PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM Mulia Putra

Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…

PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF
PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI
SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM

Mulia Putra1

Abstrak
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang terbentuk dari hasil pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses dan bernalar. Limit Fungsi Trigonometri merupakan ruang
lingkup dari matematika yang sampai saat ini masih tergolong dalam kategori pelajaran
yang sukar bagi siswa, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep terhadap
materi. Pembelajaran metakognitif adalah pembelajaran yang mengupayakan siswa
memperoleh pengetahuaannya sendiri melalui keaktivannya dalam belajar dan kesadaran
siswa akan proses berfikir mereka-sendiri. Dengan kesadaran tersebut, siswa mampu
memikirkan suatu strategi yang tepat dalam menghadapi masalah matematika dengan cara
menstransfer pengetahuannya dalam menghadapi masalah matematika lainnya sehingga
dapat bersikap kritis dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan dan ketuntasan hasil belajar siswa dengan pembelajaran Metakognitif dan
non Metakognitif. Subjek penelitian ini adalah 23 orang siswa kelas XI IPA2 (kelas

Metakognitif) dan 26 orang siswa kelas XI IPA1 (kelas non Metakognitif) pada SMA Negeri 1
Baitussalam. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan tes yang kemudian
dianalisis dengan menggunakan persentase statistic deskriptif dan uji t sesuai dengan
criteria yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar materi
limit fungsi trigonometri kedua kelas belum tuntas secara klasikal. Akan tetapi, kelas yang
diterapkan dengan pembelajaran Metakognitif lebih baik hasilnya dari pada kelas yang
diajarkan dengan non Metakognitif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran metakognitif member pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa pada
materi limit fungsi trigonometri di SMA Negeri 1 Baitussalam kelas XI.

Kata Kunci: Pembelajaran Metakognitif, hasil belajar, limit fungsi trigonometri.

1

Mulia Putra, Dosen
akhiputr4@gmail.com
ISSN 2354-0074

Prodi


Pendidikan

Matematika



Universitas

Serambi

Mekkah,

Email:

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 41

Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…

Pendahuluan
Salah satu tujuan pendidikan dalam


sehingga dalam pembelajarannya siswa hanya

kehidupan adalah untuk membekali peserta

Tanpa bermaksud mengabaikan sisi

didik dengan kecakapan hidup (life skill).

baik dari strategi klasik (tradisional), dapat

Unesco

5)

dimaklumi apabila dijumpai realitas bahwa

mengemukakan dua prinsip pendidikan yang

peserta didik kita agak kurang akrab dan tidak


relevan dengan pancasila: pertama, pendidikan

begitu tertarik dengan permasalahan yang

harus diletakkan pada empat pilar, yaitu

menuntut kemampuan mereka sendiri melalui

belajar mengetahui (learning to know), belajar

keaktivannya

melakukan (learning to do), belajar menjadi

kemampuan demikian sangat diperlukan untuk

diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup

menghasilkan


dalam kebersamaan (learning to live together);

inovatif dan kreatif, karena kreatifitas atau

kedua, belajar seumur hidup (life long

daya

learning).

penemuan baru dalam bidang ilmu dan

(dalam

Mulyasa,

2006:

Matematika sebagai salah satu disiplin

ilmu

memegang

pengembangan

peranan

pengetahuan

dalam
sumber

cipta

belajar.
daya

memungkinkan


Padahal,

yang

penuh

penemuan-

teknologi, serta dalam semua bidang usaha
manusia lainnya. (Munandar, 1999 : 6).

dan

kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui

teknologi. Mengingat pentingnya matematika

dan apa yang tidak diketahui dikenal sebagai

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maka


metakognitif. Dalam konteks pembelajaran,

matematika perlu dikuasai dan dipahami

siswa mengetahui bagaimana untuk belajar,

dengan baik oleh segenap lapisan masyarakat,

mengetahui kemampuan dan modalitas belajar

terutama siswa sekolah formal. Ruseffendi

yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar

(dalam

terbaik untuk belajar efektif

Johar,


ilmu

penting dalam

berperan sebagai pendengar dan bersifat pasif.

2006:

18)

mengatakan,

“Matematika penting sebagai pembimbing

Upaya

siswa

memperoleh


pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap”.

pengetahuannya sendiri melalui keaktivannya

Oleh sebab itu salah satu tugas guru adalah

dalam

untuk mendorong siswa agar dapat belajar

kesadaran siswa akan proses berfikir mereka-

matematika dengan baik.

sendiri. Dengan adanya kesadaran tersebut,

Berbagai
pemerintah


usaha

dalam

telah

rangka

dilakukan

meningkatkan

belajar

tidak

lepas

dari

adanya

siswa akan mampu memikirkan suatu strategi
yang

tepat

dalam

menghadapi

masalah

kualitas pendidikan matematika di sekolah,

matematika yang kemudian diharapkan siswa

namun

yang

dapat mentansfer pengetahuan yang telah ia

memuaskan. Salah satu penyebab rendahnya

peroleh sendiri dalam menghadapi masalah

kualitas

adalah

matematika lainnya, akibatnya siswa tersebut

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di

akan bersikap kritis dalam pembelajaran.

sekolah selama ini berorientasi pada guru

Pembelajaran yang mengandung aktivitas

belum

menunjukkan

pendidikan

ISSN 2354-0074

hasil

matematika

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 42

Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…

seperti di atas disebut dengan pembelajaran
metakognitif.

Pembelajaran

Menurut Munandar (1999:35) anak

Metakognitif

dalam

Matematika

yang kreatif biasanya selalu ingin tahu,

Dalam meningkatkan kualitas dan

memiliki minat yang luas, dan menyukai

mutu

kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak

dilakukan diantaranya dengan meningkatkan

dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan

profesionalisme guru dan penyempurnaan

memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih

kurikulum

berani

Bagian terpenting dari pembaharuan tersebut

mengambil

perhitungan)

resiko (tetapi dengan

daripada

anak-anak

pendidikan,

serta

berbagai

upaya

pedoman

telah

pelaksaannya.

pada

adalah perubahan pandangan dari pandangan

umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu

behavioristik yang lebih mengutamakan tujuan

yang bagi mereka amat berarti, penting, dan

akhir yaitu tersalurnya ilmu pengetahuan dari

disukai, m

guru kepada siswa artinya siswa bersifat pasif
dan pembelajaran lebih berpusat pada guru

ereka

tidak

terlalu

menghiraukan

dianggap menjadi salah satu faktor minimnya

kritik atau ejekan dari orang lain. Mereka pun

kualitas dan kreatifitas siswa. Oleh karena itu,

tidak takut untuk membuat kesalahan dan

dikembangkanlah

mengemukakan pendapat mereka walaupun

yang memandang pembelajaran sebagai usaha

mungkin tidak disetujui orang lain

membantu siswa untuk menkontruksi konsep-

Pada matematika SMA, salah satu
materi

yang

dianggap

cocok

diterapkan

pandangan

konsep/prinsip-prinsip
kemampuannya

kontruktivis

matematika

sendiri

dengan

melalui

proses

dengan pembelajaran metakognitif adalah

internalisasi

“limit fungsi trigonometri”. Konsep limit yang

kembali (Nickson dalam yani,2007:10).

diajarkan di SMA merupakan pengetahuan

sehingga

Pembelajaran

konsep

terbangun

matematika

dalam

baru, tapi konsep fungsi trigonometri dan

pandangan

pemfaktorannya telah menjadi pengetahuan

Hudojo(dalam yani 2007, 10) mempunyai ciri-

dasar (kognitif) bagi para siswa karena telah

ciri sebagai berikut (1) siswa terlibat aktif

dipelajari pada bab dan semester sebelumnya,

dalam

dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

matematika secara bermakna dengan bekerja

materi limit fungsi trigonometri adalah salah

dan berfikir. (2) informasi baru harus dikaitkan

satu

dengan

bentuk

penerapan

konsep

fungsi

konstruktivis

belajarnya,

informasi

siswa

menurut

belajar

sebelumnya

materi

sehingga

trigonometri pada siswa kelas II SMA

menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa,

semester II. Sehingga dalam tulisam ini, kita

dan

akan mengkaji perbedaan hasil belajar siswa

investigasi dan penemuan yang pada dasarnya

pada materi limit fungsi trigonometri yang

adalah pemecahan masalah.

diajar dengan pembelajaran metakognitif dan
nonmetakognitif (pembelajaran konvensional).
ISSN 2354-0074

(3)

orientasi

Upaya

pembelajaran

siswa

adalah

memperoleh

pengetahuaannya sendiri melalui keaktivannya
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 43

Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…

dalam

belajar

tidak

lepas

dari

adanya

Pembelajaran

yang

mengandung

kesadaran siswa akan proses berfikir mereka-

aktivitas sebagaimana disebutkan di atas

sendiri. Dengan adanya kesadaran tersebut,

adalah

siswa mampu memikirkan suatu strategi yang

esensi metakognisi menurut Holler (dalam

tepat dalam menghadapi masalah matematika

Mulana, 2008) digambarkan berdasarkan tiga

dan

untuk

karena

dapat

kelompok aktivitas, yaitu: (1) kesadaran

tersebut

dalam

(pengenalan informasi implisit atau eksplisit);

menghadapi masalah matematika lainnya,

(2) monitoring (mempertanyakan diri-sendiri

akibatnya siswa tersebut akan bersikap kritis

dan pengungkapan untuk stimulasi); dan (3)

dalam pembelajaran. Menurut Maulana (2008)

pencocokan/regulasi (membandingkan dan

kemampuan

membedakan solusi yang lebih masuk akal

dikembangkan

ia

metakognitif

akan

menstransfer

kemudian

pembelajaran

pengetahuan

berpikir

kritis

melalui

dapat

pembelajaran

dalam pemecahan masalah).
Pembelajaran metakognitif sangat erat

matematika di sekolah ataupun perguruan
tinggi, yang menitikberatkan pada sistem,

kaitannya

struktur, konsep, prinsip, serta kaitan yang

masalah dalam matematika. Adapun kaitan

ketat antara suatu unsur dan unsur lainnya.

tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1 di bawah:

No
1

dengan

tahapan

penyelesaian

Tabel 1. Kaitan Pemecahan Masalah dengan Metakognitif
Fase Pemecahan Masalah
Aspek Metakognitif
Memfokuskan perhatian terhadap masalah pengetahuan deklaratif dan keterampilan
perencanaan.

2

Membuat suatu keputusan tentang
bagaimana menyelesaikan masalah

keterampilan
perencanaan
keterampilan prediksi.

dan

3

Melaksanakan
keputusan
menyelesaikan masalah

4

Menginterprestasikan
hasil
dan
merumuskan jawaban terhadap masalah

pengetahuan deklaratif, pengetahuan
prosedural, pengetahuan kondisional, dan
keterampilan monitoring.

5

Melakukan
evaluasi
penyelesaian masalah

keterampilan
monitoring
keterampilan evaluasi.

untuk pengetahuan prosedural, pengetahuan
kondisional, dan keterampilan monitoring.

terhadap

dan

Sumber: Maulana, 2008
Metakognisi

siswa

melibatkan

pengetahuan dan kesadaran siswa tentang
aktivitas kognitifnya

sendiri atau segala

sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas
kognitifnya. Pengetahuan berkaitan dengan
pengetahuan
ISSN 2354-0074

deklaratif,

procedural,

dan

kondisional,
siswa

sedangkan

berkaitan

aktivitas

perencanaan,

kognitif
prediksi,

monitoring, dan mengevaluasi penyelesaian
suatu

tugas

tertentu.

Oleh

karena

itu,

metakognisi siswa memiliki peranan penting
dalam menyelesaikan masalah, khususnya
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 44

Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…

dalam mengatur dan mengontrol aktivitas

melihat ketuntasan hasil belajar siswa. Adapun

kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah,

tes yang diberikan berupa 4 butir soal essay

sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan

yang diberikan pada akhir proses pembelajaran

oleh siswa dalam menyelesaikan masalah

setelah perlakuan selesai diberikan.

matematika menjadi lebih efektif dan efisien.

kuantitatif

Metode Penelitian
Penelitian

Proses analisis data dilakukan secara

yang

dilaksanakan

di

diperoleh

terhadap
siswa

hasil

pada

belajar

posttest.

yang

sebelum

SMAN 1 Baitussalam pada semester genap

dilakukan pengujian hipotesis yang telah

2008/2009 ini merupakan penelitian quasi

dirumuskan dengan menggunakan uji- t,

ekperiment

tahap

terlebih dahulu dilakukan perhitung statistic

tidak

deskreptif, ujji normalitias, uji homogenitas

diambil secara acak melainkan ditentukan oleh

dan diakhiri dengan uji perbedaan dua rata-

pihak satuan pendidikan yang dijadikan

rata data posttest menggunakan uji satu pihak.

dimana

pelaksanaannya,

sampel

pada
penelitian

sebagai lokasi penelitian. Hal tersebut sesuai
dengan

yang

disampaikan

Russefendi

(2010:52) bahwa pada quasi ekperiment ini
subjek tidak dikelompokkan secara acak,

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil perhitunga pada uji normalitas
data postes diperoleh

tetapi peneliti menerima keadaan subjek

37.7

seadanya.

berdistribusi

normal.

dilanjutkan

dengan

Desain

yang

digunakan

dalam

yang

menunjukkan

bahwa

Kemudian,

data
analisis

menghitung

uji

penelitian ini adalah desain kelompok control

homogenitas pada taraf signifikan α = 0.05,

dengan posttest (Posttest-only control group

diperoleh Fhit < Ftab = 1,01 < 2,00 maka Ho

design). Desain ini menggunakan kelompok

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

ekperimen dan control yang tidak diambil

kedua kelas berasal dari populasi yang sama

secara acak namun dipilih dua kelompok yang

yaitu homogen. Setelah diketahui bahwa data

homogen. Berdasarkan pertimbangan kepala

posttest

sekolah dan guru matematika, maka siswa

homogen,

maka

kelas XI IPA2 ditetapkan sebagai kelas

pengujian

terhadap

eksperimen yaitu kelas yang mengalami

menggunakan uji perpedaan dua rata-rata satu

pembelajaran metakognitif sedangkan

kelas

pihak (pihak kanan) dengan membandingkan

XI IPA1 sebagai kelas control yaitu kelas yang

data posttest siswa yang diajarkan dengan

mendapatkan

menggunakan pembelajaran metakognitif dan

pembelajaran

konvensional.

Proses pembelajaran dilakukan sebanyak 3
kali pertemuan pada masing-masing kelas

berdistribusi

normal

selanjutnya
hipotesis

dan

dilakukan
dengan

pembelajaran konvensional
Hasil perhitungan pada taraf nyata
dan dk = (n1 + n2 – 2) = 23 + 26 – 2

dengan 1 kali tes.
Instrumen

sudah

yang digunakan

dalam

= 47, diperoleh t

table

=

dan t

penelitian ini adalah test yang bertujuan untuk
ISSN 2354-0074

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 45

Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
hitung

= 3.07 menunjukkan bahwa

maka

Berdasarkan kriteria jika

maka H1 diterima, sehingga hasil perhitungan
di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
metakognitif lebih baik dari hasil belajar siswa
diajarkan

dengan

pembelajaran

konvensional. Selanjutnya dari segi ketuntasan
belajar materi limit fungsi trigonometri pada
kedua kelas ini diperoleh bahwa sebanyak 15
siswa dari total 23 siswa kelas ekperimen atau
65,21% tuntas dalam belajarnya. Sedangkan
pada kelas control terdapat 1 siswa dari total
21 siswa atau 3,84% yang tuntas dalam
belajaranya.
Berdasarkan

data

yang

telah

terkumpulkan dan hasil analisis, ternyata hasil
belajar yang diajarkan dengan pembelajaran
metakognitif
metakognitif

jauh

lebih

baik

(konvensional).

dari

non

Hal

ini

menunjukkan bahwa siswa lebih menguasai
materi limit fungsi trigonometri yang diajarkan
dengan pembelajaran metakognitif dari pada
konvensional. Nilai rata-rata hasil tes kelas
yang

diajarkan

dengan

pembelajaran

metakognitif adalah 62.24 sedangkan nilai
rata-rata hasil tes siswa yang diajarkan dengan
konvensional

adalah

43.63.

Bedasarkan

tinjauan hipotesis dengan menggunakan uji t
pada taraf signifikan α = 0.05 dan derajat
kebebasan 47 diperoleh 3.07 Ho ditolak, berarti
H1 diterima yaitu hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran metakognitif
lebih baik dari hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
ISSN 2354-0074

dengan

pembelajaran

metakognitif

juga

terlihat memberi pengaruh yang sangat baik

tolak Ho, dalam kondisi lain yaitu

yang

Pembelajaran limit fungsi trigonometri

2.68.

dalam membantu siswa mencapai ketuntasan
belajar. Hal ini terlihat dari jauhnya perbedaan
jumlah siswa yang tuntas dari kedua kelas
ekperimen

maupun

kontrol

meskipun

ketuntasan pada kedua kelas tersebut belum
mencapai ketuntasan klasikal secara maksimal
sebagaimana yang diutarakan oleh Mulyasa
(2006:99)

yaitu

Seorang

peserta

didik

dipandang tuntas belajar jika ia mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran minimal 65%
dari seluruh tujuan pembelajaran, sedangkan
keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta
didik

yang

mampu

menyelesaikan

atau

mencapai 85% sekurang-kurangnya 65% dari
jumlah peserta didik yang ada di kelas
tersebut. Berdasarkan pada pendapat Mulyasa,
maka ketuntasan yang ada pada kelas dengan
pembelajaran metakognitif bisa dikatakan
sudah tuntas secara klasikal tetapi hanya
mencapai batas minimal yaitu > 65% .
Selain
pengamatan

itu,
selama

berdasarkan
proses

hasil

pembelajaran,

siswa pada kelas ekperimen terlihat lebih aktif
baik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru maupun dalam mengeluarkan pendapat
serta berkomunikasi. Meskipun demikian,
masih juga terdapat beberapa kendala dalam
penerapan pembelajaran metakognitif, yaitu
masih kurangnya interaksi dan diskusi dalam
kelompok, masih terlihat beberapa siswa yang
mendominasi pembelajaran dan beberapa yang
lainnya lebih banyak diam.
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 46

Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…

Berdasarkan penjelasan di atas, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil
belajar

siswa

yang

.

dimana,

dengan

2. Ketuntasan belajar siswa pada kedua kelas

pembelajaran metakognitif lebih baik dari

baik eksperimen (XI IPA2) dan kelas

hasil belajar siswa yang diajarkan dengan

control (XI IPA1) secara klasikal belum

pembelajaran konvensional. Meskipun hasil

mencapai ketuntasan maksimal akan tetapi

belajar siswa pada kedua kelas ekperimen

ketuntasan pada kelas ekperimen jauh lebih

maupun control belum mencapai ketuntasan

baik dari kelas control dan mencapai

belajar namun ketuntasan belajar pada kelas

ketuntasan klasikal minimal yaitu >65%.

dengan pembelajaran metakognitif lebih baik

Dalam hal ini terlihat jelas bahwa dari 23

dibandingkan

siswa yang diajarkan dengan pembelajaran

kelas

diajarkan

dari pembelajaran secara konvensional,

dengan

pembelajaran

konvensional.

metakognitif 15 siswa tuntas dalam belajar
(65.21%) sedangkan sisanya belum tuntas

Penutup
Berdasarkan
pembahasan,

hasil
dapat

penelitian

diambil

dan

kesimpulan

sebagai berikut:

siswa

diajarkan

dengan

pembelajaran

konvensional dari 26 siswa yang mengikuti
pelajaran hanya 1 orang yang tuntas

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil
belajar

(34.79%). Sementara itu, dikelas yang

yang

diajarkan

dengan

(3.84%) untuk yang lainnya belum tuntas
(96.16%).

pembelajaran metakognitif jauh lebih baik
Daftar Pustaka
Johar, Rahmah dkk. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Mulyasa, E. (2006). KTSP Sebuah Panduan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. (1999). Pengembangan Krietifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Ruseffendi, E. T. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi). Bandung: Tarsito
.
Yani, Muhammad Zen. (2007). Penerapan Pendekatan Open-Endid pada Materi Sifat-Sifat Grafik
Fungsi Trigonometri di Kelas X MAN Model Banda Aceh. Skripsi. Banda aceh: Universitas
Syiah Kuala.

ISSN 2354-0074

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 47

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25