum, 2011:198)
a.

Berdasarkan Rasio Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan rasio guru dan siswa yang terlibat dalam pembelajaran terdapat
lima jenis strategi pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa.
2) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok kecil (5-7 orang) siswa.
3) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap seorang siswa.
4) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa.
5) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok kecil (5-7 orang) siswa.
Strategi pembelajaran di atas merupakan alternatif yang mungkin dipilih dan
digunakan oleh setiap guru. Guru yang mendekati pembelajaran dari aliran filsafat
manapun, aliran psikologi manapun maupun guru yang menggunakan pendekatan
sistem, mempunyai kemungkinan untuk memilih salah satu dari strategi di atas
untuk digunakan pada sesi-sesi tertentu dari seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakannya.

b. Berdasarkan Pola Hubungan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran, terdapat tiga jenis
strategi pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran tatap muka.
2) Pembelajaran melalui media.
3) Pembelajaran tatap muka plus melaui media.
Strategi pembelajaran di atas merupakan alternatif yang mungkin dipilih dan
digunakan oleh setia guru. Guru yang mendekati pembelajaran dari aliran filsafat

11

manapun, aliran psikologi manapun, maupun guru yang menggunakan pendekatan
sistem, mempunyai kemungkinan untuk memilih salah satu dari strategi di atas
untuk digunakan pada sesi-sesi tertentu dari seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan.
c. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam Pengelolaan Pembelajaran
Ditinjau berdasarkan peranan guru dan siswa dalam pengelolaan
pembelajaran, pada umumnya orang mengemukakan ada dua jenis strategi
pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran yang berpusat pada guru.
2) Pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru merupakan pilihan bagi guru
yang menggunakan pendekatan filsafat Realisme dan pendekatan psikologi
Behaviorisme.

Sedangkan

guru

yang

menggunakan

pendekatan

filsafat

Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Konstruktivisme. Selain itu, strategi
pembelajaran berpusat pada siswa juga merupakan pilihan bagi guru yang
menggunakan pendekatan psikologi Kognitif dan Humanisme.
Apabila kita menganalisis lebih dalam makna pembelajaran berdasarkan
pendekatan filsafat pendidikan nasional (Pancasila), khususnya berdasarkkan
peranan guru dan siswa yang terkandung dalam semboyan “ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani”, maka kita dapat
menemukan satu strategi pembelajaran yang berbeda dari kedua strategi
pembelajaran di atas, yaitu strategi pembelajaran yang bersifat moderat.
Pembelajaran yang bersifat moderat ini maksudnya adalah pembelajaran yang
tidak ekstrem mengharuskan pembelajaran berpusat pada guru saja, tidak pula
secara ekstrem mengharuskan berpusat pada siswa saja.
Alasan untuk hal di atas anatara lain bahwa: pembelajaran yang berpusat
pada siswa perlu diperhatikan dan dilaksanakan mengingat kita meyakini bahwa
siswa adalah makhluk individual, ia adalah pribadi yang ingin menjadi dirinya
sendiri (memiliki tujuannya sendiri), memiliki berbagai bakat dan kemampuannya
sendiri. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa anak (siswa) adalah makhluk
yang bebas dan memiliki kodrat alamnya sendiri. Sebab itulah guru hendaknya
“tut wuri handayani”, guru hendaknya memberikan kesempatan agar siswa

12

belajar secara mandiri, kita menerima Konesp Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Namun demikian, karena kita juga memiliki nilai-nilai dan norma-norma
tersendiri serta memiliki dasar dan tujuan pendidikan yang jlas, maka selain
berperan untuk “ing madya mangun karso”, guru pun punya peran untuk “ing
ngarso sung tulodo” bagi para siswa sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan
yang diakui orang tua, masyarakat dan bangsa. Sebab itu, memang benar kita
perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan
tujuan, minat dan bakatnya masing-masing (pembelajaran berpusat pada siwa).
Tatapi kita tidak dapat sepenuhnya membiarkan siswa mencari dan memilih nilainialinya sendiri, agar tidak menyimpang dari dasar dan tujuan pendidikan yang
diharapkan. Karenanya, guru pun harus memiliki peran untuk memberikan
teladan, bimbingan dan arahan sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan yang
diakui (pembelaran berpusat pada guru).
d. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam Mengolah Pesan atau Materi
Pembelajaran.
Berdasarkan peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan atau materi
pembelajaran, terdapat dua jenis strategi pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran ekspositorik.
2) Pembelajaran heuristik.
Setiap pembeljaran diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, dan berkaitan
dengan pesan atau materi pembelajaran (pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai)
tertentu. Pesan tersebut dapat diolah tuntas oleh guru sebelum disampaikan
kepada siswa, atau sebaliknya, pesan tersebut harus diolah sendiri oleh para siswa
dengan bantuan sedikit/banyak dari guru. Pembelajaran yang menyampaikan
pesan dalam keadaan telah siap atau telah diolah tuntas oleh guru dimana siswa
tinggal

menerima

saja

disebut

pembelajaran

ekspositorik.

Sebaliknya,

pembelajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sendiri disebut
pembelajaran heuristik. Sebagaimana dikemukakan T. Raka Joni (1980), strategi
pembelajaran heuristik selanjutnya dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu: (a)
Pembelajaran Penemuuan (Discovery) dan (b) Pembelajaran Inkuiri (Inquiry).
Strategi heuristik merupakan strategi pembelajarn bagi guru yang
menggunakan

pendekatan

filsafat

13

Pragmatisme,

Eksistensialisme,

Konstruktivisme, bahkan Idealisme. Sedangkan strategi ekspositorik merupakan
strategi pembelajaran bagi guru yang menggunakan pendekatan filsafat Realisme.
Strategi pembelajran heuristik adalah pilihan bagi guru penganut pendekatan
psikologi Humanisme dan Kognitif, sedangkan strategi ekspositorik adalah
pilihan bagi guru penganut pendekatan Behaviorisme.
e. Berdasarkan Proses Berpikir dalam Mengolah Pesan atau Materi Pembelajaran
Berdasarkan

proses

berpikir

dalam

mengolah

pesan

atau

materi

pembelajaran, terdapat tiga jenis, yaitu: 1) Pembelajaran deduktif, 2) Pembelaaran
induktif, 3) Pembelajaran deduktif-induktif. Stategi pembelajaran deduktif
merupakan pilihan bagi guru yang menganut pendekatan filsafat Idealisme.
Strategi Induktif adalah pilihan bagi guru penganut pendekatan filsafat Realisme.
Sedangkan strategi deduktif-induktif adalah pilihan utama bagi guru penganut
filsafat Pragmatisme..
D. Model Pembelajaran
Dorin dalam e-learning (Mudur, 2005:2) A model is a mental pictures that helps
us understand something we cannot see or experience directly. Tyler (1986) dalam
(Mulyasa, 2013) yang mengemukakan bahwa belajar adalah “...interaction between the
leamer and the external condition “.Model pembelajaran adalah pedoman atau
rangkaian strategi, pedekatan pembelajaran berdasarkan pengajar (NC State University,
2006). Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan
untuk merancang pembelajaran tatap muka didalam kelas atau dalam latar tutorial dan
dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita
kaset, dan program media komputer, dan kurikulum (serangkaian studi jangka panjang).
Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009: 31) mengemukakan bahwa
model pembelajaran dibagi ke dalam empat kelompok diantaranya adalah: Kelompok
Model Pengajaran Memproses Informasi (the information-processing family),
Kelompok Model Pengajaran Sosial (the social family), Kelompok Model Pengajaran
Personal (the personal family), dan Kelompok Model Pengajaran Sistem Perilaku (the
behavioral systems family). Model pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu: model
interaksi sosial, model proses informasi, model personal, dan model modifikasi tingkah
laku. (Hamalik, 2010). Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

14

2) Mempunyai misi atau tujuan Pendidikan tertentu.
3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan KBM di kelas.
4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah
pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) system sosial, dan
(4) system pendukung.
5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yang meliputi
dampak pembelajaran dan dampak pengiring.
6) Membuat persiapan mengajar (desai instruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
a. Model Pembelajaran Berdasarkan teori
1) Model interaksi sosial
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model ini
menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat
(learning to life together). Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna
suatu objek/peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk (gestalt) dan bukan
bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara
utuh bukan bagian-bagian. Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah:
a)

Pengalaman Insight/ Tilikan. Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya
memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu objek. Pengajar hendaknya mengembangkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan insight.

b) Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses
pembelajaran. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna
yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan
datang.
c)

Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku disamping
adanya kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat dengan tujuan yang hendak
dicapai.

d) Prinsip ruang hidup (life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewis (teori
medan/field theoty). Perilaku siswa terkait dengan lingkungan/medan di

15

mana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan
dengan situasi lingkungan berada (CTL).
Model Interaksi Sosial ini mencakup

Strategi

Pembelajaran/

metode

pembelajaran sebagai berikut:
a)

Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan, berperan serta
dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan
interpersonal dan discovery skill dalam bidang akademik

b) Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri
sendiri dan rasa tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
kelompok.
c)

Pemecahan masalah sosial (Inquiry Social), bertujuan untuk mengmbangkan
kemampuan memecahkan masalah –masalah sosial dengan cara berpikir
logis.

d) Model Laboratorium, bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi
dan keluwesan dalam kelompok.
e)

Bermain peranan, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.

f)

Simulasi sosial, bertujuan membantu siswa mengalami berbagai kenyataan
sosial serta menguji reaksi merek.
Rumpun Model Interaksi Sosial
No Model
1
Penentuan
Kelompok

Tokoh
Tujuan
Herbert Telen & Perkembangan
John Dewey

keterampilan

untuk partisipasi dalam proses
sosial

demokratis

melalui

penekanan yang dikombinasikan
pada keterampilan-keterampilan
antar pribadi (kelompok) dan
keterampilan-keterampilan
penentu

akademik.

perkembangan
merupakan

hal

dalam model ini.

16

Aspek
pribadi

yang

penting

2

Inkuiri Sosial

Byron Massialas Pemecahan
& Benjamin Cox

3

4

terutama

masalah
melalui

sosial,
penemuan

sosial dan penalaran logis.
Maine Perkembangan
keterampilan

Metode

Bethel

Laboratori

(National

antar

Teaching

melalui kesadaran dan keluwesan

pribadi

Jurisprudentia

Laboratory)
pribadi.
Donald Oliver & Dirancang

l

James P. Shaver

dan

kelompok

terutama

mengajarkan

kerangka

jurisprudensial

sebagai

untuk
acuan
cara

berfikir daan penyelesaian isu-isu
5

Bermain

sosial.
Fainnie Shatel & Dirancang untuk mempengaruhi

Peran

George Fhatel

siswa agar menemukan nilai-nilai
pribadi dan sosial. Perilaku dan
nilai-nilainya diharapkan anak
menjadi sumber bagi penemuan

6

Simulasi

berikutnya.
Sarene Bookock Dirancang

Sosial

&

Harold siswa

Guetzkov

untuk

membantu

mengalami

bermacam-

macam proses dan kenyataan
sosial, dan untuk menguji reaksi
mereka, serta untuk memperoleh
konsep keterampilan pembuatan

keputusan
Sumber : Rusman (2011). Pendekatan dan Model Pembelajaran.
2) Model Pemrosesan Informasi
Model ini berdasarkan Teori Belajar Kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan

siswa

memproses

informasi

yang

dapat

memperbaiki

kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/
menerima stimulus dari lingkungan: mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. Dipelopori oleh
Robert Gagna (1985), asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang

17

sangat penting dalam perkembangan yang merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang
berupa kecakapan manusia (human capibilities) yag terdiri dari: (1) informasi
verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5)
kecakapan motorik.
Model Proses Informasi ini meliputi beberapa strategi pembelajaran, diantaranya:
a) Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
membentuk teori.
b) Latihan inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang
memang diperlukan.
c)

Inquiry keilmuan, bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam
disiplin ilmu, dan diharapkan akan memperoleh pengalaman dalam domaidomain disiplin ilmu lainnya.

d) Pembentukan Konsep, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum,
terutama berpikir logis, aspek sosial dan moral.
e) Advanced Organizer Model, bertuuan untuk mengembangkan kemampuan
memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan
satuan ilmu pengetahuan secara bermakna
3) Model Personal
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap
pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk
mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini
menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan harmonis serta
mampu memproses informasi secara efektif. Model ini juga berorientasi pada
individu dan perkembangan keakuan. Menurut teori ini, guru harus berupaya
menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar
dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Implikasi teori
humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a) Bertingkal laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
b) TL yang ada, dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).
18

c) Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
d) Sebagian besar TL individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
e)

Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting
(learn how to learn).

f) Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan
yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai
pribadi yang cakap.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a) Pembelajaran non direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan
perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri)
b) Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal
atau kepedulian siswa.
c) Sinetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah
secara kreatif.
d) Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang
luwes.
4) Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan
mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan
membentuk TL dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini
lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang
tidak dapat diamati. Karakteristik model ini adalah dalam hal penjabaran tugastugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan. Ada empat fase
dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu fase mesin pengajaran (CAI dan
CBI), penggunaan media, pengajaran berprograma (linier dan branching) Operant
Conditioning, dan Operant Reinforcement.
5) Model Desain Pembelajaran
Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan
pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran.
Beberapa model pengembangan pembelajaran antara lain:
a) Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)

19

Model PPSI ini dilatarbelakangi oleh hal-hal di bawah ini:
 Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem” maka
pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PPSI).
 Pendidik/guru

masih

menggunakan

paradigma

“Transfer

of

Knowledge” belum pada pembelajaran yang profesional.
 Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi,
efisiensi, efektivitas dan kontinuitas.
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang
menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi,
yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sam
lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsinya
adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran secara sistemik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman
bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
b) Model Glasser
Model Glasser adalah model yang paling sederhana. Ia menggambarkan
suatu desain atau pengembangan pembelajaran ke dalam empat komponen
yaitu:

INSTRUCTION
AL
OBJECTIVES

ENTERING
BEHAVIOR

INSTRUCTION
AL
PROCEDURES

PERFOMANC
E
ASSESSMENT
Feedback

c) Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses pembelajaran
holistik yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam memahami bahan
ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan
nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi,
maupun kultural. Sehingga siswa memperoleh ilmu pengetahuan dan

20

keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks
permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya. (Nanang, 2009).
Inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik
pembelajaran dengan kehidupan nyata. Pembelajaran konstektual memiliki 7
tahapan pokok yang harus dikembangkan oleh guru yaitu:
i.

Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam pendekatan
CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

ii. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL, melalui upaya
menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan
merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan
hasil menemukan sendiri.
iii. Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan
kebiasaan untuk bertanya.
iv. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk
melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman
belajarnya.
v. Pemodelan (Modeling)
Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan
segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami
hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan
model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar
siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu
mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
vi. Refleksi (Reflection)

21

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja
dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berpikir ke belakang tentang
apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang
baru saja dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
vii. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa
memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL harus
mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: 1) Kerja sama, 2) Saling
menunjang, 3) Menyenangkan dan tidak membosankan, 4) Belajar dengan
bergairah, 5) Pembelajaran terintegrasi, 6) Menggunakan berbagai sumber, 7)
siswa aktif, 8) Sharing dengan teman, 9) Siswa kritis guru kreatif, 10) Dinding
kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, 11) Laporan kepada
orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum,
karangan siswa dan lain-lain (Depdiknas, 2002:20). Program pembelajaran
konstektual hendaknya:
1) Nyatakan kegiatan utama pembelajaran, yaitu sebuah pernyataan
kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar,
materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.
2) Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.
3) Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan
digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
4) Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan
siswa dalam melakukan proses pembelajarannya.
5) Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada
kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat
berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.
E. Memilih Pendekatan, Strategi, dan Model Pembelajaran.

22

Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.” Ini berarti Indonesia memiliki dasar filsafat
pendidikan tersendiri, yaitu Pancasila. Namun demikian, dalam rangka
mengembangkan dan memperkaya kebudayaan (pendidikan) nasional, kita tetap
perlu mengkaji, memilah dan memilih konsep filsafat dari aliran yang lainnya.
Sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, serta
dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan (pendidikan) nasional.
Implikasi dari hal diatas, maka konsepsi pembelajaran yang kita anut
seharusnya konsepsi

pembelajaranyang

berdasarkan

pendekatan

filsafat

pendidikan Pancasila. Sebab itu, bagi kita pembelajaran hendaknya dipandang
sebagai interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar lainnya pada suatu
lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam interaksinya dengan siswa (dalam pembelajaran), peranan guru peranan
guru tersurat dan tersirat dalam semboyan “Ing ngarso sung tulodo, ing madya
mangun karso dan tut wuri handayani”.

III.

Penutup
Prinsip

pembelajaran

pembelajaran
khusus,

terdiri

prinsip

dari

prinsip

keterlibatan

umum

pembelajaran,

langsung/berpengalaman,

prinsip
prinsip

pengulangan, prinsip tantangan, prinsip balikan dan penguatan, prinsip perbedaan
individual. Terdapat juga pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan filsafati terhadap
pembelajaran, penekatan psikologi terhadap pembelajaran, pendekatan sistem terhadap
pembelajaran. Strategi pembelajaran meliputi: berdasarkan rasio guru dan siswa dalam
pembelajaran, berdasarkan pola hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran,
berdasarkan peranan guru dan siswa dalam pengelolaan pembelajaran, berdasarkan
peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan atau materi pembelajaran, berdasarkan
proses berfikir dalam mengolah pesan atau materi pembelajaran. Model pembelajaran
terdiri dari model interaksi sosial, pemrosesan informasi, personal, modifikasi tingkah
laku, desain pembelajaran.

23

Untuk pengembangan lebih lanjut, diperlukan pemahaman khususnya bagi calon
pendidik untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran untuk diterapkan dalam
pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan Pendidikan Nasional.
Daftar Pustaka:
Burder, Paul R. Brud, and David. M, (1999), Method of Effective Teaching. Second
Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Joyce, Bruce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun. (2009). Models of Teaching: ModelModel Pengajaran (Edisi Delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniasih dan Syaripudin, Tatang. (2007). Landasan filosofis Pendidikan dan Landasan
Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia.
Mudyahardo, Redja. (2001). Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan. Bandung:
Fakultas Ilmu Pendidikan
NC State University, (2006). Instructional System Design Models. [Online]. Tersedia :
http://edutechwiki.unige.ch/en/Instructional_design_model. [22 April 2017]
Rusman, (2011). “Pendekatan Model dan Pembelajaran”. Jakarta: Tim Pengembangan
MKDP, Rajawali Pers.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum &
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Wilson, Suzanne M. dan Penelope L. Petersen. (2006). Theories of Learning and
Teaching What Do They Mean for Educators?. Washington DC: National
Education Association.
Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

24