PENERJEMAHAN IDIOM DAN GAYA BAHASA (METAFORA, KIASAN, PERSONIFIKASI, DAN ALITERASI) DALAM NOVEL”TO KILL A MOCKINGBIRD” KARYA HARPER LEE DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA (Pendekatan Kritik Holistik)

SIDANG
SIDANGSENAT
SENATTERBUKA
TERBUKATERBATAS
TERBATAS
UJIAN
UJIANDOKTOR
DOKTORILMU
ILMULINGUISTIK
LINGUISTIK
PROGRAM
PROGRAMPASCASARJANA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
UNIVERSITASSEBELAS
SEBELASMARET
MARET

(RUDI
(RUDIHARTONO)
HARTONO)

Surakarta,
Surakarta,21
21Februari
Februari2011
2011
Free Powerpoint Templates

Page 1

PENERJEMAHAN IDIOM DAN GAYA BAHASA
(METAFORA, KIASAN, PERSONIFIKASI,
DAN ALITERASI)
DALAM NOVEL”TO KILL A MOCKINGBIRD”
KARYA HARPER LEE
DARI BAHASA INGGRIS KE
BAHASA INDONESIA
(Pendekatan Kritik Holistik)
RUDI HARTONO
Surakarta, 21 Februari 2011


Latar Belakang Masalah
• Secara umum penerjemahan novel itu berat, sulit, dan
rumit, sehingga banyak penerjemah novel yang
mengalami masalah dalam menerjemahkannya.
• Problematika penerjemahan idiom dan gaya bahasa
(metafora, kiasan, personifikasi, dan aliterasi)
merupakan bagian dari masalah penerjemahan yang
ditemukan dalam novel To Kill a Mockingbird (TKM).
• Beberapa penghayat novel terjemahan TKM
merasakan bahwa hasil terjemahan novel tersebut
terasa kaku.
• Kasus penerjemahan novel TKM ini menarik untuk
diteliti dan mendorong penulis mengungkap buktibuktinya dari beberapa faktor sebagai sumber
informasi, di antaranya faktor penerjemah, faktor
karya terjemahannya, dan faktor penghayat hasil
terjemahannya.

Pembatasan Masalah
• Analisis penerjemahan idiom dan gaya bahasa
(metafora, kiasan, personifikasi, dan aliterasi) dalam

novel To Kill a Mockingbird dan terjemahannya dari
bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
• Analisis historis terhadap penerjemah novelnya yang
mencakup latar belakang, pengalaman, kompetensi, dan
strategi yang berkontribusi terhadap hasil
terjemahannya.
• Analisis respon pembaca novel terjemahannya yang
meliputi tingkat keakuratan, keberterimaan, dan
keterbacaan hasil terjemahannya.
• Prinsip-prinsip penerjemahan idiom, metafora, kiasan,
personifikasi, dan aliterasi dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia.

Rumusan Masalah
• Bagaimana: a) idiom, b) metafora, c) kiasan, d)
personifikasi, dan e) aliterasi pada novel ”To Kill a
Mockingbird” diterjemahkan dari bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia?
• Bagaimana latar belakang, pengalaman, kompetensi,
dan strategi penerjemah mempengaruhi produk

terjemahan novel ”To Kill a Mockingbird”?
• Bagaimana tanggapan para pembaca novel
terjemahan “To Kill a Mockingbird”?
• Bagaimana prinsip-prinsip penerjemahan idiom, gaya
bahasa metafora, kiasan, personifikasi, dan aliterasi
dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia?

Tujuan Penelitian







Mendeskripsikan hasil analisis terjemahan: a) idiom, b) metafora,
c) kiasan, d) personifikasi, dan e) aliterasi dari bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia pada novel ”To Kill a Mockingbird”.
Mengungkap latar belakang dan pengalaman penerjemah novel
“To Kill a Mockingbird” yang mencakup kemampuan dasar

menerjemahkan novel, pengalaman praktek menerjemahkan
novel dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh penerjemah
dalam menerjemahkan novel dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia.
Mendeskripsikan tanggapan para pembaca novel terjemahan
tentang kualitas terjemahan novel.
Menemukan rumusan solusi yang paling tepat sebagai bahan
masukan untuk penerjemahan novel, khususnya idiom, gaya
bahasa metafora, personifikasi, kiasan, dan aliterasi dari bahasa
Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Pengetahuan dasar penerjemahan novel, khususnya
penerjemahan idiom, metafora, personifikasi, kiasan, dan
aliterasi.
b. Rujukan teoretis untuk menunjang penelitian kebijakan (policy
research) tentang aplikasi model dan prinsip-prinsip
penerjemahan novel.
2. Manfaat Praktis

c. Sebagai petunjuk praktis bagi penerjemah dalam
menerjemahkan idiom, metafora, personifikasi, kiasan, dan
aliterasi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
d. Sebagai rujukan dan panduan bagi para editor dan penerbit
novel-novel terjemahan dalam menerjemahkan novel dari
bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

Manfaat Penelitian
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi:
 Penerjemah novel sebagai petunjuk praktis dalam
menerjemahkan idiom, metafora, personifikasi, kiasan,
dan aliterasi.
 Editor novel terjemahan sebagai rujukan praktis dalam
mengedit hasil terjemahan idiom, metafora,
personifikasi, kiasan, dan aliterasi.
 Penerbit novel terjemahan sebagai panduan praktis
penerjemahan novel dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia, khususnya dalam menerjemahkan
idiom, metafora, personifikasi, kiasan, dan aliterasi.


Kajian Pustaka
dan Landasan Teori
 Penerjemahan Novel
 Penerjemahan Idiom dan Gaya Bahasa
(Metafora, Kiasan, Personifikasi, Aliterasi)
 Pendekatan Penerjemahan
 Evaluasi Penerjemahan
 Metode Penerjemahan
 Teknik Penerjemahan
 Ideologi dalam Penerjemahan

Penerjemahan
 “Translation

consists of reproducing in
the receptor language the closest
natural equivalence of the source
language message, first in terms of
meaning and secondly in terms of

style.” (Nida, 1969: 12)
 “Translation is a kind of activity which
inevitably involves at least two
languages and two cultural
traditions.” (Toury dalam James, 2000)

Novel
 Sebuah bentuk karya fiksi yang

memiliki unsur tema, tokoh dan
penokohan, alur cerita, sudut
pandang dan latar untuk
menggambarkan sebuah kehidupan
yang sarat dengan makna dan
pesan moral bagi pembaca.

Penerjemahan Novel
 “Translation of fiction is much more complicated

than the translation of other genres, as it deals not

only with bilingual, but also bi-cultural and bisocial transference”.(Hu, 2000: 1)
 “It is very hard to translate literary works, to think
both in the same time, first you make the meaning
closed into your target language, secondly you
maintain the original flavor. That’s very hard to do.
It’s not just rendering but replacing. It’s very hard
to do, so that what people say is rewriting process
to be creative in that way.”(Wang, 2009)

Kekhasan Bahasa Novel
 Bahasa yang digunakan dalam novel
dikemas dengan gaya (style) yang berupa
kata, frasa, kalimat, dan lain-lain baik
mekanik maupun retorik yang
merepresentasikan originalitas penulis
dalam karya tulisnya (Koesnosoebroto,
1988: 124).
 Gaya ini dapat meliputi kompleksitas
sintaksis (syntax), pilihan kata (diction),
dan gaya bahasa (figurative languages).


Idiom
 Sekelompok kata yang maknanya tidak

dapat dicari dari makna kata-kata
unsurnya.
 It’s raining cat and dogs. (=Hujan
lebat)
 To kick the bucket (=mampus)

Metafora
 Analogi yang membandingkan antara

satu objek dengan objek yang lainnya
secara langsung atau dengan kata lain
adalah majas yang mengungkapkan
ungkapan secara langsung.
 All the world’s a stage (=Dunia adalah
panggung sandiwara)
 Reach out to the stars (=Pungguk

merindukan bulan).

Kiasan
 Majas yang mengungkapkan ungkapan

secara tidak langsung atau perbandingan
dua objek yang berbeda sama sekali
dengan dasar kemiripan dalam satu hal.
 My love is like a red, red rose
(=Kekasihku bagaikan sekuntum mawar
merah).
 He is sharp as glass (=Dia setegar batu
karang).

Personifikasi
 Teknik memperlakukan segala sesuatu

yang abstrak, benda atau binatang
seperti manusia.
 The wind cried in the dark (=Angin
menangis di gelap malam).
 The snow kissed my cheeks as it fell
(=Salju mencium pipiku ketika turun).

Aliterasi
 Pengulangan bunyi konsonan yang sama

di permulaan kata yang membentuk
rangkaian kata yang mapan, biasanya
berpasangan.
 between promise and performance
(=antara perkataan dan perbuatan).
 Sweet smell of success (=Semerbak
sedap suasana sukses).

Asonansi
 Pengulangan bunyi vokal tengah,

misalnya pada kata-kata fight dan
hive; pan dan make.
 Hear the mellow wedding bells.
(=Dengarlah dayuan gamelan kawin
itu).
 It’s hot and it’s monotonous (=Tsa:
Gerah dan jemu).

To Kill a Mockingbird
Novel

Pengarang

Penerjemah

Penerjemahan Idiom dan Gaya Bahasa
 Idiom

ST: Jem walked on eggs.
TL: Jem seolah-olah berjalan di atas telur.
CR: Jem berjalan dengan sangat hati-hati.
 Metafora
ST: She said, “Atticus, you are a devil from the hell.”
TL: Katanya, “Atticus, kau iblis dari neraka.”
CR: “Hey, Atticus, Jahanam kau.”
 Personifikasi
ST: Hay-e-hay-e-hay-ey, answered the schoolhouse wall.
TL: Hei-i-hei-i-hei-i, jawab dinding gedung sekolah.
CR: Hai-i-hai-i-hai-i, sahut dinding sekolah itu.
 Kiasan
ST: Miss Rachel went off like the town fire siren.
TL: Miss Rachel meledak seperti siréne pemadam kebakaran.
CR: Miss Rachel berteriak bagaikan suara halilintar.
 Aliterasi
ST: … to settle an argument with a fist-fight, ….
TL: … untuk membereskan perselisihan melalui adu tinju, ….
CR: … untuk membereskan perselisihan dengan tonjok-tonjokan, ….

Aturan Penerjemahan Novel
 Mengandalkan rasa bahasa
 Penguasaan bahasa sumber
 Penguasaan bahasa sasaran
 Keakraban dengan budaya yang dimiliki

bahasa sumber
 Keakraban dengan budaya yang melingkupi
bahasa sasaran
 Pengetahuan umum yang luas

Metode Penerjemahan
V Diagram
SL emphasis
Word-for-word translation
Literal translation
Faithful translation
Semantic translation

TL emphasis
Adaptation
Free translation
Idiomatic translation
Communicative translation
(Newmark, 1988)

Teknik Penerjemahan

Harfiah

Calque

Peminjaman

Teknik Langsung

Teknik Tidak Langsung

Transposisi

Kesepadanan
Lazim

Modulasi

Generalisasi

Kompensasi

Partikularisasi

Adaptasi

Reduksi

Deskripsi

Substitusi

Kreasi Diskursif

Variasi

Pendekatan Penerjemahan

Duplet

Triplet

Kuadruplet

• Transposisi dan modulasi
• Adisi, modulasi, dan reduksi
• Reduksi, transposisi, adisi, dan
peminjaman

Ideologi Penerjemahan
Foreignization






Word-for-word
Literal
Faithful
Semantic

Domestication






Adaptation
Free
Idiomatic
Communicative

Evaluasi
Hasil Terjemahan
 Uji Keakuratan (Accuracy test)
 Uji Kewajaran (Naturalness test)
 Uji Keterbacaan (Readibility test)
 Uji Keterpahaman (Comprehension test)
 Uji Keajegan (Consistency check)
 Terjemahan Balik (Back-translation)
 Teknik Rumpang (Cloze technique)
 Uji Pengetahuan (Knowledge test)
 Uji Performansi (Performance test)

Skala Penilaian Tingkat Keberterimaan
Skala

3

2

1

Indikator
Kesimpulan
Terjemahan terasa alamiah; istilah yang
digunakan lazim dan akrab bagi pembaca;
tuturan
idiom,
metafora,
kiasan,
personifikasi, dan aliterasi yang digunakan Berterima
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia.
Pada umumnya terjemahan sudah terasa
alamiah, namun ada sedikit masalah pada
Kurang
penggunaan istilah; terjadi sedikit kesalahan Berterima
gramatikal.
Terjemahan tidak alamiah atau terasa janggal
dan istilah yang digunakan tidak lazim;
tuturan
idiom,
metafora,
kiasan,
Tidak
personifikasi, dan aliterasi yang digunakan berterima
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia.

Skala Penilaian Tingkat Kesepadanan
Skala

3

Indikator
Kesimpulan
Tuturan
idiom,
metafora,
kiasan,
personifikasi, dan aliterasi bahasa sumber
dialihkan secara akurat ke dalam bahasa
Akurat
sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi.

2

Sebagian tuturan idiom, metafora, kiasan,
personifikasi, dan aliterasi bahasa sumber
sudah dialihkan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran. Namun, masih terdapat
distorsi makna yang mengganggu keutuhan
pesan.

1

Tuturan
idiom,
metafora,
kiasan,
personifikasi, dan aliterasi bahasa sumber
Tidak Akurat
dialihkan secara tidak akurat ke dalam
bahasa sasaran.

Kurang
Akurat

Skala Penilaian Tingkat Keterbacaan
Skala

Indikator

Kesimpulan

3

Tuturan idiom, metafora, kiasan,
Tingkat
personifikasi, dan aliterasi terjemahan dapat Keterbacaan
dipahami dengan mudah oleh pembaca.
Tinggi

2

Pada umumnya terjemahan dapat dipahami
Tingkat
oleh pembaca, namun ada bagian tertentu
Keterbacaan
yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk
Sedang
memahami terjemahannnya.

1

Tingkat
Keterbacaan
Rendah

Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca.

Kerangka Pikir
Desain Penelitian
Analisis Data
Temuan Penelitian
Solusi Masalah

Metodologi Penelitian
Desain Penelitian
• Metode penelitian kualitatif (Moleong, 2000)
• Bentuk penelitian studi kasus (Yin, 2006)
• Pendekatan model kritik holistik, yaitu
sintesis dari model kritik historis, kritik
formalistik, dan kritik emosional (Sutopo,
2006).

Metodologi Penelitian
Pendekatan Kritik Holistik
• Faktor genetik (latar belakang penerjemah novel), yang
berupa segala hal yang berkaitan dan terjadi sebelum
karya, konteks awalnya, sebelum program terwujud, dan
juga proses pembentukannya.
• Faktor objektif (kondisi objektif hasil terjemahan), yang
berupa segala hal yang terjadi dan bisa ditangkap dengan
indera pada karya, peristiwa, atau program yang sedang
dievaluasi.
• Faktor afektif (persepsi pembaca novel terjemahan), yang
berupa tanggapan beragam pengamat atau para pribadi
yang terlibat dan juga manfaatnya.

Metodologi Penelitian
Data Penelitian
• Tuturan-tuturan yang mengandung idiom, metafora, kiasan,
personifikasi, dan aliterasi yang terdapat dalam novel To Kill
a Mockingbird yang diterjemahkan dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia yang terdiri dari 186 data: 47 idiom, 25
metafora, 42 kiasan, 40 personifikasi, dan 32 aliterasi.
• Pernyataan-pernyataan informan dalam bentuk transkripsi
wawancara tentang latar belakang, pengalaman, kompetensi,
dan strategi penerjemah novel To Kill a Mockingbird.
• Nilai test kuesioner tentang tingkat kesepadanaan, tingkat
keberterimaan, dan tingkat keterbacaan hasil terjemahan
novel To Kill a Mockingbird yang diperoleh dari responden,
yaitu para pembaca ahli dan awam .

Metodologi Penelitian
Sumber Data






Novel berjudul To Kill a Mockingbird karya Harper Lee (1960),
penerbit Heinemann Educational Publisher Oxford, terdiri dari 287
halaman dan versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia dengan
judul To Kill a Mockingbird diterjemahkan oleh Femmy Syahrani
(2006), penerbit Qanita Bandung, terdiri dari 566 halaman.
Penerjemah novel To Kill a Mockingbird (TKM) sebagai informan kunci
yang memberi informasi penting seputar latar belakang, pengalaman,
kompetensi, dan strategi penerjemahan novel tersebut.
Pembaca ahli dan pembaca awam. Pembaca ahli terdiri dari lima
orang dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri
Semarang yang memiliki latar belakang pendidikan Magister
Humaniora. Pembaca awam terdiri dari sepuluh orang mahasiswa
tingkat III Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri
Semarang.

Metodologi Penelitian
Teknik cuplikan (Purposive sampling)






Novel To Kill a Mockingbird karena: 1) salah satu novel klasik terbaik sepanjang masa versi
Time Magazine yang mengupas kasih sayang dan prasangka, persamaan derajat dan
pembelaan hak kaum Negro Amerika atas penindasan kaum Kulit Putih Amerika, 2)
mengandung nilai-nilai moral, sosial, dan kemanusian yang tercermin dalam tuturantuturan idiom, metafora, kiasan, personifikasi, dan aliterasi mulai dari judul cover depan
hingga halaman terakhir, 3) novel terjemahannya mengandung banyak kerancuan,
khususnya dalam terjemahan idiom dan gaya bahasa, karena tidak mengikuti prinsipprinsip penerjemahan prosa fiksi. Kasus ini sangat menarik dan mendorong peneliti
melakukan penelitian.
Penerjemah novel TKM ini memiliki keunikan dan produktivitas tersendiri. Dia adalah
penerjemah paruh waktu di beberapa penerbit terkenal di Indonesia, lulusan Teknik Kimia
ITB, namun telah memproduksi hasil terjemahan lebih dari 30 buah novel terjemahan.
Novel TKM adalah novel pertama yang dia terjemahkan.
Yang disampling adalah pembaca ahli adalah lima orang dosen sastra Inggris yang berstrata
magister humaniora yang memiliki kriteria yang cukup signifikan untuk menilai hasil
terjemahan Adapun pembaca awam yang disampling adalah sepuluh orang mahasiswa
tingkat III Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang yang mengambil
mata kuliah translation. Mereka adalah pengguna bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-harinya, menguasai bahasa Inggris dengan baik, dan mengetahui teori sastra serta
sering membaca novel-novel terjemahan.

Metodologi Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
• Teknik dokumentasi untuk mengumpulkan
data dari sumber nonmanusia
• Teknik wawancara dengan beberapa
pertanyaan terbuka (open-ended interview)
• Teknik kuesioner untuk memperoleh
informasi dari informan dalam bentuk angket
tertulis.

Metodologi Penelitian
Pengembangan Validitas
• Pengembangan validitas dilakukan dengan
cara trianggulasi sumber data. Trianggulasi
sumber data dilakukan dengan menggunakan
sumber data dari dokumen novel TKM dan
terjemahannya, dan data dari informan
(penerjemah novel dan para pembaca novel
terjemahan To Kill a Mockingbird)

Tahapan Penelitian
I.

Tahap persiapan penelitian
1. menentukan topik penelitian
2. mendiskusikan topik penelitian
3. mencari bahan rujukan topik penelitian
4. mencari dan menentukan sumber data (dokumen dan informan)
5. membuat proposal penelitian
II. Tahap pelaksanaan penelitian
1. melakukan pengambilan data dari sumber data di lapangan dengan
wawancara dan simak catat
2. mengumpulkan dan mengklasifikasikan data
3. melakukan reduksi data
4. melakukan sajian data
5. melakukan penarikan simpulan atau verifikasi data
III. Tahap Penulisan laporan
1. menyusun bahan-bahan hasil penelitian
2. menulis laporan hasil penelitian
3. mengkonsultasikan tulisan laporan penelitian
4. mempresentasikan karya penelitian (disertasi)

Analisis Data
• Data yang dianalisis terdiri:
1. Data faktor objektif berjumlah 186 data yang
terdiri dari 47 data idiom, 25 data metafora,
42 data personifikasi, 40 data kiasan, dan 32
data aliterasi.
2. Data faktor genetik adalah data yang diambil
dari hasil wawancara dengan penerjemah novel
3. Data faktor afektif adalah data uji keakuratan,
keterbacaan, kealamiahan, dan keterpahaman
hasil terjemahan.

Data yang Dianalisis
1.

2.

3.

Faktor Objektif
a. Terjemahan idiom
b. Terjemahan metafora
c. Terjemahan kiasan
d. Terjemahan personifikasi
e. Terjemahan aliterasi
Faktor Genetik
a. Latar belakang penerjemah novel
b. Pengalaman penerjemah novel
c. Strategi penerjemah novel
Faktor Afektif
a. Tanggapan pembaca ahli (keakuratan dan keberterimaan)
b. Tanggapan pembaca awam (keterbacaan)

Contoh Analisis DataTerjemahan Idiom
• Tsu: Data 06/Ch 7 p 29/15 April 2009
On the days he carried the watch, Jem walked on eggs.
• Tsa: Data 06/Bab 7 hal 121/15 April 2009
Pada hari-hari dia membawa jam itu, Jem seolah-seolah
berjalan di atas telur.
• Metode penerjemahan harfiah (literal translation)
• Teknik penerjemahan transposisi (transposition) dan
amplifikasi (amplification) atau teknik penambahan
(addition)
• Pendekatan penerjemahan duplet (couplet).
• Alternatif terjemahan: Setiap kali Jem membawanya,
seolah-olah dia berjalan di atas telur.

Contoh Analisis Data Terjemahan Metafora
• Tsu: Data 001/Ch 5 p 21/09 April 2009
Thing is, foot-washers think women are sin by definition.
• Tsa: Data 001/Bab 5 hal 87/09 April 2009
Masalahnya, kaum pembasuh kaki menganggap
perempuan sama dengan dosa.
• Metode penerjemahan harfiah (literal translation) atau
penerjemahan lurus (linear translation)
• Teknik penerjemahan pergeseran bentuk (transposition),
pergeseran makna (modulation), dan reduksi (reduction).
• Pendekatan penerjemahan triplet
• Alternatif terjemahan: “Masalahnya adalah, menurut
kaum pembasuh kaki, perempuan itu dosa”

Contoh Analisis Data Terjemahan Kiasan
• Tsu: Data 002/Ch 6 p 26/15 April 2009
We had no chance to find out: Miss Rachel went off like
the town fire siren: ….
• Tsa: Data 002/Bab 6 hal 108/15 April 2009
Kami tak sempat mencari tahu; Miss Rachel meledak
seperti siréne pemadam kebakaran, ….
• Metode penerjemahan harfiah (literal translation)
• Teknik penerjemahan peminjaman murni (pure
borrowing) atau loan translation.
• Pendekatan penerjemahan tunggal
• Alternatif terjemahan: “Kami tak sempat mencari tahu
mengapa Bu Rachel berteriak dengan suara yang sangat
keras bagaikan suara halilintar”.

Contoh Analisis Data Terjemahan Personifikasi
• Tsu: Data 042/Ch 28 p 125/11 April 2009
Hay-e-hay-e-hay-ey, answered the schoolhouse wall.
• Tsa: Data 042/Bab28 hal 526/11 April 2009
Hei-i-hei-i-hei-i, jawab dinding gedung sekolah.
• Metode penerjemahan harfiah (literal translation)
• Teknik penerjemahan adaptasi atau naturalisasi
(naturalization)
• Pendekatan penerjemahan tunggal
• Alternatif terjemahan: “Hei-i-hei-i-hei-i, sahut tembok
sekolah”.

Contoh Analisis Data Terjemahan Aliterasi
• Tsu: Data 011/Ch 5 p 22/16 April 2009
"You said 'fore you were off the train good your daddy
had a black beard—"
• Tsa: Data 011/Bab 5 hal 92/16 April 2009
”Dulu kau bilang, waktu kau turun dari kereta, ayahmu
punya janggut hitam—”
• Metode penerjemahan harfiah (literal translation)
• Teknik penerjemahan pergeseran makna (modulation),
penghilangan (deletion/reduction)
• Pendekatan penerjemahan duplet
• Alternatif terjemahan: ”Kau bilang, sebelum kau turun
dari kereta, ayahmu memiliki janggut mirip jelaga.

Simpulan


Idiom
diterjemahkan
dengan
menggunakan
metode penerjemahan idiomatik sebesar 46,8%
dan menggunakan teknik tidak langsung sebesar
98%. Teknik-teknik tidak langsung yang digunakan
adalah teknik kesepadanan lazim,
transposisi,
modulasi, dan adisi. Dengan demikian dalam
menerjemahkan idiom ini penerjemah cenderung
pada ideologi domestikasi. Kecondongan pada
bahasa sasaran tersebut mencapai angka sebesar
66,8%. Terjemahan idiom mencapai tingkat
kesepadanan yang akurat sebesar 59%, tingkat
keberterimaan yang berterima sebesar 61,7%, dan
tingkat keterbacaan yang tinggi sebesar 48,9%.



Metafora diterjemahkan dengan
menggunakan metode harfah sebesar 80%
dan menggunakan teknik langsung sebesar
76%. Teknik-teknik langsung yang digunakan
adalah teknik literal dan peminjaman murni.
Penerjemah cenderung pada ideologi
foreignisasi mencapai angka sebesar 84%.
Kemudian jika ditinjau dari kualitas
terjemahannya, tuturan metafora ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran
dengan tingkat kesepadanan kurang akurat
sebesar 36%, tingkat keberterimaan kurang
berterima sebesar 80%, dan tingkat
keterbacaan yang sedang sebesar 52%.



Kiasan diterjemahkan dengan menggunakan
metode harfah sebesar 87,5% dan
menggunakan teknik langsung sebesar
57,5%. Teknik-teknik langsung yang
digunakan adalah teknik literal, peminjaman
murni, dan peminjaman alamiah.
Penerjemah cenderung pada ideologi
mencapai angka sebesar 95%. Tuturan
kiasan telah diterjemahkan ke dalam bahasa
sasaran dengan tingkat kesepadanan kurang
akurat sebesar 75%, tingkat keberterimaan
kurang berterima sebesar 55%, dan tingkat
keterbacaan yang sedang sebesar 47,5%.



Personifkasi diterjemahkan dengan
menggunakan metode harfah sebesar 88% dan
menggunakan teknik langsung sebesar 71,4%.
Teknik-teknik langsung yang digunakan adalah
teknik literal dan peminjaman murni.
Penerjemah cenderung pada ideologi
foreignisasi mencapai angka sebesar 97,6%.
Kemudian jika ditinjau dari kualitas
terjemahannya, tuturan kiasan ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan
tingkat kesepadanan kurang akurat sebesar
54,7%, tingkat keberterimaan kurang berterima
sebesar 66,7%, dan tingkat keterbacaan yang
sedang sebesar 59,5%.



Aliterasi diterjemahkan dengan menggunakan
metode harfah sebesar 84,3% dan
menggunakan teknik langsung sebesar 59.3%.
Teknik-teknik langsung yang digunakan adalah
teknik literal, peminjaman murni, dan
peminjaman alamiah. Penerjemah cenderung
pada ideologi foreignisasi mencapai angka
sebesar 90,6%. Kemudian jika ditinjau dari
kualitas terjemahannya, tuturan aliterasi ini
telah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran
dengan tingkat kesepadanan kurang akurat
sebesar 65,6%, tingkat keberterimaan kurang
berterima sebesar 56,3%, dan tingkat
keterbacaan yang sedang sebesar 56,35%.





Penerjemah novel kurang memiliki pengetahuan dasar tentang
ragam metode dan teknik penerjemahan idiom dan gaya bahasa,
kurang peduli terhadap nilai-nilai sastra yang harus ditransfer dari
teks sumber ke dalam teks sasaran, berlatar belakang ilmu
eksakta yang jauh bertolak belakang dengan ilmu penerjemahan,
bahasa dan sastra, hanya mengandalkan pengetahuan dasar
bahasa Inggris seadanya, cukup baik dalam penguasaan grammar.
Banyak sekali strategi yang dia lakukan untuk mengantisipasi
permasalahan dalam penerjemahan novel yang dia hadapi, di
antaranya: sering membaca buku-buku teori penerjemahan,
melakukan kontak dan diskusi dengan penulis novel dan
seangkatannya, melakukan internet browsing untuk mencari
padanan dari istilah yang cukup sulit dipecahkan, menyusun
thesaurus sendiri, menggunakan monolingual dictionary untuk
mencari padanan, mengikuti seminar-seminar penerjemahan baik
dalam maupun luar negeri, melakukan riset budaya, menggunakan
metode idiomatik untuk menerjemahkan idiom, menggunakan
metode harfah, setia, dan kata-demi-kata untuk menerjemahkan
unit-unit bahasa lainnya, menggunakan teknik literal dan
transposisi.

Implikasi Positif
Dampak positif dari kasus penerjemahan novel di atas di
antaranya:
 Ungkapan idiomatik sebagian besar sudah diterjemahkan ke
dalam ungkapan sejenis dengan menggunakan metode
penerjemahan idiomatik (Newmark: 1988) dan metode
penerjemahan literal (Huang and Wang: 2006). Upaya semacam
ini sudah cukup baik, sehingga hasil terjemahan idiom dapat
kesepadanan bentuk dan makna. Ada upaya yang akan lebih
baik lagi menurut Hatim (1997) dalam Crespo (2004), jika idiom
itu diterjemahkan dengan metode penerjemahan bebas (free
translation)
 Penerjemah sudah berupaya menggunakan metode dan teknik
penerjemahan yang dianggap tepat untuk mengalihkan makna
dari teks sumber ke dalam teks sasaran (Catford: 1978,
Newmark: 1988, Larson: 1991).







Penerjemah sering melakukan kontak dengan
penulis teks sumber, diantaranya melalui e-mail.
Hubungan antara penerjemah dengan penulis
cukup baik, sehingga komunikasi ini dapat
dimanfaatkan untuk mendiskusikan masalah
makna kata atau istilah yang sulit diterjemahkan.
Penerjemah sering melakukan internet browsing
untuk mencari padanan dari istilah yang dianggap
sulit, melakukan riset, membaca rujukan-rujukan
teori penerjemahan (Robinson, 1998: 13).
Penerjemah sering membuat daftar kosakata
sendiri, menggunakan Thesaurus, bilingual and
monolingual dictionaries, ensiklopedia dan
internet (Razmjou: 2004, Kovács: 2008).

Implikasi Negatif
Dampak negatif dari kasus penerjemahan novel tersebut di
atas di antaranya:
 Gaya bahasa metafora diterjemahkan secara literal,
sehingga produknya bukan metafora. Hal ini tidak sejalan
dengan pendapat Peter Newmark (dalam
Dobrzyfńska:1995) yang menganjurkan bahwa metafora
harus direproduksi ke dalam bentuk metafora atau kalau
tidak bisa, maka diganti dengan tamsilan yang standar
dalam bahasa sasaran atau menerjemahkan metafora ke
dalam kiasan (simile).
 Gaya bahasa personifkasi diterjemahkan secara literal,
sehingga hasilnya bukan personifkasi, padahal menurut Hu
(2000) dan Xiaoshu dan Dongming (2003), the original
artistic images, yang diwujudkan dalam bentuk
personifkasi misalnya, harus dihasilkan ulang ke dalam
bentuk dan gaya yang sepadan dalam teks sasaran.





Gaya bahasa kiasan diterjemahkan secara literal,
sehingga produknya bukan kiasan. Kiasan (Simile)
merupakan salah satu gaya yang memiliki nilai estetik,
stilistik, kultural dan makna idiologis (Shihab dan Lynch:
2006) harus tetap diupayakan untuk diterjemahkan
dengan mencari padanannya dalam teks sasaran,
walaupun hal tersebut sangat sulit dilakukan.
Gaya bahasa aliterasi sama sekali tidak diterjemahkan
ke dalam bentuk aliterasi. Hal ini telah menghilangkan
nilai susastra yang seharusnya dipelihara dalam teks
sasaran. Padahal Xiaoshu dan Dongming (2003)
mengemukakan bahwa nada dan ruh dalam teks
sumber harus mampu terefesikan dalam teks sasaran.
Artinya bahwa, aliterasi sebagai salah satu gaya bahasa
yang memiliki keindahan dalam bentuk bunyi suara
yang mengandung kedalaman makna, perlu mendapat
perhatian untuk tetap dipelihara bentuk dan pesannya.





Penerjemah berlatar belakang akademik non-Inggris
dan non-sastra, sehingga kemampuan bahasa dan
sastra Inggrisnya kurang mendalam. Dia hanya
mengandalkan kemampuan dasar bahasa Inggris
seadanya. Padahal seorang penerjemah itu harus
menguasai dua bahasa (bilingual) dan dua budaya
(biculture) sekaligus dengan baik (Ordudary: 2008).
Tidak pernah mengikuti pendidikan penerjemahan
baik formal maupun tidak formal. Pendidikan
penerjemahan sebenarnya dapat memberi
wawasan teori dan pengalaman praktek yang cukup
penting bagi seorang penerjemah. Hal ini perlu
dilakukan agar penerjemah dapat mengetahui
problematika penerjemahan dan solusinya secara
teoretis dan praktis. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikemukakan oleh Razmjou (2004).

Rekomendasi


Novel harus diterjemahkan ke dalam bentuk novel, sehingga
seluruh bentuk dan gaya yang ada dalam novel asli sebaiknya
diterjemahkan ke dalam bentuk dan gaya yang sama dan
sepadan dalam teks sasaran. Idiom sebaiknya diterjemahkan
menjadi idiom, metafora ke dalam metafora, kiasan berbentuk
kiasan pula, personifkasi berwujud personifkasi. demikian
pula dengan aliterasi. Artinya bahwa ungkapan idiomatik
sedapat mungkin harus diterjemahkan ke dalam bentuk idiom
yang sejenis yang memiliki derajat makna yang sama dan
sesuai, demikian pula dengan gaya bahasa metafora,
personifkasi, kiasan, dan aliterasi. Hasil terjemahannya harus
lengkap (complete), benar (true), dapat dipercaya (reliable),
asli (authentic), relevan (relevant), tepat/setia dengan sumber
aslinya (faithful), sahih (valid), dan sesuai dengan tujuan (ft
for purpose). Maka dari itu ada beberapa pilihan metode,
prosedur, dan teknik penerjemahan yang bisa digunakan oleh
penerjemah secara feksibel.



Seorang penerjemah novel sebaiknya seorang
sastrawan penerjemah, yaitu seorang yang
memiliki latar belakang akademik bahasa dan
sastra serta penerjemahan, sehingga dapat
menghasilkan novel terjemahan yang
berkualitas. Penerjemah novel sebaiknya
mengenal baik penulis novelnya, sehingga dia
dapat memahami kedalaman perasaan
penulis novel dan mengetahui tujuan novel
mengapa novel itu dibuat. Novel yang akan
diterjemahkan sebaiknya dibaca beberapa
kali, sehingga penerjemah memahami isi
novel itu sebelum diterjemahkan.



Penerjemah novel sebaiknya menerapkan model
Tripartite dalam proses penerjemahan novel, yaitu model
kolaborasi yang simultan antara penulis teks sumber,
penerjemah (juga sekaligus sebagai pembaca teks
sumber) dan penerima pesan (sebagai pembaca teks
sasaran). Dalam model siklus Tripartite ini, penerjemah
lebih memiliki peranan sebagai pembaca yang berfungsi
untuk membaca atau menginterpretasikan maksud,
keinginan dan tujuan dari penulis teks asli sehingga dia
bagaikan jembatan yang dapat menghubungkan antara
penulis teks dan penerima pesan. Dengan model ini akan
terjalin komunikasi yang harmonis dan sinergis antara
penerjemah, penulis novel, dan pembaca novel secara
berkesinambungan sehingga akan mampu menghasilkan
sebuah produk terjemahan novel yang berkualitas.

Catatan Penutup


Secara jujur hasil penelitian ini belum akurat dan
belum sempurna. Masih terdapat segi-segi yang
memerlukan pengkajian khusus lebih lanjut dan
diuji coba oleh para peneliti berikutnya, terutama
untuk mengevaluasi masukan-masukan yang
telah dikemukakan pada Bab VI untuk
selanjutnya ditindaklanjuti dengan penelitian
kebijakan (Policy Research).

TERIMA
KASIH
Wassalamu’a

laikum