PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA ANAK KELOMPOK B TK SIWI PENI XI LAWEYAN TAHUN AJARAN 2015 2016 | Saptarini | KUMARA CENDEKIA 8612 18182 1 PB

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
MELALUI PROJECT BASED LEARNING PADA ANAK
KELOMPOK B TK SIWI PENI XI LAWEYAN TAHUN
AJARAN 2015/2016
Indah Saptarini¹, Siti Wahyuningsih¹, Yudianto Sujana¹
¹Program Studi PG-PAUD Universitas Sebelas Maret
Email: Indah.Saptarini@student.uns.ac.id, wahyu.pgtk@yahoo.com,
yudianto.sujana@gmail.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan motorik halus melalui Project Based Learning
pada anak kelompok B TK Siwi Peni XI Laweyan Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Bentuk penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat
pertemuan, tiga kali treatment satu kali tes. Setiap pertemuan ada empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Siwi Peni XI Laweyan
Surakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 11 anak. Teknik pengumpulan yang digunakan yaitu
observasi, wawancara, dokumentasi, dan penugasan. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Analisis data menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Simpulan penelitian ini adalah Project Based Learning
dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Siwi Peni XI Laweyan tahun ajaran
2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan motorik halus anak pada setiap siklusnya.
Ketuntasan pratindakan sebesar 27%, siklus I sebesar 64% dan siklus II sebesar 82% .
Kata kunci: kemampuan motorik halus, Project Based Learning

ABSTRACT This research aims to improve fine motor skill through Project Based Learning on B group children
at TK Siwi Peni XI Laweyan Surakarta on 2015/2016 academic year. Type of this research is classroom action
research (CAR) that was done as many as two cycles. Each cycle consist of four meetings, 3 times for treatment
while once for test. Each meeting, there was four steps planning, acting, observing and reflektion. Subject of this
research is B group children at TK Siwi Peni XL Laweyan Surakarta on 2015/2016 academic year that there were
11 children. The conetting data used observation, interview, document, and task. The data validity used source
triangulation and technique triangulation. The data analysis used interactif analysis model which consist of data
collecting, data reduction, data serving and data conclusion drawing. Research conclusion was through Project
Based Learning improve fine motor skill for B group children at TK Siwi Peni XL Laweyan on 2015/2016
academic year. It was proven by increasing the refined motorist competence children at each cycle. The result of
pre-cycle was 27%, the first cycle was 64% and the second cycle was 82%.
Keywords: fine motor skill, Project Based Learning.

PENDAHULUAN
Menurut Suyadi (2010: 67) “perkembangan fisik-motorik adalah perkembangan jasmaniah
melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi”. Perkembangan fisikmotorik terdiri dari dua jenis yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik
halus. Menurut Mursid (2015) “motorik kasar melatih gerakan jasmani berupa koordinasi
gerakan tubuh pada anak, seperti merangkak, berlari, berjinjit, melompat bergantung,
melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Sedangkan, motorik halus pada anak
berkaitan dengan kegiatan meletakkan, atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari

tangan”.

Perkembangan motorik halus melibatkan otot-otot halus yang mengendalikan tangan dan kaki
(Beaty 2013). Sedangkan (Santrock, 2007: 216) mengemukakan bahwa “menggengggam
mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apa pun yang memerlukan keterampilan tangan
menunjukkan keterampilan motorik halus”. Berdasarkan studi yang dilakukan (Stoeger &
Ziegler, 2010) menunjukkan bahwa “keterampilan motorik halus memiliki nilai tambahan pada
prestasi anak dibidang matematika selain kemampuan kognitif”.
Motorik halus sangat penting bagi anak usia dini karena berdampak besar untuk perkembangan
selanjutnya. Anak merasa percaya diri dan membuat anak dapat berkreasi dengan semakin
baiknya motorik halus anak. Pentingnya mtorik halus bagi anak usia dini diantaranya dapat
mengembangkan kemandirian anak, mengembangkan keterampilan bersosialisasi,
mengembangkan konsep diri dan berguna bagi keterampilan misalnya dalam memegang
pensil. Hurlock (1978) bahwa “penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring
makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang
dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah”.
Berdasarkan observasi di Taman Kanak-kanak Siwi Peni XI Laweyan keterampilan motorik
halus anak khususnya kelompok B masih rendah. Berdasarkan wawancara dengan guru yang
telah dilakukan di TK Siwi Peni XI ditemukan bahwa sebagian besar anak masih mengalami
kesulitan dalam keterampilan motorik halus. Selain observasi dan wawancara guru, data lain

yang memperkuat motorik halus anak masih kurang yaitu hasil pretest. Dari 11 anak ada 27%
atau 3 anak mendapat nilai tuntas dan 73% atau 8 anak masih belum tuntas dalam kemampuan
motorik halus.
Motorik halus anak kelompok B TK Siwi Peni XI masih rendah. Disebabkan stimulasi yang
diberikan guru pada proses pembelajaran motorik halus masih kurang optimal yakni hanya
menggunakan lembar kerja anak, media yang digunakan kurang bervariasi dan model
pembelajaran yang masih klasikal membuat pembelajaran kurang menarik. Sehingga perlu
model pembelajaran yang menarik dan tepat untuk meningkatkan motorik halus anak.
Model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah
Project Based Learning. Project Based Learning merupakan salah satu pembelajaran yang
melibatkan anak secara langsung dengan lingkungan sekitarnya dalam sebuah proyek yang
dilakukan secara kelompok. Moeslichatoen berpendapat “metode proyek merupakan strategi
pengajaran yang melibatkan anak dalam belajar memecahkan masalah dengan melakukan kerja
sama dengan anak lain, masing-masing melakukan bagian pekerjaannya secara individual atau
dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang menjadi milik bersama” (2004: 141).
Menurut Gaer (1998) bahwa “pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk
memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa” (Wena, 2011:
144). Berdasarkan kedua pendapat tersebut diharapkan Project Based Learning mampu
memberikan pengalaman yang lebih menarik bagi anak dan tidak membosankan karena
pembelajaran didasarkan pada aktivitas sehari-hari anak.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan
judul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus melalui Project Based Learning pada Anak
Kelompok B TK Siwi Peni XI Laweyan Tahun Ajaran 2015/2016”.
Project Based Learning merupakan strategi pengajaran yang melibatkan anak dalam belajar
memecahkan masalah dengan melakukan kerja sama dengan anak lain, masing-masing

melakukan bagian pekerjaannya secara individual atau dalam kelompok kecil untuk mencapai
tujuan yang menjadi milik bersama (Moeslichatoen, 2004:141).
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Thomas (2000) “Project-based learning (PBL) is a
model that organizes learning around projects”. Teori diatas maksudnya adalah pelajaran
berbasis proyek (PBL) merupakan model yang menyelenggarakan pembelajaran berbasis
proyek.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan selama dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan dan satu kali penilaian dengan tahapan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dari penelitian ini yaitu anak-anak
kelompok B TK Siwi Peni XI Laweyan, Surakarta. Semuanya berjumlah 11 anak yang terdiri
dari 4 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.
Data dalam penelitian ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti, yaitu data

kuantitatif dan data kualitatif. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber,
sumber yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah: informasi dari narasumber yaitu
guru kelas, hasil pengamatan berlangsungnya aktivitas pembelajaran, dokumentasi dan arsip
berupa rencana kegiatan harian (RKH), foto kegiatan pembelajaran, lembar observasi guru, dan
lembar observasi anak.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,
dokumentasi, dan penugasan. Validitas data yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif menurut Milles dan Huberman (Sugiyono, 2014), yang meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus, masing-masing siklus
terdiri dari tiga kali pertemuan dan satu kali penilaian. Setiap pertemuan meliputi empat tahap
yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tindakan dilaksanakan setelah dilakukan observasi dan pretest kemampuan motorik halus pada
anak kelompok B. Langkah awal dalam penelitian ini yaitu peneliti melakukan observasi dan
pemberian tugas. Observasi yang dilakukan terkait dengan aktivitas anak dan kegiatan guru
dalam mengajar. Pada pemberian tugas anak diminta mengerjakan tiga jenis kegiatan yaitu
mewarnai, menggunting dan menempel.

Tabel 1 Hasil Ketuntasan Kemampuan Motorik Halus Pra Siklus
Nilai
Nilai
Frekuensi Frekuensi F1X1 Tepi kelas
Keterangan
tengah
kumulatif
33 - 45 39
3
3
117
32,5 - 45,5
Tidak tuntas
46 - 58 52
5
8
260
45,5 - 58,5
Tidak tuntas
59 - 72 65,5

0
8
0
58,5 - 72,5
Tidak tuntas
73 - 85 79
3
11
237
72,5 - 85,5
Tuntas
Jumlah
11
614

Mean
Median
Modus
Persentase Ketuntasa
Persentase Tidak Tuntas


= 55,82
= 46,7
= 46,6
= 3 : 11 x 100% = 27%
= 8 : 11 X 100% = 73%

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari semua anak adalah 55,82. Selain
nilai rata-rata, peneliti juga mencari nilai tengah dan nilai yang sering muncul pada data
penilaian anak. Nilai tengah dari data yang dimasukkan pada pra siklus menunjukkan angka
46,7 dan nilai anak yang sering muncul pada data penilaian pra siklus adalah 46,6. Setelah
dianalisis, hasil ketuntasan kemampuan motorik halus pra siklus, yaitu: 3 anak dari 11 anak
atau sekitar 27% mendapat hasil tuntas, 8 anak dari 11 anak atau sekitar 73% mendapat hasil
tidak tuntas.
Setelah menerapkan Project Based Learning pada siklus I menunjukkan peningkatan. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan IV
Nilai
Nilai
Frekuensi Frekuensi F1X1

tengah
kumulatif
50 – 57 53,5
1
1
53,5
58 – 65 61,5
2
3
123
66 – 73 69,5
1
4
69,5
74 – 81 77,5
5
9
387,5
82 – 89 85,5
2

11
171
Jumlah
11
804,5
Mean
= 73,14
Median
= 74,3
Modus
= 74,8
Persentase Ketuntasa
= 7 : 11 x 100% = 64%
Persentase Tidak Tuntas = 4 : 11 X 100% = 36%

Tepi kelas

Keterangan

49,5 – 57,5

57,5 – 65,5
65,5 – 73,5
73,5 – 81,5
81,5 – 89,5

Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata dari seluruh nilai anak pada siklus I
pertemuan IV adalah 73,14. Sedangkan nilai tengah dari seluruh nilai anak adalah 74,3 dan
nilai yang sering muncul pada tes kemampuan motorik halus siklus I pertemuan IV adalah 74,8.
Berdasarkan analisis, dari 11 anak terdapat 7 anak yang tuntas dan 4 anak yang tidak tuntas.
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata yang didapatkan anak kelompok B
meningkat menjadi 73,14. Peningkatan tersebut tidak lepas dari peran guru ketika proses
pembelajaran berlangsung. Peningkatan pada siklus I masih kurang maksimal, dikarenakan
belum mencapai indikator ketuntasan penelitian yaitu 75% atau sekitar 8 anak dari 11 anak.
karena hasil tes individu anak pada siklus I belum mencapai keberhasilan atau ketuntasan,
maka peneliti merencanaan siklus II. Siklus II direncanakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran siklus I dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Hasil ketuntasan dalam siklus II mengalami peningkatan dan sudah melebihi target yang telah
ditetapkan peneliti. Hasil ketuntasan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Observasi Siklus II Pertemuan IV

Nilai

Nilai
tengah
70,5
78,5
86,5
94,5
102,5

Frekuensi

67 – 74
2
75 – 82
4
83 – 90
2
91 – 98
2
99 - 106
1
Jumlah
11
Mean
Median
Modus
Persentase Ketuntasa
Persentase Tidak Tuntas

Frekuensi
kumulatif
2
6
8
10
11

F1X1

Tepi kelas

Keterangan

141
314
173
189
102,5
919,5

66,5 -74,5
74,5 – 82,5
82,5 – 91,5
91,5 – 98,5
98,5 – 106,5

Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

= 83,59
= 77,5
= 77
= 9 : 11 x 100% = 82%
= 2 : 11 X 100% = 18%

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari seluruh anak pada siklus II
pertemuan IV adalah 83,59. Sedangkan nilai tengah dari seluruh nilai adalah 77 dan nilai yang
sering muncul pada tes kemampuan motorik halus siklus II pertemuan IV adalah 77. Rata-rata
hasil tes individu yang tuntas/mampu dalam kegiatan motorik halus adalah 9 anak dari 11 anak
atau sekitar 82%. Sedangkan anak yang belum tuntas sekitar 2 anak dari 11 anak atau 18%.
Peningkatan kemampun motorik halus anak dari hasil pra tindakan sampai siklus II dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Perbandingan Persentase Ketuntasan Kemampuan Motorik halus Antarsiklus
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Kriteria
No
Ketuntasan f Persentase f Persentase
f
Persentase
1
Tuntas
3
27%
7
64%
9
82%
Tidak
2
8
73%
4
36%
2
18%
Tuntas
Jumlah
11
100%
11
100%
11
100%
Berdasarkan tabel 4 ketuntasan kemampuan motorik halus antarsiklus dapat disajikan dalam
gambar 1 berikut:
90%

82%

80%

73%
64%

70%
60%
50%

Tuntas
36%

40%
30%

Tidak Tuntas

27%
18%

20%
10%
0%
Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Gambar 1 Perbandingan Persentase Kemampuan Motorik Halus Antarsiklus

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil rata-rata ketuntasan kemampuan motorik halus
pada pra siklus adalah 3 anak dari 11 anak atau sekitar 27%, pada siklus I meningkat menjadi
64% atau sekitar 7 anak dari 11 anak namun peningkatan tersebut belum mencapai target
penelitian yaitu 75%. Maka dari itu, peneliti melanjutkan penelitian kembali melalui siklus II.
Pada siklus II, ketuntasan anak dalam kemampuan mewarnai, menggunting dan menempel
mengalami peningkatan yaitu sebesar 82% atau sekitar 9 anak dari 11 anak. Peningkatan pada
siklus II sudah melebihi target penelitian yaitu 75%. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan project based learning dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fridyastuti & Syaichudin, 2009) yang
menyatakan bahwa hasil pengamatan metode proyek berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan motorik halus pada anak kelompok A di TK PSM II Takeran Magetan dan
penelitian yang dilakukan oleh (Mulayati, Zulkifli, & Risma, 2012) yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Metode Proyek Usia 5-6 Tahun Di
PAUD Tunas Mekar Kecamatan Senapelan kota Pekanbaru” dengan hasil penelitian dapat
meningkatkan motorik halus anak usia 5-6 tahun di PAUD Tunas Mekar Kecamatan Senapelan
kota Pekanbaru.
Kegiatan Project Based Learning selain bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus, juga mampu meningkatkan kerja sama antar anggota kelompok dan meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah seperti pendapat yang diungkapkan oleh Hosnan, (2014)
yaitu Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah; Meningkatkan
kolaborasi peserta didik khususnya pada PBL yang bersifat kelompok.
Selain itu metode proyek mampu meningkatkan sikap saling berbagi, kreativitas dan belajar
bertanggung jawab atas tugas yang diberikannya baik individu maupun tugas kelompok. Hal
ini sesuai dengan pendapatnya Rachmawati & Kurniati, (2011) yaitu metode proyek ditinjau
dari pengembangan pribadi, sosial, intelektual maupun pengembangan kreativitas, di
antaranya: Belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing; Memberi peluang
kepada setiap anak baik individu maupun kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang
telah dimilikinya, keterampilan yang sudah dikuasainya yang pada akhirnya dapat
mewujudkan daya kreativitasnya secara optimal.
Kekurangan dari kegitan Project Based Learning yaitu kondisi kelas yang kurang kondusif dan
alokasi waktu dalam pelaksanaan kegiatan Project Based Learning yang kadang membutuhkan
waktu lebih lama. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Bahri, (2014) yang menyatakan bahwa
Project Based Learning memiliki beberapa kekurangan diantaranya: kondisi kelas agak sulit
dikontrol dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan pada
siswa sehingga memberi peluang untuk ribut. Selain itu, walaupun sudah mengatur alokasi
waktu yang cukup masih saja memerlukan waktu yang lebih banyak untuk mencapai hasil yang
maksimal.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan Project Based Learning dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak
kelompok B TK Siwi Peni XI Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Terbukti dari datadata yang menunjukkan adanya peningkatan dari presentasi kemampuan motorik halus anak
pada setiap siklus, yaitu ketuntasan pada pra siklus sebanyak 27% atau 3 anak dari 11 anak.

kemudian pada siklus I prosentase ketuntasan anak meningkat menjadi 64% atau 7 anak dari
11 anak. pada siklus II ketuntasan anak meningkat lagi menjadi 82% atau 9 anak yang tuntas
dari 11 anak. Hasil pada siklus II sudah melebihi target penelitian yaitu 75%.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kemampuan motorik
halus, kemampuan bekerja sama, mengembangkan kreativitas, sikap saling berbagi, serta
belajar bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti memberikan sedikit saran yang diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Adapun saran-saran yang peneliti
sampaikan sebagai berikut: (1) Memberikan pengetahuan kepada guru tentang kegiatan yang
lebih bervariasi dan inovatif. (2) Guru diharapkan mampu melaksanakan kegiatan Project
Based Learning dengan tepat waktu. (3) Diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan derajat
dalam penelitian yang berhubungan dengan kemampuan motorik halus. (4) Peneliti lain
diharapkan bisa melengkapi kekurangan dalam penelitian ini, dengan membuat kegiatan
proyek yang berbeda dengan alokasi waktu yang tepat sehingga ketika mengerjakan tidak
melebihi waktu yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Disertai Media
Flipcharts dan Media Video Ditinjau Dari Kemampuan.
Beaty, J. J. (2013). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Fridyastuti, R., & Syaichudin, M. (2009). Pengaruh Metode Proyek Terhadap Kemampuan
Motorik Halus Pada Anak Kelompok A Di TK PSM II Takeran Magetan, 1–6.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik Dan kontekstual Dalam Pembelajara Adab 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Hurlock, E. . (1978). Perkembangan Anak Jilid I. Solo: Erlangga.
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mulayati, S., Zulkifli, & Risma, D. (2012). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Melalui Metode Proyek Usia 5-6 Tahun Di PAUD Tunas Mekar Kecamatan Senapelan
Kota Pekanbaru, (April), 9–10.
Mursid. (2015). Belajar dan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rachmawati, Y., & Kurniati, E. (2011). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Stoeger, H., & Ziegler, A. (2010). How Fine Motor Skills Influence the Assessment of High
Abilities and Underachievement in Math. Journal for the Education of the Gifted, 34(2),
195–219.
Retrieved
from
http://www.psycho.ewf.unierlangen.de/mitarbeiter/ziegler/publikationen/Publikation22.pdf

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.
Thomas, J. W. (2000). A Review of Research on Project-Based Learning. Learning, 94903, 46.
http://doi.org/10.1007/s11528-009-0302-x
Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25