PENERAPAN ETIKA DALAM KOMPUTER MK Etika
PENERAPAN ETIKA DALAM
KOMPUTER
MATA KULIAH : Etika-Hukum
DOSEN PENGAMPU : Dr. Bambang Sutioso, S.H, M.Hum
WISNU PRANOTO
17917130
PRODI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karna berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas malakah ini. Dalam
makalah ini penulis membahas tentang “ Penerapan Etika dalam Komputer”. Makalah
disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Etika Dan Hukum TIK dan juga diharapkan memberikan pengetahuan lebih
kepada pembaca.
Bagaimana usaha yang telah dilakukan untuk menyelesaikan tugas makalah ini,
tetapi penulis menyadari bahwa hasil yang dikerjakan mungkin masih belum
sempurna. Namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun
makalah ini dengan baik-baiknya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir dari kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat.
Yogyakarta, 31 Oktober 2017
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah..............................................................................
2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................
2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................
3
2.1 Pembahasan Penerapan Etika Dalam Komputer ................................
3
2.1.1 Etika Dalam Komputer ………………………….......................
3
2.1.2 Pentingnya Etika Komputer........................................................
3
2.1.3 Hak-Hak Atas Informasi Komputer............................................
4
2.1.4 Kontrak Sosial Jasa Informasi ...................................................
6
2.1.5 Etika Didalam Perusahaan .........................................................
6
2.1.6 Perencanaan Komputer Yang Etis Di Perusahaan…………........
8
2.1.7 Pihak-Pihak Sebagai Pengawas Dalam Perilaku TIK..................
9
2.1.8 Perspektif Cyber Law Dalam Indonesia …………………….....
10
2.1.8.1 Ruang Lingkup Cyberlaw……………………………....
10
2.1.8.2 Pentingnya Cyber Law Dan Support Dari Lembaga........
11
2.1.9 Pentingnya Cyber Law Dan Support Dari Lembaga Khusus.......
12
BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ........................................................................................
16
REFERENSI ................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring berkembang pesatnya teknologi saat ini, mendorong kita untuk
senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan dalam hal penguasaan teknologi
informasi, Dengan banyaknya tindakan pelanggaran etika dalam penggunan teknologi
kita juga harus memperhatihkan etika dalam penggunaan teknologi yaitu komputer
atau informasi teknologi informasi. Etika bisa dikatakan sebagai suatu kepercayaan
atau pemikiran yang mengisi suatu induvidu, yang keberadaannya bisa dipertanggung
jawabkan terhadap masyarakat atas prilaku yang dibuat. Dalam kata lain etika adalah
ilmu atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang maupun
kelompok, sebagai nilai dan aturan secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik
ataupun yang tidak benar. Etika dalam penggunakan teknologi yaitu komputer sedang
mendapatkan perhatian lebih luas dari pada sebelumnya. Pada umumnya masyarakat
memberikan perhatian lebih karna kesadaran bahwa teknologi komputer dapat
mengganggu hak privasi seseorang maupun kelompok.
Pada perkembangan teknologi dari pandangan teori sistem, informasi teknologi
memungkinkan kebebasan bereaksi, mengendalikan pengeluaran, mengefisiensikan
pengalokasian sumber daya dan waktu. Dan sirkulasi informasi yang terbuka dan
bebas merupakan kondisi yang optimal untuk pemanfaatan informasi teknologi.
Tetapi selain dampak positif dari kehadiran teknologi ini bisa mengakibatkan atau
menimbulkan suatu kesempatan yang berdampak negatif terutama bagi pihak-pihak
yang menyalahgunakan teknologi untuk bertujuan mencari keuntungan pribadi
ataupun kelompok. Sehingga
sangat penting untuk menerapkan etika dalam
menggunakan teknologi komputer. Sehingga penyalahgunaan komputer sebagai salah
satu effek dari perkembangan tersebut yang lupa dari sifat manusia.
1
1.2
Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan etika dalam komputer ?
b. Bagaimana pentingnya etika dalam komputer ?
c. Bagaimana penerapan etika teknologi komputer pada perusahaan ?
d. Bagaimana ruang lingkup cyberlaw ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pembelajaran dan pengetahuan tentang etika dalam penggunaan
komputer.
b. Untuk mengetahui penerapan etika komputer pada perushaan.
c. Untuk mengetahui ruang lingkup dari cyberlaw.
Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan dari hasil makalah ini adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan dan pentingnya tentang bagaimana etika dalam
komputer.
b. memberikan bagaimana penerapan etika komputer dalam perusahan dan ruang
lingkup dari cyberlaw.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pembahasan Penerapan Etika Dalam Komputer
2.1.1 Etika Dalam Komputer
Dalam buku yang ditulis oleh Bambang Sutioso (2015)[1] Etika dulunya berasal
dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan atau akhlak yang baik.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) [10], etika berarti ilmu tentang apa
yang baik atau apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Menurut
supriyanto (2005)[2] Moral adalah tradisi kepercayaan mengenai prilaku benar dan
salah yang diakui oleh manusia secara universal. Perbedaannya bahwa etika akan
menjadi berbeda dari masyarakat satu dengan masyarakat lain.
Dan dalam buku yang sama menurut Bertens[1] adalah nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika dengan kata
moral yang berarti adat kebiasaan. Serta kumpulan nilai yang berkaitan dengan
akhlak nilai mengenai benar atau salah yang dianuti suatu masyarakat.
Sedangkan komputer atau disebut dengan teknologi informasi komputer dalam
konteks yang lebih luas, merangkum semua aspek-aspek yang berhubungan tengan
mesin (komputer dan telekomunikasi) dan cara yang digunakan untuk mengkap,
menyimpan, memanipulasi, dan menampilkan suatu informasi. Sehingga jika
disimpulkan pengertian dari kata etika dan komputer adalah seperangkat nilai yang
mengatur manusia dalam penggunaan komputer serta proses pengolahan data.
2.1.2 Pentingnya Etika Komputer
Menurut Moore, ada beberapa alasan utama minat masyarakat yang utama pada
computer ethics, yaitu :
3
a. Mempunyai kelebihan Kelenturan logika sangat perlu agar bisa
memprogram komputer untuk melakukan apapun yang kita tuju. Komputer
akan menjalankan apa yang diperintahkan atau diilustrasikan
oleh
programmernya. Keahlian inilah yang menghantui masyarakat. Sebenarnya
masyarakat tidak takut kepada teknologi komputer, tetapi takut kepada
orang-orang yang mempunyai keahlian atau kelenturan logika terhadap
komputer, jika memprogramnya untuk berbuat kriminal.
b. Faktor Transpormasi teknologi komputer ini bisa mengubah secara cepat
cara melakukan sesuatu, dengan contoh yang paling umumnya ialah bahwa
kita dapat mengirimkan data melalui fasilitas e-mail dan lainnya, yang bisa
sampai ketujuan dan dapat diakses dimanapun kita berada.
c. Faktor tidak kasat mata ialah apapun pengoprasian internal komputer yang
tersembunyi dari penglihatan, yang memberikan kesempatan pada
komponen pemrograman yang tidak terlihat.
2.1.3 Hak-Hak Atas Informasi Komputer
Hak-hak atas informasi ini terdapat dua bagian, yaitu :
a. Hak sosial dan komputer
Didalam buku yang sama menurut Jahnson, profesor dari Rensselaer
Polytechnic Institute, mengemukakan bahwa masyarakat memiliki
beberapa hak atas komputer yaitu :
Hak atas akses komputer, yaitu setiap masyarakat umum berhak
untuk mengoprasikan komputer dengan tidak harus memilikinya.
Sebagai contoh belajar tentang komputer dengan memanfaatkan
software yang ada.
Hak atas keahlian komputer, pada awal teknologi komputer ini di
ciptakan, ada kehawatiran yang luas terhadap masyarakat umum
akan terjadinya penganguran karena beberapa peran telah dialihkan
kepada komputer. Tetapi kenyataan yang dihadapi dengan adanya
4
keahlian dibidang teknologi komputer ini dapat membuka lapangan
pengerjaan yang sangat banyak.
Hak
atas
pengambilan
keputusan
komputer
ini
maskipun
masyarakat umum tidak ikut dalam pengambilan keputusan saat
bagaimana komputer diterapkan, namun masyarakat umum
memikili hak tersebut.
b. Hak Atas Informasi
Menurut Masson, seorang profesor di Southern Methodist University,
mengklarifikasikan hak atas informasi berupa :
Hak Atas Privasi sesuatu informasi yang bersifat pribadi ataupun
diri sendri maupun dalam suatu kelompok organiasi yang
mendapatkan perlindungan atas hukum tentang kerahasiaannya.
Hak Atas Akurasi sesuatu informasi yang diberikan harus benar,
akurat dan bisa dipertanggung jawabkan karena apa yang
diinformasikan bisa menjadi bahan referensi dalam membuat
keputusan. Apa bila tidak ada keakurasian sebuah informasi dapat
menibulkan sesuatu yang merugikan bahkan membahayakan diri
sendri ataupun oranglain.
Hak Atas Kepemilikan (property) yaitu yang berhubungan tentang
hak kepemilikan intelektual, umumnya dalam bentuk software
komputer yang dengan mudahnya dilakukan dublikat atau
pembajakan secara ilegal. Ini bisa dituntut dingadilan sesuai UU
hak cipta.
Hak Atas Accses(accessibilty) yaitu Informasi yang mempunyai
nilai, apabila setiap saat kita akan mengaksesnya harus memiliki
atau melakukan izin atau account pada pihak yang memiliki
informasi tesebut. Dengan contohnya kita dapat mengakses hosting
5
yang harus dibayar untuk mendapatkan hak aksesnya atau membaca
data-data penelitian atau buku-buku online (e-book) di internet.
2.1.4 Kontrak Sosial Jasa Informasi
Menurut Supriyanto (2005)[2] kontrak sosial jasa informasi ini berguna untuk
memecahkan permasalahan etika komputer, jasa informasi harus masuk kedalam
kontrak sosial yang memastikan bahwa komputer akan digunakan untuk kebaikan
sosial. Selain itu jasa informasi ini membuat kontrak tersebut dengan induvidu dan
kelompok yang menggunakan atau yang dipengaruhi oleh output informasinya. Dan
kontrak tersebut tidak tertulis tetapi tersirat dalam segala sesuatu yang dilakukan oleh
jasa informasi. Kontrak tersebut menyatakan bahwa :
Komputer tidak akan digunakan dengan sengaja untuk mengganggu
privasi orang
Mempunyai standarisasi ukuran akan dibuat untuk memastikan
akurasi pemrosesan data
Hak milik intelektual akan dilindungi (HKI)
Apabila mempergunakan informasi dan macam-macam informasi
atau sitasi milik orang lain harus mencantumkan sumber dan
pemilik hak ciptanya jika ada.
2.1.5 Etika Didalam Perusahaan
Peran etika dalam perusahaan dalam teknologi informasi sangatlah penting,
karena etika tersebut akan membantu keberhasilan perusahaan dalam proses
memanajemenkan pengambilan keputusan. Dalam ketidak berhasilan untuk
menyajikan informasi akan mendapatkan resiko kegagalan pada perusahan. Etika
dalam perusahaan ini pada dasarnya adanya dukungan pihak manajement paling
tertinggi pada CIO yaitu Chief Information Officer. Dalam manajement yang dimiliki
CIO mempunyai kekuatan untuk menerapkan etika TI pada perusahaannya sangat
6
dipengaruhi akan adanya kesadaran hukum, budaya, etika, dan kode etik
propesionalisme oleh CIO. Dari adanya beberapa faktor yang paling berpengaruh
sangat penting adalah hukum disertai oleh budaya etika perusahaan dan kode etik
propesional. Dalam jurnal Reymond (2001)[3] Salah satu hadirnya petunjuk yang baik
dari penelitian yang diciptakan oleh dua profesor dari University of Missisippi yaitu
Scott J. Vitell dan Donald L. Davis. Mereka mengumpulkan data dari 61%
propesionalisme SIM, mulai dari pemogrammer hingga SIM yang menggambarkan
etika mempunyai pengaruh kenerja manajer sesuai dengan ketentuan manajer di
bawahnya. Adapun data-data berikut menunjukkan prilaku propesionalisme Sistem
Informasi Manajement (SIM) yaitu :
Memanfaatkan kesempatan untuk berprilaku tidak etis. Terdapat
banyak peluang bagi manajer SIM untuk terlibat dalam prilaku
tidak etis di perusahaannya, yang menjawab setuju 47,5%, dan yang
menjawab tidak setuju 37,7%. Sedangkan para manajer SIM di
perusahaan terlibat prilaku yang tidak etis, yang menjawab setuju
19,7%, dan yang menjawab tidak setuju 80,3%. Hal tersebut berarti
menujukkan bahwa CIO memiliki kesempatan untuk bertindak
tidak etis, tetapi mereka melakukan.
Etika yang memberikan sebuah hasil yaitu hubungan antara etika
dan keberhasilan menunjukkan bahwa para CIO yang berhasil
berprilaku
etis,
dan
untuk
sukses
seseorang
tidak
perlu
mengkompromikan etikanya. Manajer yang mendapatkan hasil
tidak perlu menyembunyikan informasi, menjelekkan saingan,
mencari kambing hitam atau mengambil pujian yang bukan haknya.
Karna hal tersebut menunjukkan bahwa CIO dan manajer lain
menciptakan budaya etika.
Manajer pendukung keyakinan etika mereka dengan tindakan. Para
spesialis informasi yakin bahwa manajer puncak pada perusahaan
7
telah menyatakan tidak dapat toleransi perilaku tidak etis dan akan
mengambil tindakan terhadap pelanggaran standart itu.
Perusahaan dan manajer memiliki tanggung jawab sosial. Manajer
harus sering mendahulukan tanggung jawab mereka pada
masyarakat dari pada tanggung jawab mereka pada perusahaan,
serta perusahaan dan manajer memiliki tanggung jawab sosial yang
melebihi tanggung jawab pada pemegang saham.
Dapat disimpulkan etika dan CIO menurut Scort J. Vitell dan Donald L. Davis
bahwa etika mempengaruhi kinerja manajer yaitu etika menghasilkan kesuksesan,
perusahaan dan manajer memiliki tanggung jawab sosial, terkadang memanfaatkan
kesempatan untuk bertindak tidak benar/ tidak etis, manajer mendukung keyakinan
etika mereka dengan tindakan
2.1.6 Perencanaan Tindakan Pengoprasian Komputer Yang Etis Di Perusahaan
Dalam jurnal Raymond menurut Donn Parker SRI Internasional [4], tindakan
untuk menggapai operasi komputer yang etis dalam sebuah perusahaan menyarankan
agar CIO ada beberapa rencana dalam mengelompokkan perilaku dan menekankan
standart etika yaitu :
Formulasikan suatu kode perilaku.
Tetapkan aturan prosedur yang berkaitan dengan masalah-masalah
seperti penggunaan jasa komputer untuk pribadi dan hak milik atas
software dan data computer.
Jelaskan sanksi yang akan diambil terhadap pelanggaran, seperti
teguran, pengertian, dan tuntunan.
Kenali prilaku etis.
Fokuskan perhatian pada etika secara terprogram seperti pelatihan
dan bacaan yang disyaratkan.
8
Promosikan undang undang ITE pada karyawan. Simpan suatu
cacaran formal yang menetapkan pertanggung jawaban tiap spesialis
informasi untuk semua tindakan, dan kurangi godaan untuk
melanggar dengan pemograman sperti tim audit etika.
Mendorong penggunaan pemogram-pemogram rehabilitas yang
memperlakukan pelanggaran etika dengan cara yang sama seperti
perusahaan
mempedulikan
pemulihan
bagi
alkoholik
atau
penyalahgunaan obat bius.
Dorong partisipasi dalam perkumpulan profesional.
Berikan contoh.
2.1.7 Pihak-Pihak Sebagai Pengawas Dalam Perilaku TIK
Didalam buku Sutioso pihak sebagai pengawas dalam perilaku TIK menurut
Robert Ellickson’s ada 5 pihak sebagai pengawas dalam perilaku TIK (Teknologi
Informasi Komputer)[1] yaitu :
Pengawasan oleh aktornya sendri dapat diterapkan peraturan
subtantif berupa etika pribadi dengan konsekwensi berupa sanksi
sendri (self sanction).
Pengawas oleh pihak kedua, aturan subtantifnya berupa penetapan
kontraktual (comtractual provisioans), sanksinya dalam bentuk
various self help mechanismes.
Pengawasan oleh kekuatan sosial yang di organisasi secara non
hierarkhis, dengan aturan substantif berupa norma-norma sosial
(social norm).
Pengawasan oleh organisasi non pemerintah yang di organisasi secara
hierarkhis dengan aturan substantifnya berupa peraturan organiasasi
(organization rules).
9
Pengawas oleh pemerintah dengan aturan berupa hukum (law)
dengan sanksi hukuman yang ditegakkan oleh negara.
2.1.8 Perspektif Cyber Law Dalam Indonesia
Dalam buku Sutioso ada beberapa pandangan cyeber law di Indonesia, yaitu :
Dilihat dari kejadian-kejadian kriminalitas internet dan begitu
berkembangnya pemakaian dan pemanfaaatan internet di Indonesia
maupun di Dunia Internasional, sudah saatnya pemerintah Indonesia
menerapkan cyber law sebagai prioritas yang utama.
Urgensi cyber law bagi indonesia terletak pada keharusan Indonesia
untuk mengarahkan transaksi-transaksi lewat internet saat ini agar
sesuai dengan standar etik dan hukum yang disepakati dan keharusan
untuk meletakkan dasar legal dan kultural bagi masyarakat indonesia
untuk masuk dan menjadi perilaku dalam masyarakat informasi.
2.1.8.1 Ruang Lingkup Cyberlaw
Pembahasan mengenai ruang lingkup ”cyber law” dimaksudkan sebagai
inventarisasi atas persoalan-persoalan atau aspek-aspek hukum yang diperkirakan
berkaitan dengan pemanfaatan Internet. Jonathan Rosenoer dalam Cyber law, the law
of internet mengingatkan tentang ruang lingkup dari cyber law diantaranya :
1. Hak Cipta (Copy Right)
2. Hak Merk (Trademark)
10
3. Pencemaran nama baik (Defamation)
4. Fitnah, Penistaan, Penghinaan (Hate Speech)
5. Serangan terhadap fasilitas komputer (Hacking, Viruses, Illegal Access)
6. Pengaturan sumber daya internet seperti IP Address, domain name
7. Kenyamanan Individu (Privacy)
8. Prinsip kehati-hatian (Duty care)
9. Tindakan kriminal biasa yang menggunakan TI sebagai alat
10. Isu prosedural seperti yuridiksi, pembuktian, penyelidikan dll
11. Kontrak / transaksi elektronik dan tanda tangan digital
12. Pornografi
13. Pencurian melalui Internet
14. Perlindungan Konsumen
15. Pemanfaatan internet dalam aktivitas keseharianseperti ecommerce, egovernment, e-education dll.
2.1.8.2 Pentingnya Cyber Law Dan Support Dari Lembaga Khusus
Perlu adanya cyber law sebagai berikut :
11
a. Perkembangan teknologi yang sangat pesat, membutuhkan
peraturan hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi
tersebut.
b. Pertumbuhan ekonomi di era informasi ini akan menularkan
manfaat dalam penggunaannya, seperti dengan adanya eecommerce, e-government, foreign direct investment (FDI),
industri penyediaan informasi dan pengembangan UKM
c. Permasalahan yang sering muncul adalah menjaring sebagai
kejahatan komputer yang dikaitkan dengan ketentuan pidana yang
berlaku karena pidana yang mengatur tentang kejahatan komputer
yang berlaku saat ini belum maksimal .
d. Optimalisasi peranan hukum dalam perkembangan teknologi
membutuhkan kelengkapan perundang-undangan yang berkualitas.
Perlunya support dari lembaga khusus, yaitu :
a. Lembaga-lembaga khusus, baik pemerintah maupun NGO (Non
Government
Organization)[5],
diperlukan
sebagai
upaya
penanggulangan kejahatan internet.
b. Dan lembaga Nasional Infrastructure Protection Center (NIPC)[6]
sebagai institusi di Amerika Serikat yang menangani masalah yang
berhubungan dengan infrastruktur
c. Di Indonesia juga sebenarnya sudah memiliki IDCERT (Indonesia
Camputer Emergency Response Team)[7]
salah satu lembaga
khusus untuk mempermudah penanganan masalah keamanan
12
2.1.9 Contoh Kasus Penerapan Etika Dalam Teknologi
Terhubung contoh kasus dalam penerapan etika dalam teknologi ada 2 contoh
kasus yang diberikan, yaitu :
1. Kasus Buni Yani merupakan salah satu pengunggah penggalang video pidato
mantan gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tentang
surat Al-maidah ayat 51[8] saat berkunjung ke pulauan seribu dalam kasus ini
polisi tidak mempermasalahkan konten video yang diunggah namum capption
atau diskripsi yang ditulis oleh Buni Yani diakun Facebooknya di anggap
melanggar pasal 32 ayat 1 dan pasal 48 ayat 1 UU ITE yang berbunyi tentang
pengubahan, penambahan, dan pengurangan satu informasi atau dokumen
elektronik dengan ancaman hukuman 8 tahun penjara. Selain itu Buni yani
dikenakan juga, UU ITE pasal 28 ayat 2 dan pasal 45 ayat 2 tentang membuat
rasa kebencian atau permusuhan induvidu dan atau kelompok masyarakat
tertentu atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) dengan ancaman
hukuman 6 tahun penjara. Buni yani sempat menggugat pra peradilan tetapi
ditolak PN (Pengadilan Negeri) Jakarta Selatan. Sampai saat ini kasus masih
bergulir.
Gambar 2.1 Bukti permasalahan Buni Yani tidak sesuai dengan ucapan
Ahok divideo.
13
2. Kasus Florence Sihombing adalah Mahasiswi Pasca Serjana Fakultas Hukum
Universitas Gajah Mada yang dianggap menghina Yogyakarta lalu Florence
divonis 2 bulan penjara dan mendapatkan masa percobaan selama 6 bulan oleh
pengadilan negeri Yogjakarta, Florence juga didenda 10 juta rupiah
mendapatkan subsider 1 bulan kurungan karna telah mendistribusikan informasi
elektronik yang melalui jaringan telekomunikasi, dan tanpa hak. Menurut
kutipan Yanuar[9] Florence yang kerap di katakan Flo ini dinyatakan terbukti
bersalah dijerat dengan pasal 27 ayat 3 UU ITE dan pasal 45 ayat 1, yang
menguatkan Flo bersalah karna penghinaan dan pencemaran nama baik Kota
Yogjakarta melalui media sosial (Path) pada saat Florence menulis status terkait
hal itu karna kesal mengantri pada jalur antrian mobil disebuah SPBU di
Yogjakarta sementara Flo menggunakan sepeda motor. JPU memberikan
tuntutan itu karena memertimbangkan sikap Flo yang kooperatif selama
persidangan. Selain itu itikad baik Flo yang sudah meminta maaf kepada warga
Yogjakarta dan Sri Sultan Hamengkuwono X selaku Gubernur DIY. Sementara
itu pertimbangan yang memberatkan Florence adalah penghinaan melalui media
Path sudah membuat keresahan dan pertentangan di masyarakat.
Adapun kasus kriminal dalam teknologi dapat terungkap dan sebagian lagi tidak
terungkap, maka ada namanya tahapan pembuktian dalam persidangan karna salah
satu tahapan penting yang harus dijalani untuk mengungkapkan kasus. Berkaitan
dengan KUHP pasal 184 ayat 1, berikut gambar pengertian alat bukti yang sah :
14
Gambar 2.2 Alat Bukti Yang Sah Dalam UU KUHP dan ITE
Gambar 2.3 Alat Bukti Informasi Kasus Florence
15
Gambar 2.4 Alat Bukti Informasi Pengakuan Perminta Maaf Kasus
Florence
Berdasarkan kutipan-kutipan dari beberapa media elektronik tersebut, dalam
kasus ini kita dapat mengetahui tidak adanya penerapan etika dalam komputer atau
teknologi informasi sehingga adanya tindakan yang mengganggu kenyamaan dan
kerugian orang lain yang dapat menyebabkan pelaku terkait kasus pelanggaran UU
ITE maupun KUHP. Oleh karena itu perlu adanya penerapan etika terhadap
penggunaan teknologi atau komputer agar kejadian yang sperti ini tidak terulang lagi.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Seorang saksi ahli mempunyai salah satu barang bukti yang sah yangdapat
digunakan dalam pengadilan, saksi ahli mengetahui dan memiliki kode etik agar
kesaksiannya bisa diterima oleh hakim saat persidagan. Dalam hal ini telah
ditentukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
Berdasarkan atas undang-undang dan norma-norma yang berlaku di Indonesia,
seorang saksi ahli bisa dihadirkan apabila saksi ahli mempunyai latar belakang
pendidikan formal dan informal terhadap kasus yang ditanganinya dan selain itu juga
mempunyai dasar pengalaman dari kasus terdahulu.
17
REFERENSI
[1]. Sutiyoso, Manajemen, Etika & Hukum Teknologi Informasi. Yogyakarta: UII
Press, 2015
[2]. Supriyanto, Aji .(2005) “Pengantar Teknologi Informasi”, Edisi Pertama ,
Salemba Infotek Jakarta
[3]. Reymond Mc.Leod, Jr. (2001): Sistem Informasi Manajemen, Jilid I, Edisi
Ketujuh, Penerbit Prenhallindo, Jakarta
[4]. Donn B. Parker, (1988).“Ethics for Information Systems Personnel” Journal of
Information Systems Management.
[5]. NGO –“Non Governmental
Organization”
http://whatis.techtarget.com/definition/NGO-non-governmental-organization
diakses pada tanggal 30-Okt-2017
[6]. NIPC
–
“National
infrastructure Protection
Center”
https://en.wikipedia.org/wiki/National_Infrastructure_Protection_Center
diakses pada tanggal 30-Okt-2017
[7]. IDCERT
-
“Indonesia
Camputer
Emergency
Response
Team”
https://www.cert.or.id/tentang-kami/id/ diakses pada tanggal 30-Okt-2017
[8]. News.detik.com. “Buni yani disebut sengaja hilangkan kata “pakai”di video
Ahok”.2016.https://news.detik.com/berita/d-3528813/buni-yani-disebutsengaja-hilangkan-kata-pakai-di-video-ahok (diakses pada tanggal 1 November
2017)
[9]. News.liputan6.com.”Florence Sihombing Menangis divonis 2 tahun penjara”
http://news.liputan6.com/read/2201796/florence-sihombing-menangis-divonis2-bulan-penjara?source=search” (diakses pada tanggal 1 November 2017)
[10]. KBBI - “Etika” https://kbbi.web.id/etika diakses pada tanggal 28-November2017
18
[11]. Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Jakarta:
Sekretaris Negara.
[12]. Republik Indonesia, Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Jakarta: Sekretaris Negara. 1981.
[13]. Republing Indonesia, Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jakarta: Sekretaris Negara. 2008
19
KOMPUTER
MATA KULIAH : Etika-Hukum
DOSEN PENGAMPU : Dr. Bambang Sutioso, S.H, M.Hum
WISNU PRANOTO
17917130
PRODI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karna berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas malakah ini. Dalam
makalah ini penulis membahas tentang “ Penerapan Etika dalam Komputer”. Makalah
disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Etika Dan Hukum TIK dan juga diharapkan memberikan pengetahuan lebih
kepada pembaca.
Bagaimana usaha yang telah dilakukan untuk menyelesaikan tugas makalah ini,
tetapi penulis menyadari bahwa hasil yang dikerjakan mungkin masih belum
sempurna. Namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun
makalah ini dengan baik-baiknya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir dari kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat.
Yogyakarta, 31 Oktober 2017
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah..............................................................................
2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................
2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................
3
2.1 Pembahasan Penerapan Etika Dalam Komputer ................................
3
2.1.1 Etika Dalam Komputer ………………………….......................
3
2.1.2 Pentingnya Etika Komputer........................................................
3
2.1.3 Hak-Hak Atas Informasi Komputer............................................
4
2.1.4 Kontrak Sosial Jasa Informasi ...................................................
6
2.1.5 Etika Didalam Perusahaan .........................................................
6
2.1.6 Perencanaan Komputer Yang Etis Di Perusahaan…………........
8
2.1.7 Pihak-Pihak Sebagai Pengawas Dalam Perilaku TIK..................
9
2.1.8 Perspektif Cyber Law Dalam Indonesia …………………….....
10
2.1.8.1 Ruang Lingkup Cyberlaw……………………………....
10
2.1.8.2 Pentingnya Cyber Law Dan Support Dari Lembaga........
11
2.1.9 Pentingnya Cyber Law Dan Support Dari Lembaga Khusus.......
12
BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ........................................................................................
16
REFERENSI ................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring berkembang pesatnya teknologi saat ini, mendorong kita untuk
senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan dalam hal penguasaan teknologi
informasi, Dengan banyaknya tindakan pelanggaran etika dalam penggunan teknologi
kita juga harus memperhatihkan etika dalam penggunaan teknologi yaitu komputer
atau informasi teknologi informasi. Etika bisa dikatakan sebagai suatu kepercayaan
atau pemikiran yang mengisi suatu induvidu, yang keberadaannya bisa dipertanggung
jawabkan terhadap masyarakat atas prilaku yang dibuat. Dalam kata lain etika adalah
ilmu atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang maupun
kelompok, sebagai nilai dan aturan secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik
ataupun yang tidak benar. Etika dalam penggunakan teknologi yaitu komputer sedang
mendapatkan perhatian lebih luas dari pada sebelumnya. Pada umumnya masyarakat
memberikan perhatian lebih karna kesadaran bahwa teknologi komputer dapat
mengganggu hak privasi seseorang maupun kelompok.
Pada perkembangan teknologi dari pandangan teori sistem, informasi teknologi
memungkinkan kebebasan bereaksi, mengendalikan pengeluaran, mengefisiensikan
pengalokasian sumber daya dan waktu. Dan sirkulasi informasi yang terbuka dan
bebas merupakan kondisi yang optimal untuk pemanfaatan informasi teknologi.
Tetapi selain dampak positif dari kehadiran teknologi ini bisa mengakibatkan atau
menimbulkan suatu kesempatan yang berdampak negatif terutama bagi pihak-pihak
yang menyalahgunakan teknologi untuk bertujuan mencari keuntungan pribadi
ataupun kelompok. Sehingga
sangat penting untuk menerapkan etika dalam
menggunakan teknologi komputer. Sehingga penyalahgunaan komputer sebagai salah
satu effek dari perkembangan tersebut yang lupa dari sifat manusia.
1
1.2
Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan etika dalam komputer ?
b. Bagaimana pentingnya etika dalam komputer ?
c. Bagaimana penerapan etika teknologi komputer pada perusahaan ?
d. Bagaimana ruang lingkup cyberlaw ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pembelajaran dan pengetahuan tentang etika dalam penggunaan
komputer.
b. Untuk mengetahui penerapan etika komputer pada perushaan.
c. Untuk mengetahui ruang lingkup dari cyberlaw.
Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan dari hasil makalah ini adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan dan pentingnya tentang bagaimana etika dalam
komputer.
b. memberikan bagaimana penerapan etika komputer dalam perusahan dan ruang
lingkup dari cyberlaw.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pembahasan Penerapan Etika Dalam Komputer
2.1.1 Etika Dalam Komputer
Dalam buku yang ditulis oleh Bambang Sutioso (2015)[1] Etika dulunya berasal
dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan atau akhlak yang baik.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) [10], etika berarti ilmu tentang apa
yang baik atau apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Menurut
supriyanto (2005)[2] Moral adalah tradisi kepercayaan mengenai prilaku benar dan
salah yang diakui oleh manusia secara universal. Perbedaannya bahwa etika akan
menjadi berbeda dari masyarakat satu dengan masyarakat lain.
Dan dalam buku yang sama menurut Bertens[1] adalah nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika dengan kata
moral yang berarti adat kebiasaan. Serta kumpulan nilai yang berkaitan dengan
akhlak nilai mengenai benar atau salah yang dianuti suatu masyarakat.
Sedangkan komputer atau disebut dengan teknologi informasi komputer dalam
konteks yang lebih luas, merangkum semua aspek-aspek yang berhubungan tengan
mesin (komputer dan telekomunikasi) dan cara yang digunakan untuk mengkap,
menyimpan, memanipulasi, dan menampilkan suatu informasi. Sehingga jika
disimpulkan pengertian dari kata etika dan komputer adalah seperangkat nilai yang
mengatur manusia dalam penggunaan komputer serta proses pengolahan data.
2.1.2 Pentingnya Etika Komputer
Menurut Moore, ada beberapa alasan utama minat masyarakat yang utama pada
computer ethics, yaitu :
3
a. Mempunyai kelebihan Kelenturan logika sangat perlu agar bisa
memprogram komputer untuk melakukan apapun yang kita tuju. Komputer
akan menjalankan apa yang diperintahkan atau diilustrasikan
oleh
programmernya. Keahlian inilah yang menghantui masyarakat. Sebenarnya
masyarakat tidak takut kepada teknologi komputer, tetapi takut kepada
orang-orang yang mempunyai keahlian atau kelenturan logika terhadap
komputer, jika memprogramnya untuk berbuat kriminal.
b. Faktor Transpormasi teknologi komputer ini bisa mengubah secara cepat
cara melakukan sesuatu, dengan contoh yang paling umumnya ialah bahwa
kita dapat mengirimkan data melalui fasilitas e-mail dan lainnya, yang bisa
sampai ketujuan dan dapat diakses dimanapun kita berada.
c. Faktor tidak kasat mata ialah apapun pengoprasian internal komputer yang
tersembunyi dari penglihatan, yang memberikan kesempatan pada
komponen pemrograman yang tidak terlihat.
2.1.3 Hak-Hak Atas Informasi Komputer
Hak-hak atas informasi ini terdapat dua bagian, yaitu :
a. Hak sosial dan komputer
Didalam buku yang sama menurut Jahnson, profesor dari Rensselaer
Polytechnic Institute, mengemukakan bahwa masyarakat memiliki
beberapa hak atas komputer yaitu :
Hak atas akses komputer, yaitu setiap masyarakat umum berhak
untuk mengoprasikan komputer dengan tidak harus memilikinya.
Sebagai contoh belajar tentang komputer dengan memanfaatkan
software yang ada.
Hak atas keahlian komputer, pada awal teknologi komputer ini di
ciptakan, ada kehawatiran yang luas terhadap masyarakat umum
akan terjadinya penganguran karena beberapa peran telah dialihkan
kepada komputer. Tetapi kenyataan yang dihadapi dengan adanya
4
keahlian dibidang teknologi komputer ini dapat membuka lapangan
pengerjaan yang sangat banyak.
Hak
atas
pengambilan
keputusan
komputer
ini
maskipun
masyarakat umum tidak ikut dalam pengambilan keputusan saat
bagaimana komputer diterapkan, namun masyarakat umum
memikili hak tersebut.
b. Hak Atas Informasi
Menurut Masson, seorang profesor di Southern Methodist University,
mengklarifikasikan hak atas informasi berupa :
Hak Atas Privasi sesuatu informasi yang bersifat pribadi ataupun
diri sendri maupun dalam suatu kelompok organiasi yang
mendapatkan perlindungan atas hukum tentang kerahasiaannya.
Hak Atas Akurasi sesuatu informasi yang diberikan harus benar,
akurat dan bisa dipertanggung jawabkan karena apa yang
diinformasikan bisa menjadi bahan referensi dalam membuat
keputusan. Apa bila tidak ada keakurasian sebuah informasi dapat
menibulkan sesuatu yang merugikan bahkan membahayakan diri
sendri ataupun oranglain.
Hak Atas Kepemilikan (property) yaitu yang berhubungan tentang
hak kepemilikan intelektual, umumnya dalam bentuk software
komputer yang dengan mudahnya dilakukan dublikat atau
pembajakan secara ilegal. Ini bisa dituntut dingadilan sesuai UU
hak cipta.
Hak Atas Accses(accessibilty) yaitu Informasi yang mempunyai
nilai, apabila setiap saat kita akan mengaksesnya harus memiliki
atau melakukan izin atau account pada pihak yang memiliki
informasi tesebut. Dengan contohnya kita dapat mengakses hosting
5
yang harus dibayar untuk mendapatkan hak aksesnya atau membaca
data-data penelitian atau buku-buku online (e-book) di internet.
2.1.4 Kontrak Sosial Jasa Informasi
Menurut Supriyanto (2005)[2] kontrak sosial jasa informasi ini berguna untuk
memecahkan permasalahan etika komputer, jasa informasi harus masuk kedalam
kontrak sosial yang memastikan bahwa komputer akan digunakan untuk kebaikan
sosial. Selain itu jasa informasi ini membuat kontrak tersebut dengan induvidu dan
kelompok yang menggunakan atau yang dipengaruhi oleh output informasinya. Dan
kontrak tersebut tidak tertulis tetapi tersirat dalam segala sesuatu yang dilakukan oleh
jasa informasi. Kontrak tersebut menyatakan bahwa :
Komputer tidak akan digunakan dengan sengaja untuk mengganggu
privasi orang
Mempunyai standarisasi ukuran akan dibuat untuk memastikan
akurasi pemrosesan data
Hak milik intelektual akan dilindungi (HKI)
Apabila mempergunakan informasi dan macam-macam informasi
atau sitasi milik orang lain harus mencantumkan sumber dan
pemilik hak ciptanya jika ada.
2.1.5 Etika Didalam Perusahaan
Peran etika dalam perusahaan dalam teknologi informasi sangatlah penting,
karena etika tersebut akan membantu keberhasilan perusahaan dalam proses
memanajemenkan pengambilan keputusan. Dalam ketidak berhasilan untuk
menyajikan informasi akan mendapatkan resiko kegagalan pada perusahan. Etika
dalam perusahaan ini pada dasarnya adanya dukungan pihak manajement paling
tertinggi pada CIO yaitu Chief Information Officer. Dalam manajement yang dimiliki
CIO mempunyai kekuatan untuk menerapkan etika TI pada perusahaannya sangat
6
dipengaruhi akan adanya kesadaran hukum, budaya, etika, dan kode etik
propesionalisme oleh CIO. Dari adanya beberapa faktor yang paling berpengaruh
sangat penting adalah hukum disertai oleh budaya etika perusahaan dan kode etik
propesional. Dalam jurnal Reymond (2001)[3] Salah satu hadirnya petunjuk yang baik
dari penelitian yang diciptakan oleh dua profesor dari University of Missisippi yaitu
Scott J. Vitell dan Donald L. Davis. Mereka mengumpulkan data dari 61%
propesionalisme SIM, mulai dari pemogrammer hingga SIM yang menggambarkan
etika mempunyai pengaruh kenerja manajer sesuai dengan ketentuan manajer di
bawahnya. Adapun data-data berikut menunjukkan prilaku propesionalisme Sistem
Informasi Manajement (SIM) yaitu :
Memanfaatkan kesempatan untuk berprilaku tidak etis. Terdapat
banyak peluang bagi manajer SIM untuk terlibat dalam prilaku
tidak etis di perusahaannya, yang menjawab setuju 47,5%, dan yang
menjawab tidak setuju 37,7%. Sedangkan para manajer SIM di
perusahaan terlibat prilaku yang tidak etis, yang menjawab setuju
19,7%, dan yang menjawab tidak setuju 80,3%. Hal tersebut berarti
menujukkan bahwa CIO memiliki kesempatan untuk bertindak
tidak etis, tetapi mereka melakukan.
Etika yang memberikan sebuah hasil yaitu hubungan antara etika
dan keberhasilan menunjukkan bahwa para CIO yang berhasil
berprilaku
etis,
dan
untuk
sukses
seseorang
tidak
perlu
mengkompromikan etikanya. Manajer yang mendapatkan hasil
tidak perlu menyembunyikan informasi, menjelekkan saingan,
mencari kambing hitam atau mengambil pujian yang bukan haknya.
Karna hal tersebut menunjukkan bahwa CIO dan manajer lain
menciptakan budaya etika.
Manajer pendukung keyakinan etika mereka dengan tindakan. Para
spesialis informasi yakin bahwa manajer puncak pada perusahaan
7
telah menyatakan tidak dapat toleransi perilaku tidak etis dan akan
mengambil tindakan terhadap pelanggaran standart itu.
Perusahaan dan manajer memiliki tanggung jawab sosial. Manajer
harus sering mendahulukan tanggung jawab mereka pada
masyarakat dari pada tanggung jawab mereka pada perusahaan,
serta perusahaan dan manajer memiliki tanggung jawab sosial yang
melebihi tanggung jawab pada pemegang saham.
Dapat disimpulkan etika dan CIO menurut Scort J. Vitell dan Donald L. Davis
bahwa etika mempengaruhi kinerja manajer yaitu etika menghasilkan kesuksesan,
perusahaan dan manajer memiliki tanggung jawab sosial, terkadang memanfaatkan
kesempatan untuk bertindak tidak benar/ tidak etis, manajer mendukung keyakinan
etika mereka dengan tindakan
2.1.6 Perencanaan Tindakan Pengoprasian Komputer Yang Etis Di Perusahaan
Dalam jurnal Raymond menurut Donn Parker SRI Internasional [4], tindakan
untuk menggapai operasi komputer yang etis dalam sebuah perusahaan menyarankan
agar CIO ada beberapa rencana dalam mengelompokkan perilaku dan menekankan
standart etika yaitu :
Formulasikan suatu kode perilaku.
Tetapkan aturan prosedur yang berkaitan dengan masalah-masalah
seperti penggunaan jasa komputer untuk pribadi dan hak milik atas
software dan data computer.
Jelaskan sanksi yang akan diambil terhadap pelanggaran, seperti
teguran, pengertian, dan tuntunan.
Kenali prilaku etis.
Fokuskan perhatian pada etika secara terprogram seperti pelatihan
dan bacaan yang disyaratkan.
8
Promosikan undang undang ITE pada karyawan. Simpan suatu
cacaran formal yang menetapkan pertanggung jawaban tiap spesialis
informasi untuk semua tindakan, dan kurangi godaan untuk
melanggar dengan pemograman sperti tim audit etika.
Mendorong penggunaan pemogram-pemogram rehabilitas yang
memperlakukan pelanggaran etika dengan cara yang sama seperti
perusahaan
mempedulikan
pemulihan
bagi
alkoholik
atau
penyalahgunaan obat bius.
Dorong partisipasi dalam perkumpulan profesional.
Berikan contoh.
2.1.7 Pihak-Pihak Sebagai Pengawas Dalam Perilaku TIK
Didalam buku Sutioso pihak sebagai pengawas dalam perilaku TIK menurut
Robert Ellickson’s ada 5 pihak sebagai pengawas dalam perilaku TIK (Teknologi
Informasi Komputer)[1] yaitu :
Pengawasan oleh aktornya sendri dapat diterapkan peraturan
subtantif berupa etika pribadi dengan konsekwensi berupa sanksi
sendri (self sanction).
Pengawas oleh pihak kedua, aturan subtantifnya berupa penetapan
kontraktual (comtractual provisioans), sanksinya dalam bentuk
various self help mechanismes.
Pengawasan oleh kekuatan sosial yang di organisasi secara non
hierarkhis, dengan aturan substantif berupa norma-norma sosial
(social norm).
Pengawasan oleh organisasi non pemerintah yang di organisasi secara
hierarkhis dengan aturan substantifnya berupa peraturan organiasasi
(organization rules).
9
Pengawas oleh pemerintah dengan aturan berupa hukum (law)
dengan sanksi hukuman yang ditegakkan oleh negara.
2.1.8 Perspektif Cyber Law Dalam Indonesia
Dalam buku Sutioso ada beberapa pandangan cyeber law di Indonesia, yaitu :
Dilihat dari kejadian-kejadian kriminalitas internet dan begitu
berkembangnya pemakaian dan pemanfaaatan internet di Indonesia
maupun di Dunia Internasional, sudah saatnya pemerintah Indonesia
menerapkan cyber law sebagai prioritas yang utama.
Urgensi cyber law bagi indonesia terletak pada keharusan Indonesia
untuk mengarahkan transaksi-transaksi lewat internet saat ini agar
sesuai dengan standar etik dan hukum yang disepakati dan keharusan
untuk meletakkan dasar legal dan kultural bagi masyarakat indonesia
untuk masuk dan menjadi perilaku dalam masyarakat informasi.
2.1.8.1 Ruang Lingkup Cyberlaw
Pembahasan mengenai ruang lingkup ”cyber law” dimaksudkan sebagai
inventarisasi atas persoalan-persoalan atau aspek-aspek hukum yang diperkirakan
berkaitan dengan pemanfaatan Internet. Jonathan Rosenoer dalam Cyber law, the law
of internet mengingatkan tentang ruang lingkup dari cyber law diantaranya :
1. Hak Cipta (Copy Right)
2. Hak Merk (Trademark)
10
3. Pencemaran nama baik (Defamation)
4. Fitnah, Penistaan, Penghinaan (Hate Speech)
5. Serangan terhadap fasilitas komputer (Hacking, Viruses, Illegal Access)
6. Pengaturan sumber daya internet seperti IP Address, domain name
7. Kenyamanan Individu (Privacy)
8. Prinsip kehati-hatian (Duty care)
9. Tindakan kriminal biasa yang menggunakan TI sebagai alat
10. Isu prosedural seperti yuridiksi, pembuktian, penyelidikan dll
11. Kontrak / transaksi elektronik dan tanda tangan digital
12. Pornografi
13. Pencurian melalui Internet
14. Perlindungan Konsumen
15. Pemanfaatan internet dalam aktivitas keseharianseperti ecommerce, egovernment, e-education dll.
2.1.8.2 Pentingnya Cyber Law Dan Support Dari Lembaga Khusus
Perlu adanya cyber law sebagai berikut :
11
a. Perkembangan teknologi yang sangat pesat, membutuhkan
peraturan hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi
tersebut.
b. Pertumbuhan ekonomi di era informasi ini akan menularkan
manfaat dalam penggunaannya, seperti dengan adanya eecommerce, e-government, foreign direct investment (FDI),
industri penyediaan informasi dan pengembangan UKM
c. Permasalahan yang sering muncul adalah menjaring sebagai
kejahatan komputer yang dikaitkan dengan ketentuan pidana yang
berlaku karena pidana yang mengatur tentang kejahatan komputer
yang berlaku saat ini belum maksimal .
d. Optimalisasi peranan hukum dalam perkembangan teknologi
membutuhkan kelengkapan perundang-undangan yang berkualitas.
Perlunya support dari lembaga khusus, yaitu :
a. Lembaga-lembaga khusus, baik pemerintah maupun NGO (Non
Government
Organization)[5],
diperlukan
sebagai
upaya
penanggulangan kejahatan internet.
b. Dan lembaga Nasional Infrastructure Protection Center (NIPC)[6]
sebagai institusi di Amerika Serikat yang menangani masalah yang
berhubungan dengan infrastruktur
c. Di Indonesia juga sebenarnya sudah memiliki IDCERT (Indonesia
Camputer Emergency Response Team)[7]
salah satu lembaga
khusus untuk mempermudah penanganan masalah keamanan
12
2.1.9 Contoh Kasus Penerapan Etika Dalam Teknologi
Terhubung contoh kasus dalam penerapan etika dalam teknologi ada 2 contoh
kasus yang diberikan, yaitu :
1. Kasus Buni Yani merupakan salah satu pengunggah penggalang video pidato
mantan gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tentang
surat Al-maidah ayat 51[8] saat berkunjung ke pulauan seribu dalam kasus ini
polisi tidak mempermasalahkan konten video yang diunggah namum capption
atau diskripsi yang ditulis oleh Buni Yani diakun Facebooknya di anggap
melanggar pasal 32 ayat 1 dan pasal 48 ayat 1 UU ITE yang berbunyi tentang
pengubahan, penambahan, dan pengurangan satu informasi atau dokumen
elektronik dengan ancaman hukuman 8 tahun penjara. Selain itu Buni yani
dikenakan juga, UU ITE pasal 28 ayat 2 dan pasal 45 ayat 2 tentang membuat
rasa kebencian atau permusuhan induvidu dan atau kelompok masyarakat
tertentu atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) dengan ancaman
hukuman 6 tahun penjara. Buni yani sempat menggugat pra peradilan tetapi
ditolak PN (Pengadilan Negeri) Jakarta Selatan. Sampai saat ini kasus masih
bergulir.
Gambar 2.1 Bukti permasalahan Buni Yani tidak sesuai dengan ucapan
Ahok divideo.
13
2. Kasus Florence Sihombing adalah Mahasiswi Pasca Serjana Fakultas Hukum
Universitas Gajah Mada yang dianggap menghina Yogyakarta lalu Florence
divonis 2 bulan penjara dan mendapatkan masa percobaan selama 6 bulan oleh
pengadilan negeri Yogjakarta, Florence juga didenda 10 juta rupiah
mendapatkan subsider 1 bulan kurungan karna telah mendistribusikan informasi
elektronik yang melalui jaringan telekomunikasi, dan tanpa hak. Menurut
kutipan Yanuar[9] Florence yang kerap di katakan Flo ini dinyatakan terbukti
bersalah dijerat dengan pasal 27 ayat 3 UU ITE dan pasal 45 ayat 1, yang
menguatkan Flo bersalah karna penghinaan dan pencemaran nama baik Kota
Yogjakarta melalui media sosial (Path) pada saat Florence menulis status terkait
hal itu karna kesal mengantri pada jalur antrian mobil disebuah SPBU di
Yogjakarta sementara Flo menggunakan sepeda motor. JPU memberikan
tuntutan itu karena memertimbangkan sikap Flo yang kooperatif selama
persidangan. Selain itu itikad baik Flo yang sudah meminta maaf kepada warga
Yogjakarta dan Sri Sultan Hamengkuwono X selaku Gubernur DIY. Sementara
itu pertimbangan yang memberatkan Florence adalah penghinaan melalui media
Path sudah membuat keresahan dan pertentangan di masyarakat.
Adapun kasus kriminal dalam teknologi dapat terungkap dan sebagian lagi tidak
terungkap, maka ada namanya tahapan pembuktian dalam persidangan karna salah
satu tahapan penting yang harus dijalani untuk mengungkapkan kasus. Berkaitan
dengan KUHP pasal 184 ayat 1, berikut gambar pengertian alat bukti yang sah :
14
Gambar 2.2 Alat Bukti Yang Sah Dalam UU KUHP dan ITE
Gambar 2.3 Alat Bukti Informasi Kasus Florence
15
Gambar 2.4 Alat Bukti Informasi Pengakuan Perminta Maaf Kasus
Florence
Berdasarkan kutipan-kutipan dari beberapa media elektronik tersebut, dalam
kasus ini kita dapat mengetahui tidak adanya penerapan etika dalam komputer atau
teknologi informasi sehingga adanya tindakan yang mengganggu kenyamaan dan
kerugian orang lain yang dapat menyebabkan pelaku terkait kasus pelanggaran UU
ITE maupun KUHP. Oleh karena itu perlu adanya penerapan etika terhadap
penggunaan teknologi atau komputer agar kejadian yang sperti ini tidak terulang lagi.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Seorang saksi ahli mempunyai salah satu barang bukti yang sah yangdapat
digunakan dalam pengadilan, saksi ahli mengetahui dan memiliki kode etik agar
kesaksiannya bisa diterima oleh hakim saat persidagan. Dalam hal ini telah
ditentukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
Berdasarkan atas undang-undang dan norma-norma yang berlaku di Indonesia,
seorang saksi ahli bisa dihadirkan apabila saksi ahli mempunyai latar belakang
pendidikan formal dan informal terhadap kasus yang ditanganinya dan selain itu juga
mempunyai dasar pengalaman dari kasus terdahulu.
17
REFERENSI
[1]. Sutiyoso, Manajemen, Etika & Hukum Teknologi Informasi. Yogyakarta: UII
Press, 2015
[2]. Supriyanto, Aji .(2005) “Pengantar Teknologi Informasi”, Edisi Pertama ,
Salemba Infotek Jakarta
[3]. Reymond Mc.Leod, Jr. (2001): Sistem Informasi Manajemen, Jilid I, Edisi
Ketujuh, Penerbit Prenhallindo, Jakarta
[4]. Donn B. Parker, (1988).“Ethics for Information Systems Personnel” Journal of
Information Systems Management.
[5]. NGO –“Non Governmental
Organization”
http://whatis.techtarget.com/definition/NGO-non-governmental-organization
diakses pada tanggal 30-Okt-2017
[6]. NIPC
–
“National
infrastructure Protection
Center”
https://en.wikipedia.org/wiki/National_Infrastructure_Protection_Center
diakses pada tanggal 30-Okt-2017
[7]. IDCERT
-
“Indonesia
Camputer
Emergency
Response
Team”
https://www.cert.or.id/tentang-kami/id/ diakses pada tanggal 30-Okt-2017
[8]. News.detik.com. “Buni yani disebut sengaja hilangkan kata “pakai”di video
Ahok”.2016.https://news.detik.com/berita/d-3528813/buni-yani-disebutsengaja-hilangkan-kata-pakai-di-video-ahok (diakses pada tanggal 1 November
2017)
[9]. News.liputan6.com.”Florence Sihombing Menangis divonis 2 tahun penjara”
http://news.liputan6.com/read/2201796/florence-sihombing-menangis-divonis2-bulan-penjara?source=search” (diakses pada tanggal 1 November 2017)
[10]. KBBI - “Etika” https://kbbi.web.id/etika diakses pada tanggal 28-November2017
18
[11]. Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Jakarta:
Sekretaris Negara.
[12]. Republik Indonesia, Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Jakarta: Sekretaris Negara. 1981.
[13]. Republing Indonesia, Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jakarta: Sekretaris Negara. 2008
19