Bab Iii Tinjauan Kasus Anemia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2 dan
CO2 di dalamnya. Darah yang mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam
darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/
metabolisme dalam tubuh.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung
dan selama darah berada dalam pembuluh darah maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar
dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit
obat anti pembekuan/sitras natrikus. Keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut
diperlukan untuk transfusi darah.
1
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak ± 13 dari berat badan
atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada
umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tentang viskositas/kekentalan darah lebih kental daripada air yaitu mempunyai BJ: 1,0411,067 dengan temperatur 380C dan pH: 7,37-7,45.
Fungsi darah terdiri atas:
1. Sebagai alat pengangkut yaitu;
a. Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh.
b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat antiracun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
3
Bagian-bagian darah terdiri atas Air 91%, Protein 3% (Albumin, Globulin, protombin, dan
fibrinogen), Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam Fosfat,
Magnesium, Kalsium dan zat besi), Bahan Organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat,
kreatinin, kolestrol dan asam amino).
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair berwarna merah, tetapi apabila
dilihat dibawah mikroskop maka nyatalah bahwa dalam darah terdapat sel-sel darah,
sedangkan cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma. Jadi darah terdiri dari 2
bagian yaitu: sel–sel darah ada 3 macam (eritrosit, leukosit, trombosit) dan plasma darah.
1. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Berbentuk seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukurannya ±7,7 unit
(0,007mm) diameter. Tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5juta dalam 1mm3
(4½ juta). Warnanya kuning kemerah-merahan karena didalamnya banyak mengandung
O2. Fungsinya adalah mengikat darah dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu.
Pengikatan O2 dan CO2 ini dikerjakan oleh Hemoglobin yang telah bersenyawa dengan
O2 disebut Oksihemoglobin (Hb + O2 → HbO2) jadi O2 diangkat dari seluruh tubuh
sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan, akan dilepaskan HbO2→
Hb + O2 dan seterusnya Hb tadi akan mengikat dan bersenyawa dengan CO 2 dan disebut
Karbondioksihemoglobin (Hb + CO2 → HbCO2) yang mana CO2 akan dilepaskan di
paru-paru.
Tempat pembuatan: sel darah merah di dalam tubuh dibuat didalam sumsum tulang
merah, limpa, dan hati. Yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama 14-15 hari,
setelah itu akan mati. Hb yang keluar dari eritrosit akan mati terurai menjadi 2 zat yaitu
hematinsit yang baru dan Hemoglobin yaitu: suatu zat yang terdapat di dalam eritrosit
yang berguna mengikat O2 dan CO2. Jumlah normal pada orang dewasa ± 11,5-15gram
dalam 100cc darah. Normal Hb wanita 11,5mg% dan Hb laki-laki 13,0mg%.
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini berkurang, demikian juga banyaknya
hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini
disebut anemia, biasanya hal ini disebabkan oleh karena perdarahan yang hebat, hama
penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri
terganggu.
4
2. Leukosit (Sel Darah Putih)
Keadaan bentuk dan sifat-sifat dari leukosit berlainan dengan eritrosit. Bentuknya dapat
berubah-ubah dn dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia),
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya,
warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1mm3 darah ±6.000-9.000.
Fungsinya : 1. Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES (retikulum endoplasma/
sistem retikulo endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe 2.
Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa terus ke pembuluh darah.
Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh
jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh kemasukan
kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari
biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe,
sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit
penyakit tersebut.
Jika jumlah leukosit dalam darah ≥ 10.000mm3 disebut Leukositosis dan jika jumlah
leukosit dalam darah ≤ 6.000mm3 disebut Leukositopenia.
3. Trombosit (Sel Pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang mati serta bentuk dan ukurannya bermacammacam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang
dewasa 200.000-300.000mm3
Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika banyaknya
kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul
perdarahan yang terus menerus. Trombosit ≥ 300.000 disebut Trombositosis. Trombosit
yang ≤ 200.000 dosebut Trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut
membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen
mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Jika terjadi luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat yang
disebut trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan protombin dengan
pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu pula dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang
5
akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protombin dibuat di
hati dan untuk pembuatannya diperlukan Vitamin K, karena Vitamin K penting untuk
pembekuan darah.
4. Plasma Darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening ke kuning-kuningan.
Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain
yang terlarut di dalamnya. Untuk mendapatkan plasma darah kita harus mencampurkan
dulu sedikit sitras natrikus ke dalam darah,supaya darah tidak membeku sesudah itu
campuran tadi dipasang dengan suatu alat , dan dibiarkan beberapa lama, maka akan
kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian-bagian atasnya
tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang di dalamnya terdapat serum darah.
Jika darah yang keluar dari tubuh dibiarkan membeku maka bagian bawah bekuan tadi
terdapat cairan yang juga berwarna bening, yang disebut serum darah. Jadi serum
merupakan plasma tanpa fibrinogen yang di dapat dengan membekukan darah.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dll) yang berguna dalam
metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
c. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga
menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).
e. Hormon yaitu zat yang dihasilkan kelenjar tubuh
f. Antibodi/Antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah sebagian besar terdiri dari
air dan zat-zat yang larut di dalamnya misalnya zat makanan, hormon antibodi dll. Sel-sel
leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.
B. Pengertian Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
6
Terdapat berbagai macam anemi. Sebagian akibat produksi sel darah merah tidak
mencukupi, dan sebagian lagi akibat sel darah merah prematur atau penghancuran sel darah
merah yang berlebihan. Faktor penyebab lainnya meliputi kehilangan darah, kekurangan
nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis. Anemia kekurangan besi adalah anemia yang
terbanyak diseluruh dunia.
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang paling
sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan
nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan dewasa
kira-kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari
selama 15 tahun pertam kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil
diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu
untuk mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus
direabsorbsi setiap hari.
Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak sekolah dasar
berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia yang diderita,50% di
antaranaya menderita ADB. ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang
anak.Hal ini disebabkan karena defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang
ringan antara lain kelainan kuku (kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang
dapat sembuh dengan pemberian besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat
misalnya penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau
gangguan mental yang lainnya yang dapat berlangsung lama bahkan menetap.Oleh karena itu
pengobatan terhadap defisiensi besi harus dimulai sedini mungkin.Demikian juga tindakan
pencegahannya
C. Klasifikasi /Stage
Anemia dapat diklasifikasikan dalam beberapa klasifikasi
1. Anemia karena penurunan produksi sel eritrosit
a. Anemia defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak di dunia terutama pada negara
miskin dan berkembang. Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan
hiprokromik (konsentrasi hemoglobin kurang), mikrositik yang disebabkan oleh suplay besi
kurang dalam tubuh. Kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan hemoglobin sehingga
7
konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal ini akan mengakibatkan tidak
adekuatnya pengangkutan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Pada keadaan normal
kebutuhan besi orang dewasa 2 – 4 gram besi, kira – kira 50 mg/kg BB pada laki-laki dan 35
mg/kg BB pada wanita dan hamper 2/3 terdapat dalam hemoglobin. Absorbsi besi terjadi di
lambung, duodenum dan jejunum bagian atas. Adanya erosive esofagitis, gaster, ulser
duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi arbsorbsi besi.
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA yang mengakibatkan tidak
sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 (cobalamin) dan
asam folat. Karakteristik sel SDMnya adalah mengaloblas (besar, abnormal, premature SDM)
dalam darah dan sumsum tulang. Sel megaloblas ini fungsinya tidak normal, dihancurkan
semasa dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis tidak efektif dan masa hidup
eritrosit lebih pendek, keadaan ini mengakibatkan : Leucopenia (menurunnya jumlah SDP)
Trombositopenia Pansitonemia Gangguan pada oral, gastrointestinal dan neurologi
c. Anemia Defisiensi Vitamin B12 (Pernicious Anemia)
Merupakan gangguan autoimun karna tidak adanya intrinsic factor (IF) yang diproduksi di sel
parietal lambung, sehingga terjadi gangguan absorbs vitamin B12.
d. Anemia Defisiensi Asam Folat
Kebutuhan folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan
buah-buahan, gangguan pada pencernaan, akloholik dapat meningkatkan kebutuhan folat,
wanita hamil, masa pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindome
malabsorbsi.
e. Anemia Aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentul sel – sel darah. Kegagalan
tersebut disebabkan kerusakan primer stem sel mengakibatkan anemia, leucopenia dan
thrombositopenia. Zat yang dapat merusak sumsum tulang disebut mielotoksin.
8
2. Anemia karena meningkatnya kerusakan eritrosit.
a. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usia sel darah
merah lebih pendek. b. Anemia Sel Sabit Anemia sel – sel sabit adalah anemia hemolitika
berat ditandai SDM kecil sabit, dan pembesaran limpa akibat kerusakan molekul Hb.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis)
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksin, invasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (dekstruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Sebagai hasil samping, proses ini.
Bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma, (konsentrasi normalnya 1mg/dl atau kurang; kadar diatas 1,5mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi
pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis., apabila
jumlahnya lebih dari sekitar 100mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal
dan ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah
abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui
sifat proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada hasil tertentu disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:
1. Hitung retikulosist dalam sirkulasi darah
9
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi dan
3. Ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Eritropoesist (produksi sel darah merah) dapat ditentukan dengan mengukur kecepatan
dimana injeksi besi radioaktif dimasukkan ke sirkulasi eritrosit. Rentang hidup sel darah
merah pasien (kecepatan hemolisis) dapat diukur dengan menandai sebagian diantaranya.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
E. Etiologi
Penyebab tersering anemia defisiensi besi pada wanita pasca menopause adalah
perdarahan (mis., malabsorpsi, terutamasetelah reseksi gaster. Besi tidak dapat diabsorpsi
dengan baik bila pasien makan diet dengan serat sangat tinggi. Penyebab tersering anemia
defisiensi besi pada wanita premenopause adalah menoragia (pendarahan mensturasi
berlebihan). Pasien dengan alkoholisme kronis sering mengalami ketidakcukupan asupan besi
dan kehilangan besi akibat kehilangan darah dari traktus gastrointestinal, menimbulkan
anemia.
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi
10
Saluran kemih hematuria
Saluran nafas hemoptoe
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi
yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah
daging)
3. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan
dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis
F. Manifestasi Klinik
Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala:
1. Kecepatan kejadian anemia, durasinya (mis., kronisitas)
2. Kebutuhan metabolisme pasien bersangkutan
3. Adanya kelainan lain atau kecacatan,dan
4. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta kondisi yang mengakibatkan anemia.
Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Paa orang yang normal
penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokrit tanpa gejala yang tampak atau
ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat di toleransi sampai 50%,
sedangkan kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada
individu yang sama. Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup
lama,dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11mg/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau
tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan saat latihan. Dispnea latihan biasanya
terjadi hanya dibawah 7,5g/dl, kelemahan hanya terjadi di bawah 6g/dl; Dispnea istirahat
dibawah 3g/dl; dan gagal jantung, hanya pada kadar sangat rendah 2 sampai 2,5g/dl.
Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami gejala, dibanding orang yang tenang.
Pasien dengan hipotiroidisme dengan kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak bergejala
sama sekali, tanpa takikardia atau peningkatan curah jantung, pada kadar Hb dibawah 10g/dl.
Akhirnya, berbagai kelainan anemia akan berkomplikasi dengan berbagai abnormalitas
lain yang bukan diakibatkan oleh anemia tetapi menyertai penyakit ini. Abnormalitas tersebut
dapat menimbulkan gejala yang secara sempurna menutupi gejla anemia, seperti pada
penderita anemia lain yang mengalami krisis nyeri.
1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
2. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
11
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SS
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10
g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja.
Bila kadar Hb turun 100 µg/dl eritrosit
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah sebagai berikut :
a. Koilonikia Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan
menjadi cekung seperti sendok.
b. Atrofi papilla lidah Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
c. Stomatitis angularis adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi
elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi
ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100
mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
Pemberian preparat besi peroral
Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering
dipakai adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia
preparat besi berupa tetes (drop). Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi
yang dipakai adalah 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3
dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada
penderita teratasi.1,2
Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal.
Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk
12
menaikkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering
dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung
berdasarkan : Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan
anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi
respon terapi. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup
untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi
besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb.
2. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
3. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari
hewani
(limfa,hati,
daging)
dan
nabati
(bayam,
kacang-kacangan).
Prinsip
penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta
memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB
dapat diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat
Fe dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama
efektifnya dengan pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan
pada penderita yang tidak dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.
H. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah: o gagal jantung, o parestisia dan o kejang.
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk
otak
13
I. Asuhan Keperawatan pada Pasien Anemia Defisiensi Besi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh lemas, lesu, dan pusing.
3) Riwayat Kesehatan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan apakah pasien
dulu pernah kekurangan makanan yang mengandung asam folfat, Fe.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan anemia defisiensi besi yang cenderung diturunkan secara
genetik.
b. Dasar data pengkajian pasien
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja
Toleransi terhadap latihan ringan
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
Takikardia/takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
14
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
Ataksia, tubuh tidak tegak
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang
menunjukkan keletihan
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat kehilangan darah kronis, mis, perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB),angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
Riwayat endokarditis infektif kronis
Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda :
TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural
Disritmia Abnormalitas EKG, misl. depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T : takikardia
Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB)
Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku (Catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (PA)
Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB)
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi
kompensasi)
Kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB)
Rambut : Kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur (AP)
3) Integritas Ego
Gejala :
Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misal : penolakan
transfuri darah
Tanda :
Depresi
15
4) Eliminasi
Gejala :
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB)
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
Diare atau konstipasi
Penurunan haluaran urine
Tanda :
Destensi abdomen
5) Makanan/Cairan
Gejala :
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB)
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
Mual/muntah dispepsia, anoreksia
Tidak pernah puas mengunyah atau jika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat tanah
liat dan sebagainya (DB)
Tanda :
Lidah tampak merah daging/halus 9AP : defisiensi asam folat dan vitamin B12.
Membran mukosa kering pucat
Turgor kulit : Buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas (DB)
Stomatis dan glositis (status defisiensi)
Bibir : Selitis, mis. Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB)
6) Higiena
Tanda :
Kurang bertenaga, penampilan tak rapih
7) Neurosensori
Gejala :
Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
Kelemahan keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan/kaki (AP):
KLAUD
Sensasi menjadi dingin
16
Tanda :
Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis
Mental tak mampu berespon lambat dan dangkal
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP)
Epistaksis perdarahan dari lubang-lubang (taplastik)
Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg
positif, paralisis (AP)
8) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar; sakit kepala (DB)
9) Pernapasan
Gejala :
Riwayat TB, abses paru
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda :
Takipnea, ortopnea dan dispnea
10) Keamanan
Gejala :
Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis. Benzen, insektisida,
fenilbutazon, naftalen
Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan
Riwayat kanker, terapi kanker
Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas
Transfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Tanda :
Demam rendah, mengiggil, berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis (aplastik)
17
11) Seksualitas
Gejala :
Perubahan aliran menstruasi, mis. Menoragin atau amenore (DB)
Hilang libido (pria dan wanita)
Impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat
c. Pemeriksaan SADT
Sediaan apus darah tepi memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat hipokrom, mikrositik,
kadang ditemukan target cell dan poikilosit berbentuk pensil/ pencil cell. Jumlah
retikulosit rendah sebanding dengan derajat anemia.
d. Pemeriksaan Fisik
Anemis, tidak disertai ikterus.
Organomegali dan limphadenopati
Stomatitis angularis, atrofi papil lidah
Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
jantung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan O2 ke jaringan
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, tidak mau
makan
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai oksigen deng
kebutuhan miokard
e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah
18
J. Analisa Data
NO
1.
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Gangguan rasa
Klien akan menunjukan
nyaman nyeri b.d
kebutuhan Oksigen
penurunan O2 ke
terpenuhi
jaringan
KH:
a. Menunjukkan postur
badan rileks.
Intervensi
Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, lokasi dan
lamanya (skala 0-10).
2. Observasi
petunjuk
1. Nyeri pada anemia membuat hipoksia
dan dapat menimbulkan infark.
nyeri
non
2. Petunjuk non verbal yang dapat
verbal. Misal: denggan bergerak,
membantu mengevaluasi nyeri dan
ekspresi wajah.
keefektifan terapi.
b. Bebas bergerak.
c. Mampu istirahat
dengan tepat.
3. Biarkan anak mengambil posisi
3. Meningkatkan kenyamanan dan resiko
yang nyaman misal gunakan posisi
terjadinya cedera menurunkan nyeri dan
miring, tinggikan kepala sedikit
meningkatkan kenyamanan.
pada
tempat
tidur
tanpa
menggunakan bantal.
4. Lakukan pijatan lokal hati-hati
pada area luka.
5. Lakukan kompres hangat, basah
untuk sendi yang sakit/nyeri
2.
Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan
4. Membantu menurunkan tegangan otot
5. Hangat menyebabkan vasodilatasi,
meningkatkan sirkulasi. Dingin
menyebabkan vasokontriksi.
Observasi adanya tanda kerja fisik Merencanakan intervensi yang tepat.
berhubungan dengan tindakan keperawatan
3
kelemahan umum
selama 1 x 24 jam
(dispnea, sesak nafas, kunang-kunang,
Untuk mencegah kelelahan.
keletihan.
diharapkan klien
melaporkan peningkatan Antisipasi dan bantu dalam aktifitas
Meningkatkan istirahat dengan tenang serta
intoleransi aktifitas.
kehidupan sehari-hari.
mencegah kebosanan dan menarik diri.
Beri pengalihan aktifitas bermain.
Untuk mendorong kepatuhan pada
KH :
kebutuhan istirahat.
Menunjukkan
pernafasan normal.
Pilih teman sekamar yang sesuai
Untuk pertukaran udara ug optimal.
Mendapatkan istirahat
dengan usia dan minat yang sama.
Untuk menentukan nilai dasar perbandingan
yang cukup.
Pertahankan posisi fowler tinggi
selama periode aktifitas.
TD dalam keadaan
Ukur tanda vital selama istirahat
3.
Nutrisi kurang dari
normal
Setelah dilakukan asuhan Berikan susu pada bayi sebagai
kebutuhan
keperawatan selama 1 x
makanan suplemen setelah makanan
berhubungan dengan 24 jam diharapkan anak
padat diberikan.
anoreksia, mual,
mendapatkan kebutuhan Sajikan makanan sedikit tapi sering
muntah, tidak mau
nutrisi yang tepat.
makan
KH :
Berat
dari pada 3 kali dalam porsi besar.
Instruksikan keluarga untuk
badan
Anak
suplemen
menurunkan masukan makanan padat.
Mengurangi resiko penurunan terjadi
muntah.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
anak memberikan asupan makanan yang
kembali normal.
Terlalu banyak minum susu, akan
cukup dan suplemen (Fe).
mendapatkan Dorong klien untuk makan semua
yang
4
suplemen yang dibutuhkan oleh tubuh.
Klien mungkin hanya makan sedikit karena
dibutuhkan missal (Fe)
makanan atau makanan tambahan.
kehilangan minat pada makanan serta
Tidak mengalami tanda
mengalami mual.
Berikan pilihan makanan yang mereka
Makanan yang mereka makan pasti
malnutrisi.
sukai.
dihabiskan.
Ukur masukan diet harian dengan
Memberikan informasi tentang kebutuhan
jumlah kalori.
pemasukan atau defisiensi.
4.
Pola
nafas
tidak Setelah
dilakukan- Auskultasi bunyi nafas.
efektif b.d Ketidak perawatan
seimbangan
oksigen
suplai 2x24jam
-
selama
tidak
dekompensasi jantung.
terjadi
-
deng perubahan pola nafas dg
kebutuhan miokard
Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
cairan
k.h:
TD: 120/80mmHg
Indikasi dema paru, sekunder akibat
- Agar memaksimalkan ekpansi paru
- Kaji adanya edema.
Suhu : 37 C
- Memenuhi kebutuhan oksigen
-
HR : 60 x/i
Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi
RR: 20x/i
cairan dijariangan, sehingga menurunkan
-
Posisikan pasien pada keadaan semi resiko terjadi edema paru
fowler
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian diuretik.
5
5.
Resiko tinggi
Setelah
terjadinya infeksi
tindakan
dilakukan Tingkatkan cuci tangan yang baik Mencegah terjadinya kontaminasi bakterial.
keperawatan oleh pemberi perawatan dan klien.
Menurunkan resiko infeksi bakteri.
berhubungan dengan selama 1 x 24 jam Pertahankan teknik aseptik ketat pada Menurunkan resiko kerusakan kulit atau
sistem pertahanan
mampu
untuk prosedur perawatan.
jaringan.
tubuh
mengidentifikasi perilaku Berikan perawatan kulit.
Untuk meminimalkan pemejanan pada
untuk
mencegah Lindungi klien dari kontak dengan organisme infektif
menurunkan infeksi.
individu yang terinfeksi.
KH :
Adanya bukti infeksi dan membutuhkan
Pantau suhu.
pengobatan.
Klien dan keluarga.
Kliwn
tidak
menunjukkan
bukti
6.
Resiko perdarahan
infeksi.
Setelah diberikan asuhan Awasi nadi, TD, dan CVP bila ada. Peningkatan nadi dengan penurunan TD dan
b/d penurunan faktor keperawatan selama 24
CVP dapat menunjukkan kehilangan volume
pembekuan darah
darah sirkulasi, memerlukan evaluasi lanjut.
jam diharapkan anak
dapat mnurunkan resiko
perdarahan.
KH :
Perubahan dapat menunjukkan perbahan
Catat perubahan mental atau tngkat perfusi jaringan serebral sekunder terhadap
hipoolemia, hipoksemia.
kesadaran
Mempertahankan
Pada adanya gangguan faktor pembekuan,
homeastasis dengan
tanpa perdarahan.
trauma minimal dapat menyebabkan
Dorong menggunakan sikat gigi halus
perdarahan mukosa.
Meminimalkan kerusakan jaringan,
6
Menunjukkan perilaku
penurunan resiko
perdarahan.
menurunkan resiko perdarahan/hematoma
Koagulasi memanjang, berpotensi untuk
Gunakan jarum kecil untuk injeksi,
resiko perdarahan.
tekan lebih lama pada bagian bekas
suntikan.
Indikator anemia, perdarahan aktif/
terjadinya komplikasi (contoh: KID)
Hindarkan penggunaan produk yang
Menungkatkan sintesis protombin dan
mengandung
aspirin
koagulasi
kolaborasi
Awasi Hb/Ht dan faktor pembekuan
Berikan obat sesuai indikasi. Vitamin
tambahan (contoh: vit K, D, C)
7
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
berwarna merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2 dan
CO2 di dalamnya. Darah yang mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam
darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/
metabolisme dalam tubuh.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung
dan selama darah berada dalam pembuluh darah maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar
dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit
obat anti pembekuan/sitras natrikus. Keadaan ini sangat berguna apabila darah tersebut
diperlukan untuk transfusi darah.
1
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak ± 13 dari berat badan
atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada
umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tentang viskositas/kekentalan darah lebih kental daripada air yaitu mempunyai BJ: 1,0411,067 dengan temperatur 380C dan pH: 7,37-7,45.
Fungsi darah terdiri atas:
1. Sebagai alat pengangkut yaitu;
a. Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh.
b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat antiracun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
3
Bagian-bagian darah terdiri atas Air 91%, Protein 3% (Albumin, Globulin, protombin, dan
fibrinogen), Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam Fosfat,
Magnesium, Kalsium dan zat besi), Bahan Organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat,
kreatinin, kolestrol dan asam amino).
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair berwarna merah, tetapi apabila
dilihat dibawah mikroskop maka nyatalah bahwa dalam darah terdapat sel-sel darah,
sedangkan cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma. Jadi darah terdiri dari 2
bagian yaitu: sel–sel darah ada 3 macam (eritrosit, leukosit, trombosit) dan plasma darah.
1. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Berbentuk seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukurannya ±7,7 unit
(0,007mm) diameter. Tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5juta dalam 1mm3
(4½ juta). Warnanya kuning kemerah-merahan karena didalamnya banyak mengandung
O2. Fungsinya adalah mengikat darah dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu.
Pengikatan O2 dan CO2 ini dikerjakan oleh Hemoglobin yang telah bersenyawa dengan
O2 disebut Oksihemoglobin (Hb + O2 → HbO2) jadi O2 diangkat dari seluruh tubuh
sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan, akan dilepaskan HbO2→
Hb + O2 dan seterusnya Hb tadi akan mengikat dan bersenyawa dengan CO 2 dan disebut
Karbondioksihemoglobin (Hb + CO2 → HbCO2) yang mana CO2 akan dilepaskan di
paru-paru.
Tempat pembuatan: sel darah merah di dalam tubuh dibuat didalam sumsum tulang
merah, limpa, dan hati. Yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama 14-15 hari,
setelah itu akan mati. Hb yang keluar dari eritrosit akan mati terurai menjadi 2 zat yaitu
hematinsit yang baru dan Hemoglobin yaitu: suatu zat yang terdapat di dalam eritrosit
yang berguna mengikat O2 dan CO2. Jumlah normal pada orang dewasa ± 11,5-15gram
dalam 100cc darah. Normal Hb wanita 11,5mg% dan Hb laki-laki 13,0mg%.
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini berkurang, demikian juga banyaknya
hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini
disebut anemia, biasanya hal ini disebabkan oleh karena perdarahan yang hebat, hama
penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri
terganggu.
4
2. Leukosit (Sel Darah Putih)
Keadaan bentuk dan sifat-sifat dari leukosit berlainan dengan eritrosit. Bentuknya dapat
berubah-ubah dn dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia),
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya,
warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1mm3 darah ±6.000-9.000.
Fungsinya : 1. Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES (retikulum endoplasma/
sistem retikulo endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe 2.
Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa terus ke pembuluh darah.
Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh
jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh kemasukan
kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari
biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe,
sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit
penyakit tersebut.
Jika jumlah leukosit dalam darah ≥ 10.000mm3 disebut Leukositosis dan jika jumlah
leukosit dalam darah ≤ 6.000mm3 disebut Leukositopenia.
3. Trombosit (Sel Pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang mati serta bentuk dan ukurannya bermacammacam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang
dewasa 200.000-300.000mm3
Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika banyaknya
kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul
perdarahan yang terus menerus. Trombosit ≥ 300.000 disebut Trombositosis. Trombosit
yang ≤ 200.000 dosebut Trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut
membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen
mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Jika terjadi luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat yang
disebut trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan protombin dengan
pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu pula dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang
5
akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protombin dibuat di
hati dan untuk pembuatannya diperlukan Vitamin K, karena Vitamin K penting untuk
pembekuan darah.
4. Plasma Darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warna bening ke kuning-kuningan.
Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain
yang terlarut di dalamnya. Untuk mendapatkan plasma darah kita harus mencampurkan
dulu sedikit sitras natrikus ke dalam darah,supaya darah tidak membeku sesudah itu
campuran tadi dipasang dengan suatu alat , dan dibiarkan beberapa lama, maka akan
kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian-bagian atasnya
tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang di dalamnya terdapat serum darah.
Jika darah yang keluar dari tubuh dibiarkan membeku maka bagian bawah bekuan tadi
terdapat cairan yang juga berwarna bening, yang disebut serum darah. Jadi serum
merupakan plasma tanpa fibrinogen yang di dapat dengan membekukan darah.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
a. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dll) yang berguna dalam
metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
c. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga
menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin).
e. Hormon yaitu zat yang dihasilkan kelenjar tubuh
f. Antibodi/Antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah sebagian besar terdiri dari
air dan zat-zat yang larut di dalamnya misalnya zat makanan, hormon antibodi dll. Sel-sel
leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.
B. Pengertian Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
6
Terdapat berbagai macam anemi. Sebagian akibat produksi sel darah merah tidak
mencukupi, dan sebagian lagi akibat sel darah merah prematur atau penghancuran sel darah
merah yang berlebihan. Faktor penyebab lainnya meliputi kehilangan darah, kekurangan
nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis. Anemia kekurangan besi adalah anemia yang
terbanyak diseluruh dunia.
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit darah yang paling
sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan
nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan dewasa
kira-kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari
selama 15 tahun pertam kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil
diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena itu
untuk mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi harus
direabsorbsi setiap hari.
Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak sekolah dasar
berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia yang diderita,50% di
antaranaya menderita ADB. ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang
anak.Hal ini disebabkan karena defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang
ringan antara lain kelainan kuku (kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang
dapat sembuh dengan pemberian besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat
misalnya penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau
gangguan mental yang lainnya yang dapat berlangsung lama bahkan menetap.Oleh karena itu
pengobatan terhadap defisiensi besi harus dimulai sedini mungkin.Demikian juga tindakan
pencegahannya
C. Klasifikasi /Stage
Anemia dapat diklasifikasikan dalam beberapa klasifikasi
1. Anemia karena penurunan produksi sel eritrosit
a. Anemia defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak di dunia terutama pada negara
miskin dan berkembang. Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan
hiprokromik (konsentrasi hemoglobin kurang), mikrositik yang disebabkan oleh suplay besi
kurang dalam tubuh. Kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan hemoglobin sehingga
7
konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal ini akan mengakibatkan tidak
adekuatnya pengangkutan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Pada keadaan normal
kebutuhan besi orang dewasa 2 – 4 gram besi, kira – kira 50 mg/kg BB pada laki-laki dan 35
mg/kg BB pada wanita dan hamper 2/3 terdapat dalam hemoglobin. Absorbsi besi terjadi di
lambung, duodenum dan jejunum bagian atas. Adanya erosive esofagitis, gaster, ulser
duodenum, kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi arbsorbsi besi.
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA yang mengakibatkan tidak
sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 (cobalamin) dan
asam folat. Karakteristik sel SDMnya adalah mengaloblas (besar, abnormal, premature SDM)
dalam darah dan sumsum tulang. Sel megaloblas ini fungsinya tidak normal, dihancurkan
semasa dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis tidak efektif dan masa hidup
eritrosit lebih pendek, keadaan ini mengakibatkan : Leucopenia (menurunnya jumlah SDP)
Trombositopenia Pansitonemia Gangguan pada oral, gastrointestinal dan neurologi
c. Anemia Defisiensi Vitamin B12 (Pernicious Anemia)
Merupakan gangguan autoimun karna tidak adanya intrinsic factor (IF) yang diproduksi di sel
parietal lambung, sehingga terjadi gangguan absorbs vitamin B12.
d. Anemia Defisiensi Asam Folat
Kebutuhan folat sangat kecil, biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan
buah-buahan, gangguan pada pencernaan, akloholik dapat meningkatkan kebutuhan folat,
wanita hamil, masa pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindome
malabsorbsi.
e. Anemia Aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentul sel – sel darah. Kegagalan
tersebut disebabkan kerusakan primer stem sel mengakibatkan anemia, leucopenia dan
thrombositopenia. Zat yang dapat merusak sumsum tulang disebut mielotoksin.
8
2. Anemia karena meningkatnya kerusakan eritrosit.
a. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usia sel darah
merah lebih pendek. b. Anemia Sel Sabit Anemia sel – sel sabit adalah anemia hemolitika
berat ditandai SDM kecil sabit, dan pembesaran limpa akibat kerusakan molekul Hb.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis)
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksin, invasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (dekstruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Sebagai hasil samping, proses ini.
Bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma, (konsentrasi normalnya 1mg/dl atau kurang; kadar diatas 1,5mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi
pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis., apabila
jumlahnya lebih dari sekitar 100mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal
dan ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah
abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui
sifat proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada hasil tertentu disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:
1. Hitung retikulosist dalam sirkulasi darah
9
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi dan
3. Ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Eritropoesist (produksi sel darah merah) dapat ditentukan dengan mengukur kecepatan
dimana injeksi besi radioaktif dimasukkan ke sirkulasi eritrosit. Rentang hidup sel darah
merah pasien (kecepatan hemolisis) dapat diukur dengan menandai sebagian diantaranya.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
E. Etiologi
Penyebab tersering anemia defisiensi besi pada wanita pasca menopause adalah
perdarahan (mis., malabsorpsi, terutamasetelah reseksi gaster. Besi tidak dapat diabsorpsi
dengan baik bila pasien makan diet dengan serat sangat tinggi. Penyebab tersering anemia
defisiensi besi pada wanita premenopause adalah menoragia (pendarahan mensturasi
berlebihan). Pasien dengan alkoholisme kronis sering mengalami ketidakcukupan asupan besi
dan kehilangan besi akibat kehilangan darah dari traktus gastrointestinal, menimbulkan
anemia.
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi
10
Saluran kemih hematuria
Saluran nafas hemoptoe
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi
yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah
daging)
3. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan
dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis
F. Manifestasi Klinik
Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala:
1. Kecepatan kejadian anemia, durasinya (mis., kronisitas)
2. Kebutuhan metabolisme pasien bersangkutan
3. Adanya kelainan lain atau kecacatan,dan
4. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta kondisi yang mengakibatkan anemia.
Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Paa orang yang normal
penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokrit tanpa gejala yang tampak atau
ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat di toleransi sampai 50%,
sedangkan kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada
individu yang sama. Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup
lama,dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11mg/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau
tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan saat latihan. Dispnea latihan biasanya
terjadi hanya dibawah 7,5g/dl, kelemahan hanya terjadi di bawah 6g/dl; Dispnea istirahat
dibawah 3g/dl; dan gagal jantung, hanya pada kadar sangat rendah 2 sampai 2,5g/dl.
Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami gejala, dibanding orang yang tenang.
Pasien dengan hipotiroidisme dengan kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak bergejala
sama sekali, tanpa takikardia atau peningkatan curah jantung, pada kadar Hb dibawah 10g/dl.
Akhirnya, berbagai kelainan anemia akan berkomplikasi dengan berbagai abnormalitas
lain yang bukan diakibatkan oleh anemia tetapi menyertai penyakit ini. Abnormalitas tersebut
dapat menimbulkan gejala yang secara sempurna menutupi gejla anemia, seperti pada
penderita anemia lain yang mengalami krisis nyeri.
1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
2. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
11
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SS
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10
g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja.
Bila kadar Hb turun 100 µg/dl eritrosit
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah sebagai berikut :
a. Koilonikia Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan
menjadi cekung seperti sendok.
b. Atrofi papilla lidah Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
c. Stomatitis angularis adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi
elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi
ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100
mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
Pemberian preparat besi peroral
Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering
dipakai adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia
preparat besi berupa tetes (drop). Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi
yang dipakai adalah 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3
dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada
penderita teratasi.1,2
Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal.
Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk
12
menaikkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering
dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung
berdasarkan : Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan
anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi
respon terapi. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup
untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi
besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb.
2. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
3. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari
hewani
(limfa,hati,
daging)
dan
nabati
(bayam,
kacang-kacangan).
Prinsip
penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta
memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB
dapat diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat
Fe dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama
efektifnya dengan pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan
pada penderita yang tidak dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.
H. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah: o gagal jantung, o parestisia dan o kejang.
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk
otak
13
I. Asuhan Keperawatan pada Pasien Anemia Defisiensi Besi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien.
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh lemas, lesu, dan pusing.
3) Riwayat Kesehatan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat. Dan apakah pasien
dulu pernah kekurangan makanan yang mengandung asam folfat, Fe.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan anemia defisiensi besi yang cenderung diturunkan secara
genetik.
b. Dasar data pengkajian pasien
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja
Toleransi terhadap latihan ringan
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
Takikardia/takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
14
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
Ataksia, tubuh tidak tegak
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang
menunjukkan keletihan
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat kehilangan darah kronis, mis, perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB),angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
Riwayat endokarditis infektif kronis
Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda :
TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural
Disritmia Abnormalitas EKG, misl. depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T : takikardia
Bunyi jantung : Murmur sistolik (DB)
Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku (Catatan : pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (PA)
Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB)
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi
kompensasi)
Kuku : Mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB)
Rambut : Kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur (AP)
3) Integritas Ego
Gejala :
Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misal : penolakan
transfuri darah
Tanda :
Depresi
15
4) Eliminasi
Gejala :
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB)
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
Diare atau konstipasi
Penurunan haluaran urine
Tanda :
Destensi abdomen
5) Makanan/Cairan
Gejala :
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB)
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
Mual/muntah dispepsia, anoreksia
Tidak pernah puas mengunyah atau jika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat tanah
liat dan sebagainya (DB)
Tanda :
Lidah tampak merah daging/halus 9AP : defisiensi asam folat dan vitamin B12.
Membran mukosa kering pucat
Turgor kulit : Buruk, kering, tampak kusut/hilang elastisitas (DB)
Stomatis dan glositis (status defisiensi)
Bibir : Selitis, mis. Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB)
6) Higiena
Tanda :
Kurang bertenaga, penampilan tak rapih
7) Neurosensori
Gejala :
Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
Kelemahan keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan/kaki (AP):
KLAUD
Sensasi menjadi dingin
16
Tanda :
Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis
Mental tak mampu berespon lambat dan dangkal
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP)
Epistaksis perdarahan dari lubang-lubang (taplastik)
Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg
positif, paralisis (AP)
8) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar; sakit kepala (DB)
9) Pernapasan
Gejala :
Riwayat TB, abses paru
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda :
Takipnea, ortopnea dan dispnea
10) Keamanan
Gejala :
Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis. Benzen, insektisida,
fenilbutazon, naftalen
Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan
Riwayat kanker, terapi kanker
Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas
Transfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Tanda :
Demam rendah, mengiggil, berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis (aplastik)
17
11) Seksualitas
Gejala :
Perubahan aliran menstruasi, mis. Menoragin atau amenore (DB)
Hilang libido (pria dan wanita)
Impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat
c. Pemeriksaan SADT
Sediaan apus darah tepi memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat hipokrom, mikrositik,
kadang ditemukan target cell dan poikilosit berbentuk pensil/ pencil cell. Jumlah
retikulosit rendah sebanding dengan derajat anemia.
d. Pemeriksaan Fisik
Anemis, tidak disertai ikterus.
Organomegali dan limphadenopati
Stomatitis angularis, atrofi papil lidah
Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
jantung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan O2 ke jaringan
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, tidak mau
makan
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai oksigen deng
kebutuhan miokard
e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah
18
J. Analisa Data
NO
1.
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Gangguan rasa
Klien akan menunjukan
nyaman nyeri b.d
kebutuhan Oksigen
penurunan O2 ke
terpenuhi
jaringan
KH:
a. Menunjukkan postur
badan rileks.
Intervensi
Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, lokasi dan
lamanya (skala 0-10).
2. Observasi
petunjuk
1. Nyeri pada anemia membuat hipoksia
dan dapat menimbulkan infark.
nyeri
non
2. Petunjuk non verbal yang dapat
verbal. Misal: denggan bergerak,
membantu mengevaluasi nyeri dan
ekspresi wajah.
keefektifan terapi.
b. Bebas bergerak.
c. Mampu istirahat
dengan tepat.
3. Biarkan anak mengambil posisi
3. Meningkatkan kenyamanan dan resiko
yang nyaman misal gunakan posisi
terjadinya cedera menurunkan nyeri dan
miring, tinggikan kepala sedikit
meningkatkan kenyamanan.
pada
tempat
tidur
tanpa
menggunakan bantal.
4. Lakukan pijatan lokal hati-hati
pada area luka.
5. Lakukan kompres hangat, basah
untuk sendi yang sakit/nyeri
2.
Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan
4. Membantu menurunkan tegangan otot
5. Hangat menyebabkan vasodilatasi,
meningkatkan sirkulasi. Dingin
menyebabkan vasokontriksi.
Observasi adanya tanda kerja fisik Merencanakan intervensi yang tepat.
berhubungan dengan tindakan keperawatan
3
kelemahan umum
selama 1 x 24 jam
(dispnea, sesak nafas, kunang-kunang,
Untuk mencegah kelelahan.
keletihan.
diharapkan klien
melaporkan peningkatan Antisipasi dan bantu dalam aktifitas
Meningkatkan istirahat dengan tenang serta
intoleransi aktifitas.
kehidupan sehari-hari.
mencegah kebosanan dan menarik diri.
Beri pengalihan aktifitas bermain.
Untuk mendorong kepatuhan pada
KH :
kebutuhan istirahat.
Menunjukkan
pernafasan normal.
Pilih teman sekamar yang sesuai
Untuk pertukaran udara ug optimal.
Mendapatkan istirahat
dengan usia dan minat yang sama.
Untuk menentukan nilai dasar perbandingan
yang cukup.
Pertahankan posisi fowler tinggi
selama periode aktifitas.
TD dalam keadaan
Ukur tanda vital selama istirahat
3.
Nutrisi kurang dari
normal
Setelah dilakukan asuhan Berikan susu pada bayi sebagai
kebutuhan
keperawatan selama 1 x
makanan suplemen setelah makanan
berhubungan dengan 24 jam diharapkan anak
padat diberikan.
anoreksia, mual,
mendapatkan kebutuhan Sajikan makanan sedikit tapi sering
muntah, tidak mau
nutrisi yang tepat.
makan
KH :
Berat
dari pada 3 kali dalam porsi besar.
Instruksikan keluarga untuk
badan
Anak
suplemen
menurunkan masukan makanan padat.
Mengurangi resiko penurunan terjadi
muntah.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
anak memberikan asupan makanan yang
kembali normal.
Terlalu banyak minum susu, akan
cukup dan suplemen (Fe).
mendapatkan Dorong klien untuk makan semua
yang
4
suplemen yang dibutuhkan oleh tubuh.
Klien mungkin hanya makan sedikit karena
dibutuhkan missal (Fe)
makanan atau makanan tambahan.
kehilangan minat pada makanan serta
Tidak mengalami tanda
mengalami mual.
Berikan pilihan makanan yang mereka
Makanan yang mereka makan pasti
malnutrisi.
sukai.
dihabiskan.
Ukur masukan diet harian dengan
Memberikan informasi tentang kebutuhan
jumlah kalori.
pemasukan atau defisiensi.
4.
Pola
nafas
tidak Setelah
dilakukan- Auskultasi bunyi nafas.
efektif b.d Ketidak perawatan
seimbangan
oksigen
suplai 2x24jam
-
selama
tidak
dekompensasi jantung.
terjadi
-
deng perubahan pola nafas dg
kebutuhan miokard
Curiga gagal kongestif/kelebihan volume
cairan
k.h:
TD: 120/80mmHg
Indikasi dema paru, sekunder akibat
- Agar memaksimalkan ekpansi paru
- Kaji adanya edema.
Suhu : 37 C
- Memenuhi kebutuhan oksigen
-
HR : 60 x/i
Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi
RR: 20x/i
cairan dijariangan, sehingga menurunkan
-
Posisikan pasien pada keadaan semi resiko terjadi edema paru
fowler
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian diuretik.
5
5.
Resiko tinggi
Setelah
terjadinya infeksi
tindakan
dilakukan Tingkatkan cuci tangan yang baik Mencegah terjadinya kontaminasi bakterial.
keperawatan oleh pemberi perawatan dan klien.
Menurunkan resiko infeksi bakteri.
berhubungan dengan selama 1 x 24 jam Pertahankan teknik aseptik ketat pada Menurunkan resiko kerusakan kulit atau
sistem pertahanan
mampu
untuk prosedur perawatan.
jaringan.
tubuh
mengidentifikasi perilaku Berikan perawatan kulit.
Untuk meminimalkan pemejanan pada
untuk
mencegah Lindungi klien dari kontak dengan organisme infektif
menurunkan infeksi.
individu yang terinfeksi.
KH :
Adanya bukti infeksi dan membutuhkan
Pantau suhu.
pengobatan.
Klien dan keluarga.
Kliwn
tidak
menunjukkan
bukti
6.
Resiko perdarahan
infeksi.
Setelah diberikan asuhan Awasi nadi, TD, dan CVP bila ada. Peningkatan nadi dengan penurunan TD dan
b/d penurunan faktor keperawatan selama 24
CVP dapat menunjukkan kehilangan volume
pembekuan darah
darah sirkulasi, memerlukan evaluasi lanjut.
jam diharapkan anak
dapat mnurunkan resiko
perdarahan.
KH :
Perubahan dapat menunjukkan perbahan
Catat perubahan mental atau tngkat perfusi jaringan serebral sekunder terhadap
hipoolemia, hipoksemia.
kesadaran
Mempertahankan
Pada adanya gangguan faktor pembekuan,
homeastasis dengan
tanpa perdarahan.
trauma minimal dapat menyebabkan
Dorong menggunakan sikat gigi halus
perdarahan mukosa.
Meminimalkan kerusakan jaringan,
6
Menunjukkan perilaku
penurunan resiko
perdarahan.
menurunkan resiko perdarahan/hematoma
Koagulasi memanjang, berpotensi untuk
Gunakan jarum kecil untuk injeksi,
resiko perdarahan.
tekan lebih lama pada bagian bekas
suntikan.
Indikator anemia, perdarahan aktif/
terjadinya komplikasi (contoh: KID)
Hindarkan penggunaan produk yang
Menungkatkan sintesis protombin dan
mengandung
aspirin
koagulasi
kolaborasi
Awasi Hb/Ht dan faktor pembekuan
Berikan obat sesuai indikasi. Vitamin
tambahan (contoh: vit K, D, C)
7