HIRARKI DAN TRANSISI PADA RUANG DALAM BA

HIRARKI DAN TRANSISI
PADA RUANG DALAM BANGUNAN RUMAH GADANG
DI KAWASAN ALAM SURAMBI
SUNGAI PAGU – SUMATERA BARAT
Maulana Abdullah, Antariksa, Noviani Suryasari
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Rumah tradisional di wilayah Nusantara memiliki berbagai macam ciri khas tersendiri dalam
menghadapi perkembangan jaman sejak didirikan. Pada saat itu arsitektur telah membuktikan
bahwa penerapan ilmu memiliki pandangan yang begitu jauh ke depan dengan bertahannya
bangunan-bangunan tradisional tersebut hingga saat ini. Salah satunya adalah adat Minangkabau,
terletak di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki rumah tradisional, yaitu Rumah Gadang.
Keberadaan Rumah Gadang ini tersebar diberbagai wilayah di Sumatera Barat, dengan jenis yang
bermacam-macam dan beberapa rumah masih memiliki bentuk asli luar maupun dalamnya.
Berjalannya waktu mengakibatkan semakin berkurangnya bangunan-bangunan tersebut akibat
bencana alam dan kondisi rumah itu sendiri. Salah satu kawasan yang menjadi wilayah terbanyak
Rumah Gadang adalah Kawasan Alam Surambi Sungai Pagu yang memiliki julukan Nagari Saribu
Rumah Gadang. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu turun langsung
ke lapangan untuk mengetahui pola ruang dalam pada Rumah Gadang dengan fokus pada hirarki

serta transisi ruang. Hasil studi menunjukan bahwa hirarki dan transisi ruang dalam bangunan
Rumah Gadang pada umumnya memiliki tingkatan tertentu disetiap kategori rumah yang terdapat
di kawasan tersebut. Hirarki pada bangunan Rumah Gadang yang terdiri dari ruang tengah yang
berada di bagian depan, anjuang yang berada di bagian kanan dan bagian kiri dinaikan satu lantai
tanpa ada pembatas, dan kamar tidur yang berada di bagian belakang. Hirarki tersebut
dihubungkan dengan transisi yang setiap tahapannya memiliki bentuk dan makna yang berbeda.
Kata Kunci: arsitektur Nusantara, rumah tradisional, hirarki, transisi

ABSTRACT
Traditional house in Nusantara has a wide range of distinctive characteristics in the face of
changing times since it’s built. At that time architecture has been proven that the application of
science has a view that is so far ahead with the persistence of traditional buildings are up to date.
One is the traditional Minangkabau, located in the province of West Sumatra, which has a
traditional house is called Rumah Gadang. The existence of the Rumah Gadang is scattered in
various areas in West Sumatra, with varying types and some houses still have the original form
outside as well as inside. The passage of time led to the reduction in these buildings due to natural
disasters and the condition of the house itself. One area that became the largest region is the
Rumah Gadang Kawasan Alam Surambi Sungai Pagu which has the name Nagari Saribu Rumah
Gadang. This study is conducted by using descriptive method that fell directly into the field to find a
pattern in the space at the Rumah Gadang with a focus on hierarchy and transition space. The

results of this study showed that the hierarchy and the transition to a room in the Rumah Gadang
building in general have a certain level of each category of homes that are in the region. Hierarchy
in building the Rumah Gadang comprising living room are located on the front, anjuang located on
the right and left side of the raised floor without any barrier, and the bedrooms are located at the
rear. The hierarchy associated with the transition that each stage has different forms and
meanings.
Keyword: architecture Nusantara, tradisional house, hierarchy, transition

62

a r s i t e kt ur e - J o ur na l , Vo l ume 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

Pendahuluan
Rumah tradisional Nusantara merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh
Indonesia. Keanekaragaman suku dan adat di setiap kepulauan memberikan ciri khas
yang berbeda di setiap daerah. Keberadaannya pun masih bertahan hingga saat ini dari
upacara-upacara adat yang berlangsung, pakaian-pakaian adat hingga bangunanbangunan yang sudah berdiri sejak masyarakat adat itu terbentuk. Setiap wilayah
memiliki bentuk dan tatanan ruang rumah tradisional yang berbeda karena menyesuikan
dengan letak geografis dan menyesuaikan pula pada kebiasaan-kebiasaan adat tersebut.
Keberadaanya saat ini mungkin sudah mulai berkurang karena pengaruh globalisasi yang

menuntut para masyarakat untuk hidup mengikuti kebiasaan dunia barat. Modernisasi
yang dipandang masyarakat saat adalah mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang justru
bukan budaya Indonesia sendiri, padahal perkembangan-perkembangan yang menuju ke
arah modernisasi tidak harus meninggalkan adat budaya negara dan bangsa kita sendiri.
Selain itu karena kurangnya pelaksanaan pelestarian dan kegiatan menjaga
bangunan-bangunan tradisional tersebut, banyak yang dibiarkan dan dibongkar.
Keberadaannya mulai terancam dan kebudayaan Indonesia yang terletak di seluruh
daerah Nusantara akan hilang sedikit demi sedikit. Rumah-rumah tradisional yang berada
di Nusantara pada perkembangannya telah membuktikan bahwa pandangan-pandangan
nenek moyang jaman dulu terhadap ilmu arsitektur sudah dipikiran ke depan untuk
menghadapi kondisi alam di Indonesia.
Rumah Gadang adalah salah satu peninggalan nenek moyang di Indonesia, yaitu
suku Minangkabau. Terletak di Sumatera Barat, Kawasan Alam Surambi Sungai Pagu
merupakan kawasan yang memiliki banyak Rumah Gadang yang masih bertahan. Hal ini
tentu menjadi salah satu kebanggaan bagi budaya bangsa Indonesia, karena inilah
identitas yang patut untuk dipertahankan. Salah satu yang menjadi perhatian dari rumahrumah tersebut adalah bentuk luar dan dalamnya yang tidak berubah, dan selalu
dilakukan perawatan oleh pemiliknya. Namun tidak semua mendapat perlakuan seperti
itu, mengingat biaya dari perawatannya yang terbilang tidak murah. Pola ruang dalam
bangunan Rumah Gadang di kawasan Alam Surambi Sungai Pagu memiliki beberapa
jenis yang dibedakan berdasarkan fungsi masing-masing ruang dan kebutuhan para

penghuninya. Terdapat tingkatan-tingkatan di dalam ruang Rumah Gadang yang
membedakan ruang terendah dan ruang tertinggi, salah satu tingkatan terlihat secara fisik
adalah kenaikan lantai pada ruang anjuang pada sisi pangkal dan ujung di dalam
bangunan. Pola ruang dalam bangunan ini juga terbentuk oleh sirkulasi yang berawal dari
pintu masuk menuju ruang-ruang yang berada di dalamnya dengan alur tingkatantingkatan oleh peletakan ruang-ruang sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya.
Ruang dalam bidang arsitektur merupakan elemen arsitektur yang sangat
berhubungan dengan kehidupan manusia secara psikologis emosional dan dimensional.
Ruang adalah hubungan sebuah objek dengan objek lainnya, sehingga tercipta sebuah
koneksi. Sebuah objek individual tanpa relasi dengan objek lainnya tidak dapat dikatakan
memiliki ruang. Setidaknya sebagai sebuah objek dengan material yang nyata bukan
hanya ukuran dimensi, objek dalam ruang tidak bisa tidak, harus memiliki relasi dengan
objek lainnya dan dengan demikian memiliki parameter untuk dikatakan sebagai ruang.
Menurut Rapoport [1977] tata ruang merupakan lingkungan fisik sebagai tempat bagi
hubungan organisatoris antar berbagai macam objek dan manusia yang terpisah dalam
ruang-ruang tertentu. Secara konseptual menekankan pada proses yang paling
bergantung, yaitu 1. Proses yang mengkhususkan aktivitas pada suatu kawasan sesuai
dengan fungsional. 2. Proses pengadaan ketersediaan fisik yang menjawab kebutuhan
akan ruang bagi aktivitas seperti bentuk tempat kerja, tempat tinggal, transportasi dan
komunikasi. 3. Proses pengadaan dan penggabungan tatanan ruang ini antar berbagai
bagian-bagian permukaan bumi di atas, yang mana ditempatkan aktivitas dengan bagian

atas ruang angkasa, serta bagian dalam yang mengandung berbagai sumber daya
sehingga perlu dilihat yang integratik.

a r s i t e kt u r e - J ou r na l , Vo l u me 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

63

Sebuah Rumah Gadang didasarkan kepada peritungan jumlah ruang, dalam
bilangan yang ganjil, dimulai dari tiga. Jumlah ruangan biasanya ada tujuh tetapi ada juga
yang jumlah ruangannya tujuh belas. Secara melebar Rumah Gadang dibagi dalam
didieh, biasanya mempunya tiga didieh. Sebuah didieh digunakan sebagai biliek (ruang
tidur), sebuah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding yang bersifat khusus dan
pribadi. Menurut letaknya, ruangan dalam Rumah Gadang terdiri atas 1. Ruang depan:
Merupakan ruang besar, dipakai sebagai ruang keluarga, rapat, menerima tamu dan
sebagainya. 2. Ruang tengah: Terdiri dari kamar-kamar, dipakai untuk kamar tidur
penghuni wanita bersama suaminya. 3. Ruang anjungan: Bangunannya lebih tinggi dari
ruang depan, sebelah kiri dan sebelah kanan dipakai untuk tempat wanita yang baru
menikah. 4. Ruang belakang: Merupakan dapur tanpa kamar mandi, kamar mandi berada
di luar dengan dipancuran diluar Rumah Gadang. Bangunan asli [Syamsidar, 1991]
Rumah Gadang, yaitu sebagai berikut: 1. Badan rumah adat bentuknya persegi panjang;

2. Atapnya berbentuk runcing dan bentuk atap segi tiga dari samping; 3. Kolom atau
tiang, susunannya berjejer, satu jejer 5 buah tiang, untuk satu bangunan dengan 5 ruang
diperlukan 30 buah tiang; 4. Lantai berlanjar (linier) 4 (biliek, bandua, labuah, balai); 5.
Dinding depan kayu, dinding belakang dengan jalinan bambu; 6. Jendela yang disebut
“pintu”; 7. Pintu masuk yang memakai tangga.
Transisi pada suatu bangunan adalah penghubung dua tempat, dalam hal ini
adalah pintu. Pintu adalah sesuatu yang kita lalui untuk berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain; dan jendela adalah sesuatu yang membuat kita bisa melihat ke luar
ruangan dan yang menyebabkan cahaya dan udara dapat masuk ke ruangan [Unwin,
1997]. Hirarki dalam arsitektur adalah sebuah rangkaian atau rute tingkatan yang dialami
dalam sebuah arsitektur. Dalam mengalami suatu hirarki, seseorang harus melalui
sebuah jalan/path. Sebuah jalan/path bisa berupa ramp atau tangga [Unwin, 1997].
Aspek bentuk bangunan serta bentuk pola ruangnya merupakan salah satu hal yang
menarik untuk dilakukan penelitian. Susunan ruang yang berada di kawasan ini memiliki
ciri khas tidak seperti rumah pada biasanya pada saat ini. Rumah tersebut memiliki fungsi
tidak hanya sebagai tempat tinggal, namun juga menjadi tempat untuk melakukan
musyawarah, pelaksaan upacara adat seperti pernikahan, pengangkatan kepala
adat/penghulu dan masih banyak lagi kegiatan yang lainnya.
Metode Penelitian
Studi pola ruang dalam pada bangunan Rumah Gadang ini, dilakukan dengan

mengamati pola ruang dalam bangunan melewati gambar denah, observasi langsung dan
wawancara dengan penghuni rumah untuk mencari kembali informasi-informasi tentang
rumah tersebut. Menggunakan metode deskriptif bertujuan untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan suatu keadaan yang memberi pengaruh pada pola ruang.
Pola ruang dalam yang fokus pada hirarki dan transisi ini diidentifikasi dengan
menganalisis gambar denah dari segi pola ruang dalam, sehingga didapatkan pola yang
terbentuk pada banguann tersebut. Semua kegiatan studi dikoridori oleh variabel-variabel
yang nantinya menjadi arahan dalam analisis denah-denah bangunan Rumah Gadang
dan dikelompokkan sesuai dengan kasus yang dikaji. Pola ruang dalam yang dibahas
pada studi ini bersifat mewakilkan bila satu bangunan dengan bangunan yang lain
memiliki pola ruang dalam yang sama. Dengan pertimbangan jenis dan keadaan setiap
Rumah Gadang yang berada di kawasan Alam Surambi Sungai Pagu merupakan
bangunan homogen.

64

a r s i t e kt ur e - J o ur na l , Vo l ume 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

Hasil dan Pembahasan
Rumah Gadang di kawasan ini terbagi atas lima kategori yang telah dikumpulkan

dari beberapa objek studi selama di lapangan. Pembagian tersebut dikelompokkan
menurut fungsi, bentuk ruang dalam serta tingkatan-tingkatan status masing-masing
rumah. Rumah yang pertama adalah sebagai berikut:
1. Rumah Gadang tinggal raja
Rumah ini merupakan tempat bagi raja dan keluarganya tinggal serta melakukan
kegiatan dalam sistem kekerajaan. Ruang-ruang yang terdapat di dalamnya
berupa (Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3):
a. Ruang tengah yang digunakan sebagai tempat berkumpul keluarga, menerima
tamu, makan dan musyawarah. Pada kegiatan-kegiatan tertentu ruang tengah
menjadi tempat bagi para rakyat dan penghulu-penghulu saat ada upacara
adat serta menjadi tempat para tamu saat adanya acara pernikahan.
b. Ruang anjuang yang berada di sisi kiri yang merupakan tempat tertinggi bagi
raja pada saat pelaksanaan upacara adat sementara di tingkatan kedua
dibawahnya merupakan tempat bagi para pembantu-pembantu raja
dibidangnya masing-masing, bagian kanan untuk para tamu saat adanya
kunjungan ke rumah tersebut dan sebagai tempat staff raja saat adanya
kegiatan adat.
c. Kamar tidur yang berada di belakang dipergunakan untuk istirahat bagi raja
serta keluarganya.
Ruang untuk dapur serta kamar mandi terletak di luar bangunan utama, biasanya berada

di sisi kanan yang beredekatan kamar tidur para perempuan yang berada di dalam rumah
untuk memudahkan para perempuan mengakses ruang tersebut.

Gambar 1. Bagian dalam bangunan Rumah Gadang tinggal raja.

a r s i t e kt u r e - J ou r na l , Vo l u me 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

65

Gambar 2. Ruang yang berada di dalam Rumah Gadang tinggal raja.

Transisi pada pergerakan di dalam ruang dalam Rumah Gadang tinggal raja ini
memiliki tiga pembagian, yaitu transisi menuju ruang tengah, transisi menuju kamar tidur
dan transisi menuju anjuang. Hal istimewa dari transisi ruang dalam, yaitu pada anjuang
raja dan area tersebut tidak bisa dicapai oleh sembarang orang, karena hanya raja dan
keturunannya yang menempati. Transisi di ruang dalam rumah ini dihubungkan oleh
ruang tengah yang merupakan ruang utama dengan berbagai pembatas seperti pintu,
kenaikan lantai dan kain.
Hirarki yang terbentuk dari hasil pengamatan pada ruang dalam rumah tinggal raja
ini, yaitu memiliki urutan yang pada awalnya di ruang tengah merupakan ruang publik.

Selanjutnya ruang anjuang tengah kanan dan kiri merupakan ruang semi-publik. Dengan
adanya kenaikan lantai tanpa ada pembatas ruang, pada tingkatan lebih tinggi yang
dihubungan dengan anjuang tengah, yaitu ruang anjuang raja yang menjadi pusat
kegiatan saat adanya kegiatan adat. Pada tingkatan terakhir adalah kamar tidur yang

66

a r s i t e kt ur e - J o ur na l , Vo l ume 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

terdapat di belakang rumah ini sebagai tempat privat yang hanya digunakan bagi
penghuni saja.
2. Rumah Gadang pemerintahan raja
Rumah ini merupakan tempat menjalankan pemerintahan bagi raja yang menjabat
saat itu. Ruang-ruangnya lebih diperuntukan untuk pelaksanaan kegiatan raja.
Ruang-ruang yang terdapat di dalamnya adalah sebagai berikut (Gambar 4,
Gambar 5, dan Gambar 6):
a. Ruang tengah yang merupakan ruang utama sebagai ruang terbuka dalam
rumah ini. Pada ruang ini, lebih besar dari ruang tengah rumah tinggal raja
karena memang diperuntukan kegiatan adat dan ditempati oleh penghulupenghulu serta masyarakat lainnya yang ikut dalam kegiatan upacara. Ruang
tengah juga menjadi ruang penerima tamu yang menjadi tempat

penghormatan bagi para pelancong dari negeri seberang.
b. Ruang anjuang yang berada di sisi kiri yang merupakan tempat bagi raja
beserta keturunannya saat adanya kegiatan adat. Pada bagian kanan yang
merupakan tempat bagi para tamu, staff raja beserta para pegiat adat seperti
para pemain alat musik yang diperdengarkan pada saat adanya kegaiatan
adat.
c. Ruang kamar tidur berada di bagian kanan dan hanya berjumlah dua yang
menjadi tempat istirahat raja dan tamu, tidak ada yang diperuntukkan bagi
keluarga karena ini adalah rumah khusus untuk pelaksanaan pemerintahan
raja. Ruang ini juga menjadi tempat untuk merawat pada saat raja jatuh sakit.
d. Ruang kamar mandi serta dapur juga terdapat di luar bangunan utama
yang terdapat di bagian sisi kanan bangunan dan berada di bawah. Kamar
mandi terletak di bawah karena merupakan tempat yang rendah.

Gambar 4. Bagian dalam bangunan Rumah Gadang pemerintahan raja.

a r s i t e kt u r e - J ou r na l , Vo l u me 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

67

Gambar 5. Ruang yang berada di dalam Rumah Gadang pemerintahan raja.

Gambar 6. Hirarki dan transisi yang berada di dalam Rumah Gadang pemerintahan raja.

68

a r s i t e kt ur e - J o ur na l , Vo l ume 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

Transisi pada rumah ini terbagi atas empat, yaitu transisi menuju ruang depan,
transisi menuju ruang tengah yang merupakan ruang utama, transisi menuju kamar tidur
raja dan tamu serta transisi menuju anjuang yang memiliki dua tingkatan. Transisi ini
hampir sama dengan Rumah Gadang tinggal raja, namun pada rumah ini memiliki ruang
depan.
Hirarki pada ruang-ruang yang berada di dalam rumah pemerintahan raja tidak jauh
beda dengan rumah tinggal raja. Ruang tengah yang merupakan ruang terbuka di dalam
rumah merupakan tingkatan terendah sebagai ruang publik di dalam rumah selanjutnya
menuju ruang anjuang tengah bagian kiri yang menjadi penghubung ke arah anjuang raja
dengan adanya kenaikan lantai dan tanpa pembatas ruang. Ruang anjuang tengah
bagian kanan yang merupakan tempat bagi para staff dan pegiat adat yang juga memiliki
dua tingkatan yang merupakan ruang semi publik. Ruang tidur yang juga merupakan
tempat privat terletak di bagian belakang rumah ini.
3. Rumah Gadang rakyat kategori satu
Rumah ini merupakan rumah yang pada umumnya terdapat di Kawasan Alam
Surambi Sungai Pagu. Rumah ini merupakan tempat tinggal bagi para
masyarakat adat Minangkabau yang biasanya juga digunakan sebagai tempat
kegiatan adat seperti musyawarah, pernikahan dan pengangkatan penghulu.
Ruang-ruang yang terdapat di dalam rumah ini adalah sebagai berikut (Gambar 7,
Gambar 8, dan Gambar 9):
a. Ruang tengah yang terdiri dari dua linier dan terdapat di depan menjadi
tempat berkumpulnya para keluarga dan menerima tamu. Ruang ini biasanya
menjadi tempat utama masuk ke dalam rumah melalui pintu yang berada di
bagian kanan depan, menuju pintu masuk melalui tangga.
b. Ruang anjuang pada rumah ini berada di bagian kanan atau berada di bagian
kiri atau berada di kedua bagian tersebut. Pada umumnya ruang anjuang
terdapat di bagian kiri yang berfungsi lebih banyak dibanding yang terdapat di
kanan. Pada bagian kiri, anjuang digunakan sebagai tempat kehormatan bagi
penghulu yang diangkat pada saat itu, pengucapan sumpah dan
pengangkatannya digunakan ruang tersebut. Selain pengangkatan penghulu
ada pula pernikahan yang menggunakan ruang tersebut, pelaksaan ijab kabul
pada anjuang kiri bagian depan. Sementara untuk anjuang yang berada di
bagian kanan, digunakan sebagai tempat penerima tamu dan tempat merawat
bagi penghuni yang sakit.
c. Ruang kamar tidur berada di sepanjang linier ketiga yang berada paling
belakang, ruang ini menjadi tempat beristirahat bagi para penghuni rumah.
Ruang kamar mandi serta dapur merupakan ruang yang terpisah dari bangunan utama,
berada di bagian sisi luar kanan dari rumah dan memiliki bangunan sendiri yang lebih
rendah.

Gambar 7. Bagian dalam bangunan Rumah Gadang rakyat kategori satu.

a r s i t e kt u r e - J ou r na l , Vo l u me 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

69

Gambar 8. Ruang yang berada di dalam Rumah Gadang rakyat kategori satu.

Gambar 9. Hirarki dan transisi yang berada di dalam Rumah Gadang rakyat kategori satu.

Transisi ruang dalamnya tetap memiliki ciri khas Rumah Gadang pada umumnya,
yaitu pintu masuk dengan menaiki tangga kayu serta beralas batu datar. Ruang awal
yang dimasuki adalah ruang tengah yang merupakan ruang lepas atau ruang terbuka.
Kamar tidur yang terdapat di linier ketiga atau belakang memiliki pintu di masing-masing
ruangnya, pada kamar tidur terbuka yang selantai dengan anjuang, ditutupi oleh kain.
Hirarki dari ruang-ruang yang terbentuk dimulai dari awal masuk rumah yang
merupakan tempat terendah, yaitu pintu depan yang menaiki tangga, masuk menuju
ruang tengah yang merupakan ruang terendah di dalam rumah. Terdapat tingkatan pada
ruang bagian kiri yang merupakan ruang anjuang yang merupakan ruang terhormat dan
dipakai saat upacara adat. Tingkatan akhir ruang dalam rumah adalah kamar tidur yang
merupakan ruang privat.
4. Rumah Gadang rakyat kategori dua

70

a r s i t e kt ur e - J o ur na l , Vo l ume 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

Rumah ini memiliki perbedaan pada anjuang dibandingkan dengan kategori satu,
dan tidak banyak ditemukan di kawasan tersebut. Keberadaannya memang
merupakan salah satu Rumah Gadang yang termasuk jarang ditemukan di
Kawasan Sumatera Barat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dua tingkatan pada
anjuang, seperti halnya pada rumah raja, namun hanya terdapat di salah satu
sisinya saja, di bagian kanan atau kiri. Ruang-ruang yang terdapat di dalam
rumah ini adalah sebagai berikut (Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12):
a. Ruang tengah yang juga memiliki fungsi berkumpulnya para keluarga,
melaksanakan kegiatan makan dan menerima tamu. Pada kegiatan-kegiatan
tertentu dilakukannya musyawarah digunakan ruang tengah bagian kanan
atau kiri. Ruang tengah ini juga menjadi tempat bagi para masyarakat pada
saat pelaksanaan pernikahan sesi penjamuan makan.
b. Ruang anjuang bagian kiri yang terbagi atas dua tingkatan. Pada bagian
anjuang tengah yang merupakan tempat kegiatan-kegiatan tertentu seperti
pengangkatan penghulu dan pernikahan. Sementara pada anjuang bagian
atas menjadi tempat menyimpan pusaka-pusaka adat yang dimiliki oleh
leluhur-leluhur. Bila anjuang terdapat di bagian kanan, maka fungsi
pelaksanaan kegiatan adat tidak ada lagi karena pada bagian kanan, fungsi
ruangnya hanya menjadi tempat penerima tamu dan tempat penyimpanan
pusaka.
c. Ruang kamar tidur menjadi tempat yang paling privat karena hanya bisa
diakses oleh para penghuni rumah. Tempatnya yang berada di belakang
menjadikan ruang ini tingkatan tertinggi dari susunan pola ruang dalam rumah.
Ruang kamar mandi serta dapur juga terdapat di luar bangunan pada sisi kanan untuk
memudahkan para penghuni rumah yang perempuan untuk mengakses ruang tersebut.
Kamar tidur para perempuan pada umumnya dibagian kanan yang mendekati ruang
tersebut.

\

Gambar 10. Bagian dalam bangunan Rumah Gadang rakyat kategori dua.

a r s i t e kt u r e - J ou r na l , Vo l u me 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

71

Gambar 11. Ruang yang berada di dalam Rumah Gadang rakyat kategori dua.

Gambar 12. Hirarki dan transisi yang berada di dalam Rumah Gadang rakyat kategori dua.

Transisi ruang dalam bangunan Rumah Gadang rakyat kategori dua hampir sama
dengan Rumah Gadang rakyat kategori satu. Pintu masuk yang berada di bagian kanan
dengan menaiki tangga dan dibatasi pintu, masuk menuju ruang tengah yang menjadi
penghubung menuju kamar tidur dan anjuang. Ruang anjuang yang dinaikan setingkat
dengan ketinggian 40cm dan pada tingkatan berikutnya merupakan ruang anjuang atas.
Hirakri pada ruang dalam dari pintu masuk yang melewati tangga menuju ruang
tengah yang merupakan ruang terendah dalam rumah. Tingkatan selanjutnya adalah
ruang anjuang tengah dan anjuang atas yang merupakan ruang semi publik yang biasa
dipakai sebagai pelaksanaan adat-adat kaum Minangkabau. Tingkatan terakhir yang
merupakan tempat privat, digunakan oleh penghuni untuk beristirahat adalah kamar tidur.

72

a r s i t e kt ur e - J o ur na l , Vo l ume 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

5. Rumah Gadang rakyat kategori tiga
Rumah ini merupakan bentuk dasar dari seluruh Rumah Gadang yang ada.
Bentuk yang sederhana apabila dilihat dari bentukan pola ruang di dalamnya yang
hanya terdiri dari ruang tengah dan ruang kamar tidur. (Gambar 13, Gambar 14,
dan Gambar 15)

Gambar 13. Bagian dalam bangunan Rumah Gadang rakyat kategori tiga.

Gambar 14. Ruang yang berada di dalam Rumah Gadang rakyat kategori tiga.

Gambar 15. Hirarki dan transisi yang berada di dalam Rumah Gadang rakyat kategori tiga.

Transisi ruang dalam bangunan ini terdiri dari pintu masuk dengan menaiki tangga
menuju ke ruang tengah yang berada di linier pertama dan kedua. Kamar tidur yang
berada di linier 248 ketiga yang terletak di belakang menjadi tempat yang privat. Ruang
tengah yang sebagai ruang utama tetap menjadi penghubung antar ruang di dalam
rumah tradisional ini.
Hirarki di ruang dalam bangunan ini hanya terbentuk dari dua ruang dasar pada bangunan
Rumah Gadang. Pintu masuk yang juga menaiki tangga sama seperti kategori lainnnya

a r s i t e kt u r e - J ou r na l , Vo l u me 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5

73

menuju ruang tengah yang berada di linier pertama dan kedua dan selanjutnya kamar
tidur yang merupakan ruang privat menjadi pencapaian tertinggi pada ruang dalam
bangunan ini.
Kesimpulan
Hirarki dan transisi pada semua kategori bangunan Rumah Gadang pada Kawasan
Alam Surambi Sungai Pagu memiliki susunan yang bermula dari susunan sederhana
(rumah rakyat) hingga susunan dengan tingkat paling tinggi (rumah raja). Pada susunan
rumah raja yang memiliki anjuang raja adalah ruang tengah (bagian depan) - ruang
anjuang tengah (bagian samping) - ruang anjuang raja (bagian samping atas) - kamar
tidur (bagian belakang). Sementara untuk rumah rakyat adalah ruang tengah - ruang
anjuang (bagian samping) - ruang kamar tidur (bagian belakang). Pada umumnya
susunan di semua daerah adalah seperti itu dengan tingkatan-tingkatannya sesuai fungsi
rumah tersebut di kawasan perkampungan adat Minangkabau.
Daftar Pustaka
Rapoport, A. 1977. Human Aspect of Urban Form: Towards a man-environment approach
to urban form and design. Oxford: Pergamon Press.
Syamsidar. 1991. Arsitektur tradisional daerah Sumatera Barat. Padang: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Unwin, S. 1996. Analysing Architecture. London: Routledge.

74

a r s i t e kt ur e - J o ur na l , Vo l ume 8 No mor 2, Nov e mb e r 201 5