PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM Mulia Putra
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF
PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI
SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM
Mulia Putra1
Abstrak
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang terbentuk dari hasil pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses dan bernalar. Limit Fungsi Trigonometri merupakan ruang
lingkup dari matematika yang sampai saat ini masih tergolong dalam kategori pelajaran
yang sukar bagi siswa, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep terhadap
materi. Pembelajaran metakognitif adalah pembelajaran yang mengupayakan siswa
memperoleh pengetahuaannya sendiri melalui keaktivannya dalam belajar dan kesadaran
siswa akan proses berfikir mereka-sendiri. Dengan kesadaran tersebut, siswa mampu
memikirkan suatu strategi yang tepat dalam menghadapi masalah matematika dengan cara
menstransfer pengetahuannya dalam menghadapi masalah matematika lainnya sehingga
dapat bersikap kritis dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan dan ketuntasan hasil belajar siswa dengan pembelajaran Metakognitif dan
non Metakognitif. Subjek penelitian ini adalah 23 orang siswa kelas XI IPA2 (kelas
Metakognitif) dan 26 orang siswa kelas XI IPA1 (kelas non Metakognitif) pada SMA Negeri 1
Baitussalam. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan tes yang kemudian
dianalisis dengan menggunakan persentase statistic deskriptif dan uji t sesuai dengan
criteria yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar materi
limit fungsi trigonometri kedua kelas belum tuntas secara klasikal. Akan tetapi, kelas yang
diterapkan dengan pembelajaran Metakognitif lebih baik hasilnya dari pada kelas yang
diajarkan dengan non Metakognitif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran metakognitif member pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa pada
materi limit fungsi trigonometri di SMA Negeri 1 Baitussalam kelas XI.
Kata Kunci: Pembelajaran Metakognitif, hasil belajar, limit fungsi trigonometri.
1
Mulia Putra, Dosen
akhiputr4@gmail.com
ISSN 2354-0074
Prodi
Pendidikan
Matematika
–
Universitas
Serambi
Mekkah,
Email:
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 41
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
Pendahuluan
Salah satu tujuan pendidikan dalam
sehingga dalam pembelajarannya siswa hanya
kehidupan adalah untuk membekali peserta
Tanpa bermaksud mengabaikan sisi
didik dengan kecakapan hidup (life skill).
baik dari strategi klasik (tradisional), dapat
Unesco
5)
dimaklumi apabila dijumpai realitas bahwa
mengemukakan dua prinsip pendidikan yang
peserta didik kita agak kurang akrab dan tidak
relevan dengan pancasila: pertama, pendidikan
begitu tertarik dengan permasalahan yang
harus diletakkan pada empat pilar, yaitu
menuntut kemampuan mereka sendiri melalui
belajar mengetahui (learning to know), belajar
keaktivannya
melakukan (learning to do), belajar menjadi
kemampuan demikian sangat diperlukan untuk
diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup
menghasilkan
dalam kebersamaan (learning to live together);
inovatif dan kreatif, karena kreatifitas atau
kedua, belajar seumur hidup (life long
daya
learning).
penemuan baru dalam bidang ilmu dan
(dalam
Mulyasa,
2006:
Matematika sebagai salah satu disiplin
ilmu
memegang
pengembangan
peranan
pengetahuan
dalam
sumber
cipta
belajar.
daya
memungkinkan
Padahal,
yang
penuh
penemuan-
teknologi, serta dalam semua bidang usaha
manusia lainnya. (Munandar, 1999 : 6).
dan
kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui
teknologi. Mengingat pentingnya matematika
dan apa yang tidak diketahui dikenal sebagai
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
metakognitif. Dalam konteks pembelajaran,
matematika perlu dikuasai dan dipahami
siswa mengetahui bagaimana untuk belajar,
dengan baik oleh segenap lapisan masyarakat,
mengetahui kemampuan dan modalitas belajar
terutama siswa sekolah formal. Ruseffendi
yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar
(dalam
terbaik untuk belajar efektif
Johar,
ilmu
penting dalam
berperan sebagai pendengar dan bersifat pasif.
2006:
18)
mengatakan,
“Matematika penting sebagai pembimbing
Upaya
siswa
memperoleh
pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap”.
pengetahuannya sendiri melalui keaktivannya
Oleh sebab itu salah satu tugas guru adalah
dalam
untuk mendorong siswa agar dapat belajar
kesadaran siswa akan proses berfikir mereka-
matematika dengan baik.
sendiri. Dengan adanya kesadaran tersebut,
Berbagai
pemerintah
usaha
dalam
telah
rangka
dilakukan
meningkatkan
belajar
tidak
lepas
dari
adanya
siswa akan mampu memikirkan suatu strategi
yang
tepat
dalam
menghadapi
masalah
kualitas pendidikan matematika di sekolah,
matematika yang kemudian diharapkan siswa
namun
yang
dapat mentansfer pengetahuan yang telah ia
memuaskan. Salah satu penyebab rendahnya
peroleh sendiri dalam menghadapi masalah
kualitas
adalah
matematika lainnya, akibatnya siswa tersebut
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di
akan bersikap kritis dalam pembelajaran.
sekolah selama ini berorientasi pada guru
Pembelajaran yang mengandung aktivitas
belum
menunjukkan
pendidikan
ISSN 2354-0074
hasil
matematika
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 42
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
seperti di atas disebut dengan pembelajaran
metakognitif.
Pembelajaran
Menurut Munandar (1999:35) anak
Metakognitif
dalam
Matematika
yang kreatif biasanya selalu ingin tahu,
Dalam meningkatkan kualitas dan
memiliki minat yang luas, dan menyukai
mutu
kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak
dilakukan diantaranya dengan meningkatkan
dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan
profesionalisme guru dan penyempurnaan
memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih
kurikulum
berani
Bagian terpenting dari pembaharuan tersebut
mengambil
perhitungan)
resiko (tetapi dengan
daripada
anak-anak
pendidikan,
serta
berbagai
upaya
pedoman
telah
pelaksaannya.
pada
adalah perubahan pandangan dari pandangan
umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu
behavioristik yang lebih mengutamakan tujuan
yang bagi mereka amat berarti, penting, dan
akhir yaitu tersalurnya ilmu pengetahuan dari
disukai, m
guru kepada siswa artinya siswa bersifat pasif
dan pembelajaran lebih berpusat pada guru
ereka
tidak
terlalu
menghiraukan
dianggap menjadi salah satu faktor minimnya
kritik atau ejekan dari orang lain. Mereka pun
kualitas dan kreatifitas siswa. Oleh karena itu,
tidak takut untuk membuat kesalahan dan
dikembangkanlah
mengemukakan pendapat mereka walaupun
yang memandang pembelajaran sebagai usaha
mungkin tidak disetujui orang lain
membantu siswa untuk menkontruksi konsep-
Pada matematika SMA, salah satu
materi
yang
dianggap
cocok
diterapkan
pandangan
konsep/prinsip-prinsip
kemampuannya
kontruktivis
matematika
sendiri
dengan
melalui
proses
dengan pembelajaran metakognitif adalah
internalisasi
“limit fungsi trigonometri”. Konsep limit yang
kembali (Nickson dalam yani,2007:10).
diajarkan di SMA merupakan pengetahuan
sehingga
Pembelajaran
konsep
terbangun
matematika
dalam
baru, tapi konsep fungsi trigonometri dan
pandangan
pemfaktorannya telah menjadi pengetahuan
Hudojo(dalam yani 2007, 10) mempunyai ciri-
dasar (kognitif) bagi para siswa karena telah
ciri sebagai berikut (1) siswa terlibat aktif
dipelajari pada bab dan semester sebelumnya,
dalam
dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
matematika secara bermakna dengan bekerja
materi limit fungsi trigonometri adalah salah
dan berfikir. (2) informasi baru harus dikaitkan
satu
dengan
bentuk
penerapan
konsep
fungsi
konstruktivis
belajarnya,
informasi
siswa
menurut
belajar
sebelumnya
materi
sehingga
trigonometri pada siswa kelas II SMA
menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa,
semester II. Sehingga dalam tulisam ini, kita
dan
akan mengkaji perbedaan hasil belajar siswa
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya
pada materi limit fungsi trigonometri yang
adalah pemecahan masalah.
diajar dengan pembelajaran metakognitif dan
nonmetakognitif (pembelajaran konvensional).
ISSN 2354-0074
(3)
orientasi
Upaya
pembelajaran
siswa
adalah
memperoleh
pengetahuaannya sendiri melalui keaktivannya
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 43
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
dalam
belajar
tidak
lepas
dari
adanya
Pembelajaran
yang
mengandung
kesadaran siswa akan proses berfikir mereka-
aktivitas sebagaimana disebutkan di atas
sendiri. Dengan adanya kesadaran tersebut,
adalah
siswa mampu memikirkan suatu strategi yang
esensi metakognisi menurut Holler (dalam
tepat dalam menghadapi masalah matematika
Mulana, 2008) digambarkan berdasarkan tiga
dan
untuk
karena
dapat
kelompok aktivitas, yaitu: (1) kesadaran
tersebut
dalam
(pengenalan informasi implisit atau eksplisit);
menghadapi masalah matematika lainnya,
(2) monitoring (mempertanyakan diri-sendiri
akibatnya siswa tersebut akan bersikap kritis
dan pengungkapan untuk stimulasi); dan (3)
dalam pembelajaran. Menurut Maulana (2008)
pencocokan/regulasi (membandingkan dan
kemampuan
membedakan solusi yang lebih masuk akal
dikembangkan
ia
metakognitif
akan
menstransfer
kemudian
pembelajaran
pengetahuan
berpikir
kritis
melalui
dapat
pembelajaran
dalam pemecahan masalah).
Pembelajaran metakognitif sangat erat
matematika di sekolah ataupun perguruan
tinggi, yang menitikberatkan pada sistem,
kaitannya
struktur, konsep, prinsip, serta kaitan yang
masalah dalam matematika. Adapun kaitan
ketat antara suatu unsur dan unsur lainnya.
tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1 di bawah:
No
1
dengan
tahapan
penyelesaian
Tabel 1. Kaitan Pemecahan Masalah dengan Metakognitif
Fase Pemecahan Masalah
Aspek Metakognitif
Memfokuskan perhatian terhadap masalah pengetahuan deklaratif dan keterampilan
perencanaan.
2
Membuat suatu keputusan tentang
bagaimana menyelesaikan masalah
keterampilan
perencanaan
keterampilan prediksi.
dan
3
Melaksanakan
keputusan
menyelesaikan masalah
4
Menginterprestasikan
hasil
dan
merumuskan jawaban terhadap masalah
pengetahuan deklaratif, pengetahuan
prosedural, pengetahuan kondisional, dan
keterampilan monitoring.
5
Melakukan
evaluasi
penyelesaian masalah
keterampilan
monitoring
keterampilan evaluasi.
untuk pengetahuan prosedural, pengetahuan
kondisional, dan keterampilan monitoring.
terhadap
dan
Sumber: Maulana, 2008
Metakognisi
siswa
melibatkan
pengetahuan dan kesadaran siswa tentang
aktivitas kognitifnya
sendiri atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas
kognitifnya. Pengetahuan berkaitan dengan
pengetahuan
ISSN 2354-0074
deklaratif,
procedural,
dan
kondisional,
siswa
sedangkan
berkaitan
aktivitas
perencanaan,
kognitif
prediksi,
monitoring, dan mengevaluasi penyelesaian
suatu
tugas
tertentu.
Oleh
karena
itu,
metakognisi siswa memiliki peranan penting
dalam menyelesaikan masalah, khususnya
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 44
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
dalam mengatur dan mengontrol aktivitas
melihat ketuntasan hasil belajar siswa. Adapun
kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah,
tes yang diberikan berupa 4 butir soal essay
sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan
yang diberikan pada akhir proses pembelajaran
oleh siswa dalam menyelesaikan masalah
setelah perlakuan selesai diberikan.
matematika menjadi lebih efektif dan efisien.
kuantitatif
Metode Penelitian
Penelitian
Proses analisis data dilakukan secara
yang
dilaksanakan
di
diperoleh
terhadap
siswa
hasil
pada
belajar
posttest.
yang
sebelum
SMAN 1 Baitussalam pada semester genap
dilakukan pengujian hipotesis yang telah
2008/2009 ini merupakan penelitian quasi
dirumuskan dengan menggunakan uji- t,
ekperiment
tahap
terlebih dahulu dilakukan perhitung statistic
tidak
deskreptif, ujji normalitias, uji homogenitas
diambil secara acak melainkan ditentukan oleh
dan diakhiri dengan uji perbedaan dua rata-
pihak satuan pendidikan yang dijadikan
rata data posttest menggunakan uji satu pihak.
dimana
pelaksanaannya,
sampel
pada
penelitian
sebagai lokasi penelitian. Hal tersebut sesuai
dengan
yang
disampaikan
Russefendi
(2010:52) bahwa pada quasi ekperiment ini
subjek tidak dikelompokkan secara acak,
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil perhitunga pada uji normalitas
data postes diperoleh
tetapi peneliti menerima keadaan subjek
37.7
seadanya.
berdistribusi
normal.
dilanjutkan
dengan
Desain
yang
digunakan
dalam
yang
menunjukkan
bahwa
Kemudian,
data
analisis
menghitung
uji
penelitian ini adalah desain kelompok control
homogenitas pada taraf signifikan α = 0.05,
dengan posttest (Posttest-only control group
diperoleh Fhit < Ftab = 1,01 < 2,00 maka Ho
design). Desain ini menggunakan kelompok
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ekperimen dan control yang tidak diambil
kedua kelas berasal dari populasi yang sama
secara acak namun dipilih dua kelompok yang
yaitu homogen. Setelah diketahui bahwa data
homogen. Berdasarkan pertimbangan kepala
posttest
sekolah dan guru matematika, maka siswa
homogen,
maka
kelas XI IPA2 ditetapkan sebagai kelas
pengujian
terhadap
eksperimen yaitu kelas yang mengalami
menggunakan uji perpedaan dua rata-rata satu
pembelajaran metakognitif sedangkan
kelas
pihak (pihak kanan) dengan membandingkan
XI IPA1 sebagai kelas control yaitu kelas yang
data posttest siswa yang diajarkan dengan
mendapatkan
menggunakan pembelajaran metakognitif dan
pembelajaran
konvensional.
Proses pembelajaran dilakukan sebanyak 3
kali pertemuan pada masing-masing kelas
berdistribusi
normal
selanjutnya
hipotesis
dan
dilakukan
dengan
pembelajaran konvensional
Hasil perhitungan pada taraf nyata
dan dk = (n1 + n2 – 2) = 23 + 26 – 2
dengan 1 kali tes.
Instrumen
sudah
yang digunakan
dalam
= 47, diperoleh t
table
=
dan t
penelitian ini adalah test yang bertujuan untuk
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 45
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
hitung
= 3.07 menunjukkan bahwa
maka
Berdasarkan kriteria jika
maka H1 diterima, sehingga hasil perhitungan
di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
metakognitif lebih baik dari hasil belajar siswa
diajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional. Selanjutnya dari segi ketuntasan
belajar materi limit fungsi trigonometri pada
kedua kelas ini diperoleh bahwa sebanyak 15
siswa dari total 23 siswa kelas ekperimen atau
65,21% tuntas dalam belajarnya. Sedangkan
pada kelas control terdapat 1 siswa dari total
21 siswa atau 3,84% yang tuntas dalam
belajaranya.
Berdasarkan
data
yang
telah
terkumpulkan dan hasil analisis, ternyata hasil
belajar yang diajarkan dengan pembelajaran
metakognitif
metakognitif
jauh
lebih
baik
(konvensional).
dari
non
Hal
ini
menunjukkan bahwa siswa lebih menguasai
materi limit fungsi trigonometri yang diajarkan
dengan pembelajaran metakognitif dari pada
konvensional. Nilai rata-rata hasil tes kelas
yang
diajarkan
dengan
pembelajaran
metakognitif adalah 62.24 sedangkan nilai
rata-rata hasil tes siswa yang diajarkan dengan
konvensional
adalah
43.63.
Bedasarkan
tinjauan hipotesis dengan menggunakan uji t
pada taraf signifikan α = 0.05 dan derajat
kebebasan 47 diperoleh 3.07 Ho ditolak, berarti
H1 diterima yaitu hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran metakognitif
lebih baik dari hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
ISSN 2354-0074
dengan
pembelajaran
metakognitif
juga
terlihat memberi pengaruh yang sangat baik
tolak Ho, dalam kondisi lain yaitu
yang
Pembelajaran limit fungsi trigonometri
2.68.
dalam membantu siswa mencapai ketuntasan
belajar. Hal ini terlihat dari jauhnya perbedaan
jumlah siswa yang tuntas dari kedua kelas
ekperimen
maupun
kontrol
meskipun
ketuntasan pada kedua kelas tersebut belum
mencapai ketuntasan klasikal secara maksimal
sebagaimana yang diutarakan oleh Mulyasa
(2006:99)
yaitu
Seorang
peserta
didik
dipandang tuntas belajar jika ia mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran minimal 65%
dari seluruh tujuan pembelajaran, sedangkan
keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta
didik
yang
mampu
menyelesaikan
atau
mencapai 85% sekurang-kurangnya 65% dari
jumlah peserta didik yang ada di kelas
tersebut. Berdasarkan pada pendapat Mulyasa,
maka ketuntasan yang ada pada kelas dengan
pembelajaran metakognitif bisa dikatakan
sudah tuntas secara klasikal tetapi hanya
mencapai batas minimal yaitu > 65% .
Selain
pengamatan
itu,
selama
berdasarkan
proses
hasil
pembelajaran,
siswa pada kelas ekperimen terlihat lebih aktif
baik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru maupun dalam mengeluarkan pendapat
serta berkomunikasi. Meskipun demikian,
masih juga terdapat beberapa kendala dalam
penerapan pembelajaran metakognitif, yaitu
masih kurangnya interaksi dan diskusi dalam
kelompok, masih terlihat beberapa siswa yang
mendominasi pembelajaran dan beberapa yang
lainnya lebih banyak diam.
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 46
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
Berdasarkan penjelasan di atas, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil
belajar
siswa
yang
.
dimana,
dengan
2. Ketuntasan belajar siswa pada kedua kelas
pembelajaran metakognitif lebih baik dari
baik eksperimen (XI IPA2) dan kelas
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
control (XI IPA1) secara klasikal belum
pembelajaran konvensional. Meskipun hasil
mencapai ketuntasan maksimal akan tetapi
belajar siswa pada kedua kelas ekperimen
ketuntasan pada kelas ekperimen jauh lebih
maupun control belum mencapai ketuntasan
baik dari kelas control dan mencapai
belajar namun ketuntasan belajar pada kelas
ketuntasan klasikal minimal yaitu >65%.
dengan pembelajaran metakognitif lebih baik
Dalam hal ini terlihat jelas bahwa dari 23
dibandingkan
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
kelas
diajarkan
dari pembelajaran secara konvensional,
dengan
pembelajaran
konvensional.
metakognitif 15 siswa tuntas dalam belajar
(65.21%) sedangkan sisanya belum tuntas
Penutup
Berdasarkan
pembahasan,
hasil
dapat
penelitian
diambil
dan
kesimpulan
sebagai berikut:
siswa
diajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional dari 26 siswa yang mengikuti
pelajaran hanya 1 orang yang tuntas
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil
belajar
(34.79%). Sementara itu, dikelas yang
yang
diajarkan
dengan
(3.84%) untuk yang lainnya belum tuntas
(96.16%).
pembelajaran metakognitif jauh lebih baik
Daftar Pustaka
Johar, Rahmah dkk. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Mulyasa, E. (2006). KTSP Sebuah Panduan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. (1999). Pengembangan Krietifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Ruseffendi, E. T. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi). Bandung: Tarsito
.
Yani, Muhammad Zen. (2007). Penerapan Pendekatan Open-Endid pada Materi Sifat-Sifat Grafik
Fungsi Trigonometri di Kelas X MAN Model Banda Aceh. Skripsi. Banda aceh: Universitas
Syiah Kuala.
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 47
PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF
PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI
SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM
Mulia Putra1
Abstrak
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang terbentuk dari hasil pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses dan bernalar. Limit Fungsi Trigonometri merupakan ruang
lingkup dari matematika yang sampai saat ini masih tergolong dalam kategori pelajaran
yang sukar bagi siswa, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsep terhadap
materi. Pembelajaran metakognitif adalah pembelajaran yang mengupayakan siswa
memperoleh pengetahuaannya sendiri melalui keaktivannya dalam belajar dan kesadaran
siswa akan proses berfikir mereka-sendiri. Dengan kesadaran tersebut, siswa mampu
memikirkan suatu strategi yang tepat dalam menghadapi masalah matematika dengan cara
menstransfer pengetahuannya dalam menghadapi masalah matematika lainnya sehingga
dapat bersikap kritis dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan dan ketuntasan hasil belajar siswa dengan pembelajaran Metakognitif dan
non Metakognitif. Subjek penelitian ini adalah 23 orang siswa kelas XI IPA2 (kelas
Metakognitif) dan 26 orang siswa kelas XI IPA1 (kelas non Metakognitif) pada SMA Negeri 1
Baitussalam. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan tes yang kemudian
dianalisis dengan menggunakan persentase statistic deskriptif dan uji t sesuai dengan
criteria yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar materi
limit fungsi trigonometri kedua kelas belum tuntas secara klasikal. Akan tetapi, kelas yang
diterapkan dengan pembelajaran Metakognitif lebih baik hasilnya dari pada kelas yang
diajarkan dengan non Metakognitif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran metakognitif member pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa pada
materi limit fungsi trigonometri di SMA Negeri 1 Baitussalam kelas XI.
Kata Kunci: Pembelajaran Metakognitif, hasil belajar, limit fungsi trigonometri.
1
Mulia Putra, Dosen
akhiputr4@gmail.com
ISSN 2354-0074
Prodi
Pendidikan
Matematika
–
Universitas
Serambi
Mekkah,
Email:
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 41
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
Pendahuluan
Salah satu tujuan pendidikan dalam
sehingga dalam pembelajarannya siswa hanya
kehidupan adalah untuk membekali peserta
Tanpa bermaksud mengabaikan sisi
didik dengan kecakapan hidup (life skill).
baik dari strategi klasik (tradisional), dapat
Unesco
5)
dimaklumi apabila dijumpai realitas bahwa
mengemukakan dua prinsip pendidikan yang
peserta didik kita agak kurang akrab dan tidak
relevan dengan pancasila: pertama, pendidikan
begitu tertarik dengan permasalahan yang
harus diletakkan pada empat pilar, yaitu
menuntut kemampuan mereka sendiri melalui
belajar mengetahui (learning to know), belajar
keaktivannya
melakukan (learning to do), belajar menjadi
kemampuan demikian sangat diperlukan untuk
diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup
menghasilkan
dalam kebersamaan (learning to live together);
inovatif dan kreatif, karena kreatifitas atau
kedua, belajar seumur hidup (life long
daya
learning).
penemuan baru dalam bidang ilmu dan
(dalam
Mulyasa,
2006:
Matematika sebagai salah satu disiplin
ilmu
memegang
pengembangan
peranan
pengetahuan
dalam
sumber
cipta
belajar.
daya
memungkinkan
Padahal,
yang
penuh
penemuan-
teknologi, serta dalam semua bidang usaha
manusia lainnya. (Munandar, 1999 : 6).
dan
kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui
teknologi. Mengingat pentingnya matematika
dan apa yang tidak diketahui dikenal sebagai
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
metakognitif. Dalam konteks pembelajaran,
matematika perlu dikuasai dan dipahami
siswa mengetahui bagaimana untuk belajar,
dengan baik oleh segenap lapisan masyarakat,
mengetahui kemampuan dan modalitas belajar
terutama siswa sekolah formal. Ruseffendi
yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar
(dalam
terbaik untuk belajar efektif
Johar,
ilmu
penting dalam
berperan sebagai pendengar dan bersifat pasif.
2006:
18)
mengatakan,
“Matematika penting sebagai pembimbing
Upaya
siswa
memperoleh
pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap”.
pengetahuannya sendiri melalui keaktivannya
Oleh sebab itu salah satu tugas guru adalah
dalam
untuk mendorong siswa agar dapat belajar
kesadaran siswa akan proses berfikir mereka-
matematika dengan baik.
sendiri. Dengan adanya kesadaran tersebut,
Berbagai
pemerintah
usaha
dalam
telah
rangka
dilakukan
meningkatkan
belajar
tidak
lepas
dari
adanya
siswa akan mampu memikirkan suatu strategi
yang
tepat
dalam
menghadapi
masalah
kualitas pendidikan matematika di sekolah,
matematika yang kemudian diharapkan siswa
namun
yang
dapat mentansfer pengetahuan yang telah ia
memuaskan. Salah satu penyebab rendahnya
peroleh sendiri dalam menghadapi masalah
kualitas
adalah
matematika lainnya, akibatnya siswa tersebut
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di
akan bersikap kritis dalam pembelajaran.
sekolah selama ini berorientasi pada guru
Pembelajaran yang mengandung aktivitas
belum
menunjukkan
pendidikan
ISSN 2354-0074
hasil
matematika
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 42
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
seperti di atas disebut dengan pembelajaran
metakognitif.
Pembelajaran
Menurut Munandar (1999:35) anak
Metakognitif
dalam
Matematika
yang kreatif biasanya selalu ingin tahu,
Dalam meningkatkan kualitas dan
memiliki minat yang luas, dan menyukai
mutu
kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak
dilakukan diantaranya dengan meningkatkan
dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan
profesionalisme guru dan penyempurnaan
memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih
kurikulum
berani
Bagian terpenting dari pembaharuan tersebut
mengambil
perhitungan)
resiko (tetapi dengan
daripada
anak-anak
pendidikan,
serta
berbagai
upaya
pedoman
telah
pelaksaannya.
pada
adalah perubahan pandangan dari pandangan
umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu
behavioristik yang lebih mengutamakan tujuan
yang bagi mereka amat berarti, penting, dan
akhir yaitu tersalurnya ilmu pengetahuan dari
disukai, m
guru kepada siswa artinya siswa bersifat pasif
dan pembelajaran lebih berpusat pada guru
ereka
tidak
terlalu
menghiraukan
dianggap menjadi salah satu faktor minimnya
kritik atau ejekan dari orang lain. Mereka pun
kualitas dan kreatifitas siswa. Oleh karena itu,
tidak takut untuk membuat kesalahan dan
dikembangkanlah
mengemukakan pendapat mereka walaupun
yang memandang pembelajaran sebagai usaha
mungkin tidak disetujui orang lain
membantu siswa untuk menkontruksi konsep-
Pada matematika SMA, salah satu
materi
yang
dianggap
cocok
diterapkan
pandangan
konsep/prinsip-prinsip
kemampuannya
kontruktivis
matematika
sendiri
dengan
melalui
proses
dengan pembelajaran metakognitif adalah
internalisasi
“limit fungsi trigonometri”. Konsep limit yang
kembali (Nickson dalam yani,2007:10).
diajarkan di SMA merupakan pengetahuan
sehingga
Pembelajaran
konsep
terbangun
matematika
dalam
baru, tapi konsep fungsi trigonometri dan
pandangan
pemfaktorannya telah menjadi pengetahuan
Hudojo(dalam yani 2007, 10) mempunyai ciri-
dasar (kognitif) bagi para siswa karena telah
ciri sebagai berikut (1) siswa terlibat aktif
dipelajari pada bab dan semester sebelumnya,
dalam
dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
matematika secara bermakna dengan bekerja
materi limit fungsi trigonometri adalah salah
dan berfikir. (2) informasi baru harus dikaitkan
satu
dengan
bentuk
penerapan
konsep
fungsi
konstruktivis
belajarnya,
informasi
siswa
menurut
belajar
sebelumnya
materi
sehingga
trigonometri pada siswa kelas II SMA
menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa,
semester II. Sehingga dalam tulisam ini, kita
dan
akan mengkaji perbedaan hasil belajar siswa
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya
pada materi limit fungsi trigonometri yang
adalah pemecahan masalah.
diajar dengan pembelajaran metakognitif dan
nonmetakognitif (pembelajaran konvensional).
ISSN 2354-0074
(3)
orientasi
Upaya
pembelajaran
siswa
adalah
memperoleh
pengetahuaannya sendiri melalui keaktivannya
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 43
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
dalam
belajar
tidak
lepas
dari
adanya
Pembelajaran
yang
mengandung
kesadaran siswa akan proses berfikir mereka-
aktivitas sebagaimana disebutkan di atas
sendiri. Dengan adanya kesadaran tersebut,
adalah
siswa mampu memikirkan suatu strategi yang
esensi metakognisi menurut Holler (dalam
tepat dalam menghadapi masalah matematika
Mulana, 2008) digambarkan berdasarkan tiga
dan
untuk
karena
dapat
kelompok aktivitas, yaitu: (1) kesadaran
tersebut
dalam
(pengenalan informasi implisit atau eksplisit);
menghadapi masalah matematika lainnya,
(2) monitoring (mempertanyakan diri-sendiri
akibatnya siswa tersebut akan bersikap kritis
dan pengungkapan untuk stimulasi); dan (3)
dalam pembelajaran. Menurut Maulana (2008)
pencocokan/regulasi (membandingkan dan
kemampuan
membedakan solusi yang lebih masuk akal
dikembangkan
ia
metakognitif
akan
menstransfer
kemudian
pembelajaran
pengetahuan
berpikir
kritis
melalui
dapat
pembelajaran
dalam pemecahan masalah).
Pembelajaran metakognitif sangat erat
matematika di sekolah ataupun perguruan
tinggi, yang menitikberatkan pada sistem,
kaitannya
struktur, konsep, prinsip, serta kaitan yang
masalah dalam matematika. Adapun kaitan
ketat antara suatu unsur dan unsur lainnya.
tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1 di bawah:
No
1
dengan
tahapan
penyelesaian
Tabel 1. Kaitan Pemecahan Masalah dengan Metakognitif
Fase Pemecahan Masalah
Aspek Metakognitif
Memfokuskan perhatian terhadap masalah pengetahuan deklaratif dan keterampilan
perencanaan.
2
Membuat suatu keputusan tentang
bagaimana menyelesaikan masalah
keterampilan
perencanaan
keterampilan prediksi.
dan
3
Melaksanakan
keputusan
menyelesaikan masalah
4
Menginterprestasikan
hasil
dan
merumuskan jawaban terhadap masalah
pengetahuan deklaratif, pengetahuan
prosedural, pengetahuan kondisional, dan
keterampilan monitoring.
5
Melakukan
evaluasi
penyelesaian masalah
keterampilan
monitoring
keterampilan evaluasi.
untuk pengetahuan prosedural, pengetahuan
kondisional, dan keterampilan monitoring.
terhadap
dan
Sumber: Maulana, 2008
Metakognisi
siswa
melibatkan
pengetahuan dan kesadaran siswa tentang
aktivitas kognitifnya
sendiri atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas
kognitifnya. Pengetahuan berkaitan dengan
pengetahuan
ISSN 2354-0074
deklaratif,
procedural,
dan
kondisional,
siswa
sedangkan
berkaitan
aktivitas
perencanaan,
kognitif
prediksi,
monitoring, dan mengevaluasi penyelesaian
suatu
tugas
tertentu.
Oleh
karena
itu,
metakognisi siswa memiliki peranan penting
dalam menyelesaikan masalah, khususnya
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 44
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
dalam mengatur dan mengontrol aktivitas
melihat ketuntasan hasil belajar siswa. Adapun
kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah,
tes yang diberikan berupa 4 butir soal essay
sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan
yang diberikan pada akhir proses pembelajaran
oleh siswa dalam menyelesaikan masalah
setelah perlakuan selesai diberikan.
matematika menjadi lebih efektif dan efisien.
kuantitatif
Metode Penelitian
Penelitian
Proses analisis data dilakukan secara
yang
dilaksanakan
di
diperoleh
terhadap
siswa
hasil
pada
belajar
posttest.
yang
sebelum
SMAN 1 Baitussalam pada semester genap
dilakukan pengujian hipotesis yang telah
2008/2009 ini merupakan penelitian quasi
dirumuskan dengan menggunakan uji- t,
ekperiment
tahap
terlebih dahulu dilakukan perhitung statistic
tidak
deskreptif, ujji normalitias, uji homogenitas
diambil secara acak melainkan ditentukan oleh
dan diakhiri dengan uji perbedaan dua rata-
pihak satuan pendidikan yang dijadikan
rata data posttest menggunakan uji satu pihak.
dimana
pelaksanaannya,
sampel
pada
penelitian
sebagai lokasi penelitian. Hal tersebut sesuai
dengan
yang
disampaikan
Russefendi
(2010:52) bahwa pada quasi ekperiment ini
subjek tidak dikelompokkan secara acak,
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil perhitunga pada uji normalitas
data postes diperoleh
tetapi peneliti menerima keadaan subjek
37.7
seadanya.
berdistribusi
normal.
dilanjutkan
dengan
Desain
yang
digunakan
dalam
yang
menunjukkan
bahwa
Kemudian,
data
analisis
menghitung
uji
penelitian ini adalah desain kelompok control
homogenitas pada taraf signifikan α = 0.05,
dengan posttest (Posttest-only control group
diperoleh Fhit < Ftab = 1,01 < 2,00 maka Ho
design). Desain ini menggunakan kelompok
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ekperimen dan control yang tidak diambil
kedua kelas berasal dari populasi yang sama
secara acak namun dipilih dua kelompok yang
yaitu homogen. Setelah diketahui bahwa data
homogen. Berdasarkan pertimbangan kepala
posttest
sekolah dan guru matematika, maka siswa
homogen,
maka
kelas XI IPA2 ditetapkan sebagai kelas
pengujian
terhadap
eksperimen yaitu kelas yang mengalami
menggunakan uji perpedaan dua rata-rata satu
pembelajaran metakognitif sedangkan
kelas
pihak (pihak kanan) dengan membandingkan
XI IPA1 sebagai kelas control yaitu kelas yang
data posttest siswa yang diajarkan dengan
mendapatkan
menggunakan pembelajaran metakognitif dan
pembelajaran
konvensional.
Proses pembelajaran dilakukan sebanyak 3
kali pertemuan pada masing-masing kelas
berdistribusi
normal
selanjutnya
hipotesis
dan
dilakukan
dengan
pembelajaran konvensional
Hasil perhitungan pada taraf nyata
dan dk = (n1 + n2 – 2) = 23 + 26 – 2
dengan 1 kali tes.
Instrumen
sudah
yang digunakan
dalam
= 47, diperoleh t
table
=
dan t
penelitian ini adalah test yang bertujuan untuk
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 45
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
hitung
= 3.07 menunjukkan bahwa
maka
Berdasarkan kriteria jika
maka H1 diterima, sehingga hasil perhitungan
di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
metakognitif lebih baik dari hasil belajar siswa
diajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional. Selanjutnya dari segi ketuntasan
belajar materi limit fungsi trigonometri pada
kedua kelas ini diperoleh bahwa sebanyak 15
siswa dari total 23 siswa kelas ekperimen atau
65,21% tuntas dalam belajarnya. Sedangkan
pada kelas control terdapat 1 siswa dari total
21 siswa atau 3,84% yang tuntas dalam
belajaranya.
Berdasarkan
data
yang
telah
terkumpulkan dan hasil analisis, ternyata hasil
belajar yang diajarkan dengan pembelajaran
metakognitif
metakognitif
jauh
lebih
baik
(konvensional).
dari
non
Hal
ini
menunjukkan bahwa siswa lebih menguasai
materi limit fungsi trigonometri yang diajarkan
dengan pembelajaran metakognitif dari pada
konvensional. Nilai rata-rata hasil tes kelas
yang
diajarkan
dengan
pembelajaran
metakognitif adalah 62.24 sedangkan nilai
rata-rata hasil tes siswa yang diajarkan dengan
konvensional
adalah
43.63.
Bedasarkan
tinjauan hipotesis dengan menggunakan uji t
pada taraf signifikan α = 0.05 dan derajat
kebebasan 47 diperoleh 3.07 Ho ditolak, berarti
H1 diterima yaitu hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran metakognitif
lebih baik dari hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
ISSN 2354-0074
dengan
pembelajaran
metakognitif
juga
terlihat memberi pengaruh yang sangat baik
tolak Ho, dalam kondisi lain yaitu
yang
Pembelajaran limit fungsi trigonometri
2.68.
dalam membantu siswa mencapai ketuntasan
belajar. Hal ini terlihat dari jauhnya perbedaan
jumlah siswa yang tuntas dari kedua kelas
ekperimen
maupun
kontrol
meskipun
ketuntasan pada kedua kelas tersebut belum
mencapai ketuntasan klasikal secara maksimal
sebagaimana yang diutarakan oleh Mulyasa
(2006:99)
yaitu
Seorang
peserta
didik
dipandang tuntas belajar jika ia mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran minimal 65%
dari seluruh tujuan pembelajaran, sedangkan
keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta
didik
yang
mampu
menyelesaikan
atau
mencapai 85% sekurang-kurangnya 65% dari
jumlah peserta didik yang ada di kelas
tersebut. Berdasarkan pada pendapat Mulyasa,
maka ketuntasan yang ada pada kelas dengan
pembelajaran metakognitif bisa dikatakan
sudah tuntas secara klasikal tetapi hanya
mencapai batas minimal yaitu > 65% .
Selain
pengamatan
itu,
selama
berdasarkan
proses
hasil
pembelajaran,
siswa pada kelas ekperimen terlihat lebih aktif
baik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru maupun dalam mengeluarkan pendapat
serta berkomunikasi. Meskipun demikian,
masih juga terdapat beberapa kendala dalam
penerapan pembelajaran metakognitif, yaitu
masih kurangnya interaksi dan diskusi dalam
kelompok, masih terlihat beberapa siswa yang
mendominasi pembelajaran dan beberapa yang
lainnya lebih banyak diam.
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 46
Mulia Putra, Penerapan Pembelajaran Metakognitif…
Berdasarkan penjelasan di atas, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil
belajar
siswa
yang
.
dimana,
dengan
2. Ketuntasan belajar siswa pada kedua kelas
pembelajaran metakognitif lebih baik dari
baik eksperimen (XI IPA2) dan kelas
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
control (XI IPA1) secara klasikal belum
pembelajaran konvensional. Meskipun hasil
mencapai ketuntasan maksimal akan tetapi
belajar siswa pada kedua kelas ekperimen
ketuntasan pada kelas ekperimen jauh lebih
maupun control belum mencapai ketuntasan
baik dari kelas control dan mencapai
belajar namun ketuntasan belajar pada kelas
ketuntasan klasikal minimal yaitu >65%.
dengan pembelajaran metakognitif lebih baik
Dalam hal ini terlihat jelas bahwa dari 23
dibandingkan
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
kelas
diajarkan
dari pembelajaran secara konvensional,
dengan
pembelajaran
konvensional.
metakognitif 15 siswa tuntas dalam belajar
(65.21%) sedangkan sisanya belum tuntas
Penutup
Berdasarkan
pembahasan,
hasil
dapat
penelitian
diambil
dan
kesimpulan
sebagai berikut:
siswa
diajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional dari 26 siswa yang mengikuti
pelajaran hanya 1 orang yang tuntas
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil
belajar
(34.79%). Sementara itu, dikelas yang
yang
diajarkan
dengan
(3.84%) untuk yang lainnya belum tuntas
(96.16%).
pembelajaran metakognitif jauh lebih baik
Daftar Pustaka
Johar, Rahmah dkk. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Mulyasa, E. (2006). KTSP Sebuah Panduan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. (1999). Pengembangan Krietifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Ruseffendi, E. T. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi). Bandung: Tarsito
.
Yani, Muhammad Zen. (2007). Penerapan Pendekatan Open-Endid pada Materi Sifat-Sifat Grafik
Fungsi Trigonometri di Kelas X MAN Model Banda Aceh. Skripsi. Banda aceh: Universitas
Syiah Kuala.
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 47