BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil (UMK) - Studi Komparatif Peran Koperasi dan Credit Union (CU) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kecamatan Medan Area

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil (UMK)

  Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

  Di Indonesia, Usaha Mikro Kecil sering disingkat (UMK). UMK saat ini dianggap sebagai cara yang efektif dalam pengentasan kemiskinan. Dari statistik dan riset yang dilakukan, UMKM mewakili jumlah kelompok usaha terbesar. UMK telah diatur secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil.

  UMK merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMK juga menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu upaya mengurangi pengangguran.

  Kita tidak boleh mengabaikan keberadaan Usaha Mikro Kecil (UMK) yang strategis baik secara nasional maupun di daerah. UMK memiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial.

2.1.2 Pengertian koperasi

  Koperasi berasal dari kata “ko“ yang artinya “bersama” dan “operasi” yang artinya “bekerja “ jadi koopersi artinya sama-sama bekerja. Perkumpulan yang diberi nama Kooperasi ialah perkumpulan untuk melakukan kerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Dalam koperasi tak ada sebagian anggota bekerja dan sebagian memeluk tangan. Semuanya sama-sama bekerja untuk mencapai tujuan bersama. (Djarot Siwijatmo, JB 1992 :13).

  Menurut Djarot Siwijatmo, JB (1992: 19), koperasi ekonomi adalah pembawa zaman baru muncul di alam Indonesia sejak perpisahan masa dari abad ke-19 sampai abad ke-20 tujuanya adalah untuk memperbaiki nasib orang-orang yang lemah ekonominya dengan jalan kerjasama.

  Koperasi Indonesia adalah organisasi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan (Chaniago 1998 : 14).

  Berdasarkan beberapa pengertian koperasi di atas diketahui secara umum bahwa koperasi merupakan suatu badan hukum yang terdiri dari kumpulan orang perorangan yang bekerjasama dalam usaha peningkatan ekonomi untuk kesejahteraan bersama berdasarkan pada azas kekeluargaan.

  Ninik Widiyanti (1998:23) mengatakan koperasi merupakan kumpulan orang- orang yang bekerja sama memenuhi satu atau lebih kebutuhan ekonomi atau bekerja sama melakukan usaha, maka dapat dibedakan dengan jelas dari badan usaha atau perilaku ekonomi lainya yang lebih mengutamakan modal. Dengan demikian koperasi sebagai badan usaha mengutamakan faktor manusia dan bekerja sama dasar perikemanusiaan bagi kesejahteraan para anggotanya.

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 prinsip koperasi adalah keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. Dengan memeperhatikan prinsip-prinsip yang ada pada koperasi, maka jelaslah bahwa peranan koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembang potensi ekonomi rakyat dan pengusaha mikro serta mewujudkan kehidupan demokrasi.

  Menurut Soemitro Djojahadikusumo, (1993: 47) menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang dilakukan berbagai orang atau badan hukum (sebagai anggota ) dengan kerja sama atas dasar sukarela serta hak dan tanggung jawab yang sama menyelenggarakan produksi, pembelian atau jasa untuk kepentingan anggota.

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2004: 27.1) mengemukakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan atau pendayagunaan sumberdaya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi.

  Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), mengemukakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang mengorganisisr pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip dan kaidah usaha usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional.

  Prinsip-prinsip koperasi merupakan landasan pokok atau pedoman koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat prinsip- prinsip tersebut terdiri dari kemandirian, keangotaan yang transparan dan sifat terbuka, pengelolaan dilakukan dengan secara terbuka secara adil dan merata sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

2.1.2.1 Sejarah Perkembangan Koperasi

  Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke 19. Ketika itu, negara- negara Eropa yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis, kaum buruh sedang berada pada puncak penderitaannya. Untuk membebaskan diri mereka dari tindakan sistem perekonomian kapitalis, serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakat di sekitarnya, kaum buruh bersepakat untuk menyatukan diri mereka dengan membentuk koperasi (Revrisond Baswir, 2000: 11). Koperasi yang pertama berdiri tersebut disebut Koperasi Rochdale di Inggris. Awalnya sebagai usaha penyediaan barang-barang konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi seiring dengan terjadinya pemupukan modal koperasi, koperasi mulai merintis untuk memproduksi sendiri barang yang akan dijual. Perkembangan koperasi di Rochdale sangat mempengaruhi perkembangan gerakan koperasi di Inggris maupun di luar Inggris. Sejarah koperasi di Indonesia tidak dapat dipisahnkan dari kehadiran pedagang- pedagang bangsa Eropa di negeri ini. Koperasi yang pertama muncul di Indonesia didirikan oleh R. Ariawiriatmadja, Patih Purwokerto yang mendirikan bank simpan pinjam untuk menolong para pegawai negeri pribumi melepaskan diri dari cengkeraman pelepas uang yang kemudian koperasi berkembang menjadi bank simpan pinjam dan kredit pertanian di Purwokerto (Arifin Sitio & Halomoan Tamba, 2001: 7-10).

  Setelah itu koperasi di Indonesia semakin berkembang. Koperasi di Indonesia berkembang sejak zaman penjajahan hingga sekarang ini. Koperasi tumbuh dan menyebar ke seluruh Indonesia, tidak hanya di Purwokerto. Bahkan koperasi dianggap sebagai bangun usaha ekonomi yang paling sesuai diterapkan di Indonesia dengan asas kekeluargaan dan kegotongroyongannya. Begitu banyak tokoh pemikir ekonomi Indonesia seperti Mohammad Hatta, Mubyarto, Sri-Edi Swasono, Emil Salim yang membahas ide-ide mengenai cooperation yang merupakan ide dasar dari koperasi.

  Berbagai kebijakan pemerintah pun dikeluarkan untuk mengembangkan koperasi di Indonesia di antaranya adalah diterbitkannya UU koperasi yang berubah-ubah sesuai pemerintahan yang berkuasa. Hal tersebut juga menyebabkan timbul tenggelamnya koperasi di Indonesia. Perkembangan koperasi memang tidak berjalan mulus namun, setelah dikeluarkannya UU No. 12 tahun 1967 koperasi mulai berkembang lagi. Sampai akhirnya UU koperasi diperbaharui dengan UU No. 25 tahun 1992 yang masih berlaku hingga sekarang.

2.1.2.2 Landasan Koperasi

  Dalam menjalankan kegiatannya koperasi memiliki berbagai landasan. Landasan tersebut meliputi: (Revrisond Baswir, 2000: 36).

  1. Landasan Idiil Sesuai dengan Bab II UU No. 25/1992, landasan idiil koperasi Indonesia adalah pancasila. Penempatan pancasila sebagai landasan Koperasi Indonesia ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pancasila adalah pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia.

  2. Landasan strukturil UUD 1945 sebagai landasan strukturil koperasi Indonesia yang merupakan aturan pokok organisasi negara. Terutama dalam ayat 1 pasal 33 UUD 1945 telah menegaskan bahwa perekonomian yang hendak disusun di Indonesia adalah suatu perekonomian “usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”.

  3. Landasan mental Landasan mental koperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi (Cornelis Rintuh, 1995: 59).

  2.1.2.3 Asas Koperasi

  UU No. 25/1992, pasal 2, menetapkan kekeluargaan sebagai asas Koperasi. Di satu pihak, hal itu sejalan dengan penegasan ayat 1 pasal 33 UUD 1945 beserta penjelasannya, sejauh bentuk-bentuk perusahaan lainnya tidak dibangun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaaan, semangat kekeluargaan ini merupakan pembeda utama antara Koperasi dengan bentuk-bentuk perusahaan lainnya (Revrisond Baswir, 2000: 39).

  2.1.2.4 SHU (Sisa Hasil Usaha)

  Menurut pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992, adalah sebagai berikut: Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota. Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya ditetapkan oleh Rapat Anggota sesuai dengan AD/ART Koperasi.Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima.

  Omzet atau volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu atau tahun buku yang bersangkutan. Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota adalah SHU yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa modal anggota. Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 mengatakan bahwa “Pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata- mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan”.

  Di dalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut: Cadangan koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan 5%, dana sosial 5%, dana pembangunan lingkungan 5%. Tidak semua komponen di atas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.

  Prinsip-prinsip pembagian SHU pada koperasi: 1.

  SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.

  2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri.

  3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.

  4. SHU anggota dibayar secara tunai.

2.1.3 Sejarah Perkembangan Credit Union (CU)

  Credit Union (CU) yang berdiri pada awal tahun 1870_an terbentuk dari asosiasi

  kaum tani di Jerman (Munaldus dkk, 2011). Credit Union (CU) merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada anggotanya, yang memerlukan bantuan modal, disamping bertujuan mendidik anggotanya agar bersifat hemat serta gemar menabung.

  Koperasi kredit biasanya bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir (Revrisond Baswir, 1997: 69).

  Pada awalnya struktur organisasi Credit Union (CU) secara Nasional dalah COCU (Credit Union Council Office) didampingi oleh dewan Pengaturan dan berkembang, dengan terbentuknya Badan Kombinasi Nasional Koperasi (BKNK) pada tahun 1980, terakhir organisasi. Berdasarkan tingkatannya terdiri dari Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BKKKI) di tingkat Nasional mengkoordinir Badan Koperasi Kredit Daerah (BKKKD) di daerah tingkat I, yang dikembangkan menjadi Pusat Kredit (Puskopdit) pelaksanaan pinjaman antara Credit Union (CU) membawahi wilayah Koordinator di daerah tingkat II yang mengkoordinir.

  Kegiatan Credit Union (CU), ditingkat unit organisasi terdiri dari: 1.

  Dewan Pimpinan/ pengurus, meliputi Ketua, Sekretaris, Bendahara (ada kalanya dilengkapi dengan wakil Ketua dan Wakil Sekretaris).

  2. Badan Pemeriksa terdiri dari; Ketua, Penulis dan anggota.

  3. Panitia – panitia (Panitia kredit, Panitia pendidikan).

  Credit Union (CU) adalah koperasi keuangan yang didirikan dari, oleh, dan untuk

  anggota dimana para anggota adalah penabung, peminjam, dan sekaligus pemegang saham. Credit Union (CU) beroperasi dengan basis tidak mencari keuntungan. Credit

  

Union menawarkan banyak pelayanan perbankan, seperti pinjaman konsumtif dan

  pinjaman komersial (biasanya lebih rendah dari suku bunga pasar), simpanan sukarela berjangka (suku bunga biasanya lebih tinggi dari suku bunga pasar), kartu kredit dan asuransi. Para anggota diikat dalam suatu ikatan pemersatu (Common-bond0 seperti pekerjaan, tempat tinggal, dan lain-lain (munaldus dkk, 2011:2).

  Credit Union (CU) memiliki tiga prinsip dasar, yakni: 1.

  Asas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya), 2. Asas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggotanya), dan

  3. Asas pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang utama; hanya yang berwatak baik yang diberi pinjaman).

  Credit Union (CU) atau disebut juga Koperasi Kredit adalah Koperasi yang anggotanya mempunyai kepentingan langsung di bidang perkreditan.

  Tujuan dari Credit Union (CU) adalah sebagai berikut: 1.

  Mendorong para anggota agar menerapkan pola hidup hemat, kemudian menciptakan dana bersama yang dapat dipinjamkan kepada mereka yang memerlukan.

  2. Menetapkan suku bunga pinjaman yang layak.

  3. Membayar balas jasa simpanan anggota yang bersaing.

  4. Menyediakan pelayanan keuangan yang dapat memecahkan persoalan keuangan yang dihadapi oleh anggota Kegiatan Credit Union (CU) baik secara teoritis maupun empiris terbukti mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar yang kuat sebagai akibat dari struktur pasar keuangan yang tidak sempurna terutama jika menyangkut informasi. Apabila Credit Union (CU) mempunyai jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya untuk pelayanan anggota maka segmentasi pasar tidak akan mudah ditembus oleh pesaing baru. Bagi koperasi-koperasi kredit di negara yang sedang berkembang, adanya globalisasi ekonomi dunia merupakan peluang untuk mengadakan kerjasama dengan koperasi-koperasi kredit di Negara maju dalam membangun system perkreditan melalui koperasi.

  Credit Union (CU) diorganiser sebagai kumpulan sekelompok orang yang

  melayani anggotanya dimana pelayanan utamanya adalah: 1.

  Akumulasi modal dari akumulasi simpanan mudah dan menyenangkan 2. Sumber pinjaman dengan bunga normal,

  3. Kegiatan pendidikan dimana anggota dididik mengatur dan mengontrol keuangannya dengan satu ikatan pemersatu (Common Bond of Interest) dan beroperasi berdasarkan peraturan tertentu, meningkatkan sikap hemat dari anggotanya, menciptakan sumber kredit untuk kegiatan usaha yang produktif dan cermat, 4. Melaksanakan training teknik operasi (Ginting, 1999: 86).

2.1.4 Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK)

  Dalam buku Danang Sunyoto “Metodologi Penelitian Ekonomi-Alat Statistik dan Analisis Output Komputer”, dikatakan bahwa pengertian pengembangan menurut T.

  Hani Handoko (1998:104) adalah kegiatan yang mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan sikap dan sifat- sifat kepribadian.

  Usaha Mikro Kecil (UMK) bertujuan meningkatkan taraf hidup ekonomi rumah tangga anggota dengan mempelajari bersama serta menanamkan pengertian dan tata laksana ekonomi yang sehat-baik ekonomi keluarga maupun ekonomi bersama antara para anggota, mengembangkan sikap ekonomi yang sehat di antara para anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta lebih sadar diri dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Memberikan pelayanan kepada para anggota baik dalam kebutuhan-kebutuhan usaha maupun rumah tangga. Membina dan mengembangkan usaha dalam bidang organisasi, produksi, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia.

  Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) diharapkan dapat berbasis keluarga. Melalui pendekatan seperti itu tingkat keberhasilan akan lebih besar. Bila berbasis keluarga maka semua program akan langsung menyentuh kebutuhan pengembangan UMK. Apa yang anggota perlukan akan dapat langsung diaplikasikan. Keberhasilan pengembangan usaha juga dapat langsung dirasakan dan dipantau. tiga persoalan besar yang selalu dihadapi pelaku UMK justru yang paling banyak merasakannya di tingkat bawah. Bila persoalan itu dibenahi dari lingkungan yang paling kecil, tentu hasilnya justru akan lebih terasa. Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) kurang menyentuh lingkup yang paling kecil, yakni keluarga. Padahal, banyak usaha kecil yang dimulai dan dilakukan di kalangan rumah tangga, di dalamnya melibatkan anggota keluarga seperti orang tua dan anak.

  Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) pada hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Sesuai dengan Revitalisasi Koperasi dan UKM menuju kesejahteraan rakyat yang disusun oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia terdapat Program – Program Pemberdayaan Koperasi dan UKM yang beberapa diantaranya digunakan oleh peneliti sebagai variabel dalam menunjang penelitian menteri2013/februari 2013), sebagai berikut:

a. Pengembangan Sumber daya Manusia (SDM)

  Dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan menengah disebutkan bahwa Pengembangan SDM dilakukan dengan cara:

  1. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan.

  2. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial 3.

  Membentuk dan mengembangkan lembaga diklat untuk melakukan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan

  4. Membentuk motivasi untuk menciptakan kreatifitas bisnis dan penciptaan wirausaha baru.

b. Permodalan dan Pembiayaan

  Permodalan dan Pembiayaan untuk Usaha Mikro Kecil (UMK) masih sulit untuk diperoleh dikarenakan prosedur kredit dan persyaratan yang masih belum dapat terpenuhi. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada, maupun non bank yang dapat membantu dalam peningkatan Usaha Mikro Kecil (UMK), diantaranya dengan cara: 1.

  Terlaksananya program penyediaan dana bagi kelompok UMK 2. Meningkatkan struktur permodalan serta memperluas jangkauan pelayanan kepada pelaku UMK

  3. Tersalurnya bantuan dana untuk usaha produktif dengan persyaratan ringan dan terjangkau kepada pelaku Usaha Mikro Kecil sesuai tingkat kelayakn usahanya.

  4. Memberikan perlindungan dan penyelamatan usaha terhadap pelaku UMK

  c. Produksi

  Kebijakan Deputi Bidang Produksi KUKM menekankan pada penciptaan iklim yang kondusif serta pemberian bantuan perkuatan dana untuk pengembangan produksi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktifitas dan nilai tambah produk barang dan jasa yang dihasilkan sehingga memiliki daya saing dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal dan penerapan teknologi yang tepat yang dapat berguna dalam peningkatan kesejahteraan pelaku UMK dan keluarganya.

  d. Pemasaran dan Jaringan Usaha

  Pemasaran merupakan salah satu faktor penting dan menentukan dalam melakukan usaha karena dengan pemasaran yang baik maka akan mampu mendorong peningkatan pendapatan yang diharapkan. Oleh karena itu, harus dibangun sistem pemasaran yang terintegrasi agar produk yang dihasilkan berkualitas, dipercaya dan mendapat respon yang positif dari konsumen dengan melakukan promosi. Untuk itu, perlu dibangun jaringan pemasaran yang baik agar konsumen dapat memperoleh produk yang diinginkan secara mudah dan terjangkau.

  Hal ini penting untuk meningkatkan daya saing dan daya kompatabilitas produk dalam pasar yang kompetitif serta mengembangkan infrastruktur pemasaran produk dan mendorong perluasan kemitraan yang saling membantu antara Usaha Mikro Kecil (UMK), atau antara UMK dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha.

2.1.5 Peran Koperasi Terhadap Usaha Mikro Kecil (UMK)

  Peran Koperasi dalam pengembangan UMKM di Indonesia sudah lama menjadi perhatian pemerintah, bukan saja agar pengusaha UMKM dapat melakukan pinjaman kredit dari koperasi dalam mengembangkan usahanya tetapi juga untuk membantu dalam pemasaran dan pengadaan bahan baku. Dalam membantu sentra-sentra UMKM, khususnya di bidang industri manufaktur, pemerintah membentuk kopersi disetiap sentra yang dibina (disebut koperasi industri kerajinan atau Kopinkra).

  Dalam pengkreditan, selama ini telah banyak program atau skim kredit untuk UMKM dari pemerintah yang disalurkan antara lain lewat koperasi. Lewat koperasi, UMKM dapat memperoleh pinjaman dengan bunga relatif ringan. Dalam beberapa tahun belakangan ini peran koperasi sebagai lembaga kredit di luar perbankan dan lembaga keuangan lainnya semakin besar.

  Memasuki tahun 2011 (berdasarkan BPS 2011) koperasi di Indonesia sudah didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55 hingga 60 persen dari keseluruhan aset koperasi. Hingga akhir tahun 2011, posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah Bank Rakyat Indonesia (BRI) - unit desa sebesar 46 persen KSP/ USP dengan pangsa sekitar 31 persen.

  Berdasarkan sebuah laporan BPS (2011), hanya sebagian kecil pengusaha UMKM yang menjadi anggota koperasi. Jumlah pengusaha UMKM yang tercatat sebagai anggota koperasi hanya sekitar 5,8 persen, sedangkan sisanya sebanyak 94,2 persen bukan anggota koperasi, walaupun rasionya bervariasi didalam kelompok UMKM itu sendiri.

  Hal ini dikarenakan banyak pengusaha UMKM tidak menyadari manfaat berkoperasi atau tidak ada koperasi di desa mereka atau sekitarnya yang sesuai dengan bidang usaha mereka, atau mereka tidak merasa perlu menjadi anggota koperasi karena usaha mereka sangat sederhana, tidak memerlukan banyak modal atau kredit, dan hanya melayani pasar lokal dalam volume yang sangat kecil..

2.1.6 Peran Credit Union (CU) Terhadap Usaha Mikro Kecil (UMK)

  Koperasi kredit atau Credit Union atau biasa disingkat CU adalah sebuah lembaga keuangan non perbankan yang bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya, dan yang bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya sendiri serta mempromosikan penghematan dan menyediakan kredit dengan harga yang wajar, dan di kendalikan oleh anggota dan menyediakan jasa keuangan lainnya kepada para anggotanya, seperti pembangunan masyarakat lebih lanjut atau pembangunan internasional berkelanjutan pada tingkat lokal. Koperasi Kredit berbeda dari bank dan lembaga keuangan lainnya dalam anggota yang memiliki rekening di koperasi kredit dan mereka memilih direksi dalam sistem demokrasi satu orang-satu-suara tanpa jumlah uang yang diinvestasikan dalam koperasi kredit. Kebijakan Sebuah koperasi kredit yang mengatur suku bunga dan hal-hal lainnya diatur oleh sukarelawan Dewan Direksi yang dipilih oleh dan dari keanggotaan itu sendiri Kredit serikat menawarkan banyak layanan keuangan sama dengan bank, sering menggunakan terminologi yang berbeda layanan umum termasuk berbagi account (rekening tabungan), rekening draft saham (rekening giro), kartu kredit, sertifikat istilah saham (sertifikat deposito), dan perbankan online.

  Aksi Credit Union (CU) berdasarkan kelompok bertujuan untuk membangkitkan kelompok-kelompok lemah secara bersama-sama meningkatkan kemampuan melalui strategi, tindakan langsung. Anggota credit union berkomunikasi dengan pengurus dalam menghadapi masalah maupun kehidupan sehari-hari, pengurus Credit Union (CU) sangat diharapkan membimbing, mengarahkan anggota-anggota Credit Union (CU) untuk keluar dari permasalahan.

  2.1.7 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Tujuan Metode Analisis Kesimpulan bahwa Kredit Usaha

  Ari Sofwan. Menganalisis 1) Analisis

  Rakyat (KUR)

  2012. Peranan peranan Kredit Statistika

  berpengaruh positif

  Kredit Usaha Usaha Rakyat Deskriptif dan

  terhadap Usaha

  Rakyat (KUR) terhadap Deduktif dengan

  Mikro dan Kecil

  Terhadap pengembangan menggunakan

  (UMK), ini terlihat Usaha Mikro dan

  Pengembangan Data Primer.

  dari beberapa Kecil (UMK) di

  UMK di 2) Analisis

  indikator seperti Kecamatan Gebang.

  Kecamatan Regresi Linear

  peningkatan omset Gebang Sederhana. produksi Usaha

  Kabupaten

  Mikro dan Kecil

  Langkat (Studi

  (UMK) di

  Kasus: Bank

  Kecamatan Gebang .

  BRI Kecamatan Gebang). Skripsi Fakultas Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara .

2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Gambar 2.1 Struktur Peran Koperasi (X ) dan Credit Union (X ) terhadap Pengembangan

  1

  2 Usaha Mikro Kecil (Y) KOPERASI (X 1 ) CREDIT UNION (X 2 )

PENGEMBANGAN UMK (Y)

  • Pengembangan Sumber

  daya Manusia (SDM)

  • Permodalan dan

  Pembiayaan

  • Produksi Pemasaran dan Jaringan

  Usaha

  Keterangan: = Alur penelitian

2.3 Hipotesis

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalan yang menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu untuk dibuktikan atau diuji secara empiris.

  Dengan kata lain, hipotesa adalah kesimpulan yang belum final, dalam arti sebagai dugaan pemecahan masalah yang mungkin benar dan mungkin juga salah.

  Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka hipotesis yang disimpulkan dalam penelitian ini adalah: koperasi dan Credit Union (CU) berperan terhadap pengembangan Usaha Mikro Kecil di Kecamatan Medan Area.