LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI OSMOSIS DAN DI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Mata Kuliah : PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
OSMOSIS DAN DIFUSI

OLEH :
NAMA

: MULIA DALIMUNTE

NIM

: 4153341031

Jurusan

: BIOLOGI

Program

: PENDIDIKAN BIOLOGI


Kelompok

: V ( Enam )

Tgl. Pelaksanaan

: 16 FEBRUARI 2017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERISTAS NEGERI MEDAN
MEDAN

I.

JUDUL PERCOBAAN : OSMOSIS DAN DIFUSI

II.

TUJUAN PERCOBAAN


:

1. Untuk mengetahui pengertian Difusi dan Osmosis
2. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi Difusi
3. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi Laju Osmosis

III.TINJAUAN PUSTAKA
Difusi dan Osmosis Air memasuki dan meninggalkan sel-sel melalui osmosis. Kasus
khusus difusi, adalah pergerakan air melintasi membran permeable yang selektif. Osmosis
terjadi ketika dua larutan yang dipisahkan oleh membran memiliki perbedaan tekanan osmotik,
atau osmolaritas (konsentrasi zat terlarut total yang diekspresikan sebagai molaritas, atau mol zat
terlarut per/liter larutan). Jika dua larutan yang dipisahkan oleh sebuah membran permeable
selektif yang memiliki osmolaritas yang sama, kedua larutan itu disebut Isoosmotik. Dalam
kondisi ini molekul air terus menerus melintasi membran, namun dengan laju yang sama ke
kedua arah. Dengan kata lain, tidak ada pergerakan neto air melalui osmosis diantara larutanlarutan isoosmotik. Ketika dua larutan memiliki perbedaan molaritas, larutan dengan konsentrasi
zat-zat terlarut yang lebih besar disebut Hiperosmotik. Air mengalir melalui osmosis dari larutan
hipoosmotik ke larutan hiperosmotik (Campbell,2010:118).
Difusi zat terlarut dari daerah dengan konsentrasi tinggi pada konsentrasi rendah lebih
besar kemungkinan perpindahan secara langsung. Dapat terjadi secara spontan dan difusi ion
yang tidak bermuatan dapat melewati membran. Membran sel adalah bersifat selektif permeable,

dia dapat melewatkan air dan molekul kecil lainnya serta partikel tidak bermuatan untuk
berpindah dengan mudah, namun tidak demikian dengan molekul besar dan molekul bermuatan
(Zeiger, 2002 : 9).

Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan
pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contoh-contohnya
adalah difusi zat warna dalam air tenang, difusi glukosa dan teknik tomografi, difusi zat melalui
membran, difusi oksigen dalam membran polimer. Bahkan difusi tidak hanya terjadi pada skala
mikro tetapi juga skala makro, seperti difusi gas dalam galaksi. Model dasar yang digunakan
dalam penelitian tentang difusi biasanya adalah hukum Fick, namun bentuknya akan bervariasi
sesuai dengan asumsi-asumsi peneliti. Difusi larutan gula sangat penting dalam dunia biologi,
contohnya adalah fenomena transport gula dalam tanaman (Trihandaru,2012:1).
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah
uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan
disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara
merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi
walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan molekul yang diam

dari solid atau fluida (Uwie, 2010: 1).
Untuk memenuhi kebutuhan materi dan mempertahankan keseimbangan fisiologi di
dalam tubuhnya, tumbuhan melakukan beberapa aktivitas, diantaranya adalah

absorbsi

(penyerapan), transportasi (pengangkutan) atau translokasi (pemindahan) dan transpirasi
(pelepasan air melalui stomata). Beberapa prinsip yang berhubungan dengan proses penyerapan
pada

akar

:

1. Penyerapan air tanah oleh akar dapat terjadi melalui meknisme imbibisi, difusi, osmosis dan
transporaktif
2. Pada tumbuhan darat, penyerapan gas-gas (O2 dan CO2) lebih banyak melalui daun,
sedangkan ion-ion dalam larutan tanah melalui akar. Pada tumbuhan air hampir seluruh
permukaan tubuhnya dapat melakukan penyerapan air beserta gas-gas dan ion-ion yang terlarut
di dalamnya. Difusi merupakan gerakan penyebaran suatu partikel (air, molekul zat terlarut, gas

atau ion- ion) dari daerah yang potensial kimianya lebih tinggi menuju ke daerah yang potensial
kimianya

lebih

rendah.

a.

Difusi

terjadi

karena

adanya

gerakan

molekul


dan

beda

potensial

kimia.

b. Difusi dipengaruhi oleh temperatur, konsentrasi zat terlarutr (solute), tekanan dan partikel
adsorptif (permukaan mudah mengikat air).
c. Permeabilitas membran akan menentukan laju difusisetiap partikel melewati membran.
Membran sel merupakan bagian yang mengatur keluar–masuknya senyawa kimia dari dan ke
dalam sel pada tumbuhan. Dengan adanya membran sel, tumbuhan mampu berada pada posisi
yang tepat pada lingkungan zat kimia yang kompleks dan selalu berubah, mampu mengambil dan
menahan nutrien sejumlah yang diperlukan, dan membuang produk buangannya. Membran sel
juga mampu menyediakan kemudahan biokimiawi untuk memindahkan ion-ion mineral, gula,
asam-asam amino, elektron, serta metabolit lain melewati membran. Substansi-substansi dalam
larutan ini melewati membran dengan cara difusi dan transpor aktif serta Proses osmosis tidak
spesifik. Osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah (hipotonis)

ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses ini biasa melalui membran selektif
permeabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Osmosis adalah difusi air
melalui membran semi‐permeabel, dari larutan yang banyak air ke larutan yang sedikit air.
Definisi paling sederhananya adalah difusi air melalui membran semipermeabel (permeabel
hanya kepada pelarut, tidak kepada terlarut). Osmosis melepaskan energi, dan bias melakukan
kerja, sebagaimana akar pohon yang bisa membelah batu. Pelarut (dalam banyak kasus adalah
air) bergerak dari larutan berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih
tinggai (hipertonik) yang bertujuan menyamakan konsentrasi kedua larutan. Efek ini dapat dilihat
dari bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif terhadap larutan hipotonik. Sehingga
tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk menjaga kesetimbangan,
dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan properti koligatif, yaitu properti
yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut dan bukan terhadap jenis zatnya (Lakitan,
2008 : 229).
Osmosis merupakan difusi air dari daerah yang memiliki potensial air lebih rendah ke
daerah yang potensial airnya lebih tinggi, melalui suatu membran semi permeabel. Potensial
osmotik suatu larutan selalu negatif yang ekivalen dengan nilai tekanan osomotiknya yang
sebenarnya (Suyitno, 2003 : 9-10).

Kemasiran dalam proses pengasinan telur terjadi karena adanya garam yang masuk
kedalam kuning telur. Akibat adanya tekanan osmosis, semakin lama telur diasinkan semakin

banyak garam di kuning telur maka air di kuning telur akan semakin banyak yang keluar
ke kuning telur dan semakin masir telur yang dihasilkan. Sifat kayu manis yang
membentuk gel yang mampu menyelubungi garam sehingga rasa asin dan kayu manis
kurang terasa dan mendekati rasa dari telur rebus biasa (Andriyanto, 2013 : 17)
Air bergerak dalam ikan melalui kombinasi difusi cair, uap difusi, gerak molekular,
dan osmosis. Pada saat yang sama, garam dapat pindah ke ikan jika konsentrasi garam
pada permukaan ikan lebih besar daripada yang di dalam. Bersamaan dengan keringnya ikan
akibat gerakan air ke permukaan interior, gradien konsentrasi air secara bertahap menurun.
Dengan demikian kekuatan pendorong untuk memindahkan air menurun, dan tingkat
pengeringan melambat. Bagian dari proses pengeringan ini disebut sebagai 'difusi yang diatur '
atau 'penurunan tingkat pengeringan'. Pengeringan akan berlanjut dengan kecepatan semakin
menurun sampai kesetimbangan tercapai, dimana pada tahap ini ikan dikatakan telah
mencapai 'kandungan air ekuilibrium' (Zulfri, 2012 : 4).

1V. ALAT DAN BAHAN

:

Nama Alat
N


NAMA ALAT

JUMLAH

Aqua cup

3 buah

2.

Pewarna merah

Secukupnya

3.

Air Panas

4.


Air Dingin

Secukupnya
Secukupnya

5.

Air Normal

Secukupnya

6.

Garam

Secukupnya

7.


Sendok

Secukupnya

8.

Tissue

Secukupnya

9.

Hekter

Secukupnya

10.

Kertas saring

Seckupunya

O
1.

Nama Bahan
NO
1

NAMA BAHAN
Kentang (Solanum tuberosum L.)

JUMLAH
3 Buah

V.

PROSEDUR KERJA

:

VI.

HASILPERCOBAAN / REAKSI
Tabel Hasil pengamatan Osmosis

Perlakuan /Berat
Berat Awal
Berat Akhir

Air

Nacl

(

35.27 gr
35.5 gr

Sendok)
38.61 gr
36.4 gr

Pemberian

1 Nacl (Pemberian 2 Sendok)
32.8 gr
31.56 gr

Pembahasan
Osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah (hipotonis)
ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses ini biasa melalui membran selektif
permeabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Osmosis adalah difusi air
melalui membran semi‐permeabel, dari larutan yang banyak air ke larutan yang sedikit air.
Definisi paling sederhananya adalah difusi air melalui membran semipermeabel (permeabel
hanya kepada pelarut, tidak kepada terlarut). Osmosis melepaskan energi, dan bias melakukan
kerja, sebagaimana akar pohon yang bisa membelah batu. Pelarut (dalam banyak kasus adalah
air) bergerak dari larutan berkonsentrasi lebih rendah (hipotonik) ke larutan berkonsentrasi lebih
tinggai (hipertonik) yang bertujuan menyamakan konsentrasi kedua larutan. Efek ini dapat dilihat

dari bertambahnya tekanan pada larutan hipertonik relatif terhadap larutan hipotonik. Sehingga
tekanan osmotik didefinisikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk menjaga kesetimbangan,
dengan tidak adanya aliran pelarut. Tekanan osmotik merupakan properti koligatif, yaitu properti
yang gayut terhadap konsentrasi molar zat terlarut dan bukan terhadap jenis zatnya (Lakitan,
2008 : 229).
Pada percobaan osmosis yang pertama digunakan membran kentang. Pada permukaan kentang
dibuat dua sumuran dengan diameter menyesuaikan dengan besar kemudian terdapat 3 perlakuan
yang dilakukan:
1. Perlakuan degan meletakkan pada cup yang berisi air normal selama 15 menit kentang
tenggelam pada permukaan air keadaan kentang di dalam larutan menjadi tenggelam.
Karena

massa

jenis kentang lebih

tinggi

dari

air

normal.

Pada

air

normal

berat kentang mengalami peningkatan karena sel – sel kentang berkonsentrasi lebih tinggi
dari pada air suling sehingga molekul-molekul air suling masuk ke dalam sel-sel kentang.
(hipotonis).
2. Perlakuan degan meletakkan pada cup yang berisi air yang beisi 1 sendok garam selama
15menit keadaan kentang di dalam larutan melayang. Karena massa jenis kentang sama
dengan larutan garam.Pada cup yang berisi 1 sendok garam selama 15 menit
berat kentang sedikit mengalami perubahan namun tidak nampak.(isotonis)
3. Perlakuan degan meletakkan pada cup yang berisi air yang beisi 2 sendok garam selama
15 menit keadaan kentang di dalam larutan menjadi tenggelam. Karena massa
jenis kentang lebih tinggi dari air suling. Pada cup yang berisi 1 sendok garam selama 15
menit berat kentang mengalami peningkatan karena sel – sel kentangberkonsentrasi lebih
tinggi dari pada air suling sehingga molekul-molekul air suling masuk ke dalam selsel kentang.(hipotonis)

Faktor yang mempengaruhi kecepatan Osmosis :
1. Ukuran molekul yang meresap: Molekul yang lebih kecil daripada garis pusat
lubang membran akan meresap dengan lebih mudah.
2. Keterlarutan lipid: Molekul yang mempunyai keterlarutan yang tinggi meresap lebih
cepat

daripada

molekul

yang

kelarutan

yang

rendah

seperti

lipid.

3. Luas permukaan membran: Kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas permukaan
membran

yang

disediakan

untuk

resapan

adalah

lebih

besar.

4. Ketebalan membran: Kadar resapan sesuatu molekul berkadar songsang dengan
jarak yang harus dilaluinya. Berbanding dengan satu membran yang tebal, kadar
resapan

melalui

satu

membran

yang

tipis

adalah

lebih

cepat.

5. Suhu: Pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Kadar resapan akan menjadi lebih
cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang rendah.

Dengan kadar garam yang tinggi akan membuat suatu benda menjadi terapung dan terjadi
perubahan tekstur serta berat dan terjadilah suatu proses yang disebut dengan osmosis dimana
osmosis merupakan perpindahan molekul-molekul zat pelarut dari tempat yang berkosentrasi
rendah ke tempat berkonsentrasi tinggi melalui membran semi permeable, dan apabila terjadi
konsentrasi sama maka disebut isotonis.Pelarut dari larutan encer akan lebih banyak berpindah
ke larutan pekat. Perpindahan pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat ini disebut
proses osmosis. Akibat perpindahan pelarut tersebut, permukaan larutan pekat berangsur menjadi
lebih tinggi. Aliran pelarut akan mencapai kesetimbangan, jika aliran pelarut dari larutan encer
ke larutan pekat, dan sebaliknya, telah memiliki kecepatan yang sama. Pada kesetimbangan
tersebut terdapat perbedaan ketinggian larutan encer dan larutan pekat. Perbedaan tinggi kedua
larutan menyebabkan adanya perbedaan tekanan di antara kedua larutan. Tekanan pada sisi
larutan pekat lebih tinggi dari pada tekanan pada larutan encer sebesar tekanan osmotik. Tekanan
yang diperlukan untuk mempertahankan agar pelarut tidak berpindah ke larutan pekat disebut
tekanan osmotik.

Hasil Pengamatan Penelitian Difusi
Perlakuan

Paling

Paling Cepat

Paling lambat

Paling

cepat

Selesai

Menyebar

lambat

Menyebar
Kontrol
Air Panas
Air dingin



Selesai





Pembahasan Tabel
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul
tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain
adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang
penting dan mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas,
dan salah satunya adalah difusi.
Pada Pengamatan yang telah dilakukan terlihat jelas bahwa difusi yang paling cepat dan
paling cepat selesai pada perlakuan air panas yang diberi pewarna lebih cepat menyebar dan
paling cepat selesai sesusuai dengan teori dimana factor yang mempengaruhi difusi yaitu suhu
yang mana “Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih
cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.” Sedangkan pada air normal dan air es
paling lambat menyebar serta paling lambat selesai dikarenakan suhu mengalami penurunan
yang tinggi yang akhirnya memperlambat laju difusi.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi :
1.Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,
sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
3. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.

5. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat.
Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto, Arief. 2013. Pengaruh Penambahan Ekstrak Kayu Manis Terhadap Kualitas
Sensoris, Aktivitas Antioksidan Dan Aktivitas Antibakteri Pada Telur Asin Selama Penyimpanan
Dengan Metode Penggaraman Basah. Jurnal Teknosains Pangan. ISSN: 2302-0733. Vol 2 No 2
Campbell,

Reece.

2010.

BIOLOGI

Edisi

Kedelapan

Jilid

3.

Jakarta

:

Erlangga

Ferdinand, Fiktor P. dan Moekti Ariwibowo. 2002. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Grafindo
Media

Pratama

Gianti, Ice. 2011. Pengaruh Penambahan Gula Dan Lama Pemyimpanan Terhadap Kualitas Fisik
Susu Fermentasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. ISSN : 1978 – 0303.Vol. 6, No. 1
Kementrian Perindustrian. 2011. Studi Pemanfaatan Air Bittern Sebagai Suplemen Dan
Pengawetan Produk Pangan. Jurnal Hasil Penelitian Industri. ISSN : 0215-4609. VOL. 24 No.2
Hal

:

77

Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Mulyati, Sri. 2010. Pembuatan Film Selulosa dari Nata de Pina. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan.

ISSN

1412-5064.

Vol.

7,

No.

3,

hal.

105-111

Nathania, Benita. 2012. Pengaruh Aplikasi Biourin Gajah terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika . ISSN: 23016515

Vol.

1,

No.

1

Sihombing, Betsy, dkk.2010. Penuntun Praktikum Biologi Umum.Jakarta : Universitas Negeri
Jakarta
Sutardi. 2009. Respon Bibit Kakao Pada Bagian Pangkal, Tengah Dan Pucuk Terhadap
Pemupukan Majemuk. Jurnal Agrovigor. ISSN 1979 577. Vol.2.No.2 Hal : 106
Suyitno. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta
Syafi’i,

Imam.2013.

Difusi

&

Osmosis.

http://www.unhas.ac.id/perpustakaan/data/lsyafie/3%20A.%20Difusi%20dan%20Osmosis.pdf
(Diakses

pada

22

september

2014)

Taiz, Zeiger. 2002. Plant Physiology 3th Edition. Sunderland : Sinauer Associates
Trihandaru S. 2012. Pemodelan dan Pengukuran Difusi Larutan Gula dengan Lintasan Cahaya
Laser. Yogyakarta : Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April
201.

ISSN

:

0853-0823

:

1

Uwie. S. 2010. Difusi Osmosis dan Plasmolisis. http://www.e-dukasi.net. Diakses pada tanggal
25

September

2014

Pukul

10.00

WIB.

Zulfri, Muhammad. 2012. Kaji Eksperimental Sistem Pengering Hibrid Energi Surya-Biomassa
Untuk Pengering Ikan. Jurnal Teknik Mesin. ISSN 2302-0245. Volume 1,No. 1