JARINGAN SOSIAL DALAM USAHA WARUNG BURJO DI SEKITAR LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JARINGAN SOSIAL DALAM USAHA WARUNG BURJO
DI SEKITAR LINGKUNGAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Oleh:
Sagita Mega Sumaya
NIM. 3401412120

JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

ii

iii


iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Jangan lupa selalu berbuat baik terhadap orang lain.
 Jadilah orang yang lebih baik, bukan yang lebih cantik atau tampan. Orang
cantik dan tampan itu banyak, tapi orang baik limited edition.
 Kurangi bermain gadget, lihatlah sekelilingmu.
 Bersyukurlah, karena itu akan mengikat nikmat dan menambahnya.

PERSEMBAHAN:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan.
2. Sahabat dan grup oiy-oiy yang telah memberi semangat.

v

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Jaringan Sosial dalam Usaha Warung Burjo di
Sekitar Lingkungan Universitas Negeri Semarang”. Skripsi ini disusun dalam
rangka menyelesaikan studi Strata satu untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan penelitian maupun penulisan
skripsi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan untuk mengenyam ilmu pendidikan di
Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang
telah mendukung untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas
Ilmu Sosial.
3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S.Ant., M.A., Ketua Jurusan Sosiologi dan
Antropologi yang telah memberikan kelancaran dalam proses administrasi.
4. Drs. Adang Syamsudin Sulaha, M.Si dan Hartati Sulistyo Rini, S.Sos,
M.A sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan,
bimbingan, dan saran kepada penulis.

vi

5. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., sebagai Dosen Penguji yang telah
menilai dan memberikan saran dalam skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini.
Atas segala bimbingan, semangat, inspirasi dan bantuannya, penulis
mengucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT membalas bantuan yang telah
diberikan kepada penulis, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita.

vii

SARI
Mega Sumaya, Sagita. 2016. Jaringan Sosial dalam Usaha Warung Burjo di
Sekitar Lingkungan Universitas Negeri Semarang. Jurusan Sosiologi dan
Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Dosen
Pembimbing: Drs. Adang Syamsudin Sulaha, M.Si dan Hartati Sulistyo Rini,
S.Sos, M.A M.Hum. 98 halaman.

Kata kunci : Jaringan Sosial, UNNES, Warung Burjo
Sistem jaringan sosial dalam usaha warung burjo merupakan strategi yang
dikembangkan oleh para pengusaha warung burjo di lingkungan sekitar UNNES
dalam mempertahankan kehidupan di perantauan dan meraih kesuksesan dalam
kegiatan ekonomi yang dilakukannya. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui
sistem jaringan sosial yang ada di dalam usaha warung burjo di sekitar lingkungan
UNNES dan (2) faktor pendorong dan faktor penghambat jaringan sosial dalam
usaha warung burjo di sekitar lingkungan UNNES.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan dengan observasi, wawancara, serta dokumentasi. Teknik keabsahan
data menggunakan triangulasi, untuk memastikan kebenaran dari data yang
diperoleh. Metode analisis yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pada sistem jaringan sosial
dalam warung burjo, terbentuk jaringan yang bermuatan emosi (jaringan
sentiment) dalam hal perekrutan tenaga kerja dan akses terhadap modal diamana
hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial yaitu kekerabatan,
pertetanggaan dan pertemanan. Terdapat pula jaringan sosial dilihat dari status
ekonomi para pelakunya yaitu pemilik usaha warung burjo dan pekerja warung
burjo yang membentuk jaringan vertikal dan horizontal. Berkaitan dengan peran

atau fungsi jaringan sosial dalam penelitian ini, memiliki peran dalam proses
migrasi warga Kuningan, peran jaringan sosial dengan warung burjo lain dan
jaringan sosial dengan pihak luar (2) faktor pendorong jaringan sosial dalam usaha
warung burjo adalah rendahnya tingkat pendidikan pemilik modal usaha dan
pekerja warung burjo, serta sempitnya lapangan pekerjaan di daerah asal.
Sedangkan faktor penghambat dari jaringan sosial dalam penelitian ini adalah
karena kurangnya kesadaran atau solidaritas para pemilik modal usaha dan
pekerja warung burjo yang menyebabkan tidak aktifnya paguyuban warung burjo
di sekitar UNNES. Saran bagi pengusaha warung burjo untuk dapat meingkatkan
solidaritas dengan terus aktif dalam paguyuban warung burjo sehingga usaha
warung burjo bisa lebih berkembang. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dalam penguatan kebijakan mengenai sektor informal
atau UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).
.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................v
PRAKATA .................................................................................................... vi
SARI ............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
Rumusan Masalah .............................................................................................5
Tujuan Penelitian ..............................................................................................5
Manfaat Penelitian ............................................................................................5
Batasan Istilah ...................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
Deskripsi Teoritis ..............................................................................................8
Kajian Penelitian yang Relevan ......................................................................11

Kerangka Berpikir ...........................................................................................18
ix

BAB III METODE PENELITIAN
Latar Penelitian ...............................................................................................20
Fokus Penelitian ..............................................................................................21
Sumber Data Penelitian ...................................................................................21
Alat dan Teknik Pengumpulan Data ...............................................................27
Uji Validitas Data............................................................................................30
Teknik Analisis Data ......................................................................................32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................36
Sistem Jaringan Sosial dalam Usaha Warung Burjo .......................................52
Faktor Pendorong dan Penghambat Jaringan Sosial .......................................77
BAB V PENUTUP
Kesimpulan .....................................................................................................81
Saran ................................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................83

x


DAFTAR BAGAN

Bagan 1 : Bagan Kerangka Berpikir ...............................................................18
Bagan 2 : Bagan Tahapan Proses Analisis Data dalam Penelitian
Kualitatif .........................................................................................33
Bagan 3: Jaringan Sentimen Warung Burjo Laskar ........................................58
Bagan 4: Jejaring Warung Burjo Laskar .........................................................66
Bagan 5: Jaringan Sosial warung Burjo dan Pihak Luar ................................73
Bagan 6: Jaringan Sosial Total........................................................................75

xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Peta administrasi dan persebaran penduduk Kelurahan
Sekaran ..........................................................................................37
Gambar 2 : Pemilik Warung Burjo dan pekerja Warung Burjo Laskar 2
Gang Mangga ...............................................................................54
Gambar 3 : Suasana Warung Burjo Mamang 2 di malam hari .......................57
Gambar 4 : Rofi Al-Zubaedi di Warung Burjo Meisya Patemon ketika

diwawancarai ................................................................................63
Gambar 5 : Proses Migrasi Orang Kuningan ke Semarang ............................65
Gambar 6 : Tampilan Depan warung Burjo Mamang 2..................................69

xii

DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Informan Utama Penelitian ...................................................23
Tabel 2 : Daftar Informan Pendukung Penelitian ...........................................26
Tabel 3 : Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Mata
Pencaharian Di Kelurahan Sekaran Tahun 2014 .............................39
Tabel 4 : Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Pendidikan yang
Ditamatkan di Kelurahan Sekaran Tahun 2011 dan 2014 ..............41
Tabel 5 : Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Sekaran Tahun 2014 .......41
Tabel 6 : Jumlah Sarana Kesehatan di Kelurahan Sekaran Tahun 2014.........42
Tabel 7 : Jumlah Sarana Tempat Ibadah di Kelurahan Sekaran Tahun 2014 43

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian ..................................................................86
Lampiran 2 : Pedoman Observasi ...................................................................87
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara ................................................................88
Lampiran 4 : Daftar Informan Utama Penelitian ............................................91
Lampiran 4 : Daftar Informan Pendukung Penelitian ....................................93
Lampiran 5 : Daftar Warung Burjo di Sekitar UNNES ..................................95
Lampiran 6 : Surat Perjanjian Branding Warung Burjo
dan Pihak Good Day ....................................................................96

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Aspek ekonomi merupakan hal yang vital bagi kehidupan manusia.
Tanpa adanya aktivitas perekonomian, tentu setiap individu tidak dapat
mencapai kebutuhan hidupnya. Dapat dikatakan, pada sektor ekonomilah
bertumpu bangunan kehidupan manusia lainnya seperti politik, sosial,
hukum, budaya dan teknologi. Di Indonesia, bidang perekonomian masih

menjadi tugas besar bagi pemerintah, salah satunya menyangkut
ketenagakerjaan khususnya lapangan kerja. Laporan tenaga kerja BPS
Indonesia menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia per
Agustus 2013 mencapai 118,19 juta orang, dengan jumlah pengangguran
7,29 juta orang dan persentase tingkat pengangguran terbuka 6,25%. Data
tersebut membuktikan bahwa ketersediaan lapangan kerja belum cukup
memadai untuk menampung jumlah angkatan kerja.
Kesempatan kerja yang sangat terbatas di sektor formal meny
ebabkan sektor informal menjadi jalan alternatif bagi masyarakat. Menurut
Hart dan Mazumdar (Damsar, 2002: 149) sektor informal di negara-negara
sedang berkembang muncul dari ketidakmampuan sektor formal untuk
menampung antrian panjang pencarian kerja. Hal tersebut memunculkan
fenomena

migran

yang

menyerbu

1

kota-kota

besar

untuk

2

bertahan hidup atau biasa disebut dengan istilah urbanisasi. Sebuah badan
penelitian tentang migrasi desa-kota terkemuka setelah mengadakan
penelitian selama dua dekade menemukan banyak bukti bahwa mayoritas
penduduk berpindah karena alasan ekonomi (Gilbert, 2007: 60).
Menyoroti motif-motif ekonomi spesifik untuk migrasi, Todaro (dalam
Razake, 1988: 159) menghipotesakan bahwa seorang calon migran
memaksimumkan penerimaan bersih yang diharapkan (expected net gains)
dari migrasi. Penerimaan bersih yang diharapkan dilihat sebagai selisih
pendapatan riil antara kesempatan kerja di desa dan di kota serta
kemungkinan mendapatkan pekerjaan di kota. Disamping itu, fasilitas di
desa yang kurang memadai, upah rendah, serta tanah di desa yang semakin
tidak subur lagi menyebabkan warga desa mencari penghidupan baru.
Kecenderungan saat ini, di pedesaan Indonesia khususnya Jawa terjadinya
transformasi kegiatan ekonomi masyarakatnya dari pertanian ke jasa atau
sektor lain. Buruh pabrik, pedagang informal di kota, atau merantau ke
luar pulau bahkan ke luar negeri merupakan pilihan utama saat ini (Yuliati
2003: 235). Hal tersebutlah yang menjadi faktor menjamurnya sektor
informal di perkotaan. Salah satu kota yang menjadi serbuan para pencari
kerja adalah Semarang.
Sejarah Semarang menunjukkan bahwa proses urbanisasi sudah
berlangsung sejak kedatangan kolonial Belanda. Pertumbuhan Kota
Semarang makin pesat setelah dibangun pelabuhan udara dan laut, serta
berbagai sarana industri dan jasa (www.bkkbn.go.id). Selain itu, pusat

3

pendidikan, pusat pemerintahan serta pusat kesehatan juga turut
berkembang di Kota Semarang. Dari situ muncul pusat ekonomi baru
ditengahnya yang dianggap peluang yang strategis untuk para pencari
kerja dan tempat usaha yang menjanjikan bagi para perantau dari berbagai
daerah. Banyak kelompok perantau yang memilih usaha dalam bidang
makanan atau kuliner dengan mendirikan warung-warung makan khas
daerah asal mereka ataupun usaha di bidang kuliner yang keterampilannya
memang sudah lama diwariskan secara turun temurun. Beberapa di
antaranya yaitu Warteg (Warung Makan Tegal), Rumah Makan Padang,
Warung Makan Lamongan, dan Angkringan. Tempat makan khas tersebut
sejatinya tidak hanya sebagai alat pemenuhan kebutuhan ekonomi saja,
namun di balik itu merupakan sebuah manifestasi dari budaya yang
terangkum dalam tradisi kuliner.
Salah satu usaha warung makan khas perantau yang cukup dikenal
luas di Semarang khususnya di sekitar lingkungan kampus UNNES adalah
warung burjo. Tidak hanya di Semarang, warung burjo juga tersebar di
berbagai daerah khususnya kota-kota besar seperti Yogyakarta, Jakarta,
Bandung, dan Solo. warung burjo menempati tampat-tempat yang
dianggap strategis untuk membuka usaha. Burjo merupakan singkatan dari
“Bubur Kacang Ijo”, sebuah identitas makanan khas dari Kuningan, Jawa
Barat. Sebagian besar pemilik dan penjual Burjo berasal dari beberapa
desa di Kabupaten Kuningan. Dalam konteks ini “Burjo” merupakan
sebutan warung yang menjual bubur kacang ijo sebagai menu utamanya,

4

makanan instan seperti mie khususnya indomie, dan minuman seperti kopi,
minuman berasa, susu dan beberapa menu khas seperti magelangan, mie
dog-dog, nasi telur, dan lain-lain. Warung burjo seperti sudah menjadi
bagian dari kehidupan warga Semarang khususnya mahasiswa. Warung
burjo di berbagai daerah memiliki variasi nama. Di Jakarta misalnya
sebutan untuk warung burjo adalah Warkop (Warung Kopi), dan
berdasarkan

penelitian

awal

beberapa

burjo

di

Semarang

juga

menggunakan sebutan Warmindo (Warung Makan Indomie).
Merantau dan berwirausaha memang sudah menjadi tradisi bagi
masyarakat di Kabupaten Kuningan. Para wirausaha dari Kuningan
dikenal sebagai wiraswasta yang ulet dan tekun. Warung burjo menyebar
dan mendirikan usaha kecil-kecilan, tetapi menggurita. Para penjual burjo
datang dan merintis bisnis berbekal tekad serta keterampilan membuat
bubur dan yang paling menarik disini adalah strategi jaringan sosial yang
mereka kembangkan. Dari situ terdapat sistem yang unik dalam pemilihan
tenaga kerja, berbagi informasi pekerjaan, akses terhadap modal, migrasi
dan hubungan didalamnya yang terkait dengan jaringan sosial. Hal inilah
yang kemudian menguatkan minat penulis untuk meneliti mengenai
bagaimanakah sistem jaringan sosial yang ada di dalam warung burjo di
sekitar UNNES. Kebimbangan penulis kemudian akan diteliti lebih lanjut
dan sistematis dalam Skripsi dengan judul “Jaringan Sosial dalam Usaha
Warung Burjo di Lingkungan Sekitar Universitas Negeri Semarang”.

5

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul beberapa pertanyaan
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana sistem jaringan sosial yang ada di dalam usaha warung
burjo di lingkungan sekitar UNNES?
2. Bagaimana faktor pendorong dan faktor penghambat jaringan sosial
dalam usaha warung burjo di lingkungan sekitar UNNES?
3. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui bagaimana sistem jaringan sosial yang ada di dalam usaha
warung burjo di lingkungan sekitar UNNES.
2. Mengetahui faktor pendorong dan faktor penghambat jaringan sosial
dalam usaha warung burjo di lingkungan sekitar UNNES.
4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam bidang teoritis
maupun bidang praktis, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi atau masukan bagi penelitian sejenis dan menambah

6

kajian ilmu Sosiologi khususnya cabang ilmu Sosiologi Ekonomi
yang mengkaji mengenai jaringan sosial.
b. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi untuk pembelajaran Sosiologi SMA pada materi
kelompok sosial kelas XI IPS semester II.
2. Manfaat Praktis
a. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai bagaimana sistem jaringan sosial dalam usaha warung
burjo serta faktor pendorong dan penghambat dari jaringan sosial
dalam usaha warung burjo.
b. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dalam penguatan kebijakan mengenai sektor informal
atau UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).
5. BATASAN ISTILAH
1. Jaringan Sosial
Granovetter telah menegaskan kepada kita bahwa keterlekatan
perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui
jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Berdasarkan
literature yang berkembang, Powell dan Smith-Doerr mengajukan dua
pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial,
yaitu pendekatan analisis atau abstrak dan pendekatan preskriptif atau
studi kasus. Pendekatan preskriptif memandang jaringan sosial sebagai

7

pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakkan hubunganhubungan di antara para aktor ekonomi. Pendekatan ini cenderung
untuk melihat motif yang berbeda dalam kehidupan ekonomi seperti
analisis jaringan sosial dalam pasar tenaga kerja, etika bisnis, dan
organisasi dari kelompok bisnis (Damsar, 2002: 35, 39-40). Dalam
penelitian ini, jaringan sosial yang dimaksud adalah jaringan sosial
dalam usaha warung burjo.
2. Warung Burjo
Kata kedai dan kata warung memiliki arti yang sama, yaitu
bangunan yang digunakan sebagai tempat berjualan makanan dan
minuman. Perbedaan antara warung atau kedai yang satu dan yang lain
dilakukan dengan menyebutkan jenis barang yang dijual di tempat itu,
atau menambahkan nama lain yang dipilih secara manasuka
(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id). Misalnya, dalam penelitian
Heryanti (2015) mengatakan bahwa warung kopi merupakan suatu
tempat yang biasanya menyediakan minuman hangat maupun dingin
serta makan-makanan kecil. Sehingga, dalam penelitian ini yang
dimaksud warung burjo merupakan sebutan warung yang menjual
bubur kacang ijo, makanan instan seperti mie khususnya indomie, dan
minuman seperti kopi, minuman berasa, susu dan beberapa menu khas
seperti magelangan, mie dog-dog, nasi telur, dan lain-lain yang berada
di lingkungan sekitar UNNES.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
1. DESKRIPSI TEORETIS
Jaringan Sosial dalam Kehidupan Ekonomi
Pendekatan jaringan sosial merupakan salah satu pendekatan dalam
studi antropologi yang berupaya memahami bentuk dan fungsi hubunganhubungan sosial dalam masyarakat yang kompleks. Pendekatan jaringan
sosial mulai dikembangkan secara intensif sejak 1970-an, karena adanya rasa
ketidakpuasan para ahli antropologi terhadap pendekatan strukturalfungsional. Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana
‘ikatan’ yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah
hubungan sosial. Sementara itu, hubungan sosial atau saling keterhubungan,
menurut Van Zanden merupakan interaksi sosial berkelanjutan (relatif cukup
lama/permanen) yang akhirnya diantara mereka terikat satu sama lain dengan
atau oleh seperangkat harapan yang relatif stabil. Berdasarkan hal ini,
hubungan sosial dipandang sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan
sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang (titik)
dengan orang lain dimana melalui jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan
sesuatu, misalnya barang, jasa atau informasi (Agusyanto, 2014: 11).

8

9

Sementara

itu,

dalam

sosiologi

ekonomi

Granovetter

telah

menegaskan bahwa keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial
dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan
ekonomi. Bagi sosiolog studi tentang jaringan sosial telah dikenal sejak 1960an, yang dihubungkan dengan bagaimana individu terkait antara satu dengan
lainnya dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk
memperoleh sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang
memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial (Damsar, 2002: 35).
Satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur
mikro hingga makro. Artinya bagi teori jaringan, aktor mungkin saja individu,
tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan, dan masyarakat. Hubungan dapat
terjadi di tingkat struktur sosial skala luas maupun di tingkat yang lebih
mikroskopik. Granovetter melukiskan hubungan di tingkat mikro itu seperti
tindakan yang “melekat” dalam hubungan pribadi konkret dan dalam struktur
(jaringan) hubungan itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap
aktor (individu atau kolektivitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber
daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah
bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, komponen tertentu
tergantung pada komponen yang lain (Ritzer, 2007: 382).
Berdasarkan literature yang berkembang, Powell dan Smith-Doerr
mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan
sosial, yaitu pendekatan analisis atau abstrak dan pendekatan preskriptif atau
studi kasus. Pendekatan preskriptif memandang jaringan sosial sebagai

10

pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakan hubungan-hubungan
di antara para aktor ekonomi. Pendekatan ini cenderung untuk melihat motif
yang berbeda dalam kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam
pasar tenaga kerja, etika bisnis, dan organisasi dari kelompok bisnis. Dalam
melakukan penelitian tentang jaringan sosial, terdapat empat bidang
penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog. Salah satunya adalah jaringan
informal dan akses kesempatan. Bidang penelitian ini lebih cocok
menggunakan pendekatan preskriptif. Pada bidang ini penelitian yang telah
dilakukan difokuskan pada penggunaan jaringan sosial dalam pekerjaan
(mencari kerja dan imigrasi): moblisasi (informasi dan akses terhadap modal);
dan difusi (penyebaran praktek budaya dan organisasional). Penelitian yang
dilakukan Granovetter memperlihatkan bahwa kuatnya suatu ikatan jaringan
memudahkan seseorang untuk mengetahui ketersediaan suatu pekerjaan.
Ikatan kuat didefinisikan sebagai seorang teman akrab, atau anggota keluarga,
sedangkan ikatan lemah sebagai suatu perkenalan seperti teman kelas atau
teman biasa. Anggota keluarga biasanya akan lebih dahulu mengetahui
tersedianya suatu pekerjaan dibandingkan dengan teman biasa dari seorang
penentu pemberi pekerjaan.
Bila ditinjau dari hubungan sosial yang membentuk jaringan-jaringan
sosial yang ada dalam masyarakat, dapat dibedakan menjadi tiga jenis
jaringan sosial, yaitu (1) jaringan interest (jaringan kepentingan), dimana
hubungan-hubungan sosial yang membentuknya adalah hubungan-hubungan
sosial yang bermuatan kepentingan; (2) jaringan sentiment (jaringan emosi),

11

yang terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial yang bermuatan emosi;
dan

(3)

jaringan

power,

dimana

hubungan-hubungan

sosial

yang

membentuknya adalah hubungan-hubungan sosial yang bermuatan power
(Agusyanto, 2014: 30).
Dilihat dari status sosial ekonomi individu yang terlibat, terdapat dua
jenis jaringan sosial, yaitu jaringan sosial horizontal dan vertikal. Jaringan
sosial dikatakan bersifat horizontal jika individu-individu yang terlibat di
dalamnya memiliki status sosial ekonomi yang relatif sama. Mereka memiliki
kewajiban yang sama dalam perolehan sumber daya, dan sumber daya yang
dipertukarkan juga relatif sama. Sebaliknya dalam jaringan sosial yang
bersifat vertikal, individu-individu yang terlibat di dalamnya tidak memiliki
status sosial ekonomi yang sepadan.
2. KAJIAN HASIL-HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Kajian pustaka atau kajian hasil-hasil penelitian yang relevan berisi
rangkuman tentang penelitian terdahulu yang sesuai dengan fokus penelitian.
Kajian pustaka digunakan penulis untuk memberikan posisi penelitian yang
dilakukan, apakah penulis melakukan penelitian awal, penelitian lanjutan, ataukah
penelitian terapan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mudiarta (2009) mengenai “Jaringan
Sosial (Networks) dalam Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis: Perspektif
Teori dan Dinamika Studi Kapital Sosial” menyimpulkan bahwa selaras dengan
teori kelembagaan baru, teori jaringan, teori difusi inovasi, dan teori mobilitas
vertikal: ditemukan adanya ketidaksinkronan pengembangan sistem dan usaha

12

agribisnis dengan dukungan lingkungan kebijakan (policy environment). Selain
itu, juga ada ketidaksinkronan politik pengembangan agribisnis pada level makro
dengan ketersediaan aturan informal (informal rule) di level meso dan mikro
dalam komunitas. Kegagalan pengembangan agribisnis juga diyakini merupakan
akibat ketidakmerataan sumber daya sosial dan kurangnya perhatian pada
pengaruh jaringan sosial (network) terhadap manfaat ekonomi, yakni kurang
mempertimbangkan aspek norma dan kepadaran (density) jaringan, kuat dan
lemahnya ikatan (ties), peran lubang struktural (structural holes), dan interpretasi
terhadap tindakan ekonomi dan ekonomi dalam pengembangan agribisnis. Dengan
demikian, komunitas agribisnis akan tetap sulit meraih peluang untuk mengakses
informasi dan inovasi teknologi yang berdampak pada rendahnya produktivitas,
pendapatan, dan kesejahteraan, sehingga akan sulit juga mencapai mobilitas
vertikal. Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian Mudiarta
yang melihat bagaimana kegagalan pengembangan agribisnis juga diyakini
merupakan akibat ketidakmerataan sumber daya sosial dan kurangnya perhatian
pada pengaruh jaringan sosial (network) terhadap manfaat ekonomi, sedangkan
penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem
jaringan sosial dalam usaha warung burjo serta faktor pendorong dan penghambat
dari jaringan sosial dalam usaha warung burjo. Persamaan kedua penelitian ini
adalah berbicara mengenai jaringan sosial. Sehingga, penelitian yang dilakukan
penulis berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mudiarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Harini (2012) mengenai “Dari Miyang ke
Longlenan: Pengaruh Jaringan Sosial Pada Transformasi Masyarakat Nelayan”

13

dengan menggunakan metode penelitian kualitatif menyimpulkan bahwa faktor
ekonomi, prestise, keinginan untuk melihat dunia luar merupakan dasar keputusan
menjadi nelayan longlenan. Jaringan sosial yang digunakan nelayan longlenan
adalah dengan berbagi informasi dan keberadaan broker. Dampak adanya nelayan
longlenan adalah perubahan ekonomi, penghargaan sosial yang lebih tinggi
terhadap profesi longlenan, perubahan gaya hidup, perubahan relasi dan nilai
dalam keluarga, serta tranformasi profesi. Penelitian yang penulis lakukan berbeda
dengan penelitian Harini yang melihat bagaimana jaringan sosial pada masyarakat
nelayan berpengaruh pada transformasi masyarakat nelayan, sedangkan penelitian
yang penulis lakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem jaringan
sosial dalam usaha warung burjo serta faktor pendorong dan penghambat dari
jaringan sosial dalam usaha warung burjo. Persamaan kedua penelitian ini adalah
membahas mengenai bagaimana jaringan sosial berpengaruh terhadap profesi
yang mereka lakukan. Sehingga, penelitian yang dilakukan penulis berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Harini.
Penelitian yang dilakukan oleh Molano dan Polo (2014) mengenai “Social
Network Analysis in a Learning Community” dengan menggunakan metodologi
ulasan dokumen, wawancara, dan penggunaan perangkat lunak UCInet untuk
menganalisa jaringan sosial atau formulasi SNA. Fitur utama dari penerima
manfaat CENDES, misalnya kekuatan koneksi, tingkat fungsi intermediasi,
tingkat pemisahan, dan tingkat sentralitas yang dibahas, menunjukkan bahwa
orang-orang yang terkait dengan proses ini terhubung dengan kepadatan rendah di
seluruh jaringan yang dibuat, tetapi dengan kecenderungan yang lebih besar untuk

14

berkelompok, mencerminkan kerjasama tim. Empat dari tiga puluh lima orang di
dalam jaringan menunjukkan karakteristik kepemimpinan, yang menunjukkan
bahwa orang-orang ini memiliki pemberdayaan yang tinggi, khususnya pada
"kekuasaan untuk" menggunakan wewenang "yang layak ia dapat" untuk rasa
kerjasamanya yang besar. Secara keseluruhan, tingkat rata-rata sentralitas pada
jaringan menunjukkan kecenderungan adanya homogenitas dalam posisi semua
node di dalamnya, menyajikan tidak ada pertanda hierarki dan memfasilitasi
proses komunikasi; ada kemungkinan jika mengambil beberapa node dari
jaringan, maka aliran jaringan akan terpengaruh. Hasil tersebut dapat melengkapi
proses pada pusat pengembangan berdasarkan peran dan pentingnya orang-orang
kunci di dalam proses. Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian
Molano dan Polo yang melihat bagaimana analisis jaringan sosial untuk
memahami komunitas belajar, sedangkan penelitian yang penulis masih sebatas
pada tataran untuk mengetahui bagaimana sistem serta faktor pendorong dan
penghambat jaringan sosial yang ada dalam usaha warung burjo. Persamaan kedua
penelitian ini adalah membahas mengenai aplikasi jaringan sosial. Sehingga,
penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Molano dan Polo.
Penelitian yang dilakukan oleh Asyuti (2015) mengenai Pengusaha
Warung Tegal di Jakarta (Pendekatan Modal Sosial) dengan menggunakan
metode kuantitatif menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara
variabel modal sosial yakni tingkat kohesitas, kepercayaan, norma dan jaringan
terhadap penguatan ekonomi pengusaha Warung Tegal sebesar 54,8 %.

15

Sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel yang
dipilih. Hasil pengujian hipotesis untuk masing-masing variabel, menyimpulkan
bahwa faktor tingkat kohesitas dan networking lah yang paling signifikan
mempengaruhi penguatan ekonomi pengusaha Warung Tegal di Jakarta.
Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian Asyuti yang melihat
bagaimana modal sosial pada pengusaha warung tegal di Jakarta. Persamaan
kedua penelitian ini adalah terdapat pengaruh jaringan terhadap penguatan
ekonomi baik pada pengusaha warung tegal maupun warung burjo.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2015) mengenai “Studi tentang
Jaringan Sosial di dalam Simpan Pinjam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) di Desa Mata Air Kecamatan Kaubun
dengan

menggunakan

metode

penelitian

deskriptif

kualitatif

yang

menggambarkan mengenai jaringan sosial di dalam pelaksanaan SPP PNPM di
Desa Mata Air Kecamatan Kaubun menyimpulkan bahwa jaringan sosial yang
lebih kuat pada pelaksanaan program pemberdayaan SPP PNPM di Desa Mata Air
ialah jaringan kekuasaan, dimana kekuatan pengurus SPP baik tingkat kecamatan
maupun desa sangat kuat dalam mengatur jalannya program. Jaringan kekuasaan
yang terlalu kuat ini memberikan dampak negatif bagi kelangsungan program
tersebut, karena tidak dapat menciptakan rasa kesadaran dan kepedulian baik pada
anggota kelompok, pengurus SPP PNPM, maupun aparat desa. Penelitian yang
penulis lakukan berbeda dengan penelitian Fitriyani yang melihat bagaimana
pengaruh jaringan sosial dalam PNPM-MP di Desa Mata Air ternyata berdampak
negatif bagi kelangsungan program tersebut, sedangkan penelitian yang penulis

16

lakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem jaringan sosial dalam
usaha warung burjo serta faktor pendorong dan penghambat dari jaringan sosial
dalam usaha warung burjo. Persamaan kedua penelitian ini adalah membahas
mengenai jaringan sosial. Sehingga, penelitian yang dilakukan penulis berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani.
Penelitian yang dilakukan oleh Todd dkk (2015) mengenai “Applying
Affiliation

Social

Network Analysis

to

Understand

Interfaith Groups”

menyimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan analisis afiliasi jaringan sosial
untuk memahami bagaimana kelompok lintas agama menyediakan sumber daya
untuk kelompok masyarakat lainnya dan anggota kelompok antar agama kepada
sumber daya untuk perubahan masyarakat lokal. Berdasarkan sampel dari 88
kelompok lintas agama dari seluruh AS, gambar analisis afiliasi jaringan sosial
menunjukkan pola yang berbeda dalam bagaimana kelompok lintas agama berbagi
sumber daya dengan kelompok-kelompok masyarakat dan anggotanya kepada
sumber daya masyarakat. Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bagaimana
kelompok lintas agama dapat memberdayakan pengaturan masyarakat yang
menyediakan sumber daya dan anggota kelompok kepada sumber daya lainnya
untuk kepentingan perubahan masyarakat. Temuan ini berarti bahwa kelompokkelompok lintas agama dapat menjadi bagian dari struktur sosial dalam
masyarakat yang memiliki potensi untuk menjadi mitra dan kontributor dari
sumber daya untuk mempromosikan upaya perubahan masyarakat. Keterbatasan
dan pengarahan untuk penelitian selanjutnya juga dibahas. Penelitian yang penulis
lakukan berbeda dengan penelitian Todd yang melihat bagaimana analisis jaringan

17

sosial afiliasi untuk memahami bagaimana agama kelompok menyediakan sumber
daya untuk kelompok masyarakat dan anggota kelompok agama link ke sumber
daya untuk komunitas perubahan lokal lainnya, sedangkan penelitian yang penulis
masih sebatas pada tataran untuk mengetahui bagaimana sistem jaringan sosial
dalam usaha warung burjo serta faktor pendorong dan penghambat dari jaringan
sosial dalam usaha Warung Burjo. Persamaan kedua penelitian ini adalah
membahas mengenai aplikasi jaringan sosial. Sehingga, penelitian yang dilakukan
penulis berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Todd dkk.

18

3. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir merupakan alur penulis dalam melakukan
penelitian. Kerangka berpikir dibuat berdasarkan permasalahan dan fokus
penelitian, serta menggambarkan secara singkat alur penelitian yang akan
dilakukan. Dalam hal ini, penulis menggunakan kerangka berpikir sebagai
berikut:
Masalah Ekonomi di Indonesia

Sempitnya Lapangan Kerja

Sektor Ekonomi Informal

Masyarakat Kab. Kuningan

Warung Burjo Kuningan

Jaringan Sosial

Sistem Jaringan Sosial

Faktor Pendorong dan
Penghambat Jaringan Sosial

dalam Usaha Warung Burjo

Konsep Jaringan Sosial

Bagan 1. Kerangka Berpikir

19

Kerangka berpikir di atas menjelaskan bahwa salah satu permasalahan
ekonomi di Indonesia adalah ketenagakerjaan yang salah satunya
menyangkut sempitnya lapangan kerja khususnya kesempatan kerja di sektor
formal. Karena sempitnya lapangan kerja di sektor formal tersebut,
masyarakat Kabupaten Kuningan Jawa Barat memilih jalan alternatif yaitu
sektor informal dengan membuka sebuah usaha warung burjo. Dalam
menjalankan usahanya, para pengusaha warung burjo memiliki strategi yang
disebut dengan jaringan sosial. Kerangka berpikir di atas menjelaskan bahwa
penulis ingin mengetahui bagaimana sistem jaringan sosial dalam usaha
warung burjo serta faktor pendorong dan penghambat dari jaringan sosial
dalam usaha warung burjo.

BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Sistem jaringan sosial dalam usaha warung burjo merupakan strategi
yang dikembangkan oleh para pengusaha warung burjo di lingkungan
sekitar UNNES dalam mempertahankan kehidupan diperantauan dan
meraih kesuksesan dalam kegiatan ekonomi yang dilakukannya. Pada
sistem jaringan sosial dalam warung burjo, terbentuk jaringan yang
bermuatan emosi (jaringan sentiment) dalam hal perekrutan tenaga
kerja dan akses terhadap modal diamana hubungan sosial itu sendiri
menjadi tujuan tindakan sosial yaitu kekerabatan, pertetanggaan dan
pertemanan. Terdapat pula jaringan sosial dilihat dari status ekonomi
para pelakunya yaitu pemilik usaha warung burjo dan pekerja warung
burjo yang membentuk jaringan vertikal dan horizontal. Berkaitan
dengan peran atau fungsi jaringan sosial dalam penelitian ini, memiliki
peran dalam proses migrasi warga Kuningan, peran jaringan sosial
dengan warung burjo lain dan jaringan sosial dengan pihak luar
2. Dalam usaha warung burjo, jaringan sosial yang dikembangkan oleh
para pengusaha warung burjo tentu memiliki faktor pendorong dan
juga faktor penghambat. Faktor pendorong jaringan sosial dalam usaha
81

82

warung burjo adalah rendahnya tingkat pendidikan pengusaha dan
pekerja warung burjo, serta sempitnya lapangan pekerjaan di daerah
asal. Selain faktor pendorong jaringan sosial, terdapat pula faktor
penghambat dari sistem jaringan sosial dalam usaha warung burjo di
sekitar lingkungan UNNES. Faktor penghambat dari jaringan sosial
dalam penelitian ini adalah karena kurangnya kesadaran atau
solidaritas

para

pengusaha

dan

pekerja

warung

burjo

yang

menyebabkan tidak aktifnya paguyuban atau kelompok pengusaha
warung burjo di sekitar UNNES.
B. SARAN
1. Bagi pengusaha warung burjo untuk dapat meningkatkan solidaritas
dengan terus aktif dalam kegiatan paguyuban warung burjo sehingga
usaha warung burjo bisa lebih berkembang dan lebih diminati banyak
pelanggan.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam penguatan kebijakan mengenai sektor informal atau UMKM
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).

83

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asytuti, Rinda. 2015. Pengusaha Warung Tegal di Jakarta (Pendekatan
Modal Sosial). Jurnal Hukum Islam (JHI), Volume 13, Nomor 1, Juni
2015. (diakses di http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/jhi
pada 2 Agustus 2016)
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Firiani, Nurul. 2015. Studi Tentang Jaringan Sosial di Dalam Simpan Pinjam
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
(PNPM-MP) di Desa Mata Air Kecamatan Kaubun. eJournal SosiatriSosiologi, Volume 3, Nomor 3, 2015: 125-134.
Harini, Novi Dwi. 2012. Dari Miyang ke Longlenan: Pengaruh Jaringan
Sosial Pada Transformasi Masyarakat Nelayan. Jurnal Komunitas FIS
Unnes Komunitas 4 (2) (2012) : 178-190
Heryanti, Indri Fuji. 2015. Dampak Keberadaan Warung Kopi terhadap
Masyarakat yang Tinggal di Sekitar Kilometer II Desa Hilir Kantor
Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Jurnal S-1 Sosiologi Volume
3
Nomor
3
Edisi
September
2015.
(diakses
di
http://jurmafis.untan.ac.id pada 6 Februari 2016)
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
Gramedia.
Luthfi, Asma dan Atika Wijaya. 2011. Persepsi Masyarakat Sekaran Tentang
Konservasi Lingkungan. Jurnal Komunitas FIS Unnes Komunitas 3
(1) (2011) : 29-39
Miles, Matthew B dan A Michael Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI PRESS.
Molano, Sandra dan Andres Polo. 2014. Social Network Analysis in a
Learning Community. Procedia. (diakses di www.sciencedirect.com
pada 6 Februari 2016)
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Murdinata, Ketut Gede. 2009. Jaringan Sosial (Networks) dalam
Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis: Perspektif Teori dan
Dinamika Studi Kapital Sosial. Forum Penelitian Agro Ekonomi
Volume 27 No.1, Juli 2009: 1 - 12

84

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: KENCANA.
Razake, Abdul Azis. 1988. Pengantar Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dikti
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan; pendekatan kauntitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Todd, Nathan R., Jaclyn D. Houston dan Rachael L. Suffrin. 2015. Applying
Affiliation Social Network Analysis to Understand Interfaith Groups.
Psychosocial Intervention. (diakses di www.sciencedirect.com pada 6
Februari 2016)
Yuliati, Yayuk dan Mangku Purnomo. 2003. Sosiologi Pedesaan.
Yogyakarta. Lappera Pustaka Utama.
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2014. Kecamatan Gunungpati dalam
Angka 2014. Semarang
Unnes, FIS. 2015. Panduan Penulisan Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang
Referensi Internet
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973
www.bkkbn.go.id
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id

98