MAKALAH GODAAN DALAM RUMAH TANGGA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga makalah yang berjudul “Godaan Dalam Rumah Tangga” ini dapat selesai dengan waktu yang telah ditentukan.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penyusun sangat berharap adanya kritik dan saran dari pihak manapun.
Penuh harapan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan bagi siapa saja pada umumnya.
Purwakarta, Nopember 2012 Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................i DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................2
1.3 Sistematika Penulisan ................................................................2
BAB II PENJELASAN ..................................................................................3
2.1 Hakekat Rumah Tangga yang Sakinah .........................................3
2.2 Mewaspadai Godaan dalam Rumah Tangga .................................4
2.3 Kiat Membangun Ketenangan (Sakinah) Dalam Rumah Tangga...6
BAB III PENUTUP .........................................................................................8
3.1 Kesimpulan ................................................................................8
3.2 Saran ..........................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................9
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia tentu mendambakan keamanan dan mereka berlomba-lomba untuk mewujudkannya dengan setiap jalan dan cara yang memungkinkan. Rasa aman ini lebih mereka butuhkan di atas kebutuhan makanan. Karena itu Islam memperhatikan hal ini dengan cara membina manusia sebagai bagian dari masyarakat di atas akidah yang lurus disertai akhlak yang mulia. Bersamaan dengan itu, pembinaan individu-individu manusia tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa ada wadah dan lingkungan yang baik. Dari sudut inilah kita dapat melihat nilai sebuah keluarga.
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Bila pondasi ini kuat, lurus agama dan akhlak anggotanya maka akan kuat pula masyarakat dan akan terwujud keamanan yang didambakan. Sebaliknya, bila tercerai berai ikatan keluarga dan kerusakan meracuni anggota-anggotanya maka dampaknya terlihat pada masyarakat, bagaimana kegoncangan melanda dan rapuhnya kekuatan sehingga tidak diperoleh rasa aman.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, muncul rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan hakekat rumah tangga yang sakinah ?
b. Apa saja yang harus diwaspadai terhadap godaan rumah tangga ? c. Apa saja kiat-kiat untuk membangun ketenangan (sakinah) dalam rumah tangga ?
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini ialah :
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Sistematika Penulisan
Bab II Penjelasan
2.1 Hakekat Rumah Tangga yang Sakinah
2.2 Mewaspadai Godaan dalam Rumah Tangga
2.3 Kiat Membangun Ketenangan (Sakinah) Dalam Rumah Tangga
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran Daftar Pustaka
BAB II PENJELASAN
2.1 Hakekat Kehidupan Rumah Tangga Yang Sakinah
Pembaca yang budiman, sesungguhnya sebuah kehidupan yang sakinah, yang dibangun diatas rasa cinta dan kasih sayang, tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa tidak, bagi seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah tangga melalui tali pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa berupaya untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.
Pembaca yang budiman, telah disebutkan tadi bahwasanya setiap pribadi, terkhusus mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai jenis metode ditempuh, yang mana semuanya itu dibangun diatas presepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan kehidupan yang sakinah tadi. Maka nampak di pandangan kita sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah. Ada pula yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disana ada juga yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang luas dan megah, serta pasangan hidup yang rupawan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi, pembaca yang budiman, perlu kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga.
Sesungguhnya hakekat kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah subhanahu wata’ala Pencipta alam semesta ini. Yakni sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para pelakunya/orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan mencari keridhoan Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan rasulNya.
2.2 Mewaspadai Godaan dalam Rumah Tangga
Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah tujuan setiap manusia yang akan dan sedang membangun keluarga. Mewujudkannya tentu bukan hal yang mudah. Jika tidak hati-hati, baik dalam perencanaan maupun saat mengarunginya, ia akan menjadi bagian dari penderitaan yang tak ada habisnya.
Allah SWT memperingatkan kepada setiap orang beriman agar hati-hati dalam hal tersebut. FirmanNya, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Taghabun [64] : 14).
Ayat di atas menjelaskan bahwa banyak godaan dalam membangun bahtera rumah tangga. Godaan itu terutama datang dari bisikan setan laknatullah. Harus diakui, kemampuan setan dalam menjerumuskan anak manusia ke lembah kenistaan tak perlu diragukan lagi. Karenanya, istri dan anak mampu dia ubah menjadi musuh yang akan menghancurkan cita-cita sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Selain itu, materi dan syahwat termasuk godaan yang mampu menjerumuskan sebuah rumah tangga dalam sebuah kehancuran. Tak jarang seorang istri atau suami berselingkuh karena tidak mendapat kepuasan syahwat lahir dan batin di dalam keluarganya. Tak jarang pula seorang anak frustasi karena malu melihat kelakuan kedua orangtuanya.
Seorang suami, yang seharusnya menjadi seorang pemimpin di keluarga, sering pula menjadi koruptor karena bujukan istrinya yang terus menggerutu karena diperbudak segala macam keinginan. Ayah dan ibu pun terhancurkan kehormatan dan harga diri keluarganya karena perilaku dan akhlak buruk yang diperlihatkan anak-anak yang dilahirkannya.
Agar keluarga kita tak terjerumus oleh godaan, ada baiknya kita mengingat sebuah nasihat indah Rasulullah SAW kepada Abu Dzar. "Perkokohlah bahteramu karena samudera ini amat dalam. Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan ini amat panjang. Ikhlaskanlah amalmu karena pencatatmu sungguh amat jeli."
Rasulullah SAW pun memberikan gambaran bagaimana seharusnya hidup bersama dalam berumah tangga. "Perumpamaan orang-orang yang menjaga batas- batas Allah SWT dengan mereka yang melanggarnya, bagaikan satu kaum yang menaiki sebuah bahtera. Sebagian mendapat tempat di atas dan sebagian lagi di bawah. Mereka yang di bawah jika ingin air (terpaksa) melewati orang-orang yang di atas, lalu berkata, "Seandainya kita lubangi (bahtera ini) untuk mendapatkan air, tentu kita tidak lagi mengganggu orang-orang yang di atas." Jika orang yang di atas membiarkan keinginan mereka yang di bawah, tentu semua akan binasa. Jika mereka menghalanginya, mereka akan selamat dan selamatlah semuanya." (HR. Bukhari dan Tarmidzi).
Dalam mengarungi samudera, terkadang sebuah bahtera miring ke kiri dan ke kanan. Satu saat tenang, dan di saat lain dihempas gelombang. Untuk itu, sejak awal, bahtera harus dipersiapkan dan diperkuat segala sisinya. Caranya dengan senantiasa menjaga langkah agar tidak ke luar dari tujuan asasinya, serta selalu menjaga keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Musthafa Mansyur mengungkapkan bahwa kesejahteraan keluarga bukanlah terletak pada aspek fisik materi, tapi keterikatan anggota keluarga dengan akidah, ibadah, akhlak, dan pergaulan Islam, sehingga seluruh kehidupan terwarnai dengan identitas Islam secara utuh.
Bagaimana kehidupan keluarga yang Islami? Jawabannya tentu dapat kita lihat dari perilaku Rasulullah SAW dalam berkeluarga. Bukankah Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya teladan kehidupan? Firman Allah SWT, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab [33] : 21).
2.3 Kiat Membangun Ketenangan (Sakinah) Dalam Rumah Tangga
Hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumahtangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala. Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah (artinya):
“Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang- orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (Al Fath: 4)
Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan mendambakan suatu kehidupan yang bahagia, tentram, sejahtera, penuh dengan keamanan dan ketenangan atau bisa dikatakan kehidupan yang sakinah, karena memang sifat dasar manusia adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa menentramkan jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga berbagai cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam:
“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam: yakni “jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok,” artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap nasehat.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 3) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Agama itu nasehat.” (HR. Muslim no. 55) Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Maka kesimpulannya, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumahtangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala. Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah (artinya): “Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (Al Fath: 4)
Dalam kehidupan berkeluarga, misalnya. Orang mudah mengingkari janji perkawinan yang telah mereka ucapkan. Cinta yang mereka ucapkan itu ternyata hanya manis di bibir saja. Setelah sekian tahun membangun hidup berkeluarga, terjadilah perselingkuhan. Suami hidup dengan perempuan lain. Istri mencari gandengan baru.
Karena itu, dibutuhkan kejujuran dalam hal-hal yang nyata. Orang mesti jujur menampilkan diri di hadapan sesamanya. Suami istri mesti tampil apa adanya. Tidak menyimpan misteri sendiri-sendiri. Kalau masih menyimpan rahasia sendiri-sendiri nanti menyesal kalau terjadi perceraian. Pepatah mengatakan bahwa sesal kemudian tidak berguna. Untuk itu, mari kita bangun kejujuran dari hati yang tulus dan bening. Bukan suatu kejujuran semu.
3.2 Saran
Itulah penjelasan mengenai godaan dalam rumah tangga, dari apa yang telah diuraikan diatas, sedikit banyak dapat kita tangkap bahwa dalam kehidupan berkeluarga selalu ada saja godaan, oleh karena itu diperlukan adanya penerapan nilai-nila agama dalam kehidupan berumahtangga.
i
DAFTAR PUSTAKA 1.
Tips Membina Rumah Tangga yang Sakinah, Buletin Al-Ilmu, 16 April 2007 2. http://kotasantri.com 3. http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=9 4. http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/munakahat-keluarga/keluarga- dalam-pandangan-islam/#more-1286
MAKALAH
GODAAN DALAM RUMAH TANGGA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Dalam Rumah Tangga
Dosen : Drs. H. Karnapi
Oleh : Kelompok 2
Ade Sumiati Aqil Munjibi Astri Marfu’ah Ani Fitriani Burhan
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR. KHEZ. MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2012 – 2013