PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN VARIABILITAS docx

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, VARIABILITAS PERSEDIAAN,
VARIABILITAS HARGA POKOK PENJUALAN, LABA SEBELUM PAJAK, DAN
FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI
PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2010-2012
Oleh :
Thresya Memoriana Hutahaean (1)
Iskandar Muda (2),
1, 2
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Email : Iskandar1@usu.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode akuntansi persediaan dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun
2010-2012. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, laba sebelum pajak dan financial
leverage. Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
akuntansi persediaan yang sesuai dengan PSAK NO.14 (2008) yaitu metode persediaan rata-rata
(Average) dan metode persediaan FIFO.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan maufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun yaitu, Tahun 2010-2012. Penelitian ini

menggunakan metode purposive non random sampling dengan jumlah populasi sebanyak 128
perusahaan dan jumlah sampel sebanyak 59 perusahaan. Alat analisis yang digunakan ialah
analisis regresi logistic dengan menggunakan SPSS versi 18.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabilitas persediaan dan variabilitas harga pokok
penjualan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi perediaan.
Sedangkan ukuran perushaan, laba sebelum pajak dan financial leverage tidak memiliki
pengaruh yang signifikan.

Kata kunci : metode akuntansi persediaan, FIFO, average, ukuran perusahaan,
variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, laba sebelum pajak, financial
leverage.
PENDAHULUAN
Persediaan merupakan salah satu bagian
yang penting dalam aktivitas perusahaan
baik perusahaan dagang maupun perusahaan
manufaktur, karena persediaan merupakan
aktiva yang sangat penting sebagai sumber
pendapatan perusahaan. Oleh sebab itu,

dibutuhkan pengelolaan persediaan yang

tepat untuk mencapai tingkat efektifitas dan
efisiensi
operasional
perusahaan.
Pengelolaan persediaan yang tepat dalam
perusahaan akan berdampak kepada
lancarnya proses produksi perusahaan, yang
juga akan berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
1

pelanggan. Namun sebaliknya, pengelolaan
persediaan yang kurang baik juga akan
memberikan dampak buruk bagi aktivitas
operasional, yang akan menimbulkan
potensi kerugian bagi perusahaan. Salah satu
hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen
dalam mengelola persediaan adalah
menentukan metode akuntansi persediaan
yang tepat bagi perusahaan. Setiap

perusahaan memiliki kebijakan yang
berbeda
dalam
menentukan
metode
akuntansi persediaan. Mengacu pada PSAK
No. 14 (2008) yang telah direvisi,
menyatakan bahwa metode persediaan yang
diperbolehkan adalah metode FIFO dan
metode rata-rata saja. Secara umum,
pemilihan
suatu
metode
harus
mempertimbangkan keadaan masing-masing
perusahaan yang dapat dilihat dari segi:
ukuran perusahaan, variabilitas persediaan,
laba sebelum pajak, financial leverage, dan
variabilitas harga pokok penjualan.
Berdasarkan penelitian yang terdahulu,

terdapat beberapa hasil yang berbeda antara
penelitian yang satu dengan penelitian yang
lainnya. Beberapa variabel memberikan
hasil penelitian yang signifikan dalam
penelitian yang satu, namun dalam
penelitian lainnya, variabel yang sama justru
memberikan hasil yang tidak signifikan.
Niheaus (1989), dalam penelitiannya
menggunakan
variabel
kepemilikan

manajemen, ukuran perusahaan, variabilitas
perusahaan,
dan
leverage.
Hasilnya
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
manajemen dan variabilitas perusahaan
memberikan dampak yang signifikan.

Sementara ukuran perusahaan dan leverage
tidak. Dalam penelitian Abdullah (1999)
yang menguji beberapa variabel serupa yaitu
ukuran perusahaan, financial leverage,
variabilitas persediaan, rasio lancar, dan
profitabilitas memberikan hasil bahwa
variabel variabel tersebut tidak memberikan
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
pemilihan metode pencatatan persediaan.
Perbedaan hasil penelitian yang diberikan
Abdullah dan Niheaus (1989), membuat
peneliti ingin menguji kembali beberapa
variabel tersebut apakah dapat memberikan
pengaruh signifikan terahadap pemilihan
metode pencatatan persediaan atau tidak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap pemilihan metode pencatatan
persediaan dengan judul:
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Variabilitas Persediaan, Laba Sebelum
Pajak, Financial Leverage, Variabilitas
Harga Pokok Penjualan terhadap
Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan
pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012.

2

TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi positif merupakan
teori yang dikembangkan oleh Watts dan
Zimmerman (1960) yang menjelaskan
tentang

kebijakan
akuntansi
dan
praktiknya dalam perusahaan serta
memprediksi kebijakan apa yang akan
dipilih manajer dalam kondisi-kondisi
tertentu dimasa yang akan datang. Dalam
teori akuntansi positif, ada beberapa
alternatif akuntansi yang dapat digunakan
oleh setiap perusahaan dalam upaya untuk
mencapai
efisiensi
dan
efektifitas
perusahaan serta tingkat laba yang
optimal.
Teori
akuntansi
positif
menerangkan bahwa adanya motivasimotivasi

bagi
perusahaan
dalam
manajemen laba. Para manajer perusahaan
dapat meningkatkan laba perusahaan
ataupun memperkecil laba dengan tujuan
tax saving melalui penentuan penilaian
persediaan yang tepat dan sesuai untuk
perusahaan dengan kondisi ekonomi saat
ini.
2. Persediaan
a. Pengertian Persediaan
Menurut Kieso & Weydgant
(2008) Persediaan (inventory) adalah
pos-pos aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan untuk dijual dalam operasi
bisnis normal, atau barang yang akan
digunakan atau dikonsumsi dalam
membuat barang yang akan dijual.
Sementara itu, pengertian persediaan

menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 14 (2008) adalah
sebagai berikut :
Persediaan adalah aktiva :
(a) tersedia untuk dijual dalam
kegiatan usaha normal
(b) dalam proses produksi dan atau
dalam perjalanan, atau

(c) dalam
bentuk
bahan
atau
perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
b. Metode
Persediaan

Akuntansi


Dalam menilai persediaan terdapat
3 metode yang dapat digunakan, yaitu
metode biaya rata-rata (Average), metode
Masuk Pertama Keluar Pertama atau First
In Firs Out (FIFO), dan Last In First Out
(LIFO) . Di Indonesia sendiri, berdasarkan
Berdasarkan PSAK (2008 : 14)
mengungkapkan bahwa :
biaya persediaan harus dihitung dengan
menggunakan rumus biaya masuk pertama
keluar pertama (MPKP atau FIFO), ratarata
tertimbang.
Entitas
harus
menggunakan rumus biaya yang sama
terhadap semua persediaan yang memiliki
sifat dan kegunaan yang sama. untuk
persediaan yang memiliki sifat dan
kegunaan yang berbeda, rumusan biaya

yang berbeda diperkenankan.
Menurut Kieso, Weygandt dan
Warfield (2008), Metode LIFO merupakan
metode persediaan yang menandingkan
(matches) biaya dari barang-barang yang
paling akhir dibeli terhadap pendapatan.
Sementara metode FIFO mengasumsikan
bahwa
barang-barang
digunakan
(dikeluarkan) sesuai urutan pembeliannya.
Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang
(average), biaya setiap item ditentukan
berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari
setiap item yang serupa pada awal periode
dan biaya item yang serupa yang dibeli
atau diproduksi selama satu periode.
Perhitungan rata-rata dapat dilakukan
secara berkala atau pada setiap penerimaan
kiriman, tergantung pada keadaan entitas (
PSAK 2008 : 14).

3

c. Pemilihan Metode Persediaan
Ada
beberapa
alasan
yang
mendasari pemilihan metode penilaian
persediaan. Menurut Haryono Jusup
(2005) dalam Srimonah (2008) ada tiga
faktor yang menjadi alasan yang
mendasari pemilihan metode penilaian
persediaan, yaitu: pengaruh terhadap
neraca, pengaruh terhadap laporan laba
rugi, dan pengaruh pajak.
3. Ukuran Perusahaan
Menurut Lee dan Hsieh (1985) dalam
Mukhlasin (2002), ukuran perusahaan
merupakan proksi volalitas operasional
dan inventory controllability yang
seharusnya dalam skala ekonomis,
besarnya
perusahaan
menunjukkan
pencapaian
operasi
lancar
dan
pengendalian
perusahaan.
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan
perusahaan.(Taqwa, 2001). Perusahaan
besar cenderung untuk memilih metode
rata-rata untuk mengurangi jumlah laba
dengan tujuan untuk melakukan tax saving
dan untuk menghindari adanya biaya
politik (political cost) yang muncul.
4. Variabilitas Persediaan
Variabilitas persediaan merupakan
nilai akhir persediaan suatu perusahaan.
Perusahaan yang memiliki persediaan
yang bervariasi, akan memiliki laba yang
bervariasi pula. Oleh sebab itu, perusahaan
yang memiliki laba yang bervariasi,
cenderung memilih metode yang dapat
meningkatkan laba yang akan dilaporkan
yaitu dengan menggunakan metode FIFO.
5. Variabilitas
Penjualan

Harga

Pokok

Harga pokok penjualan merupakan
perbedaan antara (1) biaya barang yang
tersedia untuk dijual selama peride
berjalan dan (2) biaya barang yang ada di
tangan pada akhir periode ( Kieso dan
Weydgant, 2008). Salah satu penyebab

harga pokok penjualan bervariasi yaitu
karena adanya inflasi. Jika harga pokok
penjualan dalam perusahaan tinggi, maka
perusahaan
cenderung
menggunakan
metode FIFO untuk meningkatkan laba
yang dilaporkan.
6. Laba Sebelum Pajak
Berdasarkan Political Cost yang
dikemukakan oleh Watts and Zimmerman
(1986) menyatakan bahwa perusahaan
dengan laba yang besar cenderung akan
mendapat
banyak
perhatian
dari
pemerintah sehingga menimbulkan biaya
politik seperti intervensi pemerintah dan
pengenaan pajak yang tinggi. Hal ini
menyebabkan
perusahaan-perusahaan
yang memiliki laba sebelum pajak yang
besar memilih metode average untuk
menurunkan laba yang dilaporkan
sehingga memungkinkan perusahaan untuk
melakukan penghematan pajak (tax
saving)
7. Financial Leverage
Financial Leverage menunjukkan
sejauh mana perusahaan dapat memenuhi
kewajibannya dalam membayar hutang
dengan menggunakan aktiva yang
dimilikinya. Menurut Zmijewski dan
Hangerman (1981) dalam Taqwa (2001),
apabila perusahaan memiliki tingkat
leverage yang tinggi, maka perusahaan
akan memilih metode-metode penilaian
yang dapat menaikkan laba untuk
menghindari terjadinya pelanggaran debt
covenant atau perjanjian hutang, dimana
pelanggaran terhadap perjanjian hutang
akan menimbulkan biaya.

Kerangka Konseptual
Berdasarkan penjelasan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa persediaan
merupakan salah satu faktor yang penting
dalam perusahaan demi terciptanya
efisiensi dan efektifitas operasional
perusahaan dalam pencapaian tujuan.
Salah
satu
hal
yang
4

perlu diperhatikan manajemen dalam mengelola persediaan adalah dengan memilih metode
pencatatan persediaan yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan. Oleh sebab itu, kerangka
konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :

Ukuran Perusahaan
(X1)

Variabilitas
Persediaan (X2)

Faktor-Faktor yang
Ada dalam
Perusahaan

Laba Sebelum pajak
(X3)

Pemilihan Metode
Pencatatan
Persediaan (Y)

Financial Leverage
(X4)

Variabilitas Harga
Pokok Penjualan
(X5)

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti mengemukakan lima hipotesis yang
berkenaan dengan penelitian ini, yaitu :
H1 : Faktor Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode pencatatan
persediaan.
H2 : Faktor Variabilitas Persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode pencatatan
persediaan.
H3 : Faktor Variabilitas Harga Pokok Penjualan berpengaruh terhadap pemilihan metode
pencatatan persediaan.
H4 : Faktor Laba Sebelum pajak berpengaruh terhadap pemilihan metode pencatatan
persediaan.
H5 : Faktor Financial Leverage berpengaruh terhadap pemilihan metode pencatatan
persediaan.

5

METODE PENELITIAN

Variabel Independen

3.1 Jenis Penelitian

Variabel bebas (independen)
penelitian ini ada 5, yaitu:

Jenis penelitian jika dilihat dari
paradigma penelitian tergolong penelitian
kuantitatif.
Paradigma
kuantitatif
menekankan pada pengujian teori melalui
pengukuran variable penelitian dengan
angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik. (Erlina,2011)
Jenis
penelitian
jika
dilihat
berdasarkan
tujuannya
merupakan
penelitian
dasar.
Penelitian
dasar
dilakukan untuk memverifikasi teori yang
sudah ada atau mengetahui lebih jauh
tentang sebuah konsep. Hal pertama sekali
yang harus dilakukan dalam penelitian
dasar adalah pengujian konsep atau
hipotesis awal dan kemudian pembuatan
kajian lebih dalam serta kesimpulan
tentang
fenomena
yang
diamati
(Wibisono,2002)
Berdasarkan karakteristik masalahnya,
penelitian ini tergolong penelitian kausal
komparatif. Penelitian ini merupakan tipe
penelitian dengan karakteristik masalah
berupa sebab akibat antara 2 variabel atau
lebih. Penelitian ini merupakan tipe
penelitian ex post facto (Erlina,2011)
3.2 Definisi Operasional
Variabel Dependen
Variabel terikat (dependen) dalam
penelitian ini merupakan metode penilaian
persediaan FIFO dan Average. Dalam
penelitian ini hanya mengambil kedua
metode tersebut karena sesuai dengan
pernyataan yang terdapat dalam PSAK No.
14 (revisi 2008) dan peraturan yang
tertuang dalam Undang-Undang Pajak
nomor 36 Pasal 10 ayat (6) Tahun 2008.

dalam

a. ukuran perusahaan, diukur
dengan melihat rata-rata
penjualan
bersih
perusahaan
b. variabilitas
persediaan,
merupakan
nilai
akhir
persediaan
suatu
perusahaan. Diukur dari
koefisien variasi persediaan
c. laba
sebelum
pajak,
merupakan
laba
yang
diperoleh oleh perusahaan
dalam satu periode sebelum
dikurangi oleh pajak.
d. fianacial
leverage,
menunjukkan sejauh mana
perusahaan
dapat
memenuhi
kewajibannya
dalam membayar hutang
dengan
menggunakan
aktiva yang dimilikinya,
dan
e. variabilitas harga pokok
penjualan,
merupakan
perbedaan antara (1) biaya
barang yang tersedia untuk
dijual
selama
periode
berjalan dan (2) biaya
barang yang ada di tangan
pada akhir periode
3.3 Skala Pengukuran Variabel
Variabel terikat (dependen)
Variabel ini diukur menggunakan
variable dummy, dimana indikatornya
ialah nilai 0 pada penggunaan metode
FIFO dan nilai 1 pada penggunaan metode
Average.
Variabel bebas (independen)
Variabel
independen
yang
digunakan dalam penelitian ini ada 5 yaitu
:
6

a. Ukuran Perusahaan, diukur
dengan
melihat
rata-rata
penjualan bersih perusahaan
dengan menjumlahkan seluruh
penjualan
bersih
tiap
perusahaan dari tahun 20102012 (tiga tahun) lalu dibagi 3.
b. Variabilitas persediaan, diukur
dari
koefisien
variasi
persediaan
dengan
menggunakan skala rasio.
Koefisien variasi dihitung
dengan membagikan standar
deviasi persediaan dengan ratarata persediaan selama tiga
tahun pada periode 2010-2012.
c. Laba sebelum pajak, diukur
dari laba sebelum pajak satu
tahun
sebelum
pemilihan
metode
persediaan
pada
periode penelitian.
d. Financial
leverage,
menggunakan skala rasio dan
diukur dengan membagikan
total hutang jangka panjang
dengan total equity. Rata-rata
Financial Leverage diperoleh
dengan menjumlahkan nilai
financial leverage selama tiga
tahun
pada
periode
pengamatan, lalu dibagi dengan
tiga.
e. Variabilitas
harga
pokok
penjualan, menggunakan skala
rasio dan diukur selama tiga
tahun periode pengamatan
tahun
2010-2012
dengan
membagikan standar deviasi
harga pokok penjualan dengan
harga pokok penjualan ratarata.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dari penelitian ini
merupakan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
BEI pada peridoe pengamatan
tahun 2010-2012.

2. Sampel yang dipilih dalam
penelitian
menggunakan
metode purposive non random
sampling dengan kriteria :
a. Sampel
merupakan
perusahaan
manufaktur
yang terdapat di BEI
dengan laporan keuangan 3
tahun
terakhir,
yaitu
periode 2010-2012.
b. Perusahaan menggunakan
mata uang rupiah dalam
pembuatan
laporan
keuangannya pada tahun
pengamatan yaitu 20102012.
c. Perusahaan
hanya
menggunakan satu metode
persediaan dalam laporan
keuangan sesuai dengan
PSAK No.14 (revisi 2008),
yaitu metode FIFO atau
average
pada
tahun
pengamatan 2010-2012.
d. Perusahaan menggunakan
salah
satu
metode
persediaan secara konsisten
pada tahun pengamatan
yaitu 2010-2012.
3.5 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan data sekunder, yang
dikumpulkan melalui sumber-sumber
tercetak, dimana data tersebut telah
dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya.
Sumber data sekunder misalnya buku,
laporan perusahaan, jurnal, internet, dan
sebagainya.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
dilakukan dengan studi kepustakaan,
yaitu melalui teknik pengumpulan
data dengan mendapatkan informasi
dan landasan teori untuk memahami
masalah yang ada dalam skripsi ini,
melalui bahan-bahan kuliah, buku,
artikel koran, majalah ,dan jurnal.
7

Laporan keuangan dan catatan atas
laporan keuangan diambil melalui
website www.idx.co.id.
3.7 Teknik Analisis Data
1. Analisis statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif
bertujuan untuk mendeskripsikan
variable-variabel yang terdapat
dalam penelitian ini sehingga
memberikan gambaran mengenai
data, yang dilihat dari nilai ratarata, standar deviasi, minimal, dan
maximal.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolineritas
Dalam Ghozali (2006 : 95), uji
multikolineritas bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan
diantara variabel-variabel bebas yang ada
dalam sebuah penelitian.
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan
antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pada periode t1(sebelumnya). Untuk mengetahui ada
tidaknya autokerlasi dilakukan dengan uji
Durbin-Watson
3. Menguji Keseluruhan Model
Menguji keseluruhan model bertujuan
untuk mengetahui apakah model yang
digunakan telah sesuai dengan data
penelitian yang tersedia Statistik yang
digunakan berdasarkan fungsi likelihood.
Pengujian
ini
dilakukan
dengan
membandingkan nilai -2LogLikelihood
pada awal (Block=0) dengan
nilai 2LogLikelihood pada akhir (Block=1)
untuk model dengan konstanta dan
variabel bebas.

4. Menguji
Regresi

Kelayakan

Model

Menguji kelayakan model regresi
bertujuan untuk mengetahui apakah data
empiris sesuai dengan model dengan
menggunakan uji Hosmer Lemeshow’s
Goodness of Fit Test.
5. Pengujian
Logistik)

Hipotesis

(Regresi

Dalam penelitian ini menggunakan
pengujian hipotesis dengan regresi
logistik, dimana variabel dependen dan
variabel independennya campuran variable
meterik dan non-metrik. Menurut Ghozali
(2001), penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan uji regresi logistik tidak
memerlukan asumsi normalitas pada
variable independennya, modelnya adalah:
Lp

= β +β1UP + β2VP + β1LsP + β1FL
+ β1VHPP + e

Keterangan :
P = Probabilita perusahaan untuk memilih
metode rata-rata
UP = Ukuran Perusahaan
VP = Variabilitas Persediaan
LsP = Laba sebelum pajak
FL = Financial Leverage
VHPP =
Penjualan

Variabilitas

Harga

Pokok

e = eror
Pengujian
Hipotesis
dengan
menggunakan regresi logistik memiliki
tingkat signifikasi (α) sebesar 5%.
Penerimaan dan
penolakan hipotesis
didasarkan
pada p-value. Apabila pvalue> 5% maka hipotesis diterima,
artinya variable bebas memiliki pengaruh
terhadap pemilihan metode pencatatan
persediaan. Namun, apabila p-value < 5%,
maka hipotesis ditolak, artinya variable
8

bebas tidak memiliki pengaruh terhadap
pemilihan metode pencatatan persediaan.
Tabel 2
Analisis Statistik Deskriptif Metode Average

HASIL ANALISIS DAN PENELIAN

Tabel 1
N

Analisis Statistik Deskriptif Metode FIFO

N

Lev
10

0

0

0

0

0

651.88
20
1530.9
2994
-8.00
4828.2
1

.283
1
.387
04
.01
.90

.2440

.4630

.13745

.38318

.11
.61

.05
1.18

2238.6
690
3559.5
6223
2.37
11591.
70

Valid

Missin
g
Mean
Std.
Deviation
Minimum
Maximum

Var.Hp
p
Var.Inv
10
10

LSP
10

UP
10

Valid

LSP
49

Lev
49

Missin 0
0
g
Mean
332.48 .409
51
4

Var.Hp
p
Var.Inv UP
49
49
49
0

0

0

.1527

.2304

3051.7
420

Std.
Deviation

811.58
000

.796 .07268 .18812 4622.5
54
7854

Minimum

-209.23 .04
1.96

.02

3.25

Maximum

4655.1
9

1.13

18115.
60

.39
3.12

Dari analisis statistik deskriptif
diatas,

menjelaskan

perbedaan-perbedaan
menggunakan

bahwa

terdapat

perusahaan

metode

FIFO

yang
dengan

bahwa variabilitas hpp dan ukuran
perusahaan pada perusahaan
yang
menggunakan metode akuntansi FIFO
nilainya lebih kecil daripada perusahaan
yang menggunakan metode average.

perusahaan yang menggunakan metode
Average.

Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas

Hal ini dapat dilihat dari mean laba
sebelum pajak yang menggunakan metode
FIFO nilainya lebih besar yaitu sebesar
Rp 651,882 milyar sedangkan mean laba
sebelum pajak yang menggunakan
Average nilainya lebih kecil, yaitu sebesar
Rp 332,485 milyar.
Hasil yang sama juga terlihat pada
variabilitas persediaan dan financial
leverage pada perusahaan
yang
menggunakan metode akuntansi FIFO
yang nilainya lebih besar daripada
perusahaan yang menggunakan metode
akuntansi Average. Namun, terdapat
perbedaan nilai pada variabilitas HPP dan
ukuran perusahaan yang menunjukkan

Uji multikolinearitas bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat korelasi
diantara variabel independen dalam model
regresi. Cara yang digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolnearitas
dalam variabel independen adalah dengan
melihat nilai tolerance dan VIF-nya. Suatu
model regresi dinyatakan terdapat
multikolinearitas apabila nilai tolerance <
0,10 dan nilai VIF > 10.

9

Tabel 3
Tabel 4
Hasil Uji Autokolerasi
b
Model Summary

Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
Model

a

Collinearity
Statistics
Tolerance VIF

Model

R

(Constant)
laba_sblm_pjk
.541
leverage
.963
variabilitas_hpp
.918
variabilitas_persedia .940
an
ukuran_perusahaan .545
a. Dependent Variable: metode

1.849
1.039
1.090
1.064
1.837

Sumber : Data diolah penulis (2013)

Berdasarkan data diatas, dapat
dilihat bahwa nilai tolerance dari laba
sebelum pajak adalah 0.541 > 0,1 dan
nilai VIV-nya 1.849 < 10. Hasil yang
sama juga dapat dilihat dari nilai leverage,
variabilitas HPP, variabilitas persediaan,
dan ukuran perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas
diantara
variabel
independen dalam penelitian ini.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi linier terdapat hubungan yang kuat
baik positif maupun negatif antardata
yang ada pada variabel -variabel
penelitian.

1

.541

a

R
Square

Adjusted
R
Square

Std.
Error of
the
Estimate

DurbinWatson

.293

.226

.333

.661

Berdasarkan
data
diatas,
menunjukkan nilai statistik D -W sebesar
0,661. Angka ini terletak diantara -2 dan 2
yang mengindikasi bahwa tidak terjadi
autokorelasi positif maupun autokorelasi
negatif dalam regresi linear ini.
Uji Keseluruhan Model Fit (Overall Fit
Test)
Uji Keseluruhan Model Fit
bertujuan untuk mengertahui fit atau tidak
model yang akan dianalisis. Sebelum
menguji keseluruhan model fit, perlu
dilihat gambaran jumlah kasus penelitian
untuk mengetahui ada tidaknya kasus yang
mengalami eror. Gambaran jumlah kasus
penelitian ditampilkan dalam tabel 5 :

10

Tabel 5
Gambaran Jumlah Kasus Penelitian

Tabel 7
-2 Log Likelihood memasukkan variabel
independen

Case Processing Summary
a

Unweighted Cases
Selected
Cases

Included
Analysis
Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total

N
in 59

Percent
100.0

0
59
0

.0
100.0
.0

59

100.0

Model Summary
Step
1

-2Log
likelihood
a
38.032

Cox & Snell R Nagelkerke R
Square
Square
.233
.390

Sumber : Data diolah penulis (2013)
a. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than .001.

a. If weight is in effect, see classification table for
the total number of cases.

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa
terdapat 59 kasus yang diteliti dan seluruh
kasus dinyatakan tetap dan tidak terdapat
kasus yang mengalami eror.
Uji keseluruhan model fit dilakukan
dengan melihat nilai dari -2 Log
Likelihood. Terdapat 2 nilai yang
dihasilkan oleh output SPSS, yaitu output
dari model yang hanya memasukkan
konstant dan output dari model yang
memasukkan konstanta dan variabel
independen.
Tabel 6
-2 Log Likelihood hanya memasukkan konstanta
a,b,c

Iteration History
Iteration

Coefficients
-2Log likelihood Constant
Step 0
1
54.328
1.322
2
53.703
1.569
3
53.699
1.589
4
53.699
1.589
Sumber : Data diolah penulis (2013)
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 53.699
a. Estimation terminated at iteration number 4
because parameter estimates changed by less
than .001.

Dalam table diatas, nilai -2Log
Likelihood pada block = 0 yang hanya
memasukkan konstanta adalah sebesar
53,699. Sementara itu, nilai 2Log
Likelihood pada block = 1 yang
memasukkan konstanta dan variabel
independen adalah sebesar 38,032 dapat
digambarkan sebagai berikut :

Penurunan nilai yang terjadi pada
table diatas, mengindikasikan bahwa
model telah fit dengan data. Dengan
demikian,
model
dengan
variabel
independen ukuran perusahaan, laba
sebelum pajak, financial leverage,
variabilitas persediaan, dan variabilitas
hpp dapat memperbaiki model fit.
Uji Kelayakan Model Regresi
Uji
ini
dilakukan
dengan
menggunakan uji Hosmer and Lemeshow’s
Goodness Of Fit Test. Uji ini bertujuan
untuk mengetahui apakah tidak ada
perbedaan model dengan data sehingga
model dapat dikatakan fit. Apabila tingkat
signifikan ≤ 5%, maka terdapat perbedaan
antara model dan nilai observasinya.
Namun, apabila tingkat signifikan ≥5%,
maka model dapat memprediksi nilai
observasinya dan fit dengan
data
observasinya.
Tabel 8
Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit
Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
df
1
5.281
8

Sig.
.727

Sumber : Data diolah penulis (2013)
Tampilan dari Output SPSS
menunjukkan nilai signifikasi Hosmer and
Lemeshow’s Goodness Of Fit Test sebesar
0,727 yang berarti diatas 0,5. Dengan
11

demikian dapat disimpulkan bahwa model
dapat diterima.
Pengujian Hipotesis (Regresi Logistik)
Hasil pengujian dari regresi logistik
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 9
Hasil Uji Regresi Logistik
Variables in the Equation

B
.000

S.E.
.000

Wal
d
1.43
1

variabilitas_p ersediaan
2.83
7
variabilitas_h pp
9.90
1
laba_sblm_pj k
.001
leverage
.377

1.40
0

Ste ukuran_peru
a
p 1 sahaan

df
1

Sig.
.232

Exp(
B)
1.00
0

4.10
5

1

.043

.059

4.88
0

4.11
6

1

.042

.000

.001

2.67
1
.406

1

.102

.999

1

.524

.592

1.45
8
Constant
4.22 1.20 12.2 1
.000 68.6
9
9
39
17
a. Variable(s) entered on step 1: ukuran_perusahaan,
variabilitas_persediaan, variabilitas_hpp, laba_sblm_pjk,
leverage.

Hasil uji Regresi Logistik jika dimasukkan
ke persamaan :
Y = β +β1UP + β2VP + β1VHPP + β1LsP
+ β1FL + e
Y = 4.229 +.000UP -2.837VP
-9.901VHPP -0.01 LsP + 0.377FL + e
Pembahasan
4.3.1 Ukuran Perusahaan
Variabel
ukuran
perusahaan
memberikan hasil yang tidak signifikan
terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan perusahaan. Meskipun secara
konsep besar kecilnya ukuran perusahaan
akan mempengaruhi perusahaan dalam
memilih metode persediaan, namun

konsep tersebut tidak sesuai dengan
penelitian ini. Rata-rata ukuran perusahaan
yang menggunakan persediaan FIFO
dengan rata-rata ukuran perusahaan yang
menggunakan persediaan average tidak
jauh berbeda. Sehingga besar kecilnya
ukuran perusahaan tidak mempengaruhi
perusahaan dalam memilih metode
penilaian persediaan yang akan digunakan.
4.3.2 Variabilitas Persediaan
Variabel variabilitas persediaan
memberikan hasil yang signifikan terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan
perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya
kesesuaian teori dan hasil penelitian.
Perusahaan yang memiliki tingkat
variabilitas yang tinggi, maka akan
menghasilkan variasi laba yang tinggi
pula. Oleh sebab itu, tingkat variasi laba
yang tinggi cenderung mendorong
perusahaan untuk memilih metode
persediaan
FIFO
untuk
dapat
meningkatkan laba perusahaan. Begitupun
sebaliknya, dalam kondisi ekonomi
tertentu, perusahaan yang memiliki
variabilitas persediaan yang rendah,
cenderung akan menghasilkan variasi laba
yang rendah pula. Akibatnya, perusahaan
terdorong untuk menggunakan metode
persediaan Average untuk memperkecil
laba,
sehingga
dapat
melakukan
penghematan pajak. Hal ini juga
mendukung
penelitian
yang
telah
dilakukan sebelumnya oleh Cushing dan
Le Clere (1992) dan Taqwa (2001) yang
menemukan adanya pengaruh variabilitas
perediaan terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan secara signifikan.
4.3.3 Variabilitas Harga Pokok
Penjualan
Variabilitas
Harga
Pokok
Penjualan
memberikan
hasil
yang
signifikan terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan. Konsep variabilitas
harga pokok penjualan dimana jika
variabilitas harga pokok penjualan tinggi
maka perusahaan akan berusaha untuk
meningkatkan laba dengan menggunakan
12

metode persediaan FIFO dan sebaliknya
dinyatakan berpengaruh signifikan dalam
penelitian ini.
4.3.4 Laba Sebelum Pajak
Variabel laba sebelum pajak
memberikan hasil yang tidak signifikan
terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan. Konsep laba sebelum pajak
akan mempengaruhi pemilihan metode
penilaian persediaan perusahaan tidak
sesuai dengan hasil penelitian ini. Hal ini
berarti perusahaan tidak terpengaruh akan
laba sebelum pajak dalam memilih metode
penilaian persediaan apa yang akan
digunakan meskipun secara konsep laba
sebelum pajak akan mempengaruhi tinggi
rendahnya pajak yang akan dibayarkan
oleh perusahan. Hal ini juga sesuai dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Shofaa (2010) yang
menyatakan
bahwa
tidak
terdapat
pengaruh yang signifikan dari laba
sebelum pajak terhadap pemilihan metode
penilaian perediaan.
4.3.5 Financial Leverage
Variabel
Financial
leverage
memberikan hasil yang tidak signifikan
terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan. Konsep financial leverage
dimana semakin tinggi rasio financial
leverage perusahaan, maka perusahaan
cenderung untuk meningkatkan laba
dengan memilih menggunakan penilaian
persediaan FIFO. Namun, hal ini tidak
sesuai dengan penelitian ini, dimana
peneliti berasumsi bahwa perusahaan yang
memiliki tingkat leverage tinggi, akan
tetap berupaya untuk memperkecil laba
untuk dapat melakukan penghematan
pajak. Oleh sebab itu, tidak ada pengaruh
yang ditimbulkan oleh Financial Leverage
terhadap keputusan penilaian persediaan
yang digunakan perusahaan. Hal ini juga
mendukung penelitian Taqwa (2001) dan
Shoofa (2010) dimana Financial leverage
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan.

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah :
a. Dari penelitian ini diperoleh
jumlah
perusahaan
yang
menggunakan metode rata-rata
(Average) lebih besar daripada
perushaan yang menggunakan
metode FIFO.
b. Hasil penelitian ini memiliki hasil
yang konsisten jika dibandingkan
dengan
beberapa
penelitian
terdahulu meskipun terdapat juga
beberapa hasil yang berbeda
dengan
penelitian-penelitian
sebelumnya. Dari uji regresi
logistik yang telah dilakukan,
diperoleh variabel-variabel yang
berpengaruh secara signifikan
terhadap
pemilihan
metode
akuntansi
persediaan
pada
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di BEI pada peride 20102012. Variabel-variabel tersebut
adalah variabilitas persediaan dan
variabilitas harga pokok penjualan.
Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian sebelumnya oleh Taqwa
(2001) yang juga mengungkapkan
bahwa variabilitas persediaan
memiliki hasil yang signifikan.
Namun pada penelitian Srimonah
(2007) dan Mukhlasin (2001),
variabilitas persediaan memiliki
hasil yang tidak signifikan. Selain
itu, penelitian yang dilakukan
Mukhlasin juga menunjukkan
bahwa variabilitas harga pokok
penjualan memiliki hasil yang
signifikan sesuai dengan penelitian
ini. Sementara variabel lainnya,
yaitu ukuran perusahaan, laba
sebelum pajak dan financial
leverage dalam penelitian ini tidak
berpengaruh secara signifikan.
Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan Niheaus
13

(1989), dan Abdullah (1999) yang
menyatakan ukuran perusahaan
tidak memiliki pengaruh yang
signifikan, namun tidak sesuai
dengan hasil yang diberikan oleh
Taqwa (2001) dan Shofaa (2012).
Namun berdasarkan penelitian
Taqwa (2001) dan Shofaa (2012)
financial leverage tidak memiliki
pengaruh yang signifikan sesuai
dengan hasil penelitian ini.
Beberapa perbedaan lainnya dari
hasil
penelitian
diasumsikan
bersumber dari kondisi ekonomi
yang berbeda-beda pada tiap tahun
penelitian.
5.2 Saran
Didalam penelitian ini tidak luput
dari keterbatasan. Ada beberapa saran
yang dianjurkan oleh peneliti jika
dikemudian hari terdapat penelitian
yang serupa dengan penelitian ini,
yaitu yang berkaitan dengan pemilihan
metode akuntansi persediaan demi
hasil penelitian yang lebih baik,
adapun
hal-hal
yang
perlu
dipertimbangkan, yaitu :
a. Rentang periode penelitian akan
lebih baik jika dilakukan dalam
jangka waktu lebih dari 3 tahun
agar data yang dikumpulkan dan
hasil penelitian semakin baik dan
akurat.
b. Menambah
variabel
yang
digunakan berdasarkan klasifikasi
industri agar didapat pengaruh
yang jelas atas metode akuntansi
persediaan, karena industri yang
berbeda
akan
menimbulkan
pengaruh yang berbeda pula
terhadap keputusan yang diambil
pimpinan perusahaan tiap industry.
c. Memperluas
sampel
dengan
mengikut sertakan perusahaan yang
mengganti persediaan pada periode
penelitian agar diketahui factorfaktor
yang
menyebabkan
perubahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Syukri. 1999. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode Akuntansi Persediaan
Pada Perusahaan Manufaktur
yang telah go-public. Thesis S2,
UGM, Yogyakarta.
Ardiani Ika dan Srimonah.2007.Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Pemilihan Metode
Penilaian Persediaan. Skripsi.
Universitas
Semarang,
Jawa
Tengah.
Ariesty Putri. 2008. Pengaruh Pemilihan
Metode Akuntansi Persediaan,
Ukuran Perusahaan, Intensitas
Persediaan, Variabilitas Harga
Pokok Penjualan dan Variabilitas
Persediaan
Terhadap
Price
Earning Ratio. Skripsi. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas,
Surabaya
Bar-Yosef, Sasson; Sen, Pradyot K. “On
Optimal Choice of Inventory
Accounting
Method”,
The
Accounting Review, Vol 67,2 (Apr
1992), pg. 320
Cushing B.E dan M.J Lee Clere. 1992.
“Evidence in the Determinants of
Inventory
Accounting
Policy
Choice. The Accounting Review”
67 (April) hal 355-366
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian.
Medan : USU Press.
Ariyoso Wordpress. (2009), “Regresi
Logistik”.
HTTP://www.Ariyoso.wordpress.c
om/2009/1/11/regresi-logistik/
(diakses 15 Desember 2013
Bursa Efek Indonesia. (2012), “Laporan
14

Keuangan Perusahaan Manufaktur
Periode
2010-2012”.
HTTP://www.Idx.co.id ( diakses
24 Agustus 2013)

Konsultan Statistik. (2009), “Regresi
Logistik”.
HTTP://www.konsultanstatistik.co
m/2009/03/regresi-logistik.html
(diakses 15 Desember 2013)
Ibarra, Venus C. “Choice of Inventory
Costing Method of Selected
Companies in The Philippines”,
Journal of International Business
Research, Vol. 7, Special Issue 1,
2008. Philippines.
Imam Ghozali. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program
SPSS. Edisi 1. Badan Penerbit
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
Kasini, 2011.Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Metode Akuntansi
Persediaan Pada
Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di BEI
Tahun
2007-2009.
Skripsi.
Universitas
Sumatera
Utara.
Medan.

Hipotesis”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Vol 1. Februari.

Salma Taqwa. 2001. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Metode
Akuntansi
Persediaan
Pada
Perusahaan Manufaktur di BEJ .
Tesis. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Shofaa Marwah. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode Penilaian Persediaan Pada
Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di BEI 2007-2010.
Skripsi. Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Skousen, K. Fred dan Jay M.Smith. 1989.
Akuntansi Intermediate (Volume
Kompherensif).
Edisi
9.Jilid
1.Jakarta :Erlangga.
Watts R.L dan Zimmerman. 1990. Positive
Accounting Theory :Aten Year
Perspective”. The Accounting
Review 65, hal 131-156

Kieso.DE dan J.Weygandt dan Walfield, D
Terry.
2002.
Akuntansi
Intermediate. Edisi 10. Jilid I.
Jakarta : Erlangga
Kukuh Budi. 2010. Analisis Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh
Terhadap
pemilihan
Metode
Akuntansi
Persediaan (Studi Kasus Pada
Perusahaan
Dagang
dan
Manufaktur yang terdaftar di BEI
2008-2010) . Skripsi. Universitas
Diponegoro, Semarang
Mukhlasin. 2002. “Analisis Pemilihan
Metode Akuntansi Persediaan
Berdasarkan
Richardian

15