POLEMIK IMPLEMENTASI TRANSFORMASI JAMINA JAMINA

“ SISTEM KEPEMERINTAHAN “
JUDUL PAPER :
POLEMIK IMPLEMENTASI TRANSFORMASI JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL (JKN) SEBAGAI STRATEGI GOOD GOVERNANCE MENCAPAI
UNIVERSAL HEALTH COVERAGE ( UHC )
( Analisis Aplikasi BPJS guna mendukung Program JKN )

Untuk diikutkan dalam Call For Paper The 2nd ATTRACTION (Administration in Action)”
yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya

Diusulkan oleh :
Alfa Widati NIM 21330863

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI ( STIA )
MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Puji Syukur tak teretas atas Kehadirat Dzat Sang Penguasa Jiwa dan Semesta, Allah

Subhanahu Wata’ala, yang dengan Kasih sayang serta Hidayahnya, Karya Tulis Ilmiah yang
diberi judul “ Polemik Implementasi Transformasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
sebagai strategi Good Governance menuju Universal Health Coverage ( UHC ) “ ini, dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Tulisan ini mengulas mengenai berbagai Polemik yang terjadi selama awal periode
transformasi sistem Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia yang silaksanakan melalui
BPJS untuk mencapai standar UHC dan keterkaitannya dalam usaha mewujudkan Sistem
kepemerintahan yang lebih baik, terutama bagi kepemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, Penulis ingin mengucapkan Terimakasih atas
Dukungan dan Doa dari :
1. Kedua Orang Tua yang senantiasa mencurahkan Kasih sayang tak terbalaskan serta do’a
agar anak – anaknya menjadi manusia yang bermanfaat
2. Ketua Prodi D3 RMIK STIA Malang, beserta wakil dan jajaran Staf
3. Bapak Mohammad Ating Kurnia, ST., Selaku Dosen Pembimbing
4. Dan seluruh teman – teman RMIK STIA Malang yang selalu memberikan semangat dan
doa
Besar harapan, Tulisan ini dapat bermanfaat bagi Pembaca dan dapat digunakan sebagai
referensi untuk membangun kesempurnaan tulisan ini. Selain itu, Penulis juga mengharapkan
Saran dan Kritik yang membangun yang dapat mengantarkan konsep Penulisan KTI ini ke
arah yang lebih sempurna.


Malang, 18 Agustus 2015

Penulis

ii

ABSTRAK
Paper ini mengulas kembali konsep dasar penyelenggaraan Program Jaminan Sosial di
Indonesia melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) sebagai strategi Pemeritah
membentuk Masyarakat yang sejahtera, sehat dan mandiri dengan tujuan Program tersebut
dapat turut serta dalam mendukung Program Pembangunan Nasional menuju konsep
kepemerintahan yang lebih baik ( Good Governance ) melalui program pemerataan Jaminan
Kesehatan Nasional / Universal Health Coverage ( UHC ).
Pemerataan Jaminan Sosial ini adalah menuju ke arah usaha perwujudan kesejahteraan
Umum yang adil dan merata dengan berorientasi pada sistem Universal Health Coverage (
UHC ) namun tetap menyandarkan konsep dasar Ideologis Nasional sebagaimana yang
tertuang pada pembukaan UUD 1945.
BPJS ( Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ) secara konstitusional telah resmi disahkan
Pemerintah sebagai lembaga pelaksana Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN ) sejak 1 Januari

2014 menggantikan peran JAMKESMAS dan JAMKESDA, dmana akan ditargetkan akan
menyelesaikan misinya mencover seluruh lapisan masyarakat dalam jaminan Kesehatan
Nasional pada tahun 2019. Kebijakan terintegrasi ini merupakan tanggapan dari transformasi
JKN menuju sistem Universal Health Coverage ( UHC ).
Dengan mengangkat Asas dasar bermasyarakat secara ideologis dan relasinya dengan
berbagai polemik BPJS di Indonesia, Paper ini berusaha melahirkan Konklusi dari berbagai
polemik yang menghadang pelaksanaan program yang mulia ini dan membuka lebih jelas
peran Program ini dalam tatanan Kepemerintahan yang lebih baik lagi. Sehingga dapat
diharapkan seluruh lapisan masyarakat terlibat dan percaya, serta turut serta dalam
mendukung Program JKN oleh BPJS ini.

Keywords : Universal Health Coverage, Good Governance, Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iv
BAB I.......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang......................................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

1.3

Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

1.4

Motivasi Penulisan Paper ......................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 4
2.1 Pendekatan Konsep Good Governance dan Implementasi Universal Health Coverage
(UHC) di Indonesia ............................................................................................................. 4
2.1.1 Konsep Good Governance ............................................................................................ 4
2.1.2 Universal Health Coverage (UHC) ............................................................................... 7
2.2 Hierarki Hukum Penyelenggaraan BPJS ....................................................................... 9
2.3 Polemik Perjalanan BPJS Menyelenggarakan JKN di Jawa Rimur............................. 11
2.4 Strategi rekonstruksi pelaksanaan JKN secara mendasar dan bertahap ..................... 13
BAB III ..................................................................................................................................... 15
PENUTUP............................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. v
Lampiran 1 ................................................................................................................................. vi

iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada awal tahun 2014, Indonesia secara resmi memulai implementasi program
barunya yaitu rekonstruksi Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ). Rekontruksi ini berupa
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan memberikan
pemeliharaan kesehatan secara terjamin bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan adil
dan merata. Program ini telah dimulai tanggal 1 Januari 2014 dan ditargetkan akan
selesai menyelenggarakan program tersebut secara menyeluruh pada tahun 2019
mendatang. JKN akan mengintegrasi Jaminan Kesehatan Daerah ( JAMKESDA) dan
dikelola secara terpusat serta terpadu oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
guna mengejar ketertingggalan pembangunan di sektor kesehatan oleh Pemerintah
Daerah. Dasar Hukum dari BPJS Kesehatan ini adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentng Bpjs. Dalam Undang-Undang Nomor 24 tentang BPJS askes (Asuransi
Kesehatan) yang sebelumnya dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), berubah
menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.
Penyelenggaraan JKN di Indonesia sebelumnya dikelola oleh Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), melalui BPJS maka BUMN berubah menjadi Badan Publik yang
berarti mengelola Sistem Jaminan Kesehatan Seluruh Rakyat Indonesia dan langsung
bertanggung jawab kepada Presiden. Dalam Undang-Undang Nomor 24 pun telah
mengatur tentang BPJS Askes ( Asuransi Kesehatan ) yang sebelumnya dikelola oleh PT
Askes Indonesia ( Persero ) berubah menjadi BPJS.
Sejak usainya perang dunia II, Program penjaminan Sosial Kesehatan telah

diterapkan banyak negara – negara di dunia bagi penduduknya. Jaminan Sosial ini
dikenal dengan istilah Universal Health Coverage ( UHC ). Dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir, berbagai Negara hampir di seluruh pelosok dunia beserta lembaga lembaga
internasional, mulai bergerak dalam pemberian bantuan dan asistensi pembangunan, giat
melakukan

dan

mempromosikan

perubahan

paradigma

berdasarkan

konsepsi

kepemerintahan yang baik. Sebagaimana diketahui bahwa Pelaksanaan JKN ini selain
membawa amanat mulia, ia juga dipastikan akan menghadapi berbagai macam tantangan

yang tidak mudah. Maka diperlukan upaya solutif yang teratur guna memberikan

1

penyuluhan mengenai Sistem JKN ini kepada seluruh pihak masyarakat guna meredam
polemik sementara yang timbul.
Maka melalui penulisan Karya Tulis Ilmah ini, kita akan lebih memahami peran
BPJS sebagai upaya Pemerintah membentuk kepemerintahan yang teratur ( Good
Governance ) dalam upaya menegakkan asas keadilan sosial yang menyeluruh bagi
seluruh lapisan masyarakat ( Pancasila, sila ke 2 ) sehingga dengan pemahan masyarakan
mengenai asas Gotong royong program BPJS tersebut dapat melahirkan dukungan
masyarakat terhadap langkah Pemerintah dan kebijakannya

1.2 Rumusan Masalah
Sebagaimana Permasalahan Kultural yang mendasari permasalahan selama
rekonstruksional Sistem Kesehatan, maka Paper ini memfokuskan pada pembahasan
yang berorientasi pada Rumusan masalah terkait pertanyaan berikut :
1.2.1 Bagaimana konsep Good Governance di bidang penjaminan Sosial ?
1.2.2 Bagaimana Peran BPJS mewujudkan Program JKN untuk mencapai Universal
Health Coverage ( UHC )?

1.2.3 Bagaimana mengatasi Polemik sementara Pelaksanaan Rekontruksi JKN di
Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan
Sebagaimana Ulasan yang tertuang dalam Rumusan Masalah, maka Penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui :
1.3.1 Konsep Good Governance di bidang penjaminan Sosial
1.3.2 Peran BPJS mewujudkan Program JKN untuk mencapai Universal Health
Coverage ( UHC )
1.3.3 Bagaimana mengatasi Polemik sementara Pelaksanaan Rekontruksi JKN di
Indonesia

1.4 Motivasi Penulisan Paper
Motivasi dalam Penuliasan Karya tulis ilmiah ini lahir dari harapan Penulis akan
kebermanfaatannya baik dari segi Teoritis maupun segi Praktis.
1.4.1 segi Teoritis maksudnya yaitu bahan Kajian Pustaka maupun Dokumentasi dari
hasil Penelitian dan penulisan ini, dapat digunakan lebih lanjut mengenai topik
sejenis.
2


1.4.2 Sedangkan dari segi Praktis, diharapkan hasil dari karya tulis Ilmiah ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat
dalam menerapkan suatu kebijakan terutama yang berorientasi dalam sektor
Kesehatan.

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Konsep Good Governance dan Implementasi Universal Health Coverage
(UHC) di Indonesia
2.1.1 Konsep Good Governance
Good Governance Merupakan Suatu usaha menyelenggarakan kepemerintahan
yang terkelola dan teratur dimana tidak hanya digerakkan oleh regulator pusat saja
atau Pemerintah, namun juga melibatkan peran penting masyarakat dan badan
hukum negara untuk turut aktif dalam berpartisipasi mewujudkan stabilitas
nasional. Dengan kondisi negara yang terkelola dan teratur dengan baik, akan
menekan permasalahan Negara seperti praktik Korupsi, kolusi dan nepotisme
dalam pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang lain yang berpotensi

terjadi praktik kecurangan. pemberantasan korupsimelalui penerapan asas-asas
kepemerintahan yang baik (Good Governance) tersebut, dapat turut serta dalam
upaya pemberantasan korupsi. Pemberantasan korupsi semacam ini mesti
dilaksanakan secara holistik dengan mengikutsertakan pihak-pihak yang relevan
termasuk

pegawai,

pemerintah,

sektor

swasta,

dan

masyarakat

dengan

memberdayakan pendekatan preventif dan represif. Penyelenggaraan tata
kepemerintahan yang baik adalah landasan bagi pembuatan dan penerapan
kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi.
Dalam upaya mengimplementasikan harapan tersebut, diperlukan kesepahaman
antar semua pihak bangsa dengan dasar bahwa diperlukan prinsip persatuan yang
kuat untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.. menurut United
Nations and World Bank, prinsip pelaksanaan Good Governance di suatu
kepemerintahan dapat mengikuti 7 indikator, diantaranya :
a. Participation memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh anggota
masyarakat untuk bergabung di pemerintahan
b. Rule of Law
Penegakan Hukum yang jelas dengan perlindungan HAM dan kaum minoritas
c. Transparency
Keterbukaan terhadap berbagai masalah dan penyelesaiannya
d. Responsiveness
4

Memberikan respon yang cepat dan tepat untuk mengatasi masalah
e. Consensus Oriented
Melaksanakan kesepakatan bersama yang sejak awal dibuat diantara berbagai
kelompok masyatakat
f. Effectiveness and Efficiensy
Menggunakan berbagai Sumber daya (SDA dan SDM) untuk kemakmuran
bersama
g. Accountability
Adanya sikap bertanggungjawab untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, berbagai Negara hampir di seluruh
pelosok dunia beserta lembaga lembaga internasional, mulai bergerak dalam
pemberian

bantuan

dan

asistensi

pembangunan,

giat

melakukan

dan

mempromosikan perubahan paradigma berdasarkan konsepsi kepemerintahan yang
baik. Salah satu giat pembangunan internasional adalah pemeliharaan Jaminan
Sosial kesehatan bagi penduduk yang mengacu pada sistem UHC (Universal
Health Coverage). Sistem ini telah ditetapkan oleh PBB sebagai upaya
penyejahteraan masyarakat dunia secara terjamin dan disarankan bagi seluruh
Negara anggotanya untuk turut mengimlementasikan program ini. Indonesia
sebagai salah satu negara anggota PBB pun telah melaksanakan Program
penjaminan Sosial atau Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) kesehatan yang
dikenal dengan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program ini telah
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004 oleh PT ASKES yang dalam implikasi
program tersebut, penjaminan sosial kesehatan belum sepenuhnya mencover
seluruh penduduk Indonesia. Selain itu pegawai pensiun pun tidak ada penjaminan
sosialnya. Maka, sejalan dengan perbaikan SJSN selanjutnya, Indonesia mulai
melangkahkan kaki ke arah program yang sama dengan pengelolaan yang lebih
baik yakni mengikuti sistem global UHC yang telah dimulai sejak tanggal 1
Januari 2014 lalu melalui Badan Hukum Publik Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) tidak lagi oleh BUMN seperti PT ASKES (PERSERO). Pengalihan
penyelenggaraan JKN di Indonesia ini merupakan bentuk reformasi atau
rekonstruksi kembali sistem JKN di Indonesia dari bentuk Jaminan Kesehatan
Regional menjadi Jaminan Kesehatan Nasional terintegrasi. BPJS sebagai
Penyelenggara JKN di Indonesia menuju UHC pun tak dilalui dengan mulus.
5

Berbagai polemik timbul tenggelam selama awal. Maka diperlukan pemecahan
dasar guna tetap mempertahankan Program ini berlangsung tuntas hingga mencapai
target Program kerjanya.
Dalam kurun waktu 1 tahun beroperasi saja, BPJS Kesehatan telah memenuhi
target peserta yakni 131,9 Juta peserta. Jumlah ini mengindikasikan keberhasilan
BPJS membantu Program pemerintah yang sebelumnya ditargetkan dalam peta
jalan Pemerintah sejumlah 121,6 juta peserta termasuk eks peserta Jaminan
Kesehatan Tenaga Kerja (Jamsostek) 8,1 juta jiwa. Indikasi awal keberhasilan ini
ditanggapi oleh Dalam pencapaian Good Gooverment, telah lama dibentuk suatu
unit kerja yang dinamakan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4). BPJS dinila telah member nilai positif
terhadap kinerja BPJS mewujudkan program BPJS. UKP4 mengganjar badan yang
mengurusi jaminan sosial kesehatan itu nilai hijau. Evaluasi itu didasarkan pada
kinerja BPJS Kesehatan selama 2014. Kepala Grup Komunikasi dan Hubungan
Antar Lembaga, M. Ikhsan mengungkapkan bahwa kinerja yang dimaksudkan
merujuk pada lima hal yang disorot oleh UKP4 (2/2015), antara lain :
1. Jumlah kepesertaan
BPJS Kesehatan mampu menggaet 133,4 juta peserta. Padahal target yang
ditetapkan pada tahun 2014 hanya 121,6 juta peserta. Dan ketika target direvisi
menjadi 131,4 juta, target peserta masih terpenuhi. Jadi prosentase pencapaian
target BPJS Kesehatan sejumlah 109,72 %.
2. Sebagaimana perjanjian dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes),
BPJS Kesehatan 100% selalu memenuhi klaim dengan membayar setiap tagihan
Fasyankes. Hal ini pun didasarkan pada evaluasi yang telah dilakukan UKP4.
3. Mengacu pada Revisi PP No. 101 Tahun 2012 tentang PBI / Penerima Bantuan
Iuran diselesaikan dengan tepat waktu sebagaimana bpjs telah menyelesaikan
revisi draft RPP PBI itu sesuai dengan kewenangan yang dimiliki BPJS.
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan atau disingkat RPP PBI JK

merupakan salah satu peraturan

pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS yang diperlukan untuk mendukung
beroperasinya BPJS Kesehatan mulai 1 Januari 2014. RPP PBI JK ini juga
merupakan saalah satu rancangan peraturan Pemenrintah (PP), Karena itu RPP
tersebut diharapkan dapat ditetapkan pada 25 November 2012, sebagai dasar

6

hukum pendataan dan penetapan Penerima Bantuan Iuran, pendaftarannya ke
BPJS Kesehatan dan pendanaan Iurannya.
4. Terkait sosialisasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diselenggarakan

BPJS

Kesehatan.

Dari

hasil survei

Sucofindo,

tingkat awareness (kesadaran) masyarakat terhadap program JKN 95 %.
Atau 146,15 % dari target 65 persen.
5. Ketanggapan penanganan keluhan peserta. Sampai pada triwulan ke 4 tahun
2014, BPJS kesehatan telah menyelesaikan seluruh keluhan yang jumlahnya
104.427 keluhan. Penyelesaiannya rata – rata dapat ditangani dalam waktu
1,5 hari.
Tidak hanya badan usaha, BPJS Kesehatan menginginkan seluruh masyarakat
Indonesia yang sehat mendaftar. Sebagaimana diungkapkan Sri Endang Tidarwati
selaku direktur kepesertaan BPJS Kesehatan, agar masyarakat Indonesia tidak
hanya menunggu sakit baru membayar. Dikarenakan dasar program JKN ini yang
adalah bersifat gotong royong jadi memerlukan iuran orang yang sehat untuk
diberikan orang yang sakit. Dengan kata lain, jangan sakit baru mendaftarkan diri
sebagai Peserta JKN.

2.1.2 Universal Health Coverage (UHC)
Indonesia adalah kepulauan Nusantara yang terdiri dari 17.000 Kepulauan.
Menduduki peringkat ke 4 sebagai penduduk terpadat dunia dengan jumlah
penduduk hampir 230 juta jiwa yang penyebaran penduduknya masih belum
merata. Selain memiliki populasi Muslim terbanyak di dunia, Indonesia juga
memiliki nilai budaya dan agama yang sangat kuat. Dalam perkembangan
anggaran keuangan untuk sektor kesehatan Indonesia mengalami peningkatan
meski dari keseluruhan Anggaran Pembelanjaan Negara, rasionya adalah termasuk
dalam kategori rendah dibandingkan sektor lain seperti infrastruktur dan investasi.
Dengn rincian 72% dari populasi penduduk telah tercover program Jaminan
kesehatan Nasional dan 28 % belum tercover asuransi. Maka dari itu, BPJS
Kesehatan sebagai pelaksana program SJSN memiliki esensi mewujudkan Jaminan
Sosial berupa jaminan perlindungan dan kesejahteraan sosial secara merata.

7

Gambar 1 1.1 anggaran kesehatan

UHC (Universal Health Coverage) merupakan Program dunia dengan
menyelenggarakan jaminan sosial kepada populasi masyarakatnya secara
menyeluruh, adil dan merata mulai berupa pelayanan kesehatan bermutu meliputi
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Di Indonesia, dalam rangka mencapai tujuan
global UHC tersebut maka dirumuskanlah kebijakan jaminan sosial yang
ditetapkan melalui Undang – undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)
sebagai pelaksanaan jaminan sosial di Indonesia. Sebagaimana perwujudan
Kepemerintahan yang baik (Good Governance), maka dalam pelaksanaan UU
tersebut oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak tahun 2014,
memiliki sistem pengelolaan yang teratur

dan membutuhkan dukungan dari

seluruh pihak yang terintegrasi meskipun dalam pelaksanaannya banyak
menghadapi berbagai tantangan yang dinamis.
Secara umum, Disamping perlunya tindakan yang segera dalam mewujudkan
Good Governance juga diperlukan kesadaran bahwasanya dalam upaya
mewujudkan tata pemerintahan yang baik tersebut membutuhkan waktu yang tidak

8

sedikit dan harus dilakukan secara terus menerus. Selain itu juga, dibutuhkan
kesepakatan dan rasa optimis yang tinggi dari seluruh komponen bangsa. Terutama
tiga pilar utama komponen bangsa, yaitu aparatur negara, pihak swasta dan
masyarakat madani. Sehingga diharapkan, dalam proses pelaksanaan kebijakan
dapat dilakukan dengan optimis dan konsisten.
Maka dapat disimpulkan pelaksanaan Jaminan Sosial Kesehatan oleh BPJS
akan mengacu pada Jaminan Sosial Nasional bagi semua penduduknya agar
mampu sejajar program Penjaminan sosial Global (Universal Health Coverage)
menggunakan acuan Road map to UHC.

Gambar 1 2.2 Road Map

2.2 Hierarki Hukum Penyelenggaraan BPJS
Pengakuan Hak Hidup manusia dan Hak Asasi Manusia (HAM) secara konstitusional
telah diakui oleh Dunia dan tercantum dalam Deklarasi PBB 10 Desember 1948, pada

9

Pasal 25 Ayat 1 mengenai HAM yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya,
termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan
sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,
cacat, menjadi janda / duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainya yang
mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaanya. Berlandaskan
Deklarasi HAM tersebut, Pasca Perang Dunia ke II banyak negara – negara di dunia
yang mengambil inisiatif untuk mengembangkan Jaminan Sosial Nasional bagi semua
penduduknya, Jaminan Sosial ini dikenal dengan istilah UHC. Dalam sidang ke 58 tahun
2005 di Jenewa, WHA (World Health Assembly) / Majelis Kesehatan Dunia menekankan
kembali perlunya pengembangan sistem pembiayaan kesehatan guna menjamin
tersedianya akses Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan dan juga memberikan
perlindungan terhadap resiko keuangan. Hingga pada akhirnya, resolusi WHA
menyatakan sistem pembiayaan Kesehatan yang berkelanjutan berlandaskan sistem
Universal Health Coverage (UHC) yang dalam penyelenggaraannya melaui mekanisme
Asuransi Kesehatan ( ASKES ) Sosial. WHA pun menyarankan ke Organisasi Kesehatan
Dunia / WHO (World Health Organization) untuk mendorong negara – negara
anggotannya untuk mengevaluasi dampak perubahan Sistem Pembayaran Kesehatan
terhadap Pelayanan Kesehatan yang bergerak ke ranah sistem UHC.
Di Indonesia sendiri, falsfah pancasila sebagai dasar Ideologi Negara pun juga
mencantumkan Pengakuan Hak Asasi manusia dalam Sila ke 5 – nya, “ Keadilan Sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia “. Secara konstitusional pun HAM diatur dalam Undang –
undang pasal 36 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak
yang sama di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga memiliki kewajiban turut serta
dalam program jaminan kesehatan sosial.
Untuk mewujudkan hak konstitusional di atas dengan komitmen dunia pada waktu
itu, maka Pemerintah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat melalui Jaminan Kesehatan bagi kesehatan perorangan.
Dalam Usaha menuju ke arah tersebut, Pemerintah sebenarnya telah merintis
beberapa bentuk Jaminan Sosial di bidang kesehatan seperti PT. ASKES (Persero) dan
PT. JAMSOSTEK (PERSERO) dimana sasaran pelayanannya adalah Pegawai Negeri
Sipil (PNS), Penerima pensiun, Veteran dan Pegawai swasta. Bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu, Pemerintah memberikan jaminan Kesehatan melalui skema Jaminan
10

Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dan Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA).
Sejalan dengan ini, pengaplikasian Skema – skema tersebut masih terfragmentasi atau
masih terbagi – bagi, sehingga Biaya kesehatan dan mutu Pelayanan Kesehatan di
lapangan menjadi sulit terkendali.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 ditetapkanlah Undang – undang No.
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan
bahwa Jaminan Sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS. Kemudian pada tahun 2011 dikeluarkan pula
Undang – undang No. 24 yang menetapkan Jaminan Sosial Nasional akan
diselenggarakan oleh BPJS. BPJS sendiri terbagi menjadi 2, yaitu BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusun untuk JKN akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan
yang implementasinya dimulai pada tanggal 1 Januari 2014 lalu. Secara operasional,
pelaksanaan JKN diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.
Diantaranya yaitu PP No. 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran, PerPres No.
12 tahun 2013 tentang jaminan kesehtan, dan peta jalan (Road map) JKN.

2.3 Polemik Perjalanan BPJS Menyelenggarakan JKN di Jawa Rimur
Mengkaji Polemik dalam kaitannya dengan penyelenggaraan program JKN melalui
BPJS Kesehatan dapat dikategorikan berdasarkan asal sebabnya, menjadi tiga point
utama yaitu Terjadi di dalam lingkup BPJS kesehatan, terjadi di dalam lingkup
Fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) yang bekerjasama dengan BPJS, dan terjadi
di dalam lingkup Masyarakat
Lima indikator penilaian UKP4 sebagaimana dijelaskan pada bagian konsepsi Good
Government dalam Karya Tulis Ilmiah ini ternyata belum menjamin penilaian secara
obyektif sesuai fakta dilapangan. Sehingga, selain pujian akan keberhasilan BPJS
berdasarkan penilaian UKP4 selama 1 tahun operasional BPJS, namun pada kenyataanya
masih ditemukan kekurangan dalam penyelenggaraannya. Bentuk kecatatan dalam
melaksanakan Program JKN ini masih belum sepenuhnya sempurna dan masih
ditemukan ketidaksesuaian prosedur baik yang datang dari BPJS sendiri maupun dari
Fasyankes yang bekerjasama dengan BPJS. Seorang Koordinator advokasi BPJS Watch,
Timboel Siregar mencatat beberapa point yang dikategorikan sebagai ketidaksempurnaan
pelaksanaan Program ini oleh BPJS dalam 1 tahun terakhir. Tidak jauh berbeda dengan
konklusi penilaian yang dilakukan oleh Saleh Ismail Mukadar, anggota komisi E DPRD.

11

Maka didapatkanlah beberapa point berikut yang diklaim oleh pihak bersangkutan
tersebut sebagai point penting yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan BPJS
tersebut. Antara lain :
2.3.1 Terjadi di dalam lingkup BPJS kesehatan :


Mengenai draft revisi PP No.101 Tahun 2012 tentang PBI, ternyata revisi itu
bukanlah wewenang BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan harusnya bertindak
sebagai pelaksana dari sebagian besar regulasi JKN.



Kantor BPJS belum sepenuhnya menjangkau area pelosok, sehingga sering
terjadi antri yang luar biasa panjang di kantor BPJS Kesehatan yang ada.
Sebagaimana diketahui hal ini dikarenakan program ini masih dalam proses
pengembangan.



Kurangnya sorotan UPT4 akan potensi terjadinya fraud dalam proses
pembayaran klaim. Salah satu potensi fraud terjadi dalam hal pengkodean klaim
RS secara manual dan masa rawat pasien yang dijamin dalam sistem INACBGs.



Potensi kehilangan uang negara melalui BPJS dalam setahun mencapai Rp4,1
triliun. Karena, konsep BPJS yang harusnya dilakukan secara gotongroyong ternyata belum maksimal.

2.3.2 Terjadi di dalam lingkup Fasyankes :


Tdak sedikit peserta BPJS Kesehatan yang ditolak Rumah Sakit. Baik ditolak
untuk mendapatkan perawatan ICU, NICU, PICU (pediatric intensive care unit)
dan NICU (neotanal intendive care unit).



Ditemukan Peserta yang dipaksa pulang RS dengan alasan paket INA-CBGs
habis .



Ditemukan Peserta BPJS Kesehatan yang harus masuk daftar tunggu (waiting
list) untuk mendapat tindakan medis seperti operasi.



Tak jarang, peserta BPJS Kesehatan mendapat perlakuan berbeda dengan pasien
lain kategori umum



Adanya tindakan mempersulit masyarakat yang mau menjadi peserta BPJS dan
membedakan obat untuk pasien yang memakai BPJS dengan pasien yang bukan
peserta

2.3.3 Terjadi di dalam lingkup Masyarakat :

12



Banyak terjadi mendaftarnya para pasien mandiri hanyaa saat sakit saja. Hal ini
dapat menggerogoti keuangan BPJS sehingga mendesak BPJS Kesehatan untuk
memperketat kepesertaan mandiri lewat peraturan kesehatan No. 4 tahun 2014.



Masih banyak masyarakat yang nihil kefahaman akan manfaat BPJS, terutama
masyarakat yang sebenarnya menjadi dadaran utama Jaminan Kesehatan.
Sehingga dibutuhkan penyuluhan lebih



masih banyak warga yang belum tahu apa itu BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) Kesehatan dan JKN.



Penyuluhan seputar Program ini tidak terlaksana dengan baik

Penilaian yang bertolak belakang dengan hasil penilaian Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) tersebut harusnya tidak menjadi
permasalahan besar asalkan dijadikan acuan bagi pihak terkait guna memperbaiki sistem
JKN di Indonesia untuk menghindari Kolapsnya Fasyankes yang bekerja sama dengan
BPJS Karena tidak terbayarnya kebutuhan pengobatan dan perawatan pasien peserta
BPJS serta tidak telaksanannya konsep Jaminan Kesehatan Nasional sesuai asas dasar
ideologis gotong royong dan sesuai konsep global UHC.

2.4 Strategi rekonstruksi pelaksanaan JKN secara mendasar dan bertahap
Dengan berbagai macam asas dasar dan landasan Penyelenggaraan JKN oleh BPJS
di Indonesia maka dibutuhkan kesepakatan pemahaman dan terintegrasi dari masyarakat
termasuk pihak pihak terkait dari padanya, guna mendukung Program ini tetap terlaksana
hingga deadline program kerjanya.
Polemik Penyelenggaraan BPJS Kesehatan di Indonesia adalah suatu hal yang wajar
karena mampu diimbangi dengan pencapaian sebagian ekspektasi Program. Maka,
beberapa perbaikan berupa revalue diperlukan untuk segera memperbaiki rongga
kekurangan Program JKN di Indonesia, sehingga diharapkan Program ini dapat terus
memaksimalkan perannya mendukung implementasi Good Government di Indonesia.
Perbaikan tersebut dapat ditujukan kepada pihak BPJS sendiri, pihak Fasyankes, serta
pihak masyarakat secara terintegrasi dan terpadu dengan didukung penuh oleh
pemerintah. Perbaikan bagi pihak BPJS adalah dengan :


Membangun sistem pelayanan medik nasional (SPMN) sebelum meminta tambahan
anggaran kenaikan Penerima Bantuan Iuran (PBI) untuk tahun anggaran 2016



Memperbarui atau meng-update data PBI yang selama ini masih menggunakan data
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011
13



Penambahan anggaran untuk PBI harus diikuti dengan perbaikan sistem manajemen



Memperketat kembali Penyelenggaraan BPJS dalam pelaksanaan registrasi peserta
untuk mendapatkan jaminan kesehatan. Seperti keharusan BPJS Kesehatan untuk
mampu berkoordinasi dengan pihak lain karena adanya oknum-oknum nakal yang
membagikan PBI yang bukan haknya.
Sedangkan perbaikan penyelenggaraan Sistem JKN bagi lingkup masyarakat adalah

dengan mengoptimalkan kembali penyuluhan secara bertahap akan manfaat program JKN
melalui BPJS, dan bagaimana program ini memerlukan dukungan bagi keseluruhan
lapisan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit guna menjunjung tinggi asas
gotong royong saling membantu bagi bangsa Indonesia.

14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berbagai polemik yang kompleks terjadi dalam Penyelenggaraan BPJS Kesehatan di
Indonesia adalah suatu hal yang wajar karena selain berbagai kekurangan yang muncul
kepermukaan dapat diimbangi dengan pencapaian sebagian ekspektasi Program. Maka,
beberapa perbaikan berupa revalue diperlukan untuk segera memperbaiki rongga
kekurangan Program JKN di Indonesia, sehingga diharapkan Program ini dapat terus
memaksimalkan perannya mendukung implementasi Good Government di Indonesia.
Perbaikan tersebut dapat ditujukan kepada pihak BPJS sendiri, pihak Fasyankes, serta
pihak masyarakat secara terintegrasi dan terpadu dengan didukung penuh oleh
pemerintah.
3.2 Saran
Diperlukan perbaikan secara mendasar dan bertahap melalui pendekatan structural
para pelaksana BPJS kesehatan dan badan terkait didalamnya, termasuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Dengan turut mendukung terlaksana program JKN di Indonesia,
maka upaya pemerintah mewujudkan masyarakat mandiri yang sehat mandiri dan saling
membantu, dapat memaksimalkan pemeliharaan taraf kesehatan bangsa secara sistematis.
mengoptimalkan kembali penyuluhan secara bertahap akan manfaat program JKN dan
bagaimana program ini memerlukan dukungan bagi keseluruhan lapisan masyarakat

15

DAFTAR PUSTAKA
Klitgaard, Robert. 2007. Controlling Corruption. LAN, Penerapan Good Governance di
Indonesia. Laporan Kajian Jakarta

Budi, Savitri Citra. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Jakarta. Quantum Sinergis
Media.

Rhoddes. R.A.W. 1997. Understanding Governance Policy : Networks, Governance.
Rflexivity and accountability. Open University Press. Bunckingham, Philadelpia.

Erni Susanti, Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan http://tips-sehat-keluargabunda.blogspot.com/2014/09/hak-dan-kewajiban-peserta-bpjs-kesehatan.html

http://www.tribunnews.com/nasional/2014/12/10/bpjs-kesehatan-targetkan-tahun-2015peserta-jkn-bertambah-37-juta-peserta

http://www.dprd.jatimprov.go.id/berita/id/3373/konsep-bpjs-secara-gotong-royong-belummaksimal#sthash.YtetlILI.dpuf

http://www.jamsosindonesia.com/

http://www.kpmak-ugm.org/news/bpjs-update/365-walaupun-sebagian-besar-tuntutanpekerja-telah-diakomodasi,-mereka-khawatir-uu-bpjs-tidak-bisa-dilaksanakan-seperti-halnyauu-sjsn,-karena-empat-bumn-penyelenggara-jaminan-sosial-tidak-dilebur.html

http://dprd.jatimprov.go.id/berita/id/4952#sthash.kBlcrgrE.dpuf

http://www.bpjs-online.com/menggugat-bpjs

http://manajemen-pembiayaankesehatan.net/index.php/pengukuhan/93-pjj-monev-bpjs/1079-ii-atelaah-pustaka

v

Lampiran 1
BIODATA PENULIS

Nama

: Alfa Widati

Tempat, Tanggal Lahir

: Lamongan, 23 Mei 1995

Alamat

: Jl. Raya Tlogomas Gang 3 No. 56 A, Kota Malang

No Telpon

: 085755058385

Email

: alfawidati23@gmail.com

Jenjang

: Doploma III

Program Studi

: Rekam Medis dan Informasi Kesehatan ( RMIK )

Perguruan Tinggi

: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Malang

NIM

: 21330863

vi